Anda di halaman 1dari 16

Makalah Diskusi

PERADABAN ISLAM RASULULLAH PERIODE MAKKAH


(610 – 622 M)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

SEJARAH PERADABAN ISLAM

Dosen Pengampu

Muhammad Amiruddin, Lc., M.Pd.

Disusun oleh :

1. Rara Puspita Putri (210703110003)


2. Nur Rasyid Saputro (210703110019)
3. Alvina Mailaffaiza (210703110040)
4. Hikmah Helmi Bahtiar (210703110054)
5. Carlyna Septi Aisya (210703110105)

JURUSAN FARMASI

KELAS B

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

GENAP T. A 2021-2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ketika Nabi Muhammad SAW lahir, Mekkah adalah sebuah kota yang
sangat penting dan terkenal diantara kota-kota di Negeri Arab, baik karena
tradisinya maupun karena letaknya. Dengan adanya ka’bah di tengah kota,
Mekkah menjadi pusat keagamaan Arab, dan masyarakat Arab ketika itu
mencerminkan realitas kesukuan masyarakat Arab.
Kedatangan Islam dan pembawanya, Muhammad SAW di tengah
masyarakat Arab sungguh merupakan suatu reformasi besar. Dalam suatu
masyarakat yang cendrung mengabaikan nilai- nilai kemanusiaan, Islam
dengan al-Qur’an sebagai sumber utamanya mampu merubahnya dalam
waktu yang relatif singkat.
Sebelum Islam datang, masyarakat Arab merupakan komunitas yang
mengabaikan atau mengingkari fitrah manusia. Peperangan yang terjadi
antara suku dan kabilah yang berlangsung selama puluhan tahun, penguburan
anak-anak perempuan hidup-hidup, penyembahan kepada berhala, serta
penindasan terhadap warga yang mempunyai status sosial rendah oleh para
bangsawan merupakan bagian dari hidup mereka. Seolah-olah itu semua
merupakan pandangan hidup mereka. Tidak itu saja, kegemaran mereka
terhadap khamar, fanatisme kesukuan yang tinggi, dan penempatan kaum
perempuan pada derajat yang rendah adalah cara hidup yang lazim dijumpai.
Di tengah kondisi masyarakat demikianlah Islam datang. Dengan al-
Qur’an dan Nabi Muhammad sebagai dua faktor utama, dalam waktu yang
relatif singkat, Islam merubah cara masyarakat itu dari masyarakat yang
biadab menjadi beradab. Keberhasilan Islam di tengah masyarakat yang
demikian “liar” tentu saja membuat dunia tercengang. Bahkan, dua negara
ada yang berkuasa ketika itu, Bizantium dan Persia, tidak pernah
mempertimbangkan untuk mengusai wilayah ini karena kerasnya kehidupan
dan penghuninya.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
a) Bagaimana cara Rasulullah SAW. Untuk merubah tatanan kehidupan
orang arab pada masa jahiliyah yang sebelumnya diselimuti oleh
kebodohan?
b) Apa saja yang dirubah oleh Rasulullah SAW. Untuk memperbaiki
tatananan kehidupan bangsa arab pada masa Jahiliyyah?

1.3. Tujuan
1) Untuk mengetahui peradaban-peradaban masyarakat arab sebelum Islam
datang di Mekkah dan merubah tatanan kehidupan orang arab pada masa
jahiliyah yang sebelumnya diselimuti oleh kebodohan.
2) Untuk mengetahui bagaimana cara Rasululluh SAW menyampaikan
dakwahnya Ketika di Mekkah
3) Untuk mengenal system-sistem social di Mekkah

1.4. Tinjauan Pustaka


A. Peradaban Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam yang dibawa Nabi Muhammad
Saw. dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Letak
geografis yang cukup strategis membuat Islam yang diturunkan di Makkah
menjadi cepat menyebar ke berbagai wilayah. Di samping juga didorong oleh
faktor cepatnya laju perluasan wilayah yang dilakukan umat Islam, dan
bahkan bangsa Arab dapat mendirikan kerajaan di antaranya Saba’, Ma’in
dan Qutban serta Himyar yang semuanya berada di wilayah Yaman. Di sisi
lain, kenyataan bahwa al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
dan dalam konteks geografis Arab, mengimplikasikan sebuah asumsi bahwa
suatu pemahaman yang komprehensif terhadap al-Qur’an hanya mungkin
dilakukan dengan melacak pemaknaan dan pemahaman pribadi, masyarakat
dan lingkungan mereka yang menjadi audiens pertama al-Qur’an, yaitu
Muhammad Saw. dan masyarakat Arab saat itu dengan segala kultur dan
tradisinya.

B. Dakwah Makkah Nabi Muhammad SAW


Bagi umat Islam, secara khusus para pendakwah, menyampaikan ajaran
Islam kepada orang bukan Islam merupakan satu priorotas yang harus
mendapatkan perhatian. Misi Islam sebagai Rahmatan li aldapat berjalan jika
usaha untuk menyebarkan dan membumikan agama Islam melalui dakwah
terus diupayakan. Terlebih lagi dalam konteks kehidupan dewasa ini yang
ditandai dengan kedaulatan negara beragam latarbelakang agama, suku dan
juga budaya. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, dakwah bukan hanya
difahami sebagai seruan, namun proses perubahan masyarakat (Cucu, 2016).
Islam hadir dibawa dan disebarakan oleh Rasulullah SAW. Bermula di
wilayah Mekkah dan kemudian menyebar hingga ke seluruh pelosok jazairah
Arabia. Kemampuan Rasulullah SAW dalam mengorganisir potensi dakwah
menjadi kunci kesuksesan dakwahnya.

C. Pembentukan Sistem Sosial di Makkah


Sebelum datangnya Islam kehidupan sosial bangsa Arab boleh dikatakan
jauh dari nilai-nilai moral yang beradab. Kondisi alam yang penuh bebatuan
gersang dan tandus, serta udara panas dan minimnya ketersediaan air sangat
berpengaruh terhadap pembentukan karakter orang-orang yang di sana.
Mereka hidup secara berkelompok atau dikenal dengan kabilah-kabilah
dengan ikatan pertalian darah serta fanatisme suku yang tinggi sehingga tak
jarang mereka saling bermusuhan satu dengan lainnya. Budaya minum arak,
berjudi, berzina dan menyembah berhala telah mengakar pada masyarakat
Arab kala itu.1 Perbudakan dan pembunuhan bayi perempuan kala itu sudah
menjadi tradisi dan budaya yang mengingkari harkat dan martabat manusia.
Pada jaman jahiliyah tersebut mereka sangat mencintai kebebasan
sehingga agama mereka anggap sebagai penghalang kebebasan mereka.
Lahirnya agama Islam membawa dampak yang luar biasa bagi tatanan
kehidupan sosial dan budaya jaman jahiliyah tersebut. Islam membawa
pembaharuan tidak saja pada nilai moral agama tetapi juga pada bidang lain
seperti hukum, ekonomi, seni budaya. Peradaban Islam telah lahir
memberikan perubahan dan pembaharuan secara signifikan terhadap prinsip-
prinsip sosial seperti persatuan, persaudaraan, persamaan hak, perdamaian,
kebebasan dan pertahanan.
Keberhasilan Rasululloh membawa masyarakat Arab keluar dari jaman
jahiliyah melalui pendidikan, tentu saja ditunjang oleh sistem, pendekatan,
strategi dan langkahlangkah sistematik yang di tempuh Rasululloh.
Keberhasilan Rasulullah inilah yang perlu pelajari dan dikembangkan oleh
umat Islam agar dapat dijadikan dasar dan pijakan dalam pelaksanaan proses
pendidikan Islam saat ini sehingga dapat mencapai keberhasilan sebagaimana
telah dicontohkan Rasulullah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peradaban Arab sebelum Islam


Sebelum peradaban Islam muncul, bangsa Arab telah mengenai
kehidupan politik, sosial, ekonomi, bahasa, seni, dan penggunaan metode
berpikir meskipun masih sangat sederhana.
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Arab sangat ditentukan oleh
kondisi dan letak geografis. Masyarakat pedalaman Suku Badui hidup dari
sektor pertanian, terutama yang mendiami Oase. Sedangkan masyarakat
perkotaan kehidupannya ditentukan oleh keahlian mereka dalam perdagangan.
Oleh karena itu, suku Quraisy terkenal dalam dunia perdagangan. Mereka
melakukun perjalanan dagang dua musim dalam setahun, yaitu musim panas
ke Syam, dan musim dingin ke Yaman.
Makkah bukan saja merupakan pusat perdagangan lokal, melainkan
sudah menjadi jalur jalur perdagangan dunia yang penting pada saat itu,
karena posisinya yang sangat setrategis, yang menghubungkan antara utara
(Syam), selatan (Yaman), timur (Persia), dan barat (Mesir dan Abessinia). Di
Makkah, pusat perdagangan perdagangan terleta di pasar Ukaz, yang di buka
pada bulan Dzuqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram.
Dalam bidang sosial politik, Arab Jahiliyah tidak memiliki pemerintahan
yang mapan. Pemimpin mereka disebut “Syaikh” atau “Amir”, yang
mengurusi masalah perang dan pembagian harta hasil perang. Di luar itu,
Syaikh tidak berhak mengatur anggota kabilahnya.
Bangsa Arab sebelum islam juga mengembangkan ilmu astronomi (ilmu
perbintangan) dari penemuan bangsa Babilonia yang indah ke Arab karena
diserang oleh Bangsa Persi.
Bangsa Arab juga sudah mengenal ilmu pengobatan yang disebut
“Thabib”. Ilmu ini berasal dari orang-orang Kaidan yang kemudian
dikembangkan oleh orang-orang Arab.
2.2 Dakwah Makkah Nabi Muhammad
Tidak hanya dalam aspek ibadah, Rasulullah SAW juga didesain untuk
menjadi teladan dalam aspek dakwah. Pada dasarnya, ia diutus untuk
membawa konsep tatanan kehidupan yang didasarkan atas aturan dan
naungan Allah SWT. Dalam rangka inilah maka ia menjalankan dakwahnya
dengan beragam metode. Dalam apliksinya, ia meperhatikan, menganalisa
dan menentukan secara cermat tentang metode apa yang sesuai bagi suatu
kelomok masyarakat tertentu. Bukan sekedar itu, bahkan ia melakukan
proyeksi setiap kejadian yang akan terjadi dan melakukan pengamatan
terhadap situasi dan kondisi yang ada serta menentukan metode yang sesuai
bagi situasi tersebut.
Dalam konteks dakwah inilah, Nabi SAW dinilai sebagai sosok teladan.
Bahkan kemampuamnya mengorganisir berbagai potensi dan menggunakan
metode yang variatif dinilai sebagai kunci kesuksesan dakwahnya. Secara
teoritis memang ia tidak mengajarkan dan menjelaskan tentang makna dan
konsepnya secara ilmiah Namun dalam aplikasinya, beliau telah
menggunakan pelbagai metode dan uslub yang dinilai sejalan dengan prinsip-
prinsip dakwah dan manajemen modern. Jika ditelaah secara lebih mendalam
terkait hal ini, akan didapati tindakan strategis dan taknis dalam usaha
penyebaran Islam yang sangat efektif, efisein dan berdampak sangat tinggi.
Allah SWT berfirman: “Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk (Q.S. al-Nahl [16]: 125)”.
Strategi merupakan cara-cara yang dipergunakan Nabi Muhammad saw.
untuk menyampaikan dakwah Islam dengan tujuan agar dakwah tersebut bisa
dengan mudah diterima oleh umatnya. Untuk tujuan tersebut, beliau
melakukan strategi berdakwah secara bertahap agar substansi materi
dakwahnya dapat diterima dengan mudah di kalangan masyarakat Arab.
Tujuan Rasulullah SAW berdakwah pada periode Mekah adalah agar
masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan
hokum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi
Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tentunya hal tersebut tidak semerta-merta dapat dengan mudah diterima
bahkan ditolak habis-habisan oleh kaum kafir Quraisy. Banyak alasan bagi
mereka untuk menolak keyakinan yang dibawa oleh Nabi Muhammad
tersebut, salah satunya adalah apa yang mereka yakini adalah sesuatu yang
telah lama mengakar dan menjadi keyakinan mereka serta nenek moyang
mereka. Sehingga keyakinan tersebut sudah tertanam kuat dalam keyakinan
mereka. Para pemahat serta penjual atau patung merasa datangnya Islam akan
menghalangi mata pencaharian mereka. Karena tentunya jika Islam menyebar
maka mereka akan kehilangan mata pencaharian mereka, yang mana sangat
bergantung pada apa yang diyakini masyarakat pada masa itu. Kemudian
kaum Quraisy juga tidak setuju dengan seruan Nabi Muhammad Saw. tentang
persamaan hak antara hamba sahaya dan bangsawan. Intinya Nabi
Muhammad Saw ingin menghapuskan sistem perbudakan yang telah lama
berjalan kaum Quraisy juga menolak ajaran tentang kebangkitan dan
pembalasan hari akhir.
Karena reaksi keras dari kaum Quraisy itulah yang tentunya menghambat
dakwah nabi Muhammad SAW karena tentunya akan beresiko sekali dan
bahkan mengancam keselamatan dan nyawa Nabi sehingga pada akhirnya
Nabi harus melakukan sistem dakwah yag lain. Dakwah Nabi Muhammad
Saw. dilakukan dengan dua cara pertama yaitu dengan cara sembunyi-
sembunyi dan terbuka.
Secara garis besar, dakwah Nabi Muhammad SAW dibagi menjadi dua
periode, yaitu: Periode Mekah dan Periode Madinah. Proses dakwah Nabi
saw. di Mekah berlangsung selama 13 tahun (3 tahun dilakukan secara
sembunyi-sembunyi dan 10 tahun secara terang-terangan). Sedangkan
dakwah di Madinah berlangsung selama 10 tahun, terhitung mulai dari
hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah sampai beliau wafat.

a) Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun


Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW
menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan
rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Pada tahap
ini, Nabi saw. hanya menyampaikan beberapa ajaran dasar dari agama
Islam. Inti ajaran tersebut mencakup tiga hal, yaitu: pertama, keesaan
Tuhan; kedua, penghapusan patung-patung berhala; dan ketiga, kewajiban
manusia untuk beribadah ritual dan sosial untuk mencari keridaan Allah
swt. semata. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah
Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri
Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib
(saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid
bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq
(sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah
SAW pada waktu kecil). Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran
Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri
masuk Islam (Imam Safii, 2019).

b) Dakwah secara terang-terangan


Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari
kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT
agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut
berupa ayat Al-Qur‟an Surah 26: 214-216.

‫) فَإِ ْن‬٢١٥( َ‫ِض َجنَا َحكَ ِل َم ِن اتَّبَعَكَ مِ نَ ْال ُمؤْ مِ نِين‬


ْ ‫) َوا ْخف‬٢١٤( َ‫ِيرتَكَ األ ْق َربِين‬ َ ‫عش‬ َ ‫َوأَ ْنذ ِْر‬
)٢١٦( َ‫ص ْوكَ فَقُ ْل إِنِِّي بَ ِري ٌء مِ َّما ت َ ْع َملُون‬َ ‫ع‬ َ
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang
terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman
yang mengikutimu. Kemudian jika mereka mendurhakaimu maka
katakanlah (Muhammad), ”sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab
terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS.Asy-Syu’ara’(26):214-216).
Berdasarkan (Imam Safii, 2019), tahap-tahap dakwah Rasulullah
SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
a) Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk
menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau
banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari
kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi
merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja‟far bin Abu
Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
b) Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama
yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka‟bah untuk berkumpul
di Bukit Shafa.

Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah


menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu:
Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab.
Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian,
sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para
penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar
kota Mekah yang masuk Islam antara lain: Abu Zar Al-Giffari, seorang
tokoh dari kaum Giffar, Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair
terpandang dari kaum Daus, dan Dakwah Rasulullah SAW terhadap
penduduk Yastrib (Madinah).
Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus
dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak
13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi.
Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada
gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan
menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan
pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan
membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada
Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
2.2 Pembentukan Sistem sosial di mekkah
Pembentukan Sistem Sosial Kemasyarakatan Peradaban atau
kebudayaan pada masa Rasulullah Saw. Yang paling dahsyat adalah
perubahan social. Suatu perubahan mendasar dari masa kebobrokan moral
menuju moralitas yang beradab. Dalam tulisan Ahmad Al-Husairy,
diuraikan bahwa peradaban pada masa Nabi dilandasi dengan asas-asas
yang diciptakan sendiri oleh Muhammad di bawah bimbingan wahyu.
Diantaranya sebagai berikut:
a) Pembangunan Masjid Nabawi
Nabi Muhammad Saw., mendirikan masjid sebagai tempat
peribadatan dan pertemuan yang diberi nama masjid “Nabawi”. Fungsi
masjid ini selain sebagai tempat untuk melaksanakan salat, juga sebagai
sarana mempersatukan kaum Muslimin, dan tempat bermusyawarah
merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid pada masa Nabi
bahkan berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Dalam pembangunan
masjid ini nabi ikut serta, bahkan mengangkat dan memindahkan batu-batu
dengan tangannya sendiri. Saat itu, masjid dihadapkan ke Baitul Maqdis.
Tiang masjid terbuat dari batang kurma, sedangkan atapnya dibuat dari
pelepah daun kurma.23 Adapun kamar-kamar istri nabi dibuat disamping
masjid. Tatkala pembangunan selesai, nabi memasuki pernikahan dengan
Aisyah pada bulan syawal. Sejak saat itulah, Yatsrib dikenal dengan
Madinatur Rasul atau Madinah al- Munawwarah.

b) Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Anshar.


Dalam Negara islam yang baru dibangun itu, Nabi meletakan dasar-
dasarnya untuk menata kehidupan sosial dan politik. Dikukuhkannya
ikatan persaudaraan (UkhwahIslamiyah) antara golongan Anshar dan
Muhajirin, dan mempersatukan suku Aus dan Khazraj yang telah lama
bermusuhan dan bersaing.
Ikatan persaudaraan Anshar dan Muhajirin melebihi ikatan
persaudaraan karena pertalian darah, sebab ikatannya berdasar iman.
Terbukti apa yang dimiliki Anshar disediakan penuh untuk saudaranya
Muhajirin. Rasulullah mempersaudarakan di antara kaum muslimin.
Mereka kemudian membagikan rumah yang mereka miliki, bahkan juga
istri-istri dan harta mereka. Persaudaraan ini terjadi lebih kuat daripada
hanya persaudaraan yang berdasarkan keturunan. Dengan persaudaraan
ini, Rasulullah telah menciptakan sebuah kesatuan yang berdasarkan
agama sebagai pengganti dari persatuan yang berdasarkan kabilah. (
Saunders: 1990, 32).

c) Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum Muslimin dan non


Muslimin
Nabi mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar, penduduk
Madinah yang sudah masuk Islam. Dengan demikian diharapkan, setiap
Muslim merasa terikat dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Apa
yang dilakukan Rasulullah Saw., ini berarti menciptakan suatu bentuk
persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan mereka berdasarkan agama
untuk menggantikan persaudaraan berdasarkan darah atau kabilah.24
Dengan demikian tidak ada jurang pemisah antara golongan yang kaya
dengan yang miskin, maupun golongan yang kuat dengan yang lemah.
Sehingga jumlah dan kekuatan umat Islam semakin hari semakin
bertambah besar dan kuat. Tidak mudah untuk dikalahkan oleh suku dari
golongan manapun juga. Persaudaraan ini tampak nyata dan dibuktikan
dalam kehidupan mereka seperti orang yang kaya atau mempunyai harta
berlebih maka ia memberikan kepada yang membutuhkan. Bagi yang
beristri lebih dari satu, dua, tiga, dan seterusnya, mereka memberikan
kepada yang membutuhkan.
Di Madinah, ada tiga golongan manusia, yaitu kaum muslimin, orang-
orang arab, serta kaum non muslim, dan orang-orang yahudi (BaniNadhir,
BaniQuraizhah, dan BaniQainuqa’(. Rasulullah melakukan satu
kesepakatan dengan mereka untuk terjaminnya sebuah keamanan dan
kedamaian. Juga untuk melahirkan sebuah suasana saling membantu dan
toleransi diantara golongan tersebut.
d) Peletakan Asas-asas Politik, Ekonomi, dan Sosial
Islam adalah agama dan sudah sepantasnya jika di dalam negara
diletakkan dasar-dasar Islam maka turunlah ayat-ayat Alquran pada
periode ini untuk membangun legalitas dari sisisisi tersebut sebagaimana
dijelaskan oleh Rasulullah dengan perkataan dan tindakannya. Hidupla
kota Madinah dalam sebuah kehidupan yang mulia dan penuh dengan
nilai-nilai utama. Terjadi sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada
solidaritas yang erat diantara anggota masyarakatnya. Dengan demikian
berarti bahwa inilah masyarakat Islam pertama yang dibangun Rasulullah
dengan asas-asasnya yang abadi.
Secara sistematik proses peradaban yang dilakukan oleh Nabi pada
masyarakat Islam di Yatsrib menjadi Madinah (MadinatAr-Rasul,
Madinah an-Nabi, atau Madinah alMunawwarah). Perubahan nama yang
bukan terjadi secara kebetulan, tetapi perubahan nama yang
menggambarkan cita-cita Nabi Muhammad Saw, yaitu membentuk sebuah
masyarakat yang tertib dan maju dan berperadaban. kedua, membangun
masjid.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kedatangan Islam dan pembawanya, Muhammad SAW di tengah
masyarakat Arab sungguh merupakan suatu reformasi besar. Sebelum Islam
datang, masyarakat Arab merupakan komunitas yang mengabaikan atau
mengingkari fitrah manusia. Di tengah kondisi masyarakat demikianlah Islam
datang. Dengan al- Qur’an dan Nabi Muhammad sebagai dua faktor utama,
dalam waktu yang relatif singkat, Islam merubah cara masyarakat itu dari
masyarakat yang biadab menjadi beradab. Agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum.
Rasuklullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3-4 tahun kepada
keluarga, sahabat dan orang terdekat beliau. Dan kemudian Rasulullah SAW
menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah
dengan berdakwah secara terang-terangan.
Islam membawa perubahan di Makkah setelah Muhammad membawa
ajaran-ajaran Islam yang memperbaiki moral mereka dalam beragama. Pada
periode Makkah Muhammad berkonsentrasi terlebih dahulu untuk
memperbaiki tauhid penduduk Makkah yang pada saat itu masih menyembah
berhala dan masih setia pada ajaran nenek moyang mereka. Walaupun
demikian usaha Muhammad menyebarkan Islam tidak mudah dibandingkan
ketika Muhammad menyebarkan Islam ke Madinah.
3.2. Saran
a) Sebagai umat Islam yang merupakan agama yang paling sempurna kita
sebaiknya menjaga dan terus mengembangkan kebudayaan Islam
terutama kita warga negara Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan
yang bernuansa Islami.
b) Selain itu, kita juga harus mempelajari sejarah yang ada, salah satunya
sejarah Islam agar mengetahui dan mengikuti hal-hal yang pernah
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang akan menuntun kita kepintu
syurga. Serta dapat berperilaku yang selektif terhadap pengaruh
globalisasi sesuai dengan nilainilai agama yang di anut dan adat
kebiasaan di negerinya.
c) Selain itu, apabila kita membaca sebuah litelatur sejarah kita hendaknya
selalu memperhatikan dari mana sumber litelatur sejarah itu kita dapat,
hendaknya kita mencari sumber yang terpercaya.
DAFTAR PUSTAKA

Imam Safii. (2019). MODUL SEJARAH DAKWAH. 1, 102.


Karen Armstrong, Muhammad; A Biography of The Prophet, ( London: Victor
Gallanz, 1991), hlm. 55.
MasudulHasan, History of Islam, ( India: Adam Published, 1995), vol. I, hlm. 48.
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap.Yogyakarta: DIVA Press,
2015.

Anda mungkin juga menyukai