Anda di halaman 1dari 30

NAMA : ITA JURIANTI

NIM : 221340088
KELAS : BKI/1/C
Mata Kuliah : Ilmu Kalam
DOSEN : Dr. H. Machdum Bachtiar, M.Pd

RESUME ILMU KALAM


KELOMPOK 1
Konsep Dasar Tauhid, Pengertian, Pebedaan, Tujuan dan Fungsi Ilmu Tauhid

A. Konsep Dasar Tauhid


Tauhid (bahasa Arab: ‫ ( توحيد‬merupakan dasar agama Islam yang secara persis
diungkapkan dalam frasa “La ilaha illallah” Menurut bahasa, tauhid adalah bentuk
masdar dari fi'il wahhada-yuwahhidu yang artinya menjadikan sesuatu jadi satu saja.
Dalam konsep Islam tauhid adalah konsep dalam akidah Islam yang menyatakan keesaan
Allah. Islam mengajarkan bahwa Allah esa (satu) tidak dari segi bilangan. Melainkan dari
segi bahwa Allah tidak mempunyai sekutu atau serupa. Allah satu dari segi Dzatnya,
dengan makna bahwa tidak ada dzat yang serupa dengan Dzat Allah.

B. Pengertian Tauhid Secara Etimologi dan Terminologi


a. berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata wahhada ِ yuwahhidu ‫ َد ُح ِيو ُد َح َو‬secara
etimologi,tauhid berarti keesaan.
b. ecara istilah syar‟i, tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal mencipta, menguasai,
mengatur dan memurnikan (mengikhlaskan) peribadahan hanya kepada-Nya,
meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya serta menetapkan asma‟ul husna dan
sifat al-„ulya bagi-Nya dan mensucikan- Nya dari kekurangan dan cacat.

C. Perbedaan Antara Tauhid, Ilmu Kalam, Ilmu Aqidah, Teologi Islam dan
Ushulludin
1. Tauhid ( Tauhid ialah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (mengesakan Tuhan),
tidak ada sekutu bagiNya. Mengesakan Allah pada sesuatu yang menjadi
kekhususanNya, Rububiyah, Uluhiyah, atau Asma serta sifat-sifatNya).
2. Ilmu ‘Aqaid (‘Aqaid artinya simpulan, yakni kepercayaan yang tersimpul dalam hati,
menjadikan rasa yakin pada diri tanpa tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
3. Ilmu Kalam (Ilmu Klam adalah ilmu yang membahas tentang Tuhan dengan
mendasarkan pada argument logika atau rasio sebagai pembuktian terhadap argument
naqli atau teks).
4. Ushuluddin (Ushuluddin berarti pokok (keesaan Tuhan) atau dasar-dasar agama. Ilmu
Ushuluddin adalah ilmu yang membahas tentang prinsip-prinsip kepercayaan agama
dengan dalil-dalil qath’I dan dalil-dalil akal pikiran.
5. Theologi Islam (Theologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keTuhanan, yaitu
membicarakan Dzat Tuhan dari segala segiNya dan hubunganNya dengan alam.
Theology Islam yakni ilmu keTuhanan yang membahas tentang ihwal Tuhan).

D. Tujuan Mempelajari Ilmu Kalam dan Objek Kajian Ilmu Kalam


a. Tujuan Mempelajari Ilmu Kalam
1. Mampu Merealisasikan Manusia
2. Bisa Meningkatkan Dalam Berfikir, Memahami dan Mengajari
3. Menumbuhkan ‘Aqidah
b. Objek Kajian Ilmu Kalam
1. Aqidah Islam
2. Sebab-Sebab Penamaan
c. Ruang Lingkup Ilmu Kalam
1. lahiah
2. Nubuat
3. Ruhaniyah
4. Ruhaniyah

E. Fungsi Aqidah/Tauhid Dalam Kehidupan Sosial.


1. Melaksanakan dan menegakkan suatu kewajiban yang sama-sama di sepakati
yaitu mengenal Allah SWT yang maha tinggi.
2. Membenarkan para rasulnya, dengan keyakinan yang dapat menentramkan jiwa,
dengan jalan barpegang teguh kepada dalil.
3. Menghilangkan talqid terhadap sesuatu yang telah diceritakan oleh para leluhur
tentang hikayat-hikayat bangsa purba karena perbuatan-perbuatan seperti itu
sangat di cela oleh al-qur’an.
4. Untuk mengetahui bahwa kedudukan kala dalam agama islam menepati
kedudukan yang tinggi di samping al-qur’an dan sunah rasul.
5. Untuk menumbuhkan keyakinan dalam landasan yang kuat dan tidak mudah di
pengaruhi oleh zaman.

KELOMPOK 2
Agama pada Masa Arab Pra-Islam, Ilmu Tauhid pada Masa Rasulullah saw, Khulafaur
Rasyidin, Bani Umayyah, Abbasiyah dan pada Masa Pasca-Abassiyah

A. Asal-Usul Arab
Para sejarawan membagi asal usul Arab berdasarkan garis keturunannya ke dalam tiga
bagian:
1. Bangsa Arab al-Ba’idah. Mereka terdiri dari kabilah ‘Ad, Tsamud, al-‘Amaliqah,
Thasm, Jadis, Umaim, Jurhum, Hadhramaut, dan kabilah lannya yang masih
memiliki hubungan dengan kabilah-kabilah tersebut. inilah kabilah yang sempat
teridentifikasi dan tumbuh berkembang sebelum Islam datang.
2. Bangsa Arab al’Aribah (arab asli). Mereka adalah bangsa Arab yang berasal dari
keturunan Ya’rub bin Yasyjuj bin Qahthan. Mereka disebut juga dengan al-Arab
al-Qahthaniyah. Mereka diketahui bearasal dari selatan.
3. Arab al-Adnaniyyah. Nama ini disandarkan pada seseorang bernama Adnan yang
garis keturunannya berakhir pada Ismail bin Ibrahim as. Mereka dikenal dengan
al-Arab alMusta’rabah (arab pendatang). Yaitu sebuah masyarakat yang tidak
memiliki darah arab, kemudian mereka bertemu dengan Arab asli. Mereka adalah
masyarakat yang tumbuh di bagian utara. Tanah air asli mereka adalah Makkah.

B. Kondisi Keagamaan Bangsa Arab


Bangsa Arab pernah dinyatakan mengalami kemunduran dalam aspek keagamaan
karena praktik penyembahan berhala yang tidak masuk akal sama sekali.
Bahkan setiap kabilah memiliki berhalanya masing-masing. Kabilah Khuza’ah dan
Quraisy menyembah berhala Isaf dan Na’ilah. Ada juga berhala yang bernama Manat
yang terletak di pinggiran pantai. Seluruh bangsa Arab memujanya, terutama kabilah Auz
dan Khazraj. Di Tsaqif terdapat berhala yang bernama Lata, dan di Dzatu’Irqterdapat
berhala ‘Uzza, berhala yang paling besar d kalangan kabilah Quraisy.

C. Teori Pembinaan Pendidikan Islam pada Masa Rasullulah SAW


Awal kemunculan pendidikan islam dimulai sejak zaman adanya Rasulullah saw.
Pendidikan islam dalam pengertian umum hidup dan berkembang seiring dengan
kemunculan islam secara individual. Yakni berawal dari pendidikan yang bersifat secara
informal berupa Dakwah Islamiyah untuk menyebarkan misi ajaran Islam.
Masa pembinaan pendidikan Islam berlangsung selama 22 atau 23 tahun sejak
Rasulullah menerima wahyu pertama kali pada tanggal 17 Ramadhan 13 tahun sebelum
hijrah atau bertepatan dengan 6 Agustus 610 M sampai dengan wafatnya pada tanggal 12
Rabiul Awwal 11 H atau bertepatan dengan 8 Juni 632 M.
Materi pendidikan yang disebarkan untuk memperkokoh posisi agama Islam tidak
jauh dari nilai-nilai ajaran Islam dan persoalan lain yang menjadi kebutuhan masyarakat
Islam pada masa itu.
Aktualisasi pembinaan pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad saw. dapat
dibagi dalam 2 tahap, dari segi waktu dan tempat penyelenggaraan maupun dari segi isi
dan materi pendidikannya. Yaitu: 1) Fase Makkah, sebagai tahap awal pembinaan
pendidikan Islam dengan kota Makkah sebagai pusat kegiatannya. 2) Fase Madinah,
sebagai tahap lanjutan, penyempurnaan, pembinaan Pendidikan Islam dengan kota
Madinah sebagai pusat kegiatannya.

1. Pembinaan Pendidikan Islam di Makkah


Perjalanan pembinaan pendidikan Islam bermulai dari kepekaan diri Nabi
terhadap kondisi sosial dan politik yang dilanjutkan dengan suatu tradisi yang ada
pada Nabi Ibrahim yaitu tabah dalam mencari kebenaran yang hakiki, menjauhkan
diri dari hal-hal yang melibatkan khalayak ramai dan sikap yang terbilang berlebihan
dengan bertahannus di Gua Hira. Bertepatan pada tanggal 17 Ramadhan turunlah
wahyu pertama dari Allah SWT yang diperantarakan lewat Malaikat Jibril. Surat al-
Alaq ayat 1-5 adalah wahyu pertama yang diturunkan untuk Nabi Muhammad saw.
sebagai tahap awal dimulainya pembinaan pendidikan Islam di Makkah.
Sistem pengajaran yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw. adalah
menjelaskan pada umat manusia tentang makna wahyu yang telah beliau terima dan
memberikan petunjuk serta tauladan sesuai ajaran yang telah diwahyukan Allah.
Contoh tauladan yang Nabi Muhammad ajarkan, diharapkan akan menjadi landasan
yang kokoh untuk segala perbuatan yang tertuang dalam kehidupan sehari-hari.

a. Tahap Pendidikan Islam


1. Tahap Pendidikan Islam Secara Rahasia dan Perorangan
2. Tahap Pendidikan Islam Secara Terang-Terangan
3. Tahap Pendidikan Islam Secara Umum

b. Materi Pendidikan Islam


Secara rasional pendidikan tauhid diberikan melalui cara-cara
yang bijaksana, menuntun akal pikiran dengan mengajak umatnya
untuk membaca, memperhatikan dan memikirkan kekuasaan dan
kebesaran Allah dan diri manusia sendiri. Kemudian beliau
mengajarkan cara bagaimana mengaplikasikan pengertian tauhid
tersebut dalam kehidupan sehari-sehari.

c. Metode Pendidikan Islam


1. Metode Ceramah
2. Metode Dialog
3. Metode Diskusi atau Tanya Jawab
4. Metode Perumpamaan
5. Metode Kisah
6. Metode Kebiasaan
7. Metode Hapalan

2. Pembinaan Pendidikan Islam di Madinah


Hijrah dari Makkah ke Madinah bukan hanya sekedar berpindah dan
menghindarkan dari ancaman kaum Quraisy dan penduduk Makkah yang tidak
menghendaki pembaharuan terhadap tradisi mereka. Kedatangan Nabi Muhammad
saw bersama kaum muslimin Makkah, disambut oleh penduduk Madinah dengan
gembira. Maka kaum muslimin mendapatkan lingkungan baru yang bebas dari
ancaman para penguasa Quraisy Makkah, lingkungan yang memungkinkan bagi Nabi
Muhammad saw untuk meneruskan dakwah, menyampaikan ajaran Islam dan
menjabarkannya dalam kehidupan sehari-hari.

a. Materi Pendidikan Islam


Pada tahap pembinaan pendidikan di Madinah materi pendidikan
yang diberikan cakupannya lebih kompleks dibandingkan dengan
materi pendidikan fase Makkah. Materi pendidikan Islam itu antara
lain:
1. Pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antara kaum muslimin.
2. Pendidikan kesejahteraan sosial.
3. Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat.
4. Pendidikan hankam (pertahanan dan keamanan) dakwah Islam.
D. Khulafau Rasyidin
Pendidikan Islam di lakukan di Madinah, merupakan pusat segala kegiatan duniawi
dan keagamaan, termasuk kegiatan pendidikandan pembinaan Islam. Di Mekkah ajaran
Islam yang mengedepankan kemaslahatan dan kebajikan cenderung ditantang oleh orang
Quraisy, tetapi di Madinah ajaran Islam diterima dengan lapang dada.

1. Masa Khalifah Abu Bakar (11-13 H/632-634 M)


Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari Pendidikan tauhid atau keimanan,
akhlak, ibadah, kesehatan.
1. Pendidikan keimanan
2. Pendidikan akhlak
3. Kesehatan
Menurut Ahmad Syalabi, Lembaga untuk belajar membaca menulis ini
disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk
setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab
didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar30 dan pusat pembelajaran
pada masa itu adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai para pendidik
adalah para sahabat Rasul yang terdekat.

2. Masa khalifah Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M)


Khalifah kedua merupakan satu diantara tokoh-tokoh besar dalam sejarah Islam.
Beliau terkenal dengan tekad dan kehendaknya yang sangat kuat, cekatan, dan
karakternya yang berterus terang. Dalam hal Pendidikan Umar membangun tempat-
tempat pendidikan, juga tempat mengaji guru-guru, imam, muazzin dari dana Baitul
mal.
Khalifah Umar ibnu khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan
penyuluhan pendidikan di kota Madinah. Mata pelajaran agama Islam pada masa
Umar lebih maju dan lebih luas, serta lebih lengkap. Karena masa Umar bin khattab
negara dalam keadaan stabil dan aman, menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan,
telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan di setiap kota.

3. Masa khalifah Usman Ibnu Affan (23-35 H/644-656 M)


Khalifah ketiga dipilih menjadi khalifah oleh sebuah dewan pemilihan yang
disebut syura. Ia dijuluki Zu al-Nurain (memiliki dua cahaya) karena ia menikahi dua
putri Rasul bernama Ruqayyah dan Ummu Kulsum.
Khalifah Usman meminta untuk mengumpulkan naskah Al-quran yang disimpan
Hafsah binti Umar, naskah ini merupakan kumpulan tulisan Al-quran yang
berserakan pada masa pemerintahan Abu Bakar. Usman menginstruksikan agar
penyalinan pedoman kepada bacaan mereka yang menghafal Al-quran, seandainya
terjadi perbedaan dalam pembacaan, maka yang ditulis adalah yang berdialek Quraisy
(Arab). Salinan Al-quran dengan nama al-mushaf.

4. Masa khalifah Ali Ibnu Thalib (35-40 H/656-661 M)


Khalifah keempat juga sepupu dan sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW.
Dasar Pendidikan Islam yang tadinya bermotif aqidah tauhid, sejak masa itu tumbuh
diatas dasar motivasi, ambisius kekuasaan, dan kekuatan. Tetapi Sebagian besar
masih tetap berpegang kepada prinsip-prinsip pokok dan kemurnian yang diajarkan
Rasulullah SAW.
Dapat diduga, bahwa kegiatan pendidikan pada saat itu mengalami hambatan
dengan adanya perang saudara. Ali sendiri saat itu tidak sempat memikirkan masalah
pendidikan, karena ada yang lebih penting dan mendesak untuk memberikan jaminan
keamanan, ketertiban dan ketentraman dalam segala kegiatan kehidupan, yaitu
mempersatukan kembali kesatuan umat, tetapi Ali tidak berhasil.

E. Pendidikan Islam pada Masa Dinasti Bani Umayyah (661 M-750 M)


Pada masa Bani Umayyah berkuasa, pelaksanaan Pendidikan Islam semakin
meningkat dari masa-masa sebelumnya. Kalua pada masa Nabi dan Khulafaur
rasyidin Pendidikan Islam dilaksanakan di Kuttab, maka pada masa Dinasti Bani
Umayyah penguasa Dinasti ini sering menyelenggarakan majelis-majelis keilmuan,
Syalabi menjelaskan bahwa khalifah pertama Dinasti Bani Umayyah, Muawiyah bin
Abu Sofyan sering menyelenggarakan majelis dengan mengundang ulama, sastrawan
dan ahli sejarah untuk menerangkan kepada khalifah sejarah bangsa Arab melalui
syair-syair Arab, cerita-cerita Persia. Usaha ini mendorong berkembangnya syair-
syair Arab dan munculnya buku Akhbar al-Madin (buku tentang raja-raja dan sejarah
orang-orang kuno).

F. Pendidikan Islam pada Masa Bani Abasiyyah


1. Awal berdirinya Dinasti Bani Abasiyyah
Kekuasaan dinasti Abbas, atau khilafah Abbasiyah adalah untuk melanjutkan
kekuasaan dinasti Umayyah. Dimana pemerintahan Abbasiyah adalah keturunan dari
pada Al-Abbas, paman Nabi SAW. Pendiri kerajaan Al-Abbas ialah Abdullah as-
Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, dan pendirinya di anggap
suatu kemenangan bagi idea yang di anjurkan oleh kalangan Bani Hasyim setelah
kewafatan Rasulullah agar jabatan khalifah di serahkan kepada keluarga Rasul dan
sanak-saudaranya.

2. Pendidikan Islam pada Masa Bani Abasiyyah


Pendidikan dan pengajaran Islam itu terus tumbuh dan berkembang pada masa
khalifah-khalifah Rasyidin dan pada masa Umayyah. Pada permulaan masa
Abbasiyah pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat hebatnya di
seluruh Negara Islam, sehingga lahir sekolah-sekolah yang tidak terhitung
banyaknya, tersebar dari kota ke kota sampai dari desa ke desa.

G. Pendidikan Islam pada Masa Pasca-Abasiyah


1. Sejarah Berdirinya Dinasti Safawiyah
Berdirinya dinasti Safawiyah berawal dari gerakan tarekat yang diberi nama
Safawiyah. Gerakan ini muncul di Persia, tepatnya di Ardabil, sebuah kota di
Azerbaijan. Wilayah ini banyak ditinggali oleh suku Kurdi dan Armen.41Nama
Safawiyah dinisbahkan kepada Syekh Ishak Safiuddin atau Shafi Ad-Din yakni
seorang guru di Ardabil.
Shafi Ad-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan
sekaligus mertuaya yang wafat pada tahun 1301 M. Tarekat Safawiyah ini banyak
diterima oleh masyarakat sehingga tarekat ini mengubah model gerakan spiritual
keagamaan menjadi gerakan politik. Hal ini mulai tampak ketika gerakan tarekat
dipimpin oleh Junaid 1447-1460 M.

2. Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Safawiyah


Pada saat Ismail I berkuasa selama kurang lebih 23 tahun (1501-1524 M) ia
berhasil memperluas kekuasaannya, ia juga dapat menghancurkan kekuasaan Aq-
Qayunlu di Hamadan memperluas kekuasaannya, ia juga dapat menghancurkan
kekuasaan Aq-Qayunlu di Hamadan 1503 M. Ambisi politik mendorong Ismail untuk
memperluas daerah kekuasaannya ke Turki Utsmani, namun karena Turki Utsmani
merupakan dinasti yang sangat kuat pada masa itu akhirnya Ismail mengalami
kekalahan. Kekalahan itu meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri Ismail.
Akibatnya, kehidupannya menjadi berubah yang menimbulkan dampak negatif bagi
dinasti Safawiyah, yaitu timbulnya perebutan kekuasaan diantara pimpinanpimpinan
suku Turki, pejabat-pejabat Persia, dan Qizilbash.
Sepeninggal Ismail I kekuasaan dinasti Safawiyah di lanjutkan 0leh Tahmasp
(1524-1576 M), lalu dilanjutkan oleh Ismail II (1576-1577 M) dan Muhamad
Khubanda (1577-1587 M).

KELOMPOK 3
Konsep Iman, Islam, Ihsan, Kufur, Syirik dan Murtad

1. Pengertian Iman, Islam, Ihsan, Kufur, Syirik dan Murtad


a. Iman
Iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu - imanan. Artinya
beriman atau percaya atau membenarkan secara mutlak. Adapun menurut istilah
(khususnya dalam perspektif Islam) iman adalah mempecayai dan mengikuti segala
apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, baik yang berkenaan dengan akidah,
ibadah, maupun muamalah.

b. Islam
Kata Islam berasal dari Salima yang artinya selamat. Dari kata tersebut terbentuk
kata aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Dari kata aslama
terbentuklah kata islam. Dan pemeluknya disebut muslim. Orang yang memeluk
islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap untuk patuh pada ajaran-Nya.

c. Ihsan
Ihsan berasal dari kata (hasuna) yang bermakna baik atau bagus. Seluruh tingkah
laku yang menghadirkan faedah dan meninggalkan kemudharatan ialah perbuatan
yang Ihsan, akan tetapi karena kapasitas Ihsan bagi manusia sangat mutlak dan
temporal, bahwa ukuran Ihsan yang sesungguhnya datang dari Allah Swt.

d. Kufur
Kufur adalah kebalikan dari pada iman. Dari segi lughat “kufur” artinya
menutupi. Orang yang bersikap ‘kufur’ disebut kafir, yaitu orang yang menutupi
hatinya dari hidayah Allah. Kufur menurut bahasa adalah menutup. Bila orang yang
menyangkal dan musyrik disebut kafir karena orang itu menutupi dirinya dari nikmat
allah dan menutup jalan untuk mengenal Allah. Orang yang berdosa besar adalah
kafir karena dia selalu menutupi dirinya dengan dosa.

e. Syirik
Syirik berarti mempersekutukan Allah dengan sesembahan lain yang mereka
sembah. Sedangkan pelakunya disebut musyrik. Kata musyrik adalah kata arab dari
asal kata kerja “syarika” yang artinya bergabung atau bersekutu. Syirik perbuatan
dosa yang harus ditakuti dan dijauhi.
Adapun dari segi syara’, syirik adalah segala sesuatu yang membatalkantauhi
atau mencemarinya, dari apa saja yang dinamakan syirik dalam al-Qur’andan as-
Sunnah. Dengan kata lain syirik adalah mempersekutukan Allah denganmenjadikan
sesuatu selain dari-Nya sebagai sembahan, objek pemujaan atautempat
menggantungkan harapan dan dambaan. Barangsiapa yang beribadahkepada selain
Allah berarti ia telah meletakkan ibadah tidak pada tempatnya danmemberikannya
kepada yang tidak berhak menerimanya. Syirik terdiri atas 2 macam yaitu syirik besar
dan syirik kecil.

f. Murtad
Murtad berasal dari kata irtadda yang artinya raja’a (kembali), sehingga apabila
dikatakan irtadda ‘an diinihimaka artinya orang itu telah kafir setelah memeluk
islam. Perbuatannya yang menyebabkan dia kafir atau murtad itu disebut sebagai
riddah (kemurtadan). Secara istilah makna riddah adalah menjadi kafir sesudah
berislam.

KELOMPOK 4
Konsep Tauhid, Dzat, Sifat, Asmaul Husna, Rubbubiyah, dan Uluhiyah

A. Konsep Tauhid, Dzat, dan Sifat


1. Konsep Tauhid
Tauhid ialah mengesakan Allah dan mengakui keberadaannya serta kuat
kepercayaannya bahwa Allah itu hanya satu tidak ada yang lain. Tidak ada sekutu
baginya, yang bisa menandinginya bahkan mengalahkannya.
2.Tauhid Dzat
Tauhid dzat dalam istilah yang berkembang bermakna Dzat Tuhan adalah satu,
tidak satupun sekutu dan serupa dengan-Nya. Akan tetapi tauhid kadang digunakan
dalam makna yang lebih luas disamping makna yang disebutkan, yang juga meliputi
kesederhanaan dan simplisitas Dzat Tuhan serta penegasian rangkapan dari Dzat
Tuhan.
3.Tauhid Sifat
Tauhid sifat adalah meyakini bahwa sifat-sifat yang ada pada Allah SWT seperti
ilmu, kuasa, hidup, dan sebagainya adalah merupakan hakikat Dzat-Nya, bahkan
adalah Dzat-Nya sendiri. Sifat sifat itu tidak sama dengan sifat-sifat makhluk, yang
masing-masing berdiri sendiri dan terpisah dari yang lainnya.

B. Asmaul Husna
Asmaul Husna adalah nama-nama Allah yang terbaik yang berjumlah sebanyak 99.
Asmaul Husna salah satu lafadz dengan beragam bentuknya dan banyak ditemui di
dalam Al-Qur’an dan mengandung makna “Perintah” untul mengamalkannya.

C. Rububiyah
Tauhid rububiyah artinya keyakinan bahwa Allah SWT merupakan satu-satunya Zat
Pencipta dan Pengatur alam semesta. Tauhid rububiyah bermakna bahwa hanya Allah
SWT yang mampu mengatur dan mengurus semua makhluk-Nya.

D. Uluhiyah
Tauhid uluhiyah merupakan keyakinan bahwa hanya Allah SWT merupakan
sesembahan yang benar. Tidak ada Zat yang layak disembah kecuali Allah SWT. Dengan
demikian, manusia hanya patut beribadah dan menyembah kepada Allah SWT.

KELOMPOK 5
Pengertian Akal dan Wahyu, Serta Hubungan Akal dan Wahyu

A. Pengertian Akal dan Wahyu


Secara bahasa atau Lughowi, akal merupakan kata yang berasal dari bahasa
Arab,’Aqala yang berarti mengikat atau menahan, Dijelaskan bahwa kata Al’aqal berarti
menahan dan Al-‘aqil ialah orang yang menahan diri dan mengekang hawa nafsu.
Adapun secara istilah, akal memiliki arti daya berfikir yang ada dalam diri
manusia dan merupakan salah satu dari jiwa yang mengandung arti berpikir. Bagi Al-
Ghazali akal memiliki beberapa pengertian; pertama, sebagai potensi yang membedakan
dari binatang dan menjadikan manusia mampu menerima berbagai pengetahuan teoritis.
Kedua, pengetahuan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengalaman yang dilaluinya
dan akan memperhalus budinya. Ketiga, akal merupakan kekuatan instink yang
menjadikan seseorang mengetahui dampak semua persoalan yang dihadapinya sehingga
dapat mengendalikan hawa nafsunya.
Adapun asal kata wahyu berasal dari kata bahasa Arab Al-Wahy yang berarti
suara, api dan kecepatan, serta dapat juga berarti bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Tetapi
pengertian wahyu yang dimaksudkan dalam penulisan ini adalah apa yang disampaikan
Tuhan kepada para utusan-Nya.

B. Hubungan Akal dan Wahyu


Hakikat wahyu menurut imam Al-Ghazali sesuai dengan fungsi yang dibawakan
oleh wahyu tersebut, yaitu firman tuhan yang diturunkan kepada nabi sebagai pedoman
yang menuntun seluruh umat manusia untuk menuntun seluruh umat manusia untuk
meniti kehidupan sampai akhir zaman sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan oleh
tuhan.
Dalam Islam kedudukan wahyu adalah sebagai dalil naqliy (nash) dan kedudukan
akal adalah sebagai dalil ‘aqly (aqly), maka dalam penempatannya akal haruslah tunduk
dan bisa menalarkan wahyu dengan indera dan intuisi. Imam Al-Ghazali menempatkan
akal pada posisi yang tinggi terutama untuk mendapatkan pengetahuan melalui akal
pikiran, bukan hanya pada proses berakal atau berpikir, tapi juga kemampuannya untuk
mengembangkan berbagai pengetahuan dari satu atau beberapa pengetahuan tersebut.
Dengan akal manusia mampu menemukan kebenaran yang yakin, maka akal adalah
sumber pengetahuan yang tinggi. sumber ilmu pengetahuan tertinggi bukanlah indera
melainkan intuisi, sebab intuisi memiliki kapasitas dan potensi nalar yang mampu
memberi keyakinan pada kebenaran (membenarkan) terhadap segala sesuatu yang berada
diuar realitas rasional (metafisis) yaitu wahyu Tuhan. Akal adalah anugerah yang
diberikan Allah SWT yang mempunyai kemampuan untuk berpikir, memahami,
merenungkan, dan memutuskan. Akal ini juga lah yang membedakan manusia dengan
makhluk ciptaan Allah lainnya seperti dibahas sebelumnya. Sedangkan wahyu adalah
penyampaian sabda Allah kepada orang yang menjadi pilihannya untuk diteruskan
kepada umat manusia sebagai pegangan dan panduan hidupnya agar dalam perjalanan
hidupnya senantiasa pada jalur yang benar.

KELOMPOK 6
Konsep Dasar dan Ruang Lingkup Ahlussunnah Wal Jama’ah, Serta Relevansinya Dengan
Nahdlatul Ulama, Muhamaddiyah, Dan Persis

A. Pengertian Ahlussunnah wal jama’ah


Secara generik pengertian Ahlusunnah Wa Al Jama’ah (selanjutnya disebut
Aswaja atau Sunni) adalah mereka yang selalu mengikuti perilaku Sunnah nabi dan para
sahabatnya (ma ana ‘alaihi al-yaum wa ashhabi). Aswaja adalah golongan pengikut yang
setia mengikuti ajaran-ajaran Islam yang dilakukan oleh nabi dan para sahabatnya.
Aswaja dapat diartikan sebagai para pengikut tradisi nabi dan kesepatan ulama
(Ijma’ ulama). Dengan menyatakan diri sebagai pengikut nabi dan ijma’ ulama, para Kiai
secara eksplisist membedakan dirinya dengan kaum moderis Islam, yang berpegang
teguh hanya Al – Qur’an dan alHadist dan menolak ijma’ ulama.

B. Konsep Dasar Ahlu sunnah wal jamaah


Tujuh puluh dua irqah sesat itu berpokok pada 7 firqah, yaitu:
1. Kaum Syi’ah, kaum yang berlebih-lebihan memuja Saidina Ali Karamallahu wajhah.
Mereka tidak mengakui khalifah Abu Bakar, Umar, dan Utsman radiyallahu’anhum.
Kaum Syi’ah kemudian terpecah menjadi 22 aliran.
2. Kaum Khawarij, yaitu kaum yang berlebihlebihan membenci Saidina Ali, bahkan
diantara mereka ada yang mengkafirkannya. Firqah ini berfatwa bahwa orang-orang
yang membuat ddosa besar bisa menjadi kafir. Kaum Khawarij ini kemudan terpecah
menjadi 20 aliran.
3. Kaum Mu’tazilah, yaitu kaum yang berpaham bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat,
bahwa manusia membuat pekerjaannya sendiri, bahwa Tuhan tidak bisa dilihat
dengan mata di dalam Surga, bahwa orang yang mengerjakan dosa besar diletakkan
diantara dua tempat, dan mi’raj Nabi Muhammad hanya dengan ruh saja, dan lain-
lain. Kaum Mu’tazilah terpecah menjadi 20 aliran.
4. Kaum Murji’ah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa membuat maksiat
(kedurhakaan) tidak memberi mudharat jika sudah beriman, sebagaimana jika
seseorang membuat kebaikan tidak akan memberi manfaat jika dia kafir. Kaum
Murji’ah ini terpecah menjadi 5 aliran.
5. Kaum Najariyah, yaitu kaum yang berpendapat bahwa perbuatan manusia adalah
makhluk, yakni dijadikan oleh Tuhan, tetapi mereka berpendapat bahwa sifat Tuhan
tidak ada. Kaum Najariyah pecah menjadi 3 aliran.
6. Kaum Jabariyah, yaitu kaum yang berfatwa bahwa manusia majbur, artinya tidak
berdaya apa-apa. Kasab atau usaha tidak ada sama sekali.
7. Kaum Musyabbihah, yaitu kaum yang berpendapat bahwa ada keserupaan Tuhan
dengan makhlukNya, seperti bertangan, berkaki, duduk di Arsy, dan yang lainnya.
Jadi jumlahnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Kaum Syi’ah = 22 aliran
Kaum Khawarij = 20 aliran
Kaum Mu’tazilah = 20 aliran
Kaum Murji’ah = 5 aliran
Kaum Najariyah = 3 aliran
Kaum Jabariyah = 1 aliran
Kaum Musyabbihah = 1 aliran

Jumlah = 72 aliran

C. Ruang Lingkup Ahlusunnah Waljama’ah


Ajaran-ajaran Ahlussunnah Waljamaah, mencakup bidang Aqidah, Syariah,
Akhlak, tasawuf. Berikut penjelasannya :

A. Bidang Aqidah
Aqidah erat kaitanya dengan iman yang secara bahasa berarti percaya, akan tetapi
bagi Ahlussunnah Waljamaah bahwa iman itu harus diucapkan dengan lisan, diakui
dalam hati dan. diamalkan dalam perbuatan.

B. Bidang Syariah
Syari'ah berarti jalan, sedangkan secara istilah berarti hukum yang ditetapkan
Allah untuk hamba Nya dengan perantara para Rasul-Nya. Dalam bidang syari'ah,
paham Ahlussunnah Waljamaah mengakui kebenaran empat madzhab yaitu Hanafi,
Maliki, Syafi'I dan Hambali. Bagi orang yang belum memiliki kemampuan untuk ber-
ijtihad, maka ia harus taklid (mengikuti) kepada salah satu dari kempat madzhab
tersebut dan tidak boleh mengikuti madzhab dengan cara mengacak dari ajaran-ajaran
ke-empat madzhab.
Dalam menetapkan hukum agama Islam, Ahlussunnah Wal Jama'ah didasarkan
pada empat hal, yaitu :
a. Alquran
b. As-sunnah
c. Ijmak
d. Qiyas

C. Bidang Ahkhlak Tasawuf


Kaum Ahlussunnah Waljamaah dalam bidang akhlak atau tasawuf mengikuti
dua pemikiran tasawuf yaitu Abu Qasim al-Junaidi dan Tajjalli. Yaitu mengamalkan
sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt (kenyataan Tuhan) seperti salat
sunnah, zikir, puasa sunnah, khalwat (menyendiri untuk ibadah kepada Allah) dan
lainnya.
Pada umumnya kaum sufi mewajibkan untuk mengamalkan zikir kepada Allah
Swt. Akibatnya hati mereka selalu tenteram. Allah memberi jaminan ketenteraman hati
kepada orang-orang yang selalu ingat kepada-Nya. Kebiasaan hidup para sufi tersebut
sebenarnya mengikuti perilaku hidup nabi Muhammad saw.

D. Relevansinya Nahdlatul Ulama, Muhammadiyyah,dan Persis


1. Nahdlatul Ulama (NU)
NU didirikan pada tahun 1926 sebagai organisasi ulama Muslim Asy’ari ortodoks
yang bertentangan dengan kebijakan modernis Muhammadiyah Al-Irsyad Al-
Islamiyah dan persatuan Islam (Persis), dan munculnya Gerakan Salafi dari organisasi
Al-Irsyad Al-Islamiyah di indonesia yang sama sekali menolak adat istiadat setempat
yang dipengaruhi oleh tradisi Hindu dan Budhha Jawa pra-Islam.
Organisasi ini didirikan oleh Hasyim Asy'ari pada 31 Januari 1926 di Surabaya,
Jawa Timur. Beliau adalah kepala pesantren di Jawa Timur. Organisasi NU
berkembang, tetapi basis dukungannya tetap di Jawa Timur. NU didirikan untuk
membela praktik islam tradisionalis dan kepentingan ekonomi anggotanya. Pandangan
keagamaan NU dianggap "tradisionalis" karena menoleransi budaya lokal selama tidak
bertentangan dengan ajaran Islam.

2. Muhammadiyyah
Pada tanggal 18 November 1912, Ahmad Dahlan pejabat
pengadilan Keraton Yogyakarta dan seorang Ulama Muslim terpelajar lulusan
dari Mekah mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta. Ada beberapa motif yang
melatarbelakangi berdirinya gerakan ini. Di antara yang penting adalah
keterbelakangan masyarakat Muslim, banyaknya muslim yang masih suka klenik dan
banyaknya kristenisasi di kawasan penduduk miskin. Ahmad Dahlan, yang banyak
dipengaruhi oleh reformis Mesir Muhammad Abduh, menganggap modernisasi dan
pemurnian agama dari praktik sinkretis sangat vital dalam reformasi agama ini. Oleh
karena itu, sejak awal Muhammadiyah sangat perhatian dalam memelihara tauhid dan
menyempurnakan monoteisme di masyarakat.
Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung
Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H).
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan
untuk memurnikan ajaran Islam yang menurut anggapannya, banyak dipengaruhi hal-
hal mistik.

3. Persis
Persatuan Islam (disingkat Persis atau PERSIS) adalah sebuah organisasi Islam di
Indonesia. Persis didirikan pada 12 September 1923 di Bandung oleh
sekelompok Islam yang berminat dalam pendidikan dan aktivitas keagamaan yang
dipimpin oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus.
Persis didirikan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman Islam yang sesuai
dengan aslinya yang dibawa oleh Rasulullah Saw dan memberikan pandangan berbeda
dari pemahaman Islam tradisional yang dianggap sudah tidak orisinal karena
bercampur dengan budaya lokal, sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan tidak mau
menggali Islam lebih dalam dengan membuka kitab-kitab hadits yang shahih.
Tokoh tokoh dalam persis
• Muhammad Isa Anshary, politikus dan pejuang Indonesia.
• Mohammad Natsir, mantan Perdana Menteri Indonesia
• Ahmad Hassan, teman debat Soekarno ketika di Bandung
• Haji Zamzam, pendiri Persis
• H. Eman Sar'an Ketua Dewan Hisbah 1990 – 2005
• Achyar Syuhada, ulama terkemuka Persis
• Mohammad Yunus, ulama Persis
• K.H. E. Abdurrahman, pemimpin Persis tahun 1962-1983
• K.H A. Latif Muchtar Ketua Umum Persis 1990 – 1997
• KH. Shiddiq Amien, Mba Mantan Ketua Umum persis 1997 – 2010
• K.H.Ikin Shadikin, Ulama terkemuka Persis Ketua Majlis Penasihat Persis 2000 –
2011
• K.H. Usman Sholehudin, Ketua Dewan Hisbath
• K.H Prof Maman Abdurrahman, MA Ketua Umum 2010-2015
• K.H. Aceng Zakaria Ketua Umum 2015 – 2020
• K.H. M. Romli Ketua Dewan Hisbah 2015 – 2020
• K.H. Entang Muchtar ZA Ulama Persis

KELOMPOK 7
Pengertian dan Konsep Takdir Menurut Pikiran Jabariah dan Qodariyah Takdir

1. Pengertian Takdir menurut Jabariah dan Qadariyah


Qadariyah sebagai sebuah faham adalah sebauh aliran mengakui bahwa manusia
mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudan perbuatan-
perbuatannya.Dalam bahasa Inggris faham ini dikenal dengan nama free will dan free act,
yakni kehendak bebas dan bebas bertindak.Artinya adalah manusia sendiri yang
menentukan nasibnya.Yunan menyebutnya sebagai suatu aliran yang memberikan
penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan-
perbuatannya.
Adapun Jabariah berasal dari kata Jabara yang mengandung arti memaksa. Dimana
pada paham ini manusia bersifat pasif, dimana manusia tidak memiliki daya upaya untuk
merubah dan menentukan takdirnya sendiri (takdir mubram). Pada Jabariah, menafikkan
adanya unsur keterlibatan manusia dalam sebuah perbuatan. Nama lain dari Jabariah
adalah fatalisme atau predestination.

2. Konsep Takdir Menurut Jabariah dan Qadariyah


Konsep takdir dalam pandangan qadariyah bukan dalam pengertian takdir yang
umum yang dipakai oleh bangsa Arab. Menurut aliran ini paham takdir adalah ketentuan
Allah yang diciptakanNya berlaku untuk alam semesta berserta seluruh isinya semenjak
ajal yaitu hukum yang dalam istilah Al-qur’an adalah sunnatullah.
Jabariah berpendapat bahwa Qada dan Qadar Tuhan yang berlaku bagi segenap lam
tidak memberi peluang bagi adanya kebebasan manusia untuk berbuat sesuai
kehendaknya. Paham ini menganggap semua takdir itu dari Allah. Semua sudah diatur
oleh Allah SWT, sehingga tidak ada ruang bagi ikhtiar manusia. Manusia hanya
menjalani nasib.

KELOMPOK 8
Sejarah Aliran Teologi Islam

A. Pengertian Aliran Teologi Islam


Teologi berasal dari bahasa inggris, theos yang berarti Tuhan,dan logos yang
berarti ilmu atau wacana. Dalam bahasa Yunani Theologia,yang mempunyai beberapa
pengertian, yakni ilmu tentang hubungan dunia ilahi dengan dunia fisik, tentang hakikat
dan kehendak Tuhan,doktrin atau keyakinan tentang Tuhan, dan usaha yang simestis
untuk meyakinkan, menafsirkan dan membenarkan secara konsisten keyakinan tentang
Tuhan.
1. Khawarij
Secara etimologi kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang
berarti keluar, mucul, timbul atau memberontak. Berdasarkan pengertian etimologi ini
pula, khawarij berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam.
Adapun khawarij dalam terminology ilmu kalam adalah suatu
sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan
karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim),
dalam perang siffin pada tahun 37 H/657 M, dengan kelompok bughat (pemberontak)
Muawiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah.
Dengan demikian kaun Khawarij memandang diri mereka sebagi orang yang
meninggalkan rumah dan kampung halamannya untuk mengabdikan diri kepada Allah
dan Rasul nya. Kaum Khawarij kadang-kadang juga menamakan golongan mereka
kaum Syurah, artinya kaun yang mengorbankan dirinya untuk kepentingan keridhoan
Allah.
Asal mulanya kaum Khawarij adalah orang yang mendukung Sayyidina Ali.
Akan tetapi, akhirnya mereka membencinya karena dua anggota lemah dalam
menegakkan kebenaran, mau menerima tahkim yang sangat mengecewakan,
sebagaimana mereka juga membenci Mu’awiyah karena melawan Sayyidina Ali
Khalifah yang sah.

2. Mu’tazilah
Aliran mu’tazilah yang sudah tidak berkembang lagi ,aliran mu’tazilah di kenal
sebagai aliran yang mengagungkan kemampuan akal hingga pemikiran kalam/teologi
yang mereka kembangkan bercorak Rasional dan Liberal.
Persoalan teologis yang cukup hangat diperbincangkan oleh para ulama pada
penghujung abad I hijrah ialah tentang status orang mukmin yang melakukan dosa
besar, apakah ia tetap mukmin atau menjadi kafir.
Istilah Mu’tazilah sebenarnya sudah pernah muncul satu abad sebelum munculnya
Mu’tazilah yang dipelopori oleh Washil ibn Atha. Sebutan Mu’tazilah ketika itu
merupakan julukan bagi kelompok yang tidak mau terlibat dengan urusan politik, dan
hanya menekuni kegiatan dakwah dan ibadah semata.

3. Asy-ariyah

Al- Asy’ari adalah nama sebuah kabilah Arab terkemuka di Bashrah, Irak. Dari
kabilah ini muncul beberapa orang tokoh terkemuka yang turut mempengaruhi dan
mewarnai sejarah peradaban umat Islam. Nama Al-Asy’ariyah diambil dari nama
Abu Al-Hasan Ali bin IsmailAl-Asy’ari yang dilahirkan dikota Bashrah (Irak) pada
tahun 206 H/873 M. Pada awalnya Al-Asy’ari ini berguru kepada tokoh Mu’tazilah
waktu itu, yang bernama Abu Ali Al-Jubai. Dalam beberapa waktu lamanya ia
merenungkan dan mempertimbangkanantara ajaran-ajaran Mu’tazillah dengan paham
ahli-ahli fiqih dan hadist.
Al-Asy’ari sebagai orang yang pernah menganut paham Mu’tazillah, tidak dapat
menjauhkan diri dari pemakaian akal dan argumentasi pikiran. ia menentang dengan
kerasnya mereka yang mengatakan bahwa akal pikiran dalam agama atau membahas
soal-soal yang tidak pernah disinggung oleh Rasulullah merupakan suatu kesalahan.
Dalam hal ini ia juga mengingkari orang yang berlebihan menghargai akal pikiran,
karena tidak mengakui sifat-sifat Tuhan.
Ciri-ciri orang yang menganut aliran Asy’ariyah adalah sebagai berikut:
1. Mereka berpikir sesuai dengan Undang-Undang alam dan mereka juga
mempelajari ajaran itu.
2. Iman adalah membenarkan dengan hati, amal perbuatan adalah kewajiban untuk
berbaut baik dan terbaik bagi manusia dan mereka tidak mengkafirkan orang
yang berdosa besar.
3. Kehadiran Tuhan dalam konsep Asy’ariyah terletak pada kehendak mutlak-Nya.

4. Maturidiyah
Nama aliran dalam Teologi Islam ini di ambil dari nama pendirinya yaitu Abu
Mansur Muhammad bin Mahmud al-Hanafi al-Mutakallim Al-Maturidi As-
Samarqandi, ia lahir di Samarkand pada pertengahan kedua abad 9 Masehi dan
menginggal pada 944 M/333 H di Samarkand. Tidak banyak diketahui mengenai
riwayat hidupnya. Ia adalah pengikut Abu Hanifah dan paham-paham teologinya
banyak persamaannya dengan paham-paham yang dimajukan Abu Hanifah. Sistem
pemikiran teologi yang ditimbulkan Abu Mansur termasuk dalam golongan ahl al-
sunnah dan dikenal dengan nama al-Maturidiyah.
Latar belakang lahirnya aliran ini, hampir sama dengan aliran al-Asy’ariyah, yaitu
sebagai reaksi penolakan terhadap ajaran aliran Mu’tazilah, walaupun sebenarnya
pandangan keagamaan yang dianutnya hampir sama dengan pandangan Mu’tazilah
yaitu lebih menonjolkan akal dalam system teologinya. Aliran Maturidiyah adalah
aliran teologi yang banyak dianut oleh umat islamyang memakai mahzab Hanafi.

5. Tokoh Utama dan Pokok-pokok Ajarannya


A. Khawarij
Abdullah bin Wahhab Ar-Rasyidi : Secara umum, ajaran-ajaran pokok
golongan ini adalah kaum muslimin yang berbuat dosa besar adalah kafir dan
harus dibunuh.

B. Mu’tazilah
Washil bin Atha : pendapat Murji’ah yang bersikukuh bahwa iman itu sebuah
kepercayaan hati. Salat, puasa, dan kewajiban syariat lainnya yang sejajar dengan
itu dianggap bukan sebagai unsur keimanan. Maka, meskipun seorang muslim
tidak menjalankan syariat atau melakukan dosa besar tidak dapat disebut sebagai
kafir.

C. Asy’ariyah
Abu Hasan Ali bin Isma’il Al-Asy’ari : Sifat Tuhan Pandangan aliran
Asy'ariyah mengenai sifat ketuhanan dikenal mengakui Zat Allah SWT berbeda
dari makhluk. Contoh, Allah Maha Mendengar. Sifatnya berbeda dengan manusia
yang bisa didengar. Kekuasaan Tuhan dan Perbuatan Manusia Aliran Asy'ariyah
percaya bahwa manusia tidak memiliki kekuasaan untuk menciptakan sesuatu,
kecuali dengan adanya daya dan upaya dari Allah SWT.

D. Maturidiyah
1) Abu Mansur Muhammad Al-Maturidi
Al-Maturidi banyak mengemukakan pemikiran-pemikirannya dalam berbagai
karya tulis. Kebanyakan karya tulisnya berbentuk manuskrip sehingga kurang
dikenal oleh umat Islam.Karya-karyanya antara lain adalah “Kitab At-Tauhid”
(Kitab tentang Tauhid), “Kitab Ta’wil Alquran” (Kitab Takwil tentang
Alquran), “Kitab Ma’khaz Asy-Syara’i” (Kitab tentang Sumber Syariat),
“Kitab Al-Jadl” (Kitab tentang Perdebatan), dan “Kitab Al-Ushul fi Usul Ad-
Din” (Kitab tentang Prinsip-Prinsip Teologi).
2) Abu Al-Yusr Muhammad Al-Bazdawi
Ia merupakan tokoh yang menyebarkan paham Maturidiyah di wilayah
Bukhara. Karena itu, aliran Maturidiyah yang disebarluaskan oleh Al-Bazdawi
ini dikenal dengan nama Maturidiyah Bukhara. Namun, aliran Maturidiyah
yang dibawa oleh Al-Bazdawi ini dianggap berbeda dengan paham
Maturidiyah yang dikembangkan oleh Al-Maturidi.
Banyak kalangan yang menilai, Maturidiyah Bukhara bersifat tradisional dan
lebih dekat pada paham teologi Asy’ariyah. Sebaliknya, Maturidiyah
Samarkand yang disebarluaskan oleh al-Maturidi dinilai agak liberal dan lebih
dekat pada paham Muktazilah.
Al-Bazdawi yang lahir pada tahun 421 H dan meninggal pada tahun 493 H
merupakan pengikut al-Maturidi yang penting dan penerus yang baik dalam
pemikirannya. Nenek Al-Bazdawi menjadi salah satu murid Al-Maturidi. Ia
pun mempelajari ajaran Maturidiyah dari kedua orang tuanya.

KELOMPOK 9
Pokok-Pokok Pikiran, Ajaran dan Tokoh Aliran Syiah dan Ahmadiyah

A. Aliran Syiah
1. Sejarah Perkembangan Aliran Syiah
Syi’ah sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, Syi’ah berkembang menjadi
beberapa aliran, karena perbedaan penunjuk agama, di Indonesia sendiri ada empat
tahapan berkembangnya aliran syi’ah, yang pertama bersamaan dengan masuknya
islam di Indonesia, kedua setelah revolusi Iran,ketiga dibawa oleh mahasiswa yang
pergi mengejar ilmu diIran, dan yang keempat yaitu sosialisasi oleh organisasi ‘Ikatan
Jamaah Ahlul Bait Indonesia’.
Lahirnya golongan Syiah juga tak lepas dari masalah politik, sehingga melahirkan
mazhab-mazhab yang berbeda setiap umat Islam. Pada golongan Syiah sendiri
persoalan politik yang disebabkan perebutan kepemimpinan antara kalangan Anshar
dengan Muhajirin. Sehingga terjadinya konflik antara ummat Islam sendiri.

2. Pokok-Pokok Pikiran Syiah


a. Ali bin Abi Thalib yang berhak meneruskan kepemimpinan setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW.
b. Doktrin Imamah, Imamah dijadikan sebagai prinsip dasar dan melahirkan
pemikiran bahwasanya para Nabi Allah dan Khalifah bebas dari dosa kecil.
c. Mempercayai dan menaati Ali bin Abi Thalib, dan Khalifah sebelumnya sebagai
Khalifah yang merampas kekuasaan pada masa Ali bin Abi Thalib.
d. Menyebut rukun Islam fuu’ ad-din, rukun iman dalam furu’ ad-din, keimanan
disebut at-tauhid. Iman kepada hari akhir disebut al-maad. Sedangkan qadha dan
qadar diyakini sebagai keadilan Allah.

3. Tokok-Tokoh Dalam Aliran Syiah


Aliran ini meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW mengangkat 12 Imam sebagai
penerus risalahnya.
1) Ali bin Abi Thalib
2) Hasan bin Ali
3) Husein bin Ali
4) Ali bin Husein Zainal Abidin
5) Muhammad. al-Baqir
6) Ja'far as-Sadiq
7) Musa al-Kazim
8) Ali ar-Rida
9) Muhammad al-Jawad
10) Ali al-Hadi
11) Husein al-Askari
12) Muhammad al-Muntazar (Al-Mahdi)

4. Ajaran-Ajaran Syiah
a. Waktu salat dalam syiah adalah setelah terbit matahari hingga tenggelam pada
waktu Zuhur dan Ashar. Kapan Langit tampak gelap hingga tengah malam saat
waktu sholat Maghrib dan Isya.
b. Tempat sujud golongan Syiah yaitu tanah yang dipadatkan (turbah). Jika tidak
ada, maka menggunakan kertas putih atau bahan yang berasal dari tumbuhan/alam
yang tidak dikonsumsi dan dijadikan pakaian.
c. Dalam berwuudhu, golongan Syiah mengikuti Al-Quran surah Al-Maidah ayat 6:
basuh muka dan kedua tangan hingga sikut, usap rambut kepala dan kedua
punggung kaki. Dilakukan juga dalam fiqih Hanafi dan fiqih Maliki.
d. Selalu membaca shalawat, yasinan, tahlilan, baca doa-doa panjang (jausan kabir,
kumail, iftitah, dan doa-doa yang terdapat pada kitab shahifah sajjadiyyah, dan
lainnya), menjalankan puasa nisfu sya’ban, rebo kasan,shalat lailatul qadar, ziarah
kubur, haul, asyura, dan peringatan maulid nabi.
B. Ahmadiyah
1. Sejarah Perkembangan Ahmadiyah
Kelahiran Ahmadiyah dipengaruhi oleh kondisi umat Islam pada masa akhir abad
ke-18, di mana ekspansi bangsa Eropa terhadap daerah-daerah Islam sedang gencar
terjadi. Di sisi lain, Islam sedang dalam masa kemunduran.
Pelopor gerakan Ahmadiyah ini lahir di Qadian, distrik Gurdaspur, punjab
(sekarang termasuk wilayah India) pada tahun 1839 dan wafat pada tanggal 26 mei
1908. Pada tanggal 4 maret 1889, Ghulam Ahmad mengaku dan mengumumkan
bahwa ia menerima wahyu langsung dari Tuhan yang menunjuknya sebagai al-Mahdi
yang dijanjikan dan agar umat berbaiat kepadanya. Pada 23 Maret 1889, sebanyak 40
orang melakukan baiat pertama pada Ghulam Ahmad di sebuah rumah di Mia Ahmad
Jaan, Ludiana, India. Sejak saat itulah Ghulam Ahmad resmi meletakkan pondasi
organisasi Al-jama'ah Al-Islamiyah Al-Ahmadiyah (jemaah Islam Ahmadiyah).
Jemaah Islam Ahmadiyah ini didirikan untuk meremajakan moral Islam dan nilai-
nilai kerohanian (Tjoa, 2011). Kemudian, pada 4 November 1900 Mirza Ghulam
Ahmad mengumumkan penggunaan nama Ahmadiyah secara resmi. Nama
Ahmadiyah sendiri diambil dari Al Qur'an surat As-Saf ayat 6, yang berisi pernyataan
Nabi Isa akan kedatangan seorang Nabi setelahnya, dengan nama Ahmad
(Muhammad).

2. Pokok-Pokok Pikiran Ahmadiyah


Masalah al-Mahdi dan al-Masih adalah ajaran pokok Ahmadiyah dikalangan
Lahore maupun Qadian, menurut Ahmadiyah doktrin tentang al-Mahdi tidak dapat
dipisahkan dengan kedatangan al-Masih diakhir zaman. Hal ini dikarenakan
Ahmadiyah khususnya Ahmadiyah Qadian menganggap al-Mahdi dan al-Masih
adalah satu tokoh, satu pribadi dimana kedatangannya telah dijanjikan Allah. Dan
memiliki tugas untuk membunuh Dajjal dan mematahkan tiang salib, dengan tujuan
memberikan kebenaran-kebenaran argumen Islam kepada agama Nasrani dengan
dalil-dalil dan bukti-bukti tentang Ibnu Maryam Isa al-Masih, dan tugas kedua ialah
untuk mengembalikan kembali syari‟at Nabi Muhammad Saw setelah umatnya
mengalami kemunduran dalam kehidupan beragama. Adapun dasar yang digunakan
mengenai kedatangan al-Masih dan al-Mahdi sesuai dengan sabda Nabi Saw yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang berarti “Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata,
Rasullah Saw., bersabda:
“Bagaimanakah (sikap) kamu sekalian apabila Ibnu Maryam datang (bersamamu)
sedangkan iamammu berasal dari kalanganmu.”Dari hadits diatas Ahmadiyah
menggagap kata-kata Imammu berasal dari kalanganmu/Imamakum minkum
menunjukkan seseorang diantara umat Islam sendiri, yang artinya bukan dari luar
umat Islam. Menurut Ahamadiah al-Masih yang akan datang diakhir zaman bukan lah
Nabi Isa a.s. yang telah wafat, akan tetapi sesorang muslim yang mempunyai
perangai atau sifat-sifat seperti Nabi Isa a.s. dalam pandangan Ahamadiah al-Masih
yang dijanjikan itu ialah Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian.
3. Pokok-Pokok Ajaran Ahmadiyah
Ajaran Ahmadiyah mengakui kenabian dan kerasulan Muhammad SAW. Nabi
Muhammad SAW juga diakui sebagai khatam an-Nabiyyin, bahkan menurut ajaran
ini, mengingkarinya berarti kafir. Tetapi Khatam an Nabiyyin diartikan sebagai nabi
termulia, nabi tertinggi di antara para nabi, sedangkan dalam keimanan Islam pada
umumnya diartikan sebagai nabi terakhir, tidak akan ada manusia yang menerima
wahyu sesudah Nabi Muhammad SAW.
Ajaran Ahmadiyah yang cukup kontroversial juga ialah pendapatnya tentang Nabi
Isa AS. Dalam bukunya "Masih Hindusta man" (seorang hindustan yang suci),
Ghulam Ahmad mengatakan bahwa Nabi Isa AS (Yesus) tidak mati ditiang salib di
bukit Golgota itu, melainkan cuma pingsan. Ia memang dikubur dalam keadaan
demikian, lalu para sahabatnya pada malam hari segera mengambilnya dan dengan
penuh kasih sayang mengobati luka-luka itu dengan diolesi salep ramuan mereka
sampai sembuh. Kuburannya, menurut Mirza Ghulam Ahmad, terdapat di Khan Yar,
Srinagar. Ketika di Kashmir, Nabi Isa AS disebut Yus Asaf. Tujuan dikemukakannya
teori tentang perjalanan hidup Nabi Isa AS itu ialah untuk menguatkan penempatan
posisi dirinya sebagai al Masih dan al Mahdi.

4. Tokoh Ahmadiyah
Mirza Ghulam Ahmad (Qadian, India, 1255 H/1839 M—Qadian, 24 Rabiulakhir
1326/26 Mei 1908). Pendiri dan pemimpin gerakan ahamdiyah yang pada awalnya
berpusat di Qadian, Gurdaspur (India). Pemikian-pemikarnya dalam bidang agama
menjadi ajaran sekte Ahmadiyah. Para pengikutnya dari kelompok Qadiani
menganggapnya Nabi, edangkan kelompok Lahore menganggapnya mujadid
(pembaharu). Gelar “Mirza” menunjukkan bahwa ia termasuk keluarga bangsawan
keturunan dinasti Mughal. Nenek moyangnya mempunyai hubungan keluarga dengan
Zahirudin Muhammad Babur, pendiri Dinasti Mughal (1526-1530). Ayahnya adalah
hakim pemerintah kolonial Inggris di India. Ahmadiyah Qadiani masuk ke Indonesia
pada tahun 1925, dibawa oleh Rahmat Ali, ahli Dakwah Ahmadiyah. Mula-mula ia
tinggal di tapaktuan (Aceh), kemudian di Padang hingga tahun 1930, dan akhirnya di
Jakarta. Ajarannya banyak mendapatkan tantangan. Serangan paling keras bagi
Rahmat Ali datang dari Ahmad Hassan, tokoh pembaharu Islam dari Bandung.

KELOMPOK 10
Pokok Pikiran, Ajaran dan Tokoh Aliran Murji’ah dan Mujasimah

A. Pokok Pikiran, Ajaran dan Tokoh Aliran Murji’ah


1. Asal Usul Aliran Murjiah
Aliran Murji'ah adalah golongan yang terdapat dalam Islam yang muncul dari
golongan yang tak sepaham dengan Khawarij. Ini tercermin dari ajarannya yang bertolak
belakang dengan Khawarij. Pengertian Murji'ah sendiri berasal dari kata arja'a yaitu
menunda ataupun menangguhkan atau juga penangguhan keputusan atas perbuatan
seseorang sampai di pengadilan Allah SWT kelak. Jadi, mereka tak mengkafirkan
seorang Muslim yang berdosa besar, sebab yang berhak menjatuhkan hukuman terhadap
seorang pelaku dosa hanyalah Allah SWT, sehingga seorang Muslim, sekalipun berdosa
besar, dalam kelompok ini tetap diakui sebagai Muslim dan punya harapan dan
kesempatan untuk bertobat.
Murji'ah pada awalnya muncul disebabkan persoalan-persoalan politik terutama
masalah Khalifah yaitu siapa yang paling berhak mengganti posisi Utsman Bin Affan
sebagai Khalifah setelah beliau terbunuh. Persoalan Khalifah ini telah menyebabkan
timbulnya pertentangan dan perpecahan dalam Islam. Khilafah Golongan yang
bertentangan itu diantaranya Khawarij yang pada mulanya merupakan pendukung Ali
Bin Abi Thalib, tetapi kemudian jadi memusuhi Ali Bin Abi Thalib dikarenakan menurut
kaum Khawarij bahwa Ali Bin Abi Thalib telah melakukan kesalahan yang teramat fatal.
Sikap permusuhan ini membuat para pendukung fanatik Ali Bin Abi Thalib bertambah
keras dan kuat untuk membelanya, golongan ini dikenal dengan nama Syiah, kedua
kelompok ini saling kafir mengkafirkan satu sama lain. Dengan demikian
persoalan Khalifah akhirnya beralih pada persoalan teologi, karena sudah menyangkut
persoalan dosa besar dan kafir. Menurut Murji'ah, orang Islam yang melakukan dosa
besar tetap diakui keimanannya dan tidak dikatakan kafir karena menurut mereka yang
menentukan mu'min atau kafirnya seseorang adalah keyakinan dan keimanannya
bukanlah perbuatannya.
Kaum Murji’ah terbagi menjadi golongan, yaitu:
a. Murji’ah Moderat berpendapat bahwasanya orang yang melakukan dosa besar
bukanlah kafir dan tidak kekal di neraka melainkan akan dihukum di neraka sesuai
dengan besarnya dosa yang telah dilakukan dan ada kemungkinan bahwa Allah akan
mengampuni seluruh dosanya tersebut. Golongan ini dipelopori oleh Hasan bin
Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa ahli
hadits.
b. Murji’ah Ekstrim berpendapat setiap muslim yang beriman kepada Allah dan
kemudian menyatakan kekufuran secara lisan dia tidak aka dikatakan kafir, karena
iman dan kafir tempatnya didalam hati bukan pada bagian lain dari tubuh manusia.
Golongan ini dipelopori oleh Jahm bin Shafwan.
Aliran Murji’ah terdiri dari beberapa kelompok. Kelompok-kelompok tersebut
diantaranya sebagai berikut:
a. Murji’ah – Khawarij
b. Murji’ah – Qadariyah
c. Murji’ah – Jabariyah
d. Murji’ah Murni
e. Murji’ah Sunni

2. Pokok-Pokok Aliran Murji’ah


Berikut pokok-pokok pikiran aliran murji’ah secara garis besar;
a. Pengakuan iman cukup hanya dalam hati. Jadi pengikut golongan ini tak dituntut
membuktikan keimanan dalam perbuaan sehari-hari. Ini merupakan sesuatu yang
janggal dan sulit diterima kalangan Murji'ah itu sendiri, karena iman dan amal
perbuatan dalam Islam merupakan satu kesatuan yang harus selaras dan
berkesinambungan.
b. Selama meyakini 2 kalimah syahadat, seorang Muslim yang berdosa besar tak
dihukum kafir. Hukuman terhadap perbuatan manusia ditangguhkan, artinya hanya
Allah yang berhak menjatuhkannya di akhirat.

3. Tokoh-Tokok Aliran Murji’ah


Tokoh utama golongan ini ialah Hasan Bin Bilal Muzni, Abu Sallat Samman dan
Dirar Bin Umar. Dalam perkembangan selanjutnya, golongan ini terbagi menjadi
kelompok moderat dipelopori Hasan Bin Muhammad Bin Ali Bin Abi Thalib, Abu
Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa para ahli hadits sementara kelompok ekstrim
dipelopori Jahm Bin Shafwan.

B. Pokok Pikiran, Ajaran dan Tokoh Aliran Mujassimah


1. Asal Usul Aliran Mujassimah
Kaum musyabbihah artinya kaum yang menyerupakan. Kaum musyabbihah
digelari kaum musybih (menyerupakan) kerana mereka menyerupakan Allah dengan
makhluk-Nya. Mereka mengatakan bahawa Allah bertangan, berkaki, bertubuh seperti
manusia. Ada juga orang yang menamakan kaum ini dengan “kaum mujassimah”, yakni
kaum yang mengisbatkan tubuh kerana mereka mengisbatkan tubuh bagi Allah. Mereka
mengatakan Allah bertubuh terdiri daripada darah, daging, bermuka, bermata,
bertangan, berkaki bahkan ada yang mengatakan bahawa Allah itu mempunyai alat
kelamin dan kelaminnya itu laki-laki. (lihat syarah nahjul Balaghah juzuk iii, hal. 255).
Ada juga orang yang menamakan mereka dengan “Kaum Hasyawiyah”. Hasyawiyah
artinya percakapan kosong, percakapan di luar batas, percakapan hina dina. Jadi,
mereka itu adalah kaum “bercakap kosong”. Kebanyakan kaum musyabbihah atau
mujassimah ini berasal dari orang-orang yang bermazhab Hanbali, tetapi Imam Ahmad
bin Hanbal tidak berkeyakinan dan tidak beraqidah sebagaimana mereka.

2. Pokok-Pokok Pikiran dan Ajaran Aliran Mujassimah


a. Melakukan tasybih (tamtsil) yang pada bersamaaan juga menanyakan kaifiyatnya
(takyif).
b. Berkeyakinan Allah bertempat (butuh tempat), sedangkan menurut keyakinan
firqoh Sunni Allah tidak butuh tempat.
c. Semua sifat dzatiyah & ikhtiyariyah mereka meyakininya sama dengan makhluk
(dalam hal ini mereka menetapkan kaifiyat), sedangkan keyakinan Sunni tidak
menetapkan kaifiyat.

3. Tokoh-Tokoh Aliran Mujassimah


Diantara tokoh-tokoh Mujassimah adalah;
a. Hisyam bin al-Hakam
b. Ali bin Manshur
c. Muhammad bin al-Khalil
d. Yunus bin Abdurrahman
e. Bayan bin Sam'an
f. Al-Mughirah bin Sa'ad al-Ilji
g. Zurarah bin A'yan

KELOMPOK 11
Pemikiran dan Aliran Teologi Islam Modern

A. Aliran Teologi Islam Modern


Teologi modern adalah ilmu yang mempelajari ajaran-ajaran dasar suatu agama. Dalam
Islam, teologi disebut sebagai ilmu Al Kalam. Secara umum pemikiran Harun tentang
teologi rasional maksudnya adalah bahwa kita harus mempergunakan rasio kita dalam
menyikapi masalah. Namun bukan berarti menyepelekan Wahyu. Karena menurutnya, di
dalam Alquran hanya memuat sebagian kecil ayat ketentuan-ketentuan tentang iman, ibadah,
hidup bermasyarakat, serta hal-hal mengenai ilmu pengetahuan dan fenomena natur.
Menurutnya di dalam Alquran ada dua bentuk kandungan yaitu qath'iy al-dalalah dan
zhanniy al-dalalah. Qath'iy al-dalalah adalah kandungan yang sudah jelas sehingga tidak lagi
dibutuhkan interpretasi.

B. Tokoh-Tokoh Aliran Teologi Islam


1. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh seorang Pemikir Pembaru Islam yang sangat berpengaruh di
dalam sejarah pemikiran Islam. Pemikirannya membawa dampak yang signifikan
dalam berbagai tatanan kehidupan pemikiran masyarakat meliputi aspek penafsiran
Al-Qur'an, pendidikan, social masyarakat, politik, peradaban dan sebagainya. Islam
adalah agama yang terdiri dari beberapa aspek yang saling berhubungan, satu dengan
yang lainnya. Yaitu Aqidah (Teologi), Syariah (Hukum Islam), dan Akhlak
(tasawuf).
➢ Pemikiran Teologi Muhammad Abduh
• Teologi tentang Perbuatan Manusia
Menurut Muhammad Abduh, manusia adalah makhluk yang bebas dalam
memilih dan menentukan perbuatan. Ada 3 unsur pembentuk perbuatan itu
sendiri yakni akal, kemauan dan daya. Akal digunakan untuk memilih, lalu
ditopang oleh kemauan karna apabila kita sudah memilih maka otomatis kita
pasti mau mengerjakannya dan kemudian kita membutuhkan daya atau
kekuatan untuk melaksanakan apa yang sudah kita pilih. Jadi, ketiga unsur
pembentuk perbuatan itu saling berhubungan antara satu sama lain.

• Qadha' dan Qadar


Qadha' dan Qadar, termasuk salah satu pokok-pokok aqidah dalam
agama. Menurut Abduh, ia harus diberi pengertian yang benar, karena sebagai
aqidah yang terdapat didalam hati akan terpantul didalam sikap dan
perbuatan. Dari situlah pengertian qadha' dan qadar yang benar dapat
memantulkan sikap hidup yang dinamis, sedang pengertian yang
menyimpang dapat pula menimbulkan sikap yang tidak menguntungkan,
fasilitas, bahkan salah pemahaman terhadap ajaran-ajaran agama yang lain.
• Ke-Esa-an Tuhan
Diantara sifat yang wajib ada bagi Allah adalah sifat Esa. Esa dalam
Dzat, Esa dalam Sifat, Esa dalam Wujud, dan Esa dalam perbuatan. Esa
dalam Dzat berarti tidak menerima takrib, tidak tersusun dari berbagai unsur,
baik diluar maupun didalam akal sendiri. Adapun mengenai Esa dalam wujud
dan perbuatan adalah bahwa Dzatnya sendiri yang wajib wujud dan ia
sendirilah, tanpa campur tangan yang lain, untuk mengadakan segala yang
mungkin ada didunia ini.

2. Sayyid Ahmad Khan


Sayyid Ahmad Khan dilahirkan di Delhi tanggal 17 Oktober 1817 dan menurut
keterangan ia berasal dari keturunan Husein, cuu Nabi Muhammad melalui Fatimah bin
Ali. Neneknya Sayyid Hadi, adalah pembesar Istana di zaman Alamghir II (1745-1759).
Ketika berusia 18 tahun, ia bekerja pada serikat India Timur. Kemudian bekerja pula ia
sebagai hakim, tetapi pada tahun 1846 ia kembali ke Delhi dan mempergunakan
kesempatan itu untuk belajar.
Pada tahun 1878, ia juga mendirikan sekolah mohammedan anglo orienta college
(MAOC) dia aliragh yang merupakan kayanya yang paling bersejarah dan berpengaruh
untuk memajukan umat islam india.
➢ Pemikiran Teologi Sayyid Ahmad Khan
• Bidang Pendidikan
Pemikiran Sayid Ahmad khan dalam masalah ini diilhami, bahwa kemunduran
orang-orang muslim India, adalah terbatasnya kapasitas keilmuan mereka dalam
masalah-masalah pendidikan modern. Dan lagi Inggris akan bisa dikeluarkan dari
India, apabila orang-orang India bangkit dalam bidang Ilmu.

• Bidang Politik
Sayid Ahmad Khan menganjurkan supaya umat Islam India tidak turut
campur dalam agitasi politik yang dilancarkan partai konggres. Ia berkeyakinan
bahwa anggota kasta-kasta dan pemeluk Agama yangberlainan di India tidak bisa
disatukan menjadi satu bangsa. Tujuan dan cita-cita mereka saling
berlawanan.Selain itu partai yang didirikan pada tahun 1885 itu tidak mempunyai
dasar. Gerakan yang dijalankan akan berbahaya bukan hanya kepada umat Islam
tetapi semua rakyat India.

• Bidang Hukum
Pengabdiannya kepada negara dalam masalah ini sudah dibuktikannya sejak
dia berumur 20 tahun, tepatnya tahun 1857, dia bekerja sebagai wakil hakim di
pengadilan dan terkenal sebagai wakil hakim yang adil dan cakap. Usaha-usaha
yang dilakukan Sayyid Ahmad Khan:
1) Mengajukan rencana Undang-undang secara perseorangan, yang dengan itu
memperoleh tempat dalam buku Himpunan Undang-undang, Kaziz Act
(Undang-undang Gadhi) dan rencana Undang-undang yang memberikan
kekuatan untuk wajib suntik melawan cacar diputuskan atas inisiatif Sayid
Ahmad.
2) Menolak faham taqlid, bahkan tidak segan-segan menyerang faham ini.
3) Sumber hukum islam hanyalah al- Qur’an dan Hadits.

• Bidang Teologi
Sayyid Ahmad Khan mempunyai kesamaan pemikiran dengan Muhammad
abduh di mesir, setelah Abbduh berpisah dengan Jamaluddin Al Afghoni dan
kembali kembali dari pengasingan. Keyakinan kekuatan dan kebebasan akal
menjadikan khan percaya bahwa manusia bebas untuk menentukan kehendak dan
melakukan perbuatan. Ini berarti bahwa ia mempunyai faham yang sama dengan
faham Qodariyah. Menurutnya, manusia telah dianugrahi tuhan berbagai macam
daya berpikir berupa akal, dan daya fisik untuk merealisasikan kehendaknya.
Karena kuatnya kepercayaan terhadap hukum alam dan kerasnya
mempertahankan konsep hukum alam, ia dianggap kafir oleh sebagian umat
islam.

3. Muhammad Iqbal

Sir Muhammad Iqbal yang hidup antara tahun 1910 hingga saat dia wafat di tahun 1938,
dikenal sebagai seorang penyair, filosof, politikus, pembaharu dan masih banyak lagi gelar
yang disandangnya. Boleh jadi Iqbal termasuk tokoh yang paling menarik bagi seluruh
umat Muslim era modern, dimana dia mampu merekonstruksi secara sistematis pemikiran
keagamaan dalam Islam yang ditulisnya dalam buku The Reconstruction of Religion
Thought in Islam.
Ajaran Iqbal tentang teologi Islam yang paling menarik perhatian barat ataupun Islam
ialah, keharusan bagi umat Muslim untuk membuang jauh hal-hal yang dianggap usang
dan keterikatan-keterikatan mereka dengan warisan lama, mengembangkan dan
memperluas kepribadian mereka (khudi), demi mempersiapkan segala sesuatu bagi
munculnya Manusia sempurna atau ideal (insan kamil) (H. R. Gibb, 1993: 102).

➢ Pemikiran Teologi Muhammad Iqbal


• Perihal Jati Diri Manusia
Menurut Iqbal, manusia memiliki ego yang diartikan sebagai kepribadian;
manusia hidup untuk mengetahui kepribadiannya serta menguatkan dan
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, dan bukan hidup untuk tunduk
pada kejumudan. Pada hakikatnya menafikan diri dari kehidupan dunia bukanlah
ajaran Islam, karena pada hakikatnya hidup adalah gerak, dan gerak merupakan
bagian dari sebuah perubahan.

• Perihal dosa
Dalam masalah dosa, Iqbal mengembangkan kisah Nabi Adam yang
diturunkan dari surga karena memakan buah terlarang. Kejadian tersebut menurut
Iqbal memiliki hikmah bagi kesadaran manusia, yang antara lain kesadaran yang
dikuasai oleh naluri hawa nafsu menjadi kesadaran yang bersifat individu dan
bebas. Untuk itu, bagi Iqbal manusia bisa saja melakukan kesalahan atau dosa,
tetapi setelah itu ia mesti bangkit dan menemukan kesadaran baru.

• Perihal surga dan neraka.


Bagi Iqbal, neraka adalah pengalaman korektif yang dapat memperkuat
kesadaran diri (khudi) agar lebih sensitif dan waspada terhadap berbagai bentuk
tindakan. Sedangkan surga bagi Iqbal bukanlah tempat untuk berlibur, melainkan
merupakan kesinambungan dari kehidupan dunia.

Dari ketiga ajaran teologi diatas, telah meneguhkan pandangan Muhammad


Iqbal tentang manusia sebagai makhluk yang harus berpikir dan bertindak dinamis,
tidak statis, guna mengembalikan kehidupan umat Muslim yang lebih maju,
produktif, dan inovatif dalam membangun peradaban Islam.

KELOMPOK 12
Pemikiran dan Tokoh Aliran Teologi Islam Modern: Ismail Raji’ Al-Faruq, Hasan Hanafi
dan Harun Nasution
A. Pemikiran Dan Tokoh Aliran Teologi Islam Modern Menurut Ismail Raji’ Al-Faruq
Ismail Raji al-Faruqi lahir pada tahun 1921 dari sebuah keluarga terpandang di Jaffa,
sebuah daerah di Palestina ketika Palestina belum direbut oleh orang-orang Israel. Sebagai
orang yang sangat kuat keterikatan batinnya dengan Palestina, dan pernah mengalami
sendiri tragedi yang dialami rakyat Palestina, Dia menjadi salah seorang penentang gigih
zionisme.
Al-Faruqi menegaskan bahwa esensi pengetahuan dankebudayaan Islam ada pada
agama Islam itu sendiri. Sedangkan esensi Islam itu adalah tauhid. Ini artinya, tauhid
sebagai prinsip penentu pertama dalam Islam, kebudayaannya, dan sainsnya. Tauhid inilah
yang memberikan identitas pada peradaban Islam, yang mengikat semua unsurnya
bersama-sama dan menjadikan unsur-unsur tersebut sebagai suatu kesatuan integral dan
organis. Al-Faruqi menambahkan bahwa Tuhan adalah suatu tujuan dan suatu akhir. Dia
adalah obyek akhir dari semua harapan.

B. Pemikiran Dan Tokoh Aliran Teologi Islam Modern Menurut Hasan Hanafi
Hassan Hanafi dikenal memiliki komitmen yang luar biasa terhadap islam sekaligus
juga sangat menguasai ilmu-ilmu agama islam, sekaligus selalu berusaha mengembangkan
pemikirannyadalam rangka membangun peradaban yang didasarkan atas nilai-nilai
universal islam. Hassan Hanafi menawarkan suatu sistemteologi yang terangkup dalam
proyek al-turath wa al-tajdid atau „tradisi dan pembaharuan‟, baginya teologi merupakan
sebagai ilmu pengetahuan yang ber-tindak sebagai analisis teoritis tindakan, sedangkan
ilmu-ilmu pengetahuan sosial adalah aplikasi-aplikasi sistem kepercayaan tersebut. norma-
norma preskriptif dari tradisi agama yang sedang berkembang, namun tidak mesti
merefleksikan kata-kata yang terekam atau tercatat dalam arsip atau praktek-praktek yang
berakar dalam kehidupan sehari-hari; hal tersebut secara konstan di bawah suatu
konstruksi.

C. Pemikiran Dan Tokoh Aliran Teologi Islam Modern Menurut Harun Nasution
Harun Nasution adalah tokoh sentral yang berpengaruh luasdalam sumbangsihnya
terhadap pemikiran Islam di Indonesia. Model teologinya telah menjadi trend-setter dan
blue print dalam Studi Islam, terutama di Indonesia selama beberapa dekade sejak
tahun1970-an.
Menurut Harun Nasution, penyebab primer terjadinya disintegrasi atau dibagi dua
umat islam pada Indonesia khususnya pada perkembangan ilmu pengetahuan, diantaranya
ditimbulkan lantaran paham taqlid, yaitu mengikuti pandangan orang lain scara pasif, tanpa
terdapat usaha buat menelusuri kebenaranya dan hanya sebatas dilema fiqih dan terkesan
konveratif. Bagi Harun Nasution, gagasan utama tasawuf islam adalah pengenalan dialog
dan komunikasi antara ruh manusia dengan Tuhan melalui kpntemplasi dan pengasingan
diri. Kesadaran ini berupa perusahaan sangat dekat dengan tuhan.

KELOMPOK 13
Pokok-Pokok Pikiran, Ajaran Tokoh Aliran Ldii, Hti, Fpi, Tii dan Nii

1. Pokok-Pokok Aliran
A. LDII
LDII singkatan Dari (Lembaga Dakwah Islam Inonesia) LDII dirikan oleh nurhasan
ubaiilah lubis,sekitar tahun 1951 di desa burengan banjaran,kediri,jawa timur.Pertama
berdiri kelompok bernama Darul hadis. Kemudian di tahun 1968 Darul hadis di larang
dan di bubarkan oleh PAKEM (Pengurus Aliran Kepercayaan Masyarakat) Jawa Timur.
Setelah dibubarkan, Darul hadis mereka ganti nama dengan islam jama'ah (IJ).

Pokok-pokok ajaran LDII, sebagai berikut :


1. Orang Islam di luar kelompokmereka adalah kafir dan najis, termasuk kedua orang
tuanya sekalipun.
2. Kalau ada orang di luar kelompok mereka yang melakukan sholat di masjid mereka,
maka bekas tempat sholatnya dicuci karena dianggap sudah terkena najis.
3. Wajib taat kepada amir atau imam.
4. Mati dalam keadaan belum baiat kepada amir/imam LDII, maka akan mati jahiliyah (mati
kafir).
5. Al Quran dan Hadits yang boleh diterima adalah yang manqul (yang keluar dari mulur
imam/amir). Yang keluar/diucapkan oleh mulut-mulut yang bukan imam/amir mereka,
maka haram untuk diikuti.
FATWA DAN PERNYATAAN SESAT UNTUK LDII
Berikut beberapa keputusan MUI dan beberapa organisasi yang menyatakan kesesatan LDII dan
aliran yang memiliki ajaran serupa.
1. MUI dalam Musyawarah Nasional VII di Jakarta, 21-29 Juli 2005, merekomendasikan
bahwa aliran sesat seperti LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) dan Ahmadiyah agar
ditindak tegas dan dibubarkan oleh pemerintah karena sangat meresahkan masyarakat.
2. LDII aliran sempalan yang bisa membahayakan aqidah umat, ditegaskan dalam teks
pidato Staf Ahli Menhan Bidang Ideologi dan Agama Ir. Soetomo, SA, Mayor Jenderal
TNI bahwa “Beberapa contoh aliran sempalan Islam yang bisa membahayakan aqidah
Islamiyah, yang telah dilarang seperti: Lemkari, LDII, Darul Hadis, Islam Jama’ah.”
(Jakarta 12 Februari 2000, Staf Ahli Menhan Bidang Ideologi dan Agama, Ir. Soetomo,
SA, Mayor Jendral TNI).

B. FPI Dan HTI


FPI ‘FRONT PEMBELA ISLAM’ adalah organisasi garis keras islamisme
indonesia yang didirikan pada tahun 1998 oleh muhamad rizieq dengan dukungan militer
dan tokoh politik G.pimpinan organnisasi sejak tahun 2015 adalah ahmad rizieq shihab
bergelar imam besar FPI seumur hidup.
Menurut FPI dan HTI, perubahan sila pertama dalam Piagam Jakarta merupakan
kecelakaan Politik Islam yang sangat besar. Penghilangan tujuh kata merupakan bentuk
Negara Indonesia sudah mengarah kepada liberalisme dan jauh dari nilai-nilai politik
Islam. karenanya, baik FPI dan HTI ingin mengembalikan piagam Jakarta pada posisi
semula. Pendek kata, FPI dan HTI sebenarnya penyambung lindah keinginan dari DI/TII
yang melakukan pemberontakan seperti di Jawa Barat pada tahun 1949-1962; di Jawa
Tengah pada 1965; di Sulawesi yang berakhir pada 1965; di Kalimantan berakhir pada
1963 dan di Aceh pada 1953 yang berakhir dengan kompromi pada 1957 46, bisa
dikatakan melanjutkan perjuangan gerakan politik identitas masa lalu.

C. NII
Negara Islam Indonesia (disingkat NII; juga dikenal dengan nama Darul Islam
atau DI yang artinya adalah "Rumah Islam") adalah kelompok Islam di Indonesia yang
bertujuan untuk pembentukan negara Islam di Indonesia. Ini dimulai pada 7 Agustus
1949 oleh sekelompok milisi Muslim, dikoordinasikan oleh seorang politisi Muslim,
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampang, Kecamatan Ciawiligar,
Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Kelompok ini mengakui syariat islam
sebagai sumber hukum yang valid. Gerakan ini telah menghasilkan pecahan maupun
cabang yang terbentang dari Jemaah Islamiyah ke kelompok agama non-kekerasan.
Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja
diproklamasikan kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara Kerajaan
Belanda sebagai negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam
proklamasinya bahwa "Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah
Hukum Syariat Islam", lebih jelas lagi dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa
"Negara berdasarkan Islam" dan "Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan Al Hadist".
Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk
membuat undang-undang yang berlandaskan syariat Islam, dan penolakan yang keras
terhadap ideologi selain Al Quran dan Al Hadits, yang mereka sebut dengan "hukum
kafir".

D. DII
Gerakan Darul Islam (DI) merupakan gerakan politik yang terjadi pada awal
tahun 1948. Gerakan ini mempunyai pasukan yang disebut Tentara Islam Indonesia (TII),
sehingga pemberontakan ini sering disebut dengan DI/TII. Dikutip dari laman resmi
Kemdikbud, gerakan DI/TII memiliki tujuan mendirikan Negara Islam Indonesia.
Pemberontakan DI/TII merupakan salah satu pemberontakan tersulit yang pernah
dihadapi Indonesia. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat. Pemberontakan Darul Islam
atau Tentara Islam Indonesia di Jawa Barat dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan
Kartosuwirjo (S.M. Kartosuwiryo). Pada masa pergerakan nasional, Kartosuwiryo
merupakan tokoh pergerakan Islam Indonesia yang cukup disegani.
Selama pendudukan Jepang, Kartosuwiryo menjadi anggota Masyumi. Bahkan, ia
terpilih sebagai Komisaris Jawa Barat merangkap Sekretaris I. Dalam kehidupannya,
Kartosuwiryo mempunyai cita-cita untuk mendirikan Negara Islam Indonesia.Untuk
mewujudkan cita-citanya, Kartosuwiryo mendirikan sebuah pesantren di Malangbong,
Garut, yaitu Pesantren Sufah. Pesantren Sufah selain menjadi tempat menimba ilmu
keagamaan juga dijadikan sebagai tempat latihan kemiliteran Hizbullah dan Sabilillah.
Dengan pengaruhnya, Kartosuwiryo berhasil mengumpulkan banyak pengikut yang
kemudian dijadikan sebagai bagian dari pasukan Tentara Islam Indonesia (TII). Dengan
demikian, kedudukan Kartosuwiryo semakin kuat.

E. TII
TII memadukan kerja-kerja think-tank dan gerakan sosial. Sebagai think-tank TII
melakukan review kebijakan, mendorong reformasi lembaga penegak hukum, dan secara
konsisten melakukan pengukuran korupsi melalui Indeks Persepsi Korupsi, Crinis
project, dan berbagai publikasi riset lainnya. Di samping itu TII mengembangkan Pakta
Integritas sebagai sistem pencegahan korupsi di birokrasi pemerintah.
Sebagai gerakan sosial, TII aktif terlibat dalam berbagai koalisi dan inisiatif
gerakan antikorupsi di Indonesia. TII juga merangkul mitra lembaga lokal dalam
melaksanakan berbagai program di daerah. Jaringan kerja ini juga diperluas dengan
advokasi bahaya korupsi kepada anak-anak muda di Jakarta. Staf TII terdiri dari beragam
latar belakang, mulai dari ekonomi, hukum, komunikasi, hingga antropologi, masing-
masing dengan keahliannya yang saling bersinergi untuk mendorong kemajuan kerja-
kerja advokasi TII.

Anda mungkin juga menyukai