Anda di halaman 1dari 10

PERAN MUHAMMADIYAH DALAM MENANGANI COVID 19

Oleh :

Raka Aulia Mas


2018870065
AIK (KEMUHAMMADIYAHAN)
BAB I
PENDAHULUAN

Berdasarkan fakta historis, Islam disebarluaskan secara evolutif melalui gerakan dakwah.
Hal ini dilakukan oleh baginda Rasulullah, para sahabat, tabi’in ,tabi’ tabi’in dan para mujahid
dakwah sesudahnya. Menurut Prof.Dr Syeikh Muhammad Said Ramadhan al-Buti periodesasi
dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dapat dibagi menjadi empat. Pertama, Nabi
kita Muhammad Saw setelah diangkat menjadi rasul Allah secara definitif, beliau melakukan
gerakan dakwah Islam secara diam-diam atau rahasia. Pola dakwah yang sedemikian rupa
ditujukan kepada pihak keluarga sendiri, termasuk kepada sahabat-sahabatnya terdekat. Materi
dakwah yang disampaikan adalah tentang aqidah atau ketauhidan dan gerakan dakwah secara
individual ini berlangsung selama tiga tahun. Kedua,
dakwah yang dilakukan oleh baginda Rasul Saw dengan terbuka dan secara lisan. Pola dakwah
dalam bentuk ini dilakukan sampai Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah. Ketiga, dakwah
secara terbuka dengan memerangi orang-orang yang memusuhi beliau dan para sahabatnya. Hal
ini berlangsung sampai terwujudnya perjanjian Hudaibiah pada tahun ke enam hijrah. Keempat,
dakwah secara terbuka dengan memerangi setiap orang yang menghalang-halangi dakwah Islam,
sekaligus memerangi orang-orang musyrik dan kafir yang tidak mau masuk Islam. Pola dakwah
yang keempat ini berlangsung sampai Nabi Muhammad Saw wafat pada tahun 11 H.
Menurut Ibn Kasir dalam bukunya al-Bidayah wa an-Nihayah dakwah yang dilakukannya
kepada Abu Bakar Siddik bentuknya adalah dakwah fardiah. Berdasrkan riwayat Aisyah ra
bahwa pada suatu ketika Abu Bakar bertemu dengan Nabi Muhammad Saw dia berkata; wahai
Abul Qasim (panggilan akrab Nabi Muhammad), saya mendapatkan informasi dari para kaummu
bahwa mereka menjelek-jelekkan kamu dan orang-orang tuamu. Nabi Muhamamd Saw berkata,
sesungguhnya saya adalah Rasul Allah dan mengajakmu untuk beriman kepada Allah. Setela itu
Abu Bakar masuk Islam dan setelah itu Nabi Muhammad Saw meningglkannya seraya merasa
sangat bergembira dengan Islamnya Abu Bakar sebagai teman dekatnya pada masa jahiliyah.
Dalam menyampaikan dakwahnya, Rasulullah Saw menggunakan metode yang
bervariasi. Kadang-kadang Rasulullah Saw menggunakan metode dakwah personal dan secara
diam-diam, karena kondisi waktu itu belum memungkinkan untuk melakukan dakwah dengan
cara terbuka. Metode dakwah bilhikmah walmau’izatul hasanah seperti yang dinyatakan dalam
Alqur’an surat an-Nahal ayat 125 beliau laksanakan dengan baik.
Esensi metode dakwah bilhikmah walmauzizatil hasanah adalah memilih cara yang
relevan dengan kondisi objektif sekaligus memberikan pengajaran yang dapat diterima oleh nalar
atau pemikiran rasional dari para audien. Di kala umat Islam jumlahnya masih sedikit kurang
lebih tiga puluh orang dan mereka termasuk orang yang miskin, tidak berpendidikan, maka Nabi
Muhammad Saw melakukan dakwah dengan melalui jalur pendidikan. Sebagai lokasinya adalah
rumah al-Arqam bin Abu Arqam yang berada di bukit Shafa dekat masjidil Haram.
Dalam mengajarkan Alqur’an, Nabi Muhammad Saw terlebih dahulu mengajarkan
beberapa ayat lalu dijelaskan maksudnya. Setelah para sahabat memahami dan mengamalkan
isinya barulah beliau menambah pelajaran dengan ayat-ayat lainnya. Abdullah bin Mas’ud
sendiri menuturkan bahwa apabila para sahabat telah mempelajari sepuluh ayat Alquran, mereka
tidak akan pindah ke ayat-ayat lain sebelum mengetahui benar maksud ayat tersebut serta
mengamalkan isi kandungannya.
Kadang-kadang Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah menggunakan metode diskusi
atau mujadalah seperti yang diinformasikan oleh Allah dalam surat an-Nahal ayat 125. Berkaitan
dengan hal ini, Nabi Muhammad Saw setelah tinggal di Madinah semenjak tahun 5 Hijriah
banyak menghadapi tamu-tamu secara berombongan baik yang muslim maupun non muslim.
Bagi yang muslim ingin memperdalam ajaran Islam dengan jalan diskusi dan bagi yang non
muslim ingin mengetahui tentang ajaran Islam. Menurut ahli sejarah Ibn Sa’ad jumlah
rombongan tamu yang pernah datang kepada Nabi Muhammad Saw tidak kurang dari tujuh
puluh satu rombongan diawali dengan robongan tamu dari kabilah Muzainah pada bulan Rajab
tahun 5 Hijriah.
Dalam makalah ini akan dipaparkan gambaran secara global tentang kondisi objektif
umat Islam dalam aspek Aqidah, akhlak, Ibadah dan muamalah dunyawiyah dan bagaimana
strategi dakwah yang harus dilakukan. Penerapan dakwah di lapangan dengan kondisi objektif
yang berbeda-beda harus tetap menjadi pertimbangan bagi semua juru dakwah agar dapat
mencapai hasil yang maksimal. Metode dakwah yang telah dilakukan oleh baginda Rasulullah
Saw tentunya dapat dipilih mana yang relevan dengan kondisi objektif yang ada. Mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Dakwah
Secara etimologis, dakwah berarti seruan, ajakan atau jeritan. Perkataan seperti da’autu
fulaan bermakna berteriak atau memanggil fulan. Secara terminologis, para ulama berbeda
pendapat dalam merumuskannya. Menurut Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah pengertian dakwah
adalah mengajak seseorang agar beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa oleh para
Rasul-Nya dengan cara membenarkan apa yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang
mereka perintah.
Menurut Syeikh Ali Mahfud pengertian dakwah adalah memotivasi manusia untuk
melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk dan menyuruh mereka berbuat ma;ruf dan
mencegah dari perbuatan mungkar, agar mereka dapat mencapai kebahagian dunia hidup di
dunia dan akhirat. Menurut Fathi Yakan pengertian dakwah adalah penghancuran dan
pembinaan. Penghancuran di sini maksudnya adalah menghancurkan jahiliyah dengan segala
bentuknya, baik jahiliyah pola fikir, moral, maupun jahiliyah perundang-undangan dan hukum.
Adapaun maksud pembinaan adalah membina masyarakat Islam dengan landasan keislaman,
baik dalam wujud dan kandungannya, dalam bentuk dan isinya, dalam perundangan-undangan
dan cara cara hidup, maupun dalam segi persepsi keyakinan terhadap alam, manusia dan
kehidupan.
Dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah adalah mengajak orang lain untuk mengikuti
perintah Allah dan Rasul-nya seraya menjauhi segala larangan-larangan yang telah digariskan,
dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dengan ungkapan yang singkat
hakekat dakwah adalah melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar berdasarkan titah Allah dan
Rasul-Nya dengan tujuan untuk mencapai kebahagian hidup dunia dan akhirat.

2. Metode Dakwah
Untuk mengajak orang lain agar dia tertarik melakukan amar ma’ruf nahi mungkar sesuai
dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, diperlukan metode dakwah. Dalam kaitan ini Allah Swt
berfirman dalam surat an-Nahal ayat 125 sebagai berikut :
Artinya; Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
Berdasarkan ketentuan ayat di atas, maka metode dakwah menurut konsep Alquran ada
tiga; dengan hikmah, mau’izatil hasanah dan mujadalah yang baik. Berkaitan dengan hal ini,
Syeikh Zamahsyari dalam tafsirnya menegaskan bahwa pengertian serulah kepada jalan
Tuhanmu adalah ajaklah umat manusia untuk memeluk agama Islam. Dengan hikmah
maksudnya adalah dengan mengemukakan dalil-dalil atau argumentasi yang jelas dan benar
sehingga dapat menghilangkan keragu-raguan. Selanjutnya pengertian dengan pengajaran yang
baik adalah dengan cara memberikan nasehat-nasehat dan memberikan penjelasan tentang
berbagai manfaat kepada seseorang tentang syariat Islam. Adapun pengertian berdebat dengan
cara yang baik adalah berdiskusi dengan cara yang lemah lembut, penuh kasih sayang, tidak
kasar dan tidak pula dengan cara mencela.

3. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang didirikan Kyai Haji Ahmad Dahlan tahun
1330 H atau bertepatan dengan 1912 M1 . Gerakan ini lahir di Kauman Yogyakarta, sebuah
kampung di samping Kraton Yogyakarta. Sesuai namanya Kauman adalah kampung yang
banyak berisi kaum atau para ahli agama. Dengan demikian Muhammadiyah lahir di tengah
masyarakat yang taat menjalankan Islam. Namun demikian Islam yang berjalan di masyarakat
muslim pada umumnya, termasuk kauman di dalamnya, adalah Islam yang dalam pandangan
Kyai Dahlan tidak saja telah berakulturasi dengan budaya Jawa, lebih dari itu, yaitu Islam yang
telah terkungkung oleh hegemoni budaya Jawa. Kehadiran Muhammadiyah adalah sebuah
bentuk perlawanan terhadap praktek Islam yang dianggap keliru itu. Paling tidak ada dua hal
yang dapat menjelaskan kehidupan umat Islam masa itu, pertama, Islam dipahami sebagai agama
ritual yang akan memberikan keselamatan dunia akhirat. Tetapi ajaran-ajaran Islam diamalkan
oleh umat tidak menyentuh persoalanpersoalan sosial kemasyarakatan yang berkembang.
Meskipun banyak ahli agama, banyak juga berdiri pesantren, tetapi pengembangan keilmuan
Islam hanya berputar-putar pada persoalan-persoalan ilmu itu sendiri, yang kebanyakan adalah
ilmu kebahasaan (nahwu, shorof), fiqh ibadah dan masalah-masalah keimanan yang tidak
menyentuh problem aktual keummatan2 . Kedua, adalah kenyataan tentang ketertingalan umat
Islam dalam bidang sosial, politik dan ekonomi yang menjadikan umat Islam sebagai umat
pinggiran yang tidak ikut menentukan arah perubahan masyarakat3 . Di tengah masyarakat
seperti itulah Muhammadiyah berdiri. Ia hadir untuk sebuah tujuan terwujudnya Islam yang
sebenar-benarnya. Muhammadiyah ingin menjadikan nilai-nilai ajaran Islam yang menyeluruh
dan ideal itu mewujud dalam kehidupan nyata dalam bentuk masyarakat yang adil, makmur dan
diridhoi Allah SWT. Muhammadiyah ingin menjadikan kehidupan Islam tidak hanya sekedar
pada masalah fiqih ibadah, nahwu shorof, dan berbagai ilmu alat lain, tetapi juga masuk ke
dalam persoalan keduniaan yang lebih luas untuk menciptakan kehidupan umat yang lebih
berdaya dan maju. Umat Islam tidak boleh hanya menerima keadaan menjadi golongan kelas
bawah, miskin dan bodoh, selalu diatur dan diperdaya, ditindas dan dijajah, selalu anti dengan
segala yang datang dari selain orang muslim (kafir) dan selalu sangat percaya diri dengan ke-
tradisionalannya. Impian Muhammadiyah adalah umat Islam yang cerdas, berfikir maju, dan
memiliki tanggung jawab memimpin peradaban ini, menjadikannya umat yang bertauhid dan
menjadikan kehidupan yang adil makmur serta penuh kebaikan dan mendapat ridho dari Allah.

4. Peran dakwah social muhammadiyah


Menjadi gerakan keagamaan, Muhammadiyah mengambil peran penting dalam
perjalanan bangsa. Lahir jauh sebelum Indonesia merdeka, Muhammadiyah terus bergerak,
berdenyut di setiap penjuru negeri. Hadir di tengah kehidupan sosial masyarakat menjadi solusi
dalam setiap kondisi. Dari sinilah lahir amal usaha mulai dari kesehatan, pendidikan, sosial,
ekonomi, hingga berbagai pemberdayaan masyarakat lainnya.

Tanpa memandang budaya, agama, aliran, ras, dan negara, Muhammadiyah memberikan
pelayanan dakwahnya secara masif. Kini di seluruh nusantara terhampar simpul-simpul
pelayanan dengan jumlah yang tidak sedikit. Berdasarkan data yang saat ini ada di pimpinan
pusat, kini Muhammadiyah memiliki 192 perguruan tinggi, 5.015 sekolah madrasah tingkat
menengah, 16.346 TK ABA-PAUD, 122 pondok pesantren, 557 rumah sakit besar, sedang, dan
kecil, 318 panti jompo, 437 BMT, 762 BPR syariah, 25 penerbitan, 21 ribu masjid, ribuan
kelompok binaan ekonomi Aisyiyah, dan ribuan kelompok binaan program pemberdayaan.
Jumlah ini pasti terus meningkat sebab ketua umum PP Muhammadiyah berkeyakinan, tiada hari
tanpa peresmian amal usaha Muhammadiyah. Artinya, apa yang menjadi data saat ini terus
berkembang sesuai dengan pergerakannya itu sendiri. Atas dasar ini pula kemudian Azzumardi
Azra menyampaikan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi keagamaan paling besar di dunia.

Testimoni yang sama pernah disampaikan KH Hasyim Muzadi dalam Milad Akbar Satu Abad
Muhammadiyah di Gelora Bung Karno (GBK). Menurutnya, Muhammadiyah merupakan
organisasi besar paling tua di Indonesia dan memiliki peran besar dalam perjalanan bangsa ini.
Juga Jusuf Kalla pada kesempatan yang sama menyampaikan, Muhammadiyah adalah organisasi
kemasyarakatan paling besar karena memiliki banyak amal usaha di berbagai bidang.

Puja-puji itu sering pula disampaikan berbagai tokoh lain yang mengapresiasi perjalanan
Muhammadiyah yang semakin tua semakin agresif dalam menjalankan peran dakwahnya. Tidak
seperti usia manusia, usia lebih dari satu abad mungkin semakin tidak produktif. Apa yang
terjadi dengan ormas Islam yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan ini justru sebaliknya.

Apa yang menjadi capaian Muhammadiyah sesungguhnya tidak lepas dari spirit kemandirian
yang menjadi prinsip sejak awal. Kendati menghadapi tantangan tidak ringan, sejak awal
kebangkitannya, Muhammadiyah dapat melewati tantangan dari penguasa penjajah saat itu.
Semangat kebersamaan yang dibangun Dahlan beserta pada pengikutnya mampu melewati masa-
masa sulit sehingga bisa tumbuh dan berkembang.

Semangat berkorban warga Muhammadiyah tercermin dari berbagai amal usaha yang dimiliki
Muhammadiyah, sejak awal merupakan kekayaan persyarikatan yang terkadang juga bentuk
sumbangan dari warganya sendiri. Sejak awal, Muhammadiyah sudah mengembangkan sikap
kedermawanan, berkorban untuk persyarikatan. Budaya infak selalu ditanamkan dan menjadi
dari prinsip kemandirian Muhammadiyah. Karenanya, tidak ada satu jengkal tanah pun di
Muhammadiyah yang bukan milik Muhammadiyah. Semua amal usaha di Muhammadiyah tidak
boleh diakui sebagai milik pribadi atau pimpinan tertentu. Semua aset yang atas nama
Muhammadiyah milik Muhammadiyah, cuma pengelolaan ada yang dilakukan oleh pimpinan
pusat, wilayah, hingga ranting.

Kendati demikian, Haedar Nashir mengakui, pada dasarnya ada beberapa kelemahan
Muhammadiyah, seperti kurang pesatnya perkembangan gerakan pemikian, amal usaha yang
lebih pada jumlah (belum tentu aspek kualitas), cenderung birokratis, dan pada beberapa hal
belum menyentuh kebutuhan masyarakat bawah, seperti buruh atau petani. Namun, di samping
itu, Muhammadiyah juga memiliki modal sosial yang tidak kalah pentingnya.

Di antara kelebihan itu, pertama, fondasi keislaman yang bersumber pada Alquran dan sunah
yang disertai pengembangan ijtihad. Kedua, reputasi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
modern yang terbesar telah dikenal luas secara nasional maupun internasional. Ketiga, jaringan
organisasi yang sudah tersebar di seluruh penjuru Tanah Air dan beberapa negara di dunia.
Keempat, perkembangan amal usaha yang sangat besar yang menjadi aset sumber daya, fasilitas,
dan infrastruktur. Kelima, Muhammadiyah sebagai kekuatan organisasi sosial keagamaan atau
organisasi kemasyarakatan yang telah berkiprah lama dan luas di Indonesia mulai dari pra hingga
pascakemerdekaan.
Kini, dengan modal sosial yang cukup besar, Muhammadiyah ditantang untuk selalu hadir dalam
berbagai persoalan keumatan. Setelah secara monumental hadir dan turut merumuskan dasar
negara, mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, dan mengisinya pascanegara ini merdeka,
Muhammadiyah juga menebar baktinya untuk membangun manusia Indonesia yang berkemajuan
dan tercerahkan.

Muhammadiyah juga dituntut terus hadir menghadapi berbagai kondisi zaman yang terkadang
kurang bersahabat. Pasca-Reformasi, iklim kebebasan menumbuhkan benih-benih persoalan baru
yang terkadang tidak mudah disikapi. Hingga kini kesenjangan sosial antara kaya dan miskin
belum usai, persoalan liberalisme tanpa batas, munculnya ideologi-ideologi transnasional yang
bercorak neorevivalisme, serta keterbukaan informasi sebagai akibat dari kemajuan teknologi
yang mengakibatkan degradasi moral yang terus merosot hingga mewabah ke anak-anak dan
remaja.

Di tengah kompleksitas persoalan kemanusiaan yang lebih banyak dari yang dituliskan di sini,
Muhammadiyah dituntut memperkuat ketahanan internal, guna menyusun kekuatan untuk
menjawab persoalan tersebut. Penyiapan kader-kader idiologis tidak pragmatis, membangun
soliditas pimpinan di berbagai level, peningkatan kualitas amal usaha bukan sekadar jumlah,
pengaderan yang substansial ketimbang seremonial, menyisir amal usaha dari orang-orang yang
tidak peduli, bahkan merusak Muhammadiyah, hingga menyusun kembali model dakwah
bermedia yang bercorak modern untuk mengisi kekosongan informasi positif yang selama ini
kita khawatirkan.

5. Peran Muhammadiyah dalam menangani covid-19

Adanya kecenderungan meningkatnya jumlah pasien positif COVID-19 di Indonesia


membutuhkan dukungan dari semua pihak baik dalam hal penanganan pasien maupun usaha
yang lebih strategis, yaitu pengerahan semua daya untuk melakukan pencegahan penyebarannya.

Oleh karena itu Muhammadiyah Covid-19 Command Center menetapkan strategi untuk
menggerakkan semua sumber daya Muhammadiyah untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Untuk melakukan upaya pencegahan, sekolah dan perguruan tinggi menjadi fokus dari upaya
Muhammadiyah. Upaya sosialisasi, edukasi dan berbagai tindakan preventif disiapkan termasuk
prosedur untuk dosen, guru, mahasiswa dan siswa yang cukup banyak akan pulang dari
penugasan atau kegiatan di luar negeri.

TK Aisyiyah yang mencapai 22.000 tersebar di seluruh Indonesia menjadi salah satu fokus tim
yang melibatkan Majelis Dikdasmen Aisyiyah. Demikian juga sekolah Muhammadiyah yang
berjumlah 2.700 lebih di tingkat SD/MI, 1.700 lebih di tingkat SMP/Mts, 800 lebih di tingkat
SMA/MA, serta pesantren yang berjumlah 300 lebih. Sementara Perguruan Tinggi
Muhammadiyah/ Aisyiyah berjumlah 165.
Untuk potensi Angkatan Muda Muhammadiyah juga sudah dalam koordinasi tim, salah satunya
gerakan yang dilakukan Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang anggotanya mencapai 7 juta orang
di seluruh Indonesia.
Selain itu ada Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang segera menyelenggarakan rakornas
kesehatan dalam waktu dekat, Nasyiatul Aisyiyah yang berfokus pada pencegahan dan
penanganan berbasis keluarga melalui program PASHMINA (Pelayanan Remaja Sehat Milik
Nasyiatul Aisyiyah), serta edukasi Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada kepanduan Hisbul
Wathan dan Perguruan Silat Tapak Suci yang rutin memiliki agenda rutin pelatihan setiap
minggunya.
Muhammadiyah menyiagakan 20 rumah sakit dari semula diumumkan 15 rumah sakit di
berbagai daerah, untuk menghadapi kemungkinan pasien suspect corona maupun positif. Selain
menyiagakan rumah sakit, Muhammadiyah juga menerapkan program pencegahan corona untuk
mengedukasi lingkungan sekolah, perguruan tinggi, hingga komunitas, melibatkan organisasi di
bawah Muhammadiyah. Untuk program ke sekolah, perguruan tinggi dan masyarakat akan
dikoordinasikan sebagai program bersama dengan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah,
Majelis Diktilitbang, LAZISMU, Aisyiyah, IPM, IMM dan semua organisasi kader lainnya.

Berikut daftar RS Muhammadiyah yang disiagakan hadapi corona:

1. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

2. RS PKU Muhammadiyah Bantul

3. RS Muhammadiyah Lamongan

4. RS Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah Pati

5. RS PKU Muhammadiyah Surakarta

6. RSI Muhammadiyah Kendal

7. RS PKU Muhammadiyah Gamping

8. RS PKU Muhammadiyah Wonosobo

9. RS PKU Muhammadiyah Gombong

10. RS PKU Muhammadiyah Roemani Semarang

11. RS Fatimah Banyuwangi

12. RS Univ Muhammadiyah Malang

13. RS Siti Khotijah Sepanjang, Sidoarjo

14. RS Muhammadiyah Palembang

15. RS Muhammadiyah Metro, Lampung


16. RSI PKU Muhammadiyah Palangkaraya

17. RSI Jakarta Cempaka Putih

18. RSI Jakarta Pondok Kopi

19. RS Aisyiyah Ponorogo

20. RS Aisyiyah Muntilan

BAB III
PENUTUP

Dalam menjalankan gerakan dakwah Muhammadiyah masih mempunyai tugas yang


cukup berat terutama dalam melakukan purifikasi dalam masalah aqidah dan ibadah. Namun
demikian, mujahid dakwah Muhammadiyah diharapkan tetap mempunyai optimisme dan harus
senantiasa melakukan revitalisasi gerakan dengan maksimal. Moralitas profetik atau kenabian
merupakan sesuatu yang wajib dipertahankan dengan segala upaya ang ada, agar dapat
mewujudkan tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Aktualisasi ritual religius
(ibadah mahdah) dan sosial religius (ghairu mahdah) harus dilakukan dengan pendekatan
dakwah yang penuh dengan kasih sayang tidak dengan cara mendikriditkan dan bersikap kasar
seperti yang telah dicontohkan oleh K.H Ahmad Dahlan sebagai sosok Muhammadiyah yang
utuh dan komprehensif. Dinamisasi dalam aspek sosial religius harus senantiasa dilakukan
dengan tetap berorientasi kepada nilai-nilai religius yang ada dalam Alquran dan as-Sunnah.
Metode dakwah yang harus dilakukan di tengah-tengah masyarakat saat ini, harus tetap mengacu
kepada ketentuan Allah salam surat an-Nahal ayat 125 dan mempergunakan sain dan teknologi
komunikasi demi tercapainya keberhasilan dakwah Muhammadiyah.

Jadi, contoh dakwah social yang dilakukan muhammadiyah saat adanya COVID-19 ini adalah
dengan membentuk sebuah Muhammadiyah Covid-19 Command Center untuk mempersiapkan
rumah sakit muhammadiyah menangani pasien positif virus corona. Pembentukan tim ini
merupakan tindak lanjut dari penugasan kepada Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU)
dan Muhammadiyah Disastrr Management Center (MDMC) untuk melakukan koordinasi.
Sesuai dengan prosedur standar yang diterapkan sebelumnya sudah dilakukan persiapan dan
simulasi untuk menangani potensi wabah seperti yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta, RS PKU Muhammadiya Bantul dan beberapa RS Muhammadiyah atau Aisyiah di
berbagai kota. Dokter Corona Rintawan sendiri menyampaikan bahwa tim akan
mengkoordinasikan berbagai program yang melibatkan potensi dan jejaring Muhammadiyah.
Sosialisasi dan pendampingan ke sekolah dan pergurua tinggi Muhammadiyah, termasuk
prosedur untuk dosen, guru, mahasiswa, dan siswa adalah salah satu tindakan preventif yang
dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai