Disusun oleh :
Zulfa Fazliana Syambodi (221340089)
Ita Jurianti (221340088)
Avril Laura Fatma Azzacra (221340087)
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini
masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi untuk
menyelesaikan makalah tentang “ Unsur-Unnsur Dakwah: Da’I, Prasyarat dan Kualifikasinya”.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah pendidikan kewarganegaraan.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak
yang telah mendukung serta membantu penulisi selama proses penyelesaian tugas akhir ini
hingga selesainya makalah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada :
1. Dr. Hj. Umdatul Hasanah, S.Ag., M.Ag. selaku dosen pengampu atas bimbingan dan tugas
yang diberikan.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai unsur- unsur dakwah ; da’I, prasyarat, dan kualifikasinya.
Memahami dari syarat dan kualifikasi seorang da’i.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna serta
kesalahan yang penulis yakini diluar batas kemampuan penulis. Maka dari itu penulis dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyuluh agama atau dengan kata lain yaitu, da’I dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu yang
pertama untuk dirinya sendiri, maksudnya adalah sebelum seorang da’I mendakwahkan kepada
orang lain, ia harus mendakwahkan dirinya terlebih dahulu. Seseorang yang dikatakan da’I harus
bisa menjadi pribadi yang baik, seperti bisa mengontrol emosi, bijaksana dll.
Kemudian yang kedua, da’i berguna untuk para pendengar ceramahnya (mad’u). Yang berarti,
semua orang yang dikatakan sebagai da’I diwajibkan memiliki kekayaan hati, kekayaan
kepribadian. Maksudnya adalah, menjadi orang yang bisa memiliki rasa nyaman, tenang, dan
damai terhadap pendengar atau jama’ahnya.
Dan yang terakhir, seorang penyuluh agama atau da’I harus memiliki ilmu agama yang lebih atau
dikatakan sebagai orang yang alim (berilmu). Karena, setiap perkataannya harus memiliki
landasan, juga sandarannya. Yang berarti, setiap perkataannya itu adalah benar. Dan selalu dalam
ajaran Allah SWT.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana definisi da’I, juga prasyaratnya, dan kualifikasinya bedasarkan dalil serta
pemikiran beberapa ulama?
Apa saja yang termasuk kategorisasi da’I dalam konteks normative dan sosiologi?
Bagaimana keudukan da’I, beserta dalilnya?
3. Tujuan
Mampu menjelaskan definisi, prasyarat,kualifikasi dari pemikiran/ dalil mengenai da’i. JUga
mampu menganalisis da’I dalam kontek normative dan sosiologis, dan mengetahui ayat tentang
kedudukan seorang da’i
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Da’i
Setiap orang muslim bisa dikatakan sebagai da’I, dalam artian luas. Karena setiap
muslim wajib menyampaikan ajaran Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Al-
Qur’an Mengisyaratkan dakwah dapat disampaikan oleh seseorang yang memiliki
kemampuan lebih dalam bidang dakwah.
Dapat diartikan, bahwa seorang da’I merupakan unsur terpenting dalam kegiatan
dakwah, yaitu seseorang yang bergerak dalam bidang dakwah, untuk menyampaikan
ajaran islam kepada masyarakat suapaya ajaran islam hadir juga diamalkan dalam
kehidupan sehari-harinya. Dalam istilah lain, da’I dikatakan sebagai mubaligh yang
menyiarkan juga mengajarkan, dan mengajak kepada jalan Allah SWT yaitu agama
islam. Allah telah menjelaskan dalam firmanNya mengenai seorang da’i. Di bawah
ini merupakan ayat tentang seorang da’I yang berbunyi sebagai berikut:
َصي َر ٍة َأنَاْ َو َم ِن اتَّبَ َعنِي َو ُس ْب َحانَ هّللا ِ َو َما َأنَاْ ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكين
ِ َقُلْ هَـ ِذ ِه َسبِيلِي َأ ْدعُو ِإلَى هّللا ِ َعلَى ب
Setiap da’I harus memiliki kepribadian yang tinggi dalam kata lain pribadi yang baik, harus
memiliki sifat yang lembut, bijaksana dalam menyikapi dalam segala permasalahan-
permasalahan yang ada. Juga, para da’I harus mengikuti dan meneladani jejak Rasulullah
SAW. dalam berdakwah. Juga para da’I harus memiliki pemahaman islam yang mendalam,
1
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, Jakarta: Widya Cahaya, 2011
dan memiliki iman kokoh juga memiliki hubungan yang kuat dengan Allah SWT. Berikut
merupakan prasyarat menjadi seorang da’I yaitu :
a. Mempunyai wawasan juga pengetahuan materi yang di dakwahkan
“ Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran,penglihatan dan hati nurani, semuanya itu akan dimintakan pertanggung
jawabannya”. ( Al- Israa : [17]:36)2
b. Mengagungkan Tuhan
Hanya Allah yang diagungkan para da’I, dan tiada satupun yang agung selain Allah
SWT. Dan para da’I hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT. 3
c. Suci Lahir
Setiap manusia memiliki 2 kebersihan yaitu pakian juga hati. Mengapa demikian? Karena
para da’I akan menyampaikan hal yang suci. 4
2
Kementrian Agama RI, AL-Quran dan Tafsirnya…,hal. 479
3
Bahreisj,Hussein.Hadist Shahih, (Al-Jamius Shahih …, hal. 31)
4
Sayyid Quthb,tafsir fi dhilalil Qur’an, vol. XII …,hal.90
5
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya…, hal. 92
Maksudnya adalah para da’I tidak boleh mengharapkan apa yang telah mereka beri untuk
menerima apa yang mereka beri. Atau dengan kata lain tidak mengharapkan imbalan
manusia. Atau mengungkit tentang kebaikannya, karena akan timbul penyakit ujub
sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:
Kualifikasi atau keahlian apa yag diperlukan untuk elakukan sesuatu.Seperti yang telah dirancang Al-
Qur’an sebagi berikut :
Terjemahnya:
Maka, berkat rahmat Allah, engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang
Pada Ayat di atas dijelaskan bahw Nabi Mumahammad, salah satu kunci keberhasilan dalam
dakwahnya ialah dengan cara berlemah lembut.
Terjemahnya:
6
Ibid,hal. 412.
Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu
melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)?. Tidakkah kamu
Ayat diatas memiliki makna yaitu Salah satu hadis yang dapat diberikan mengenai turunnya ayat ini
adalah sebagai berikut.
Menurut tradisi, wahyu dalam ayat ini mengacu pada orang-orang Yahudi. Madinah
kemudian berkata kepada menantu, kerabat dan saudara sepersusuan yang masuk Islam
berpegang teguh pada agama yang Anda ikuti (Islam) dan berpegang teguh pada apa
pun .Diperintahkan oleh Muhammad karena perintahnya benar. dia mendorong orang lain
untuk melakukannya Baik, tapi dia tidak melakukannya sendiri, jadi ayat itu datang sebagai
peringatan orang yang melakukan ini. Ini adalah riwayat Al Wahidi.
Terjemahnya:
Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan hanya sebagai pembawa
kabar gembira dan pemberi peringatan. Katakanlah, “Aku tidak meminta imbalan apa
pun dari kamu dalam menyampaikan (risalah) itu, melainkan (mengharapkan agar)
orang-orang mau mengambil jalan kepada Tuhannya.” QS. al-Furqan (25): 56-57. ]
Dengan adanya ayat di atas terdapat tafisr yang diberi dari Said Hawwa, bahwa dalam
berdakwah tidaklah adanya pengumutan. Dan hatinya dibenarkan bawhasannya segala
sesuatu harus karena mencari ridha Allah SWT.
2. Sosiologis
A. Pengertian Sosiologi Dakwah9
Sosiologi berasal dari seorang ahli filsafat Prancis bernama Auguste Comte
menulis beberapa buku yg berisi pendekatan untuk mempelajari masyarakat. Kata
sosiologi berasal dari kata "socius" yang berarti kawan dan Logos berasal dari Yunani
7
Abdul Basit, Filsafat Dakwah (Jakarta: Rajawali, 2013), 96.
8
Fatmawati, "Da'i Muda Pilihan (DMP) ANTV dalam Perspektif Dakwah", Ilmu Dakwah, Vol.
6,No. 19 (Juni, 2012), 1.
9
Dr.H.Usman Jasad, S.Ag.,M.Pd., Sosiologi Dakwah: Perspektif Sosiologi terhadap Dinamika
Dakwah,hal. 1-4.
logos berarti "kata", kemudian istilah sosiologi populer kerana Herbert Spencer
mengembangkan suatu sistematika dalam bukunya yg berjudul principeles les of
Sociology
10
ibid
kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi cahaya yang menerangi". (QS
Al Ahzâb [33]: 45-46).
Kedudukan dai dalam Islam sangatlah agung dan perkataannya pun paling baik dalam
pandangan Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
BAB III
PENUTUPAN
E. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA