Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sejarah peradaban Islam memiliki arti yang sangat penting dan tidak bisa kita
abaikan begitu saja. Karena dengan sejarah kita bisa mengetahui apa yang telah terjadi
pada zaman sebelum Nabi sampai pada Al Khulafah Arashidun. Kaum muslimin mulai
dipimpin oleh seorang khalifah semenjak wafatnya Nabi untuk menggantikan
kedudukan Nabi sebagai pemimpin umat dan pemimpin negara.
Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H atau tanggal 8
Juni 632 M. Sesaat setelah beliau wafat, situasi di kalangan umat Islam sempat kacau.
Hal ini disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya secara
pasti. Dua kelompok yang merasa paling berhak untuk dicalonkan sebagai pengganti
Nabi Muhammad SAW adalah kaum Muhajirin dan Anshar. Terdapat perbedaan
pendapat antara kaum Muhajirin dan Anshar karena kaum Muhajirin mengusulkan
Sa’ad bin Ubadah sebagai pengganti nabi Muhammad SAW. Perbedaan pendapat anatar
dua kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikam secara damai setelah Umar bin
Khatab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan bahwa yang
paling berhak memegang pimpinan sepeninggal Rasulullah adalah orang-orang Quraisy.
Alasan tersebut dapat diterima oleh kedua belah pihak. Melihat masalah itu kami dari
penulis mencoba untuk membahas tentang Khulafaur Rasyidin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Al-Khulafaur Rayidun ?
2. Bagaimana kepemimpinan pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq?
3. Bagaimana kepemimpinan pada masa khalifah Umar bin Al-Khattab ?
4. Bagaimana kepemimpinan pada masa khalifah Usman bin Affan ?
5. Bagaimana kepemimpinan pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ARSITEK PERADABAN


Periode khilafah awal merupakan sebuah periode munculnya tatanan sosial baru
sebagai implikasi ajaran islam yang dibawa Muhammad. Islam yang dibawa
Muhammad merupakan nilai-nilai samawi yang berisi tentang tatanan kehidupan, bukan
hanya terkait dengan aspek eskatologis (ukhrawi) tetapi juga mengatur kehidupan di
dunia. Dalam mendeskripsikan sejarah penyebaran islam periode khilafah awal maka
analisis webering dianggap cukup relevan. Max Weber menekankan bahwa faktor ide
dan gagasan atau pemikiran merupakan faktor yang sangat menentukan adanya
perubahan sosial.1 Dari melihat generasi awal Islam yang terdiri dari orang-orang
berbasis klan yang yang saling berbeda menunjukan bahwa komunitas baru yang
terbentuk semata-mata karena ikatan dan motivasi moralitas-keagamaan dan tidak
terkait dengan politik kekuasaan antar klan. Begitu juga tidak terkait dengan faktor
peningkatan taraf ekonomi karena posisi Nabi secara politik dan ekonomi sangat terjepit
dalam himpitan sosial-politik Mekkah. Inilah argumen-argumen bahwa komonitas islam
awal terbentuk atas dasar moral dan agama.
Komunitas yang dibentuk Nabi pada awalnya hanyalah komunitas sosial-keagamaan
murni. Pada periode makkah, Nabi belum dapat membentuk basis Islam yang kuat.
Muhammad SAW baru berfungsi sebagai Nabi dan Rasul dan belum berfungsi sebagai
pemimpin negara. Pada periode Makkah ini, Nabi belum dapat membentuk basis Islam
yang kuat. Umat Islam di Makkah sebelum hijrah hanyalah merupakan suatu kelompok
masyarakat agama yang sangat lemah. Dakwah Nabi memperoleh tantangan yang
sangat serius dan memberatkan sehingga peradaban-pun belum dapat dibangun pada
periode Makkah ini. Hal ini disebabkan karena belum adanya infra struktur peradaban.
Di Madinah, Muhammad SAW makin memiliki peran kenabian, disamping peran
sosial-politik dan peran dalam permasalahan legislasi. Dari persfektif inilah Nabi
memiliki peran fundamental sebagai arsitek peradaban islam yang merancang tatanan

1
Syamsul Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam, Fajar Media Press, Yogyakarta,2011, hlm.5

2
sosial baru bagi umat manusi menuju kehidupan yang penuh keadaban dan
berperadaban. Di Madinah inilah, Nabi mulai membangun tatanan sosial yang lebih luas
secara serius. Embrio-embrio peradaban islam telah terbentuk peda era madinah ini.

2.2 PROSES PEMBENTUKAN PERADABAN


Ketika melakukan dakwah islam di mekkah selama 13 tahun, Nabi memperoleh
perlawanan sengit dari kaum kafir Quraisy. Namun posisi Nabi masih aman karena
dilindungi oleh figur Khadijah (istri Nabi) yang merupakan saudagar kaya yang
disegani, disamping figur abu Thalip (paman Nabi) yang memiliki kehormatan di
keluarga Bani Hasyim dan suku Quraisy yang umumnya. Namun ketika kedua orang
yang disayangi yang sekaligus menjadi figur pelindung Nabi wafat, posisi Nabi menjadi
tidak aman sehingga tahun 622 M Nabi melakukan hijrah ke Yatsrib (Madinah).2
Di madinah Nabi SAW membangun sebuah negara. Masyarakat Madinah (kaum
Anshor) dan para muslim pendatang dari Makkah (Kaum Muhajirin) mendukung
sepenuhnya negara Madinah yang dibangun atas dasar prestise religius dan moral
Muhammad. Persekutuan antara kelompok Muhajirin dan Anshor yang berimplikasi
pada kegusaran sekaligus kegelisahan kaum kafir Quraisy. Peran peradaban Nabi
Muhammad begitu jelas. Nabi Muhammad telah membentuk sebuah pemerintahan lokal
yang didirikan atas pandangan kenabiannya. Dalam waktu yang cukup singkat
pemerintahan lokal Madinah telah mampu bersaing dengan kaum Quraisy Makkah, dan
bahkan kekaisaran Bizantium dan Sasani. Nabi Muhammad merupakan peletak pondasi
kedaulatan sosial-politik umat Islam yang sekaligus menjadi peletak dasar bagi
pengembangan peradaban Islam.3

2.3 KHULAFAUR RASYIDUN


Nabi Muhammad SAW. tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagia pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau
tampaknya menyerahkan persoalan tersebut pada kaum Muslimin sendiri untuk
menentukannya. Karena itulah tidak lama setelah beliau wafat, belum lagi jenazahnya

2
Ibid.,hlm.22-23
3
Ibid.,hlm.24-26

3
dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul dibalai kota Bani
Sa’idah, Madinah. Mereka memusyawarakan siapa yang akan dipilih menjadi
pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup lama karena masing-masing pihak, baik
Muhajirin maupun Ansar sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat islam.
Naum dengan semangat ukhuwah Islamiah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih.
Rupanya semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat
Islam, sehingga masing-masing menerima dan membaiatnya.4
Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabad oleh anaknya Hasan selama
beberapa bulan. Namun karena Hasan ternyata lemah, sementara Muawiyah semakin
kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian itu dapat mempersatukan umat
islam kembali dalam suatu kepemimpinan politik, dibawah Muawiyah ibn Abi Sufyan.
Disinilah perjanjian itu menyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolut dalam
islam. Tahun 41 H(661M), tahun persatuan itu dikenal dengan sejarah sebagai tahun
Jama’ah (am jama’ah). Dengan demikian berakhirlah yang disebut dengan masa
Khulafa’ur Rasydun dan dimulai kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik islam.
Ketika itu wilayah kekuasaan islam sangat luas. Ekspansi kenegeri-negeri yang
sangat jauh dari pusat kekuasaan dalam waktu tidak lebih dari setengah abad,
merupakan kemenangan terbesar dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah
mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang menyebabkan
ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah :
1. Islam, disamping merupakan ajaran yang mengtur hubungan manusia dengan
Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2. Dalam dada para sahabat Nabi tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban
menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwa) keseluruh penjuru dunia. Disamping
itu suku-suku bangsa Arap gemar berperang. Semangat dakwah dan kegemaran
berperang tersebut membentuk suatu kesatuan yang padu dalam diri umat islam.
3. Bizantium dan Persia, dan kekuatan mengakui Timur Tengah pada waktu itu.
Mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi
peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri
masing-masing.

4
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Rajawali Pers,Depok, 2017,hlm. 35

4
4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya
kemerdekaan beragama bagi rakyat.
5. Islam datang kedaerah-daerah yang dimasuki dengan sikap simpatik dan toleran,
tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk islam.
6. Bangsa Sami, Palestina dan bangasa Hami di Mesir memandang bangsa Araf
lebih dekat kepada mereka daripada bangsa eropa, Bizantium, yang memerintah
mereka.
7. Mesir, Syria, dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya.

Mulia dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khalifah
Rasyidun. Para khilafah disebut al-Khulafah’al-Rasydun, (khalifah-khalifah yang
mendapat petunjuk). Mereka dipilih melalui proses musyawarah, yang dalam istilah
sekarang disebut demokrasi. Setelah periode ini, pemerintahan islam berbentuk
kerajaan. Kekuasan diwariskan secara turun-temurun.5

2.4 KHALIFAH ABU BAKAR ASH SHIDDIQ


2.4.1 Kelahiran Abu Bakar Ash-Siddiq
Abu ash siddiq ( nama lengkapnya ,Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah bin
Utsman bin Amr bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin
Fihr At-Taimi Al-Quraisyi. Berarti silsilanya dengan Nabi bertemu pada Murrah bin
Ka’ab). dilahirkan pada tahun 573 M. Dia dilahirkan di lingkungan suku yang sangat
berpengaruh dan suku yang banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Ayahnya bernama
( Abu Kuhafah ) bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Saad bin Laym bin Mun’ah bin Ka’ad
bin Lu’ay, berasal dari suku Quraisy, sedangkan ibunya bernama Ummu Al Khair
Salmah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah. Garis keturunan nya
bertemu pada neneknya yaitu Ka’ab bin Sa’ad .
Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai
didakwakan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW, dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal keagungan Muhammad.
Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta

5
Ibid., hlm. 40-42

5
bendanya untuk Islam. Pengorbanan Abu Bakar terhadap islam tidak dapat diragukan.
Ia juga pernah di tunjukan Rasul sebagai pengganti nya untuk mengimami shalat ketika
nabi sakit. Nabi Muhammad Saw .pun wafat tak lama setelah kejadian tersebut. Karena
tidak ada pesan mengenai siapa penggantinya di kemudian hari, pada saat jenazah Nabi
belum dimakamkan diantara umat Islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-cepat
memikirkan pengganti Nabi. Aturan-aturan yang jelas tentang pengganti Nabi tidak
ditemukan, yang ada hanyalah sebuah mandat yang diterima Abu Bakar menjelang
wafatnya Nabi untuk menjadi badal imam shalat.
Dalam pertemuan tersebut, sebelum kaum Muhajirin datang golongan Khajraz telah
sepakat mencalonkan Salad bin Ubadah, sebagai pengganti Rasul. Akan tetapi suku Aus
belum menjawab atas pandangan tersebut, sehingga terjadilah perdebatan diantara
mereka dan pada akhirnya, Sa’ad bin Ubadah yang tidak menginginkan perpecahan
mengatakan bahwa ini merupakan awal dari perpecahan. Melihat situasi yang memanas,
Abu Ubaidah mengajak kaum Anshar agar bersikap tenang dan toleran,kemudian Basyir
bin Sa’ad Abi An-Nu’man bin Basyir berpidato agar tidak memperpanjang masalah ini.
Baik Umar maupun Abu Ubaidah merasa keberatan atas ucapan Abu Bakar dengan
mempertimbangakan sebagai alasan, diantara nya adalah di tunjuknya Abu Bakar
sebagai pengganti Rasul dalam imam shalat dan ini membuat Abu Bakar lebih berhak
menjadi pengganti Rasulullah SAW. Pembahasan–pembahasan tentang khalifah ini
pada akhirnya menimbulkan berbagai aliran pemikiran dalam islam,dengan terpilihnya
Abu Bakar serta pembaiatan nya, resmilah berdiri kekhalifahan pertama di dunia islam. 6

2.4.2 Abu Bakar Peran Dan Fungsinya


Pidato yang di bacakan oleh Abu Bakar dalam kepemerintahannya sebagai berikut :
“Wahai manusia sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu percayakan ,
padahal aku bukan orang yang terbaik diantara kamu. Apabila aku melaksanakan
tugasku dengan baik, bantulah aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku.
Kebenaran adalah satu kepercayaan dan kedustaan adalah suatu penghianatan. Orang
yang lemah diantara kamu adalah orang kuat bagiku sampai aku memenuhi hak-
haknya dan orang kuat diantara kamu adalah lemah bagiku hingga aku mengambil

6
Dedi Supriadi,Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2008,hlm. 67-69

6
haknya. Insya Allah janganlah salah seorang dari kamu meninggalkan jihad.
Sesungguhnya kaum yang tidak memenuhi panggilan jihad maka Allah akan
menimpakan atas mereka suatu kehinaan. Patuhlah kepadaku selama aku taat kepada
Allah dan Rasul-Nya . jika aku tidak menaati Allah dan Rasulnya sekali kali jangan lah
kamu mentaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kamu “.
Ucapan pertama ketika dibaiat, ini menunjukan garis besar politik dan
kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan.
Diantara kebijaksanaannya ialah sebagai berikut :
a) Kebijaksanaan Pengurus Terhadap Agama .
Pada awal pemerintahannya, ia di uji dengan adanya ancaman yang datang dari
umat Islam sendiri yang menentang kepemimpinannya di antara perbuatan makar
tersebut ialah timbulnya orang-orang yang murtad, orang-orang yang tidak
mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku jadi Nabi dan pemberontakan dari
beberapa kabilah.
b) Kebijaksanaan Kenegaraan
Diantara kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan atau kenegaraan, di
uraikan sebagai berikut :
1. Bidang eksekutif
2. Pertahanan dan keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan–pasukan yang ada untuk mempertahan kan
eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk
memelihara stabilitas di dalam maupun di luar negeri.
3. Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khathab dan selama masa
pemerintahan Abu Bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti
untuk di pecahkan. Hal ini karena kemampuan dan sifat Umar sendiri, dan
masyarakat pada waktu itu dikenal ‘alim.
4. Sosial ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait Al Mal, di dalam nya di kelola harta benda yang di
dapat dari Zakat, Infaq, Sedekah, Ghanimah dan lain lain .

7
Dari pembahasan–pembahasan di atas, dapat di simpulkan bahwa pada keadaan,
pengangkatan khalifah dalam kekhilafahan pertama berjalan dengan musyawaroh
dengan aklamasi menerima dan mengangkat Abu Bakar, walaupun di antara sahabat,
ada yang tidak ikut dalam pembaiatan dan pada akhirnya mereka melakukan sumpah
setia. Dengan demikian, secara nyata pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah di
setujui .7

2.4.3 Penyebaran Islam Pada Masa Abu Bakar


Setelah pergolakan dalam negeri berhasil di padamkan ( terutama memerangi orang-
orang murtad ) Khalifah Abu Bakar menghadapi kekuatan Persia dan Romawi yang
setiap saat berkeinginan menghancurkan eksistensi islam. Untuk menghadapi Persia,
Abu Bakar mengirim tentara Islam dibawah pimpinan Khalid bin Walid dan Mutsana
bin Haritsa dan berhasil merebut beberapa daerah penting Irak dan kekuasaan Persia.
Adapun untuk menghadapi romawi Abu Bakar memilih empat panglima Islam terbaik
untuk memimpin beribu ribu pasukan di empat front, yaitu Amr bin Al-Ash di fron
Palestina, Yazid bin Abi Sufyan di front Damaskus, Abu Ubaidah di front hims, dan
Syurahbil bin Hasanah di front Yordania. Empat pasukan ini kemudian dibantu oleh
Khalid bin Walid yang bertemu di front Siria.

2.4.4 Faktor keberhasilan khalifah Abu Bakar


Faktor keberhasilan Abu Bakar yang lain adalah dalam membangun pranata sosial
di bidang politik dan pertahanan keamanan. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari sikap
keterbukaannya, yaitu memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada tokoh-tokoh
sahabat untuk ikut membicarakan berbagai masalah sebelum iya mengambil keputusan
melalui forum musyawarah sebagai lembaga legeslatif. Hal ini mendorong para tokoh
sahabat, khususnya dan umat islam umunya, berpartisipasi aktif untuk melaksanakan
berbagai keputusan yang dibuat. Adapun tugas-tugas eksklusif, ia delegrasikan kepada
pada sahabat, baik untuk pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun
pemerintahan di daerah. Untuk menjalankan tugas- tugas pemerintah di Madinah, ia

7
Ibid.,hlm 69-71

8
mengangkaat Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, dan Zaid bin Tsabit sebagai katib
(sekretaris),dan Abu Ubaidah sebagai bendahara untuk mengurus Baitul Mal.

2.4.5 Peradaban Pada Masa Abu Bakar


Bentuk peradaban paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar yang
di lakukan masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu Bakar
Ash Siddiq memerintah Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an dari pelepah
qurma, kulit binatang dan dari hapalan kaum muslimin. Hal ini dilakukan sebagai usaha
menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah syahidnya beberapa orang penghafal Al-Qur’an
pada perang Yamamah .

Selain itu peradaban islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar
terbagi beberapa tahapan yaitu :
1. Dalam bidang pranata sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan sosial rakyat
2. Praktik pemerintahan khalifah Abu Bakar terpenting lain nya adalah
mengenai suksesi kepemimpinan atas inisiatif nya sendiri dengan
menunjukan Umar bin Khatab untuk menggantikannya .

Sesuai dengan isi perjanjian tertulis tersebut, dan telah mendapat persetujuan dari
sebagian muslimin, setelah ia meninggal, Umar bin Khatab di kukuhkan oleh kaum
muslimin menjadi khalifah kedua dalam satu baiat umum yang berlangsung di mesjid
nabawi. Dari penunjukan umar tersebut, ada beberapa hal yang perlu dicatat :
1. Abu bakar dalam menunjuk umar tidak meninggalkan asas musyawarah
2. Abu bakar tidak menunjuk salah seorang putranya atau kerabatnya
melainkan memilih seorang yang mempunyai nama dan mendapatkan
tempat di hati masyarakat serta di segani oleh rakyat karena sifat sifat yang
terpuji yang dimilikinya .

9
Pengukuhan umar menjadi khalifah sepeninggalan abu bakar berjalan dengan baik
dalam satu baiat umum dan terbuka tanpa ada pertentangan di kalangan kaum muslimin
sehingga obsesi Abu Bakar untuk mempertahankan keutuhan umat Islam dengan cara
penunjukan itu terjamin. Akhirnya tatkala abu bakar merasa kematiannya telah dekat
dan sakitnya semakin parah, dia ingin untuk memberikan kekhilafahan kepada
seseorang sehingga di harapkan manusia tidak banyak terlibat konflik jatuhlah
pilihannya kepada Umar bin Khathab. Dia meminta pertimbangan dari sahabat-sahabat
senior , mereka semua mendukung pilihan Abu Bakar dia pun menulis wasiat untuk itu,
lalu dia mambaiat Umar, beberapa hari setelah itu, Abu Bakar meninggal. Ini terjadi
pada bulan Jumadil Akhir tahun 13 H /634 M.
Abu Bakar memanggil Utsman dan mendiktekan teks perintah yang menunjuk Umar
sebagai penggantinya. Beliau meninggal dunia pada hari Senin 23 Agustus 624 M.
Shalat jenazah di pimpin oleh Umar, dan beliau di makamkan di rumah Aisyah, di
samping makam Nabi. Beliau berusia 63 tahun ketika meninggal dunia, dan ke
khalifahannya berlangsung selama 2 tahun 3 bulan 11 hari .8

2.5 KHALIFAH UMAR IBN AL-KHATHTHAB


2.5.1 Kelahiran Umar Ibn Al –Khaththab
Umar ibn Khaththab bin Nufail bin Abd Al-Uzza bin Ribah bin Abdillah bin Qart
bin Razali bin ‘Adi bin Ka’ab bin Lu’ay adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu
Bakar Ash-Shiddiq. Dia adalah salah seorang sahabat terbesar sepanjang sejarah
sesudah Nabi Muhammad SAW. Kebesarannya terletak pada keberhasilannya, baik
sebagai negarawan yang bijaksana maupun sebagai mujtahid yang ahli dalam
membangun Negara besar yang ditegakan atas prinsip-pirinsip keadilan, persamaan, dan
persaudaraan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam banyak hal, Umar ibn
Al-Khaththab di kenal sebagai tokoh yang sangat bijaksana dan kreatif, bahkan genius.

2.5.2 Latar Belakang Kehidupan Umar ibn Al- Khaththab


Umar ibn Al-khaththab dilahirkan di Mekah dari keturunan suku Quraisy yang
terpandang dan terhormat. Ia lahir empat tahun sebelum terjadinya perang Fijar atau

8
Ibid.,hlm.73-76

10
sebagaimana yang ditulis oleh Muhammad Al-Khudari Bek, tiga belas tahun lebih muda
dari Nabi Muhammad SAW . Sebelum masuk Islam, Umar termasuk di antara kaum
kafir Quraisy yang paling di takuti oleh orang orang yang sudah masuk islam. Dia
adalah musuh dan penentang Nabi Muhammad SAW yang paling ganas dan kejam,
bahkan sangat besar keinginanya untuk membunuh Nabi Muhammad dan pengikut-
pengikutnya . Dia sering menyebar fitnah dan menuduh Nabi Muhammad sebagai
penyair tukang tenung .

2.5.3 Pengangkatan Umar ibn Al-Khaththab sebagai Khalifah


Abu Bakar sebelum meninggal pada tahun 634 M./ 13 H.menunjuk Umar ibn Al-
Khaththab sebagai penggantinya. Kendatipun hal ini merupakan perbuatan yang belum
pernah terjadi sebelumnya, tampaknya menunjukan ini bagi Abu Bakar merupakan hal
yang wajar untuk di lakukan. Ada beberapa faktor yang mendorong Abu Bakar untuk
menunjuk Umar menjadi khalifah. Pertama, kekhawatiran peristiwa yang sangat
menegangkan di Tsaqifah Bani Sa’idah yang nyaris menyeret umat Islam kejurang
perpecahan akan terulang kembali, bila ia tidak menunjuka seorang yang akan
menggantinya. Kedua, kaum Anshar dan Muhajirin saling mengklam sebagai golongan
yang berhak menjadi khalifah. Ketiga, umat Islam pada saat itu baru saja selesai
menumpas kaum Murtad dan pembangkang. Sementara sebagian pasukan mujahidin
sedang bertempur di luar kota Madinah melawan tentara Persiadi satu pihak dan tentara
Romawi di pihak lain.

2.5.4 Ekspansi Islam Masa Pemerintahan Khalifah Umar Ibn Al-Khaththab


Selama sepuluh tahun pemerintah Umar (13 H, /634 M. -23 h. / 644 M.), sebagian
besar ditandai oleh penaklukan-penaklukan untuk melembarkan pengaruh Islam keluar
arab. Sejarah mencatat, Umar telah berhasil membebaskan negri-negri jajahan
Imperium Romawi dan Persia yang di mulai dari awal pemerintahanya, bahkan sejak
pemerintahan sebelumnya Faktor-faktor yang melatar belakangi timbulnya konflik
antara umat Islam dengan bangsa Romawi da Persia yang pada akhirnya mendorong
umat Islam mengadakan penaklukan negeri Romawi dan Persia, serta negeri-negri
jajahanya karena: pertama, bangsa Romawi dan Persia tidak menaruh hormat terhadap

11
maksud baik Islam ; kedua , semanjak Islam masih lemah , Romawi dan Persia selalu
berusaha menghancurkan Islam ; ketiga , bangsa Romawi dan Persia sebagai Negara
yang subur dan terkenal dengan kemakmuranya , tidak berkenan menjalani hubungan
perdagangan dengan Negara-Negara arab ; keempat, bangsa Romawi dan Persia
bersikap ceroboh menghasut suku-suku Badui untuk menentang pemerintah Islam dan
mendukung musuh –musuh islam ; dan kelima , letak geografis kekuasaan Romawi dan
Persia sangat strategis untuk kepentingan keamanan dan pertahanan islam .
Pada tahun 637 M./ 16H. , Persia bermaksud membalas kekalahannya , sehingga
terjadi peperangan di Jakilah . Namun, maksud tersebut tidak dapat terwujud , bahkan
pasukan Persia terdesak dan kota Hulwan dikuasai juga oleh pasukan Islam-Arab
pertempuran terjadi di Nahawan pada tahun 642 m./21 H. Dalam pertempuran ini,
pasuka Persia dapat di tundukan secara mutlak. Dengan demikian, seluruh Wilayah
kekuasaan menjadi wilayah kekuasaan pemerintah Islam . Kota Damaskus, salah satu
pusat Siria yang paling jatuh di tangan pasukan Islam-Arab pada tahun 635 M./ 14 H.
dibawah komando Abu Ubaidah. Ketika Romawi (bizantium) memutuskan untuk
melakukan serangan balasan secara besar besaran terhadap para penyerang , pasukan
Abu Ubaidah mampu menghadapinya dengan kekuatan penuh pada pertempuran
Yarmuk pada tahun 16 H./ 631 M. Mesir secara keseluruhan berada di bawah kekuasaan
Islam-Arab setelah penyerahan Iskandariyah (Alexsandaria), ibu kota Mesir dan ibukota
kedua bagi kekaisaran Romawi timur pada tahun 642 M./21 H. Peradaban yang paling
signifikan pada masa Umar, selain pola administratif pemerintahan, peperangan, dan
sebagainya adalah pedoman dalam peradilan. 9

2.6 KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN


2.6.1 Kelahiran Utsman bin Affan
Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayah bin Abd
Al Manaf dari suku Quraisy. Lahir pada tahun 576 M, enam tahun setelah penyerangan
Ka’bah oleh pasukan bergajah atau enam tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW. Ibu
khalifah Utsman bin Affan adalah Urwy bin Kuraiz bin Rubi’ah bin Habib bin Abdi
Asy Syams bin Abd Al-Manaf . Ia dijuluki dzun-nurain, karena menikahi dua putrid

9
Ibid.,hlm.77-81

12
Rasulullah, secara berurutan setelah yang satu meninggal, yakni Ruqayyah dan Ummu
Kulsum.
2.6.2 Proses Pengangkatan Khalifah Utsman Bin Affan
Sebelum meninggal .’Umar telah memanggil 3 calon penggantinya , yaitu Utsman,
Ali dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Umar berpesan agar penggantinya tidak mengangkat
kerabat sebagai pejabat (Munawir Syadzali,1993:30). Mekanisme pemilihan khalifah di
tentukan sebagai berikut :
a. Yang berhak menjadi khalifah adalah yang di pilih oleh anggota formatur
dengan suara terbanyak .
b. Apabila suara terbagi secara berimbang 3:3 Abdullah bin Umar yang berhak
menentukan nya
c. Apabila campur tangan Abdullah bin Umar tidak di terima calon yang di
pilih oleh Abd Ar Rahman bin Auf harus di angkat menjadi khalifah
d. Jika ada yang menentangnya wajib di bunuh .10

2.6.3 Peradaban Pada Masa Utsman Bin Affan


Karya besar monumental khalifah Utsman bin Affan adalah membukukan Mushaf
AL-Qur’an. Pembukuan ini di dasarkan atas alasan dan pertimbangan untuk mengakhiri
perbedaan bacaan di kalangan umat islam yang di ketahui pada saat ekspedisi militer ke
Armenia dan Azerbaijian. Pembukuan ini di laksanakan oleh suatu panitia yang di
ketuai oleh Zaid bin Tsabit.11

2.7 KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB


2.7.1 Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib
Pengukuhan Ali menjadi khalifah tidak semulus pengukuhan tiga orang
sebelumnya. Ali dibai’at di tengah-tengah susunan berkabung atas meninggalnya
Utsman, pertentangan dan kekacauan, serta kebingungan umat islam Madinah. Sebab,
kaum pemberontak yang membunuh utsman mendaulad Ali supaya bersedia dibai’at
menjadi khilafah.

10
Ibid.,hlm.86-87
11
Ibid.,hlm.92

13
2.7.1 Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib
Ali adalah putra Abi Thalib ibn Abdul Muthallib, ia adalah sepupu Nabi
Muhammad SAW yang kemudian menjadi menantunya karena menikahi putri Nabi
Muhammad SAW, Fatimah. Iya telah ikut bersama Rasulullah SAW sejak bahaya
kelaparan mengancam kota Mekah dan tinggal di rumahnya. Ia masuk Islam ketika
usianya sangat muda dan termasuk orang yang pertama masuk Islam dari golongan pria.
Pada saat Nabi menerima wahyu pertama, Ali berumur 13 tahun, menurut A.M. Saban,
sedangkan menurut Mahmudunnasir, Ali berumur 9 tahun . Ali termasuk orang yang
pandai memainkan pedang dan pena, bahkan dia dikenal sebagai seorang orator. Ia juga
seorang yang pandai dan bijaksana.
Pemerintahan Khalifah Ali dapat dikatakan sebagai pemerintahan yang tidak stabil
karena adanya pemberontakan dari kaum Muslimin. Pemberontakan diawali oleh
penarikan bai’at oleh Thalhah dan Zubair, karena alasan bahwa Ali tidak memenuhi
tuntutan mereka untuk menghukum pembunuh khalifah Ustman. Khalifah Ali telah
berusaha untuk menghindari pertumpahan darah dengan mengajukan kompromi, tetapi
beliau tidak berhasil sampai akhirnya terjadi pertempuran antara khalifah Ali bersama
pasukannya dengan Thalhah, Zubair, dan Aisyah bersama pasukannya. Perang ini
terjadi pada tahun 36 H. Thalhah dan Zubair terbunuh ketika hendak melarikan diri dan
Aisyah dikembalikan ke Madinah. Dan puluhan ribu umat Islam gugur dalam
peperangan ini.
Peperangan antar umat Islam terjadi lagi yaitu antara khalifah Ali bersama
pasukannya dan Muawiyah sebagai gubernur Suriah bersama pasukannya. Peperangan
ini terjadi di kota Shiffin pada tahun 37 yang hampir saja dimenangkan oleh khalifah
Ali. Namun, atas kecerdikan Muawiyah, yang mengacungkan Al-Qur’an dengan
tombaknya, yang mempunyai arti bahwa mereka mengajak berdamai. Khalifah Ali
mengetahui bahwa hal tersebut adalah tipu muslihat, namun karena didesak pasukannya,
khalifah Ali menerima tawaran tersebut. Akhirnya terjadi peristiwa tahkim yang secara
politis khalifah Ali mengalami kekalahan.12

12
Ibid.,hlm.95-97

14
2.7.3 Peristiwa Tahkim Pada Masa Ali bin Abi Thalib
Konflik politik antara Ali ibn Abi Thalib dengan Mawiyah ibn Abi sufyan diakhiri
dengan tahkim. Dari pihak Ali ibn Abi Thalib di utus seorang ulama yang terkenal
sangat jujur dan tidak ‘’cerdik ‘’ dalam politik , yaitu Abu Musa Al-Asy’ari sebaliknya,
dari pihak Muawuyah Ibn Abi Sufyan diutus seorang yang terkenal ‘’cerdik ‘’ dalam
berpolitik yaitu Amr ibn Ash . Dalam kisah lain di ceritakan bahwa kematian khalifah
Ali di akibatkan oleh pukulan pedang beracun Abdurrohman ibn Muljah, sebagai mana
di jelaskan Philip K hitty bahwa :
“Pada 24 Januari 661 Ali sedang dalam perjalanan menuju mesjid Kufah ia terkena
hantaman pedang beracun di dahinya. Pedang yang mengenai otaknya tersebut
diayunkan oleh seorang pengikut kelompok khawarij Abd Ar-Rahman ibn Muljah yang
ingin membalas dendam atas kematian keluarga seorang wanita ,temannya yeng
terbunuh di Nahrawan. Suatu tempat terpencil di dekat Kufah yang menjadi makam ali,
kini masyad ali di Najaf, ber kembang menjadi salah satu pusat ziarah terbesar dalam
agama Islam”. 13

13
Ibid.,hlm.98-101

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah yang kami buat :
1. Pengertian dari Al-Khufaur-Rasyidin adalah khalifah-khalifah atau
pemimpin yang mendapat petunjuk sesudah nabi wafat untuk menggantikan
beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala
pemerintahan. Mereka di pilih melalui proses musyawarah, yang dalam
istilah sekarang disebut Demokrasi.
2. Kepemimpinan khilafah Abu Bakar As-Shiddiq bisa di lihat dari
keberhasilan beliau dalam membangun pranata sosial di bidang politik dan
pertahanan keamanan. Meskipun pada awal pemerintahan nya ia di uji
dengan adanya ancaman yang datang dari umat Islam sendiri yang
menentang kepemimpinan nya.
3. Kepemimpinan khilafah Umar bin Khattab ditandai oleh penaklukkan-
penaklukkan untuk melebarkan pengaruh islam keluar Arab. Seperti
membebaskan negeri-negeri jajahan Imperium Romawi dan Persia yang
dimulai dari awal pemerintahan nya bahkan sejak pemerintahan sebelumnya.
4. Kepemimpinan khilafah Usman bin Khattab yaitu memiliki karya besar
monumental dengan membukukan mushaf Al-Qur’an yang didasarkan atas
alasan dan pertimbangan untuk mengakhiri perbedaan bacaan di kalanagn
umat islam yang diketahui pada saat ekspedisi militer ke Amerika dan
Azerbeijian.
5. Kepemimpinan khilafah Ali bin Abi Thalib dapat dikatakan pemerintahan
yang tidak stabil karena adanya pemberontakan dari kaum muslimin.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, apabila ada kata atau penyampaina dari
kami yang kurang berkenan mohon di kritik dengan kritikan yang membangun. Karena
itu dapat menjadi koreksi bagi kami dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
kita semua. Amin.

16

Anda mungkin juga menyukai