Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU DAKWAH

UNSUR-UNSUR DAKWAH: DA’I, PRASYARAT DAN KUALIFIKASINYA


Dosen pengampu : Dr. Hj. Umdatul Hasanah, S.Ag., M.Ag.

Disusun oleh :
Zulfa Fazliana Syambodi (221340089)
Ita Jurianti (221340088)
Avril Laura Fatma Azzacra (221340087)

BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UIN SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN
2022/2023
KATA PENGATAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini
masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi untuk
menyelesaikan makalah tentang “ Unsur-Unnsur Dakwah: Da’I, Prasyarat dan Kualifikasinya”.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah pendidikan kewarganegaraan.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak
yang telah mendukung serta membantu penulisi selama proses penyelesaian tugas akhir ini
hingga selesainya makalah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada :

1. Dr. Hj. Umdatul Hasanah, S.Ag., M.Ag. selaku dosen pengampu atas bimbingan dan tugas
yang diberikan.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai unsur- unsur dakwah ; da’I, prasyarat, dan kualifikasinya.
Memahami dari syarat dan kualifikasi seorang da’i.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna serta
kesalahan yang penulis yakini diluar batas kemampuan penulis. Maka dari itu penulis dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Serang, 13 oktober 2022


DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyuluh agama atau dengan kata lain yaitu, da’I dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu yang
pertama untuk dirinya sendiri, maksudnya adalah sebelum seorang da’I mendakwahkan kepada
orang lain, ia harus mendakwahkan dirinya terlebih dahulu. Seseorang yang dikatakan da’I harus
bisa menjadi pribadi yang baik, seperti bisa mengontrol emosi, bijaksana dll.

Kemudian yang kedua, da’i berguna untuk para pendengar ceramahnya (mad’u). Yang berarti,
semua orang yang dikatakan sebagai da’I diwajibkan memiliki kekayaan hati, kekayaan
kepribadian. Maksudnya adalah, menjadi orang yang bisa memiliki rasa nyaman, tenang, dan
damai terhadap pendengar atau jama’ahnya.

Dan yang terakhir, seorang penyuluh agama atau da’I harus memiliki ilmu agama yang lebih atau
dikatakan sebagai orang yang alim (berilmu). Karena, setiap perkataannya harus memiliki
landasan, juga sandarannya. Yang berarti, setiap perkataannya itu adalah benar. Dan selalu dalam
ajaran Allah SWT.

2. Rumusan Masalah

 Bagaimana definisi da’I, juga prasyaratnya, dan kualifikasinya bedasarkan dalil serta
pemikiran beberapa ulama?
 Apa saja yang termasuk kategorisasi da’I dalam konteks normative dan sosiologi?
 Bagaimana keudukan da’I, beserta dalilnya?

3. Tujuan

Mampu menjelaskan definisi, prasyarat,kualifikasi dari pemikiran/ dalil mengenai da’i. JUga
mampu menganalisis da’I dalam kontek normative dan sosiologis, dan mengetahui ayat tentang
kedudukan seorang da’i
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi, Prasyarat, Kualifikasi, Da’I Dari Dalil/ Perkataan para Ulama

1. Definisi Da’i

Setiap orang muslim bisa dikatakan sebagai da’I, dalam artian luas. Karena setiap
muslim wajib menyampaikan ajaran Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Al-
Qur’an Mengisyaratkan dakwah dapat disampaikan oleh seseorang yang memiliki
kemampuan lebih dalam bidang dakwah.

Dapat diartikan, bahwa seorang da’I merupakan unsur terpenting dalam kegiatan
dakwah, yaitu seseorang yang bergerak dalam bidang dakwah, untuk menyampaikan
ajaran islam kepada masyarakat suapaya ajaran islam hadir juga diamalkan dalam
kehidupan sehari-harinya. Dalam istilah lain, da’I dikatakan sebagai mubaligh yang
menyiarkan juga mengajarkan, dan mengajak kepada jalan Allah SWT yaitu agama
islam. Allah telah menjelaskan dalam firmanNya mengenai seorang da’i. Di bawah
ini merupakan ayat tentang seorang da’I yang berbunyi sebagai berikut:

َ‫صي َر ٍة َأنَاْ َو َم ِن اتَّبَ َعنِي َو ُس ْب َحانَ هّللا ِ َو َما َأنَاْ ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكين‬
ِ َ‫قُلْ هَـ ِذ ِه َسبِيلِي َأ ْدعُو ِإلَى هّللا ِ َعلَى ب‬

“Katakanlah: “Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku


mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha suci Allah, dan aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Yusuf : 108)1

2. Prasyaratan Seorang Da’i

Setiap da’I harus memiliki kepribadian yang tinggi dalam kata lain pribadi yang baik, harus
memiliki sifat yang lembut, bijaksana dalam menyikapi dalam segala permasalahan-
permasalahan yang ada. Juga, para da’I harus mengikuti dan meneladani jejak Rasulullah
SAW. dalam berdakwah. Juga para da’I harus memiliki pemahaman islam yang mendalam,
1
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, Jakarta: Widya Cahaya, 2011
dan memiliki iman kokoh juga memiliki hubungan yang kuat dengan Allah SWT. Berikut
merupakan prasyarat menjadi seorang da’I yaitu :
a. Mempunyai wawasan juga pengetahuan materi yang di dakwahkan

Sebagaimana firman Allah SWT:

“ Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran,penglihatan dan hati nurani, semuanya itu akan dimintakan pertanggung
jawabannya”. ( Al- Israa : [17]:36)2

b. Mengagungkan Tuhan

Allah berfirman dalam surat Al-Muddatsir; 74:3), yang berarti:

“Dan agungkanlah Tuhanmu”

Hanya Allah yang diagungkan para da’I, dan tiada satupun yang agung selain Allah
SWT. Dan para da’I hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT. 3

c. Suci Lahir

Seorang da’I harus memiliki kebersihan hati,ahlak,juga amal perbuatan. Sebagaimana


disebutkan dalam surat( Al-Muddatsir ; 74:4) yang berarti:

“Dan bersihkanlah pakaianmu”

Setiap manusia memiliki 2 kebersihan yaitu pakian juga hati. Mengapa demikian? Karena
para da’I akan menyampaikan hal yang suci. 4

d. Tinggalkan Perbuatan Keji

Seperti firman Allah yang berarti :

“mengapa kamu menyuruh orang lain mengerjakan kebajikan, sedangkan kamu


melupakan diri sendiri, padahal kamu membaca kitab (taurat)? Tidaklah kamu
mengerti?” ( Al-Baqorah; 02:44)

Allah menampakkan kemungkaran pada orang yang menyampaikan kebaikan tetapi


melanggar perkataannya sendiri.5

e. Jangan Berharap Balasan Dari Manusia

2
Kementrian Agama RI, AL-Quran dan Tafsirnya…,hal. 479
3
Bahreisj,Hussein.Hadist Shahih, (Al-Jamius Shahih …, hal. 31)
4
Sayyid Quthb,tafsir fi dhilalil Qur’an, vol. XII …,hal.90
5
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya…, hal. 92
Maksudnya adalah para da’I tidak boleh mengharapkan apa yang telah mereka beri untuk
menerima apa yang mereka beri. Atau dengan kata lain tidak mengharapkan imbalan
manusia. Atau mengungkit tentang kebaikannya, karena akan timbul penyakit ujub
sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:

Dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan)


yang lebih banyak”. ( surat Al-Muddatsir, 74:6).6

B. Kualifikasi Seorang Da’i

Kualifikasi atau keahlian apa yag diperlukan untuk elakukan sesuatu.Seperti yang telah dirancang Al-
Qur’an sebagi berikut :

1. Bersikap Lemah Lembut dan Sopan Santun

QS. Ali „Imran (3) : 159

Terjemahnya:

Maka, berkat rahmat Allah, engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap

mereka. Sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri

dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan

bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah

membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang

bertawakkal.[ QS. Ali „Imran (3) : 159]

Pada Ayat di atas dijelaskan bahw Nabi Mumahammad, salah satu kunci keberhasilan dalam
dakwahnya ialah dengan cara berlemah lembut.

2. Mempraktekkan materi dakwahnya sebelum diceramahkan

Terjemahnya:

6
Ibid,hal. 412.
Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu

melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)?. Tidakkah kamu

mengerti? [QS.al-Baqarah (2) : 44]

Ayat diatas memiliki makna yaitu Salah satu hadis yang dapat diberikan mengenai turunnya ayat ini
adalah sebagai berikut.

Menurut tradisi, wahyu dalam ayat ini mengacu pada orang-orang Yahudi. Madinah
kemudian berkata kepada menantu, kerabat dan saudara sepersusuan yang masuk Islam
berpegang teguh pada agama yang Anda ikuti (Islam) dan berpegang teguh pada apa
pun .Diperintahkan oleh Muhammad karena perintahnya benar. dia mendorong orang lain
untuk melakukannya Baik, tapi dia tidak melakukannya sendiri, jadi ayat itu datang sebagai
peringatan orang yang melakukan ini. Ini adalah riwayat Al Wahidi.

3. Melaksanakan tugas dengan penuh keikhasan

Terjemahnya:

Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan hanya sebagai pembawa

kabar gembira dan pemberi peringatan. Katakanlah, “Aku tidak meminta imbalan apa

pun dari kamu dalam menyampaikan (risalah) itu, melainkan (mengharapkan agar)

orang-orang mau mengambil jalan kepada Tuhannya.” QS. al-Furqan (25): 56-57. ]

Dengan adanya ayat di atas terdapat tafisr yang diberi dari Said Hawwa, bahwa dalam
berdakwah tidaklah adanya pengumutan. Dan hatinya dibenarkan bawhasannya segala
sesuatu harus karena mencari ridha Allah SWT.

C. kategorisasi da’I dalam konteks normative dan sosiologi


1. Normative
A. Pengertin Normative Dakwah
Secara normative, dakwah merupakan suatu tugas sebagai sarana
mengembangkan agama islam. Dengan adanya dakwah eksistensi adanya agama
islam akan senantiasa ada, maka tidak menutup kemungkinan jika aktivitas dakwah
semakin maju tentu akan beakibat pada penuhnya agama, maka satu-satunya penutup
eksistensi sebuah agama adalah pelaku dari dakwah yakni manusia. Manakala tidak
ada manusia yang melakukan dakwah tentu tidak aka nada aktivitas dan gerakan
dakwah dimuka bumi ini.7
Sehingga hal tersebut akan mengakibatkan kemandengan penyebaran agama
islam yang berdampak pada eksistensi sebuah agama. Manusia merupakan unsur
utama dalam kegiatan dakwah yang menjadi penentu keberhasilan suatu dakwah,
manakala manusia dapat menyampaikan dakwah dengan menarik, tentu para
pendengar dakwah akan lebih mudah menerima sesuatu yang disampaikan
pendakwah. Dan suatu dakwah yang menarik dapat diwujudkan dengan cara
kreatifitas yang dimiliki pendakwah. Jika demikian adanya dapat disimpulkanbahwa
aktivitas dakwah yang kreatif dapat membawa pengaruh yang poitif terhadap
kemajuan agama, begitu pula sebaliknya apabila aktivitas dakwah dilakukan tanpa
kreativitas sehingga terjadi kepenuhan dalam beragama.8
Adapun perintah untuk berdakwah dijelaskan dalam sabda nabi sbagia berikut:

2. Sosiologis
A. Pengertian Sosiologi Dakwah9

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa, dan objeknya


merupakan masyarakat, karena masyarakat memiliki beberapa problematika di dalam
kehidupannya.

Sosiologi berasal dari seorang ahli filsafat Prancis bernama Auguste Comte
menulis beberapa buku yg berisi pendekatan untuk mempelajari masyarakat. Kata
sosiologi berasal dari kata "socius" yang berarti kawan dan Logos berasal dari Yunani
7
Abdul Basit, Filsafat Dakwah (Jakarta: Rajawali, 2013), 96.
8
Fatmawati, "Da'i Muda Pilihan (DMP) ANTV dalam Perspektif Dakwah", Ilmu Dakwah, Vol.
6,No. 19 (Juni, 2012), 1.
9
Dr.H.Usman Jasad, S.Ag.,M.Pd., Sosiologi Dakwah: Perspektif Sosiologi terhadap Dinamika
Dakwah,hal. 1-4.
logos berarti "kata", kemudian istilah sosiologi populer kerana Herbert Spencer
mengembangkan suatu sistematika dalam bukunya yg berjudul principeles les of
Sociology

Dan dakwah sendiri merupakan semua usaha yang mentransformasikan ajaran


Islam dalam realitas sosial. Maka dari itu dakwah sering sejalan dengan dinamika
sosial, dan suksenya dakwah dilihat bedasarkan pengaruh terhadap realitas sosial
tersebut.

Dapat disimpulkan, bahwa sosiologi dakwah merupakan suatu ilmu yg mempelajari


interaksi juga gejala sosial yg berhubungan dengan aktivitas dakwah.

Sosiologi dakwah memiliki 2 ruang lingkup:


1. Material
Terkekaitan interaksi sosial yg terjadi dalam masyarakat
2.Formal
Karena interaksi masih sangat general maka objek formal sosiologi dakwah
merupakan interaksi sosial yg berhubungan langsung dengan aktivis dakwah.

B. Kontribusi Sosiologi dakwah10

1. Alat analisis membaca perkembangan, juga fenomena dan dinamika sosial di


sekitar pelaksanaan dakwah
2. Memberi saran yg aktual dan faktual mengenai realitas sosial dalam penyusunan
perencanaan dakwah sehingga seorang aktivis dakwah memiliki relevansi dengan
kebutuhan masyarakat

D. keudukan da’I, beserta dalilnya


kedudukan dai sebagai subyek dakwah memiliki beberapa peranan sebagaimana
diungkapkan Alquran: Artinya: "Hai nabi, se sung guhnya Kami mengutusmu untuk jadi
saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru

10
ibid
kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi cahaya yang menerangi". (QS
Al Ahzâb [33]: 45-46).
Kedudukan dai dalam Islam sangatlah agung dan perkataannya pun paling baik dalam
pandangan Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

٣٣ َ‫صلِ ٗحا َوقَا َل ِإنَّنِي ِمنَ ۡٱل ُم ۡسلِ ِمين‬


َ ٰ ‫َو َم ۡن َأ ۡح َسنُ قَ ۡواٗل ِّم َّمن َدعَٓا ِإلَى ٱهَّلل ِ َو َع ِم َل‬
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah subhanahu wa ta’ala, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, “Sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (Fushshilat: 33)

BAB III
PENUTUPAN
E. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai