Anda di halaman 1dari 13

PERJALANAN DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sirah Nabawi

Dosen Pengampu:

Moh. Misbakhul Khoir M.Th.I

MAKALAH

Disusun oleh:

Muhammad Roihan Zuhri A. Aziz (NIM. 21102065)

Ananda Muhammad Rizky (NIM. 21102034)

Kelompok 4 Kelas A

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT

AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI 2023


KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Perjalanan
Dakwah Nabi Muhammad saw” dengan lancar dan tidak ada suatu halangan apapun.
Tidak lupa sholawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa‟atnya
kita nantikan kelak di yaumil akhir.

Adapun makalah yang kami buat ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sirah Nabawi, selain itu kami harapkan agar dapat dipelajari, dan dipahami
oleh teman-teman sekalian. Tentunya kita sebagai manusia (penyusun makalah) tidak
terlepas dari salah dan kurang, sehingga kami mohon dimaklumi. Semoga dari materi
pembahasan ini dapat kita ambil ilmu dan manfaatnya dalam pembelajarannya, dan
semoga menjadi kebaikan untuk kita semua, khususnya kami sebagai penyusun dan
para pembacanya.

Kediri, 28 Maret 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara bahasa, dakwah bermakna penyiaran, propaganda. Sedangkan dalam
perspektif Islam diartikan seruan, panggilan dan undangan. Barangkali kita dapat
sepakat, bahwa pemahaman dakwah Islam sebagai propaganda tidaklah tepat karena
propaganda merupakan kegiatan dimana hasil akhirnya adalah untuk kepentingan
orang yang membawa pesan tersebut. Sedangkan landasan dakwah bukanlah
dilakukan untuk kepentingan satu golongan individu tertentu, melainkan untuk semua
golongan baik minoritas maupun mayoritas. Secara istilah dakwah itu mempunyai
defenisi yang berbeda, sejalan dengan tinjauan para ahlinya. Berikut dapat
diterangkan beberapa defenisi: Dakwah ialah suatu sistem kegiatan dari seseorang,
sekelompok, segolongan umat Islam sebagai aktualisasi imaniah yang
memanifestasikannya kepada seseorang, sekelompok massa dan masyarakat supaya
dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk mencapai tujuan tersebut.
Pada kesempatan ini penulis bermaksud mendefinisikan pengertian dakwah
Islamiyah yaitu segala upaya yang telah dilakukan sejak oleh Rasulullah, sahabat,
tabiin dan generasi seterusnya yang ditujukan kepada suatu objek, yang mana agar
mereka (muslim dan muslimah atau nonmuslim) kembali dan menerima serta
memahami akan ajaran Islam sebagai kebenaran yang mutlak. Jika berbicara tentang
“dakwah Rasulullah saw” maka serta-merta terlintas dalam pikiran kita tentang “cara”
atau “teknik” bagaimana tema dakwah dapat disampaikan dan diterima, dihayati serta
diamalkan oleh umat. Penerapan dakwah Rasulullah saw bersifat kondisional dan
variatif. Maksudnya, dakwah yang dilakukan oleh beliau di suatu tempat belum tentu
sama di tempat yang lain. Rasulullah dalam menyampaikan pesan dakwahnya dapat
menumbuhkan dan mengarahkan semangat kebangsaan, seperti yang dilakukan di
Madinah melalui “Piagam Madinah”, dimana salah satu isi piagam tersebut adalah
memberikan jaminan kepada masyarakat untuk melaksanakan agamanya dan wajib
membela keamanan Negara dari serangan luar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat menyimpulkan beberapa masalah
yang dapat dibahas:
1. Cara atau Teknik berdakwah Rasulullah saw?
2. Perjalanan dakwah Rasulullah saw
3. Strategi perjuangan dakwah Rasulullah saw
4. Respon Masyarakat dengan dakwah Nabi Muhammad saw.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Sejarah dakwah nabi Muhammad saw
2. Perjuangan Nabi Muhammad dalam berdakwah menyebarkan agama islam
3. Mengetahui cara dan Teknik berdakwah sesuai contoh nabi
4. Mengetahui berbagai respon masyarakat pada masa dakwah nabi Muhammad saw.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Dakwah Nabi Muhammad saw Periode Makkah
Nabi Muhammad SAW adalah Nabi akhir zaman, penutup para nabi. Lahir
tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah1 atau 13 April tahun 571 M. Sedangkan menurut
ahli sejarah bernama Mahmud Basya al-Falaki, Nabi Muhammad lahir bertepatan pada
tanggal 9 Rabiul Awwal tanggal 20 April tahun 571 M. Beliau diutus menjadi Rasul
setelah bertahannuf atau bertahanus di Gua Hira selama 6 bulan lamanya, bertepatan
dengan tanggal 17 Ramadhan turunlah wahyu yang pertama sebagai penegas diutusnya
Nabi sebagai Rasul yaitu QS. Al Alaq ayat 1-5.

Dengan badan menggigil dan demam, Nabi pulang ke rumah dengan disambut
tergopoh-gopoh oleh Khadijah R.A yang segera menyelimuti beliau. Nabi menceritakan
segala keadaan yang dialaminya kepada Khadijah. Kejadian ini segera dilaporkan kepada
paman Khadijah yang bernama Waraqah bin Naufal, ia adalah orang yang masih
memegang teguh dan Taurat. Ia menjelaskan bahwa tanda dan keadaan tersebut
menguatkan bahwa yang dialami Muhammad adalah tanda kenabian. Hal ini dipertegas
lagi dengan turunnya wahyu kedua yaitu QS. Al Mudassir: 1-7 yang menyatakan bahwa
beliau bukan hanya seorang Nabi tetapi seorang Rasul.

Beliau diangkat menjadi Rasul pada umurnya yang mendekati separuh abad,
tepatnya pada umur 40 tahun. Beliau mengahabiskan sisa hidupnya untuk berdakwah
menegakkan Tauhid dan syariat Islam. Beliau berdakwah dengan seluruh jiwa raganya,
dengan begitu banyak halangan dan rintangan yang beliau hadapi, beliau berhasil
melaksanakan misi dakwahnya dengan sukses dan penuh dengan hikmah ketauladanan.

Dakwah Nabi Muhammad dibagi atas dua priode, yakni priode Makkah dan
priode Madinah, beliau berdakwah pertama kali di Makkah selama hampir 10 tahun
lamanya.2 Di priode Makkah ini, dakwah Nabi Muhammad kepada masyarakat Makkah
lebih terfokus pada peningkatan kualias aqidah atau ketauhidan, dan mengajak mereka
untuk meninggalakan segala bentuk peribadatan yang menyembah selain Tuhan yang

1
Ahmad Mahdi rizqullah, Biografi Rasulullah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-Sumber Yang Otentik
Jakarta: Qisti Press (2006) hal. 129, lihat juga Imam Nawawi As-Sirah hal 15, Ibnu Ishaq Tarikh al-Islam dan As-
Sirah An-Nabawiyyah hal 22
2
Shafiyur Rahman Al-Mubarakfury. "Sirah Nabawiyah, terj." Kathur Suhardi, cet. IV, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
(2005).
Maha Esa sahaja yaitu Allah. Berikut ini prioritas dakwah Nabi Muhammad pada
masyarakat Makkah, yaitu:

1. Ketauhidan
2. Menjelaskan adanya kehidupa setelah mati
3. Merubah perilaku jahiliyah masyarakat Makkah
4. Menegakkan HAM dan menghapus kasta

Dalam perjalanan dakwah Nabi Muhammad saw di Makkah beliau


melakukannya dengan tahapan-tahapan sesuai wahyu yang turun dari Allah swt. Adapun
beberapa tahapan tersebut membentuk pola dakwah Nabi Muhammad saw di mekkah.

Yang pertama yaitu dakwah dengan cara Siriyah. Dakwah siriyah adalah dakwah
Nabi Muhammad yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, dakwah ini hanya
dilakukan kepada sasaran yang mencakup keluarga terdekat, sahabat, dan orang-orang
yang dianggap bisa dipercaya oleh beliau. Orang-orang yang pertama masuk islam
disebut juga assabiqunal awwalun. Dakwah siriyah dilakukan Nabi dalam jangka waktu
3 tahun setelah turunnya QS. Al-Mudassir: 1-7. Adapun ayat tersebut mengandung
perintah-perintah Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad dalam surat Al-mudassir: 1-7
yaitu 1.) Segera bergegas melaksanakan perjuangan membela agama Allah serta
meninggalkan berleha leha 2.) Tugas untuk berdakwah dan mengajak manusia kedalam
islam 3.) Perintah menegakkan tauhid 4.) Senantiasa berakhlak mulia dan berbudi luhur
5.) Bersabar dan tabah.

Adapun alasan Nabi Muhamad melakukan dakwah secara siriyah adalah; 1.)
menghindari konfrontasi fisik secara langsung 2.) mereka yang megikuti Nabi pada
waktu itu masih dalam fase pendasaran pembangunan kualitas keimanan 3.) masyarakat
makkah yang masih berperilaku jahiliyah dan beragama paganism. Untuk menghindari
hal-hal tersebut Nabi sangat hati-hati dalam melaksanakan dakwahnya. Metode yang
beliau pakai untuk berdakwah fokus terhadap pendekatan personal, dengan bertatap
muka secara langsung materi dakwah yang disampaikan langsung diterima dengan baik
selaras dengan tutur kata dan perilaku beliau yang agung.3

Kemudian, turunlah QS Al Hijr: 94 dan 95 serta Asy Syuara: 214 -215, maka
dimulailah dakwah beliau secara jahriyah atau terang-terangan. Cakupan sasaran
3
Mubasyaroh, Mubasyaroh. "Karakteristik Dan Strategi Dakwah Rasulullah Muhammad Saw Pada Periode
Makkah." AT-TABSYIR STAIN Kudus 3.2 (2015). Hal 397-399
dakwah nabi dalam tahapan jahriyah ini lebih luas daripada sebelumnya. Beliau
mengumpulkan keuarga besar Bani Hasyim untuk jamuan makan, dan mengumpulka
seluruh penduduk Makkah dengan menyeru mereka di atas bukit shafa. Adapun respon
masyarakat dan keluarga besar terhadap Nabi Muhammad berbeda-beda. Adapun sikap-
sikap tersebut diantaranya:

1. Langsung menerima seruan.


Diceritakan ketika itu Nabi Muhammad sengaja mengajak seluruh
keluarga besar menikmati jamuan makan dirumah beliau. Beliau mengajak
dan menyeru untuk menyembah Allah SWT, semua orang mencela beliau
dan menghina beliau. Namun disaat itu ada yang langsung menerima dan
membela beliau yaitu Ali bin Abi Thalib dengan mengatakan “Rasulullah,
saya akan membantu anda. Saya adalah lawan bagi siapa saja yang
kautentang”.4
2. Menolak tanpa kekerasan.
Hal ini dilakukan oleh masyarakat Makkah yng mengenal nabi dengan
sosok yang santun dan terkenal dengan pribadi yang jujur.
3. Bimbang terhadap Nabi SAW.
Hal ini dikarenakan Nabi terkenal dengan sosok yang jujur dan
Amanah. Ia telah dikenal oleh masyarakat dengan baik, dan tidak pernah
melakukan kebiasaan-kebiasaan masyarakat jahiliyah.
4. Menolak dengan Permusuhan hingga Intimidasi
Hal ini dilakukan oleh mereka yang benci terhadap Nabi SAW.
Mereka benci karena menganggap ajarannya menghalau mereka berdagang
dan beribadah sesuai dengan kepercayaannya yang lampau. Golongan ini di
dominasi oleh kaum saudagar kaya, para bangsawan dan orang-orang yang
memegang peranan penting di kota Makkah. Adapun mereka yang paling
menonjol tidak lain adalah paman Nabi SAW. Sendirj yaitu Abu
Lahab.Kekejamannya dan bentuk intimidasi yang dilakukan Abu lahab
sangatlah serius, sampai-sampai Allah melaknatnya di Al-Quran.

Hijrah merupakan salah satu perintah Allah SWT dan strategi Nabi untuk
menghindari siksaan dan tekanan bagi pengikutnya. Bagi kaum muslimin yang masih
4
Muhammad Husain Haekal, dan Ali Audah. Sejarah Hidup Muhammad. Ed. Khusus Cet. 2 Jakarta: Pustaka
Litera antarnusa. (2009) hal 94
tergolong minoritas, tekanan dan intimidasi yng dilakukan oleh Masyarakat kafir
Makkah sudah diluar batas kewajaran. Sehingga pada fase konfrontasi fisik maupun
psikis yang sangat parah, nabi memerintahkan kepada kaumnya untuk berhijarah ke
Habasyah.

Perjalanan Hijrah yang dilakukan kaum mukminin dibagi atas dua fase. Hijrah
ke Habasyah yang pertama terjadi pada bulan Rajab tahun ke 5 kenabian, dilakuakn
secara sembunyi-sembunyi berjumlah 10 laki-laki dan 5 perempuan. Pada hijrah yang
pertama ini dipimpin langsung oleh Ustman bin Affan, kaum Kafir Quraisy Makkah
sempat melakukan pengejaran namun kaum muslimin berhasil berhijrah menuju
Habasyah.

Hijrah ke Habasyah yang kedua dilakukan setelah beberapa bulan setelahnya.


dengan metode yang sama, namun dengan jumlah orang yang semakin banyak yaitu
83 laki-laki dan 18 perempuan. Pada fase hijrah yang kedua kaum muslimin yang
hijrah dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalin yang berhasil sampai pula di Habasyah.
Pada fase yang kedua ini kaum Kafir Quraisy Makkah mengirim utusan untuk
bernegosiasi dan menghasut Raja Najasyi untuk menolak kedatangan mereka.5

2.2 Dakwah Nabi Muhammad saw Periode Madinah

Setelah 13 tahun Nabi Muhammad SAW berdakwah di Mekkah, yang mana beliau
melewati semua rintangan dan cobaan yang begitu berat dari kaum kafir Quraisy, tibalah
saatnya beliau melakukan Hijrah ke suatu daerah yang dulu dikenal dengan nama Yatsrib dan
setelah kedatangan Nabi berubah nama menjadi Kota Madinatul Munawwaroh atau
Madinatun Nabi, yang banyak disebut sampai sekarang dengan “Madinah”.

Sesampainya di Madinah Nabi dan para pengikutnya disambut oleh para penduduk
Madinah, tidak hanya menyambut, mereka juga membantu dan menolong para kaum
muslimin yang hijrah pada waktu itu, salah satunya seperti mereka menyediakan tempat
tinggal mereka untuk para kaum muslimin sehingga para penduduk itu mendapat julukan
kaum Anshar yang artinya penolong.

Berikut ini adalah beberapa hal yang dilakukan Nabi dalam proses dakwah di Kota
Madinah, diantaranya adalah:

5
Shafiyur Rahman Al-Mubarakfury. "Sirah Nabawiyah, terj." Kathur Suhardi, cet. IV, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
(2005).
1. Membangun Masjid

Nabi Muhammad SAW membangun sebuah masjid yang kemudian dikenal dengan
nama Masjid Nabawi pada sebuah tanah milik kedua anak yatim yang bernama Sahal dan
Suhail. Tanah itu dibeli oleh nabi untuk pembangunan masjid, juga untuk tempat tinggal.
Masjid yang di bangun tersebut berfungsi sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat. Selain
untuk Shalat, Masjid juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan
mempertalikan jiwa mereka, di samping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan
masalah-masalah yang dihadapi.

2. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshar

Kemudian yang dilakukan oleh Nabi adalah mempersaudarakan antara Kaum


Muhajirin dan Anshar, tujuan daripada hal tersebut adalah mempererat tali persaudaraan antar
sesama muslim pada waktu itu, sehingga diharapkan dengan mempersaudarakan mereka akan
lebih memunculkan rasa kepedulian satu sama lain.

3. Perjanjian dengan Masyarakat Yahudi Madinah

Setelah mempersaudarakan antara kaum muhajirin dengan anshor, selanjutnya nabi


menjalin hubungan antara kaum muslim dengan golongan Yahudi penduduk Madinah.
Jalinan hubungan ini terwujud dalam bentuk perjanjian atau undang-undang yang kemudian
dikenal sebagai “Piagam Madinah” yang ditulis pada tahun 623 M atau tahun ke-2 H. Berikut
beberapa isi Piagam Madinah:

a. Kaum muslimin dan kaum Yahudi hidup secara damai, bebas memeluk dan menjalankan
ajaran agamanya masing-masing.

b. Apabila salah satu pihak diperangi musuh, maka mereka wajib membantu pihak yang
diserang.

c. Di antara mereka saling mengingatkan, dan saling berbuat kebaikan, serta tidak akan saling
berbuat kejahatan.

d. Kaum muslimin dan Yahudi wajib saling menolong dalam melaksanakan kewajiban untuk
kepentingan bersama.

e. Nabi Muhammad adalah pemimpin umum untuk seluruh penduduk Madinah. Bila terjadi
perselisihan di antara kaum muslimin dengan kaum Yahudi, maka penyelesaiannya
dikembalikan kepada nabi sebagai pemimpin tertinggi di Madinah.
4. Pembangunan Sosial dan Pemerintahan

Nabi Muhammad SAW secara aklamasi diangkat sebagai kepala Negara yang
diberikan otoritas untuk memimpin dan melaksanakan ketatanegaraan yang telah disepakati
bersama. Jadi, di Madinah beliau seorang penguasa, yang menjalankan kekuasaan politik dan
militer dan juga keagamaan.6 Islam di Madinah bukan hanya sebuah agama, tetapi juga
mengatur Negara. Karena masyarakat Islam telah terwujud, maka menjadi suatu keharusan
Islam untuk menentukan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat yang baru terwujud itu.
Sebab itu ayat-ayat al-Quran yang diturunkan dalam periode ini terutama ditujukan kepada
pembinaan hukum.

Selama Nabi Muhammad SAW berdakwah di Madinah karena terjadilah berbagai


peperangan yang dilakukan oleh kaum muslimin pada waktu itu untuk mempertahankan
agama islam, diantaranya:

1. Perang Badar

Perang ini terjadi antara kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy pada bulan
Ramadhan di sebuah daerah bernama “Badar”. Waktu itu jumlah pasukan yang dimiliki oleh
kaum muslimin terlampau jauh dari pasukan kaum kafir Quraisy, yaitu 313 berbanding 1.000.
Tetapi jumlah pasukan tersebut tidak menghalangi semangat juang kaum muslimin pada
waktu itu sehingga mereka berhasil memukul mundur kaum kafir Quraisy dan memperoleh
kemenangan bahkan berhasil membunuh salah satu pemuka kafir Quraisy yaitu Abu Jahal.

2. Perang Uhud

Perang Uhud ini adalah mempertemukan antara 3.000 pasukan Quraisy melawan
1.000 prajurit Muslim. Pasukan Quraisy terdiri dari 200 pasukan berkuda, 700 pasukan
berkendara unta, dan sisanya adalah pemanah serta pejalan (infanteri). Sementara itu pasukan
Muslim pimpinan Nabi Muhammad SAW membawa kurang lebih 1.000 pasukan gabungan
dari orang-orang di Madinah. Sebelumnya Nabi Muhammad bermusyawarah membahas
strategi di Perang Uhud, lalu disepakati pasukan Muslim akan berperang di luar kota
Madinah demi keamanan warga di sana. Namun dalam perjalanan ke Uhud, Abdullah bin
Ubay membelot dengan membawa 300 pasukan Muslim sehingga total prajurit Muslim
berkurang menjadi 700. Meski Abdullah bin Ubay berkhianat, Nabi Muhammad tetap
menyerukan pasukan Muslim fokus dan tidak memikirkan pembelotan tersebut. Awalnya

6
Bernard Lewis, The Middle East, diterjemahkan oleh Abd. Rachman 17 Abror, Pontianak: STAIN Press, 2010.
pasukan Muslim memegang kendali dan bisa memukul mundur kaum Quraisy, tetapi
kemunduran musuh itu membuat pasukan pemanah yang ditempatkan di gunung Uhud
tertarik untuk mengambil harta jarahan yang ditinggal mundur pasukan kafir Quraisy.

Dengan situasi inilah Khalid bin Walid selaku panglima pasukan kafir Quraisy pada
waktu itu mengambil kesempatan untuk melakukan serangan secara memutar lewat belakang
pasukan muslim secara mendadak dan mengepung pasukan Muslim dari segala penjuru.
Keadaan berbalik membuat Pasukan Muslim kewalahan dan berusaha mempertahankan
posisi dan melindungi Nabi Muhammad sekuat tenaga, mengakibatkan banyak korban tewas
termasuk sahabat dan keluarga Nabi. Dalam perang ini kaum kafir Quraisy memperoleh
kemenangan.
3. Perang Khandaq

Disebut perang Khandaq sebab kaum muslimin dalam perang tersebut membuat parit
untuk menahan serbuan musuh. Kata “Khandaq” berasal dari bahasa Persia “Kandak” yang
artinya “itu telah digali” dan sesuatu yang telah digali disebut parit. Disebut perang
Ahzab karena musuh yang dihadapi kaum Muslimin merupakan pasukan koalisi atau sekutu
(Ahzab) antara kaum Yahudi, kaum Ghathafan dan kaum kafir Quraisy Makkah. Perang
Khandaq disebabkan kekhawatiran kaum Yahudi dan kaum kafir Quraisy akan eksistensi
ajaran mereka. Hal ini terlihat dengan semakin bertambah jumlah orang-orang yang masuk
Islam.

Total pasukan koalisi kaum kafir berjumlah 10.000 personel. Bahkan menurut Syekh
Wahbah Zuhaili menyebut jumlah mereka mencapai 15.000 personel, sementara pasukan
muslim hanya berjumlah 3.000 personel. Mendengar kabar jumlah pasukan koalisi kaum
kafir yang begitu besar dan tidak sebanding dengan jumlah pasukan kaum muslimin tersebut,
Rasululah Saw bermusyawarah dengan para sahabatnya. Dalam musyawarah tersebut,
Salman Al Farisi menawarkan strategi cemerlang. Sahabat Nabi yang berasal dari Persia
tersebut mengusulkan agar menggali parit di wilayah utara kota Madinah, yaitu daerah yang
bisa menghubungkan antara kedua ujung daerah Harran Waqim dan Harrah al-Wabrah.
Daerah ini juga merupakan satu-satunya jalan terbuka di hadapan pasukan musuh. Sedangkan
sisi lainnya sudah menjadi benteng, karena terdapat gunung-gunung tinggi, yang dipenuhi
pohon kecil, dan dikelilingi pohon-pohon kurma, sehingga bisa menyulitkan unta dan pejalan
kaki untuk melewatinya.
Ketika pasukan Quraisy dan sekutunya tiba di Madinah, mereka kaget dengan parit
yang menghalangi jalan mereka untuk memasuki kota Madinah. Mereka menyadari bahwa
strategi yang dilakukan Rasulullah dan kaum muslimin kali ini berbeda dengan strategi yang
pernah dilakukan dalam peperangan-peperangan sebelumnya. Berbagai upaya mereka
lakukan untuk menerobos parit, namun selalu gagal. Oleh sebab itu, selama hampir sebulan,
peperangan yang terjadi hanya saling lempar panah Setelah terjadi pengepungan selama satu
bulan penuh, datanglah datanglah pertolongan Allah Swt berupa badai pasir yang memporak
porandakan kemah-kemah mereka, menakut-nakuti tunggangan mereka serta memecahkan
periuk-periuk mereka dan memadamkan api mereka. Akhirnya dalam kondisi yang tidak
menguntungkan lagi, mereka memutuskan untuk menghentikan pengepungan dan kembali ke
negerinya masing-masing dengan membawa kekalahan.

BAB III

KESIMPULAN

Perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW begitu panjang dan berbagai macam
rintangan dan tantangan yang dihadapi beliau dan kaum muslimin pada waktu itu tidak
menghalangi semangat dakwah dan menegakkan agama islam. Dari masa awal dakwah yaitu
di Kota Makkah kaum muslimin sudah diberi berbagai cobaan yang menyedihkan seperti
disiksa, dipukuli, agar mau meninggalkan ajaran islam, bahkan ada pula yang harus terbunuh
dalam mempertahankan agama mereka. Di Madinah pun terjadi perlawanan terhadap kaum
kafir dalam berbagai peperangan yang berlangsung. Itu semua dijalani oleh Nabi Muhammad
dan kaum muslimin pada waktu itu dengan sabar, tawakal, dan berserah diri kepada Allah
SWT. Sehingga atas izin Allah SWT dan perjuangan mereka yang luar biasa, agama islam
sebagai agama yang haq, bisa menjadi agama yang dianut oleh banyak orang di seluruh
dunia.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mahdi rizqullah, Biografi Rasulullah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan
Sumber-Sumber Yang Otentik Jakarta: Qisti Press (2006) hal. 129, lihat juga Imam Nawawi
As-Sirah hal 15, Ibnu Ishaq Tarikh al-Islam dan As-Sirah An-Nabawiyyah hal 22
Shafiyur Rahman Al-Mubarakfury. "Sirah Nabawiyah, terj." Kathur Suhardi, cet. IV,
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar (2005).
Mubasyaroh, Mubasyaroh. "Karakteristik Dan Strategi Dakwah Rasulullah
Muhammad Saw Pada Periode Makkah." AT-TABSYIR STAIN Kudus 3.2 (2015). Hal 397-
399
Muhammad Husain Haekal, dan Ali Audah. Sejarah Hidup Muhammad. Ed. Khusus
Cet. 2 Jakarta: Pustaka Litera antarnusa. (2009) hal 94
Shafiyur Rahman Al-Mubarakfury. "Sirah Nabawiyah, terj." Kathur Suhardi, cet. IV,
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar (2005).
Bernard Lewis, The Middle East, diterjemahkan oleh Abd. Rachman Abror,
Pontianak: STAIN Press, 2010.

Anda mungkin juga menyukai