NIM : 221340088
KELAS : BKI/1/C
Mata Kuliah : Ilmu Kalam
DOSEN : Dr. H. Machdum Bachtiar, M.Pd
C. Perbedaan Antara Tauhid, Ilmu Kalam, Ilmu Aqidah, Teologi Islam dan
Ushulludin
1. Tauhid ( Tauhid ialah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (mengesakan Tuhan),
tidak ada sekutu bagiNya. Mengesakan Allah pada sesuatu yang menjadi
kekhususanNya, Rububiyah, Uluhiyah, atau Asma serta sifat-sifatNya).
2. Ilmu ‘Aqaid (‘Aqaid artinya simpulan, yakni kepercayaan yang tersimpul dalam hati,
menjadikan rasa yakin pada diri tanpa tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
3. Ilmu Kalam (Ilmu Klam adalah ilmu yang membahas tentang Tuhan dengan
mendasarkan pada argument logika atau rasio sebagai pembuktian terhadap argument
naqli atau teks).
4. Ushuluddin (Ushuluddin berarti pokok (keesaan Tuhan) atau dasar-dasar agama. Ilmu
Ushuluddin adalah ilmu yang membahas tentang prinsip-prinsip kepercayaan agama
dengan dalil-dalil qath’I dan dalil-dalil akal pikiran.
5. Theologi Islam (Theologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keTuhanan, yaitu
membicarakan Dzat Tuhan dari segala segiNya dan hubunganNya dengan alam.
Theology Islam yakni ilmu keTuhanan yang membahas tentang ihwal Tuhan).
KELOMPOK 2
Agama pada Masa Arab Pra-Islam, Ilmu Tauhid pada Masa Rasulullah saw, Khulafaur
Rasyidin, Bani Umayyah, Abbasiyah dan pada Masa Pasca-Abassiyah
A. Asal-Usul Arab
Para sejarawan membagi asal usul Arab berdasarkan garis keturunannya ke dalam tiga
bagian:
1. Bangsa Arab al-Ba’idah. Mereka terdiri dari kabilah ‘Ad, Tsamud, al-‘Amaliqah,
Thasm, Jadis, Umaim, Jurhum, Hadhramaut, dan kabilah lannya yang masih
memiliki hubungan dengan kabilah-kabilah tersebut. inilah kabilah yang sempat
teridentifikasi dan tumbuh berkembang sebelum Islam datang.
2. Bangsa Arab al’Aribah (arab asli). Mereka adalah bangsa Arab yang berasal dari
keturunan Ya’rub bin Yasyjuj bin Qahthan. Mereka disebut juga dengan al-Arab
al-Qahthaniyah. Mereka diketahui bearasal dari selatan.
3. Arab al-Adnaniyyah. Nama ini disandarkan pada seseorang bernama Adnan yang
garis keturunannya berakhir pada Ismail bin Ibrahim as. Mereka dikenal dengan
al-Arab alMusta’rabah (arab pendatang). Yaitu sebuah masyarakat yang tidak
memiliki darah arab, kemudian mereka bertemu dengan Arab asli. Mereka adalah
masyarakat yang tumbuh di bagian utara. Tanah air asli mereka adalah Makkah.
KELOMPOK 3
Konsep Iman, Islam, Ihsan, Kufur, Syirik dan Murtad
b. Islam
Kata Islam berasal dari Salima yang artinya selamat. Dari kata tersebut terbentuk
kata aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Dari kata aslama
terbentuklah kata islam. Dan pemeluknya disebut muslim. Orang yang memeluk
islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap untuk patuh pada ajaran-Nya.
c. Ihsan
Ihsan berasal dari kata (hasuna) yang bermakna baik atau bagus. Seluruh tingkah
laku yang menghadirkan faedah dan meninggalkan kemudharatan ialah perbuatan
yang Ihsan, akan tetapi karena kapasitas Ihsan bagi manusia sangat mutlak dan
temporal, bahwa ukuran Ihsan yang sesungguhnya datang dari Allah Swt.
d. Kufur
Kufur adalah kebalikan dari pada iman. Dari segi lughat “kufur” artinya
menutupi. Orang yang bersikap ‘kufur’ disebut kafir, yaitu orang yang menutupi
hatinya dari hidayah Allah. Kufur menurut bahasa adalah menutup. Bila orang yang
menyangkal dan musyrik disebut kafir karena orang itu menutupi dirinya dari nikmat
allah dan menutup jalan untuk mengenal Allah. Orang yang berdosa besar adalah
kafir karena dia selalu menutupi dirinya dengan dosa.
e. Syirik
Syirik berarti mempersekutukan Allah dengan sesembahan lain yang mereka
sembah. Sedangkan pelakunya disebut musyrik. Kata musyrik adalah kata arab dari
asal kata kerja “syarika” yang artinya bergabung atau bersekutu. Syirik perbuatan
dosa yang harus ditakuti dan dijauhi.
Adapun dari segi syara’, syirik adalah segala sesuatu yang membatalkantauhi
atau mencemarinya, dari apa saja yang dinamakan syirik dalam al-Qur’andan as-
Sunnah. Dengan kata lain syirik adalah mempersekutukan Allah denganmenjadikan
sesuatu selain dari-Nya sebagai sembahan, objek pemujaan atautempat
menggantungkan harapan dan dambaan. Barangsiapa yang beribadahkepada selain
Allah berarti ia telah meletakkan ibadah tidak pada tempatnya danmemberikannya
kepada yang tidak berhak menerimanya. Syirik terdiri atas 2 macam yaitu syirik besar
dan syirik kecil.
f. Murtad
Murtad berasal dari kata irtadda yang artinya raja’a (kembali), sehingga apabila
dikatakan irtadda ‘an diinihimaka artinya orang itu telah kafir setelah memeluk
islam. Perbuatannya yang menyebabkan dia kafir atau murtad itu disebut sebagai
riddah (kemurtadan). Secara istilah makna riddah adalah menjadi kafir sesudah
berislam.
KELOMPOK 4
Konsep Tauhid, Dzat, Sifat, Asmaul Husna, Rubbubiyah, dan Uluhiyah
B. Asmaul Husna
Asmaul Husna adalah nama-nama Allah yang terbaik yang berjumlah sebanyak 99.
Asmaul Husna salah satu lafadz dengan beragam bentuknya dan banyak ditemui di
dalam Al-Qur’an dan mengandung makna “Perintah” untul mengamalkannya.
C. Rububiyah
Tauhid rububiyah artinya keyakinan bahwa Allah SWT merupakan satu-satunya Zat
Pencipta dan Pengatur alam semesta. Tauhid rububiyah bermakna bahwa hanya Allah
SWT yang mampu mengatur dan mengurus semua makhluk-Nya.
D. Uluhiyah
Tauhid uluhiyah merupakan keyakinan bahwa hanya Allah SWT merupakan
sesembahan yang benar. Tidak ada Zat yang layak disembah kecuali Allah SWT. Dengan
demikian, manusia hanya patut beribadah dan menyembah kepada Allah SWT.
KELOMPOK 5
Pengertian Akal dan Wahyu, Serta Hubungan Akal dan Wahyu
KELOMPOK 6
Konsep Dasar dan Ruang Lingkup Ahlussunnah Wal Jama’ah, Serta Relevansinya Dengan
Nahdlatul Ulama, Muhamaddiyah, Dan Persis
Jumlah = 72 aliran
A. Bidang Aqidah
Aqidah erat kaitanya dengan iman yang secara bahasa berarti percaya, akan tetapi
bagi Ahlussunnah Waljamaah bahwa iman itu harus diucapkan dengan lisan, diakui
dalam hati dan. diamalkan dalam perbuatan.
B. Bidang Syariah
Syari'ah berarti jalan, sedangkan secara istilah berarti hukum yang ditetapkan
Allah untuk hamba Nya dengan perantara para Rasul-Nya. Dalam bidang syari'ah,
paham Ahlussunnah Waljamaah mengakui kebenaran empat madzhab yaitu Hanafi,
Maliki, Syafi'I dan Hambali. Bagi orang yang belum memiliki kemampuan untuk ber-
ijtihad, maka ia harus taklid (mengikuti) kepada salah satu dari kempat madzhab
tersebut dan tidak boleh mengikuti madzhab dengan cara mengacak dari ajaran-ajaran
ke-empat madzhab.
Dalam menetapkan hukum agama Islam, Ahlussunnah Wal Jama'ah didasarkan
pada empat hal, yaitu :
a. Alquran
b. As-sunnah
c. Ijmak
d. Qiyas
2. Muhammadiyyah
Pada tanggal 18 November 1912, Ahmad Dahlan pejabat
pengadilan Keraton Yogyakarta dan seorang Ulama Muslim terpelajar lulusan
dari Mekah mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta. Ada beberapa motif yang
melatarbelakangi berdirinya gerakan ini. Di antara yang penting adalah
keterbelakangan masyarakat Muslim, banyaknya muslim yang masih suka klenik dan
banyaknya kristenisasi di kawasan penduduk miskin. Ahmad Dahlan, yang banyak
dipengaruhi oleh reformis Mesir Muhammad Abduh, menganggap modernisasi dan
pemurnian agama dari praktik sinkretis sangat vital dalam reformasi agama ini. Oleh
karena itu, sejak awal Muhammadiyah sangat perhatian dalam memelihara tauhid dan
menyempurnakan monoteisme di masyarakat.
Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung
Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H).
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan
untuk memurnikan ajaran Islam yang menurut anggapannya, banyak dipengaruhi hal-
hal mistik.
3. Persis
Persatuan Islam (disingkat Persis atau PERSIS) adalah sebuah organisasi Islam di
Indonesia. Persis didirikan pada 12 September 1923 di Bandung oleh
sekelompok Islam yang berminat dalam pendidikan dan aktivitas keagamaan yang
dipimpin oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus.
Persis didirikan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman Islam yang sesuai
dengan aslinya yang dibawa oleh Rasulullah Saw dan memberikan pandangan berbeda
dari pemahaman Islam tradisional yang dianggap sudah tidak orisinal karena
bercampur dengan budaya lokal, sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan tidak mau
menggali Islam lebih dalam dengan membuka kitab-kitab hadits yang shahih.
Tokoh tokoh dalam persis
• Muhammad Isa Anshary, politikus dan pejuang Indonesia.
• Mohammad Natsir, mantan Perdana Menteri Indonesia
• Ahmad Hassan, teman debat Soekarno ketika di Bandung
• Haji Zamzam, pendiri Persis
• H. Eman Sar'an Ketua Dewan Hisbah 1990 – 2005
• Achyar Syuhada, ulama terkemuka Persis
• Mohammad Yunus, ulama Persis
• K.H. E. Abdurrahman, pemimpin Persis tahun 1962-1983
• K.H A. Latif Muchtar Ketua Umum Persis 1990 – 1997
• KH. Shiddiq Amien, Mba Mantan Ketua Umum persis 1997 – 2010
• K.H.Ikin Shadikin, Ulama terkemuka Persis Ketua Majlis Penasihat Persis 2000 –
2011
• K.H. Usman Sholehudin, Ketua Dewan Hisbath
• K.H Prof Maman Abdurrahman, MA Ketua Umum 2010-2015
• K.H. Aceng Zakaria Ketua Umum 2015 – 2020
• K.H. M. Romli Ketua Dewan Hisbah 2015 – 2020
• K.H. Entang Muchtar ZA Ulama Persis
KELOMPOK 7
Pengertian dan Konsep Takdir Menurut Pikiran Jabariah dan Qodariyah Takdir
KELOMPOK 8
Sejarah Aliran Teologi Islam
2. Mu’tazilah
Aliran mu’tazilah yang sudah tidak berkembang lagi ,aliran mu’tazilah di kenal
sebagai aliran yang mengagungkan kemampuan akal hingga pemikiran kalam/teologi
yang mereka kembangkan bercorak Rasional dan Liberal.
Persoalan teologis yang cukup hangat diperbincangkan oleh para ulama pada
penghujung abad I hijrah ialah tentang status orang mukmin yang melakukan dosa
besar, apakah ia tetap mukmin atau menjadi kafir.
Istilah Mu’tazilah sebenarnya sudah pernah muncul satu abad sebelum munculnya
Mu’tazilah yang dipelopori oleh Washil ibn Atha. Sebutan Mu’tazilah ketika itu
merupakan julukan bagi kelompok yang tidak mau terlibat dengan urusan politik, dan
hanya menekuni kegiatan dakwah dan ibadah semata.
3. Asy-ariyah
Al- Asy’ari adalah nama sebuah kabilah Arab terkemuka di Bashrah, Irak. Dari
kabilah ini muncul beberapa orang tokoh terkemuka yang turut mempengaruhi dan
mewarnai sejarah peradaban umat Islam. Nama Al-Asy’ariyah diambil dari nama
Abu Al-Hasan Ali bin IsmailAl-Asy’ari yang dilahirkan dikota Bashrah (Irak) pada
tahun 206 H/873 M. Pada awalnya Al-Asy’ari ini berguru kepada tokoh Mu’tazilah
waktu itu, yang bernama Abu Ali Al-Jubai. Dalam beberapa waktu lamanya ia
merenungkan dan mempertimbangkanantara ajaran-ajaran Mu’tazillah dengan paham
ahli-ahli fiqih dan hadist.
Al-Asy’ari sebagai orang yang pernah menganut paham Mu’tazillah, tidak dapat
menjauhkan diri dari pemakaian akal dan argumentasi pikiran. ia menentang dengan
kerasnya mereka yang mengatakan bahwa akal pikiran dalam agama atau membahas
soal-soal yang tidak pernah disinggung oleh Rasulullah merupakan suatu kesalahan.
Dalam hal ini ia juga mengingkari orang yang berlebihan menghargai akal pikiran,
karena tidak mengakui sifat-sifat Tuhan.
Ciri-ciri orang yang menganut aliran Asy’ariyah adalah sebagai berikut:
1. Mereka berpikir sesuai dengan Undang-Undang alam dan mereka juga
mempelajari ajaran itu.
2. Iman adalah membenarkan dengan hati, amal perbuatan adalah kewajiban untuk
berbaut baik dan terbaik bagi manusia dan mereka tidak mengkafirkan orang
yang berdosa besar.
3. Kehadiran Tuhan dalam konsep Asy’ariyah terletak pada kehendak mutlak-Nya.
4. Maturidiyah
Nama aliran dalam Teologi Islam ini di ambil dari nama pendirinya yaitu Abu
Mansur Muhammad bin Mahmud al-Hanafi al-Mutakallim Al-Maturidi As-
Samarqandi, ia lahir di Samarkand pada pertengahan kedua abad 9 Masehi dan
menginggal pada 944 M/333 H di Samarkand. Tidak banyak diketahui mengenai
riwayat hidupnya. Ia adalah pengikut Abu Hanifah dan paham-paham teologinya
banyak persamaannya dengan paham-paham yang dimajukan Abu Hanifah. Sistem
pemikiran teologi yang ditimbulkan Abu Mansur termasuk dalam golongan ahl al-
sunnah dan dikenal dengan nama al-Maturidiyah.
Latar belakang lahirnya aliran ini, hampir sama dengan aliran al-Asy’ariyah, yaitu
sebagai reaksi penolakan terhadap ajaran aliran Mu’tazilah, walaupun sebenarnya
pandangan keagamaan yang dianutnya hampir sama dengan pandangan Mu’tazilah
yaitu lebih menonjolkan akal dalam system teologinya. Aliran Maturidiyah adalah
aliran teologi yang banyak dianut oleh umat islamyang memakai mahzab Hanafi.
B. Mu’tazilah
Washil bin Atha : pendapat Murji’ah yang bersikukuh bahwa iman itu sebuah
kepercayaan hati. Salat, puasa, dan kewajiban syariat lainnya yang sejajar dengan
itu dianggap bukan sebagai unsur keimanan. Maka, meskipun seorang muslim
tidak menjalankan syariat atau melakukan dosa besar tidak dapat disebut sebagai
kafir.
C. Asy’ariyah
Abu Hasan Ali bin Isma’il Al-Asy’ari : Sifat Tuhan Pandangan aliran
Asy'ariyah mengenai sifat ketuhanan dikenal mengakui Zat Allah SWT berbeda
dari makhluk. Contoh, Allah Maha Mendengar. Sifatnya berbeda dengan manusia
yang bisa didengar. Kekuasaan Tuhan dan Perbuatan Manusia Aliran Asy'ariyah
percaya bahwa manusia tidak memiliki kekuasaan untuk menciptakan sesuatu,
kecuali dengan adanya daya dan upaya dari Allah SWT.
D. Maturidiyah
1) Abu Mansur Muhammad Al-Maturidi
Al-Maturidi banyak mengemukakan pemikiran-pemikirannya dalam berbagai
karya tulis. Kebanyakan karya tulisnya berbentuk manuskrip sehingga kurang
dikenal oleh umat Islam.Karya-karyanya antara lain adalah “Kitab At-Tauhid”
(Kitab tentang Tauhid), “Kitab Ta’wil Alquran” (Kitab Takwil tentang
Alquran), “Kitab Ma’khaz Asy-Syara’i” (Kitab tentang Sumber Syariat),
“Kitab Al-Jadl” (Kitab tentang Perdebatan), dan “Kitab Al-Ushul fi Usul Ad-
Din” (Kitab tentang Prinsip-Prinsip Teologi).
2) Abu Al-Yusr Muhammad Al-Bazdawi
Ia merupakan tokoh yang menyebarkan paham Maturidiyah di wilayah
Bukhara. Karena itu, aliran Maturidiyah yang disebarluaskan oleh Al-Bazdawi
ini dikenal dengan nama Maturidiyah Bukhara. Namun, aliran Maturidiyah
yang dibawa oleh Al-Bazdawi ini dianggap berbeda dengan paham
Maturidiyah yang dikembangkan oleh Al-Maturidi.
Banyak kalangan yang menilai, Maturidiyah Bukhara bersifat tradisional dan
lebih dekat pada paham teologi Asy’ariyah. Sebaliknya, Maturidiyah
Samarkand yang disebarluaskan oleh al-Maturidi dinilai agak liberal dan lebih
dekat pada paham Muktazilah.
Al-Bazdawi yang lahir pada tahun 421 H dan meninggal pada tahun 493 H
merupakan pengikut al-Maturidi yang penting dan penerus yang baik dalam
pemikirannya. Nenek Al-Bazdawi menjadi salah satu murid Al-Maturidi. Ia
pun mempelajari ajaran Maturidiyah dari kedua orang tuanya.
KELOMPOK 9
Pokok-Pokok Pikiran, Ajaran dan Tokoh Aliran Syiah dan Ahmadiyah
A. Aliran Syiah
1. Sejarah Perkembangan Aliran Syiah
Syi’ah sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, Syi’ah berkembang menjadi
beberapa aliran, karena perbedaan penunjuk agama, di Indonesia sendiri ada empat
tahapan berkembangnya aliran syi’ah, yang pertama bersamaan dengan masuknya
islam di Indonesia, kedua setelah revolusi Iran,ketiga dibawa oleh mahasiswa yang
pergi mengejar ilmu diIran, dan yang keempat yaitu sosialisasi oleh organisasi ‘Ikatan
Jamaah Ahlul Bait Indonesia’.
Lahirnya golongan Syiah juga tak lepas dari masalah politik, sehingga melahirkan
mazhab-mazhab yang berbeda setiap umat Islam. Pada golongan Syiah sendiri
persoalan politik yang disebabkan perebutan kepemimpinan antara kalangan Anshar
dengan Muhajirin. Sehingga terjadinya konflik antara ummat Islam sendiri.
4. Ajaran-Ajaran Syiah
a. Waktu salat dalam syiah adalah setelah terbit matahari hingga tenggelam pada
waktu Zuhur dan Ashar. Kapan Langit tampak gelap hingga tengah malam saat
waktu sholat Maghrib dan Isya.
b. Tempat sujud golongan Syiah yaitu tanah yang dipadatkan (turbah). Jika tidak
ada, maka menggunakan kertas putih atau bahan yang berasal dari tumbuhan/alam
yang tidak dikonsumsi dan dijadikan pakaian.
c. Dalam berwuudhu, golongan Syiah mengikuti Al-Quran surah Al-Maidah ayat 6:
basuh muka dan kedua tangan hingga sikut, usap rambut kepala dan kedua
punggung kaki. Dilakukan juga dalam fiqih Hanafi dan fiqih Maliki.
d. Selalu membaca shalawat, yasinan, tahlilan, baca doa-doa panjang (jausan kabir,
kumail, iftitah, dan doa-doa yang terdapat pada kitab shahifah sajjadiyyah, dan
lainnya), menjalankan puasa nisfu sya’ban, rebo kasan,shalat lailatul qadar, ziarah
kubur, haul, asyura, dan peringatan maulid nabi.
B. Ahmadiyah
1. Sejarah Perkembangan Ahmadiyah
Kelahiran Ahmadiyah dipengaruhi oleh kondisi umat Islam pada masa akhir abad
ke-18, di mana ekspansi bangsa Eropa terhadap daerah-daerah Islam sedang gencar
terjadi. Di sisi lain, Islam sedang dalam masa kemunduran.
Pelopor gerakan Ahmadiyah ini lahir di Qadian, distrik Gurdaspur, punjab
(sekarang termasuk wilayah India) pada tahun 1839 dan wafat pada tanggal 26 mei
1908. Pada tanggal 4 maret 1889, Ghulam Ahmad mengaku dan mengumumkan
bahwa ia menerima wahyu langsung dari Tuhan yang menunjuknya sebagai al-Mahdi
yang dijanjikan dan agar umat berbaiat kepadanya. Pada 23 Maret 1889, sebanyak 40
orang melakukan baiat pertama pada Ghulam Ahmad di sebuah rumah di Mia Ahmad
Jaan, Ludiana, India. Sejak saat itulah Ghulam Ahmad resmi meletakkan pondasi
organisasi Al-jama'ah Al-Islamiyah Al-Ahmadiyah (jemaah Islam Ahmadiyah).
Jemaah Islam Ahmadiyah ini didirikan untuk meremajakan moral Islam dan nilai-
nilai kerohanian (Tjoa, 2011). Kemudian, pada 4 November 1900 Mirza Ghulam
Ahmad mengumumkan penggunaan nama Ahmadiyah secara resmi. Nama
Ahmadiyah sendiri diambil dari Al Qur'an surat As-Saf ayat 6, yang berisi pernyataan
Nabi Isa akan kedatangan seorang Nabi setelahnya, dengan nama Ahmad
(Muhammad).
4. Tokoh Ahmadiyah
Mirza Ghulam Ahmad (Qadian, India, 1255 H/1839 M—Qadian, 24 Rabiulakhir
1326/26 Mei 1908). Pendiri dan pemimpin gerakan ahamdiyah yang pada awalnya
berpusat di Qadian, Gurdaspur (India). Pemikian-pemikarnya dalam bidang agama
menjadi ajaran sekte Ahmadiyah. Para pengikutnya dari kelompok Qadiani
menganggapnya Nabi, edangkan kelompok Lahore menganggapnya mujadid
(pembaharu). Gelar “Mirza” menunjukkan bahwa ia termasuk keluarga bangsawan
keturunan dinasti Mughal. Nenek moyangnya mempunyai hubungan keluarga dengan
Zahirudin Muhammad Babur, pendiri Dinasti Mughal (1526-1530). Ayahnya adalah
hakim pemerintah kolonial Inggris di India. Ahmadiyah Qadiani masuk ke Indonesia
pada tahun 1925, dibawa oleh Rahmat Ali, ahli Dakwah Ahmadiyah. Mula-mula ia
tinggal di tapaktuan (Aceh), kemudian di Padang hingga tahun 1930, dan akhirnya di
Jakarta. Ajarannya banyak mendapatkan tantangan. Serangan paling keras bagi
Rahmat Ali datang dari Ahmad Hassan, tokoh pembaharu Islam dari Bandung.
KELOMPOK 10
Pokok Pikiran, Ajaran dan Tokoh Aliran Murji’ah dan Mujasimah
KELOMPOK 11
Pemikiran dan Aliran Teologi Islam Modern
• Bidang Politik
Sayid Ahmad Khan menganjurkan supaya umat Islam India tidak turut
campur dalam agitasi politik yang dilancarkan partai konggres. Ia berkeyakinan
bahwa anggota kasta-kasta dan pemeluk Agama yangberlainan di India tidak bisa
disatukan menjadi satu bangsa. Tujuan dan cita-cita mereka saling
berlawanan.Selain itu partai yang didirikan pada tahun 1885 itu tidak mempunyai
dasar. Gerakan yang dijalankan akan berbahaya bukan hanya kepada umat Islam
tetapi semua rakyat India.
• Bidang Hukum
Pengabdiannya kepada negara dalam masalah ini sudah dibuktikannya sejak
dia berumur 20 tahun, tepatnya tahun 1857, dia bekerja sebagai wakil hakim di
pengadilan dan terkenal sebagai wakil hakim yang adil dan cakap. Usaha-usaha
yang dilakukan Sayyid Ahmad Khan:
1) Mengajukan rencana Undang-undang secara perseorangan, yang dengan itu
memperoleh tempat dalam buku Himpunan Undang-undang, Kaziz Act
(Undang-undang Gadhi) dan rencana Undang-undang yang memberikan
kekuatan untuk wajib suntik melawan cacar diputuskan atas inisiatif Sayid
Ahmad.
2) Menolak faham taqlid, bahkan tidak segan-segan menyerang faham ini.
3) Sumber hukum islam hanyalah al- Qur’an dan Hadits.
• Bidang Teologi
Sayyid Ahmad Khan mempunyai kesamaan pemikiran dengan Muhammad
abduh di mesir, setelah Abbduh berpisah dengan Jamaluddin Al Afghoni dan
kembali kembali dari pengasingan. Keyakinan kekuatan dan kebebasan akal
menjadikan khan percaya bahwa manusia bebas untuk menentukan kehendak dan
melakukan perbuatan. Ini berarti bahwa ia mempunyai faham yang sama dengan
faham Qodariyah. Menurutnya, manusia telah dianugrahi tuhan berbagai macam
daya berpikir berupa akal, dan daya fisik untuk merealisasikan kehendaknya.
Karena kuatnya kepercayaan terhadap hukum alam dan kerasnya
mempertahankan konsep hukum alam, ia dianggap kafir oleh sebagian umat
islam.
3. Muhammad Iqbal
Sir Muhammad Iqbal yang hidup antara tahun 1910 hingga saat dia wafat di tahun 1938,
dikenal sebagai seorang penyair, filosof, politikus, pembaharu dan masih banyak lagi gelar
yang disandangnya. Boleh jadi Iqbal termasuk tokoh yang paling menarik bagi seluruh
umat Muslim era modern, dimana dia mampu merekonstruksi secara sistematis pemikiran
keagamaan dalam Islam yang ditulisnya dalam buku The Reconstruction of Religion
Thought in Islam.
Ajaran Iqbal tentang teologi Islam yang paling menarik perhatian barat ataupun Islam
ialah, keharusan bagi umat Muslim untuk membuang jauh hal-hal yang dianggap usang
dan keterikatan-keterikatan mereka dengan warisan lama, mengembangkan dan
memperluas kepribadian mereka (khudi), demi mempersiapkan segala sesuatu bagi
munculnya Manusia sempurna atau ideal (insan kamil) (H. R. Gibb, 1993: 102).
• Perihal dosa
Dalam masalah dosa, Iqbal mengembangkan kisah Nabi Adam yang
diturunkan dari surga karena memakan buah terlarang. Kejadian tersebut menurut
Iqbal memiliki hikmah bagi kesadaran manusia, yang antara lain kesadaran yang
dikuasai oleh naluri hawa nafsu menjadi kesadaran yang bersifat individu dan
bebas. Untuk itu, bagi Iqbal manusia bisa saja melakukan kesalahan atau dosa,
tetapi setelah itu ia mesti bangkit dan menemukan kesadaran baru.
KELOMPOK 12
Pemikiran dan Tokoh Aliran Teologi Islam Modern: Ismail Raji’ Al-Faruq, Hasan Hanafi
dan Harun Nasution
A. Pemikiran Dan Tokoh Aliran Teologi Islam Modern Menurut Ismail Raji’ Al-Faruq
Ismail Raji al-Faruqi lahir pada tahun 1921 dari sebuah keluarga terpandang di Jaffa,
sebuah daerah di Palestina ketika Palestina belum direbut oleh orang-orang Israel. Sebagai
orang yang sangat kuat keterikatan batinnya dengan Palestina, dan pernah mengalami
sendiri tragedi yang dialami rakyat Palestina, Dia menjadi salah seorang penentang gigih
zionisme.
Al-Faruqi menegaskan bahwa esensi pengetahuan dankebudayaan Islam ada pada
agama Islam itu sendiri. Sedangkan esensi Islam itu adalah tauhid. Ini artinya, tauhid
sebagai prinsip penentu pertama dalam Islam, kebudayaannya, dan sainsnya. Tauhid inilah
yang memberikan identitas pada peradaban Islam, yang mengikat semua unsurnya
bersama-sama dan menjadikan unsur-unsur tersebut sebagai suatu kesatuan integral dan
organis. Al-Faruqi menambahkan bahwa Tuhan adalah suatu tujuan dan suatu akhir. Dia
adalah obyek akhir dari semua harapan.
B. Pemikiran Dan Tokoh Aliran Teologi Islam Modern Menurut Hasan Hanafi
Hassan Hanafi dikenal memiliki komitmen yang luar biasa terhadap islam sekaligus
juga sangat menguasai ilmu-ilmu agama islam, sekaligus selalu berusaha mengembangkan
pemikirannyadalam rangka membangun peradaban yang didasarkan atas nilai-nilai
universal islam. Hassan Hanafi menawarkan suatu sistemteologi yang terangkup dalam
proyek al-turath wa al-tajdid atau „tradisi dan pembaharuan‟, baginya teologi merupakan
sebagai ilmu pengetahuan yang ber-tindak sebagai analisis teoritis tindakan, sedangkan
ilmu-ilmu pengetahuan sosial adalah aplikasi-aplikasi sistem kepercayaan tersebut. norma-
norma preskriptif dari tradisi agama yang sedang berkembang, namun tidak mesti
merefleksikan kata-kata yang terekam atau tercatat dalam arsip atau praktek-praktek yang
berakar dalam kehidupan sehari-hari; hal tersebut secara konstan di bawah suatu
konstruksi.
C. Pemikiran Dan Tokoh Aliran Teologi Islam Modern Menurut Harun Nasution
Harun Nasution adalah tokoh sentral yang berpengaruh luasdalam sumbangsihnya
terhadap pemikiran Islam di Indonesia. Model teologinya telah menjadi trend-setter dan
blue print dalam Studi Islam, terutama di Indonesia selama beberapa dekade sejak
tahun1970-an.
Menurut Harun Nasution, penyebab primer terjadinya disintegrasi atau dibagi dua
umat islam pada Indonesia khususnya pada perkembangan ilmu pengetahuan, diantaranya
ditimbulkan lantaran paham taqlid, yaitu mengikuti pandangan orang lain scara pasif, tanpa
terdapat usaha buat menelusuri kebenaranya dan hanya sebatas dilema fiqih dan terkesan
konveratif. Bagi Harun Nasution, gagasan utama tasawuf islam adalah pengenalan dialog
dan komunikasi antara ruh manusia dengan Tuhan melalui kpntemplasi dan pengasingan
diri. Kesadaran ini berupa perusahaan sangat dekat dengan tuhan.
KELOMPOK 13
Pokok-Pokok Pikiran, Ajaran Tokoh Aliran Ldii, Hti, Fpi, Tii dan Nii
1. Pokok-Pokok Aliran
A. LDII
LDII singkatan Dari (Lembaga Dakwah Islam Inonesia) LDII dirikan oleh nurhasan
ubaiilah lubis,sekitar tahun 1951 di desa burengan banjaran,kediri,jawa timur.Pertama
berdiri kelompok bernama Darul hadis. Kemudian di tahun 1968 Darul hadis di larang
dan di bubarkan oleh PAKEM (Pengurus Aliran Kepercayaan Masyarakat) Jawa Timur.
Setelah dibubarkan, Darul hadis mereka ganti nama dengan islam jama'ah (IJ).
C. NII
Negara Islam Indonesia (disingkat NII; juga dikenal dengan nama Darul Islam
atau DI yang artinya adalah "Rumah Islam") adalah kelompok Islam di Indonesia yang
bertujuan untuk pembentukan negara Islam di Indonesia. Ini dimulai pada 7 Agustus
1949 oleh sekelompok milisi Muslim, dikoordinasikan oleh seorang politisi Muslim,
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampang, Kecamatan Ciawiligar,
Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Kelompok ini mengakui syariat islam
sebagai sumber hukum yang valid. Gerakan ini telah menghasilkan pecahan maupun
cabang yang terbentang dari Jemaah Islamiyah ke kelompok agama non-kekerasan.
Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja
diproklamasikan kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara Kerajaan
Belanda sebagai negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam
proklamasinya bahwa "Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah
Hukum Syariat Islam", lebih jelas lagi dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa
"Negara berdasarkan Islam" dan "Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan Al Hadist".
Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk
membuat undang-undang yang berlandaskan syariat Islam, dan penolakan yang keras
terhadap ideologi selain Al Quran dan Al Hadits, yang mereka sebut dengan "hukum
kafir".
D. DII
Gerakan Darul Islam (DI) merupakan gerakan politik yang terjadi pada awal
tahun 1948. Gerakan ini mempunyai pasukan yang disebut Tentara Islam Indonesia (TII),
sehingga pemberontakan ini sering disebut dengan DI/TII. Dikutip dari laman resmi
Kemdikbud, gerakan DI/TII memiliki tujuan mendirikan Negara Islam Indonesia.
Pemberontakan DI/TII merupakan salah satu pemberontakan tersulit yang pernah
dihadapi Indonesia. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat. Pemberontakan Darul Islam
atau Tentara Islam Indonesia di Jawa Barat dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan
Kartosuwirjo (S.M. Kartosuwiryo). Pada masa pergerakan nasional, Kartosuwiryo
merupakan tokoh pergerakan Islam Indonesia yang cukup disegani.
Selama pendudukan Jepang, Kartosuwiryo menjadi anggota Masyumi. Bahkan, ia
terpilih sebagai Komisaris Jawa Barat merangkap Sekretaris I. Dalam kehidupannya,
Kartosuwiryo mempunyai cita-cita untuk mendirikan Negara Islam Indonesia.Untuk
mewujudkan cita-citanya, Kartosuwiryo mendirikan sebuah pesantren di Malangbong,
Garut, yaitu Pesantren Sufah. Pesantren Sufah selain menjadi tempat menimba ilmu
keagamaan juga dijadikan sebagai tempat latihan kemiliteran Hizbullah dan Sabilillah.
Dengan pengaruhnya, Kartosuwiryo berhasil mengumpulkan banyak pengikut yang
kemudian dijadikan sebagai bagian dari pasukan Tentara Islam Indonesia (TII). Dengan
demikian, kedudukan Kartosuwiryo semakin kuat.
E. TII
TII memadukan kerja-kerja think-tank dan gerakan sosial. Sebagai think-tank TII
melakukan review kebijakan, mendorong reformasi lembaga penegak hukum, dan secara
konsisten melakukan pengukuran korupsi melalui Indeks Persepsi Korupsi, Crinis
project, dan berbagai publikasi riset lainnya. Di samping itu TII mengembangkan Pakta
Integritas sebagai sistem pencegahan korupsi di birokrasi pemerintah.
Sebagai gerakan sosial, TII aktif terlibat dalam berbagai koalisi dan inisiatif
gerakan antikorupsi di Indonesia. TII juga merangkul mitra lembaga lokal dalam
melaksanakan berbagai program di daerah. Jaringan kerja ini juga diperluas dengan
advokasi bahaya korupsi kepada anak-anak muda di Jakarta. Staf TII terdiri dari beragam
latar belakang, mulai dari ekonomi, hukum, komunikasi, hingga antropologi, masing-
masing dengan keahliannya yang saling bersinergi untuk mendorong kemajuan kerja-
kerja advokasi TII.