Anda di halaman 1dari 13

MATERI UJIAN KOMPREHENSIF

MATA KULIAH DASAR UMUM

Oleh : Muhammad Awaludin

NIM : 21223010

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO

1444 H / 2023 M
A. Definisi Agama

Agama adalah suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang dianut oleh
sekelompok manusia dengan selalu mengadakan interaksi dengan-Nya. Tuhan dan
hubungan manusia dengan-Nya merupakan aspek metafisika, sedangkan manusia
sebagai makhluk dan bagian dari benda alam termasuk dalam kategori fisika. 1
Secara etimologi, istilah agama banyak dikemukakan dalam berbagai bahasa,
antara lain Religion (Inggris), Religie (Belanda), Religio (Yunani), Ad-Din, Syari’at,
Hisab (Arab-Islam) atau Dharma (Hindu). Menurut Louis Ma’luf dalam Al-
Munawar pengertian agama dalam Islam secara spesifik berasal dari kata “ad-Din”
(Jamak: “Al-Adyan” yang mengandung arti “Al-Jaza wal Mukafah, Al-Qada, Al-
Malik-al-Mulk, As-Sulton, At-Tadbir, Al-Hisab”). Moenawar Cholil menafsirkan
kata “Ad- Din sebagai mashdar dari kata kerja Din-yadinu yang mempunyai banyak
arti, antara lain: cara atau adat kebiasaan, peraturan, undang-undang, taat dan patuh,
meng-Esa-kan Tuhan, pembalasan, perhitungan, hari kiamat, nasihat, agama”. Dari
pengertian yang khas itu, maka Ad-Dien dalam Islam sesungguhnya tidak cukup
diartikan hanya sekedar agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan zat
Maha Pencipta (Tuhan yang dianggap kuasa). Lebih dari itu, Dienul Islam juga
mengatur kehidupan antar umat manusia, bahkan dengan lingkungan alam sekitarnya.

B. Sejarah Perkembangan Peradaban dalam Islam

1. Sejarah Perkembangan Peradaban dalam Islam pada Masa Nabi


Beberapa kilometer di Utara Mekkah, pada tanggal 17 ramadhan 611 M, Di Gua
Hira malaikat Jibril muncul di hadapan Nabi Muhammad untuk menyampaikan
wahyu Allah yang pertama. Pada usia Nabi yang menjelang 40 tahun itu Allah telah
memilih Muhammad sebagai Nabi. Pada wahyu kedua Nabi di perintahkan untuk
menyeru manusia kepada satu agama.

1
Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama (Wisata Pemikiram dan Kepercayaan Manusia), (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007), Cet 4, h. 2.
A. Fase Mekkah

Fanatisme bangsa quraisy terhadap agama nenek moyang telah membuat Islam sulit
berkembang di Mekkah walaupun Nabi Muhammad sendiri berasal dari suku yang
sama. Secara umum pada periode Mekkah, kebijakan dakwah yang dilakukan Nabi
Muhammad adalah dengan menonjolkan kepemimpinannya bukan kenabiannya.
Implikasinya, dakwah dengan strategi politik yang memunculkan aspek-aspek
keteladanannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan sosial lebih tepat di
bandingkan oleh aspek kenabiannya dengan melaksanakan tabligh.2 Ada dua cara
dakwah Rasulullah Saw ialah:

 Dakwah Secara Diam-Diam


Dengan turunnya perintah itu mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau
melakukannya secara diam-diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-
rekannya. Karena itulah, orang pertama kali yang menerima dakwahnya adalah
keluarga dan sahabat. Seorang demi seorang diajak agar mau meninggalkan agama
berhala dan hanya mau menyembah Allah yang Maha Esa. Usaha yang dilakukan
itu berhasil. Orang-orang yang mula-mula beriman adalah:

a. Istri beliau sendiri, Khadijah

b. Kalangan pemuda, Ali Ibn Abi Thalib dan Zaid Ibn Harits.

c. Dari kalangan budak, Bilal.

d. Orang tua/tokoh masyarakat, Abu Bakar Al-Shiddiq.


Setelah Abu bakar masuk islam, banyak orang-orang yang mengikuti untuk
masuk agama islam. Orang-orang ini tekenal dengan julukan Al-Sabiqun al-
Awwalun, orang yang terdahulu masuk islam, seperti: Utsman Ibn Affan,
Zubair Ibn awwam, Talhah Ibn Ubaidillah, Fatimah binti khathab, Arqam Ibn
Abd. Al-Arqam, dan lain-lain. Mereka itu mendapat agama islam langsung dari
Rasulullah sendiri.

2
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 61
 Dakwah Secara Terbuka
Setelah beberapa lama berdakwah secara individual turunlah perintah agar Nabi
menjalankan dakwah secara terbuka dan langkah berikutnya ialah berdakwah secara
umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada islam secara
terang-terangan. Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin quraisy mulai
berusaha menghalangi dakwah Rasul. Semakin bertambahnya jumlah pengingkut
Nabi semakin keras tantangan yang di lancarkan kaum quraisy. Menurut Ahmad
Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang- orang quraisy menentang seruan
Islam ialah:

a. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dengan kekuasaan.


b. Nabi muhammmad menyeruh kepada hak bangsawan dengan hambah sahaya.
c. Para quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan
pembalasan di akhirat
d. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa
arab.
e. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.
Banyak cara yang ditempuh para pemimpin quraisy untuk mencegah dakwah Nabi
Muhammad dari cara diplomatik di sertaibujukrayu hingga tindakan kekerasan di
lancarkan untuk menghentikan dakwahNabi. Namun Nabi Muhammad tetap pada
pendirian untuk menyiarkan agama islam.3

B. Fase Madinah

Pada Fase Madinah ada beberapa bidang yang dikembangkan sebagai wujud dari
upaya Nabi untuk membentuk Negara Islam diantaranya yaitu pembentukan sistem
sosial kemasyarakatan, militer, politik, dakwah, ekonomi, dan sumber pendapatan
Negara. Pada fase ini Islam menjadi agama yang sangat berkembang dengan visi
dan misi yang satu yaitu menjadi negara Islamiah dengan pedoman Al-qur’an dan
Sunnah Nabi. Dan Nabilah yang memperkenalkan pertama kali konsep Negara

3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 19.
Demokrasi yang sekarang banyak di anut oleh negara modern Islam maupun non
Islam.

2. Sejarah Perkembangan Peradaban dalam Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin

Al-Khulafa ar-Rasyidin bermakna pengganti Rasul yang cendekiawan. Adapun


pencetus nama Al-Khulafa ar-Rasyidin adalah dari orang-orang muslim yang paling
dekat dari Rasul setelah meninggalnya beliau. Mengapa demikian, karena mereka
menganggap bahwa 4 tokoh sepeninggal Rasul itu orang yang selalu mendampingi
Rasul ketika beliau menjadi pemimpin dan dalam menjalankan tugas.4

A. Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq (11-13 H / 632-634 M)


Ketika nabi Muhammad wafat, nabi tidak meninggalkan wasiat tentang siapa
yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat islam setelah beliau
wafat. Beliau tampaknya menyerahkna persoalan tersebut pada kaum muslimin
sendiri untuk menentukannya. Dalam kepemimpinannya, Abu Bakar melaksanakan
kekuasaannya sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan
legislative, eksekutif, dan yudikatif terpusat di tangan Khalifah. Meskipun demikian,
khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi
Muhammad, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.5

B. Khalifah Umar Ibnu al-Khathab (13-23 H / 634-644 M)


Khalifah kedua dinobatkan sebagai khalifah pertama yang sekaligus memangku
jabatan panglima tertinggi pasukan islam, dengan gelar khusus amir al-mukminin
(panglima orang-orang beriman). Pada masa umar bin Khattab, kondisi politik
dalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah islam memperoleh hasil yang
gemilang. Umar dikenal seseorang yang pandai dalam menciptakan peraturan,
karena tidak hanya memperbaiki bahkan mengkaji ulang terhadap kebijakan yang
telah ada. Khalifah umar juga telah juga menerapkan prinsip demokratis dalam
kekuasaan yaitu dengan menjamin hak yang sama bagi setiap warga Negara.
Khalifah Umar terkenal seorang yang sederhana bahkan ia membiarkan tanah dari

4
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, cet. 3, 2011), h. 50.
5
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. 16,
2004), h.36.
negeri jajahan untuk dikelola oleh pemiliknya bahkan melarang kaum muslimin
memilikinya, sedangkan para prajurit menerima tunjangan dari Baitul Mal, yaitu
dihasilkan dari pajak.6

C. Khalifah Ustman ibn Affan (23-35 H / 644-656 M)


Prestasi yang terpenting bagi Khalifah Ustman adalah menulis
kembali al-Quran yang telah ditulis pada zaman Abu Bakar yang pada
waktu itu disimpan oleh Khafsoh binti Umar. Manfaat dibukukan al-Qur`an
pada masa Ustman adalah :

1. Menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan
tulisannya.

2. Menyatukan bacaan, kendatipun masih ada perbedaannya, namun


harus tidak berlawanan dengan ejaan mushaf Ustmani.

3. Menyatukan tertib susunan surat- surat menurut tertib urut yang


kelihatan pada mushaf sekarang ini.

D. Khalifah Ali ibn Abi Thalib (35-40 H / 656-661 M)


Peristiwa yang terkenal dalam masa Ali adalah terjadinya perang
antara kubu Ali dan kubu Muawiyah. Perang tersebut terjadi di daerah
bernama Siffin, sehingga perang ini disebut sebagai perang Siffin. Setelah
terjadinya peristiwa tersebut kelompok Ali pecah menjadi
dua bagian, dan kelompok yang keluar dari kelompok Ali dinamai sebagai
kelompok Khawarij (orang-orang yang keluar).7

3. Sejarah Perkembangan Peradaban dalam Islam pada Masa Daulah Umaiyyah

Bani Umayyah merupakan penguasa Islam yang telah merubah sistem


pemerintahan yang mulanya demokratis menjadi monarki atau sistem pemerintahan
yang berbentuk kerajaan. Kerajaan Bani Umayyah tidak diperoleh melalui
pemilihan atau suara terbanyak sebagaimana dilakukan oleh pemimpin

6
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, h. 54.
7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, h. 40
sebelumnya, yaitu khulafaur rasyidin. Kekuasaan Bani Umayyah berlangsung
selama 90 tahun, yaitu mulai tahun 680-750M. Dinasti ini dipimpin oleh 14
Khalifah, dengan urutan raja-rajanya yaitu diantaranya: Muawiyah I bin Abi Sufyan
(41-60H/661-679M), Yazid I bin Muawiyah (60-64H/679-683M), Muawiyah II bin
Yazid (64H/683M), Marwan I bin Hakam (64-65H/683-684M), Abdul Malik bin
Marwan (65-86H/684-705M), Al-Walid I bin Abdul Malik (86-96H/705-714M),
Sulaiman bin Abdul Malik (96-99H/714-717M), Umar bin Abdul Aziz
(99-101H/717-719M), Yazid II bin Abdul Malik (101-105H/719-723M), Hisyam
bin Abdul Malik (105-125H/723-742), Al-Walid II bin Yazid II (125-126H/742-
743M), Yazid bin Walid bin Malik (126H/743M), Ibrahim bin Al-Walid II (126-
127H/743-744M), dan Marwan II bin Muhammad (127-132H/744-750M). Pada
masa Daulah Bani Umayyah banyak kemajuan yang telah dicapai, diantaranya
perluasan wilayah, kemajuan pada bidang pemerintahan, bidang politik kenegaraan,
bidang kemiliteran, bidang ekonomi, bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan,
serta bidang pengembangan bahasa Arab. Juga masih banyak lagi kemajuan-
kemajuan lainnya. 8 Selain melahirkan peradaban, pada kekhalifahan Bani Umayyah
juga melahirkan perkembangan pemikiran-pemikiran yang melingkup beberapa
bidang diantaranya: bidang ekomoni Islam, bidang hukum Islam, dan bidang
pendidikan.

4. Sejarah Perkembangan Peradaban dalam Islam pada Masa Daulah Abbasiyah

Zaman pemerintahan Daulah Abbasiyah yang pertama merupakan puncak masa


Dinasti ini. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat serta
merupakan pusat kekuasaan politik dan kepercayaan sekaligus. Pada sisi lain,
kemakmuran masyarakat mencapai taraf tertinggi. Selain itu Daulah Abbasiyah juga
merupakan Daulah yang menghasilkan konsep-konsep Islam dalam pengembangan
ilmu pengetahuan. Zaman-zaman Islam yang ditandai dengan penguasaan ilmu
pengetahuan di berbagai sektor sudah membawa kemakmuran tersendiri terhadap
rakyat pada saat itu. Kemajuan di segala bidang yang diperoleh Daulah Abbasiyah

8
Nelly Yusra, “Diambang Kemunduran dan Kehancuran Dinasty Bani Umayyah,” Jurnal Pemikiran Islam,
Vol. 37, No. 2, 2012, h. 118.
menempatkan bahwa Daulah Abbasiyah lebih baik dari Daulah Umayyah. Di
samping itu pada masa Dinasti ini banyak melahirkan tokoh-tokoh muslim
intelektual yang relatif penting hingga hari ini.

5. Tiga Kerajaan Besar (Usmani di Turki, Mughal di India, dan Syafawi di Persia)

Tiga kerajaan Islam penting diciptakan pada akhir abad 15 dan awal abad 16
yaitu Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Mughal di India, dan Kerajaan Safawi di
Persia. Tiga Kerajaan penting tersebut tampak lebih memusatkan pandangan mereka
pada tradisi demokratis Islam, dan membangun imperium absolute. Ketiga kerajaan
besar ini seperti membangkitkan kembali kejayaan Islam setelah runtuhnya Bani
Abbasiyah. Namun, kemajuan yang dicapai pada masa tiga kerajaan besar ini berbeda
dengan kemajuan yang dicapai pada masa klasik Islam.

Kemajuan pada masa klasik jauh lebih kompleks. Di bidang intelektual,


kemajuan di zaman klasik. Dalam bidang ilmu keagamaan, umat Islam sudah mulai
bertaklid kepada imam-imam besar yang lahir pada masa klasik Islam. Kalau pun ada
mujtahid, maka ijtihad yang dilakukan adalah ijtihad fi al-mazhab, yaitu ijtihad yang
masih berada dalam batas-batas mazhab tertentu. Tidak lagi ijtihad mutlak, hasil
pemikiran bebas yang mandiri. Filsafat dianggap bid’ah. Kalau pada masa klasik,
umat Islam maju dalam bidang politik, peradaban, dan kebudayaan, seperti dalam
bidang ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat, pada masa tiga kerajaan  besar
kemajuan dalam bidang filsafat kecuali sedikit berkembang di kerajaan Safawi Persia
dan ilmu pengetahuan umum tidak didapatkan lagi. Kemajuan yang dapat
dibanggakan pada masa ini hanya dalam bidang politik, kemiliteran, dan kesenian,
terutama arsitektur.9

9
Https://Www.Academia.Edu/38652621/
Sejarah_Peradaban_Islam_Tiga_Kerajaan_Besar_Turki_Usmani_Dinasti_Safawi_Persia_Dinasti_Mughal_
India.
C. Sejarah Pembaharuan Pemikiran Moderen dalam Islam
1. Muhammad Abdul Wahab di Saudi
Awal munculnya pemikiran pembaharuan Muhammad bin Abdul
Wahhab adalah ketika beliau mulai cemas melihat fenomena keagamaan yang
terjadi di masyarakat yang banyak melenceng dari ajaran Alquran dan Hadis
terlebih di wilayah yang telah disinggahi beliau selama beliau menuntut ilmu
di berbagai negeri. Beberapa fenomena keagamaan yang terjadi adalah
kesyirikan, khurafat dan bid‟ah. Pemikiran yang dikemukakan Muhammad bin Abdul
Wahhab adalah upaya memperbaiki kedudukan umat Islam terhadap paham tauhid yang
terdapat dikalangan umat Islam saat itu. Karena pada saat itu paham tauhid masyarakat
sudah banyak tercampuri dengan paham ajaran-ajaran tarekat yang mulai tersebar di
dunia Islam sejak abad ke13. Beberapa prinsip dasar yang digunakan Muhammad bin
Abdul Wahhab dalam menjalankan misi dakwahnya. Pertama, al-Ilmu yaitu
menghidupkan ilmu-ilmu keislaman. Kedua, at-Tauhid (memurnikan tauhid dan
memberantas kemusyrikan). Ketiga, as-Sunnah (menghidupkan sunnah dan
memberantas bid‟ah). eempat, at-Tasfiyah (pemurnian khazanah ilmu-ilmu keislaman).
Kelima, ad-Dakwah (menyebarkan ajaran agama Islam). Keenam, amar makruf nahi
munkar (menganjurkan kebaikan dan mencegah kemunkaran). Ketujuh, taht biqus
syariah (menegakkan hukum Allah dalam pemerintahan dan masyarakat).10

2. Jamaluddin al-Afgani
Jamaluddin al-Afghani (1838-1897 M) adalah salah seorang tokoh pembaru
yang paling brilian dan pionir dalam menjawab tantangan Islam terhadap modernitas.
Konsep-konsep pembaruan Afghani adalah Konsep-konsep pembaruan al-Afghani
ialah; Pertama, musuh utama adalah penjajahan Barat yang merupakan kelanjutan dari
perang salib; Kedua, umat Islam harus menentang penjajahan di mana dan kapan saja;
Ketiga, untuk mencapai tujuan itu, umat Islam harus bersatu atau Pan-Islamisme. Pan-
Islamisme merupakan ide pembaruan al-Afghani dalam bidang politik. Ide ini
mengajarkan agar semua umat Islam seluruh dunia bersatu, untuk membebaskan

10
Zafirint, “Tentang Pemikiran Muhammad bin Abd Al-Wahhab”, dalam
https://zafirint.wordpress.com/tentang-pemikiran-muhammad-bin-abd-al-wahhab/ (27 Mei 2016
mereka dari perbudakan asing. Bersatu bukan berarti leburnya kerajaan-kerajaan Islam
menjadi satu, tapi mereka harus mempunyai satu pandangan hidup. Dalam pengertian
yang luas, Pan-Islamisme berarti solidaritas antara seluruh muslim di dunia
internasional. Tema perjuangan yang terus dikobarkan oleh al-Afghani dalam
kesempatan apa saja adalah semangat melawan kolonialiasme dengan berpegang
kepada tema-tema ajaran Islam sebagai stimulannya. Selain itu, beliau juga
mengobarkan semangat untuk kembali ke teologi sunnatullah dengan pemikiran
rasional, filosofis dan ilmiah guna mengejar ketertinggalan dari Barat.

3. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir lahir pada tahun 1849 di sebuh perkampungan Mahallah
Nashr, Syubkhait, Provinsi Buhaira, Mesir. Ayahnya, Abduh bin Hasan Khairullah
mempunyai silsilah keturunan bangsa Turki, sedang ibunya mempunyai silsilah
keturunan sampai kepada Umar bin al-Khaththab. Muhammad Abduh lahir dan tumbuh
dewasa dalam lingkungan desa di bawah asuhan ayah dan ibunya yang tidak ada
hubungannya dengan pendidikan formal, tetapi mempunyai jiwa keagamaan yang teguh.
Dalam posisi ini ia mengupayakan untuk memperbaharui secara perlahan sistem
administrasi waqaf dan hukum.Fatwa-fatwa yang dikeluarkannya tentang persoalan-
persoalan kemasyarakatan mencerminkan bahwa ia mempertimbangkan perkembangan
modern secara serius. Jabatan ini dipegangnya sampai saat meninggalnya pada tanggal
11 Juli 1905 di Kairo. Dalam posisi ini ia mengupayakan untuk memperbaharui secara
perlahan sistem administrasi waqaf dan hukum. Fatwa-fatwa yang dikeluarkannya
tentang persoalan-persoalan kemasyarakatan mencerminkan bahwa ia
mempertimbangkan perkembangan modern secara serius. Jabatan ini dipegangnya
sampai saat meninggalnya pada tanggal 11 Juli 1905 di Kairo. Perjalanan hidup
Muhammad Abduh secara umum terbagi ke dalam dua fase. Pertama, fase perjuangan
melawan imperaliasme Barat. Dalam fase ini bersama al-Afghani, Muhammad Abduh
menyerukan persatuan Islam dalam menghadapi bahaya Barat. Kedua, fase di mana ia
menyerukan pembaharuan sosial, politik dan pendidikan. Pada fase ini ia mengadakan
perbaikan-perbaikan sistem pendidikan, pengajaran dan kebudayaan Islam.
4. Muhammad Rasyid Ridha di Mesir
Pemikiran- pemikiran pembaharuan yang dimajukan Rasyid Rida, tidak banyak
beda dengan ide-ide gurunya. Muhamad Abduh dan Jamaludin Al-Afghani. ia juga
berpendapat bahwa umat Islam mudur karena tidak lagi menganut ajaran-ajaran islam
sebenarnya. Pengertian umat Islam tentang ajaran-ajaran agama salah dan perbuatan-
perbuatan mereka telah menyeleweng dari ajaran-ajaran Islam sebenarnya. Kedalam
Islam telah banyak masuk bid‟ah yang merugikan bagi perkembangan dan kemajuan
umat. Menurutnya, umat Islam harus dibawa kembali kepada ajaran-ajaran Islam yang
sebenarnya. Yaitu ajaran yang murni dari segala bid‟ah yang menggerogoti ajaran Islam
itu, Islam murni itu sederhana sekali menurutnya, kesederhanaan itu terletak dalam
ibadah dan muamalat. Dalam bidang hukum beliau mengajak agar menjauhi taqlid buta,
serta membuka seluas-luasnya ijtihad, karena menurut beliau dengan demikian membuat
umat islam akan lebih maju, tetapi sebaliknya jika umat Islam jumud serta tidak
membuka lebar-lebar lapang Ijtihad umat Islam akan tetinggal.11

5. M. Iqbal
Pemikiran Iqbal tampak dalam hal-hal seperti berikut ini. Pertama, dia
menggabungkan ilmu kalam, tasawuf, falsafah, ilmu sosial dan sastra dalam
pemikirannya sebagai rangka untuk memahami ajaran Islam. Dengan demikian ia
menggunakan perspektif secara luas, yang membedakannya dari pemikir Muslim lain
yang kebanyakan parsial dan hanya menekankan pada segi tertentu. Kedua, dalam
memahami kondisi umat Islam dan perkembangan pemikirannya, ia tidak memisahkan
falsafah dan teologi dari persoalan sosial budaya yang dihadapi umat Islam. Ini
membuatnya menjadi seorang filosof dan budayawan berwawasan luas. Ketiga,
pemikiran-pemikirannya yang paling cemerlang sebagian besar diungkapkan dalam
puisi yang indah dan menggugah, sehingga menempatkan dirinya sebagai penyair
filosof Asia yang besar pada abad ke-20. Keempat, dia berpendapat bahwa
penyelamatan spiritual dan pembebasan kaum Muslim secara politik hanya dapat
terwujud dengan cara memperbaiki nasib umat Islam dalam kehidupan sosial, politik,
11
Al Adawi, Rasyid Rida, Al Imam Al Mujahid ( Kairo, Maktabah Misriyah, t.t. ), hal. 154
ekonomi dan kebudayaan. Adapun Sumbangan pemikiran Muhammad Iqbal dalam
pembaruan hukum Islam di India tidak terlepas dari pemahamannya terhadap Alquran
dan Hadis sebagai sumber hukum Islam. Dia memahami Alquran sebagai sumber etika
yang senantiasa relevan dengan perubahan dan dinamika masyarakat melalui
mekanisme ijtihad. Dan Hadis dalam pemahaman Iqbal bukanlah koleksi peraturan
tingkah laku yang kaku dan tekstual. Iqbal tidak sepakat bila ijtihad kemudian dibatasi
dan dibebani berbagai persyaratan yang demikian ketat. Dari perspektif ushûl fiqh,
ijtihad Iqbal termasuk ke dalam kelompok ijtihâd fardi. Sebagai prinsip gerak, ijtihad
seharusnya dikembangkan dan dieksplorasi lebih lanjut. Ijma’ sebagai salah satu sumber
hukum Islam, menurut Iqbal, dikembangkan dengan melembagakan ijma’. Lembaga
yang ideal memangku tugas ini adalah lembaga atau majlis legislatif Islam yang di
dalamnya terdapat orang-orang yang memenuhi persyaratan sebagai ulama yang
mengetahui dan mendalami hukum Islam dan mempunyai wawasan luas tentang
berbagai kondisi objektif masa kini. 12

6. Ali Jinnah di India


Muhammad Ali Jinnah memulai karirnya di dunia politik dengan
bergabung di dalam Liga Muslimin, yang mana sampai akhir hayatnya ia banyak 39 IV
menghabiskan waktunya di dalam Liga Muslimin. Pengaruh dari perjuangan
Muhammad Ali Jinnah dalam pembentukan negara Pakistan yaitu: 1. Membentuk
Pakistan menjadi negara demokratis modern. 2. Negara demokratis modern yang ada di
Barat menjadi contoh bagi ketatanegaraan Muhammad Ali Jinnah. 3. Ingin
mengembangkan sistem pemerintahan Pakistan seperti yang ada di Barat (Dewan
Perwakilan Rakyat, Yudikatif, Eksekutif, dan Legislatif). Yang mana pemisahan antara
agama dan negara tetap menjadi corak pemerintahan Muhammad Ali Jinnah. 4) Telah
mengembangkan demokratis Pakistan. Meskipun Muhammad Ali Jinnah cendrung
menjalankan sistem pemerintahan yang sekuler yang di kecam oleh sebagian umat
muslim Pakistan pada khususnya dan negara-negara Islam pada umumnya, akan tetapi
Jinnah juga berhak mendapatkan penghargaan atas usahanya dalam memperjuangkan

12
Hendri, Pemikiran Muhammad Iqbal Dan Pengaruhnya Terhadap Pembaruan Hukum Islam, Al-‘Adalaol.
Xii, No. 3, Juni 2015.
negara tersendiri bagi umat muslim India yaitu Pakistan.

7. Kemal al-Taturk di Turki.


Masa Pemerintahan Mustafa Kemal Attaturk di Republik Turki
1923-1938 Perkembangan modernisasi di Turki memunculkan 3 fase gerakan
pembaharuan, yaitu: pertama, gerakan yang berorientasi dari masih berpegang secara
ketat pada prinsip Islam yang disebut Islamisme, kedua, gerakan yang banyak
mengadopsi pemikiran, sikap berdasarkan pola-pola kehidupan Barat, kelompok ini
disebut Westernisme, ketiga, gerakan yang menitikberatkan ke dalam aspek keaslian
Turkisme atau lebih tepat secara kenegaraan mereka selalu mementingkan sikap, pada
pola pikIr dan tindakan nasional. Kelompok ini disebut Nasionalisme. Tokoh utama
gerakan Nasionalisme Turki adalah Mustafa Kemal Ataturk. Ia bukan satu-satunya
pemikir yang melahirkan idiologi Nasionalisme Turki. Kemal ataturk sendiri mendapat
inspirasi dari para tokoh sebelumnya yang merupakan produk dari kebijakan
reorganisasi yang dirancang oleh Sultan Mahmud II. Adapun reformasi yang dijalankan
Kemal Ataturk dan penduduknya disebut sebagai prinsip-prinsip Kemalisme. Yaitu
Republikanisme, Nasionalisme, Republisme, Estatisme, Reformisme dan Westernisasi.13

13
Dhabit Tarki Sabik. Kemal Attaturk: Pengusung sekularisme dan penghancur Khilafah Islamiyah. h.25

Anda mungkin juga menyukai