Guru Pembimbing:
Drs. H. Saepudin M.Pd
Disusun Oleh:
Aliya Restu Anjani
10 MIPA 5
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dakwah Rasulullah Periode Mekah dan
Madinah” secara maksimal dan optimal. Sholawat dan salam semoga senantiasa tersampaikan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh umat-Nya.
Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Guru Pendidikan Agama Islam yaitu Drs.H.
Saepudin, M.Pd yang telah memberikan bimbingan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Akhir kata saya harap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya dalam
pengajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah.................................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 2
A. Dakwah Nabi Periode Makkah dan Madinah ............................................................................. 2
BAB III ...................................................................................................................................................... 5
PENUTUP ................................................................................................................................................. 5
A. Kesimpulan.................................................................................................................................. 5
B. Saran ........................................................................................................................................... 5
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
batu sampai nabi terluka. Ditambah lagi, pada masa ini terkenal juga dengan istilah
“Tahun Kesedihan” karena Paman Nabi (Abu Thalib) dan istri nabi (Khadijah) wafat.
2. Periode Madinah
a. Kondisi Kota Madinah
Berbeda dengan Makkah, Madinah senantiasa mengalami perubahan sosial yang
meninggalkan bentuk kemasyarakatan absolut model badui. Kehidupan sosial Madinah secara
berangsur-angsur diwarnai oleh unsur kedekatan ruang daripada oleh sistem kekerabatan.
Madinah juga memiliki sejumlah warga Yahudi, yang mana sebagian besarnya lebih simpatik
terhadap monoteisme.
Penduduk Madinah yang terdiri dari kaum Muhajirin, Anshar, dan non-muslim tersebut,
merupakan sebuah keberagaman yang ada pada masa lalu dan sudah menjadi suatu hal yang
tidak bisa lagi dipungkiri eksistensinya. Tapi bukan hal itu yang akan digaris bawahi, yang
terpenting adalah jiwa sosialis masyarakat Madinah sangat tinggi. Ini terbukti dari
persaudaraan yang tinggi dan sangat kokoh. Tidak ditemukan konflik karena masalah
perbedaan. Kalaupun ada masalah itu dengan cepat segara terselesaikan, karena nabi sangat
bijak dalam hal itu dan sangat hati-hati terhadap peletakan sebuah nilai kemasyarakatan.
Nabi berhasil membentuk sistem yang luar biasa bagus. Masyarakat Madinah merasa
bahwa dirinya itu satu. Maka dari itu, apabila ada satu yang sakit maka yang lain turut
merasakan. Hal ini lebih khusus lagi pada umat Muslim sendiri, di mana sudah menjadi
kewajiban di setiap Muslim sebagaimana dalam riwayat nabi sering kali memerintahkannya.
b. Dakwah Nabi di Kota Madinah
Proses penyebaran agama Islam di Madinah tentunya memiliki perbedaan dengan system
yang telah diterapkan oleh nabi sebelumnya. Pada periode Madinah Nabi memiliki sedikit
kemudahan dalam mengenalkan Islam. Itu dikarenakan masih banyak penduduk Madinah yang
menganut agama samawi. Dapat kita lihat ketika Nabi memasuki Madinah, beliau mendapat
penyambutan yang luar biasa dari masyarakat. Ada beberapa strategi dakwah yang dilakukan
oleh Nabi, yaitu sebagai berikut:
1) Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajirin
dengan kaum Anshar.
2) Memelihara dan mempertahankan masyarakat Islam.
3) Meletakkan dasar-dasar politik ekonomi dan sosial untuk masyarakat Islam.
Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan Islam
dapat mewujudkan negeri “Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur” dan Madinah disebut
“Madinatul Munawwarah”.
Dari sistem yang telah diterapkan Nabi tersebut, hampir tidak mendapat penolakan dari
masyarakat Madinah, karena nilai-nilai yang diletakkan Nabi bersifat universal, walau pada
hakikatnya nilai-nilai tersebut termaktub dalam Islam. Contohnya berbuat adil, saling
menolong, larangan curang dalam berdagang, dan lain-lain.
3
Perkembangan Islam juga tidak terlepas dari peranan moral Nabi yang begitu mulia dan
sangat bijak dalam memutuskan sebuah perkara. Sehingga tidak sedikit kasus yang telah
diselesaikan. Bahkan ketika ada perselisihan antar suku, Nabi selalu mendapat undangan untuk
memberikan jalan keluar.
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat Arab pra-Islam dikenal dengan Jahiliyyah karena khas dengan pemujaan
terhadap berhala (syirik), praktik ekonomi ribawi, buta huruf, dan lainlain. Tetapi tidak berarti
semua masyarakat terkenal akan kebodohan dan kesyirikannya. Hal ini ditandai dengan adanya
karya sastra, syair-syair yang “menghiasi” kota Makkah.
Kemudian Allah mengutus Nabi Muhammad SAW yang bertujuan untuk meluruskan hal-
hal yang salah, kesyirikan yang terjadi pada masyarakat tersebut. Namun, gejolak demi gejolak
dihadapi nabi namun nabi tidak gentar dan menyerah. Di periode Makkah, ada tiga fase dakwah
nabi, di antaranya adalah fase dakwah sembunyi-sembunyi, dakwah terang-terangan, dan fase
dakwah meluas ke luar kota Makkah.
Di Yatsrib (sekarang Madinah), masyarakat lebih berkembang karena adanya kontak
budaya lintas negara yang membuat peradaban lebih maju. Hal ini pun menjadikan agama
Islam mudah diterima di samping peran nabi berdakwah yang baik.
Dakwah Nabi di Madinah terbilang lebih banyak daripada di Makkah. Nabi melakukan
tindakan-tindakan di mana membuat masyarakat percaya kepada beliau. Membangun masjid
sampai membangun negara yang mengusung perdamaian dan kemurnian ‘aqidah dan ajaran
Islam sehingga menjadi negara maju.
Pembentukan negara di Madinah dimulai dari suatu perjanjian antar agama di sana
sehingga Rasulullah dipercaya dapat berlaku adil dan mengayomi semua lapisan masyarakat
selama taat kepada perjanjian, diberlakukannya hukum Islam, dan lain sebagainya.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi keadaan Masyarakat mungkin yang menjadi faktor
utama lebih pesatnya perkembangan Islam di Madinah daripada di Kota Mekkah. Perbedaan
metode dakwah serta pencapaian-pencapaian yang dicapai oleh Nabi pada masanya terjadi juga
karena aspek kemasyarakatan kota Madinah yang lebih maju ketimbang Mekkah. Akan tetapi
perlu digaris bawahi juga, bahwa pencapaian yang baik di kota Madinah terjadi karena Nabi
Muhammad SAW pertama kali diturunkan di kota Makkah, sehingga kedatangannya dianggap
mengganggu oleh masyarakat kota Mekkah. Lain halnya dengan Madinah, ketika nabi hijrah
ke Madinah, masyarakat Madinah telah mengetahui bahwa telah diutus seseorang untuk
menjadi Nabi di kota Makkah. Sehingga waktu mereka untuk berpikir menerima Nabi
Muhammad SAW lebih terbuka.
B. Saran
Untuk memahami sebuah sejarah diperlukan literatur terpercaya sehingga sejarah dapat
dipercaya kebenarannya. Begitu pula dengan sejarah perjuangan Rasulullah SAW, banyak
literatur baik dari ulama salaf (terdahulu) maupun ulama khalaf (kontemporer) yang
menuliskan dengan baik sejarah Rasulullah SAW dan sangat kami rekomendasikan untuk
dibaca dan dikaji lebih dalam.