Disusun Oleh:
Kelompok I:
Amelia Anggraini (2221609027)
Hijjatul Munawaroh (2221609044)
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat, karunia serta kasih
sayangnya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai peradaban islam pada masa Rasulullah
saw di makkah ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad
SAW. Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Hadijah Saraswati, M.pd selaku
dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan
dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis usahakan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan
sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradaban Islam pada masa Rasulullah SAW di Makkah bermula dari tahun 610 Masehi
ketika Rasulullah SAW menerima wahyu pertama dari Allah melalui malaikat Jibril di Gua
Hira. Sebelumnya, Makkah pada masa itu dikuasai oleh suku Quraisy yang mempraktikkan
politeisme dan terlibat dalam perdagangan. Namun, setelah menerima wahyu, Rasulullah SAW
mulai menyebarkan ajaran tauhid dan mengajak masyarakat untuk meninggalkan praktik-
praktik kepercayaan yang bertentangan dengan Islam.
Pada awalnya, Rasulullah SAW dan para pengikutnya menghadapi banyak tantangan
dan penindasan dari suku Quraisy yang merasa terancam dengan ajaran-ajaran Islam. Namun,
secara perlahan-lahan, Islam mulai menyebar di Makkah dan sekitarnya, terutama setelah
keluarga-keluarga terkemuka seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib
memeluk agama Islam.
Selama masa ini, peradaban Islam di Makkah masih dalam tahap awal dan fokus pada
ajaran-ajaran dasar seperti tauhid, salat, dan zakat. Rasulullah SAW juga mengajarkan tentang
akhlak yang baik, kesederhanaan, kejujuran, dan keadilan. Peradaban Islam pada masa ini tidak
hanya mencakup aspek agama, tetapi juga mencakup aspek sosial dan politik.
Meskipun menghadapi banyak hambatan dan penindasan, Rasulullah SAW terus
menyebarkan ajaran-ajaran Islam di Makkah dan mengumpulkan pengikut yang semakin
banyak. Pada akhirnya, pada tahun 622 Masehi, Rasulullah SAW dan para pengikutnya hijrah
ke Madinah, yang menjadi awal dari era Islam yang lebih besar dan berkembang pesat.
B. Rumusan Masalah
Adapun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini antara lain:
1. Bagaimana Kondisi Masyarakat Mekkah Menjelang Datangnya Islam
2. Bagaimana cara Dakwah Nabi di Mekkah
3. Apa saja Prioritas Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah
4. Apa saja Problematika dalam Dakwah Rasulullah SAW
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana Kondisi Masyarakat Mekkah Menjelang Datangnya Islam
2. Untuk mengetahui bagaimana cara Dakwah Nabi di Mekkah
3. Untuk mengetahui apa saja Prioritas Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah
4. Untuk mengetahui apa saja Problematika dalam Dakwah Rasulullah SAW
1
BAB II
PEMBAHASAN
Masyarakat Mekkah memiliki sistem kesukuan, sehingga kepala suku yang berperan
penting dalam masyarakat Arab waktu itu. Masyarakat Mekkah pada masa itu juga dikenal
sebagai masyarakat politeistik. Karena pernah mengalami masa kekosongan seorang rasul,
sehingga banyak yang menyembah berbagai dewa dan menjadikan Ka'bah sebagai pusat ibadah
utama. Di sekitar Ka'bah, terdapat banyak patung dan bangunan kecil yang digunakan sebagai
tempat ibadah bagi dewa-dewa tertentu. Banyak diantara mereka melalaikan ajaran agama
akibat dari keadaan masyarakat yang beragam dan fanatisme kesukuan menyebabkan mereka
menyembah berhala yang lebih dikenal dengan istilah jahiliyah.
Selain itu, masyarakat Mekkah pada masa itu juga dikenal sebagai masyarakat yang
keras dan penuh konflik. Persaingan antarsuku dan klan seringkali terjadi, bahkan sampai pada
tingkat pembunuhan. Selain itu, praktek penganiayaan terhadap golongan yang lemah dan
miskin juga sering terjadi. Meskipun demikian, masyarakat Mekkah pada masa itu juga
memiliki kecakapan dalam bidang perdagangan dan bisnis. Mekkah merupakan pusat
perdagangan di wilayah Jazirah Arab, dan banyak pedagang dari berbagai negara datang untuk
berdagang di kota tersebut. Hal ini membuat masyarakat Mekkah pada masa itu memiliki
jaringan perdagangan yang luas dan mendapat pengaruh budaya yang beragam.2
1
Muhammad Yamin, Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW, (Medan, 2017), hlm. 109-110.
2
Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah, Sejarah Peradaban Islam, (Penerbit Deepublish,2015), hlm. 4-5.
2
B. Dakwah Nabi di Mekkah
Setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama, beliau berada dalam
kebimbangan dan kecemasan terhadap nasib dan keadaan umat ketika itu. Akhirnya, beliau
memutuskan untuk menyendiri dan bertahanus di Gua Hira untuk memikirkan jalan keluar dan
menyelamatkan umat dari kerusakan yang lebih parah. Nabi Muhammad Saw yang banyak
berkontemplasi ini akhirnya diamanahi Allah untuk menjadi Nabi dan rasul. Penunjukannya
sebagai Nabi tepatnya bulan Ramadan tahun 610 M di Gua Hira yakni datanglah Jibril
menyampaikan wahyu yang pertama al-Quran Surah al- Alaq ayat 1-5.3
Dengan begitu, setelah kemudian turun Surah al-Mudatsir ayat 1-7 maka dimulailah
Rasulullah dalam melaksanakan risalah yang diperintahkan Allah Swt. Adapun tahap-tahap
dakwah yang dijalankan Rasulullah pada masa periode Mekah terbagi dalam dua tahapan yaitu:
3
Lesnida, dkk, Peradaban dan Pemikiran Islam pada Masa Nabi Muhammad SAW, (Medan,2021), hlm. 99-100
3
Pada awal Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi atau rahasia. Hal ini
dilakukan berdasarkan pengalaaman dan pengetahuan ajaran wahyu bahwa semua yang
dilakukan berdasarkan pada kondisi yang tepat. Orang yang pertama diajak memeluk atau
mengikuti agama Nabi Muhammad saw. adalah isteri dan kerabatnya. Tidaklah
mengherankan ketika Khadijah yang pertama memeluk agama Islam disusul Ali bin Abi
Thalib, Abu Bakar, dan Zaid bekas budak dan menjadi anak angkatnya.
Selanjutnya Nabi Muhammad saw. mengajak keluarga dalam arti lebih luas dari
yang tersebut di atas karena semua keluarga yang bergabung dalam rumpun Bani Abdul
Muthalib diajak untuk masuk Islam karena kaum kerabat atau keluarga lebih utama diajak
untuk lebih dulu masuk Islam sebelum orang lain. Di dalam keluarga ini paman Nabi
sendiri yang menentang keras adalah Abu Lahab. Sekalipun banyak yang menentang tetapi
ada juga yang memberikan perlindungan kepada Nabi Muhammad saw. sebagaimana
kehidupan orang arab yang berkelompok.4
2. Dakwah Secara Terang-terangan di Tengah Penduduk Mekah (awal tahun ke 4 Kenabian)
Dakwah Nabi secara terang-terangan ini didasari wahyu yang turun dari perintah
Allah Swt yang Artinya “dan berilah peringatan kepada kerabat- kerabatmu yang terdekat”
(Q.S Asy- Syu’ara: 214). Pelaksanaan dari ayat ini Nabi mulai mendakwahkan Islam
dikalangan keluarga dan kerabatnya. Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah ialah
dengan mengundang kerabat dekat beliau, seperti Bani Hasyim dan beberapa orang Bani
Al-Muthalib bin Al-Manaf. Beliau menyeru kaumnya kepada Allah dan berserah diri
kepada Rabb-Nya.
4
Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah, Sejarah Peradaban Islam, (Penerbit Deepublish,2015), hlm. 5-7.
4
Namun dakwah yang dilakukan beliau tidak mudah karena mendapat tantangan dari
kaum Quraisy. Diantara tantangan dakwah yang dialami oleh Rasulullah Saw
a. Cemoohan dan cacian kepada Nabi dan Para sahabat,
b. Memanfaatkan pengaruh para pembesar kafir Quarisy,
c. Mendatangi penyair terkemuka,
d. Melempari Nabi dan Para sahabat dengan batu dan kotoran,
e. Bujukan dengan harta dan kekayaan,
f. Pembaikotan terhadap Bani Hasyim5
Begitulah kisah perjalanan Nabi Muhammad saw. dalam menyiarkan agama Islam.
Sebagai bagian dari kepemimpinan Rasulullah dalam perjuangan dakwah islam kepada
masyarakat Arab. Dalam periode ini Nabi berpikir untuk menyusun suatu masyarakat Islam
yang teratur dan usaha untuk penyebaran kepercayaan yang benar.6
5
Lesnida, dkk, Peradaban dan Pemikiran Islam pada Masa Nabi Muhammad SAW, (Medan,2021), hlm. 100-101
6
Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah, Sejarah Peradaban Islam, (Penerbit Deepublish,2015), hlm. 8-9
5
C. Prioritas Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah
Selama Nabi Muhammad di Mekkah, Prioritas dakwah pada masalah-masalah berikut:
1. Mengajarkan ketauhidan
Masyarakat Arab pra Islam tidak percaya kepada hari kebangkitan, hari
pembalasan, sampai ada diantara mereka bertanya-tanya, mana mungkin tualng berulang
yang sudah hancur dapat dibangkitkan dan dihidupkan kembali. Padahal Islam
mengajarkan dan meperingatkan kepada manusia, bahwa dunia dunia ini hanya sementara
dan tempat yang abadi adalah akhirat.
Dalam tatanan kehidupan social masyarakat Arab pra Islam terdapat pada suatu
tradisi yang melanggar etika (akhlak) dan hak asasi manusia: seperti perjudian, minum-
minuman keras, perampok, perzinahan, dan perbuatan yang melangar hokum dan tantanan
social masyarakat. Sementara Islam selalu mengajarkan perbuatan terpuji, seperti
menolong sesama manusia, melarang melakukan fitnah, mengambil hak orang yang bukan
miliknya sendiri, melarang mabuk-mabukan, melarang perzinahan, melarang penguburan
bayi hidup-hidup, dan ajaran terpuji lainnya.
6
4. Mengangkat dan melindungi hak asasi manusia
Di dalam kehidupan masyarakat Arab pra Islam terdapat tradisi perbudakan.
Memperbudak atau menjual belikan budak seperti berdagang dagangan lainya. Dan
perbuatan itu mereka lakukan tanpa penyesalan seolah tanpa dosa. Sedangkan menurut
ajaran Islam manusia itu sama derajatnya, hanya takwa yang membedakan mereka.
Kehadiran Islam justru untuk mengangkat martabat mereka yang tertindas seperti para
dhuafa dan fakir miskin. Perbedaan inilah pada akhirnya membawa perbenturan dasyat
antara masyarakat Arab kafir dan mukmin di Mekkah.7
Berbagai ancaman, gangguan dan hinaan yang datang bertubi-tubi dari kaum kuffar dan
musyrikin seakan mewarnai perjalanan dakwahnya bersama kaum muslimin. Para bangsawan
Quraisy dan hartawan yang gemar bersenang-senang mulai merasakan bahwa ajaran
Muhamamad merupakan bahaya besar bagi kedudukan mereka. Jadi yang mula-mula mereka
lakukan ialah menyerangnya dengan cara mendustakan segala apa yang dinamakannya
kenabian itu. Mereka melakukan berbagai propaganda untuk menghentikan kegiatan Nabi
Muhammad dan kaum muslimin yang terus bertambah, seperti melakukan penghujatan, caci-
maki, pemboikotan, dan sebagainya.
Namun kaum musyrikin Quraisy tak pernah tinggal diam, hari demi hari gangguan itu
makin menjadi-jadi, sampai-sampai ada kaum muslimin yang dibunuh, disiksa, dan
semacamnya. Maka strategi Muhammad menyelamatkan umatnya adalah dengan menyarankan
mereka supaya tinggal berpencar-pencar. Sebagian mereka disuruh hijrah ke Abisinia yang
rakyatnya menganut agama Kristen yang diperintah oleh seorang Raja yang jujur. Dalam
7
Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah, Sejarah Peradaban Islam, (Penerbit Deepublish,2015), hlm. 11-14
7
sejarah tercatat bahwa kaum muslimin telah melakukan dua kali hijrah ke negeri tersebut.
Bahkan sebagiannya malah ada yang bermukim di sana sampai sesudah hijrah Nabi ke Yatsrib.
Beberapa faktor yang menyebabkan mereka menolak keras ajaran Muhammad adalah:
1. Ketakuan kehilangan kekuasaan
Kaum kafir Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Di masa
itu terjadi perebutan kekuasaan antar suku. Dengan mengikuti ajakan Muhammad mereka
menganggap bahwa mereka mengakui kekuasaan Muhammad. Mereka menganggap bahwa
dengan mengikuti ajaran Muhammad maka telah tunduk kepada Nabi Muhammad dan Bani
Hasyim.
2. Hilangnya status sosial
Masyarakat Quraisy saat itu hidup dalam penggolongan-penggolongan status sosial
atau kasta. Ada kaum majikan dan ada kaum budak. Budak yang dimiliki seseorang adalah
golongan yang berkasta rendah. Mereka keberatan jika status sosial mereka disamakan
dengan yang lain. Sementara Islam mengajarkan kepada manusia untuk saling menghargai
satu sama lain sebab derajat manusia adalah sama, yang membedakannya di sisi Allah
hanyalah tingkat ketaqwaannya saja. Oleh karena itu kaum kafir Quraisy menentang ajaran
Islam.
3. Hilangnya perdagangan patung
Orang kafir quraisy adalah masyarakat penyembah berhala. Membuat berhala
merupakan mata pencaharian masyarakat ketika itu. Mereka membuat berhala Latta, Uzza,
Manat dan Hubbal kemudian dijual kepada orang-orang yang mengunjungi kakbah yang
nantinya dijadikan sesembahan. Sementara itu, Islam mengajarkan bahwa manusia hanya
menyembah Allah semata dan tidak boleh menyembah selain Allah. Jika mereka mengikuti
ajaran Islam maka mereka khawatir kalau mata pencahariannya sebagai pembuat patung
tersebut akan hilang.8
8
Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah, Sejarah Peradaban Islam, (Penerbit Deepublish,2015), hlm. 14-18
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pada awalnya, Rasulullah SAW dan para pengikutnya menghadapi banyak tantangan
dan penindasan dari suku Quraisy yang merasa terancam dengan ajaran-ajaran Islam. Namun,
secara perlahan-lahan, Islam mulai menyebar di Makkah dan sekitarnya, terutama setelah
keluarga-keluarga terkemuka seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib
memeluk agama Islam.
B. Saran
Demikianlah makalah yang telah dipaparkan, semoga apa yang telah dipaparkan dalam
makalah ini dapat dimengerti. Jika ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini
mohon sekiranya dapat memberikan kritik dan saran agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
9
DAFTAR PUSTAKA
10