Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“Kelahiran Nabi dan Perjuangannya di Kota mekkah”


(Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam)

Dosen Pengampu :
BUDI HERRTI, S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun oleh :
TRIYAH RAHAYU (2013000044)
PRODI : BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
SEMESTER II

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF JAMBI


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Kelhiran Nabi dan Perjuangannta di Kota Mekkah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu Budi Herti, S.Pd.I, M.Pd.i pada Mata Kuliah Sejarah Peradaban
Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang kelahiran nabi dan perjuangannya di kota mekkah bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibuselaku dosen pengampu mata
kuliah ini yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, February 2021

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN..................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

A. KELAHIRAN ROSULULLAH......................................................................5
B. PERJALANAN HIDUP ROSULULLAH.......................................................8
C. PERJUANGAN NABI DI KOTA MEKKAH................................................11

BAB III PENUTUP................................................................................................24

A. KESIMPULAN...............................................................................................24
B. SARAN............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kedatangan Islam di Nusantara membawa aspek-aspek peradaban
dalam dimensi yang sangat luas, termasuk sistem politik, ekonomi,
budaya, bahasa, dan aksara. Mengikuti pendapat Koentjaraningrat, yang
diikuti pula oleh Badri Yatim, peradaban sering dipakai untuk menyebut
suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni
rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks1 .
Peradaban Islam adalah peradaban umat Islam yang lahir dari ruh ajaran
Islam dan mewujud dalam berbagai bentuk. Landasan peradaban Islam
adalah kebudayaan Islam, terutama wujud idealnya, sehingga aspek-aspek
yang dijangkau oleh peradaban Islam pun meliputi tujuh aspek
kebudayaan. Ketujuh aspek tersebut ialah sistem religi, sistem ilmu
pengetahuan, organisasi kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem mata
pencaharian, serta sistem teknologi dan peralatan. Sementara itu,
kebudayaan Islam lahir dari realisasi semangat tauhid yang bersumber
pada Al Qur’an. Jadi, peradaban Islam tidak lain dari hasil manifestasi
nilai-nilai Al Qur’an dalam seluruh bidang kehidupan umat Islam.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW ?
2. Bagaimana perjalanan Nabi Muhammad SAW ?
3. Apa perjuangan Nabi Muhammad di Mekkah ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana kisah kelahiran Nabi
2. Untuk mengetahui bagaimana perjalanan hidup Nabi
3. Untuk mengetahui apa perjuangan nabi

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. KELAHIRAN RASULULLAH

Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan islam, terutama di sekitar


Mekkah masih di warnai dengan penyembahan berhala sebagai Tuhan. Yang
di kenal dengan sebutan Paganisme.1 Selain menyambah berhala, di kalangan
Arab pun ada pula yang menyembah Agama masehi ( Nasrani ), agama ini
dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran, dan syam. Di samping itu juga agama
Yahudi yang di peluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman dan Madinah,
serta Agama Majuzi,2 yaitu agama orang-orang Persia.
Demikian
lah keadaan bangsaArab menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW yang
membawa islam di tengah-tengah bangsa Arab. Masa itu biasa di sebut dengan
Zaman Jahiliyah, masa kebodohan dan kegelapan dalam beragama. Mekah
bukan hanya merupakan pusat perdagangan local. Tetapi juga sebagai jalur
perdagangan dunia yang sangat penting, yang menghubungkan antara utara,
Syam, dan selatan, yaman , antara timur, Persia, dan barat, Absenia dan mesir.
Dalam
bidangsastra, pada masa ini sastra juga memiliki arti penting dalam kehidupan
bangsa Arab, mereka mengabdikan peristiwa-peristiwa dalam syair yang
diperlombakan setiap tahun di pasar seni Ukaz, Majinnah dan Majaz, bagi
yang memiliki syair yang bagus maka akan diberikan hadiah dan mendapat
kehormatan bagi suku atau kabilahnya serta syairnya di gantungkan di ka’bah
yang dinamakan Al-Mu’alaq As-Sab’ah. Bangsa Arab juga terkenal dengan
suka berperang.
Bangsa
Arab suka menghargai tamu dan memberi suaka kepada siapapun yang
meminta perlindungan kepada mereka. Terbukti dengan sudah sejak lama
orang-orang arab Quraisy memiliki lembaga pemusyawaratan yang bernama
Darun Nadwah. Dilingkungan inilah Nabi Muhammad dilahirkan, disinilah
beliau memulai untuk menegakkan tonggak ajaran agama islam, di tengah –
tengah lingkungan yang sudah bobrok dan penuh dengan kemaksiatan.
Meskipun diwarnai dengan berbgai rintangan yang mendera, namun beliau
tetap teguh dalam menyebarkan agama baru yaitu, agama islam kepada
masyarakat arab ketika itu.

1
Dr. Ali Mufordi, Islam di Kebudyaan Arab, Jakarta : 1997, hlm. 8.
2
Dr. Ali Mufordi, Ibid, hlm. 10.

5
Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal atau 20 April
571 M.3 fase kenabian Nabi Muhammad dimulai ketika beliau bertahanus atau
menyepi di gua Hira, sebagai imbas keprihatinan beliau melihat keadaan bangsa
arab yang menyembah berhala. Ditempat inilah beliau mendapatkan wahyu
pertama yang berupa surah Al-Alaq ayat 1-5. Dengan wahyu yang pertama ini,
maka beliau telah di angkat menjadi Nabi, utusan Allah. Pada saat itu nabi
Muhammad belum diperintah kan untuk menyeru kepada umat nya. Namun
setelah turun wahyu kedua, yaitu surah Al- Muddatsir ayat 1-7 Nabi Muhammad
di angkat menjadi rosul yang harus berdakwah. Dalam hal ini dakwah Nabi
Muhammad dibagi menjadi dua periode,4 yaitu
a. Periode mekkah, ciri pokok dari periode ini adalah pembinaan dan
pendidikan tauhid (dalam arti luas)
b. Periode madinah, ciri pikok dari periode ini adalah pendidikan social
dan politik (dalam arti Luas)
Di saat umat manusia berada dalam suasana yang penuh dengan
kejahilan,kegelapan,kemusyrikan, dan telah kehilangan pegangan dan pedoman
hidup, di mana pada waktu itu hokum rimba diperlakukan “Siapa yang kuat
menang dan yang lemah menjadi bulaan-bulanan dan teraniaya”.Ketika moral
umat manusia telah berada di titik paling terendah, tiada lagi mengenal baik dan
buruk, halal atau haram.

Ketika seorang ibu tidak mendapatkan penghormatan dari anaknya, di kala


orang-orang berpandangan mempunyai anak perempuan adalah aib (noda) dan
hinaan yang merendahkan martabat dan kehormatannya, sehingga seorang ayah
pun segan untuk menguburnya hidup-hidup. Di saat umat manusia tidak mau
untuk memberikan miliknya kepada orang lain, akan tetapi justru meminta dan
merampas hak milik orang lain, saat manusia banyak membual dan berkata duta
sengga kejujuran laksana mutiara sangat langka, umat manusia hanya suka
memperturutkan hawa nafsu setan, kehidupan di hiasi dengan sifat tamak dan
loba, banyak harta untuk di sombongkan dan di-mubadzir-kan. Ketika perzinaan
dan minuman kera bukan hal yang tabu, bahkan dilakukan secara terang-terangan.
Betapa hancur dan rusaknya moral masayakat di masa itu, sehingga pada zaman
tersebut dikatakan sebagai zaman jahiliyah (zaman kebohongan dan kegelapan).
Maka di saat yang sedemikian rusak dan hancur itulah, dibelahan dunia
dan garis lalu lintas perdagangan antara Yaman dan Syiria berebelahan dengan
Laut Tengah, disebuah kota tempat bangunan suci “Ka’bah” yang dibangun

3
Prof Dr. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, Jakarta : Jayamurni. Hlm. 40-
41
4
Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah dan kebudayaan islam, jilid I, hlm. 84-87

6
Ibrahim Al-Khalil beserta putra nya Ismail lahirlah seorang anak manusia dari
keluarga yang sangat sederhana, namun teramat sangat mulia dan sangat
terhormat di mata mayarakat umumnya. Anak inilah yang di kemudian hari akan
menjadi perjung dan reformis sejati, yang dengan tangan dan lisannya akan
merombak total tatanan masyarakat jahiliyah yang penuh dengan
keangkaramurkaan, menjadi masyarakat beragama (religius) dan ber-akhlaqul
karimah.. Dialah utusan Allah, Muhammad Al-Muthafa.
Beliau di lahirkan dari wanita suci dan bersih dari segala kenistaan zaman
jahiliyah, Aminah binti Wahab dan seorang pemuda mulia, tampan, lemah lembut,
terkenal dengan kehalusan budi dan jiwa sosialnya dialah Abdullah bin Abdul
Muthalib.
Muhammad utusan Allah dilahirkan dari keturunan yang sangat baik dan
mulia, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibunya. Dari silsilah ayahnya
Muhammad adalah putra Abdullah, putra Abdul Muthalib (Syaibatul Hamdi),
putra Hasyim (Amr bin Abdi Manaf), putra Murrah, putra Ka’ab, putra Lua’yyi,
putra Ghalib, putra Fihr (Quraisy), putra Malik, putra Nadhr, putra Kinanah, putra
Khuzaimah, putra Mudrikah, putra Ilyas, putra Mudhor, putra Nizar,, putra
Ma’ad, putra Adnan hingga berkelanjutan kepada mabi Ismail putra Ibrahim
Khalilullah. Sedangkan dari silsilah ibunya, Muhammad adalah putra Aminah,
putri Wahab, putra Abdi Manaf, putra Zuhra, putra Qilab. Dengan demikian,
maka bertemulah nasab ayah dan ibunda beliau pada Qilab (Hakim).
Para ahli sejarah mengatakan, bahwa sililah (nasab) ini termasuk sililaj
yang amat mulia. Dikatakan pula bahwa seluruh kakek-kakek Rasulullah
semuanya termasuk para pemimpin dan bangsawan yang sangat disegani dan
dihormati kaumnya (kaum Quraisy). Silsilah ini jugalah yang disucikan Allah dari
perzinaan pada zaman jahiliyah, sehingga cacat perzinaan tidak menimpa kakek-
kakek Rasulullah hingga nabi Adam. Demikianlah nasab indah dan mulia
Rasulullah. Laksana mutiara-mutiara yang teruntai dengan begitu indah dan
apiknya. Sebab Allah tidaklah akan mengutus seorang nabi dan rasul (utusan-
Nya) kepada umat manusia melainkan dari keturunan yang baik dan bersih dari
segala cacat dan keburukan.
Berdasarkan pendapat yang masyhur, Muhammad di lahirkan pada hari
senin bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awwal atau 20 April Tahun 571
Masehi, yang dikenal juga sebagai tahun Gajah. Tahun kelahiran Rasulullah
dinamakan dengan Tahun Gajah karena pada tahun tersebut, kota Mekah (kota
tempat kelahiran Rasulullah) di serang oleh suatu pasukan bergajah yang sangat
kuat dan besar di bawah pimpinan Abrahah, seorang gubenur dari kerajaan
Nasrani Abisenia dengan tujuan untuk menghancurkan Ka’bah.
Namun upaya mereka digagalkan oleh Allah, bahkan mereka pasukan
bergajah yang sangat kuat dan besar itu, di tengah perjalanan menuju Mekah

7
dihancurlumatkan oleh Allah dengan mengirim kepada mereka burung Ababil
dengan membawa batu (kerikil) dari tanah yang terbakar (neraka) dan melempari
mereka, sehingga pasukan mati terbakar hidup-hidup.

B. PERJALANAN HIDUP RASULULLAH


Selama dua puluh tiga tahun lebih, Muhammad utusan Allah berjuang
dengan gigih, pantang menyerah dan tak kenal lelah untuk meyampaikan risalah
Tuhannya kepada umat manusia. Berbagai cara dan rintangan menghadang
didepan beliau menghalangi langkah dakwa dan perjuangannya, caci maki,
cemoohan, yang menyakitkan tak pula menjadikan beliau surut langkah dan
menyerah, karena satu tujuan beliau kalimat tauhid kepada Allah meski tegak di
muka bumi. Bertahun-tahun lamanya beliau meneru umat satu demi satu, dengan
hikmah dan hujjab yang nyata, hingga akhirnya impian beliau untuk menegakkan
kalimatullah benar-benar terwujud atas rahmat dan pertolongan dari Tuhannya.
Islam yang beliau bawa dari agama pinggiran telah berubah menjadi
agama panutan segala umat. Hingga akhirnya ajal pun menjemput dan beliau
pulang ke rahmatullah Tuhannya, damai selamanya di sisi-Nya. Adapun kisah
panjang perjalanan hidup Rasulullah sejak beliau dilahirkan hingga tegaknya
Islam di seluruh belahan bumi, secara garis besarnya dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
Rasulullah Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim, karena kira-kira
tujuh belas sebelum beliau dilahirakan atau 2 bulan dalam kandungan Aminah,
ayahnya Abdullah bin Abdul Muthalib telah meninggal dunia.
Beliau disusui oleh ibunya Aminah binti Wahab selama beberapa waktu,
kemudian oleh Tsuwaibah Al-Aslammiyah dan selanjutnya disusui oleh ibu
asuhnya yang bernama Halimatus Sa’yidah, seseorang wanita dusun yang baik
dan lembut hatinya dari Bani Sa’ad Kabilah Hawazin. Di perkampungan bani
Sa’ad yang terletak tidak begitu jauh dari kota Mekah inlah beliau diasuh dan
dibesarkan oleh ibu asuhnya Halimatus Sa’yidah selama empat tahun lamanya.
Dalam masa pemeliharaan Halimatus Sa’yidah terjadi peristiwa besar yang
salah satu dari tanda-tanda kenabian dan kemukjizatan Muhammad. Pertama,
berubahnya kehidupan Hlimatus Sa’yidah menjadi makmur dan sejahtera yang
sebelumnya ialah wanita yang miskin dan kering air susunya, namun ketika ia
bersedia untuk menyusui Muhammad bin Abdullah, tiba-tiba saja air susu nya
menjadi melimpah dan hartan bendanya juga kian menambah. Kedua, dalam masa
pemeliharaan Halimatus Sa’yidah juga terjadi peristiwa yang sangat menakjubkan
dan luar biasa yang merupakan anugerah Allah kepada manusia terbaik pilihan-
Nya, yakni peristiwa pembelahaan dada Muhammad kecil yang dilakukan oleh
Malaikat Jibril dengan perintah Tuhannya. Peristiwa luar biasa yang terjadi pada

8
Rasulullah ini, sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat yang bersumber
daripada Anas bin Malik, ia berkata:
“Rasulullah telah didatangi Jibril ketika beliau sedang bermain dengan
anak-anak lainnya. Lalu jbril memegang dan merebahkan beliau, kemudian Jibril
membelah dada serta mengeluarkan hati Rasulullah. Dari hati tersbut dikeluarkan
segumpal darah, lalu Jibril berkata: “Ini adalah bagian setan yang terdapat
dalam dirimu”. Setelah itu Jibril membasuh hati dengan air Zamzam di dalam
sebuah bejana yang terbuat dari emas, kemudian meletakkan kembali kedalam
dada beliau serta menjahitnya seperti semula. Dua orang anak-anak segera
menemui ibunya, ibu susuan Rasulullah dan mereka berkata: “Muhammad telah
dibunuh.” Seterusnya mereka mengusung beliu, ketika itu rupa beliau telah
berubah. Anas berkata: “Aku benar-benar pernah melihat bekas jahitan tersebut di
dada beliau.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim).
Menginjak usia 4 tahun beliau dikembalikan kepada ibu kandungnya siti
Aminah di Mekah. Ditempat itu beliau tinggal bersama ibu dan kakeknya Abdlu
Muthalib keduanya begitu menyayanginya dan menjaga beliau dengan sebaik-
baiknya pemeliharaan. Di bawah lindungan dan pengawasan Allah, beliau tumbuh
dengan baik dan sempurna.
Kemudian pada saat beliau umur 6 tahun, beliau diajak ibu kandungnya
untuk berkunjung ke Madinah A-Munawwarah bersam Ummu Aiman satu-
satunya sahaya yang ditinggalkan ayahnya. Ibunya mengajak Muhammad ke
Madinah untuk mengujungi keluarga Bani Najjar (sanak family ayah Nabi dari
pihak nenek) dan berziarah ke makam ayahnya yang telah wahat ketika beliau
masih berada dalam kandungan ibunya. Beliau tinggal di sana kira-kira satu bulan
lamanya. Kemudian pulang ke Mekah, namun dalam perjalanan pulang ke Mekah
itulah, di suatu tempat bernama dusun Abwa tiba-tiba ibunya jatuh sehingga
meninggal dunia dan pada tempat itulah Aminah dimakamkan. Dengan begitu,
pada usia 6 tahun beliau mejadi anak yatim dan piatu. Betapa sedihnya dan
bingungnya Muhammad dalam seusia sedini itu telah ditinggal wafat kedua orang
tuanya. Hidup sebatang kara tiada berayah dan beribu.
Selanjutnya beliau kembali ke Mekah bersama kakeknya Abdul Muthalib
pemuka kaum Quraisy yang sangat disegani dan dihormati kaumnya. Di tempat
inilah Nabi diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib yang begitu mengasihi dan
menyayanginya. Tentang betapa besar sayang kakeknya itu, sebagaimana
ditunjukan dengan mengajak Nabi duduk di atas hamparan yang digelar khusu
untuknya yang berada dibawah dinding Ka’bah. Padahal anak Abdul Muthalib
yang lain tidak ada yang berani duduk di atas hamparan tersebut, sebagai rasa
sikap hormat mereka kepada ayahnya. Diriwatkan, pernah ada suatu ketika Nabi
datang (ketika itu Nabi masih anak-anak) dan akan duduk disamping kakeknya,
maka paman-pamannya melarangnya. Namun Abdul Muthaib berkata kepada
mereka:”Biarkan anakku duduk disampingku, Demi Allah dia akan kelak

9
mengalami hal-hal yang luar biasa.” Dan kakeknya pun mebiarkan Nabi duduk di
atas hamparan yang khusus disediakan untuknya, mengusap-usap punggungnya
serta menunjukan kasih sayang yang besar kepada Nabi.
Berkat cinta kasih kakenya yang teramat besar itu, beliau dapat melupakan
kemalangan nasibnya akibat ditinggal wahat ibunya. Namun keadaan yang
demikian ini tidak berlangsung lama, sebab berselang dua tahun Muhammad
berada dalam asuhan kakeknya yang sangat mencintainya orang tua yang sangat
baik hati dan begitu menyayanginya Nabi itu pun meninggal dunia. Ketika itu
Muhammad baru berusia delapan tahun. Meninggalkan Abdul Muthalib
merupakan kemalangan besar bagi Rasululllah dan juga kemalangan dan kerugian
bagi segenap penduduk Mekah umumnya.
Setalah wahat Abdul Muthalib, kemudian beliau diasuh pamannya Abu
Thalib, karena sebelum Abdul Muthalib wahat, ia telah berwasiat kepada Abu
Thalib (paman Nabi) untuk memelihara Nabi dengan sebaik-baiknya. Abu Thalib
melaksanakan wasiat ayahnya dengan sangat baik, seperti ayanhya Abu Thalib
juga sangat mencintai dan mengasihi Muhammad, bahkan kasih sayangnya
terhadap Muhammad melebihi kasih sayangnya terhadap anak kandungnya
sendiri. Sebab selain telah diwarisi oleh ayahnya, Nabi juga keponakannya.
Demikianlah musibah demi musibah beruntun yang menimpa Rasulullah,
beliau tidak diasuh langsung oleh seorang pendidik atau diarahkan oleh seorang
pelatih, melainkan Allah-lah yang melindungi dan memeliharanya, membesarkan
beliau dalam kesempurnaan fisik dan budi pekerti yang agung.
Dalam usia 25 tahun, beliau dipercaya Khajidah seorang suku bangsawan
suku Quraisy yang sangat dihormati dan disegani kaumnya, untuk membawa
dagangan ke Syam dengan ditemani Maisarah (pelayan Khadijah), dan dagangan
itu pun mendapatkan untuk yang sangat besar. Berkat kejujuran dan kemuliaan
akhlak Rasulullah ini, Khajidah pun terpikat padanya dan meminang beliau. Tepat
pada usia 25 tahun, Nabi menikah dengan Khadijah seorang janda kaya, cantic
jelita dan terhormat dikalangan kaumnya. Ketika itu Khadijah telah mencapai
umur 40 tahun, 15 tahun lebih tua dari Rasulullah. Perkawinan ini memberikan
ketenangan dan ketentraman dalam diri Muhammad dari perkawinan dengan
Khadijah pulalah beliau mendapatkan cintah kasih yang tulus dari seorang wanita,
yang kemudian hari menjadi orang yang pertama kali mengakui kenabian dan
kerasulan beliau. Dan Khajidahlah istri pertama yang selalu menyertai Nabi dalam
segala penderitaan dan kesusahaan di masa-masa kelahiran Islam.
Dalam usia 40 tahun, oleh Allah beliau dinobatkan sebagai seorang Rasul
Allah (utusan Allah), hal ini ditandai dengan diturunkan wahyu yang pertama.
Wahyu pertama ini turun tepat 6 agustus 610 M. di saat itu beliau sedang ber-
tabannuts di gua Hira datanglah malaikat dengan membawa wahyu dari Allah.

10
Tentang peristiwa turunnya wahyu pertama ini, hadis yang bersumber dari Aisyah
ra. Istri Nabi, berkata bahwa:
“Permulaan wahyu Rasulullah telah terjadi dalam bentuk mimpi yang
benar dalam tidur beliau. Beliau mendapati mimpi tersebut sebagaimana
muculnya kebeningan fajar subuh yang menyebabkan beliau suka menyepi diri.
Beliau biasanya menyepi di gua Hira. Di sana beliau menghabiskan beberapa
malam untuk beribadah”5

C. PERJUANGAN NABI MUHAMMAD DI MEKKAH


Pada periode ini, tiga tahun pertama, dakwah islam dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam di
lingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah, yang
menerima dakwah beliau,kemudian Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar sahabat beliau,
lalu Zaid, bekas budak beliau. Di samping itu, juga banyak orang yang masuk
islam dengan perantara-perantara Abu Bakar yang terkenal dengan julukan
Assabiqunal Awwalun6 (orang-orang yang lebih dahulu masuk islam), mereka
adalah Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdur Rahman bin ‘Auf,
Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu ‘Ubaidah bin Jarrah dan Al-Arqam bin Abil Arqam,
yang rumahnya dijadikan markas untuk berdakwah.
Kemudian setelah turun ayat 94 Surah Al-Hijr, nabi Muhammad
memulai berdakwah secara terang-terangan.
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang
musyrik. (QS. Al-Hijr(94))
Namun, dakwah yang dilakukan beliau tidak mudah karena
mendapat tantangan dari kaum Quraisy. Hal tersebut timbul karena
beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan.
Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan nabi Muhammad
berarti tunduk kepada pimpinan bani Abdul Muthalib.
2. Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan
dan kaum hamba sahaya.
3. Para pemimpun Quraisy tidak mau percaya ataupun mengakui serta
tidak menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan
pembalasan di akhirat.

5
Samsul Munir Amin, The World Idol Muhammad Rasulullah, Jakarta : Amzah, 2008.
Hlm 44-61
6
Dr. Ali Mufordi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, hlm. 20.

11
4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar
pada bangsa Arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk
meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama islam.
5. Pemahat dan penjual patung memandang islam sebagai
penghambat rizki.
Banyak cara dan upaya yang ditepuh para pemimpin quraisy untuk
mencegah dakwah nabi Muhammad namun selalu gagal, baik secara
diplomatic dan bujuk rayu maupun tindakan-tindakan kekerasan secara
fisik. Puncak dari segala cara itu adalah dengan diperlakukannya
pembiokotan terhadap Bani Hasyim yang merupakan tempat nabi
Muhammd berlindung. Pemboikotan ini berlangsung selama tiga tahun,
dan merupakan tindakan paling melemahkan umat islam pada waktu itu.
Pemboikotan ini baru berhenti setelah kaum Quraisy menyadari bahwa apa
yang mereka lakukan sangat keterlaluan.
Tekanan dari orang-orang kafir semakin keras terhadap gerakan
dakwah nabi Muhammad SAW terlebih setelah meninggalnya dua orang
yang selalu melindungi dan menyokong Nabi Muhammad dari orang-
orang kafir, yaitu paman beliau, Abu Thalib, dan istri tercinta beliau,
Khadijah. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-10 kenabian. Tahun ini
merupakan tahun kesedihan bagi nabi Muhammad sehingga di namakan
Amul Khuzn.7
Karena di mekkah dakwah Nabi Muhammad SAW mendapat
rintangan dan tekanan, pada akhirnya nabi memutuskan untuk berdakwah
di luar Mekkah. Namun, di Thaif beliau di caci dan di lempari batu sampai
beliau terluka. Hal ini semua hamper menyebabkan nbi Muhammad putus
asa, sehingga untuk menguatkan hati beliau, Allah mengutus dan
mengisra’ dan memi’rajkan beliau pada tahun ke-10 kenabian itu. Berita
tentang isra’ mi’raj ini menggemparkan masyarakat Mekkah. Bagi
masyarakat kafir, peristiwa ini dijadikan bahan propaganda untuk
mendustakan nabi Muhammad. Sedangkan bagi umat islam ini merupakan
ujuan keimanan.
Setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, suatu perkembangan besar bagi
kemajuan dakwah islam terjadi, yaitu dengan datangnya sejumlah
penduduk Yastrib (Madinah) untuk berhaji ke Mekkah. Mereka terdiri
dari dua suku yang saling bermusuhan, yaitu suku ‘aus dan Khazraj 8 yang
masuk islam dalam tiga gelombang. Pada gelombang pertama pada tahun
kesepuluh kenabian mereka dating untuk memeluk agama islam dan
menerapkan ajarannya sebagai upaya untuk mendamaikan permusuhan
antara kedua suku. Mereka kemudian mendakwah islam di Yastrib.
7
Dr. Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, hlm 20
8
Prof. Dr. A. Syalabi, Ibid, hlm. 104.

12
Gelombang kedua, pada tahun ke duabelas kenabian mereka datang
kembali dengan membuat perjanjian dengan nama perjanjian “Aqabah I”
yang berisi ikrar kesetiaan. Rombongan ini kemudian kembali ke Yastrib
sebagai juru dakwah disertai oleh mus’ab bin Umair yang diutus oleh nabi
untuk berdakwah bersama mereka. Gelombang ketiga, pda tahun ke
tigabelas kenabian, mereka dating kembali kepada nabi untuk hijrah ke
Yastrib. Mereka akan memba’iat nabi sebagai pemimpin nabi pun
akhirnya menyetujui usul mereka untuk berhijrah, perjanjian ini di sebut
perjanjian “Aqabab II” karena terjadi pada tempat yang sama.
Akhirnya nabi Muhammad bersama kurang lebih 150 kaum muslimin
hijrah ke Yastrib. Dan ketika sampai di sana, sebagai penghormatan
terhadap nabi, nama yastrib diubah menjadi Madinah.9
Demikian periode Mekah Terjadi. Dalam periode ini Nabi Muhammad
mengalami hambatan dan kesulitan dalam dakwah islamiyah. Dalam
periode ini nabi Muhammad belum terpikir untuk menyusun suatu
masyarakat islam yang teratur, karena perhatian Nabi lebih berfokus pada
penanaman teologi atau keimanan masyarakat.
Namun beberapa saat kemudian ada peristiwa yang di sebut Fathu
Makkah yang berarti menaklukkan kota Mekkah. Berikut penjelasannya
a. Latar Belakang Fathu Makkah

Peristiwa peperangan untuk menaklukkan Mekkah, di latar belakangi oleh


konflik antara Bani Khuza’ah, dan Bani Bakar. Dua kabilah ini telah lama
saling bermusuhan, bahkan sejak zaman jahiliyah. Namun, yang menjadi
permasalahan, konflik antara kedua kabilah tersebut terjadi saat umat Islam,
dan kaum Quraisy sedang menjalani masa genjatan senjata, sesuai dengan
perjanjian Hudaibiyah.

Atas dasar ini, maka Bani Khuza’ah bergabung ke pihak Nabi, sementara
Bani Bakar bergabung ke pihak Quraisy. Akan tetapi, perjanjian Hudaibiyah
yang seharusnya menjadi masa genjatan senjata, justru dimanfaatkan Naufal
bin Muawiyah Ad-Daili, bersama segolongan orang Bani Bakar untuk
melampiaskan dendam lama terhadap Bani Khuza’ah. Mereka melakuakan
serangan mendadak pada malam hari, ketika bani Khuza’ah sedang berada di
mata air mereka, Alwatir.

Padahal sudah terinci jelas di salah satu point perjanjian Hudaibiyah,


bahwa siapa yang ingin bergabung ke pihak Muhammad dan perjanjiannya,
dia boleh melakukannya. Sebaliknya, siapa yang ingin bergabung ke pihak
Quraisy, dan perjanjiannya dia boleh melakukannya. Kabilah mana pun yang
9
Ibid

13
bergabung dengan salah satu pihak, berarti kabilah tersebut dianggap sebagai
bagian dari pihak yang diikuti. Dengan demikian, penyerangan terhadap suatu
kabilah yang telah bergabung salah satu pihak, dianggap sebagai penyerangan
terhadap pihak yang bersangkutan.

Dalam serangan mendadak ini, Bani Bakar bisa menghabisi beberapa


orang dari Bani Khuza’ah. Ketika kedua belah pihak bertempur hebat, secara
diam-diam Quraisy memberi bantuan persenjataan kepada Bani Bakar.
Bantuan yang diberikan oleh suku Quraisy ini merupakan kesalahan fatal yang
tidak dapat ditolerir, dan telah melanggar perjanjian.

Naufal beserta gerombolannya berhasil mendesak Bani Khuza’ah


hingga ke tanah suci. Saat terdesak penduduk Khuza’ah berlindung di rumah
Budail bin Warqa’ Al-Khuza’i. Pada saat yang sama Amr bin Salim Al-
Khuza’i cepat-cepat pergi ke Madinah untuk menemui Rasulullah.

b. Respon Rasulullah atas Pelanggaran Kaum Quraisy


Sesampainya Amr bin Salim di Madinah, ia segera bergegas menemui
Rasulullah. Pada saat di hadapan Rasul, Amr melantunkan syair dengan
maksud meminta bantuan kepada Rasul,

Ya Rabbi, aku memanggil Muhammad

Sekutu orang tua kami, dan orang tuanya dulu


Dahulu kalian adalah anak, sedangkan kami adalah ayah
Kami berdamai dan melepaskannya

Tolonglah kami, semoga Allah memberimu pertolongan gemilang

Panggilah hamba-hamba Allah agar datang sebagai bala bantuan

Di Tengah mereka ada Rasulullah yang siap berperang

Putih laksana bulan purnama yang terang benderang

Yang bila dizalimi, ia berubah karena marah

Dalam pasukan besar yang seperti laut yang mengalir hingga


mengeluarkan buih

Quraisy telah mengingkari perjanjian denganmu

14
Melanggar perjanjianmu yang kuat

Mengincar untuk membunuhiku di Kada’

Mereka mengira aku tidak mengajak siapapun

Mereka sangat hina dan jumlah mereka sangat sedikit

Mereka menyerang kami di Al-Watsir pada malam saat kami sedang


tahajud

Dan membunuh kami saat kami ruku’ dan sujud


Setelah mendengar lantunan syair dari Amr bin Salim, Rasulullah
bersabda, “Engkau pasti akan ditolong wahai Amr bin Salim.” Budail dan
beberapa orang dari Khuza’ah juga berangkat untuk menemui Rasulullah di
Madinah. Setelah bertemu, dia mengabarkan apa yang menimpa orang-orang Bani
Khuza’ah dan bantuan yang diberikan Quraisy terhadap Bani Bakar. Setelah
memberikan laporan, mereka kembali ke Mekkah.

Sebagian riwayat mengisyaratkan bahwa Rasulullah mengirim utusan


untuk memberi pilihan kepada kaum Quraisy. Menyerahkan tebusan bagi orang-
orang yang terbunuh dari kalangan Khuza’ah, atau mereka memilih melepaskan
persekutuan mereka dengan Bani Bakar, atau perang. Pada saat itu kaum Quraisy
memilih jalan peperangan.10

c. Kaum Quraisy Mengirimkan Abu Sufyan untuk Memperbarui


Perjanjian

Setelah utusan Rasul kembali ke Madinah, kaum Quraisy mulai menyadari


kesalahan dari keputusan mereka. Mereka sadar dengan jumlah pasukan Quraisy
yang sekarang, mereka hanya akan dihancurkan oleh pasukan muslim. Untuk itu
mereka memutuskan mengirimkan pemimpin mereka, Abu Sufyan ke Madinah
untuk memperbarui perjanjian.

Ketika Abu Sufyan menemui Rasulullah dan berdiplomasi, Rasul sama


sekali tidak menanggapinya. Kemudian ia menemui Abu Bakar, dan berbicara
kepadanya, meminta agar Abu Bakar mau berbicara kepada beliau. Abu Bakar
berkata, “Aku tidak sudi melakukannya.”

Kemudian Abu Sufyan menemui Umar bin Khatab, untuk meminta


bantuan yang sama. Umar berkata, “Apakah layak bila aku memintakan
10
Karam Dhiya ‘ Al-Umuri, Shahih Shirah Nabawiyah. Jakarta : Pustka As—Sunnah, 2010

15
pertolongan bagi kalian kepada Rasulullah? Demi Allah, kalau pun hanya
mendapatkan debu, tentu debu itu akan kugunakan untuk menyerang kalian.”

Abu Sufyan lantas menemui Ali bin Abi Thalib. Abu Sufyan berkata,
“Wahai Ali, engkau adalah orang yang paling dekat hubungan kekerabatannya
denganku. Aku datang karena ada keperluan. Aku tidak akan kembali dengan
tangan hampa. Mintakanlah pertolongan untukku kepada Muhammad.”

Ali menjawab, “Celaka engkau, wahai Abu Sufyan. Rasulullah telah


mengambil keputusan, dan kami tidak bisa mempengaruhi beliau.” Mendengar
jawaban tersebut, Abu Sufyan kebingungan dan berkata kepada Ali, “Wahai Abul
Hasan, kulihat semua urusan terasa amat berat bagiku. Karena itu, nasehatilah
aku.”

Ali berkata, “Aku tidak melihat lagi sesuatu pun yang dapat berguna
bagimu. Tetapi bukanlah engkau pemimpin Bani Kinanah? Bangkit dan berilah
jaminan perlindungan untuk manusia, kemudian pulanglah ke tempatmu.”

Setelah itu Abu Sufyan berdiri di masjid, dan berkata, “Wahai orang-
orang, aku telah memberi jaminan perlindungan untuk manusia.” Kemudian Abu
Sufyan naik unta dan kembali ke Mekkah. Sesampainya di Mekkah, Abu Sufyan
menceritakan semua kejadian yang ia alami di Madinah.

d. Persiapan Perang dan Usaha Merahasiakannya

Rasulullah memerintahkan para sahabatnya untuk mempersiapkan perang


tanpa memberi tahu maksud dan tujuan tersebut. Beliau menginginkan hal itu
sebagai sesuatu yang rahasia, dan agar Quraisy berada dalam kondisi yang tidak
siap untuk berperang.

Rasul meminta bantuan dari kabilah-kabilah yang berada di sekitar


Madinah, diantaranya; Suku Aslam, suku Hifaar, sku Mazinah, suku Juhainah,
suku Asyja’, dan suku Sulaim. Dengan tambahan pasukan dari kabilah-kabilah
tersebut, total jumlah pasukan kaum Muslimin ketika itu mencapai 10.000
prajurit.

Jumlah pasukan yang sangat besar ini, menunjukkan perkembangan


kekuatan Muslim dalam rentang waktu antara perjanjian Hudaibiyah, dan
penaklukan kota Mekkah.

16
Sementara itu, Hathib bi Abi Balta’ah, salah satu sahabat Nabi yang
pernah mengikuti perang Badar, menulis surat yang hendak dirimkan kepada
Quraisy, yang isinya mengabarkan keberangkatan pasukan Muslim ke Mekah.

Surat itu dibawa oleh seorang wanita yang sudah tua, bernama Sarah. Nabi
kemudian mengutus Ali, Az-Zubair, dan Miqdad yang mengejar wanita itu,
hingga mereka bertemu di Raudhah Kahakh, yang berjarak dua belas mil dari
Madinah. Mereka berhasil mendapatkan surat tersebut.

Setelah surat tersebut kemduan diserahkan kepada Rasul, Beliau bertanya:


“Apa ini, wahai Hathib?” Hathib menjawab: “Jangan terburu menuduhku wahai
Rasulullah. Dulu aku adalah seorang anak angkat di kalangan Quraisy. Aku
bukanlah apa-apa bagi mereka. Sementara orang-orang yang bersamamu dari
kalangan Muahjirin, ada yang memiliki kerabat yang bisa melindungi keluarga
dan harta mereka.

Karena di sana aku tidak memiliki kerabat yang bisa melindungi


keluargaku, maka aku pun ingin ada orang-orang yang bisa melindungi kerabatku
di sana. Tidaklah aku melakukan ini karena hendak murtad, keluar dari agama ini,
dan tidak pula karena rela terhadap kekufuran setelah memeluk Islam.”

Maka rasulullah bertanya kepada para sahabatnya: “Apakah ia bisa


dipercaya?” Umar bin Khatab pun berkata: “Wahai Rasulullah, biarkan aku
memenggal leher orang munafik ini.” Rasul kemudian bersabda: “Sesungguhnya
dia pernah mengikuti perang Badar. Lalu bagaimana engkau bisa mengetahui hal
itu. boleh jadi Allah sudah mengetahui isi hati orang yang pernah mengikuti
perang Badar, lalu berkata “Berbuatlah sesuka kalian, Aku telah mengampuni
dosa-dosa kalian.” Allah SWT kemudian menurunkan ayat yang berbunyi :

ِّ K‫ ٓا َء ُكم ِّمنَ ۡٱل َح‬K‫ا َج‬K‫ُوا بِ َم‬


‫ق‬ ۡ ِ‫ونَ ِإلَ ۡي ِهم ب‬Kُ‫ٓا َء تُ ۡلق‬Kَ‫ ُد َّو ُكمۡ َأ ۡولِي‬Kَ‫ ُد ِّوي َوع‬Kَ‫وا ع‬
ْ ‫ر‬Kَ‫د َكف‬Kۡ َ‫ٱل َم َو َّد ِة َوق‬K ْ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ْ ‫ ُذ‬K‫وا اَل تَتَّ ِخ‬K
‫ضاتِ ۚي تُ ِسرُّ ونَ ِإلَ ۡي ِهم‬َ ‫وا بِٱهَّلل ِ َربِّ ُكمۡ ِإن ُكنتُمۡ خَ َر ۡجتُمۡ ِج ٰهَ ٗدا فِي َسبِيلِي َو ۡٱبتِغَٓا َء َم ۡر‬ ْ ُ‫ي ُۡخ ِرجُونَ ٱل َّرسُو َل َوِإيَّا ُكمۡ َأن تُ ۡؤ ِمن‬
١ ‫يل‬ ِ ِ‫ض َّل َس َوٓا َء ٱل َّسب‬ ۡ ۠
َ ‫بِ ۡٱل َم َو َّد ِة َوَأنَا َأ ۡعلَ ُم بِ َمٓا َأ ۡخفَ ۡيتُمۡ َو َمٓا َأ ۡعلَنتُمۡۚ َو َمن يَ ۡف َعلهُ ِمن ُكمۡ فَقَ ۡد‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku


dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka
(berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya
mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir
Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika
kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku
(janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia
(berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih
mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan
barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah
tersesat dari jalan yang lurus. (Q. S. Al Mumtahanah: 1)

17
Dengan demikian, Allah mensyariatkan untuk memusuhi orang-orang
kafir, dan bertindak tegas terhadap mereka serta melarang bekerja sama dan
berteman dengan mereka.

e. Pasukan Islam bergerak Menuju Mekkah

Pada hari kesepuluh bulan Ramadhan 8 H/Januari 630M, Rasulullah


meninggalkan Madinah dan berangkat menuju Mekkah bersama 10.000 sahabat.
Urusan di Madinah dipercayakan kepada Abu Ruhm Kultsum bin Hushain Al-
Ghifari. Ketika Rasulullah tiba di Juhfah, beliau bertemu pamannya, Abbas bin
Abdul Muththalib, yang telah masuk Islam dan hijrah bersama seluruh
keluarganya.

Rasulullah melanjutkan perjalanan dalam keadaaan puasa, begitu pula


semua orang, hingga tiba di Al-Kudaid, sebuah mata air yang terletak antara
Asfan dan Qudaid. Mata air tersebut terletak 86 km dari Mekkah, dan 301 km dari
Madinah.

Rasulullah kemudian berbuka puasa di sana bersama semua orang yang


bersamanya. Setelah itu Nabi melanjutkan perjalanan hingga tiba di Marr Azh-
Zhahran. Beliau memerintahkan pasukan untuk berhenti dan mereka pun
menyalakan api unggun. Mereka menyalakan ribuan api unggun, dan mengangkat
Umar bin Khatab sebagai penjaga.

f. Abu Sufyan Masuk Islam

Setelah pasukan muslim singgah di Marr Azh-Zhahran, Abbas berputar-


putar menaiki keledai Rasulullah, barang kali mendapatkan tukang kayu bakar
atau seseorang yang bisa memberi kabar kepada orang-orang Quraisy agar mereka
keluar, dan meminta jaminan kepada Rasul sebelum beliau memasuki Mekkah.

Allah menjadikan orang-orang Quraisy tidak mendengar kabar ini,


meskipun mereka selalu bersikap waspada. Berita mengenai pasukan muslim
sama sekali tidak terdengar oleh orang-orang Quraisy. Maka keluarlah Abu
Sufyan, Hakim bin Hizam, dan Budail bin Zarqa’ berusaha mencari informasi.

Mereka kemudian bertemu dengan Abbas bin Abdul Muththalib. Abbas


memperingatkan Abu Sufyan bahwa pasukan tersebut adalah pasukan muslim,
dan menyarankkan Abu Sufyan untuk meminta jaminan keamanan kepada Rasul.

Abu Sufyan setuju dengan saran dari Abbas, maka keduanya berangkat
menuju perkemahan kaum muslimin untuk menemui Rasulullah. Dalam
perjalanannya, mereka bertemu Umar bin Khatab. Ketika tau orang yang bersama

18
Abbas adalah Abu Sufyan, Umar segera bergegas ke tenda Rasulullah untuk
memperingatkan beliau.

Mereka sampai di tenda Rasulullah dalam waktu hampir bersamaan.


Sesampainya di tempat Rasulullah, Umar berkata: “Wahai Rasulullah, ini adalah
Abu Sufyan. Biarkan aku memenggal lehernya.” Kemudian Abbas berkata,
“Wahai Rasulullah aku telah melindunginya.”. Rasulullah kemudian
memerintahkan Abu Sufyan untuk pergi ke tenda Abbas, dan meminta mereka
kembali ke tenda Rasulullah keesokan harinya.

Abbas dan Abu Sufyan menuruti apa yang dikatakan Rasulullah, keesokan
harinya Abu Sufyan menemui kembali Rasulullah. Sempat timbul keraguan pada
diri Abu Sufyan, tetapi ia akhirnya masuk Islam. Rasulullah juga memberi
jaminan, siapapun yang memasuki rumah Abu Sufyan, ia aman. Barang siapa
menutup pintunya, ia aman, dan siapapun yang memasuki Masjidil Haram, ia
aman.

Abu Sufyan kemudian kembali ke Mekkah, dan memperingatkan kepada


Quraisy, tentang kekuatan kaum muslim dan mencegah mereka agar tidak
melawan. Meskipun telah diperingatkan, masih ada beberapa orang Quraisy yang
keras kepala, mereka berkumpul bersama Ikrimah bin Abu Jahal, Shafwan bin
Umayyah, dan Suhail bin Amr, dengan maksud memerangi orang-orang Muslim.

g. Pasukan Islam Meninggalkan Marr Azh-Zhahran Menuju Mekkah

Pada Selasa pagi, 17 Ramadhan, Rasulullah meninggalkan Marr Azh-


Zhahran menuju Mekkah. Dari Marr Azh –Zhahran, Rasulullah beserta pasukan
muslim melanjutkan perjalanan hingga tiba di Dzi Thuwa. Di tempat ini beliau
membagi pasukan muslim yang akan memasuki Mekkah.

Khalid bin Walid ditempatkan di sayap kanan bersama Bani Aslam,


Sulaim, Ghifar, Muzainah, Juhainah, dan beberapa kabilah Arab lainnya. Rasul
memerintahkan pasukan Khalid untuk masuk dari dataran rendah Mekkah. Rasul
bersabda kepada mereka, “Jika ada orang-orang Quraisy yang menghadang kalian,
perangilah mereka, dan tunggulah kedatanganku di Shafa.”

Az-Zubair bin Al-Awwam menempati sayap kiri, membawa bendera


Rasulullah dan memerintahkannya agar memasuki Mekkah dari dataran tinggi,
tepatnya dari arah Kada’. Rasul memerintahkan untuk menancapkan benderanya
di Al-Hajun dan tidak boleh meninggalkan tempat itu sebelum Nabi tiba di sana.

19
Sementara itu Abu Ubaidah bin Al-Jarrah memimpin pasukan tanpa senjata, untuk
memasuki Mekkah melalui jalur tengah lembah hingga masuk ke Mekkah.

h. Pasukan Islam Memasuki Mekkah

Setiap pasukan yang telah dibagi Rasul, bergerak melewai jalan yang telah
ditetapkan. Dalam perjalanannya dua anggota pasukan Khalid gugur, yaitu Kurz
bin Jabir, dan Khunais bin Khalid bin Rabi’ah. Mereka tersesat dari induk
pasukan, sehingga dibunuh orang-orang Quraisy.

Pasukan Quraisy mencoba menghadang laju pasukan Khalid di


Khandamah. Pada pertempuran tersebut Khalid dapat membunuh dua belas orang
musyrik. Sisa dari pasukan Quraisy tersebut, akhirnya melarikan diri. Khalid bin
Walid berhasil memasuki Mekah dan menunggu kedatangan Rasulullah di Shafa.
Sementara itu, Az-Zubair terus merangsek hingga dapat menancapkan bendera di
Al-Hujun.

i. Rasulullah Menghancurkan Berhala di Sekitar Ka’bah

Di tempat lain, Rasulullah bergerak bersama Muhajirin dan Anshar hingga


masuk Masjidil Haram. Beliau menghampiri Hajar Aswat lalu menciumnya.
Rasul kemudian berthawaf di sekeliling Ka’ba sambil memegang busur. Pada
waktu itu, di sekitar Ka’bah terdapat 360 berhala, beliau menyodok berhala-
berhala itu dengan busur sambil mengucapkan ayat:

ٗ ‫ق ۡٱل ٰبَ ِط ۚ ُل ِإ َّن ۡٱل ٰبَ ِط َل َكانَ َزه‬


٨١ ‫ُوقا‬ ُّ ‫َوقُ ۡل َجٓا َء ۡٱل َح‬
َ َ‫ق َو َزه‬

Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”.
Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap (Q. S. Al-Isra’: 81)

٤٩ ‫ق َو َما ي ُۡب ِدُئ ۡٱل ٰبَ ِط ُل َو َما يُ ِعي ُد‬


ُّ ‫قُ ۡل َجٓا َء ۡٱل َح‬

Katakanlah: “Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan
tidak (pula) akan mengulangi” (Q. S. Saba’:49)

Setelah Rasulullah selesai melakukan thawaf. Beliau memanggil Utsman


bin Thalhah dan memerintahkannya untuk mengambil kunci Ka’bah. Setelah
masuk ke dalam Ka’bah, Rasul melihat berbagai gambar, seperti gambar Ibrahim
dan Islam yang sedang membagi anak panah untuk undian.

20
Beliau bersabda, “Semoga Allah membinasakan mereka. Demi Allah,
sekali pun Ibrahim tidak pernah mengundi dengan anak panah ini.” Nabi
kemudian memerintahkan agar semua gambar tersebut dimusnahkan.

Setelah itu Rasul menutup pintu Ka’bah, dan Sholat di dalamnya. Selesai
sholat, Rasul kemudian mengelilingi bagian dalam Ka’bah, dan bertakbir di setiap
sudutnya. Setelah itu Rasul membuka pintu Ka’bah, dan berpidato untuk pertama
kalinya di hadapan orang-orang Quraisy yang telah menunggunya.

Dalam pidatonya Rasul Bersabda “Kukatakan kepada kalian seperti yang


dikatakan Yusuf kepada saudara-saudaranya. Pada hari ini tidak ada cercaan
terhadap kalian. Pergilah, karena kalian orang-orang yang bebas.”

j. Eksekusi Para Penjahat Quraisy

Rasulullah telah menginstruksikan kepada semua komandan perangnya


agar tidak memerangi orang-orang Quraisy, kecuali orang-orang yang memerangi
mereka. Beliau telah mengumumkan keamanan seluruh penduduk Mekkah,
kecuali sembilan orang, beliau halalkan darah mereka, sekalipun mereka
tertangkap di bawah kain penutup ka’bah. Sembilan orang itu adalah:

1. Abdul Uzza bin Khathal


2. Abdullah bin Abu Sarh
3. Ikrimah bin Abu Jahal
4. Harits bin Nufail bin Wahab
5. Miqyas bin Shubabah
6. Habbar bin Al-Aswad
7. Dua biduan milik Ibnu Khathal, keduanya selalu menyanyikan lagu yang
berisi cacian terhadap Rasul.
8. Sarah, Budak milik Bani Abdul Muthalibb yang membawa surat Hathib
bin Abu Balta’ah.

Meskipun begitu, di antara orang-orang tersebut beberapa mendapatkan


amnesti dan akhirnya masuk Islam. Mereka adalah Ibnu Abu Sarh, Habbar bin Al-
Aswad, salah seorang dari biduan Ibnu Khathal, Sarah, dan Ikrimah bin Abu
Jahal. Untuk Abu Sarh, Utsman bin Affan memintakan amnesti kepada rasul.

Sementara Ikrimah, ia sempat melarikan diri ke Yaman. Istirinya


kemudian memintakan amnesti kepada Rasul, setelah Rasul memberi amnesti,
istrinya menyusul ke Yaman. Setelah mereka kembali lagi ke Mekkah, Ikrimah
masuk Islam.

21
k. Pengambilan Baiat dan Keberadaan Rasulullah di Mekkah

Ketika Allah telah menaklukkan Mekkah utnuk Rasulullah dan kaum


muslimin, penduduk Mekkah bisa membuka mata mereka untuk menerima
kebenaran. Mereka akhirnya menyadari bahwa tidak ada jalan kebenaran selain
Islam.

Mereka pun masuk Islam dan berkumpul untuk menyatakan baiat.


Rasulullah duduk di Shafa untuk membaiat mereka. Sementara Umar bin Khatab
berada di bawah beliau, memegang tangan orang-orang yang berbaiat. Di dalam
kitab al-Madarik disebutkan bahwa seletah beliau selesai membaiat kaum laki-
laki, beliau juga membaiat kaum wanita.

Rasulullah berada di Mekkah selama sembilan belas hari. Selama itu Nabi
memperharui simbol-simbol Islam dan menyampaikan petunjuk kepada orang-
orang. Nabi juga memerintahkan Abu Usaid Al-Khuza’i untuk memperharui
beberapa bagian di Tanah Suci. Rasulullah mengirimkan beberapa kelompok
orang untuk mendakwahkan ajaran Islam serta merobohkan semua berhala di
sekitar Mekkah.

l.   Khutbah Wada’

Selama berada di Makkah setelah penaklukan usai, Rasulullah saw sempat


menyampaikan beberapa khutbahnya, Rasulullah saw menerangkan berbagai
ajaran Islam dan beberapa prinsip hukumnya. Dalam khutbah pertama yang
disampaikan didepan pintu ka’bah Rasulullah saw menjelaskan tentang
pembayaran diyat (tebusan) orang yang terbunuh secara tidak sengaja dan
penghapusan adat istiadat Jahiliyah selain tradisi menjamu para jamma’ah haji
dan pemeliharaan Ka’bah.
Adapun Khutbah kedua, Rasulullah saw mengumumkan “Ketahuilah,
sesungguhnya di dalam Islam itu tidak ada istilah persekutuan diantara kalian
yang telah terjadi sejak zaman jahiliyah, maka Islam akan memperkuatnya. Kaum
Mu’minin itu bersaudara, merupakan satu tangan dekat dengan saudaranya,
membela yang jauh, membantu yang dekat, yang kaya membantu yang papa, dan
yang berjalan menolong yang lumpuh. Seorang Mu’min todak boleh membunuh
orang kafir. Tebusan orang kafir adalah separuh tebusan orang Muslim. Tidak
diperkenankan menggelapkan atau menyisihkan uang zakat dan tidak boleh
mengambil shadaqah muslimim kecuali dari apa yang dirumah-rumah mereka.”

22
Pada khutbah ketiga, Rasulullah saw mengumumkan kehormatan tanah Makkah,
keharaman berburu binatang-binatang di Makkah, memotong rerumputan
Makkah, pohon-pohon Makkah, dan harta temuan Makkah. Rasulullah
menuturkan bahwa Allah Swa menghalalkan berperang di Makkah kepada
Rasulullah saw hanya beberapa waktu saja, yaitu pada penaklukan Makkah.
Rasulullah juga bersabda bahwa tidak ada lagi hijrah setelah penaklukan kota
Makkah akan tetapi, jihat dan niat masih tetap berjalan.
Pada khutbah keempat, Rasulullah saw menjelaskan bahwa barag siapa
melakukan tindak pembunuhan dan ada saksi mata yang melihatnya, maka si
pembunuh wajib membayar tebusan atau dihukum

23
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan islam, terutama di
sekitar Mekkah masih di warnai dengan penyembahan berhala sebagai
Tuhan. Yang di kenal dengan sebutan Paganisme. Selain menyambah
berhala, di kalangan Arab pun ada pula yang menyembah Agama masehi
( Nasrani ), agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran, dan syam.
Di samping itu juga agama Yahudi yang di peluk oleh penduduk Yahudi
imigran di Yaman dan Madinah, serta Agama Majuzi, yaitu agama orang-
orang Persia.
Demikian lah keadaan bangsaArab menjelang kelahiran Nabi
Muhammad SAW yang membawa islam di tengah-tengah bangsa Arab.
Masa itu biasa di sebut dengan Zaman Jahiliyah, masa kebodohan dan
kegelapan dalam beragama. Mekah bukan hanya merupakan pusat
perdagangan local. Tetapi juga sebagai jalur perdagangan dunia yang
sangat penting, yang menghubungkan antara utara, Syam, dan selatan,
yaman , antara timur, Persia, dan barat, Absenia dan mesir.
Dalam bidangsastra, pada masa ini sastra juga memiliki arti
penting dalam kehidupan bangsa Arab, mereka mengabdikan peristiwa-
peristiwa dalam syair yang diperlombakan setiap tahun di pasar seni Ukaz,
Majinnah dan Majaz, bagi yang memiliki syair yang bagus maka akan
diberikan hadiah dan mendapat kehormatan bagi suku atau kabilahnya
serta syairnya di gantungkan di ka’bah yang dinamakan Al-Mu’alaq As-
Sab’ah. Bangsa Arab juga terkenal dengan suka berperang. Selama dua
puluh tiga tahun lebih, Muhammad utusan Allah berjuang dengan gigih,
pantang menyerah dan tak kenal lelah untuk meyampaikan risalah
Tuhannya kepada umat manusia. Berbagai cara dan rintangan menghadang
didepan beliau menghalangi langkah dakwa dan perjuangannya, caci maki,
cemoohan, yang menyakitkan tak pula menjadikan beliau surut langkah
dan menyerah, karena satu tujuan beliau kalimat tauhid kepada Allah
meski tegak di muka bumi. Bertahun-tahun lamanya beliau meneru umat
satu demi satu, dengan hikmah dan hujjab yang nyata, hingga akhirnya
impian beliau untuk menegakkan kalimatullah benar-benar terwujud atas
rahmat dan pertolongan dari Tuhannya.
Pada periode ini, tiga tahun pertama, dakwah islam dilakukan
secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan
dakwah islam di lingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu

24
Khadijah, yang menerima dakwah beliau,kemudian Ali bin Abi Thalib,
Abu Bakar sahabat beliau, lalu Zaid, bekas budak beliau. Di samping itu,
juga banyak orang yang masuk islam dengan perantara-perantara Abu
Bakar yang terkenal dengan julukan Assabiqunal Awwalun (orang-orang
yang lebih dahulu masuk islam), mereka adalah Utsman bin Affan, Sa’ad
bin Abi Waqash, Abdur Rahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu
‘Ubaidah bin Jarrah dan Al-Arqam bin Abil Arqam, yang rumahnya
dijadikan markas untuk berdakwah.
Kemudian setelah turun ayat 94 Surah Al-Hijr, nabi Muhammad
memulai berdakwah secara terang-terangan.
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang
musyrik. (QS. Al-Hijr(94))

A. SARAN
Dengan adanya makalah ini semoga kita semua dapat menghargai dan
mengambil hikmah dari setiap kejadian di masa lalu, yang bisa kita sebut
dengan sejarah.

25
DAFTAR PUSTAKA

Dhiya Karam, Shahih Shirah Nabawiyah, Jakarta : Pustaka As-Sunnah,


2010

Munir Samsul, The World Idol Muhammad Rasulullah, Jakarta : Amzah,


2008

Mufordi Ali, Islam di Kebudayaan Arab, Jakarta, 1997

Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, Jakarta : Jayamurni

26

Anda mungkin juga menyukai