Anda di halaman 1dari 23

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Ski disekolah/madrasah Hj. Nurzena,M.Ag.

Dakwah Rasulullah Saw di Mekkah dan Madinah, Hikmah dan


Kontekstualisasi Materi Dakwah Rasulullah SAW

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Asty : 12210122439

Mardatul Hasanah : 12210122538

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PEKANBARU 2024/1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Kebudayaan Islam diSekolah atau Madrasah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yakni Ibu
Hj.Nurzena, M.Ag. yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca untuk perbaikan makalah ini di masa depan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah
wawasan tentang Dakwah Rasulullah Saw Mekkah, Madinah serta Hikmah
dan kontekstualisasi materi Dakwah Rasulullah Saw.

Pekanbaru, 01 Maret 2024

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BABI PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2
A. Dakwah Rasulullah Saw diMekkah .............................................................2
B. Dakwah Rasulullah Saw diMadinah ............................................................9
C. Strategi Dakwah Rasulullah diMadinah .....................................................11
D. Substansi Dakwah Rasulullah diMadinah ..................................................15
E. Hikmah dan Kontekstualisasi Materi Dakwah Rasulullah Saw.................16

BAB III PENUTUP ..............................................................................................19


A. Kesimpulan.................................................................................................19
B. Saran ...........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampai hari ini bahasan tentang dakwah Nabi Muhammad SAW.
Masih terasa relevan untuk dibahas, dikupas dan dibicarakan. Baik
mengenai cara, metode atau prinsif-prinsif dakwah Islam. Dan ini terus
menjadi bahasan yang dikaji dan dibahas para ulama. Tidak sedikit para
ulama terdahulu atau juga kontempoter hingga saat ini masih terus
membahas dan mengkajinya. Seolah
bahasan yang tak kunjung usai untuk dikaji dan dibicarakan. Para ulama
berusaha tak henti-hentinya menjelaskan dan menerangkannya kepada
ummat agar mereka berdakwah sebagaimana Rasulallah saw berdakwah.
Untuk itu, dakwah dengan ilmu dan hikmah dalam perspektif dakwah
Nabi saw amat menarik untuk dikaji dan dibahas. Inilah dakwah yang
dilakukan Nabi saw dan para sahabatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Dakwah Rasulullah Saw di Mekkah?
2. Bagaimana Dakwah Rasulullah Saw di Madinah?
3. Apa Hikmah dan kontekstualisasi materi Dakwah Rasulullah Saw?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui seperti apa saja dakwah Rasulullah Saw di Mekkah
2. Untuk mengetahui seperti apa saja dakwah Rasulullah Saw di Madinah
3. Untuk mengetahui apa hikmah dan kontekstualisasi dari dakwah
Rasulullah Saw

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dakwah Rasulullah Saw diMekkah


Tidak hanya dalam aspek ibadah, Rasulullah SAW juga didesain untuk
menjadi teladan dalam aspek dakwah. Pada dasarnya, ia diutus untuk membawa
konsep tatanan kehidupan yang didasarkan atas aturan dan naungan Allah SWT.
Dalam rangka inilah maka ia menjalankan dakwahnya dengan beragam metode.
Berikut ini adalah strategi dakwah Rasullah di Mekkah:
1. Periode Mekkah selama 13 tahun
Setiap periode memiliki tahapan-tahapan tersendiri, dengan
kekhususannya masing-masing, yang berbeda satu sama lain. Hal ini tampak
jelas setelah meneliti berbagai unsur yang menyertai dakwah itu selama dua
periode secara mendetail. Periode Makkah dapat dibagi menjadi tiga
tahapan, yaitu:
a. Tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga
tahun.
b. Tahapan dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk Makkah,
yang
dimulai sejak tahun ke-4 dari nubuwah hingga akhir tahun ke-10.
c. Tahapan dakwah di luar Makkah dan penyebarannya, yang dimulai dari
tahun
ke-10 dari nubuwah hingga hijrah ke Madinah.1
2. Tahapan pertama jihad untuk berdakwah 3 tahun dakwah secara
sembunyi-sembunyi.
Setelah Nabi Muhammad menerima wahyu pertama sebagai lambang dari
pelantikannya menjadi Rasul yang sekaligus sebagai Kepala Negara, maka
beliau menjalankan dakwah Islamiyah secara diam-diam sebagai langkah
pertama mempersiapkan suatu Umat Islam atau Negara Islam.2 Dakwah

1
Ibnu Hisyam, Sirah An-Nabawiyah, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2016). Hal, 72
2
A. Hasjmy, Sejar ah Kebudayaan Islam, (Jakarta:PT Bualan Bintang, 1995). Hal, 47.

2
Nabi secara diam- diam terjadi pada saat periode Makkah, Hal ini
dikarenakan nabi belum mempunyai sahabat dalam membantu dakwahnya.
Selain itu nabi juga menyesuaikan dengan kondisi mekkah yang pada saat
itu masyarakat nya sangat Jahiliyah (yang tidak mempunyai otoritas hukum,
Nabi dan kitab suci). Masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh
dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para Rasul terdahulu.
Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala.
Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka‟bah
(Baitullah). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama Ma‟abi,
Hubai,Khuza‟ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian
masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang
dilakukan kaum Sabi‟in. Dengan situasi keberagaman masyarakat Arab
pada waktu itu telah memberikan peluang besar bagi Nabi Muhammad
untuk mensosialisasikan Islam ketengah mereka.
Untuk menghadapi perjuangan yang berat, maka untuk tahapan pertama
Rasul
melakukan persiapan dalam bidang mental dan moral (rohani dan akhlak),
dimana beliau mengajak manusia untuk:1). Mengesakan Allah, 2).
Mensucikan dan membersihkan jiwa dan hati, 3). Menguatkan barisan, 4).
Dan meleburkan kepentingan diri pribadi kedalam kepentingan jama‟ah.
Dakwah secara diam diam ini dilakukan selama 3-4 tahun. Rasulullah SAW
menyeru untuk masuk Islam, kepada orang-orang yang berada dilingkungan
rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya.
Maka mereka yang diseru ini langsung memenuhi seruan beliau, karena
mereka sama sekali tidak menyaksikan keagungan dari beliau dan kejujuran
pengabaran yang beliau sampaikan. Dalam tarikh Islam, mereka dikenal
dengan sebutan AS-Sabiqunal-Awwalun (yang terdahulu dan yang pertama-
tama masuk Islam). Merekaadalah istri beliau, Ummul Mukminin Khadijah
binti Khuwailid, pembantu beliau, Zaid bin Haritsah bin Syurahbil Al-
Kalby, anak pertama beliau, Ali bin Abi Thalib, yang saat itu Ali masih
anak-anak dan hidup dalam asuhan beliau dan sahabat karib beliau, Abu

3
Bakar ASh-Shiddiq. Mereka ini masuk Islam pada hari pertama dimulainya
dakwah.3
Kawanan lain yang juga lebih dahulu masuk Islam adalah Bilal bin
Rabbah Al-Habsyi, kemudian disusul kepercayaan umat ini, Abu Ubaidah
Amir bin Al-Jarrah dari Bani Al-Harits bin Fihr, Abu Salamah bin Abdul
Asad, Al-Arqam bin Abil-Arqam Al-Makhzumi, Utsman bin Mazh‟un dan
kedua saudaranya, Qudamah dan Abdullah, Ubaidilah bin Al-Harits bin Al-
Muththalib bin Abdi Manaf, Sa‟id bin Zaid Al-Adawi dan istrinya, Al-
Khaththab, Khabbab bin Al-Aratt, Abdullah bin Mas‟ud Al-Hudzali dan
masih banyak lagi. Mereka ini juga disebut AS-Sabiqunal-Awwalun yang
semuanya berasal dari kabilah Quraisy.
Ibnu Hisyam menghitung jumlah mereka lebih dari empat puluh orang.
Namun siapa-siapa yang selain disebutkan di atas perlu diteliti lagi. Ibnu
Ishaq berkata, “ Setelah itu banyak orang yang masuk Islam baik laki-laki
maupun perempuan, sehingga Islam menyebar diseluruh Makkah dan
banyak yang membicarakannya.
Selama tiga tahun dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi
dan
perorangan. Selama jangkau waktu ini telah terbentuk sekelompok orang-
orang mukmin yang senantiasa menguatkan hubungan persaudaraan dan
saling bahu-membahu. Penyampaian dakwah terus dilakukan, hingga turun
wahyu yang mengharuskan Rasulullah SAW. Menampakkan dakwah
kepada kaumnya, menjelaskan kebatilan mereka dan menyerang berhala-
berhala sesembahan mereka.
3. Tahapan kedua dakwah secara terang-terangan
Wahyu pertama turun dalam masalah ini adalah firman Allah, Artinya:
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” (Q.S
ASy-Syu‟ara‟: 214). Permulaan surat ASy-Syu‟ara‟ menyebutkan kisah
Nabi Musa AS., dari permulaan nubuwah hingga hijrah beliau bersama Bani
Israel, hingga mereka selamat dari Fir‟aun dan kaumnya yang berkesudahan

3
Ibid hal 49

4
tenggelamnya Fir‟aun dan para pengikutnya. Kisah ini memuat tahapan-
tahapan yang dilalui Musa selama menyeru Fir‟aun dan kaumnya kepada
Allah. Rincian tahapan-tahapan dakwah
Musa ini perlu disampaikan saat Rasulullah SAW., menyeru kaumnya
kepada Allah agar beliau dan sahabatnya mendapat sedikit gambaran yang
bakal dihadapi, yaitu pendustaan dan tekanan selagi mereka sudah
menyampaikan dakwah.4
Setelah tiga tahun berjalan dakwah Islam secara diam-diam, maka
disuruhlah
Nabi mengumumkan Islam dengan terang-terangan sebagaimana
difirmankan oleh Allah dalam surat Asy-syu‟ara‟: 214. Berdasarkan ayat
Allah tersebut Nabi Muhammad mengajak kaum keluarganya, Bani Hasyim
untuk masuk Islam, akan tetapi mereka tidak menghiraukannya, bahkan
pamannya Abu Lahab mencemooh Nabi Muhammad sehingga turunlah
surat al-Lahab. Kemudian Rasulullah mengajak kaum Quraish untuk
mengesakan Tuhan tiada sekutu bagi-Nya, Berdasarkan ayat yang turun
dalam surat al-Hijr: 94, mereka pun ada yang masuk Islam tetapi banyak
pula yang menentanngnya.
Setelah turun ayat ini, Rasulullah SAW, menyampaikan dakwahnya
kepada seluruh lapisan masyarakat kota Mekah yang pluralistik, dari
golongan bangsawan sampai golongan budak serta pendatang kota Mekah
yang mempunyai agama berbeda dan berbagai suku. Untuk berdakwah
secara terang-terangan ini, beliau mengambil bukit “shofa” sebagai tempat
dakwahnya. Mula-
mulanya beliau menyeru penduduk Mekkah lalu kemudian penduduk negeri
yang lain. Dengan usahanya yang gigih. Hasil yang diharapkan mulai
terlihat. Jumlah pengikut nabi yang tadinya hanya dua belasan orang
semakin hari semakin bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum wanita,
budak, pekerja dan orang-orang yang tidak punya.

4
Jurnal , Mohammad Arif. Dinamika Islamisasi Makkah & Madinah. Vol. 2 No. 1, Juli 2018. Hal
50-51

5
Jika pada tahap awal, dakwah Nabi dilakukan secara sembunyi dengan
cara personal, pada tahap ini nabi mulai melakukannya secara kolosal
dengan memberikan fokus pembelajaran secara bersama-sama dalam satu
momen dan even. Meski belum sampai tahap terbuka, namun pendekatan
melalui majlis ta‟lim ini telah membuka ruang kebersamaan diantara
pemeluk Islam awal. Pada era ini, tempat yang menjadi lokasi pelaksaan
dakwah adalah rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam.
Dalam menyiarkan Islam, Nabi melakukannya dengan strategi yang
disesuaikan dengan peradaban dan cara berfikir bangsa Arab, yaitu:
a. Nabi memperkenalkan tauhid kepada Allah sebagai pondasi kehidupan
dalam arti yang menyeluruh. Ajaran tauhid ini tidaklah sebagai konsep
dan sebatas bidang pengetahuan saja, tetapi tauhid yang fungsional dan
terapan. Dalam arti, setelah seseorang beriman kepada Allah, maka
sekaligus sikap keimanan tersebut diaplikasikan dalam bentuk
kehidupan sehari-hari dan perjuangan membela agama Allah SWT.
b. Nabi menggunakan strategi pentahapan (penalukan) yang jelas. Dimulai
dari dakwah di lingkungan keluarga serta masyarakat sekitar yang
mempunyai potensi untuk dapat dipergunakan dalam membantu
dakwah. Seperti Beliau mengajak Ali putra pamannya, melibatkan Abu
bakar sebaga mertua, mengawini Khadijah yang setia dan kaya, serta
Umar sebagai pemimpin Quraish yang sangat disegani. Tahapan itu juga
terlihat dalam bagaimana Beliau meyakinkan orang-orang secara
sembunyi-sembunyi (bi al-sirr), kemudian secara terang-terangan (bi al-
jahr) setelah keadaan dianggap memungkinkan untuk itu. Pentahapan itu
juga dapat dilihat pada usaha-usaha beliau memba‟iat mereka yang ingin
bergabung dengan beliau, seperti tahapan perjanjian „Aqabah I yang
diikuti oleh 12 orang dari Madinah, serta perjanjian „Aqabah II yang
diikuti oleh 73 orang dari kota yang sama. Sehingga, dari pengikut yang
sedikit tetapi kuat itu berkembang menjadi banyak seperti mata rantai.
c. Nabi mendayagunakan berbagai macam sumber potensi sahabat secara
efektif. Sahabat yang mempunyai kekayaan lebih seperti Khadijah, Abu

6
Bakar dan Utsman untuk mendanai dakwah. Mereka yang mempunyai
pengaruh besar di kalangan Quraish seperti Umar bin Khattab dan
Hamzah yang muslim, serta Abdul Munthalib dan Abu Thalib yang non-
muslim, menyiapkan diri untuk menjadi perisai Nabi dari serangan
musuh-musuh besarnya. Sebagian para sahabat yang mempunyai
kelebihan intelektualitas seperti Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin
Mas‟ud dan Zaid bin Tsabit berkhidmat dalam pengembangan ilmu-ilmu
agama (tafsir), serta Abu Hurairah menekuni periwayatan hadits-hadits
Nabi. Meskipun demikian, mereka juga bersatu mengangkat senjata
bersama Nabi manakala keadaan memaksanya, sebagaimana mereka
ikut berhijrah ketika hal itu menjadi keputusan Nabi melalui
musyawarah.
Dalam sejarahnya, Mekkah marupakan wilayah strategis yang menjadi pusat
perdagangan dari seluruh wilayah sekitar.5 Selain karena letak geografisnya yang
strategis, Mekkah menjadi destinasi masyarakat untuk melaksanakan ibadah
dika‟bah. Wilayah Ukadz, Mijanah dan Dzul Majas adalah 3 pasar asar yang
menjadi tempat utama para pedagang dari seluruh kawasan pada ketika itu. Selain
komoditas barang dagangan, setiap kafilah membawa pemikir dan penyairnya
untuk dipertandikan di pasar-pasar tersebut. Kedatangan kafilah dagang dan para
peziarah yang datang ke Mekkah ini dimanfaatkan oleh Rasulullah SAW untuk
menyampaikan pesan hidayah Islam. Dengan penuh keyakinan, Rasulullah SAW
mendatangi masing-masing kabilah untuk menyampaikan informasi tentang Islam
dan pandangan hidup yang baru. Ibnu Saad menyampaikan bahwa diantara pesan
yang dipresentasikan kepada para peniaga dan peziarah yang datang ke Mekkah
tersebut adalah: “Wahai manusia, katakanlah tidak ada Tuhan kecuali Allah. Jika
kalian bersedia bersyahadat, maka kalian akan mencapai kebahagian, dapat
menguasai bangsa Arab dan orang-orang asing akan berada di bawah kekuasaan
kalian. Jika kalian mau menerima ini, maka kalian akan menjadi raja disurga
kelak.

5
JURNAL KAJIAN ISLAM DAN MASYARAKAT, Muhammad Choirin. Pendekatan Dakwah Rasulullah
SAW di Era Mekkah dan Relevansinya di Era Modern. Vol 4,NO 2, 2021. Hal, 105

7
Dakwah yang disampaikan Nabi ini mendapatkan penolakan masyarakat
Quraisy dalam berbagai cara. Penolakan tersebut diantaranya:
1) Lunak
Cara ini dilakukan dengan menyebar propaganda. Bahwa Nabi
Muhammad adalah seorang pembohong, penjahat, dan juga pembuat
perpecahan di kalangan bangsa arab dan lainnya.
2) Semi Lunak
Yaitu dengan membujuk Nabi Muhammad untuk menghentikan dakwah
islamiyah.
3) Kasar/Keji
Yaitu dengan melakukan penyiksaan atau penganiayaan baik secara fisik
maupun nonfisik.
Dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw tidak mudah karena
mendapat tantangan dari kaum kafir Quraisy. Hal tersebut timbul karena beberapa
faktor, yaitu sebagai berikut:
a. Bidang Politik Kekuasaan
Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka
mengira bahwa tunduk kepada seruan Nabi Muhammad berarti tunduk
kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
b. Sosial (persamaan derajat sosial)
Nabi muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan
hamba Sahaya.
c. Agama dan Keyakinan
Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya ataupun mengakui serta tidak
menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
d. Budaya
Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar pada
bangsa Arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan
agama nenek moyang dan mengikuti agama Islam.
e. Ekonomi
Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.

8
B. Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh
tahun, yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai
dengan wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah,
selain ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode
Mekah, juga ajaran Islam yang terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis
periode Madinah. Adapaun ajaran Islam periode Madinah, umumnya ajaran
Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.6
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah
orang-orang yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar.
Juga orang-orang yang belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk
Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang termasuk bangsa Arab dan
tidak termasuk bangsa Arab. Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan
hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk seluruh umat manusia di dunia, Allah
SWT berfirman:
Artinya: “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya‟, 21: 107)
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah
masuk Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran
Islam baik yang diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah,
kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka
betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW dibantu
oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan
sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah. Mengenai
dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan
agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-
ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang

6
A.Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam I, Jakarta: Pustaka al-Husna, 2003. Hal,43.

9
senantiasa beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera
di akhirat.7
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang
terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang
masuk Islam dengan kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula
orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha
menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan
agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy
penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka. Setelah
ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam surah
Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW dan
para sahabatnya menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang
kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi
Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar
Maha Kuasa menolong mereka itu” (Q.S. Al-Hajj, 22:39)
Artinya: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,
(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S. Al-Baqarah, 2:190)
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para
pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih
harta rampasan pernag, tetapi bertujuan untuk:
1. Membela diri, kehormatan, dan harta.
2. Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka
yang hendak menganutnya.
3. Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara
Persia dan Romawi.

7
Ibid hal, 48.

10
C. Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah

Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW


periode Madinah adalah:
1. Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang
lain meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih
dahulu orang yang berdakwah itu harus meyakini kebenaran Islam dan
mengamalkan ajarannya.
2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT
dalam Surah An-Nahl, 16: 12 Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl,
16: 125)
3. Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya sesuai
dengan petunjuk Allah SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 104 Artinya: “Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran, 3: 104)
4. Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan
dengan untuk memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat
materi.
Umat Islam dalam melaksanakan tugas dakwahnya, selain harus
menerapkan pokok-pokok pikiran yang dijadikan sebagai strategi dakwah
Rasulullah SAW8, juga hendaknya meneladani strategi Rasulullah SAW
dalam membentuk masyarakat Islam tau masyarakat madani di Madinah.
Masyarakat Islam atau masyarakat madani adalah masyarakat yang
menerapkan ajaran Islam pada seluruh aspek kehidupan, sehingga terwujud
kehidupan bermasyarakat yang baldatun tayyibatun wa rabbun gafur, yakni

8
Patmawati. Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Di Mekah Dan Madinah. Jurnal Dakwah Al-Hikmah,
Vol 8, No 2 2014. Hal, 10.

11
masyarakat yang baik, aman, tenteram, damai, adil, dan makmur di bawah
naungan rida Allah SWT dan ampunan-Nya.9 Usaha-usaha Rasulullah SAW
dalam mewujudkan masyarakat Islam seperti tersebut adalah:
1. Membangun Masjid

Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah


ialah Masjid Quba, yang berjarak ± 5 km, sebelah barata daya Madinah.
Masjid Quba dibangun pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20
September 622 M). Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada
setiap hari Sabtu, beliau mengunjungi Masjid Quba untuk salat berjamaah dan
menyampaikan dakwah Islam. Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah
SAW dan para sahabatnya adalah Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini
dibangun secara gotong-royong oleh kaum Muhajirin dan Ansar, yang
peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan
peletakan batu kedua, ketiga, keempat dan kelima dilaksanakan oleh para
sahabat terkemuka yakni: Abu Bakar r.a., Umar bin Khatab r.a., Utsman bin
Affan r.a. dan Ali bin Abu Thalib k.w. Mengenai fungsi atau peranan masjid
pada masa Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:
a) Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah,
ibadah, dan akhlak
b) Masjid merupakan saran ibadah, khususnya salat lima waktu, salat
Jumat, salat Tarawih, salat Idul Fitri, dan Idul Adha.
c) Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam
yang bersumber kepada Al-Qur‟an dan Hadis
d) Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan
persaudaraan sesama Muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya
persatuan
e) Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai
tempat penampungan zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya

9
Patmawati. Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Di Mekah Dan Madinah. Jurnal Dakwah Al-Hikmah,
Vol 8, No 2 2014. Hal, 12

12
kepada yang berhak menerimanya, terutama para fakir miskin dan
anak-anak yatim terlantar.
f) Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tmpat
pengobatan para penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang
menderita luka akibat perang melawan orang-orang kafir. Sejarah
mencata adanya seorang perawat wanita terkenal pada masa
Rasulullah SAW yang bernama “Rafidah” Rasulullah SAW
menjadikan masjid sebagai tempat bermusyawarah dengan para
sahabatnya. Masalah-masalah yang dimusyawarahkan antara lain:
usaha-usaha untuk memajukan Islam, dan strategi peperangan
melawan musuh-musuh Islam agar memperoleh kemenangan.
2. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Ansar
Muhajirin adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk Mekah yang
berhijrah ke Madinah. Ansar adalah para sahabat Rasulullah SAW
penduduk asli Madinah yang memberikan pertolongan kepada kaum
Muhajirin. Rasulullah SAW bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan
Umar bin Khatab tentang mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansar,
sehingga terwujud persatuan yang tangguh. Hasil musyawarah
memutuskan agar setiap orang Muhajrin mencari dan mengangkat seorang
dari kalangan Ansar menjadi saudaranya senasab (seketurunan), dengan
niat ikhlas karena Allah SWT. Demikian juga sebaliknya orang Ansar.
Rasulullah SAW memberi contoh dengan mengajak Ali bin Abu Thalib
sebagai saudaranya. Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dicontoh
oleh seluruh sahabat misalnya:
a) Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan
Islam yang pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan
hamba sahaya, yang kemudian dijadikan anak angkat Rasulullah SAW
b) Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid
c) Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji
(Ansar)
d) Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa‟ad bin Rabi (Ansar)

13
3. Perjanjian Bantu-Membantu antara Umat Islam dan Umat Non-Islam
Pada waktu Rasulullah SAW menetap di Madinah, penduduknya terdiri
dari tiga golongan, yaitu umat Islam, umat Yahudi (Bani Qainuqa, Bani
Nazir dan Bani Quraizah) dan orang-orang Arab yang belum masuk Islam.
Piagam ini mengandungi 32 fasal yang menyentuh segenap aspek
kehidupan termasuk akidah, akhlak, kebajikan, undang-undang,
kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Di dalamnya juga terkandung
aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti tidak
mensyirikkan Allah, tolong-menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-
lain.10 Selain itu, bagi kaum bukan Islam, mereka mestilah berkelakuan
baik bagi melayakkan mereka dilindungi oleh kerajaan Islam Madinah
serta membayar cukai. Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk
Madinah sama ada Islam atau bukan Islam. Strategi ini telah menjadikan
Madinah sebagai model Negara Islam yang adil, membangun serta
digeruni oleh musuh-musuh Islam.
Rasulullah SAW membuat perjanjian dengan penduduk Madinah non-
Islam dan tertuang dalam Piagam Madinah. Piagam Madinah itu antara
lain:
a) Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki
hak pribadi, keagamaan dan politik. Sehubungan dengan itu setiap
golongan penduduk Madinah berhak menjatuhkan hukuman kepada
orang yang membuat kerusakan dan memberi keamanan kepada orang
yang mematuhi peraturan
b) Setiap individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan
beragama
c) Veluruh penduduk kota Madinah yang terdiri dari kaum Muslimin,
kaum Yahudi dan orang-orang Arab yang belum masuk Islam sesama
mereka hendaknya saling membantu dalam bidang moril dan materiil.
Apabila Madinah diserang musuh, maka seluruh penduduk Madinah
harus bantu-membantu dalam mempertahankan kota Madinah

10
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1993. Hal,67

14
d) Rasulullah SAW adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala
perkara dan perselisihan besar yang terjadi di Madinah harus diajukan
kepada Rasulullah SAW untuk diadili sebagaimana mestinya.
D. Substansi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah
Substansi-substansi tersebut dapat dilihat dari perubahan yang dibawa oleh
Rasulullah SAW meliputi atas segala segi dan bidang kehidupan, antara lain:
1. At-Tauhid (keesaan)
Pada zaman jahiliyah, bangsa arab menyembah patung, dan berhala.
Mereka tenggelam dalam kemusyrikan dan hidupnya saling terpecah
belah. Kemudian datanglah Rasulullah SAW membawa risalah Al-Qur‟an
yang menjelaskan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak di sembah kecuali
Allah SWT yang telang menciptakan seluruh isi alam ini. Kitab Al-
Qur‟an telah menghidupkan jiwa dan merubah kepercayaan mereka,
hingga mereka menyembah Allah SWT.11
2. Al-Ikhfa (persaudaraan)
Persaudaraan merupakan adasar yang penting dalam masyarakat Islam.
Setelah bangsa arab memilih Islam, mereka mengganti identitas baru
yaitu ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam). Atas dasar ini pula kaum
muhajirin dan ansor dipersaudarakan.
3. Al-Musyawwanah (persamaan)
Rasulullah SAW telah mengajarkan bahwa sekuruh manusia adalah
keturunan Adam yang diciptakan dari tanah. Seorang Arab tidak lebih
mulia dari seorang yang bukan Arab, begitu pun sebaliknya. Orang yang
paling mulia adalah orang yan bertaqwa kepada Allah SWT. Atas dasar
inilah setiap warga masyarakat memiliki hak kemerdekaan, dan
kebebasan.
4. At-Tasamuh (toleransi)
Hal ini bias kita lihat pada piagam Madinah, dimana umat Islam
berdampingan dengan kaum yahudi atau bangsa apapun di dunia atas
dasar saling menghormati dengan pemeluk agama lain.

11
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia, 1993). Hal.5.

15
E. Hikmah dan Kontekstualisasi Materi Dakwah Rasulullah Saw
Menyampaikan risalah dakwah adalah tugas setiap muslim. Karena Islam
adalah agama dakwah. Maka setiap muslim mempunyai tugas untuk
menyampaikan dakwah Islam ini di tengah-tengah umat. Dan tentunya tugas ini
sesuai dengan ilmu dan kemampuannya masing-masing dan dibidang atau
diprofesinya masing-masing. Bahkan, dengan terang dan gamblang al-Qur‟an
menjelaskan bahwa dakwah adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim. Allah
Swt memerintahkan umat Islam untuk menjadi umat yang menyeru kepada
kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran (lihat surat al-Imran: 104).
Demikian juga Allah Swt memerintahkan agar dakwah yang dilakukan mesti
berdasarkan ilmu atau bashîrah (lihat surat Yusuf: 108). Keberhasilan dakwah
atau seruan sangat tergantung sejauh mana para juru dakwah memahami seluk-
beluk yang berkaitan dengan dakwahnya. Para ulama juga menyebutkan ada
beberapa unsur pokok dalam melaksanakan tugas dakwah, antara lain; Juru
dakwah, objek dakwah, materi dakwah dan uslub dakwah atau metode dakwah.12
Dakwah Rasulullah SAW penuh dengan hikmah dan pelajaran berharga
yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia di segala zaman. Berikut
beberapa contoh hikmah dan kontekstualisasi materi dakwah beliau13:
1. Tauhid dan Keesaan Allah SWT
Rasulullah SAW senantiasa menekankan pentingnya tauhid dan keesaan
Allah SWT. Beliau mengajarkan bahwa hanya Allah SWT yang patut
disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Hikmah dari ajaran ini adalah
untuk membebaskan manusia dari perbudakan terhadap hawa nafsu dan
kesyirikan, serta mengantarkan mereka kepada ketenangan dan kebahagiaan
sejati.
Kontekstualisasi tauhid dan keesaan Allah SWT di era modern, di mana
manusia terpapar berbagai macam ideologi dan pemikiran, penting untuk
kembali kepada ajaran tauhid sebagai landasan hidup. Kita harus

12
Abdul Kadir, ILMU DAN HIKMAH DALAM PERSPEKTIF DAKWAH NABI, Jurnal Dakwah, Vol .1
No.1 2018. Hal, 24.
13
Dr. Zaid Abdul Kariem az-Zaid, al-Hikmah fid Da’wah Ilallah diterbitkan dengan edisi ‘Dakwah bil
Hikmah’, Jakarta: 1412, alKautsar, hal. 15.

16
memperkuat iman dan keyakinan kita kepada Allah SWT agar tidak
terjerumus ke dalam kesesatan dan kemusyrikan.
2. Akhlak Mulia
Rasulullah SAW merupakan teladan terbaik dalam berakhlak mulia. Beliau
mengajarkan umatnya untuk selalu bersikap jujur, amanah, adil, kasih
sayang, dan pemaaf. Hikmah dari ajaran ini adalah untuk menciptakan
masyarakat yang harmonis dan penuh kedamaian. Kontekstualisasinya di
tengah maraknya krisis moral dan dekadensi sosial, ajaran akhlak mulia
Rasulullah SAW menjadi semakin penting untuk diterapkan. Kita harus
senantiasa berusaha untuk meneladani akhlak beliau dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Keadilan Sosial
Rasulullah SAW sangat memperhatikan keadilan sosial. Beliau selalu
memperjuangkan hak-hak kaum yang lemah dan tertindas. Hikmah dari
ajaran ini adalah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Kontekstualisasinya di era globalisasi, di mana kesenjangan sosial masih
menjadi permasalahan yang serius, ajaran keadilan sosial Rasulullah SAW
menjadi semakin relevan. Kita harus berusaha untuk membantu kaum yang
lemah dan tertindas agar tercipta masyarakat yang adil dan sejahtera.
4. Menuntut Ilmu
Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu.
Beliau bersabda, "Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki
dan perempuan." Hikmah dari ajaran ini adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia dan memajukan peradaban. Kontekstualisasinya di
era digital, di mana informasi dan pengetahuan mudah diakses, ajaran
menuntut ilmu Rasulullah SAW menjadi semakin penting. Kita harus
memanfaatkan berbagai media dan platform edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan kita.
5. Dakwah dan Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk menyebarkan dakwah dan
amar ma'ruf nahi munkar. Hikmah dari ajaran ini adalah untuk menyebarkan

17
kebaikan dan mencegah kemungkaran. Kontekstualisasiny di era modern,
dakwah dan amar ma'ruf nahi munkar dapat dilakukan dengan berbagai
cara, seperti melalui media sosial, ceramah, dan kegiatan sosial lainnya. Kita
harus aktif dalam menyebarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran di
lingkungan sekitar kita.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dinamika dan strategi dakwah Rasulullah SAW. Adalah strategi dakwah
yang sudah baku dan bersifat tetap sebagaimana yang dicontohkan langsung
oleh beliau pada masanya. Meskipun masa Rasulullah SAW. dengan masa kita
berjarak kurang lebih satu abad lamanya, tetapi strategi dakwah Rasul SAW.
masih relevan dengan kondisi kita saat ini. Hakikat nilai kehidupan dan fakta
yang terjadi tidak berbeda sedikit pun. Dengan demikian, strategi dakwah
Rasulullah SAW.adalah model dan konsep terbaik dalam menyusun sebuah
strategi dakwah untuk menyebarluaskan dakwah Islam ke seluruh penjuru
dunia.
Cara yang beliau gunakan masih sembunyi-sembunyi dan ditujukan kepada
orang terdekatnya. Tahap kedua yaitu memulai berdakwah secara terbuka
setelah mendapat pendukung yang cukup, pada tahap dakwah terbuka
hambatan makin besar namun Nabi Muhammad SAW tetap berdakwah sambil
menyusun kekuatan. Semua tahapan dakwah Nabi Muhammad selalu
berdasarkan petunjuk Allah SWT dengan berpegang teguh pada petunjuk itu
dakwah Nabi Muhammad mencapai keberhasilan.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hisyam, Ibnu. 2016. Sirah An-Nabawiyah, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar).

Hasjmy, A. 1995. Sejar ah Kebudayaan Islam, (Jakarta:PT Bualan Bintang).

Arif, Mohammad. Dinamika Islamisasi Makkah & Madinah. (Jurnal.Vol. 2 No. 1,


Juli 2018).

Choirin,Muhammad. Pendekatan Dakwah Rasulullah SAW di Era Mekkah dan


Relevansinya di Era Modern. (Jurnal Kajian Islam dan Masyarakat. Vol
4,NO 2, 2021).

Syalabi, A. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam I, (Jakarta: Pustaka al-Husna).

Patmawati. Sejarah Dakwah Rasulullah Saw Di Mekah Dan Madinah. (Jurnal


Dakwah Al-Hikmah, Vol 8, No.2, 2014).

Koentjaraningrat, 1993. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. (Jakarta:


Gramedia).

Kadir, Abdul. ILMU DAN HIKMAH DALAM PERSPEKTIF DAKWAH NABI,


(Jurnal Dakwah, Vol .1 No.1 2018).

Dr. Zaid Abdul Kariem az-Zaid, al-Hikmah fid Da’wah Ilallah diterbitkan dengan
edisi ‘Dakwah bil Hikmah‟, (Jakarta: 1412, al-Kautsar).

https://id.scribd.com/doc/220455179/Makalah-Dakwah-Nabi-Periode-Madinah

https://id.scribd.com/doc/309251133/Makalah-Sejarah-Dakwah-Nabi-
Muhammad-Saw-Periode-Mekah

20

Anda mungkin juga menyukai