Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Studi Peradaban Islam Era Rasulallah

Disusun Dalam Rangka


Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Studi Peradanan Islam PAI

Dosen pengampu

Dr.H.Abbas Sofwan,H.HI,LLM

Oleh :
1. Moh. Kamilul Hija
2. Ahmad fauzi

INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI


PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2021/2022

1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad S.A.W telah membawa bangsa
arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak beradap dan tidak terkenal, dan di abaikan oleh
bangsa lain, menjadi bangsa yang maju, ia dengan cepat bergerak penting artinya dalam
sejarah manusia hingga sekarang. Peradaban atau kebudayaan pada masa Rasulullah
S.A.W. Yang paling dahsyat adalah perubahan sosial. Suatu perubahan mendasar dari masa
kebobrokan moral menuju moralitas yang beradab.
Secara esensial kehadiran Nabi Muhammad pada masyarakat Arab adalah
terjadinya kristalisasi pengalaman baru pada dimensi ketuhanan yang mempengaruhi
segala aspek kehidupan masyarakat, termaksud hukum-hukum yang digunakan pada masa
itu. Keberhasilan Nabi Muhammad dalam memenangkan kepercayaan Bangsa Arab relativ
singkat. Kemampuannya dalam memodifikasi jalan hidup orang-orang Arab yang
sebelumnya jahiliah kejalan orang-orang yang bermoral Islam.
Dalam berdakwah Nabi Muhammad tidak hanya menggunakan aspek kenabiannya
dengan menggunakan tablig namun juga menggunakan strategi politik dengan
memunculkan aspek-aspek keteladanannya dalam menyelesaikan persoalan. Seperti,
dakwah di Mekkah yang terbagi menjadi dua yaitu dakwah secara diam-diam dan dakwah
secara terbuka. Disini dapat kita lihat adanya strategi Nabi dalam menyeru umat manusia
untuk beribadah kepada Allah Swt. Walaupun dalam menjalankan perintah Allah, Nabi
mendapat banyak tantangan yang besar dari berbagai pihak namun atas izin Allah segalah
hal yang dilakukan Nabi dapat berjalan lancar.
Semakin bertambah jumlah pengikut Nabi semakin besar pula tantangan yang harus
di hadapi Nabi, mulai dari cara diplomatic di sertai bujuk rayu hingga tindakan kekerasan
di lancarkan orang-orang quraisy untuk menghentikan dakwa Nabi. Namun Nabi tetap pada
pendirian untuk menyiarkan agama Islam.
Sistem pemerintahan dan strategi politik Nabi dapat kita lihat jelas setelah
terbentuknya negara Madinah. Di sini Islam semakin kuat dan berkembang karena
bersatunya visi misi masyarakat Islam. Peradabannya salah satunya yaitu Piagam
Madinah. Melalui Piagam Madinah Nabi Muhammad memperkenalkan konsep negara

2
ideal yang di warnai dengan wawasan, transparansi, partisipasi, adanya konsep kebebasan
dan tanggung jawab sosial politik secara bersama.1
B. Rumusan Masalah
1. Sistem dakwah apa saja yang digunakan pada masa Rasulullah SAW?
2. Bagaimana kepemimpinan pada masa Rasulullah SAW ?
3. Bagaimana pembentukan masyarakat Madinah pada masa Rasulullah SAW ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sistem dakwah apa saja yang digunakan pada masa
Rasulullah SAW.
2. Untuk mengetahui kepemimpinan pada masa Rasulullah SAW.
3. Untuk mengetahui pembentukan masyarakat Madinah pada masa Rasulullah
SAW.

1
Yamin, “Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw.”hlm.2

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Dakwah Pada Masa Rasulullah SAW


Dakwah ibarat obor kehidupan, yang memberikan cahaya dan menerangi jalan
kehidupan yang lebih baik, dari kegelapan menuju terang benderang, dari keserakahan
menuju kedermawanan. Dakwah merupakan bagian yang cukup penting bagi umat saat
ini tatkala manusia dilanda kegersangan spiritual, rapuhnya akhlak, maraknya korupsi,
kolusi dan manipulasi terjadi di segala lini kehidupan, ketimpangan sosial, kerusuhan
terjadi dimana-mana, kecurangan dan sederet tindakan-tindakan lainnya.
Dakwah dapat juga diartikan sebagai penyebaran ilmua gama Islam yang dilakukan
oleh seseorang atau suatu lembaga keagamaan kepada khalayak banyak. Akan tetapi,
dakwah tidak hanya bisa diartikan seperti itu saja. Karena pada dasarnya, dakwah
tersebut memiliki arti yang lebih luas dan cara penyampaian yang sangat beragam.2
Ditinjau dari segi bahasa “Da`wah” berarti: panggilan, seruan dan ajakan. Bentuk
perkataan tersebut dalam Bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja
(fi`il) nya adalah berarti: memanggil, menyeru atau mengajak (Da`a, Yad`u,
Da‟watan). Orang yangberdakwah biasa disebut dengan da`i dan orang yang menerima
dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan mad`u.3 Secara Etomilogis dakwah
adalah derivasi dari Bahasa Arab dalam bentuk masdar dari karta kerja (Da`a Yad`u
Da`watan) yang berarti ajakan, seruan, panggilan, undangan atau mengajak, memanggil
atau menyeru. Dr. M. Quraish Shihab berpendapat bahwa dakwah ialah seruan menuju
keinsafan atau usaha mengubah pribadi dan masyarakat menjadi lebihbaik.Perwujudan
dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan
pandangan hidup, melainkan lebih dari itu. Apalagi pada masa sekarang ini, dakwah
harus memiliki lebih banyak peran dalam pelaksanaan ajaran Islam di berbagai aspek.4
Secara terminologis, para ulama dan pemikir muslim memberi makna dakwah
secara terminologis dengan definisi yang variatif seperti:
a. Ibnu Taimiyah : “Dakwah ke jalan Allah adalah dakwah untuk beriman kepada
Allah dan kepada apayang dibawa Nabi Muhammad SAW, yang mencakup
keyakinan kepada rukun iman dan rukun Islam.

2
Nelson-Hariyan Toni, Ilmu Dakwah, (Curup: LP2 STAIN Curup, 2013), h. 1.
3
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 1.
4
Samsul Munir Amin ,Sejarah Dakwah,(Jakarta: Cahaya Prima Sentosa, 2014), h. 3.

4
b. Abu Bakar Dzikri : “Dakwah ialah bangkitnya para ulama Islam untuk
mengajarkan Islam kepada umat Islam, agar mereka paham tentang agamanya
dan tentang kehidupan, sesuai kemampuan setiap ulama.
c. A. Hasyimi mendefinisikan bahwa dakwah yaitu mengajak orang lain untuk
menyakini dan mengamalkan Aqidah dan syariah Islam yang terlebih
dahulutelah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah (da‟i) sendiri.5
Dari pengertian dakwah menurut para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
dakwah adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang mengadung ajakan, seruan, dorongan,
dan panggilan kepada seluruh manusia untuk berbuat baik dan mengikuti petunjuk
(kebenaran)dari Allah dan Rasulnya.
Adapun Unsur-unsur dakwah adalah komponen yang terdapat dalam setiap
kegiatan dakwah.Adapununsur-unsur teresbut adalah da`i (subjek dakwah), mad`u
(objek dakwah), maddah (materi dakwah), thariqoh (metode dakwah).6
Dakwah Nabi Muhammad Saw. dilakukan dengan dua cara pertama yaitu dengan
cara sembunyi-sembunyi dan terbuka.
1. Dakwah secara rahasia/sembunyi-sembunyi
Dengan turunnya perintah itu mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama,
beliau melakukannya secara diam- diam di lingkungan sendiri dan di kalangan
rekan-rekannya. Karena itulah, orang pertama kali yang menerima dakwanya adalah
keluarga dan sahabat. Seorang demi seorang diajak agar mau meninggalkan agama
berhala dan hanya mau menyembah Allah yang Maha Esa. Usaha yang dilakukan
itu berhasil.
Orang-orang yang mula-mula beriman adalah:
a) Istri beliau sendiri, Khadijah
b) Kalangan pemuda, Ali Ibn Abi Thalib dan Zaid Ibn Harits.
c) Dari kalangan budak, Bilal.
d) Orang tua/tokoh masyarakat, Abu Bakar Al-Shiddiq.
Setelah Abu bakar masuk islam, banyak orang-orang yang mengikuti
untuk masuk agama islam. Orang-orang ini tekenal dengan julukan Al-Sabiqun al-
Awwalun, orang yang terdahulu masuk islam, seperti: Utsman Ibn Affan, Zubair
Ibn awwam, Talhah Ibn Ubaidillah, Fatimah binti khathab, Arqam Ibn Abd. Al-

5
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah,(Jakarta: Kencana, 2004), h. 21.
6
Muhammad Munir &Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 21

5
Arqam, dan lain-lain. Mereka itu mendapat agama islam langsung dari Rasulullah
sendiri.7
Lama kelamaan, dakwah Islam di dengar orang-orang Quraisy pada
tahapan ini, sekalipun dakwah itu masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan
perorangan. Selama tiga tahun dakwah masih dilakukan secara sembunyi-
sembunyi dan perorangan, selama jangka waktu itu telah terbentuk sekelompok
orang-orang mukmin yang senantiasa menguatkan hubungan persaudaraan dan
saling bahu-membahu. Penyampaian dakwah terus dilakukan, hingga turun wahyu
yang mengharuskan Rasulullah SAW menampakkan dakwah kepada kaumnya.
Menjelaskan kebatilan mereka dan menyerang berhala-berhala sesembahan
mereka.8
a) Dakwah Secara Terang-terangan
Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah ialah dengan mengundang
kerabat dekat beliau, seperti Bani Hasyim dan beberapa orang Bani Al-Muthalib
bin Al-Manaf. Beliau menyeru kaumnya kepada Allah dan berserah diri kepada
Rabb-Nya. Namun dari sekian banyak yang datang, semua menentang Rasulullah,
hanya Abu Thalib lah yang mendukung dan memerintahkan melanjutkan
perjuangan Rasul.
Setelah Nabi SAW merasa yakin terhadap dukungan dan janji Abu Thalib
untuk melindunginya dalam menyampaikan wahyu Allah, maka suatu hari beliau
beridiri di atas Shafa, lalu berseru “ Wahai semua orang!”maka semua orang
berkumpul memenuhi seruan beliau mengajak merekakepada tauhid dan iman
kepada risalah beliau serta iman kepada hari akhirat.9
Setelah beberapa lama berdakwah secara individual turunlah perintah agar
Nabi menjalankan dakwah secara terbuka dan langkah berikutnya ialah berdakwa
secara umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada islam
secara terang-terangan. Dalam memulai dakwah nabi banyak mendapatkan
halangan dari pihak kafir quraisy mekah dan berbagai bujuk rayu yang dilakukan
kaum quraisy untuk menghentikan dakwah nabi gagal. Semakin bertambahnya
jumlah pengingkut Nabi semakin keras tantangan yang di lancarkan kaum quraisy.

7
Jasman, “Sejarah Peradaban Islam.” h. 8.
8
SAW, “SEJARAH PERADABAN ISLAM.”, h. 7.
9
SAW.h.7.

6
Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang-orang quraisy
menentang seruan Islam ialah:
a) Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dengan kekuasaan.
b) Nabi muhammmad menyeruh kepada hak bangsawan dengan hambah
sahaya.
c) Para quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali
dan pembalasan di akhirat
d) Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar pada
bangsa arab
e) Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.
Tindakan – tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya pernah
dilakukan semakin ditingkatkan. Berbagai cara dilakukan oleh pemuka-pemuka
kaum Quraisy agar Nabi menghentikan dakwahnya, saat itu mereka tidak berani
melukai Nabi karena perlindungan dari pamanya Abi Thalib yang sangat disegani
dikalangan masyarakat saat itu.
Para pengikut Nabi yang juga termasuk kalangan bangsawan terselamatkan
dari siksa kaum Quraisy saat itu, dan bagi mereka yang tidak memiliki
perlindungan, harus menahan siksa yang pedih dari kaum Quraisy saat itu. Nabi
juga mendapatkan jalan buntu dalam dakwahnya. Intinya Nabi dan para
pengikutnya mendapat hambatan serta siksaan baik secara fisik dan mental dari
kaum Quraisy saat itu.
Sehingga kemudian Nabi memutuskan untuk menyebarkan dakwahnya di
wilayah lain dengan harapan dakwahnya akan berkembang dengan pesat alasan
lainnya adalah untuk menghindari serangan dari pemuka-pemuka Quraisy saat itu.
Namun ternyata harapan dan perkiraaan Nabi salah besar, ketika Nabi memutuskan
untuk menyebarkan Islam di Thaif, reaksi yang didapat sama dengan reaksi yang
biasa nabi dapat di Makkah. Di Thaif Nabi diejek, disoraki, dan dilempari batu,
akhirnya Nabi memutuskan kembali ke Makkah. Sampai-sampai ketika Nabi
berjalan kembali ke Makkah orang Thaif membuntuti Nabi sambil melemparinya
dengan batu sampai terluka di bagian kepala dan badannya. Ternyata apa yang
diharapkan dan perkirakan Nabi tidak terwujud dan ini semakin menyurutkan
semangat Nabi, karena Nabi juga telah mengalami peristiwa yang cukup
menyedihkan yaitu meninggalnya dua sosok penting dalam hidupnya yaitu
pamanya Abu Thalib dan juga istrinya sayyidatina Khadijah. Tatkala banyaknya
7
tekanan dari berbagai pihak nabi saw mengalami kesedihan yang mendalam
sehingga allah menghibur hati baginda rasul saw dengan terjadinya Isra` dan
Mi`rajnya Nabi Muhammad SAW.
Setelah peristiwa isra` dan mi`rajnya, suatu perkembangan besar bagi
kemajuan dakwah islam muncul. Perkembangan itu diantaranya datang dari
sejumlah penduduk yatsrif yang berhaji ke Mekah. Jamaah haji yang datang dari
yastrib berjumlah 73 orang, atas nama penduduk yastrib, mereka meminta
muhammad S.A.W dan muslimin mekah agar berkenan pindah ke yastrib.
Dalam perjalanan ke yastrib, nabi ditemani oleh abu bakar ash-siddiq.
Sementara itu, penduduk yastrib menunggu-nunggu kedatangannya. Ketika nabi
S.A.W datang, mereka menyambut nabi dan kedua sahabatnya dengan penuh
kegembiraan. Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap nabi, nama kota yastrib
diubah menjadi madinatun nabi. Kejadian itu disebut dengan “hijrah”.10
B. Kepemimpinan Pada Masa Rasulullah SAW
Pemimpin agama seringkali disandarkan kepada Kiyai, Ustadz, Ulama,
Mua‟allim, atau beberapa istilah lainnya. Definisi agama (al-Din, al-Millat dan al-
Mazhab) menunjukkan secara implisit bahwa dalam keyakinan umat Islam, Nabi bukan
sekedar pemimpin agama, tetapi sabdanya merupakan agama. Beliau juga merupakan
rujukan (maraaji‟) bagi umat Islam pada zamannya dan juga periode sesudahnya.6
Adakala Nabi menetapkan sesuatu yang tidak terdapat dalam al-Qur‟an, seperti
perintah praktik shalat lima waktu. Kalaulah dianggap sebagai pemimpin agama, maka
bukan sekedar pemimpin pada tingkat teknis (menjadi imam shalat), tetapi pepmimpin
yang bersifat ideologis dan theologis (diyakini oleh sebagian umat Islam terjaga dari
kekeliruan/ ma‟shum).
Dalam sejarah diakui bahwa Muhammad SAW. memiliki pengaruh terhadap
masyarakat di sekitarnya, terutama pengikut terdekat (Muhajirin dan Anshar). Terdapat
nuansa tersendiri dalam diri Rasulullah menggiring umatnya untuk bersikap taat dan
patuh kepadanya, disamping beberapa dalil yang menekankan hal tersebut.7 Empat
sifat utama yang melekat kepadanya adalah: Pertama, Shiddiq (Jujur). Hal tersebut
ditunjukkan Nabi ketika berdagang di Negeri Syam bersama pamannya. Satu hal yang
membuat Siti Khadijah tertarik kepadanya adalah kejujuran diri Nabi; Kedua, Tabligh
(Komunikatif). Nabi adalah da‟i ulung yang mampu mengkomunikasikan materi

10
Jasman, “Sejarah Peradaban Islam.”, h.8-10

8
dakwah dengan metode dan strategi tertentu. Nabi memberi pesan khusus bagaimana
cara berdakwah dalam Islam (Dalam QS, al-Nahl (16): 125); Ketiga, Amanah
(Bertanggung Jawab dan Sangat Dipercaya). Disepakatinya Nabi sebagai peletak Hajar
Aswad di sisi Ka‟bah oleh para pemuka Kabilah Arab diantaranya karena sifat amanah
tersebut; dan Keempat adalah fathanah (Cerdas). Sejak kecil Nabi tergolong cerdas dan
brillian. Terjaganya al-Qur‟an sebagai wahyu dari Allah SWT karena kecerdasannya.
Dan terbentuknya Piagam Madinah sebagai konstitusi pertama dalam sistem
pemerintahan Islam erat hubungannya dengan sifat cerdas yang disandangkan kepada
Nabi.
Dengan demikian, Muhammad SAW sebagai pemimpin agama telah diakui dan
tak terbantahkan keberadaannya. Bagi umat Islam, Nabi tidak hanya dipersepsikan
sebagai pemimpin agama, tetapi bagian dari agama itu sendiri. Dalam perspektif ahli
sejarah, ketokohan Nabi tidak dapat dilepaskan dari tiga hal sebagai berikut: Pertama,
masyarakat Arab mendengar dan respon terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW.
Kedua, bila dibandingkan dengan politeisme dari agama-agama kesukuan saat itu,
agama Islam adalah agama rakyat yang lebih akomodatif, dan telah dinaikkan ke tingkat
yang sepenuhnya baru, yaitu agama tinggi yang monoteistik. Dan Ketiga, umat Islam
menerima inspirasi, keberanian dan kekuatan Muhammad SAW. yang tak putus
putusnya sebuah permulaan menuju kebenaran lebih besar dan pemahaman yang lebih
mendalam, menuju sebuah terobosan kebangkitan kembali serta pembaharuan agama
tradisional. Islam merupakan pengalihan besar bagi kehidupan umat.11
Kepemimpinan Rasulullah, selaku seorang pemimpin dimulai dari bawah
sampai atas dan segala penjuru dari berbagai budaya menjadi satu masyarakat /
umamatan wahidah yang beriman dan bertakwa. Sebagai sebuah kekuatan, ini nampak
pada perang badar di mana kaum Muslimin mampu mengalahkan pasukan Quraisy
Jahili, sehingga memperoleh kemenangan, bukan karena suatu mukjizat nabi. Namun
lebih banyak karena kepemimpinan Rasulullah yang berhasil menanamkan keimanan,
ketakwaan, kesetiaan, dan semangat juang untuk membela kebenaran dan
mempertahankan hak selain memperoleh bantuan Allah SWT.
Sifat kepemimpinan demokratis dari Rasulullah SAW diperlihatkan pula oleh
ketekunan beliau mendidik para sahabat untuk dipersiapkan sebagai calon-calon

11
Sulaiman, “Muhammad SAW. Dan Peradaban Umat (Analisis Ketokohan Dan Kepemimpinan
Rasulullah).”h.5-7.

9
penggantinya selaku pemimpin umat dalam urusan dunianya dan membiarkan mereka
mengembangakan diri tanpa khawatir tersaingi. Sifat kepemimpinan demokratis ini,
beliau tidak mewasiatkan salah seorang diantara sahabatnya untuk menjadi “putra
mahkota”. Siapa yang akan menjadi pengganti beliau memimpin umat dna negara yang
beliau bangun setalah beliau tiada diserahkan sepenuhnya kepada kehendak umat
sendiri.12
C. Pembentukan Masyarakat Madinah Pada Masa Rasulullah SAW.
Madinah adalah tempat dimana Nabi Muhamad Saw mulai
membangunperadaban Islam untuk pertamakalinya. Pada era ini Nabi Muhammad
Sawsebagai manusia pilihan dari Allah Swt menggunakan legitimasi kenabiannyauntuk
membawa masyarakat Madinah kejalan menuju Tuhan Yang Maha Esa. Dikota inilah
awal baru Nabi Muhammad dalam membangun kekuasaan yangdipimpin langsung oleh
beliau kearah masyarakat Madani, oleh sebab itulah kotaini yang sebelumnya bernama
Yastrib dirubah oleh Nabi menjadi Madinah.
Jikadi kampung halaman Nabi _Mekkah_, dakwah ataupun seruannya ditolak
oleh kaumnya, maka di Madinah Nabi diterima dengan hangat dan disambut oleh
seluruh masyarakat Madinah. Mengutip buku Prof K.Ali yangberjudul Sejarah Islam
(Tarikh Pramodern) dalam menggambarkan kebijakan awal Nabi, bahwa pada saat tiba
di Madinah, masyarakat terbagi dalam berbagai golongan (kelompok). Kelompok
Muhajirin, pengikut Nabi yakni orang-orang mukmin yang meninggalkan tanah
kelahiran merekadan turut berhijrah ke Madinah. Kelommpok Anshar ialah penikut
Nabi penduduk asli Madinah yang telah menerima dengan senang hati Nabi dan
rombongannya dari kelompok Muhajirin.13
Ada dua kelompok lagi selain Muhajirin dan Anshar, yaitu masyarakat Madinah
penyembah berhala dan Yahudi. Masyarakat Madinah penyembah berhala turut
menyambut Nabi kedatangan Nabi. Seluruh masyarakat Madinah, baik yang beriman
maupun yang tidak beriman, semuanya bersedia melindungi dan membela Nabi
Muhammad. Sedangkan penganut agama Yahudi di Madinah mempunyai pendirian
dan sikap yan berbeda-beda. Mereka bersama denganmasyarakat Madinah lainnya turut
menyambut kehadiran Nabi. Pada mulanyaNabi mengakui keberadaan agama mereka,
bahkan Nabi menggolongkan merekasebagai “ahli Kitab”. Sebagai strategi untuk
menjalinpersahabatan Nabi bahkanmelestarikan sebagian kebiasaan dan praktek-

12
Islam, “POLA KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW.”h. 7.
13
K. Ali, Sejarah Islam (Tarikh Pramodern),(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 62.

10
praktek keagamaan mereka.Sementara sebagian penganut Yahudi senantiasa berusaha
menggeserkepemimpinan Nabi. Tetapi ketika terbukti bahwa mereka tidak
berhasilmenggeernya, perlahan-lahan mereka mengurangi dukungannya terhadap
Nabibahkan mereka berusaha menjalin kerja sama dengan Quraisy Mekkah untuk
memusuhi Islam.14
Pekerjaan besar yang dilakukan Rasulullah Saw dalam periode ini
adalahpembinaan terhadap masyarakat islam yang baru terbentuk. Karena
masyarakatmerupakan wadah dari pengembangan kebudayaan, maka berbarengan
dengan pembinaan masyarakat itu diletakkan puladasar-dasar kebudayaan
Islam.Sehingga terwujud sebuah masyarakat Islam yang kokoh dan kuat. Dasar-dasark
ebudayaan yang diletakkan oleh Nabi Muhammad Saw itu pada umumnya merupakan
sejumlah nilai dan norma yang mengatur manusia dan masyaraka tdalam hal yang
berkaitan dengan peribadatan, sosial, ekonomi dan politik yang bersumber dari Al-
quran dan Hadist.15
Menurut Prof. K. Ali, kebijakan politik yang pertama kali ditempuh Nabi
adalah upaya mengahapuskan jurang pemisah antar suku-suku dan berusaha
menyatukan seluruh penduduk Madinah sebagai suatu kesatuan masyarakat. Padas isi
lainnya Nabi berusaha mempererat hubungan antara masyarakat Anshar dengan
Muhajirin, melalui ikatan persaudaraan antar mereka. Agaknya Nabi sangat menyadari
bahwa dasar fondasi imperium islam tidak akan kuat kecuali didasari oleh kerukunan
dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat yang majemuk yang sangat diperlukan
adalah sikap toleransi antar umat beragama. Dalam hal ini kebijakan yang ditempuh
Nabi bersandar pada prinsip “saling hidup menghidupi.16
Syed Mahmudunnasir dalam bukunyaIslam Konsepsi dan Sejarahnya,lebih
kompleks lagi menjelaskan peran kenabian di Rasulullah Saw di Madinah.Beliau
mengatakan bahwa Nabi Muhammad Saw mendirikan suatu negara _diMadinah_ atas
dasar prinsip-prinsip kesamaan, kebebasan, dan persaudaraan.Bangsa Arab, bangsa
Yahudi dan semua warga negara persemakmuran Islamyang baru itu ditempatkan pada
pijakan yang sama, diizinkan mengambil bagiansecara bebas dan sederajat di dalam

14
K. Ali,Sejarah Islam (Tarikh Pramodern),h. 62.
15
Team Penyusun Tex book Sejarah dan kebudayaan Islam Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Departemen Agama RI,Sejarah dan Kebudayaan Islam(Ujung pandang: Pro-yek Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama IAIN “Alauddin’ (Ujung pandang1981/1982), h. 46-47. Dalam Siti Maryam
Dkk,Sejarah Peradaban Islam, Dari Masa KlasikHingga Modern,(Yogyakarta: LESFI, 2004) h. 30-31
16
K. Ali,Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), h. 56-66

11
pendirian suatu struktursosio-politik yangbaru dan di dalam memajukan kemanusiaan
bagi cita-cita moral yang lebihsempurna dan lebih kaya. Tidak ada prasangka-
prasangka nasional atau rasial,tidak ada larangan-larangan karena warna kulit, tidak ada
kepentingan pribadi,tidak adakependetaan dan kebangsawanan turunan di dalam
persemakmuranIslam. Tidak ada keuntungan-keuntungan khusus atau negara yang
tertinggi. Nilaimanusia yang hakiki ditentukan bukan oleh pangkatnya atau nasib
baiknya,melainkan oleh akhlak dan kemampuannya. Setiap orang diberi peluang dan
ruang gerak untuk menggunakan bakat-bakat dan kemampuan-kemampuannya dijalan
yang menurut dia sesuai, atau dia diberi pangkat dan kedudukan yang cocokdengan
kemampuannya.17
Zuhairini, dalam buku Sejarah Pendidikan Islam, mengambil perspetif yang
lebih halus dibandingkan dengan bahasa politis, beliau lebih mengambil kata
pendidikan. Adapun titik tekan pendidikan Islam pada periode Madinah ialah :18
1. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan
politik. Dalam hal ini Nabi melaksanakan pendidikan sebagaiberikut:
a. Nabi mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertengkaran antar suku, dengan
jalan mengikat tali persaudaraan di antara mereka.
b. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Nabi menganjurkan kepada
kaum Muhajirin untuk usaha dan bekerja sesuai dengankemampuan dan
pekerjaan masing-masing seperti waktu di Madinah.
c. Menjalin kerja sama dan tolong menolong dalam membentuk tata kehidupan
masyarakat yang adil dan makmur.
d. Shalat Jum’at sebagai mediakomunikasi seluruh umat Islam.
2. Pendidikan sosial dan kewarganegaraan. Pendidikan ini dilaksanakan melalui:
a. Pendidikanukhuwah(persaudaraan) antar kaum muslimin
b. Pendidikan kesejahteraan sosial dan tolong menolong.
c. Pendidkan kesejahteraan keluarga kaum kerabat.
3. Pendidikan anak dalam Islam. Rasulullah selalu mengingatkan kepadaumatnya,
antara lain:
a. Agar selalu menjaga diri dan anggota keluarga dari api neraka.

17
Syed Mahmudunnasir, Islam dan Konsepsi Sejarahnya,(Bandung : CV Rosda, 1988), h. 130.
18
Zuhairini, dkk.,Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta : Departemen Agama, 1986) ,h.34-50

12
b. Agar jangan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak
berdaya menghadapi tantangan hidup.
c. Orang yang dimuliakan oleh Allah adalah orang yang berdoa agardikaruniai
keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.
Berbicara tentang Pembentukan Negara Madinah dan Piagam Madinah (Konstitusi
Madinah), maka tidak dapat dipisahkan dengan hijrah Rasulullah SAW ke Madinah.
Karena hijrah adalah suatu fakta sejarah masa lalu yang tidak dapat dipungkiri dan dapat
dijadikan khazanah pemikiran Islam masa kini, serta merupakan tonggak sejarah umat
muslimin berdirinya negara Madinah,Konstitusi Madinah yang universal dan diterima
oleh semua golongan danlapisan masyarakat didalamnya mengatur pola hidup bersama
antar kaum muslimdi satu pihak dengan orang non muslim pada pihak lain. 19
Muhammad saw dapatmenempatkan diri sebagai pemimpin Madinah ditengah-tengah
komunitas lain,Islam ditanamkan oleh beliau sebagai satu kesatuan agama, sosialbudaya
danpolitik. Muhammad mampu menjadikan Islam sebagai agama yang
menghasilkanrekonsiliasi ditengah keanekaragaman komunitas. 20 Antara kaum
Muhajirin, kaumAnshor dengan orang Yahudi membuat suatu perjanjian tertulis yang
berisipengakuan atas agama-agama mereka dan harta-harta mereka dengan syarat-syarat
timbal balik.21
Tujuan utama dalam pembuatan Piagam Madinah ialah untukmenggalang kesatuan
yang harmonis. Piagam ini memberi perlengkapan bagilandasan suatu negara kota, suatu
persemakmuran, dan bagi suatu bangsa yangdidasarkan atas ikatan kesatuan agama dan
keimanan, kesamaan dan demokrasi.Nabi Muhammad berhasil dalam memebangkitkan
suatu rasa kesatuan bangsa diantara suku-suku yang selalu berperang. Piagam ini
menunjukkan kebesaran sejatiorang itu seorang pemikir ulung tidak hanya bagi
zamannya, tetapi jugasepanjang masa.22 Dengan perjanjian itu, kota Madinah menjadi
Madinah al- Haram dalam arti yang sebenarnya. Setiap penduduk bertanggung jawab
dan memikul kewajiban bersama untuk menyelenggarakan keamanan dan membela serta
mempertahankan negeri terhadap ancaman dan serangan musuh dari manapun juga
datangnya, ini menjadi sebuah peristiwa baru dalam dunia politik dan peradaban

19
Soekarna Karya dkk, Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta:Logos. 1996), h. 320.
20
T. W. Arnold,The Preiching of Islam, (Lahore: Ashraf Printing Press, 1979), h. 36.
21
Muhammad Husen Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: PT.Pustaka LiteraAntar Nusa, 2000) h. 199
22
Syed Mahmudunnasir,Islam..,h. 131

13
manusia. Sementara kaum muslimin dapat menjalankan syariatagamanya dengan aman
tanpa gangguan.23
Dalam Piagam tersebut dirumuskan kebebasan beragama,hubungan
antarkelompok, kewajiban mempertahankan kesatuan hidup dengan membangun tatanan
hidup bersama yang mantap dan riil dengan mengikutsertakan semua golongan sekalipun
berbeda ras, keturunan, golongan dan agama.24 Menurut Harun Nasution, Piagam
Madinah tersebut mengandung aturan pokok tatakehidupan bersama di Madinah, agar
terbentuk kesatuan hidup di antara seluruh penghuninya. Kesatuan hidup ini dipimpin
oleh Muhammad SAW sendiri. Kesepakatan contract social inilah yang menjadi
dokumen konstitusi bagi lahirnya negara yang berdaulat. Dengan demikian, di Madinah
Nabi Muhammad bukanhanya mengemban tugas-tugas keagamaan sebagai Rasulullah,
melainkan juga sebagai kepala Negara.25
Di dalam Piagam Madinah terdapat 47 butir pasal,26 yang secarade factotelah
menjadi sebuah konstitusi negara yang mengatur hubungan setiapmasyarakat Madinah.
Dari 47 butir pasal maka bisa disimpulkan beberapa poinyang bisa diambil dalam
kebijakan Piagam Madinah, yaitu :
Pertama, seluruh masyarakat yang turut menandatangani piagam ini bersatu
membentuk satu kesatuan bangsa. Kedua, jika salah satu kelompok yangturut
menandatangani piagam ini diserang oleh musuh, maka kelompok yang lain harus
membelanya dengan menggalang kekuatan gabungan. Ketiga, tidak satu kelompok pun
diperkenankan mengadakan persekutuan dengan kafir Quraisy atau memberikan
perlindungan kepada mereka atau membantu mereka mengadakan perlawanan terhadap
masyarakat Madinah. Keempat, orang Islam, Yahudi dan seluruh warga Madinah yang
lain bebas memeluk agama dan keyakinan masing-masing dan mereka dijamin
kebebasannya dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-
masing. Tidak seorangpun diperkenankan mencampuri urusan agama lain. Kelima,
urusan pribadi atau perseorangan, atau perkara-perkara kecil kelompok nonmuslim tidak
harus melibatkan pihak-pihaklain secara keseluruhan. Keenam,setiap bentuk penindasan
dilarang. Ketujuh, mulai hari ini segala bentuk pertumpahan darah, pembunuhan, dan
penganiayaan diharamkan diseluruh negeri Madinah. Kedelapan, Muhammad

23
Siti Maryam Dkk,Sejarah..., h. 31.
24
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan UUD 1945, (Jakarta: UI Press, 1995), h. 3.
25
HarunNasution, Islam di Tinjau dari berbagai Aspek, Jilid.I. (Jakarta: UI Press, 1985), h.50.
26
Naskah lengkap Piagam Madinah dapat dibaca dalam Muhammad Husen Haikal, Sejarah Hidup Muhammad,
(Jakarta: PT.Pustaka Litera Antar Nusa, 2000), h. 225-227

14
Rasulullah, menjadi kepala Republik Madinah dan memegang kekuasaan peradilan yang
tinggi.27
Menurut Prof. K. Ali, Piagam Madinah ini sangat besar artinya dalam sejarah
kehidupan politik umat Islam. Ia dipandang sebagai undang-undang dasar tertulis yang
pertama sepanjang sejarah peradaban dunia. Sebelum Nabi Muhammad, para penguasa
dunia tidak menyertakan undang-undang tertulis untuk mengatur dasar-dasar
kekuasaannya. Bahwa Muhammadlah tokoh pertama yang menyadari arti pentingnya
keterlibatan rakyat dan dukungan mereka dalam suatu sistem administrasi negara. Selain
itu, piagam ini juga menunjukkan bahwa Muhammad bukanlah hanya sebagai penyebar
agama (Rasul), tetapi beliausekaligus seorang negarawan yang besar. Negara Madinah
membuktikan bahwaNabi Muhammad adalah negarawan terbesar, tidak hanya pada
zamannya tetapiterbesar sepanjang sejarah. Pasal-pasal yang dirumuskan dalam Piagam
Madinah menunjukkan bahwa Nabi Muhammad tidak hanya bermaksud memperkuat
kekuasaannya untuk menghadapi serangan musyrik Mekkah, tetapi tujuan yang utama
justru untuk menggalang kerukunan bagi warga negara di Kota Madinah.28
Merujuk ke Piagam Madinah, secara eksplisit tertulis nama beberapagolongan dan
beberapa suku. Nampaknya, Rasulullah sangat mengetahui tentangkeadaan dan politik
setiap kelompok tersebut. Nabi Muhammad SAW dapatmenepatkan diri sebagai
pemimpin Madinah di tengah-tengahberbagai suku yangmengamininya sebagai
pemimpin masyarakat. Islam ditanamkan oleh beliausebagai satu kesatuan Agama dan
Politik,Rasulullah berhasil menciptakan satubangsa di bawah satu naungan
kepemimpinan, suatu perwujudan dari gagasanbesar berupa prinsip kehidupan nasional
Arabia, dan beliau mampu menjadikanIslam sebagai agama yang menghasilkan
rekonsiliasi.29 Dan menjunjung tinggi HAM, sekaligus pencetus konsep HAM pertama
di dunia secara yuridis formal.
PiagamMadinah adalah konsep kenegaraan yang mumpuni dari sangRasul.Piagam
Madinah juga sering disebut konstitusi tertulis pertama di duniahingga diikuti oleh dunia
hingga saat ini. Eksistensi dari Piagam Madinah initentunya menjadi panduan utuh bagi
kepemimpinan Rasul, dengan adanya PiagamMadinah ini Rasulullah memiliki otoritas
ataupun legitimasi yang tinggi padamanusia yang dipimpinnya. Jika pada awal
kedatangannya di Madinah beliautelah berhasil menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar

27
K. Ali,Sejarah..,h. 66-67.
28
K. Ali, h. 68.
29
Muhammad Husen Haikal, Sejarah Hidup..,h. 199.

15
maka dengan adanya Piagam Madinah beliau mampu menyatukan seluruh rakyat dengan
kedaulatanyang berdiri dibawah kekuasaannya. Dalam perkembangan masyarakat
Madinahini jauh melampaui pemikiran dari masyarakat Arab ketika itu. Bahkan
mungkintidak pernah terpikir oleh manusiadimuka bumi ketika itu.
Sejarah mencatat bahwa Rasulullah adalah pemimpin yang tidak hanyamampu
membangun kekuatan spiritual pengikutnya tetapi juga mampumembangun karakter
sosial antar sesama umatnya. Dengan adanya aturan-aturanyang dibuat dalam perjanjian
tersebut terjalin kontak sosial yang baik sesamarakyat Madinah sebelum kaum Yahudi
berusaha merusak perjanjian denganmelakukanbeberapa tindakan yang sangat jelas
mengganggulegitimasi perjanjiantersebut, seperti melakukan fitnah, kerja sama dengan
kafir Quraisy demimeruntuhkan eksistensi Nabi di Madinah, dan juga beberapa tindakan
yang tentumemerlukan sikap politik yang tegas dari Nabi, hingga dengan sangat
terpaksaRasulullah pada akhirnya mengusir _melakukan pembersihan_ orang-
orangYahudi diMadinah dikarenakan tingkah laku mereka sendiri. Maka dengan
segalaaspek setelah Piagam Madinah dicetuskan,perlu kiranya melihat sikap politikNabi
di Madinah yang tentu tujuan utamanya ialah membangun masyarakatMadani yang
sesuai dengan kehendak AllahSwt.

16
BAB III

KESIMPULAN

Dakwah Nabi Muhammad Saw. dilakukan dengan dua cara pertama yaitu dengan cara
sembunyi-sembunyi dan terbuka. Setelah beberapa lama berdakwah secara individual
turunlah perintah agar Nabi menjalankan dakwah secara terbuka dan langkah berikutnya ialah
berdakwa secara umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada islam
secara terang-terangan. Dalam memulai dakwah nabi banyak mendapatkan halangan dari
pihak kafir quraisy mekah dan berbagai bujuk rayu yang dilakukan kaum quraisy untuk
menghentikan dakwah nabi gagal. Semakin bertambahnya jumlah pengingkut Nabi semakin
keras tantangan yang di lancarkan kaum quraisy.

Pemimpin agama seringkali disandarkan kepada Kiyai, Ustadz, Ulama, Mua‟allim,


atau beberapa istilah lainnya. Definisi agama (al-Din, al-Millat dan al-Mazhab) menunjukkan
secara implisit bahwa dalam keyakinan umat Islam, Nabi bukan sekedar pemimpin agama,
tetapi sabdanya merupakan agama. Beliau juga merupakan rujukan (maraaji‟) bagi umat
Islam pada zamannya dan juga periode sesudahnya.6 Adakala Nabi menetapkan sesuatu yang
tidak terdapat dalam al-Qur‟an, seperti perintah praktik shalat lima waktu. Kalaulah dianggap
sebagai pemimpin agama, maka bukan sekedar pemimpin pada tingkat teknis (menjadi imam
shalat), tetapi pepmimpin yang bersifat ideologis dan theologis (diyakini oleh sebagian umat
Islam terjaga dari kekeliruan/ ma‟shum).

Penduduk Madinah yang terdiri dari kaum Muhajirin, Anshar, dan nonmuslitersebut,
merupakan sebuah keberagaman yang ada pada masa lalu dan sudah menjadi suatu hal yang
tidak bisa lagi dipungkuri eksistensinya.Tapi bukan hal itu yang akanbawahi,yangterpenting
adalah jiwa sosialis masyarakat madinah sangat tinggi. Ini terbukti dari persaudaraan yang
tinggi dan sangat kokoh. Tidak ditemukan konflik karena masalah perbedaan. Kalaupun ada
masalah itu dengan cepat segara terselesaikan, karena nabi sangat bijak dalam hal itu dan
sangat hati-hati terhadap peletakan sebuah nilai kemasyarakatan.

Nabi berhasil membentuk sistem yang luar biasa bagus. Masyarakat Madinah merasa
bahwa dirinya itu satu. Maka dari itu, apabilah ada satu yang sakit maka yang lain turut
merasakan. Hal ini lebih khusus lagi pada umat Muslim sendiri, di mana sudah menjadi
kewajiban di setiap Muslim sebagaimana dalam riwayat Nabi seringkali memerintahkannya.

17
DAFTAR PUSAKA

Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan UUD 1945, Jakarta: UI Press, 1995.
Zuhairini, dkk.,Sejarah Pendidikan Islam,Jakarta : Departemen Agama, 1986.
T. W. Arnold,The Preiching of Islam, Lahore: Ashraf Printing Press, 1979.
Muhammad Husen Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: PT.Pustaka Litera Antar
Nusa, 2000.
HarunNasution, Islam di Tinjau dari berbagai Aspek, Jilid.I. Jakarta: UI Press, 1985.
K. Ali, Sejarah Islam (Tarikh Pramodern),Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2003.
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah,Jakarta: Kencana, 2004.
Muhammad Munir &Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009.
Nelson-Hariyan Toni, Ilmu Dakwah, Curup: LP2 STAIN Curup, 2013.
Naskah lengkap Piagam Madinah dapat dibaca dalam Muhammad Husen Haikal, Sejarah
Hidup Muhammad, Jakarta: PT.Pustaka Litera Antar Nusa, 2000.
Samsul Munir Amin ,Sejarah Dakwah,Jakarta: Cahaya Prima Sentosa, 2014.
Sulaiman, “Muhammad SAW. Dan Peradaban Umat (Analisis Ketokohan Dan
Kepemimpinan Rasulullah).
Soekarna Karya dkk, Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta:Logos. 1996..
Syed Mahmudunnasir, Islam dan Konsepsi Sejarahnya,Bandung : CV Rosda, 1988.
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Yamin, “Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw.”
Team Penyusun Tex book Sejarah dan kebudayaan Islam Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI,Sejarah dan Kebudayaan
Islam(Ujung pandang: Pro-yek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama IAIN “Alauddin’
(Ujung pandang1981/1982), h. 46-47. Dalam Siti Maryam Dkk,Sejarah Peradaban
Islam, Dari Masa KlasikHingga Modern,Yogyakarta: LESFI, 2004.

18

Anda mungkin juga menyukai