Anda di halaman 1dari 10

Nama : Fazlul Azmi

Nim : 210402080
Unit/Semester : 03/01
Mk : Ilmu Dakwah

A. Mengenal ilmu dakwah


 ilmu dakwah secara umum ialah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-
cara dan tuntunan-tuntunan bagaimana sehatrusnya menarik perhatian manusua untuk
menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideology, pendapat , pekerjaan tertentu.
Sejarah ilmu dakwah

B. Sejarah ilmu dakwah


1. Konsep Dakwah di Masa Awal Islam
Rasulullah SAW mulai menyebarkan Islam di Makkah pada suku Qurais
melalui tiga tahap. Pertama, dakwah secara diam-diam. Pada tahap ini Rasulullah
SAW baru mengajak kerabat dan para sahabat terdekat untuk meninggalkan
penyembahan terhadap berhala dan berpaling menuju jalan Allah SWT. Kedua,
berdakwah semi-terbuka melalui praktik menyerukan Islam dalam lingkup yang lebih
luas. Tahap ketiga adalah dakwah secara terbuka dan terang-terangan, yakni
Rasulullah SAW mulai meningkatkan dan memperluas jangkauan dakwahnya.
Sehingga tidak lagi terbatas kepada penduduk Makkah, juga kepada setiap orang
yang datang ke Makkah terutama pada musim haji. Rasulullah SAW berdakwah
dengan tidak hanya menyerukan pahala, tetapi juga dosa yang akan diterima para
penyembah berhala dan mencela
Ditinjau dari aspek strategi dakwah, maka konsep dakwah yang ditawarkan
oleh Rasulullah SAW adalah model dakwah nahi mungkar. Model dakwah ini
berusaha merombak sebuah sistem yang telah ada di dalam masyarakat dengan
memberikan satu alternatif dan jalan keluar yang lebih baik dan realistis. Artinya
upaya dakwah nahi mungkar adalah usaha pengembangan masyarakat yang lebih
menitikberatkan pada upaya ishlah. Usaha ini dilakukan untuk mengurangi aspek-
aspek negatif yang ada di masyarakat dengan memberikan alternatif pemecahan yang
bersifat positif bagi pembentukan nilai-nilai hidup masyarakat.
Dalam pelaksanaanya, usaha dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW
dimulai dari diri sendiri. Sehingga segala perilakunya dapat menjadi contoh dan
model (suri tauladan) bagi perubahan yang akan terjadi di masyarakat. Usaha
pengembangan dakwah selanjutnya melebar kepada keluarga, kerabat, dan akhirnya
kepada masyarakat umum. Walaupun usaha pengembangan masyarakat yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW pada periode Makkah ini kurang berhasil, akan tetapi
pada periode ini para pengikutnya telah mempunyai dasar-dasar yang kokoh dalam
beragama dan dalam kehidupan. Telah terbangun satu sistem teologi yang baru. Hal
inilah yang menjadi bahan dasar bagi pola pengembangan masyarakat
dakwah pada masa-masa selanjutnya.
Dakwah periode Madinah telah mengalami perubahan dan perkembangan dari
periode sebelumnya yang hanya terfokus pada seruan. Di Madinah, dakwah
dilakukan dalam rangka pembinaan umat dan masyarakat Islam yang baru terbentuk.
Rasulullah SAW mulai meletakkan nilai-nilai dan norma yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah (khalik) dan hubungan dengan masyarakat sekitar dalam hal
peribadatan, sosial, ekonomi, dan politik yang bersumber pada al-Qur’an dan Hadits.
Usaha dakwah Rasulullah SAW di Madinah lebih fokus pada optimalisasi
peran masyarakat dalam membangun negara. Strategi dakwah dilakukan melalui
gerakan amar ma’ruf yaitu suatu gerakan untuk mengembangkan dan membangun
tatanan sosial menjadi lebih baik atau membangun sistem sosial yang berdasarkan
atas nilai-nilai positif yang terdapat dalam kepribadian Rosulullah SAW. Dakwah
secara amar ma’ruf juga ditujukan untuk merealisasikan kebaikan (al-khair) di
masyarakat agar terwujud kemaslahatan dan kesejahteraan, serta lebih
memperhatikan peran masyarakat.
Dalam waktu singkat, strategi amar ma’ruf berhasil mempersatukan
masyarakat Madinah, menumbuhkan peradaban baru, dan menghasilkan banyak
pendakwah handal yang nantinya menjadi penyebar Islam setelah Rasulullah SAW
wafat. Pada masa al-Khulafa’ al-Rasyidin, dakwah yang dilakukan lebih bersifat
‘amatir’ dalam arti penanganannya. Pada saat itu, umat Islam masih disibukkan
dengan penataan internal yang sebelumnya telah dikacaukan oleh kaum munafik dan
fasik untuk tujuan-tujuan pribadi maupun politik. Walau demikian, bukan berarti
dakwah mengalami stagnasi dan hampa dari karya-karya monumental. Sebaliknya,
terdapat berbagai moment penting yaitu penetapan tahun hijriyah, kodifikasi Al-
Qur’an, dan perluasan daerah Islam.
2. Konsep Dakwah di Masa Perkembangan Islam
Dakwah mulai dikelola secara profesional pada masa Bani Ummayah dan
Abbasiyah (758-1258 M). Islam sebagai konsep daulah, dalam menyelesaikan
berbagai masalah antar negara menggunakan model diplomasi dan risalah (surat-
menyurat atau pemberitahuan secara tertulis). Apabila hal tersebut tidak dapat
dilakukan maka jalan terakhir adalah dengan penaklukan (perang). Dari sinilah mulai
muncul istilah jihad, walaupun pada akhirnya istilah tersebut menitikberatkan pada
aspek kesungguhan dalam melaksanakan ajaran agama dan bahkan lebih tegas
dikatakan kesungguhan dalam memerangi nafsu (jihad akbar). Namun, makna jihad
sebagai perang masih melekat kuat dalam konsep umat Islam, bahkan ada anggapan
bahwa jihad (perang) sebagai rukun Islam ke- enam.
Dalam rangka perluasan dakwah Islam, Bani Ummayah menerapkan sistem
klasikal. Sistem tersebut dilakukan dengan cara menyebar pada da’i ke pelosok
negeri. Da’i mengemban tugas dari khalifah untuk menyebarkan Islam secara damai.
Ketika seruan da’i ditolak atau bahkan diperangi oleh suatu negeri, maka khalifah
akan mengambil jalan lain yakni melalui
pembayaran upeti (jizyah). Ketika pembayaran upeti tetap ditolak, maka jalan
terakhir atas penolakan dakwah Islam adalah melalui peperangan.
Pada masa Bani Ummayah juga mulai diberlakukan hukum qiyas dikalangan para
ulama, sebagai langkah alternatif pemecahan masalah keagamaan setelah bersumber
al-Qur’an dan Hadits. Qiyas memberikan alternatif baru dalam keilmuan dakwah,
dimana da’i memiliki metode yang jelas, akurat, dan dibenarkan dalam Islam dalam
menjelaskan hukum sebuah perkara melalui persamaan atau yang semisal. Sementara
pada masa Bani Abbasiyah yang masa kekuasaannya lebih panjang, telah memberi
kesempatan luas untuk pengembangan pemikiran, khususnya dalam bidang materi
dakwah.
3. Konsep Dakwah di Masa Kejayaan Islam
Ketika Bani Abbasiyah berkuasa, berbagai kajian keilmuan telah terkonsep secara
baik. Ditandai dengan munculnya para tokoh atau ahli di banyak bidang, seperti ahli
hukum, kedokteran, sains, falaq dan sebagainya. Sekolah dan universitas didirikan.
Upaya kodifikasi hadits yang kemudian diikuti kodifikasi hukum. Puncak kejayaan
Bani Abbasiyah dicapai pada masa Harun al-Rasyid (W. 786 M). Para ahli hadits
juga bermunculan, semisal Abu Marwan al-Malik yang pernah mengupas hadits-
hadits dan fiqih Imam Malik. Disusul kemudian oleh Yahya Ibnu Hikam yang wafat
tahun 886 M.
Konsep dakwah terus dikembangkan, baik di universitas maupun dikalangan ahli
agama. Beberapa hal yang menandai dimulainya profesionalisasi di bidang dakwah,
yakni:
1. Sumber isi pernyataan dalam pelaksanaan tugas dakwah dinilai sudah
lengkap, yakni terdiri dari al- Qur’an, Hadits, ilmu tafsir, serta kumpulan-
kumpulan hukum;
2. Berbagai upaya pemerintah Abbasiyah untuk penyiaran seni dan ilmu
pengetahuan yang bernafaskan Islam dalam rangka pengembangan kultur
Islam. Sehingga pada masa ini dakwah melalui seni khaligrafi mulai dikenal;
dan
3. Tumbuhnya sistem pendidikan model perguruan tinggi dari berbagai jurusan
yang menumbuhkan ilmu- ilmu tafsir, hadits, hukum, filsafat, dan ilmu kalam.
4. Pada masa inilah merupakan embrio pengembangan dakwah. Dilihat dari
strategi atau konsep pengembangannya, dikenal dengan model dakwah bil
kitabah. Model ini juga dikenal sebagai bentuk ijtihad, yakni bersungguh
sungguh dalam mencari kebenaran Islam dengan melakukan pengembangan
ilmu pengetahuan, terutama dalam mengembangkan saint dan teknologi,
sehingga negara Islam menjadi rujukan bagi negara lain.
4. Konsep Dakwah di Masa Kemunduran Islam
Gerakan dakwah Islam pada masa ini lebih nampak pada aliran atau kelompok-
kelompok keagamaan. Secara politis negara-negara Islam terpecah belah dalam
berbagai bentuk daulah. Fase kemunduran Islam dimulai dari serangan Hulagu Khan
ke Baghdad (1258 M). Peperangan tersebut berakibat langsung terhadap keruntuhan
Dinasti Abbasiyah.
Walaupun negara-negara Islam mengalami kemunduran, tetapi gerakan
dakwah tetap berjalan dengan menjelma dalam dua bentuk. Pertama, untuk wilayah
barat dengan bentuk dakwah formal (dakwah syar’iyah), yaitu gerakan dakwah yang
dilakukan melalui institusi resmi dalam upaya melaksanakan atau merealisasikan
ajaran Islam dalam kehidupan nyata. Dakwah formal ini sekarang lebih dikenal
dengan sebutan dakwah bil hal. Dakwah tersebut lebih menekankan usaha dan
kegiatan nyata atau dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung
menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah dengan karya subjek dakwah
serta ekonomi sebagai material dakwah.
Kedua, untuk wilayah timur aktivitas dakwah lebih bersifat sufistik dan
dikembangkan lewat jalur perdagangan. Model dakwah yang dikembangkan adalah
dakwah kultural. Dakwah dilakukan dengan pendekatan kultur, yakni dengan
memanfaatkan tradisi, adat istiadat, seni dan kegemaran- kegemaran masyarakat.
Aplikasi dakwah kultural ini dengan menggunakan pendekatan tabligh (dakwah bil
lisan), yakni Suatu upaya untuk mengkomunikasi ajaran Islam (penyampaian pesan)
yang dilaksanakan oleh da’i kepada mad’u, baik secara langsung ataupun tidak
langsung melalui media komunikasi.
Kedua model dakwah di atas menyebabkan perbedaan karakteristik antara umat
Islam. Di wilayah barat lebih bercorak formalistik, sedangkan umat Islam di wilayah
timur lebih bercorak sufistik. Perbedaan ini bukanlah sebuah hal buruk, melainkan
turut memberi sumbangan terhadap metode ilmu dakwah.
5. Konsep Dakwah di Masa Kebangkitan Islam
Masa ini ditandai oleh adanya kesadaran umat Islam akan kemunduran dan
kelemahannya. Para pemuka Islam mulai berfikir dan mencari jalan untuk
mengembalikan balance of power, yang telah pincang dan membahayakan Islam.
Dengan adanya kesadaran tersebut maka mulai muncul pembaharuan pemikiran
dalam Islam.
Dalam bidang dakwah mulai dikembangkan gerakan tajdid atau modernisasi
Islam. Gerakan tajdid merupakan pembaharuan untuk menyatukan pandangan umat
Islam dalam bidang politik (pan Islamisme), aqidah (pemurnian tauhid), dan
pendidikan (modernisasi sistem pendidikan). Tokoh yang terkenal dalam gerakan ini
adalah Muhammad Bin Abdul Wahhab, Sultan Mahmud II, Jamaluddin Al- Afgani,
Abdurrahman Abduh, Muhammad Rasyid Ridha, hingga Muhammad Iqbal. Berbagai
pemikiran baru telah disumbangkan oleh pemikir ini, misalnya Muhammad Abduh
memiliki ide pembaharuan: 1) Membuka pintu ijtihad sebagai dasar dalam
menafsirkan kembali ajaran Islam; 2) perlawanan terhadap taklid dan madzab, serta
pembebasan umat Islam dengan teologi kaum Jabariyah; dan 3) penghargaan
terhadap akal karena Islam adalah agama rasional yang sejalan dengan akal dan akal,
ilmu pengetahuan.

C. Urgensi sejarah ilmu dakwah


Cara berdakwah tersebut bisa dilalui dengan lisan dan prilaku. Bahkan, dakwah bi al-
hâl jauh lebih efektif dibanding dakwah bi al-lisân. Dakwah yang dilakukan antar
pribadi (fardiyah), dakwah yang disampaikan kepada khalayak umum (‘ammâh),
seperti ceramah, khutbah dan pidato. Selain itu, dakwah melalui media, baik tulis (bi
al-kitâbah) maupun media massa elektronik, seperti audio-visual dan sebagainya.

D. Sejarah pemikiran ilmu dakwah


Pemikiran dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, diartikan sebagai cara atau
hasil berfikir. Berasal dari kata dasar “pikir”, yang dalam kamus bahasa Indonesia
berarti akal budi, ingatan, angan-angan. Dengan mendapatkan imbuhan pe-an dalam
tata Bahasa Indonesia menunjukkan suatu atau perbuatan, maka “pemikiran” dapat
diartikan cara atau hasil berfikir terhadap sesuatu, sehingga melahirkan gagasan,
ideide, atau konsep yang tertuang dalam bentuk tulisan (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 2002: 767).
Sedangkan menurut Poespoprodjo (1999: 178-179), pemikiran adalah aksi
(act) yang menyebabkan pikiran mendapatkan pengertian baru dengan perantara hal
yang sudah diketahui. Sebenarnya yang beraksi disini bukanlah hanya pikiran atau
akal budi, melainkan sesungguhnya keseluruhan diri manusia (the whole man).
Selanjutnya proses pemikiran adalah suatu pergerakan mental dari satu hal menuju
hal lain dari apa yang sudah diketahui menuju hal yang belum diketahui

E. Periode perkembangan ilmu dakwah


1. Periode pertama adalah periode Nubuwat
Semua nabi memang mengemban tugas memanggil, menyeru, dan mengajak
manusia kepada agama Allah. Selama periode Nubuwat, persoalan hermeneatika
menjadi menu bagi proses dakwah, yang kemudian berkembang menjadi filsafat
perennial, pada masa Lugman, sebagai cikal bakal filsafat yunani di kemudian hari.
2. Periode kedua, Khulafa’ al-Rasyidin
Kesenambungan aktivitas dakwah mulai merambah ke persoalan teoritik keilmuan
pada masa ini. Pada masa ini, sifat Islam masih menekankan pada praktik amaliah
dari ajaran keagamaan. Hasil kerja dakwah yang paling manumental adalah kadifikasi
al-Quran.
3. Periode ketiga, masa tabi’in dengan al-dakwah
Ulama Said bin Musayyab, Hasan al-Bashri, Umar bin abdul al-aziz, dan Abu
Hanifah. Ke empat tokoh ini menekan proses ihtisab dengan memulai perbaikan pada
diri sendiri, keluarga, kemudian perbaikan umat, pengembangan dakwah dengan
surat, membina perasaan takut kepada Allah, berpegang teguh pada agama, dan
memperhatikan umat non muslim (toleransi).
4. Periode keempat, masa tabi’in al-tabi’in
Pada masa tokoh-tokoh Malik bin Anas, Syafi’i dan Iman Ahmad. Periode inilah
yang disebut periode salaf, yang kemudian menjadi periode transisi.
5. Periode kelima, masa tabi’ al tabi’ al tabi’in Era dimulainya era khalaf
Sekitar 300 tahun setelah periode Nubuwat berakhir. Pada masa inilah sudah
terjadi munculnya aneka corak pemikiran di berbagai bidang kajian keislaman
sebagai hasil dari akumulasi interaksi antara budaya dalam perjalan aktivitas dakwah
sebagai aktualisasi dari pemikiran filosofis dakwah.
6. Periode keenam, Era Modern
Periode ini ditandai dengan semangat pemikiran untuk mengembalikan balance of
power terhadap hegemoni barat. Pada masa ini pulalah dakwah sebagai ilmu mandiri
mulai menngeliat, dan muncul kepermukaan.

F. Prospek ilmu dakwah


1. Staf Di Lembaga Keagamaan
Jika Kamu sudah lulus dari jurusan manajemen dakwah, maka Kamu bisa
bekerja di lembaga keagaman. Di jurusan ini Kamu akan mendapatkan pendidikan
mengenai keagamaan, pengelolaan lembaga dakwah, dan kemasyarakatan Islam.
Bekal ilmu ini sangat berguna untuk diaplikasikan saat bekerja di lembaga
keagamaan.
2. Staf Di Lembaga Keuangan Syariah
Keahlian yang Kamu miliki setelah lulus kuliah juga bisa membuka peluang
untuk bekerja di lembaga keuangan syariah. Sebagai lulusan manajemen dakwah
Kamu juga akan memiliki keahlian bidang akuntansi dan manajemen keuangan.
Inilah sebabnya Kamu punya kesempatan untuk kerja di lembaga keuangan berbasis
Islam.
3. PNS Di Kementerian Agama
Menjadi PNS memang memberikan jenjang karier dan peluang penghasilan
yang mapan. Kamu juga bisa melamar menjadi PNS di Kementerian agama apabila
memiliki latar belakang pendidikan manajemen dakwah. Namun, Kamu harus bisa
mengalahkan banyak pesaing karena peminat PNS memang sangat banyak.
4. Pengelola Organisasi Politik Islam
Sebagai sarjana jurusan manajemen dakwah Kamu juga bisa bekerja sebagai
pengelola organisasi politik Islam. Prospek kerja di bidang profesi yang satu ini juga
tinggi, apalagi jika Kamu memiliki keinginan untuk menjadi seorang politisi. Coba
saja untuk melamar bekerja di organisasi politik atau membentuk organisasi politik
sendiri.
5. Staf Di Biro Haji Dan Umrah
Peluang atau prospek kerja manajemen dakwah berikutnya adalah menjadi staf di
biro travel haji dan umrah. Tingkat peminat haji dan umrah di Indonesia sangat tinggi
sehingga sangat dibutuhkan para staf yang mumpuni untuk bekerja di bidang ini.
Bidang profesi yang satu ini jelas akan sangat menjanjikan kedepannya.
6. Dosen
Setelah tamat pendidikan sarjana manajemen dakwah, maka Kamu punya peluang
untuk lanjut ke pascasarjana. Langkah ini bisa ditempuh jika Kamu ingin bekerja
sebagai dosen. Pilihan profesi ini bisa Kamu ambil jika Kamu ingin mengamalkan
ilmu manajemen dakwah yang sudah dimiliki.
7. Manajer Lembaga Atau Organisasi Swasta
Sarjana jurusan manajemen dakwah juga memiliki kesempatan untuk bekerja sebagai
manajer di lembaga atau organisasi swasta. Jenis lembaga atau organisasi swasta
tersebut bisa berprofit atau yang dibentuk sebagai lembaga non-profit (amal).
Berkuliah manajemen dakwah akan membekali Kamu dengan beragam keahlian dan
materi bagaimana mengelola sebuah organisasi.
8. Wirausaha
Selain bekerja di perusahaan atau instansi pemerintahan, Kamu juga punya
kesempatan untuk menjadi seorang pengusaha. Tidak ada salahnya untuk mencoba
membuka usaha secara mandiri dengan modal ilmu yang Kamu miliki. Kamu bisa
membuka agen travel haji dan umrah atau membuka usaha penjualan souvenir haji.
Dari profesi ini Kamu bisa dapat penghasilan yang tak terhingga.
9. Ustadz
Seorang lulusan manajemen dakwah juga bisa menjadi ustadz. Karena sudah
memiliki pondasi pendidikan dakwah yang kuat. Peluang menjadi ustadz di
masyarakat saat ini terbuka begitu lebar. Kamu juga bisa dapat pahala besar karena
berbagi ilmu agama ke masyarakat luas. Dari profesi ini Kamu bisa dapat uang setiap
kali diundang untuk berdakwah.
10. Bekerja Di Stasiun Televisi Atau Kanal Berita Online
Kamu juga memiliki prospek bekerja di dunia pertelevisian atau kanal berita
online. Profesi ini bisa dijalani apabila memiliki latar belakang pendidikan dakwah.
Kamu bisa bekerja khusus di bidang berita agama atau di program televisi religi.

Referensi:
http://blogdede52.blogspot.com/2017/04/sejarah-dan-perkembangan-ilmu-
dakwah.html
https://www.renesia.com/10-peluang-atau-prospek-kerja-manajemen-dakwah/\
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/almunir/article/download/723/597

Anda mungkin juga menyukai