Anda di halaman 1dari 7

Sistem dakwah di makkah dan madinah

A. Pendahuluan
Kebudayaan adalah bentuk uangkapan tentang semangat mendalam suatu
masyarakat. Sedangkan, manifestasi – manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis
lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan
dalam seni, sastra, religi (agama) dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik,
ekonomi dan teknologi.
Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW telah membawa
bangsa Arab yang semula terbelakang menjadi bangsa yang maju. Ia dengan cepat
bergerak mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang
sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang. Bahkan kemajuan
barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui
Spanyol. Islam memang berbeda dari agama – agama lain. Islam sesungguhnya lebih
dari sekedar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna. Karena yang
menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah Islam, kebudayaan
yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam.
Landasan peradaban Islan adalah kebudayaan Islam terutama wujud idealnya,
sementara landasan kebudayaan Islam adalah agama. Jadi dalam Islam, tidak seperti
pada masyarakat yang menganut agama bumi (non – samawi), agama bukanlah
kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil
cipta, rasa, dan karsa manusia, maka agama Islam adalah wahyu dari Allah.
Dalam penjelasan tersebut maka makalah ini akan menjelaskan tentang sistem
dakwah di Mekkah dan pembentukan sistem sosial di Madinah yang dijelaskan
sebagai berikut.
a.1. Sistem Dakwah di Mekkah
Dalam usia muda Muhammad hidup sebagai penggembala kambing. Pada usia ke-25,
Muhammad berangkat ke Syria membawa barang dagangan milik khadijah. Khadijah
kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan.
Perkawinan itu dikaruniai enam orang anak: dua putera dan empat puteri.
Menjelang usia ke 40 tahun, dia sudah terlalu biasa memisahkan diri dari kegaulan
masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira, beberapa kilometer di utara Mekkah. Pada tanggal
17 Ramadhan 611 M, malaikat Jibril muncul dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah
yang petama: “Bacalah dengan nama Tuhanu yang telah mencipta. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu itu Maha Mulia. Dia telah mengajar
dengan Qalam. Dia telah mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui” (QS 96: 1-5).
Setelah wahyu pertama itu datang, jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama,
sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam keadaan
menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu berbunyi sebagai
berikut: “Hai orang yang berselimut, bangun dari beri ingatlah. Hendaklah engkau besarkan
Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah engkau

1
memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu bersabarlah (QS Al- Muddatstsir: 1-7). Dengan turunnya perintah itu,
mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukan secara diam-diam
dilingkungan sendiri dan dikalangan rekan-rekannya. Mula-mula istrinya sendiri, khadijah,
kemudian saudara sepupunya Ali Bin Abi Thalib yang baru berumur 10 tahun, kemudian Abu
Bakar sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak, lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi
anak angkatnya, Ummu Aiman, pengasuh nabi sejak ibunya Aminah masih hidup, juga
termasuk orang yang pertama masuk Islam. Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh,
Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa teman dekatnya seperti Usman bin Affan, Zubair
bin Awwam, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Thalhah bin Ubaidillah.
Mereka dibawa Abu Bakar langsung kepada Nabi dan masuk Islam dihadapan Nabi sendiri.
Dengan dakwah secara diam-diam ini, belasan orang telah memeluk agama Islam.
Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual turunlah
perintah agar Nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula ia mengundang dan
menyeru kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib. Ia mengatakan kepada mereka, “Saya
tidak melihat seorang pun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah
mereka lebih baik dari apa yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepadamu dunia dan
akhirat yang terbaik. Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua. Siapakah diantara
kalian yang mau mendukung saya dalam hal ini? ”. mereka semua menolak kecuali Ali.
Langkah dakwah selanjutnya yang diambil Muhammad adalah menyeru masyarakat
umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam dengan terang-
terangan, berkat usahanya pengikut Nabi yang tadinya hanya belasan orang, makin hari
makin bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja dan orang-orang
yang tak punya. Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha
menghalangi dakwah Rasul. Menurut Ahmad Syalabi, ada 5 faktor yang mendorong kaum
Quraisy menentang seruan Islam itu. (1) mereka tidak dapat membedakan antara kenabian
dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk
kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Yang terakhir ini sangat tidak mereka inginkan.
(2) Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal
ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy. (3) Para pemimpin Quraisy tidak dapat
menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat. (4) Taklid kepada
nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab. (5) Pemahat dan
penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.
Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi
Muhammad. Pertama-tama mereka menyusun siasat bagaimana melepaskan hubungan Nabi
dengan Abu Thalib, kedua dengan cara meminta agar Abu Thalib mau menukar Nabi dengan
Umarah Ibn Walid, ketiga dengan menawarkan tahta, wanita, dan harta kepada Nabi. Namun
semua tawaran ini tidak mendapatkan hasil.
Setelah cara-cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan oleh kaum Quraisy gagal,
tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin
ditingkatkan. Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Mekkah terhadap kaum Muslimin
itu, mendorong Nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Mekkah.

2
Pada tahun kelima kerasulannya, Nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat
pengungsian, karena Negus (raja) negeri itu adalah seorang yang adil. Ditengah
meningkatnya kekejaman itu, dua orang kuat Quraisy masuk Islam, Hamzah dan Umar bin
Khatab. Dengan masuknya Islam dua tokoh besar ini posisi umat Islam semakin kuat.
Menguatnya posisi Islam memperkeras reaksi kaum musyrik Quraisy. Mereka
menempuh cara baru dengan melumpuhkan kekuatan Muhammad yang bersandar pada
perlindungan Bani Hasyim. Cara yang ditempuh ialah pemboikotan. Persetujuan dibuat
dalam bentuk piagam dan ditandatangani bersama dan disimpan didalam Ka’bah.
Pemboikotan itu baru berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy menyadari bahwa
apa yang mereka lakukan sungguh suatu tindakan yang keterlaluan.
Namun, tidak lama kemudian Abu Thalib, paman nabi yang merupakan pelindung utamanya,
meninggal dunia dalam usia 87 tahun. Tiga hari setelah itu, khadijah istri Nabi meninggal
dunia pula. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-10 kenabian. Nabi kemudian menyebarkan
Islam ke luar kota. Namun, di Thaif ia diejek, disoraki, dan dilempari batu (Yatim Badri,
2000: 23).
Untuk menghibur Nabi yang sedang ditimpa duka, Allah mengisra’ dan memikrajkan
beliau pada tahun ke-10 kenabian itu. Berita tentang Isra’ dan Mikraj ini menggemparkan
masyarakat Mekkah. Setelah peristiwa Isra’ dan Mikraj, suatu perkembangan besar bagi
kemajuan dakwah Islam muncul. Pekembangan mana datang dari sejumlah penduduk Yatsrib
yang berhaji ke Mekkah. Mereka yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khazra, masuk Islam dalam
tiga gelombang (Yatim Badri, 2000: 23).
Pertama, pada tahun ke-10 kenabian beberapa orang Khazraj berkata kepada Nabi: “Bangsa
kami telah lama terlibat dalam permusuhan, yaitu anatara suku Khazraj dan suku aus. Mereka
benar-benar merindukan perdamaian. Kiranya Tuhan mempersatukan mereka kembali
dengan perantara engkau dan ajaran-ajaran yang engkau bawa. Oleh karena itu, kami akan
berdakwah agar mereka mengetahui agama yang kami terima dari engkau ini”. Kedua, pada
tahun ke-12 kenabian delegasi Yatsrib, terdiri dari 10 orang suku Khazraj dan 2 orang suku
Aus serta seorang wanita menemui Nabi disuatu tempat bernama Aqabah. Dihadapan Nabi
mereka menyatakan ikrar kesetiaan. Rombongan ini kemudian kembali ke Yatsrib sebagai
juru dakwah dengan ditemani oleh Mus’ab bin Umair yang sengaja diutus Nabi atas
permintaan mereka. Ikrar ini disebut dengan perjanjian “Aqabah Pertama”. Pada musim haji
berikutnya, jamaah haji yang datang dari Yatsrib berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk
Yatsrib, mereka meminta kepada Nabi agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji
akan membela Nabi dari segala macam ancaman. Nabi pun menyetujui usul yang mereka
ajukan. Perjanjian ini disebut perjanjian ‘Aqabah Kedua’.
Dalam perjalanan ke Yatsrib Nabi ditemani oleh Abu Bakar. Ketika tiba di Quba,
sebuah desa yang jaraknya sekitar 5 km dari Yatsrib, Nabi istirahat beberapa hari lamanya.
Dia menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi membangun sebuah
Masjid. Inilah masjid pertama dibangun Nabi, sebagai pusat peribadatan. Tak lama
kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi, setelah menyelesaikan segala urusan di
Mekkah. Sementara itu, penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Waktu yang

3
mereka tunggu-tunggu itu tiba. Nabi memasuki Yatsrib dan penduduk kota ini mengelu-
elukan kedatangan beliau dengan penuh kegembiraan. Sejak itu, sebagai penghormatan
terhadap Nabi, nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun Munawwarah (kota yang
bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam Memancarkan ke seluruh dunia. Dalam Istilah
sehari-hari, kota ini cukup disebut Madinah saja.
a.2. Pembentukkan Negara Madinah
Setelah tiba dan diterima penduduk yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin
penduduk kota itu. Berbeda dengan periode Mekkah, pada periode Madinah, Islam
merupakan kekuatan politik. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai
kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dalam rangka memperkokohkan masyarakat
dan negara baru itu, ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar1)
pembangunan masjid. Dasar2), adalah Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan sesama muslim.
Nabi mempersaudarakan antara golongan muhajirin, orang-orang yang hijrah dari Mekkah ke
Madinah, dan Anshar, penduduk Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut membantu kaum
muhajirin. Dasar3), hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragam
Islam. Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan
keagamaan.
Dengan terbentuknya negara Madinah, Nabi sebagai kepala pemerintahan mengatur
siasat dan membentuk pasukan tentara. Umat Islam diizinkan berperangan dengan dua alasan:
(1) untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya. (2) menjaga keselamatan
dalam penyebaran kepercayaan dan mempertahankan dari orang-orang yang
menghalanginya. Perang pertama yang sangat menentukan masa depan negara Islam ini
adalah Perang Badar, perang antara kaum Muslimin dengan Musyrik Quraisy. Pada tanggal 8
ramadhan tahun 2 Hijriah, nabi bersama 305 orang Muslim bergerak keluar kota
membawaperlengkapan yang sederhana. Di daerah Badar, kurang lebih 120 kilometer dari
Madinah, pasukan Nabi bertemu dengan pasukan Quraisy yang berjumlah sekitar 900 sampai
1000 orang. Nabi sendiri yang memegang komando. Dalam perang ini kaum Muslimin keluar
sebagai pemenang. Tidak lama setelah perang tersebut, Nabi mendatangi sebuah Piagam
perjanjian dengan beberapa suku Badui yang kuat. Suku Badui ini ingin sekali menjalin
hubungan dengan Nabi setelah melihat kekuatan Nabi semakin meningkat. Selain itu, setelah
perang Badar, Nabi juga menyerang suku Yahudi Madinah, Qaunuqa, yang berkomplot
dengan orang-orang Mekkah. Orang-orang Yahudi ini akhirnya memilih meninggalkan
Madinah dan pergi menuju Adhri’at di perbatasan Syria.
Bagi kaum Quraisy Mekkah, kekalahan mereka dalam perang badar merupakan
pukulan berat. Mereka bersumpah akan membalas dendam. Pada tahun 3H, mereka berangkat
menuju Madinah membawa tidak kurang dari 3000 pasukan berkendaraan unta 200 pasukan
berkuda di bawah pimpinan Khalid bin Walid, 700 orang di antara mereka memakai baju
besi. Nabi Muhammad menyongsong kedatangan mereka dengan pasukan sekitar seribu
orang. Namun, baru saja melewati batas kota, Abdullah ibn Ubay, seorang munafik dengan
300 orang Yahudi membelot dan kembali ke Madinah. Mereka melanggar perjanjian dan
disiplin perang. Meskipun demikian, dengan 700 pasukan yang tertinggal nabi melanjutkan
perjalanan. Beberapa kilometer dari kota Madinah tepatnya di bukit Uhud, kedua pasukan

4
bertemu. Perang ini pun di menangkan pihak musuh karena pasukan muslim tergoda oleh
harta peninggalan musuh. Perang ini berakhir dengan 70 orang pejuang Islam syahid di
medan laga. Pengkhianatan Abdullah ibn Ubay dan pasukan Yahudi diganjar dengan
tindakan tegas. Bani Nadir , satu dari dua suku Yahudi Madinah yang berkomplotan dengan
Abdullah ibn Ubay, diusir ke luar kota. Kemudian mereka mengungsi ke Khaibar. Sedangkan
suku Yahudi lainnya, yaitu Bani Quraizah, masih tetap di Madinah.
Masyarakat Yahudi yang mengungsi ke Khaibar itu kemudian mengadakan kontak
dengan masyarakat Mekkah untuk menyusun kekuatan bersama guna menyerang Madinah.
Mereka membentuk pasukan gabungan yang terdiri dari 24.000 orang tentara. Didalamnya
juga bergabung beberapa suku Arab lain. Mereka bergerak menuju Madinah pada tahun 5H.
Atas usul Salman al-Farisi, Nabi memerintahkan umat Islam menggali parit untuk
pertahanan. Setelah tentara sekutu tiba, mereka tertahan oleh parit itu. Namun, mereka
mengepung Madinah dengan mendirikan kemah-kemah diluar parit hampir sebulan lamanya.
Perang ini disebut parang Ahzab (sekutu beberapa suku) atau Perang Khandag (parit).
Pada tahun 6H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, Nabi memimpin sekitar seribu
kaum Muslimin berangkat ke Mekkah, bukan untuk berperang, melainkan untuk melakukan
ibadah Umrah. Karena itu, mereka mengenakan pakaian ihram tanpa membawa senjata.
Sebelum tiba di Mekkah, mereka berkemah di Hudaibiyah, beberapa kilometer dari Mekkah.
Penduduk Mekkah tidak mengizinkan mereka masuk kota. Akhirnya, diadakan perjanjian
yang dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah yang isinya antara lain: (1) Kaum
Muslimin belum boleh mengunjungi Ka’bah tahun ini tetapi ditangguhkan sampai tahun
depan. (2) Lama kunjungan dibatasi sampai tiga hari saja. (3) Kaum Muslimin wajib
mengembalikan orang-orang Mekkah yang melarikan diri ke Madinah sedang sebaliknya
orang Quraisy tidak harus menolak orang-orang Madinah yang kembali ke Mekkah. (4)
Selama sepuluh tahun diberlakukan genjatan senjata antara masyarakat Madinah dan
Mekkah. (5) Tiap kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan Kaum Quraisy atau Kaum
Muslimin bebas nelakukannya tanpa mendapat rintangan. Nabi memang sudah sejak lama
berusaha merebut dan menguasai Mekkah agar dapat menyiarkan Islam ke daerah-daerah
lain. Ini merupakan target utama beliau ada dua faktor pokok yang mendorong kebijaksanaan
ini: Pertama, Mekkah adalah pusat keagamaan bangsa tersebar Arab dan melalui konsolidasi
bangsa Arab dalam Islam, Islam bisa tersebar keluar. Kedua, apabila suku Nabi sendiri dapat
diislamkan, Islam akan memperoleh dukungan yang kuat karena orang-orang Quraisy
mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar. Setahun kemudian ibadah haji ditunaikan
sesuai dengan rencana.
Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam pun sudah
menjangkau seluruh Jazirah Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Melihat kenyataan
ini, Rasulullah segera bertolak ke Mekkah dengan 10.000 tentara dan menghancurkan
patung-patung berhala di seluruh negeri . Setelah itu, Nabi berkhotbah menjanjikan ampunan
Tuhan terhadap Kafir Quraisy. Sesudah khotbah disampaikan, mereka datang berbondong-
bondong memeluk agama Islam. Sejak itu, Mekkah berada di bawah kekuasaan Nabi.
Sekalipun Mekkah dapat dikalahkan, masih ada dua suku Arab yang masih menentang, yaitu
Bani Tsaqif di Ta’if dan Bani Hawazin di antara Ta’if dan Mekkah. Akhirnya terjadi

5
peperangan dan bertemu di Hunain,dan umat Islam memenangkan pertempuran. Dengan
ditaklukannya Bani Tsaqif dan Bani Hawazin, seluruh Jazirah Arab berada di bawah
kepemimpinan Nabi. Melihat kenyataan ini,Heraklius menyusun pasukan besar di utara
Jazirah Arab, Syria yang merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu
bergabung Bani Ghassan dan Bani Lachmiders. Melihat besarnya pasukan Islam yang
dipimpin Nabi, tentara Romawi itu menjadi kecut. Akhirnya mereka menarik diri, kembali ke
daerahnya. Nabi sendiri tidak melakukan pengejaran, tetapi berkemah di Tabuk. Disini beliau
membuat beberapa perjanjian dengan penduduk setempat. Dengan demikian, daerah
perbatasan itu dapat dirangkul ke dalam barisan Islam. Perang Tabuk merupakan perang
terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.
Pada tahun 9 dan 10H (630-632M) banyak suku dari berbagai pelosok Arab
mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad menyatakan ketundukan mereka. Masuknya
orang Mekkah ke dalam agama Islam rupanya mempunyai pengaruh yang amat besar pada
penduduk padang pasir yang liar itu. Tahun ini disebut dengan tahun perutusan. Persatuan
bangsa Arab telah terwujud, peperangan antar suku yang berlangsung sebelumnya telah
berubah menjadi persaudaraan seagama.
Dalam kesempatan menunaikan ibadah haji yang terakhir. Haji Wada’ tahun 10 H
(631 M), Nabi Muhammad menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah. Isi khotbah
itu antara lain: larangan menumpahkan darah kecuali dengan haq dan larangan mengambil
harta orang lain dengan bathil, karena nyawa dan harta benda adalah suci, larangan riba dan
larangan menganiaya, perintah untuk memperlakukan para istri dengan baik dan lemah
lembut dan perintah menjauhi dosa, semua pertengkaran antara mereka di Zaman Jahiliyah
harus saling dimaafkan, balas dendam dengan tebusan darah sebagaimana berlaku di Zaman
Jahiliyah tidak lagi dibenarkan, persaudaraan dan persamaan di antara manusia harus
ditegakkan, hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik, mereka makan seperti apa yang
dimakan tuannya dan memakai seperti apa yang dipakai tuannya, dan yang terpenting adalah
bahwa umat Islam harus selalu berpegang kepada dua sumber yang tak pernah usang, al-
quran dan sunnah Nabi.
Setelah itu, Nabi Muhammad segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi
masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam. Petugas keamanan dan para da’i
dikirim ke berbagai daerah dan kabilah untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur
peradilan dan memungut Zakat. Dua bulan setelah itu, Nabi menderita sakit demam.
Tenaganya dengan cepat berkurang. Pada hari senin, tanggal 12 Rabi’ul Awal 11H / 8 Juni
632 M., Nabi Muhammad SAW wafat di rumah istrinya Aisyah.

6
B. Kesimpulan
Dari perjalanan sejarah Nabi ini, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad
SAW, di samping sebagai pemimpin agama, juga seorang negarawan, pemimpin politik
dan administrasi yang cakap. Hanya dalam waktu 11 tahun menjadi pemimpin politik,
beliau berhasil menundukkan seluruh Jazirah Arab ke dalam kekuasaannya. Saat Nabi
Muhammad menunaikan Haji Wada’ beliau memberikan Isi khotbah yang merupakan
prinsip-prinsip yang mendasari gerakan Islam. Selanjutnya, prinsip-prinsip itu bila
disimpulkan adalah kemanusiaan, persamaan keadilan sosial, keadilan ekonomi,
kebajikan dan solidaritas.

C. DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri., Sejarah Peradaban Islam., Cet ke-11, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.

Anda mungkin juga menyukai