Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TAFSIR AYAT TENTANG HIDAYAH DAN IDHLAL

Mata Kuliah: Tafsir Ayat Akidah

Dosen Pengampu: Dr. Ahmad Hakim, M.Ag.

Disusun Oleh:
Ahmad Uwes Alqoroni (2204016042)
Ahmad Rikha Akhfani (2204016066)
Mohammad Zulfikar Said (2204016041)

AKIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2022/2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan. Sholawat serta salam kami haturkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, pembimbing umat menuju kebenaran cahaya ilahi.

Adapun maksud pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir Ayat Akidah yang membahas mengenai Tafsir Ayat tentang Hidayah dan Idhlal.
Mengingat isinya sangatlah penting sebagai bahan pembelajaran agar tercapainya tujuan dalam
menghadapi dan memecahkan masalah, baik secara individu maupun kelompok. Kami
berharap makalah ini besar manfaatnya bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang bersangkutan dan telah memberi
semangat dan dukungan dengan memberi masukan, saran, dan kontribusi baik internal maupun
eksternal. Secara kelembagaan kami haturkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ahmad Hakim,
M.Ag. Selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Ayat Akidah.

Dengan harapan terselesaikan makalah ini semoga bermanfaat kepada banyak pihak
terutama bagi kami sendiri dan teman teman yang sedang menimba ilmu bersama dengan kami
di UIN WALISONGO SEMARANG.

Kami juga memohon maaf sebesar besarnya apabila ada kesalahan atau kekeliruan
dalam isi materi, penulisan, dan rujukan. Saran dan kritik bagi kita adalah sebuah penghargaan
sehingga saya bisa mengkoreksi dan memperbaiki kesalahan untuk pembuatan makalah
selanjutnya.

Semarang, 28 Maret 2023

DAFTAR

1
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 1

DAFTAR ISI............................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 3

A. Latar Belakang.............................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah......................................................................................... 3

C. Tujuan Masalah.............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 4

A. Pengertian tentang Hidayah.......................................................................... 4

B. Hidayah Adalah Otoritas Allah.................................................................... 5

C. Pengertian Idhlal............................................................................................ 7

BAB III PENUTUP..................................................................................................9

A. Kesimpulan.....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................10

BAB I

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Hidayah?
2. Siapa Yang Berkuasa Atas Hidayah?
3. Pengertian Idlal ?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui tentang Hidayah


2. Mengetahui Kuasa Allah Tentang Hidayah
3. Mengetahui arti Idlal jika dihubungkan dengan Allah

BAB II

PEMBAHASAN

3
A. Pengertian Hidayah

Istilah "hidayah" (hidayah) secara etimologi adalah kata benda bahasa Arab, yang
diderivasi dari kata kerja "hada" yang oleh Ma'lûf dalam al-Munjid (1994) diartikan dengan
"arsyada" (membimbing, mengarahkan) sebagai lawan dari "adhalla" (meyesatkan). Menurut
al-Ashfahânî dalam Mufradât fi Gharib al-Qur'an (1990), kata "hada" berarti "dilalah bi luthf"
(petunjuk dengan kelembutan). Sementara menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah
(V/2002), kata "hada" memiliki dua arti, yaitu tampil ke depan memberi petunjuk, dan
menyampaikan dengan lemah lembut. Dari sini lahir istilah "hadiah" yang merupakan
penyampaian sesuatu dengan lemah lembut guna menunjukkan simpati.

Adapun secara terminologi, "hidayah" (hidayah) dapat dimaknai secara umum dan
secara khusus. Hidayah dalam makna umum adalah petunjuk Allah yang diberikan kepada
semua makhluk- Nya, mulai dari binatang sampai manusia. Hidayah ini dapat berupa insting
(ghara'iz), indra (hawds), dan akal (aq) bagi manusia. Dalam hal ini Allah berfirman:

‫زلنا الذي أعطى كل شيء خلقه ثم هدى‬.

Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada setiap sesuatu bentuk
kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk (OS. Thâha [20]:50).

`‫ك األ ْعلَى الذي خلق فسوى والذي قدر فهدى‬


َ ِّ‫سبح ا ْس َم َرب‬.

Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan


(penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk (QS.
al-A'la [87]:1-3).

Sedangkan hidayah dalam makna khusus adalah petunjuk yang datang dari Allah
kepada manusia agar berada di jalan yang benar. Hidayah ini bisa diistilahkan dengan agama,
yakni wahyu Allah melalui para nabi dan rasul untuk kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
Makna ini dapat dipahami, misalnya, dari firman Allah berikut ini:

4
‫ولتعلم الذينَ أوتُوا ْال ِعلم أنه الحق ِم ْن َربِّكَ فَيُْؤ ِمنُوا بِ ِه فَتُحْ بِت لَهُ قلُو ِه ْ`م َوِإ َّن هللا هَا ِد الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإلى‬
‫صراط مستقيم‬

Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya al-Quran itulah
yang benar dari Tuhanmu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya.
Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan
yang lurus (QS. al-Hajj: [22]:54).

‫ َوَأ َّما ثَ ُمو ُد فَهَ َد ْينَاهُ ْم فَا ْست ََحبُّوا ْال َع َمى عَلى الهدى‬.

Adapun kaum Tsamud, Kami telah memberi mereka petunjuk, tetapi mereka lebih
senang kebutaan (kesesatan) daripada hidayah (QS. Fushshilat [41]:17).

Dorongan mental spiritual hidayah biasanya ditandemkan dengan taufiq, yaitu suatu
kekuatan yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia untuk mengamalkan dengan
sungguh- sungguh apa yang telah diketahuinya. Istilah taufiq sendiri, secara harfiah berasal
dari kata "waffaqa" yang berarti "sesuai" atau "sepakat" (lihat Munawwir, 1998). Hal ini karena
taufiq merupakan kondisi bersatunya ilmu yang dimiliki seseorang dengan pengamalannya.
Itulah sebabnya, banyak orang yang berilmu tapi tidak dapat mengamalkannya, karena tidak
adanya kesepakatan antara yang diketahui dengan perilakunya.1

B. Hidayah Adalah Otoritas Allah


Hidayah itu sepenuhnya ada dalam genggaman Allah. Siapapun tak memiliki
kekuasaan untuk menjadikan seseorang berada pada jalan yang benar, kecuali hanya sekedar
memberi tahu, memberi perangkat, dan menunjukkan jalan. Dalam arti, tak ada seorang pun
yang bisa menggerakkan mental spiritual seseorang agar berada di jalan yang benar, kecuali
dikehendaki Allah melalui upayanya. Jangankan orang awam, Rasulullah SAW pun yang
notabene sebagai manusia yang paling disayangi Allah, tidak memiliki otoritas memberikan
hidayah ini kepada siapapun. Beliau hanyalah pemberi peringatan, pengajak ke jalan yang
benar, dan penjelas apa yang diwahyukan oleh Allah. Soal menuruti atau tidaknya orang yang
bersangkutan, itu urusan dia dengan Allah. Dalam hal ini Allah berfirman:
1
Hermawan, Acep.(2013).”Menjemput Hidayah”.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 4

5
‫ك اَل تَ ْه ِدي َم ْن َأحْ بَبْتَ َولَ ِك َّن هَّللا َ يَ ْه ِدي َم ْن يَ َشا ُء ۚ َوه َُو َأ ْعلَ ُم بالمهتدين‬
َ َّ‫ِإن‬

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu
kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk 201 kepada orang (OS. al-Qashash [28]-56).
Ayat tersebut -menurut hadits Abu Hurairah-berkaitan dengan paman Rasulullah
SAW, Abu Thalib, yang tidak mau berucap kalimah tahlil. Ketika itu beliau bersabda:
Ucapkanlah la ilaha illallah (tidak ada tuhan selain Allah), kelak aku akan menjadi saksi
pada hari kiamat bahwa engkau (paman) telah beriman. Abu Thalib menjawab: Sekiranya
aku tidak takut wanita-wanita Quraisy mencelaku dan mencelakaiku dengan menyatakan
bahwa aku beriman karena terpaksa, tentu aku akan mengucapkannya dengan kesaksianmu
(HR Muslim). Hal ini menyatakan bahwa hidayah tidak diperoleh seseorang tanpa ada
upaya untuk menmenjemputnya di sisi Allah.
Fakta lain membuktikan, banyak orang yang memiliki orang tua saleh, saudara
yang berilmu, kerabat yang ahli ibadah, teman yang mengerti al-Quran dan as-Sunnah,
namun tidak bisa menjamin orang itu berada di jalan Allah. Bukankah di antara anak Nabi
Adam as ada yang durhaka? Bagaimana pula dengan istri dan anak Nabi Nuh dan istri nabi
Lûth as? Lihat juga bagaimana kelakuan suami Siti Asiyah alias Fir'aun? Walaupun
memang harus diakui, bahwa lingkungan yang saleh adalah salah satu sumber hidayah,
namun akhirnya akan dikembalikan kepada orang yang bersangkutan.
Kita lihat pula perjuangan Adam dan istrinya yang pernah tergelincir oleh rayuan
gombal Iblis. Mereka harus berjibaku untuk memperoleh (kembali) hidayah dari Allah,
yang akhirnya berhasil. Perjuangan Ibrahim saat mencari Tuhannya adalah perjuangan
berat yang melibatkan pemikiran cerdas, dan berlanjut sampai akhirnya hidayah Allah
datang. Rasulullah Muhammad SAW juga harus berkhalwat di Gua Hira yang tentu tidak
mudah dan tidak sebentar dalam rangka meraih hidayah Allah. Dan banyak peristiwa lain
yang tidak mungkin disebutkan di sini. Semuanya menunjukkan betapa hidayah Allah
harus diperjuangkan.

C. Pengertian Idlal

Idlal merupakan bentuk kausatif dari kata dlal yang artinya menyimpang dari jalan
yang benar. Kata dlal diterapkan terhadap setiap penyimpangan dari jalan yang benar, baik
itu sengaja ataupun tidak, baik itu sedikit ataupun banyak. Kata dlal juga diterapkan pula
terhadap orang yang menjalankan apa saja.

6
Bahkan menurut Imam Roghib Idlal itu menjadi dua macam, yang pertama ialah
sebab timbulnya dlal (sesat). Hal ini terjadi karna dua jalan, pertama Apabila suatu barang
hilang dari tangan anda, misalnya seperti ( aku kehilangan unta ), ini bukan berarti aku
menyesatkan unta. Kedua, apabila anda yakin bahwa seseorang benar benar tersesat.
Dalam dua hal terebut dlal di sebabkan oleh idlal. Kedua, ialah dlal yang menyebabkan
tersesatnuya barang yang menjadi obyeknya idlal. Adapun kata idlal digunakan dalam
Qur’an suci hanyalah memutuskan atau berpendapat bahwa orang itu tersesat.
Kata idlal yang berarti memiliki arti demikian, banyak digunakan di kalangan
Bahasa arab. Dalam satu hadist diriwayatkan Nabi suci mendatangi suatu kaum,
Fadlalahum, artinya : Beliau menemukan mereka tersesat, karna mereka tak mengikuti
jalan yang benar.
Jadi tidak berarti beliau menyesatkan mereka.
Seperti yang dijelaskan di kitab Ibnu Atsir yang menerangkan bahwa kata Adlallahu
berarti menemukan dia tersesat, sebagaimana dengan kata Ahmadtuhu berarti aku
menemukan dia terpuji, dan kata Abkhaltuhu berarti aku menemukan dia kikir.
Oleh karena itu, kata Idlal yang berarti yang berarti menyesatkan tak dapat
diterapkan terhadap Allah, dan oleh karena kata yang dituju oleh kata Idlal yang
dihubungkan dengan Allah itu orang orang yang durhaka dan orang yang melebihi batas,
maka satu satunya makna yang dapat di terapkan te rhadap kata Idlal yang
dihubungkan dengan Allah, Ialah Allah memutuskan dia tersesat, atau Allah menemukan
dia tersesat.

7
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Hidayah merupakan petunjuk dari Allah swt yang diberikan kepada Makhluknya.
Dan juga ada Idlal yang merupakan kesesatan atau menyesatkan. Adapun kesesatan
dalam bermaksiat, zina, mencuri, terjeremus kedalam jalan yang salah karena faktor
pergaulan dll. Hidayah ada yang berlaku umum berupa insting, indra, dan akal bagi
manusia. Ada juga hidayah yang khusus, yakni petunjuk yang berupa agama supaya
manusia berada pada jalan yang lurus. Hidayah adalah otoritas Allah, dalam arti tidak ada
seorang pun yang bisa menggerakkan mental spiritual seseorang agar berada di jalan
yang benar, kecuali dikehendaki Allah, melalui upayanya (seseorang yang menginginkan
hidayah) yang sungguh-sungguh. Semoga kita semua di berikan kerahmatan dan
keselamatan selalu. Aamin…

8
DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Acep.(2013).”Menjemput Hidayah”.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Hlm 4.
Ali Muhammad, Maulana.(2016).”Islamologi”.Jakarta pusat: CV Darul Kutubil
Islamiyah. Hlm 335.

Anda mungkin juga menyukai