Anda di halaman 1dari 38

IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

KISI-KISI

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

BAB I
SEJARAH DAN MAKNA AGAMA ISLAM
A. Sejarah dan Perkembangan Agama Islam
1. SEJARAH TURUN DAN PERKEMBANGAN AGAM ISLAM

1.1. Geografis Dan Sejarah Masyarakat Arab

Batas geografis Jazirah Arab :

 Utara : Mesopotania, Syiria, dan Palestina


 Timur dan Selatan : Teluk Parsi (Persia) dan Samudera Hindia
 Barat :Laut Merah

Jazirah Arab hanya dikelilingi padang sahara dan gurun pasir dari seluruh sisinya. Penduduknya
terutama terdiri dari orang desa nomaden, sebagian lainnya menetap di kota-kota seperti Mekah dan
Madinah.Terdapat jalan raya Hijaz yang merupakan jalur komunikasi ke dalam dan ke luar jazirah
Arab.

Ahli geografi membagi Jazirah Arab menjadi Arabia Petrix (daerah di sebelah barat daya
Lembah Syria), Arabia Deserta (daerah Syiria itu sendiri), dan Arabia Felix (negeri Yaman, yang
terkenal dengan nama Bumi Hijau).

Penduduk Jazirah Arab dibagi menjadi (1) Arab Baidah (bangsa Arab yang telah punah),(2)
Arab Baqiyah (bangsa Arab yang masih lestari), yang terbagi lagi menjadi Arab Ariba (kelompok
Qathan, dengan tanah airnya Yaman) dan Arab Musta’ribah (sebagian besar penduduk Arabia dari dusun
sampai ke kota).Suku Quraisy adalah salah satu suku yang berpengaruh di jazirah Arab. Hasyim
merupakan kabilah pada zamannya.

1.2. Latar Belakang Dan Tujuan Turunnya Agama Islam Kepada Nabi Muhammad Saw.

Nabi Muhammmad saw dilahirkan di Mekah. Ayahnya adalah Abdullah, putra dari Abdul
Muthalib, seorang Kepala Suku Quraisy. Ibunya ialah Aminah binti Abdul Wahhab. Sejak kecil
Nabi Muhammad saw. tumbuh dewasa dengan menghimpun sifat-sifat terpuji danadab yang mulia.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

Saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berusia :

 6 tahun : Ibunya wafat saat perjalanan kembali dari Madinah ke Mekah setelah berziarah, dan
menjadi yatim piatu, lalu diasuh oleh kakenya Abdul Muthalib.
 8 tahun : Kakeknya, Abdul Muthalib, meninggal dunia, kemudian Rasulullah diasuh oleh
pamannya Abu Thalib.
 12 tahun : Diajak oleh pamnnya, Abu Thalib, turut serta dengan kafilah dagang ke Syam
(Suriah). Seorang pendeta Kristen bernama Buhairah, melihat ciri-ciri seroang Nabi
pada Muhammad saw.
 25 tahun : Menikah dengan Khadijah dan dikaruniai 6 orang anak, 2 putra : Qasim dan
Abdullah, dan 4 putri :Zainab, Ruqaiyah, Ummu Kalsum dan Fatimah.
 35 tahun : Muhammad saw dapat menyelesaikan perselisihan antar suku, mengenai siapa yang
berhak unutk meletakan Hajar Aswad di tempatnya. Yaitu dengan cara Nabi
Muhammad saw. meletakan batu itu di atas surbannya dan mempersilakan setiap kepala
suku secara bersama membawanya dengan memegang tiap-tiap ujung/pinggir surban.
Atas keputusannya ini Rasullulah dijuluki Al-Amin (orang yang terpercaya).
 Menjelang umur 40 tahun :Sering mengasingkan diri ke Gua Hira.
 40 tahun : Menerima wahyu pertama Al-‘Alaq ayat 1-5

Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan Islam, terutama di sekitar Mekkah masih diwarnai
dengan kebiasaan menyembah berhala sebagai Tuhan yang dikenal dengan istilah Paganisme. Dan masa
dimana Muhammad dilahirkan disebut dengan zaman Jahiliah, sehingga mendorong nabi untuk
bertahanus ( menyendiri untuk berdzikir ) di Gua Hira.

1.3. Proses Turunnya Agama Islam Kepada Nabi Muhammad Saw.


1. Pertama, pada tanggal 17 Ramadhan / 6 Agustus 611 M, Nabi Muhammad SAW melihat
cahaya terang benderang memenuhi Gua Hira. Tiba-tiba suatu makhluk unik berada di
depannya lalu memerintah :“Iqra!” (bacalah). Yang kemudian diketahui itu adalah Jibril
menyampaikan wahyu pertama sebagaimana tertera dalam QS. 96 (Al-‘Alaq) : 1-5 yang artinya
: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan qalam. Dan yang mengajarkan kepada manusia apa yang
belum diketahuinya”.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

Dengan turunnya wahyu pertama ini, Muhammad SAW resmi sebagai Nabi dan Rasul.
2. Kedua,QS. 68 (AL-Qalam) : 1-7, beberapa minggu setelah turun wahyu pertama
3. Ketiga, QS. 73 (Al-Muzammil) : 1-8
Mulai dari wahyu pada tahap pertama hingga ketiga disebut masa pemantapan, wahyu
turun dengan tema-tema perintah :
1) Membaca (iqra’)
2) Menuntut ilmu atas dasar iman dan pentingnya mencari serta menyebarkan ilmu
3) Pentingnya sarana mencari dan menyebarkan ilmu pengetahuan : Iqra’ (membaca),
menulis dan alat tulis, dan Nun (tinta)
4) Perintah shalat malam (bahkan sebelum adanya perintah shalat wajib) serta membaca
Al-Qur’an
5) Keseimbangan untuk memperbanyak ibadah di malam hari dan bekerja keras di siang
hari

4. Keempat, QS. 74 (Al-Muddatsir) : 1-7, berisi perintah untuk bangkit menyampaikan dakwah

Dakwah Nabi Muhammad SAW dibagi menjadi dua periode :


1. Periode Mekah, ciri pokoknya adalah pembinaan dan pendidikan tauhid (dalam arti
luas)
2. Periode Madinah, ciri pokoknya adalah Pendidikan sosial dan politik (dalam arti
luas)

1.4. Hubungan Agama Islam Dengan Agama Para Nabi Sebelumnya


 QS. 35 (Fathir) : 24 : “Tidak satu umat (kelompok masyarakat) pun kecuali telah pernah diutus
kepadanya seorang pembawa peringatan”.
 QS. 16 (Al-Nahl) : 36 : “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan)….”
 QS. 40 (Ghafir) : 78 : “Kami telah mengutus nabi-nabi sebelummu, di antara mereka ada yang
telah Kami sampaikan kisahnya, dan ada pula yang tidak kami sampaikan kepadamu”
 QS. 4 (An-Nisa') : 163: “Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana
Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa,
Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman, dan Kami berikan Zabur kepada Daud.”

1.5. Metode Dakwah Nabi Muhammad Saw.

Dengan turunnya wahyu keempat, mulailah Rasulullah saw mulai berdakwah dengan tahapan :

1. Pertama-tama, Ia melakukan dakwahsecara diam-diam di lingkungan rumah dan keluarganya


sendiri serta di kalangan rekan-rekannya. Maka orang-orang yang pertama kali menyambut
dakwahnya adalah :
 Khadijah, istrinya. Wanita pertama yang masuk Islam
 Ali bin Abi Thalib,pemuda muslim pertama
 Abu Bakar, sahabat karib sejak kanak-kanak. Pria dewasa pertama yang masuk Islam
 Zaid bin Haritsah, bekas budak yang telah jadi anak angkatnya
 Ummu Aiman, pengasuh Nabi Muhammad saw. sejak ibunya masih hidup
2. Setelah beberapa lama, turun QS. Al-Hijr : 94yang menjadi perintah dakwah secara terang-
terangan. Perjalanan dakwah terang-terangan beliau secara berurutan di antaranya adalah :

 Mengundang kerabat karib dalam sebuah jamuan. Namun mendapat tantangan dari
kaum kafir Quraisy. Sebagian kerabat menolak dengan cara lemah-lembut dan ada pula yan
menolak dengan kasar, salah satunya ialah Abu Lahab.

 Langkah dakwah selanjutnya mengumpulkan penduduk di Bukit Safa, dekat


Ka’bah.Nabi Muhammad SAW. bertanya apakah orang-orang akan percaya apabila beliau
berkata di belakang bukit Shafa aka nada musuh yang besar siap menyerang. Orang-orang
menjawab percaya karena Nabi Muhammad SAW tidak pernah berbohong. Kemudian Nabi
melanjutkan dan menerangkan kepada mereka bahwa beliau adalah seorang pemberi peringatan
yang mengingatkan bahwa hanya Allah SWT saja yang patut disembah. Namun, reaksi orang-
orang ada yang mengejek beliau gila, berteriak-teriak marah, dan ada yang diam. Abu Lahab
berteriak “Celakalah engkau hai Muhammad. Untuk inikah engkau mengumpulkan kami?” dari
peristiwa Abu Lahab inilah turun QS. Al-Lahab : 1-5.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

 Hubungannya dengan paman beliau, abu Thalib, berusaha dilepaskan oleh para
penguasa Mekah, kaum feudal, dan para pemilik budak. Mereka meminta agar Abu Thalib
memilih satu diantara memerintahkan Muhammad SAW. berhenti dari dakwahnya atau
menyerahkan keponokannya itu kepada mereka. Abu Thalib terpengaruh dengan segala ancaman
yang diberikan dan meminta Nabi Muhammad SAW menghentikan dakwahnya, tetpai Nabi tetap
menolak dengan tegas dan akhirnya pamannya itupun meneguhkan hati untuk terus mendukung
dakwah beliau.

 Mereka berusaha menukar Muhammad SAW dari Abu Thalib dengan seorang
pemuda yang gagah dan tampan bernama Umarah bin Walid. Namun usaha ini tetap gagal
karena Abu Thalib menolaknya

 Kaum Quraisy mengutus Utbah bin Rabi’ah untuk menemui langsung Muhammad
SAW dan membujuknya dengan harta, tahta, wanita. Namun tetap gagal.

 Kaum Quraisy mulai menggunakan kekerasan fisik. Hal tersebut berupa penyiksaan
terhadap anggota keluarga mereka sendiri yang masuk Islam sampai ia murtad kembali (termasuk
budak-busak). Hal ini menyebabkan mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Mekah. Pada
tahun kelima kerasulannya, Nabi Muhammad SAW menetapkan Habasyah (Ethiopia) sebagai
negeri tempat pengungsian, karena raja negeri itu seseorang yang adil, lapang hati, dan suka
menerima tamu.

 Menguatnya posisi Islam (dengan masuknya dua orang kuat Quarisy)


mengakibatkan reaksi kaum Quraisy semakin keras. Bani Hasyim dilumpuhkan dengan
berbagai blokade seperti jual-beli atau pernikahan, sehingga Bani Hasyim mengalami
penderitaan, kelaparan, kemiskinan yang berlangsung selama tiga tahun. Pada akhirnya, blokade
tersebut dicabut dan tak lama paman Nabi SAW. meninggal dunia dan tiga hari setelahnya isteri
beliau, Khadijah, juga meninggal dunia →Tahun ke-10 kenabian → Tahun kesedihan (‘Am
al-Huzn).

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

1.6. Nabi Muhammad Saw Diutus Untuk Seluruh Umat Manusia


Ada yang menduga bahwa Nabi SAW mulanya hanya bermaksud mengajarkan agamanya
kepada orang-orang Arab, tetapi setelah berhasil di Madinah, beliau memperluas dakwahnya

untuk seluruh umat manusia. Pendapat ini keliru, karena Allah dalam Q.S. 34 (Saba’) : 28
berfirman, yang artinya : “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.”.

2. SEJARAH MASUK DAN PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM DI INDONESIA


2.1. Asal Mula Islam Masuk Ke Indonesia

Pendapat tentang awal mula masuknya Islam ke Indonesia :


- Abad ke-13 M → bukti keberadaan pemerintahan Islam
- Abad ke-11 M → batu nisan bertanggal 1082 dari Fatimah Binti Maimun yang menunjukkan
adanya penganut Islam pada abad ke-11 M
- Abad ke-7 M → catatan perjalanan orang Cina saat dinasti T’ang menunjukkan adanya
komunitas muslim di Utara Sumatera.

Teori mengenai tempat asal datangnya Islam ke Indonesia atau Asia Tenggara :
a) Teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab atau tepatnya Hadramaut.
Dikemukakan oleh Crawfurd, Kreyzer, Nieamann, De Hollander, dan Veth. Tokoh
Indonesia yang juga mengemukakan teori ini adalah Buya Hamka.
b) Teori yang menyatakan Islam datang dari India. Dikemukakan oleh Pijnapel tahun 1872.
Membawa Islam melalui jalur perdagangan.
c) Teori yang menyatakan Islam datang dari Benggali (Bangladesh). Dikembangkan oleh Fatimi.
Dia mengutip Tome Pures yang mengungkapkan bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasar
adalah orang Benggali atau keturunan mereka.

2.2. Kegiatan Dakwah di Indonesia

Metode dakwah para ulama’ di Indonesia adalah :

a. Keteladanan : mencontohkan kesantunan, kejujuran, murah hati, suka menolong

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

b. Ceramah : mengajak orang untuk diberikan pencerahan tentang ajaran Islam


c. Perkawinan : merupakan metode yang sangat efektif, hanya saja jangkauannya yang
sangatterbatas, biasanya terbatas pada isteri dan keluarganya.
d. Kesenian : media ini memilikidaya tarik yang kuat untuk memanggil massa. Dakwah
dimasukkan dalam substansi kesenian atau disajikan disela-sela pagelaran kesenian.
e. Pendekatan Tasawuf :karena titik temu antara ajaran agama Islam dengan ajaran Hindu
dan Buddha adalah melalui tasawuf seperti, dzikir, do’a, I’tikaf, dll.

Diantara para ulama’ yang sangat berperan dalam dakwah Islam di Indonesia adalah yang dikenal
dengan Wali Songo, artinya wali yang jumlahnya ada sembilan orang, yaitu :

1) Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim → orang yang disegani ajaran dan fatwanya
2) Sunan Ampel atau Raden Rahmat → mendirikan pesantren Ampel Denta di Jawa Timur
3) Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim → menggunakan kesenian dan kebudayaan
4) Sunan Drajat atau Raden Qasim → mengutamakan pencapaian kesejahteraan sosial masyarakat
5) Sunan Kudusatau Ja’far Shadiq → dijuluki Wali al-Il’mi (orang yang luas ilmunya)
6) Sunan Giri atau Raden Paku → ahli tata negara dan menciptakan permainan Jelungan, Jamuran
7) Sunan Kalijagaatau Raden Mas Said → mengenalkan Islam lewat pertunjukan Wayang
8) Sunan Muria atau Raden Umar Said → mengembangkan tradisi Kenduri (upacara mengirim
doa kepada leluhur dengan doa-doa Islam)
9) Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah → melalui pernikahan untuk memperluas
hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh dan memperkuat kedudukan.

2.3. Dakwah Islam di Indonesia dari Zaman Kerajaan Sampai Zaman Penjajahan

Ada tiga faktor yang menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu :

1) Faktor Agama

Akidah Islam itu sendiri dan dasar-dasarnya yang memerintahkan, menjunjung tinggi
kepribadian, meningkatkan harkat dan martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas rohaniawan dan
sistem kasta.

2) Faktor Politik

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

Para penguasa, bangsawan, dan pejabat di negara-negara bagian terdorong untuk menganut
agama Islam, yang dipandang mereka sebagai senjata ampuh untuk melawan dan menumbangkan
kekuatan Hindu.

3) Faktor Ekonomi

Perdagangan melalui lautan Indonesia dan hampir seluruhnya dikuasai para pedagang Arab.

Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia :

 Kerajaan Samudra Pasai, pertama kali berdiri di Indonesia abad ke-13 M. Posisi sangat
strategis, persinggahan dalam pelayaran antara India dengan Cina, antara Timur dengan Barat.
 Kerajaan Malaka, berdiri abad ke-15 M. Runtuh pada 1511 oleh Portugis yang dipimpin
Alfonso D’ Albuquerque.
 Kerajaan Demak,kerajaan Islam pertama di Jawa, berdiri abad ke-16 M. Pernah berusaha
merebut Malaka yang telah jatuh ke tangan Portugis dibawah kepemimpinan Pati Unus, namun
mengalami kegagalan. Meskipun begitu, Demak berhasil menggagalkan upaya Portugis
menguasai Sunda Kelapa.
 Kerajaan Mataram, berjaya saat dipimpin oleh Sultan Agung. Terjadi sentralisasi kekuasaan,
Mataram mengubah struktur politik dan masyarakat di Jawa.
 Kerajaan Ternate dan Tidore, berdiri abad ke-15 M di Kepulauan Maluku (Ternate dan
Tidore).
 Kerajaan Goa, terkenal dengan rajanya Sultan Hassanudin. Pada abad ke-17 menjadi pusat
perdagangan di Indonesia timur.

2.4. Dakwah di Era Kemerdekaan

→Dalam persiapan kemerdekaan, BPUPKI dan PPKI menghasilkan Konstitusi (UUD) yang di
dalamnya ada peraturan tentang “Ketuhuanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya”.
→18 Agustus 1945, peraturan tersebut diubah dan diganti dengan “Ketuhanan Yang Maha
Esa” untuk menghindari perpecahan dikalangan masyarakat Indonesia.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

→ 22 Oktober 1945, tokoh dan pendiri NU, KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan Resolusi Jihad.
Resolusi itu mewajibkan umat Islam membela tanah air Indonesia, dan apabila meninggal menjadi
syahid.

→ Terbentuknya organisasi seperti Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia), NU


(Nahdlatul Ulama), PSII dan PERTI. Menunjukan keterlibatan kaum muslimin dalam mengelola
pemerintahan.
→Era Demokrasi Terpimpin, dimulai pada 5 Juli 1959, yaitu sesaat setelah dikeluarkannya
Dekrit Presiden yang membubarkan parlemen. Masa ini terjadi pemiskinan luar biasa, pemberontakan
G30S/PKI, dan pembubaean parpol yang menentang kebijakan Presiden Soekarno. Partai Islam yang
bertahan pada masa ini dan ikut terlibat dalam pemerintahan Soekarno adalah Nadhlatul Ulama.
→Era Reformasi, muncul kembali peran Islam, terutama di lapangan politik. Tahun 1990-an
muncul gerakan yang mengartikulasikan Islam dalam kehidupan sehari-hari yang lebih personal seperti:
semangat mengkaji Islam dalam bentuk grup-grup halaqoh, penerjemahan dan penerbitan buku-
bukudan majalah-majalah yang lebih komprehensif dan mendetil dalam membahas Islam, fenomena
semakin banyaknya wanita yang menggunakan jilbab, dsb.
→ Disamping itu, gerakan Islam tahun 1990-an mempunyai perhatian dan keterkaitan dengan
perkembangan isu-isu Islam internasional seperti Palestina, Afghanistan dan Irak. Pada masa
Presiden Habibie, muncul banyak partai politik baru berbasis Islam seperti Partai Amanat Nasional
(PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Keadilan (PK). 40%
kursi parlemen hasil pemilu 1999 diduduki oleh partai berbasis Islam.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

B. Makna Agama Islam Bagi Kehidupan


2.1. Pengertian Agama Islam
 Secara etimologis, kata Islam berasal dari bahasa Arab,salima-yaslamu-salamatan wasalaman,
yang artinya “selamat, damai, tunduk, patuh, pasrah, menyerahkan diri, rela, puas ,
menerima, sejahtera dan tidak cacat”.
 Dari ilmu morfologi, kata Islam diambil dari aslama-yuslimu-islaman, memiliki beragam
makna, antara lain dijelaskan dalam Al-Qur'an :

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

1. Ketaatan, dijelaskan, QS.72 (Al-Jin) : 14


2. Menyerahkan diri, QS.2 (Al-Baqarah) : 112
3. Tunduk dan patuh, QS.3 (Ali Imran) : 85.
 Secara terminologis atau istilah, Islam adalah agama atau peraturan-peraturan Allah yang
diwahyukan kepada Nabi dan Rasul-Nya sebagai petunjuk bagi umat manusia agar mencapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
 Dalam bahasa Arab, kata agama adalah ad-Dien yang mengandung pengertian menguasai,
menundukkan, patuh, utang, balasan, atau kebiasaan.
 Kata dien dan kata jadiannya dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 94 kali dalam berbagai makna
dan konteks, antara lain berarti pembalasan (QS 1:4); undang-undang duniawi atau
peraturan yang dibuat (QS 12:76); agama yang datang dari Allah: Dienullah (QS 3:83).
 Bila Dien dirangkaikan dengan kata al-haq sehingga membentuk kata Dienulhaq, maknanya
adalah agama yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai agama yang benar,
yakni Islam (QS 9:33).
 Kepercayaan manusia kepada ajaran agama, khususnya Tuhan, dilandasi oleh:
1. Adanya kepercayaan bahwa di luar kekuatan manusia ada kekuatan yang lebih perkasa yaitu
kekuatan Ghaib
2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia dan kebahagiaan hidupnya di
akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan Ghaib tersebut.
3. Adanya respon yang bersifat emosional dari manusia, baik dalam bentuk perasaan takut atau
perasaan cinta. Selanjutnya respons itu mengambil bentuk pemujaan atau penyembahan
dan tatacara hidup tertentu bagi masyarakat yang besangkutan.
4. Paham adanya yang kudus (the sacred) dan suci, seperti kitab suci, tempat ibadah, dan
sebagainya.
 Suatu kepercayaan dikategorikan sebagai sebuah agama apabila memenuhi empat kriteria
berikut:
1. Adanya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi asal dari segala yang
ada;
2. Adanya ajaran ibadah yang mengatur pengabdian manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa
tersebut;

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

3. Adanya Nabi yang menerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa, yang berisi ajaran-ajaran
Tuhan dalam sebuah Kitab Suci;
4. Adanya ajaran akhlak/moral untuk berbuat baik, yang berisi nilai-nilai kebaikan dan
bersumber pada nilai ke-Tuhanan yang Maha Esa tersebut.

2.2. Fungsi Agama Islam

 Fungsi utama agama Islam dalam kehidupan umat manusia secara umum adalah :
a. Sebagai hidayah, yaitu petunjuk kebenaran sehingga manusia mengetahui jalan kehidupan yang
benar. [QS (Al-Baqarah): 185]
b. Sebagai aturan atau jalan kehidupan yang menjaga manusia dari kesesatan [QS. 45
(AlJatsiyah): 18].
c. Sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit hati, seperti pemarah, dengki, kikir,
malas, dll. [QS (Yunus): 57], [QS (Al-Isra’): 82]
d. Sebagai penolong manusia untuk memperoleh kemudahan dalam menghadapi berbagai
permasalahan yang sulit, seperti bagaimana proses perkembangan embrio sejak terjadi konsepsi.
[QS (Al-Mukminun): 12-14]
e. Sebagai motivator agar manusia tetap tabah menghadapi berbagai cobaan dan kesulitan hidup.
[QS (Al-Thalaq): 7] , [QS (Yusuf): 87]

 Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia, dari aspek hukum :
a. Memelihara agama → tauhid kepada Allah SWT dengan ketaatan menjalankan aturan-Nya
b. Memelihara jiwa (diri) → kewajiban mempertahankan hidup, dan dilarang membunuh diri
maupun jiwa orang lain.
c. Memelihara keturunan → adanya lembaga pernikahan untuk memelihara kejelasan keturunan
seseorang, dan dilarang melakukan perzinaan (hubungan seks di luar nikah)
d. Memelihara akal → kewajiban menghindari segala macam hal yang menyebabkan akal cidera
dan tidak normal, seperti meminum minuman yang memabukkan, konsumsi narkoba, dll.
e. Memelihara harta → keharusan memperoleh harta secara halal, larangan mendapatkannya
secara haram

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

2.3. Karakteristik Agama Islam

a. Agama Tauhid → Satu-satunya agama yang mengajarkan ke-Esa-an Allah SWT secara murni.
[QS. Al-Ikhlas : 1-4]
b. Agama sempurmna → Agama yang mengandung ajaran yang memberi petunjuk pada seluruh
aspek kehidupan manusia. [QS. Al-Maidah : 3]
c. Agama fitrah → Ajaran Agama Islam itu sesuai dengan fitrah kehidupan manusia dan tidak
menimbulkan efek negatif dalam kehidupan manusia. [QS. Ar-Rum : 30]
d. Agama universal → agama yang berlaku sampai akhir masa dan berlaku sampai akhir dan
berlaku kepada umat manusia seluruhnya setelah diutusnya Rasulullah SAW [QS. Saba’ : 28]
e. Agama yang mengandung kebenaran mutlak → artinya kebenaran ajaran Islam tidak
bergantung pada dukungan pembenaran unsur lain, karena agama Islam berupa firman-firman
Allah, dan Allah adalah Yang Maha Benar Mutlak [QS. Al-Baqarah : 147]
f. Agama yang Mudah → pelaksanaan ajarana agama Islam sangat mudah dan memberikan
kemudahan kepada umat Islam untuk mengamalkannya sesuai dengan kemampuannya. [QS. Al-
Baqarah : 286]

2.4. Ruang Lingkup Ajaran Agama Islam

 Secara garis besar, agama Islam mengandung tiga ajaran pokok, yaitu :
1) Akidah atau iman
2) Syari’ah atau islam
3) Akhlak atau ihsan
 Potensi kehidupan manusia yang mendasari pembagian ruang lkingkup tersebut
1) Qalbu untuk beriman
2) Akal untuk memahami
3) Indera dan fisik untuk beramal

2.5. Sumber Ajaran Agama Islam

Sumber ajaran Islam adalah Al-Qur’an, Sunnah atau Hadis dan ijtihad (ra’yu), yang
ditegaskan juga pada QS.4 (Al-Nisa'): 59 yang artinya:

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

2.5.1. Al-Qur’an

a. Pengertian

Al-Qur'an adalah Kalamullah, diturunkan dengan bahasa Arab yang membacanya ibadah,
merupakan sumber ajaran Islam yang utama. Dengan kata lain Al-Qur’an adalah firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam secara berangsur-angsur melalui
malaikat Jibril sebagai mukjizat dan pedoman hidup bagi umatnya.

 Al-Qur’an diturunkan berangsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari


 Terdiri dari 6.666 ayat, 114 surat, dan 30 juz
 Al-Qur’an dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas

b. Sejarah turun dan Penulisan Al-Qur’an

Al-Qur’an diturunkan secara berangsur sejak Nabi diangkat menjadi Rasul umur 40 tahun sampai
menjellang wafatnya pada umur 63 tahun. Al-qur’an diturunkan dengan bahasa Arab.
Untuk menyampaikan firman-Nya kepada manusia, Allah memilih Nabi atau Rasul lalu Allah
menyampaikannya dengan 3 cara:

1) Dengan wahyu (langsung ke dalam hati Nabi)


2) Dari belakang tabir (wahyu diserap oleh indra Nabi tanpa melihat pembawa wahyu).
3) Dengan mengutus malaikat (Jibril) yang membawa wahyu.

c. Kandungan Al-Qur’an

Secara garis besar, Al-Qur’an mengandung prinsip-prinsip pokok ajaran sebagai petunjuk,
pedoman bagi manusia dalam menghadapi kehidupan, yaitu :

a. Pokok-pokok kimanan/keyakinan
b. Prinsip-prinsip syari’ah

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

c. Janji atau kabar gembira kepada yang berbuat baik (basyir) dan ancaman siksa bagi yang
berbuat dosa (nadzir)
d. Kisah-kisah, sejarah
e. Dasar-dasar dan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan, seperti : astronomi, fisika, kimia, ilmu
hukum, ilmu bumi, ekonomi, pertanian, kesehatan, teknologi, dsb

d. Fungsi Al-Qur’an
1. Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk (hidayah) bagi manusia.
2. Al-Qur’an memberikan penjelasan terhadap segala sesuatu.
3. Al-Qur’an berfungsi memberikan rahmat dan menyampaikan kabar gembira kepada
manusia yang berserah diri.
4. Al-Qur’an sebagai penawar jiwa yang sakit (syifa').

e. Kedudukan Al-Qur’an

Dalam Tarikh Tasyri’ Islami (sejarah pembinaan hukum Islam), kita menemukan bahwa Al-
Qur’an merupakan pedoman pertama dan utama bagi umat Islam. Setiap persoalan selalu
dikembalikan solusi dan pemecahannya kepada Al-Qur’an.

Mayoritas Ushul Fiqh berpendapat bahwa :

 Ayat-ayat yang berhubungan dengan ibadah, pengadilan, politik dalam Al-Qur’an tidak lebih
dari sepersepuluh isi Al-Qur’an
 Ayat-ayat hukum yang berhubungan dengan ibadah dan muamalah ada 500 (sebagian
berpendapat hanya 200)

2.5.2. Sunnah/Hadits

a. Pengertian

Istilah hadits menurut para ahli hadits adalah sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, baik berupa pebuatan, perkataan, maupun
persetujuan beliau (taqrir). Kata sunnah menurut kamus bahasa Arab bermakna jalan, arah,
peraturan, mode atau cara tentang tindakan atau sikap hidup.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

b. Sejarah Sunnah/Hadits

Seratus tahun setelah hijrah (abad ke-1) terdapat banyak sekali hadis. Untuk menguji validitas
dan kebenaran suatu hadis, para muhadisin menyeleksi berbagai riwayat tentang hadis dengan
memperhatikan jumlah dan kualitas jaringan periwayat hadis tersebut yang dikenal dengan sanad.

c. Klasifikasi Sunnah/Hadits
 Ditinjau dari segi bentuknya, hadits diklasifikasikan menjadi:
1) Fi’li (perbuatn Nabi)
2) Qauli (perkatan Nabi)
3) Taqriri (keiizinan atau persetujuan Nabi), seperti perbuatan sahabat yang disaksikan Nabi,
dan Nabi tidak menegornya

 Ditinjau berdasarkan jumlah perawinya (dari segi jumlah orang yang menyampaikan hadits, atau
sanadnya), hadits dapat diklasifikasikan kepada:
1) Mutawatir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak yang menurut akal tidak
mungkin mereka bersepakat dusta.
2) Masyhur, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak kepada orang banyak pula,
tetapi jumlahnya tidak sampai kepada derajat mutawatir.
3) Ahad, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih yang tidak sampai pada
tingkat masyhur maupun mutawatir. Ada ulama yang memasukkan hadits masyhur
kepada golongan hadits ahad

 Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya, hadits dibagi menjadi:


1) Hadits maqbul, yaitu hadits yang dapat diterima
2) Hadits mardud, yaitu hadits yang ditolak.

 Ditinjau dari kualitasnya, hadits dibagi menjadi:


1) Shahih, yaitu hadits yang sehat, yang diriwayatkan oleh orang-orang yang baik dan kuat
hafalannya, materinya baik dan persambungan sanadnya dapat dipertanggungjawabkan.
2) Hasan, yaitu hadits yang memenuhi persyaratan hadits shahih kecuali dari segi hafalan
perawinya kurang baik.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

3) Dhaif, yaitu lemah, baik karena terputus salah satu sanadnya atau karena salah seorang
pembawanya kurang baik.
4) Maudhu’, yaitu hadits palsu, hadits yang dibikin oleh seseorang dan dikatakannya sebagai
sabda atau perbuatan Nabi .

d. Kedudukan dan Fungsi


a) Sunnah adalah sumber ajaran agama Islam kedua setelah Al-Quran.
b) Kepatuhan kepada Sunnah Rasulullah SAW berarti patuh dan cinta kepada Allah.
c) Sunnah berfungsi sebagai penafsir Al-Qur'an.

Kitab-kitab hadis banyak sekali, dan diantara kitab-kitab tersebut ada 7 kitab hadis yang dianggap
para ulama sebagai kitab hadis yang utama sehingga disebut Kutub Sittah, yaitu:

a) Shahih Bukhari
b) Sahahih Muslim
c) Sunan Abu Daud
d) Sunan Nasai
e) Sunan Tirmidzi
f) Sunan Ibnu Majah
g) Musnad Imam Ahmad

2.5.3. Ijtihad/Rakyu

a. Pengertian

Ar-ra’yu artinya penglihatan yang berasal dari kata ra`a (melihat). Akan tetapi yang dimaksud
dengan penglihatan di sini bukanlah penglihatan mata, melainkan penglihatan akal.

Ijtihad diambil dari kata ijtahada - yajtahidu – ijtihadan, yang artinya mengerahkan segala
kesungguhan dan ketekunan secara optimal untuk menggali dan menetapkan suatu hukum (syara’)
dari sumber Al-Qur`an dan Sunnah.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

b. Dasar, Kedudukan dan Fungsi Ijtihad/Rakyu

Ijtihad merupakan keunikan yang spesifik dalam ajaran Islam yang universal, sehingga
penerapan hukum-hukum syara’ serta pengalihan hukum dan norma dapat diselaraskan dengan situasi
dan kondisi yang berlaku tanpa keluar atau meninggalkan sumber pokoknya (Al-Qur’an dan Sunnah).

Berbagai masalah kontemporer yang muncul dewasa ini, yang secara teknis belum didapati di
dalam Al-Qur’an dan Sunnah, menempatkan kedudukan ijtihad makin terasa penting.

c. Syarat-syarat Berijtihad
a. Mengetahui nash Al-Qur`an dan Sunnah
b. Mengetahui dan menguasai bahasa Arab
c. Mengetahui soal-soal ijma’
d. Mengetahui ushul fiqih.
e. Mengetahui nasikh dan mansukh.
f. Mengetahui ilmu-ilmu penunjang lainnya.

d. Menyikapi Hasil Ijtihad/Rakyu

Cara kita menyikapi perbedaan hasil ijtihad bagi kita yang tidak punya kompetensi untuk
melakukan ijtihad sendiri:

a) Ittiba', yaitu melakukan kajian berbagai aspek ijtihad secara komprehensif dari para
mujtahid yang menghasilkan ijtihad yang berbeda-beda tersebut.
b) Muqollid, yaitu mengikuti hasil ijtihad ulama' mujtahid yang diyakini kekuatannya
tanpa melakukan kajian proses dan hasil ijtihad tersebut bagi umat Islam yang tidak
mempunyai kompetensi untuk melakukan kajian ijtihad.

NB : Islam tidak memperbolehkan kita TAQLID BUTA, yaitu mengikuti hasil ijtihad orang tanpa
meyakini kekuatan hasil ijtihad tersebut. Biasanya taqlid buta terjadi karena faktor-faktor yang
tidak dibenarkan dalam Islam, seperti faktor fanatisme.

c) Menghargai hasil ijtihad lain yang tidak diikuti

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

C. Manusia Beragama Islam


3.1 Karakteristik Manusia Beragama Islam

3.1.1 Penyebutan Manusia Dalam Al-Qur'an

Konsep manusia di dalam Al-Qur'an dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang saling
menunjuk pada makna manusia, yaitu :

- Basyar, selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis manusia (QS. 15:Al-Hijr : 33 dan QS. 30:Ar-
Rum : 20), manusia makan dan minum (QS. 23:Al Mukminun : 33), memiliki insting seperti hewan.
Dalam Al-Qur'an disebutkan sebanyak 37 kali.

- Insan, berhubungan dengan sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir,
berilmu, dan memikul amanah (QS. 33:Al-Ahzab : 72). Dalam Al-Qur'an disebutkan sebanyak 65 kali.

- An-Nas, menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk sosial atau secara kolektif. Dalam Al-
Qur'an disebutkan sebanyak 240 kali.

- Bani Adam, menunjuk pada aspek historis bahwa semua umat manusia berasal dari Nabi Adam (QS.
7:Al-A'raf : 31).

- 'Abdun, manusia sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya (QS. 34:Saba' : 9).

3.1.2. Tujuan Penciptaan Manusia

Tujuan penciptaan manusia terdapat dalam QS. Adz-Dzariyat : 56 adalah untuk beribadah
kepada penciptanya, yaitu Allah. Peribadatan berarti pengabdian/ketundukan diri manusia
kepada Allah dengan menaati hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik
dengan Allah, maupun dengan sesama manusia dan makhluk Allah lainnya.

Nilai peribadatan dari aktivitas kehidupan manusia dengan menaati hukum Allah diperlukan
persyaratan sebagai berikut:

a. Nilai ikhlas karena Allah


b. Bentuk aktivitas kehidupannya mengikuti hukum atau aturan Allah
c. Tujuan akhir aktivitasnya hanya mengharapkan ridha Allah

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

3.1.3 Proses Penciptaan Manusia

Manusia diciptakan dari dua unsur, yaitu :

(1) unsur materi tanah dan

(2) unsur non materi ruh.

Proses pertumbuhan sebagaimana disebutkan dalam (QS. Al-Mukminun) : 12-14 adalah:


1) nuthfah selama 40 hari;
2) 'alaqah selama 40 hari; dan
3) mudhghah selama 40 hari, dan kemudian Allah meniupkan ruh-Nya sehingga sempurnalah
calon manusia sebagai janin yang hidup secara materi dan ruh.
3.1.4. Alam Kehidupan Manusia

a) Alam rahim
b) Alam dunia
c) Alam barzah atau alam kubur
d) Alam akhirat, yang terdiri dari empat tahapan, yaitu :
1) yaumu ba’ats atau hari kebangkitan
2) yaumu mahsyar atau hari dikumpulkannya manusia di mahsyar
3) yaumu miizan atau yaumu hisab, yaitu hari penimbangan/perhitungan amal
perbuatan
4) yaumu jaza’ atau hari pembalasan terhadap hasil penimbangan/perhitungan amal
perbuatan manusia

3.1.5. Kedudukan Manusia

Sejak sebelum manusia diciptakan, Allah telah menyampaikan irodahnya kepada para malaikat
bahwa manusia akan diciptakan sebagai khalifah-Nya di bumi [QS.Al-Baqarah: 30] dan [QS. Al-
An’am : 165].

Makna khalifah Allah adalah pengemban amanah Allah, yaitu menegakkan aturan Allah di bumi
ini sehingga tercipta kehidupan yang harmonis, adil, sehingga semua makhluk merasakan rahmat Allah.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

3.1.6. Potensi Manusia

Dapat dikelompokkan pada dua aspek :

1. Potensi fisik
2. Potensi ruhaniah : akal, qalb, dan emosi atau perasaan

3.1.7. Karakter Manusia

Manusia adalah hadis, baru, dari sifat jasmiahnya dan azali dari roh Ilahiahnya. Oleh karena itu
pada diri manusia terdapat karakter baik yang mencerminkan sifat Tuhan dan karakter buruk yang
mencerminkan sifat buruk nafsu yang mengutamakan pada kepuasan pada materi.

3.1.8. Martabat Manusia

Sekalipun manusia telah Allah ciptakan dalam bentuk yang terbaik dan dimuliakan dibanding
makhluk lainnya, tetapi martabat manusia ditentukan oleh nilai kehidupannya. Martabat manusia
tersebut adalah :

1) Muttaqun, orang yang bertakwa atau orang yang mentaati aturan Allah
2) Mukmin, orang yang beriman.
3) Muslim, orang yang beragama Islam, yaitu orang yang mengikrarkan dua kalimat syahadat
disertai dengan ketaatan, kepatuhan, kepasrahan, dan ketundukan terhadap aturan-aturan Allah.
4) Muhsin, orang yang berbuat baik .
5) Mukhlish, orang yang ikhlas, melakukan kegiatan dengan niat hanya karena Allah
6) Mushlih, orang yang menciptakan kebaikan.
7) Kafir, orang yang mengingkari atau menolak, yaitu orang yang mengingkari ada-Nya Allah,
atau menolak perintah Allah.
8) Fasik, orang yang keluar dari kebenaran, yaitu orang yang semula mukmin tetapi kemudian
tidak mau taat pada aturan Allah dan melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan
dengan aturan Allah.
9) Munafik, orang yang pura-pura dalam beragama Islam atau beriman, yaitu orang yang
apabila berkata dusta, apabila berjanji ingkar, dan apabila diberikan amanah berkhianat.
10) Musyrik, orang yang menyekutukan Allah dengan selain Allah sebagai Tuhan, atau
menyekutukan peribadahan kepada Allah dan kepada selain Allah.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

11) Murtad, orang yang kembali keluar atau keluar dari Islam.

3.1.9. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama Islam

Manusia juga memiliki keterbatasan dan tidak mampu mencapai kepastian yang mengandung
kebenaran mutlak. Karena itu Allah memberikan petunjuk kepada manusia agar tidak tersesat, atau
mengalami kesulitan, atau bimbang. Petunjuk ini berupa syariah atau agama yaitu Islam. Terdapat
dalam QS. Ali Imran : 19

3.2. Tanggung Jawab Manusia Beragama Islam

3.2.1. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah

Makna eseensial dari kata ‘abdun (hamba) adalah pengabdian sebagai wujud kekuatan,
ketundukan, dan kepatuhan. Tanggung jawab ‘abdullah terhadap dirinya adalah memelihara
ketakwaan. Tanggung jawab manusia kepada Allah untuk mengabadi tersebut dalam Al-Qur’an disebut
hablun min Allah.

3.2.2. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah

Sebagai khalifah (wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan) Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, manusia menjadi khalifah memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di
muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya
mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan kehidupan yang
dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang
mewakilkannya, yaitu hukum-hukum Allah Subhanahu Wa Ta’ala baik yang tertulis dalam Al-
Qur’an (ayat Quraniyah) dan Sunnah Rasulullah saw maupun yang tersirat dalam alam semesta (ayat
kauniyah).

Kekhalifahan manusia pada dasarnya diterapkan pada konteks individu dan sosial yang
berporos pada Allah, seperti firman Allah dalam QS. Ali Imran : 112.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

BAB II
POKOK-POKOK AJARAN ISLAM
1. Akidah atau Iman Islam
1.1. Pengertian, Ruang Lingkup dan Kedudukan Akidah atau Iman Islam
1.1.1 Pengertian Akidah atau Iman Islam
Akidah secara etimologi : berasal dari kata ‘aqada ya’qidu ‘aqdan, artinya simpul atau ikatan dari
dua utas tali dalam satu buhul sehingga menjadi tersambung. Aqada berarti pula janji yang kokoh,
karna janji merupakan ikatan kesepakatan antara dua pihak yang mengadakan perjanjian.

Akidah secara terminologi : sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat jiwa
tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.

Akidah sering disebut sebagai keyakinan. Akidah dari segi istilah sama seperti iman. Namun, istilah
akidah masih bersifat umum untuk berbagai agama sedangkan iman adalah akidah islam. Iman
mendorong dan mendasari seorang muslim untuk berbuat.

Iman : mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan melaksanakan dengan segala anggota
badan (perbuatan).

Akidah Islam : pokok kepercayaan seorang muslim yang harus dipegang sebagai sumber keyakinan
yang mengikat.

Manfaat dan pengaruh iman dalam kehidupan manusia :


1. Iman menyelapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda
2. Iman menanamkan semangat berani menghadap maut
3. Iman menanamkan sifat “self help” dalam kehidupan
4. Iman memberikan ketentraman jiwa
5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan thayibah)
6. Iman memelihara sikap ikhlas dan konsekuen
7. Iman memberikan keberuntungan

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

1.1.2 Ruang Lingkup Akidah atau Iman Islam

Para ulama membagi ruang lingkup akidah menjadi empat pembahasan yaitu,
1. Ilahiyat: pembahasan mengenai ketuhanan terutama tentang Allah
2. Nubuwwat: pembahasan tentang utusan-utusan Allah yaitu, para nabi dan rasul Allah
3. Ruhaniyat: pembahasan berkaitan dengan makhluk gaib seperti malaikat, jin dan iblis
4. Sam’iyyat: pembahasaan berkenaan dengan alam ghaib (Alam akhirat, surga neraka, kubur, dll)

Terdapat enam materi keimanan yang juga harus dipahami seorang muslim atau biasa disebut
dengan rukun iman
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada Malaikat
3. Iman kepada Kitab
4. Iman kepada Rasul
5. Iman kepada Hari Akhir
6. Iman kepada Qadha dan Qadar

1.1.3 Kedudukan Akidah atau Iman Islam


Kedudukan akidah atau iman islam sangatlah penting, ibaratkan sebuah rumah akidah
merupakan pondasi dari rumah tersebut. Juga terdapat perumpamaan yang sangat menarik dalam Al-
Qur’an bahwa seorang mukmin itu laksana "Kalimatan thoyyibah" (kalimat yang baik), dan laksana
pohon yang baik (syajaratun thoyyibah). (QS.14:24-25).

Jika kita renungkan ayat di atas, indikator pohon yang baik ada tiga hal:
1. Ashluha tsabitun (akarnya menghujam ke perut bumi): Jika akar atau akidah kuat maka akan mampu
menghadapi segala dan godaan hidup seberat apapun.

2. Far’uha fis-samai (dahannya menjulang ke langit): ibarat muslim yang taat dalam menjalankan
syariah islam, baik dalam ibadah maupun sosial (muamalah).

3. Tu’tii ukulaha kulla hiin (berbuah setiap waktu): Dapat memberi kebermanfaatan terhadap sesama.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

1.1.4 Ketauhidan Allah


Tauhid menurut bahasa artinya meng-Esakan, sedangkan menurut istilah adalah kepercayaan dan
keyakinan bahwa Allah Swt adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Lawan dari Tauhid adalah syirik, yaitu mempersekutukan Allah, suatu kepercayaan adanya Tuhan selain
Allah.

1.1.5 Macam-macam Tauhid


a. Tauhid Rububiyah

Tauhid Rububiyah yaitu meng-Esakan Allah dalam hal penciptaan, kepemilikan serta
pemeliharaan alam semesta. Yang termasuk tauhid rububiyah diantaranya meliputi : Beriman kepada
Allah sebagai satu-satunya pencipta, pemberi rezeki, penentu qodha dan qodar, yang mematikan dan
menghidupkan setiap makhluk.

b. Tauhid Uluhiyah

Ialah pengesaan Allah dalam hal ibadah, yakni bahwasanya hanya Allah satu-satunya yang
berhak diibadahi dan diagungkan. Kata uluhiyah dari kata ilah yang berarti : Yang Disembah dan Yang
Ditaati. Realisasi dengan dua dasar: Pertama, memberikan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah
SWT tanpa adanya sekutu yang lain. Kedua, hendaklah semua bentuk ibadah itu sesuai dengan perintah
Allah dan dengan meninggalkan larangan-Nya.

c. Tauhid Asma’ dan Sifat

Adalah mengesakan Allah dengan nama dan sifat-sifat-Nya


Caranya adalah dengan :

 Itsbatun yakni menetapkan (mengakui) nama-nama dan sifat-sifat Allah yang menunjukkan ke-
Maha Sempurnaan Allah yang dia sandangkan untuk Dirinya atau disandangkan oleh rasulullah
saw

 nafyun, yakni meniadakan atau menolak nama-nama dan sifat-sifat yang menunjukkan ketidak
sempurnaan Allah dengan tidak melakukan tahrif (pengubahan) lafazh atau maknanya, tidak
ta’thil (pengabaian), yakni menyangkal seluruh atau sebagian nama dari sifat itu, tidak takyif
(pengadaptasian) dengan menentukan esensi dan kondisinya, dan tidak tasybih (penyerupaan)
dengan sifat-sifat makhluk-Nya.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

Berdasarkan penjelasan dari ayat-ayat Al Qur’an, Tauhid asma’ wa shifat berdiri diatas tiga asas;
Pertama : Mensucikan dan meninggikan Allah SWT dari sifat-sifat dan perkara-perkara yang
menyerupai-Nya dengan makhluk-Nya atau dari segala kekurangan
Kedua : Meyakini nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana yang telah ditetapkan Al’Qur’an dan
Hadis
Ketiga : Membuang jauh-jauh khayalan untuk memvisualisasikan sifat-sifat Allah SWT.

1.2. Implementasi Akidah atau Iman Islam dalam Kehidupan


1.2.1 Pengaruh Akidah atau Iman Islam dalam Kehidupan
Dalam Islam, antara iman dan amal shaleh terdapat hubungan yang terintegrasi. Iman
berorientasi pada rukum iman yang enam, sedangkan amal shaleh berorientasi pada rukun islam yang
lima, yaitu tentang ibadah dan pengamalannya, dan muamalah dengan sesama manusia.
Meskipun hal yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa integrasi amal dalam perilaku
seorang muslim, maka keislama seorang menjadi tidak utuh.
Disebutkan sifat/tanda orang beriman dalam QS.23 (Al-Mukminun) 2-11, antara lain : (1) Khusyu’
dalam menjalankan shalat, (2) menjauhkan diri dari perbuatan tidak berguna, (3) Menunaikan zakat, (4)
menjaga amanah dan janji, (5) menjaga shalat.
1.2.2. Tantangan Akidah atau Iman Islam dalam Kehidupan Modern
Kehidupan masyarakat modern identik dengan kecenderungan mendewakan ilmu pengetahuan
dan teknologi, mengutamakan kehidupan dunia dan mengesampingkan agama. Kemajuan di bidang
iptek memberikan dampak positif dan negatif.
Masyarakat modern juga mengalami berbagai problem dalam aspek lainnya, seperti aspek politik
(perebutan kekuasaan), aspek sosial (sikap fanatisme dan intoleransi), aspek spiritual (hidup glamor,
hedonis, meninggalkan pemahaman agama), aspek etika (krisis moral;sikap tidak terpuji cth korupsi),
dll.
Atas semua krisis yang dialami manusia sekarang ini, maka akidah islam dapat menjadi penawar
atas berbagai problema. Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

1.2.3 Proses Pembentukan Akidah atau Iman Islam


Terdapat lima prinsip dalam proses penanaman iman, yaitu :
a. Prinsip pembinaan berkesinambungan
Melalui belajar dan diperlukan motivasi sejak kecil dan berlangsung seumur hidup.
b. Prinsip Internalisasi dan individuasi
Anak didik diberikan kesempatan untuk menghayati tingkah laku melalui peristiwa internalisasi
(usaha menerima nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya) dan individuasi menempatkan nilai
serasi dengan sifat kepribadiannya).
c. Prinsip sosialisasi (interaksi sosial)
Kelanjutan dari proses individuasi, karna nilai iman yang diwujudkan ke dalam tingkah laku selalu
mempunyai dimensi sosial.
d. Prinsip konsistensi dan koherensi
Nilai iman lebih mudah terakselerasi, apabila sejak semula ditangani secara konsisten, yaitu secara
tetap, serta secara koheren, yaitu tanpa mengandung pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai
lainnya
e. Prinsip Integrasi
Nilai iman hendaknya dapat dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan keterampilan tingkah laku
yang terpisah-pisah, tetapi melalui pendekatan yang integratif.

2. Syariah Islam
2.1.1 Pengertian Syariah Islam
Syariah menurut bahasa berarti jalan. Dalam hal ini syariah dapat berarti jalan yang harus dilalui oleh
setiap muslim. Syariah merupakan aspek norma, aturan atau hukum dalam ajaran Islam.
Syariah menurut terminologi: Sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya .
Ilmu yang membahas syariah, dinamakan Ilmu Fikih. Jadi Ilmu Fikih adalah ilmu yang membahas
hukum Islam yang berhubungan dengan perbuatan para orang mukallaf. Pemahaman hukum syariah
dituangkan dalam kitab-kitab fikih dan disebut dengan hukum fikih.

2.1.2 Ruang Lingkup Syariah Islam


Syariah Islam mencakup semua aspek kehidupan manusia baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat, dalam hubungan dengan diri sendiri, manusia lain, alam lingkungan maupun

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

hubungan dengan Tuhan. Secara umum syariah terbagi menjadi dua bagian, yaitu ibadah khusus dan
ibadah umum. Ibadah khusus sering disebut dengan istilah ibadah saja atau ibadah), sedangkan ibadah
umum sering diungkapkan dengan istilah muamalah.
Ibadah khusus, keberadaanya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari AlQur’an maupun dari
Sunnah. Tatacaranya juga harus mengacu pada contoh dari Nabi Muhammad saw. tau ibadah ghairu
mahdhah.
Adapun prinsip muamalah adalah menjaga hubungan dengan sesama manusia berjalan dengan
harmonis, adil, saling meridloi antar pihak yang terlibat, mendatangkan kemaslahatan, menghindari
kemudaratan, tidak merugikan dan tidak dirugikan serta selaras dengan aturan yang ditetapkan Allah.

2.1.3 Perbedaan Syariah Islam dengan Fikih Islam


Secara sederhana syariah merupakan ketentuan hukum yang disebut langsung oleh Allah
melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw dalam kitab-kitab Hadits.
Sedang Fikih adalah rumusan–rumusan hukum yang dihasilkan oleh ijtihad para ahli hukum Islam.
Beberapa pokok perbedaan antara syariah dan Fikih adalah sebagai berikut :
1. Syariah terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits, dan Fikih terdapat dalam kitab-kitab Fiqih.
2. Syariah bersifat fundamental, ruang lingkupnya lebih luas dari Fikih, sedang Fikih bersifat
instrumental.
3. Syariah berlaku abadi sebagai suatu ketentuan Allah dan Rasul-Nya, sedang Fikih merupakan
karya manusia, sifatnya berubah dari masa ke masa.
4. Syariah hanya satu, sedang Fikih amat mungkin lebih dari satu. Hal ini dapat kita lihat pada
aliran-aliran fikih yang disebut mazahib atau kelompok-kelompok.
5. Syariah menujukkan kesatuan dalam Islam, sedang fikih menunjukkan keragamannya.

2.2.1 Implementasi Ibadah Mahdhah dalam Kehidupan

Ruang lingkup ibadah berkisar sekitar bersuci dan rukun Islam (minus syahadat). Jadi
pembahasan ibadah khusus meliputi Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji. Syahadat merupakan
syarat dari keimanan sehingga, percuma menerapkan syariah islam tetapi tidak bersyahadat.

Setelah mengikrarkan dua kalimat syahadat seorang muslim diwajibkan melaksanakan shalat lima waktu
sehari semalam, yang didahului dengan thaharah (bersuci). Thaharah secara garis besar terdiri dari
beberapa bagian, yaitu bersuci dari najis dan bersuci dari hadas.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

Zakat adalah memberikan sebagian harta yang telah ditetapkan bagi orang-orang yang mampu
dan diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya, yang disebut mustahik. Mustahik terdiri dari
delapan golongan, yaitu fakir, miskin, ibnu sabil, gharim, 'amil, muallaf, budak yang ingin
memerdekakan dirinya dan sabilillah.

Puasa di bulan Ramadhan diwajibkan bagi umat Islam. Puasa dilakukan dengan
meninggalkan makan, minum, bercampur dengan istri/suami dan segala yang membatalkannya dari fajar
di waktu subuh sampai terbenam matahari di waktu maghrib.

Melaksanakan ibadah haji, diwajibkan seumur hidup sekali bagi setiap orang muslim yang
memiliki kemampuan, baik biaya maupun keamanan perjalanan. Berhaji artinya mengunjungi Baitullah
di Makkah dan tempat-tempat lain yang disyariatkan dalam rangka ibadah mencari keridhaan Allah swt.

Seorang muslim yang menerapkan ibadah dengan benar, maka ia akan memiliki pribadi yang
tangguh berakhlak mulia.

2.2.2 Implementasi Muamalah dalam Kehidupan Sosial


a. Implementasi Muamalah di Bidang Ekonomi
Muamalah di bidang ekonomi adalah aturan hukum Islam tentang usaha-usaha memperoleh
dan mengembangkan harta, jual beli, hutang piutang, jasa penitipan dsb. Ekonomi Islam berwatak ke-
Tuhanan.
Terdapat juga empat karakteristik ekonomi islam menurut Dr. Yusuf Qardhawi, yaitu
1. Ekonomi Rabbaniyyah: Melakukan kegiatan ekonomi hanya semata-mata beribadah kepada
Allah.
2. Ekonomi Akhlak: Tidak memisahkan kegiatan ekonomi dengan nilai-nilai akhlak.
3. Ekonomi Kemanusiaan: Bertujuan untuk bisa membawa manfaat bagi umat manusia secara
keseluruhan.
4. Ekonomi Pertengahan: Pertengahan antara dua sistem yaitu, sistem ekonomi kapitalis dan
ekonomi sosialis.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

Secara umum beberapa nilai prinsip dalam ekonomi Islam adalah :


a. Alam ini mutlak milik Allah;
b. Alam merupakan karunia Allah untuk dinikmati dan dimanfaatkan secara bijak oleh manusia
dalam bata-batas kewajaran;
c. Hak milik perseorangan diakui sebagai hasil usaha yang halal dan dipergunakan dengan cara
halal untuk hal yang halal pula;
d. Allah melarang menimbun kekayaan tanpa ada manfaat bagi sesama manusia;
e. Di dalam harta orang kaya itu terdapat hak orang fakir miskin dan kelompok penerima lainnya
dengan menunaikan zakat;
f. Kegiatan ekonomi berjalan atas asas kebersamaan dan keadilan, tidak merugikan pihak lain
maupun dirugikan.
b. Implementasi Muamalah di Bidang Sosial
Pada prinsipnya pergaulan antara lelaki dan perempuan dalam Islam selama berasaskan
kepada tujuan kebaikan ataupun keperluan yang dibenarkan syara', maka dibolehkan, meskipun
perlu menjaga batas-batas pergaulan sebagaimana yang telah digariskan Islam.
Syarat muamalah dengan lawan jenis meliputi:
1. Menjaga pandangan kepada lawan jenis tidak secara berlebihan
2. Hendaknya menjaga aurat masing-masing (perempuan seluruh badan kecuali muka dan telapak
tangan dan laki-laki dari pusat hingga ke lutut)
3. Tidak berbuat sesuatu yang mendekati zina. (seperti ber-khalwat/berdua-duaan)
4. Menjauhi pembicaraan yang mengundang syahwat
5. Tidak melakukan ikhtilat (berbaurnya laki-laki dan perempuan dalam satu tempat)

c. Implementasi Muamalah di Bidang Politik


Muhammad S. El. Wa dalam bukunya “On The Political System of Islamic State” bahwa prinsip
politik Islam pada hakekatnya terdiri atas “Musyawarah (syura), Keadilan, Kebebasan, Persamaan dan
Pertanggungjawaban pemimpin atas berbagai kebijakan yang diambilnya.”.

d. Implementasi Muamalah di Bidang Hukum


Hukum perdata (islam) adalah (1) munahakat mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan
perkawinan, penceraian serta akibat-akibatnya; (2) wirasah mengatur segala masalah yang berhubungan
dengan pewaris, ahli waris, harta peninggalan serta pembagian warisan (hukum waris = hukum fara’id);

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

(3) muamalat mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata hubungan manusia dalam soal
jual-beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, dsb.

Hukum publik (islam) adalah (4) jinayat yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-
perbuatan yang diancam dengan hukuman baik dalam jarimah hudud (perbuatan pidana yang telah
ditentukan bentuk dan batas hukumannya dalam Al-Qur’an dan Sunnah) maupun jarimah ta’zir
(perbuatan pidana yang bentuk dan ancaman hukumannya ditentukan oleh penguasa sebagai pelajaran
bagi pelakunya); (5) ah-ahkam as-sulthaniyah membicarakan soal-soal yang berhubungan dengan
kepala negara, pemerintahan pusat maupun daerah, tantara, pajak, dsb; (6) siyar mengatur urusan perang
dan damai, tata hubungan dengan pemeluk agama dan negara lain; (7) mukhasamat mengatur soal
peradilan, kehakiman, dan hukum acara.

Tujuan hukum islam yakni memelihara (1) agama, (2) jiwa, (3) akal, (4) keturunan, (5) harta.

3. Akhlak Islam atau Ihsan


3.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak Islam
3.1.1 Pengertian Akhlak
Kata akhlak merupakan bentuk jamak (plural) dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang
berarti tabiat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat yang
tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa
adanya suatu pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan.
Akhlak menurut Ibnu Maskawaih : sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

3.1.2 Ruang Lingkup Akhlak Islam


Ruang lingkung akhlak islam terbagi menjadi tiga, yang terdiri atas:
1. Akhlak kepada Allah: yang dimaksud dengan akhlak kepada Allah adalah bagaimana kita
mengakui kepada siapa semua kembali. Siapa yang menciptakan semua alam semesta ini. Serta
bagaimana kita sepatutnya beribadah kepada-Nya dan senantiasa tidak menyombongkan diri di
muka bumi ini.
2. Akhlak kepada Manusia: bagaimana kita berperilaku terhadap sesama manusia. Akhlak kepada
orang tua, keluarga, sahabat, tetangga dan sesama kaum muslim.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

3. Akhlak kepada Alam Sekitar: cara kita memberlakukan alam ini dengan tidak sewenang-wenang
dan senantiasa memelihara alam ini. Akhlak yang baik disebut akhlak mahmudah (cth: jujur,
amanah) sedangkan akhlak yang buruk disebut madzmumah (cth: kufur, syirik, munafik)
3.1.3 Nilai-nilai Akhlak Islam
Berikut adalah nilai-nilai akhlak dalam islam yang berpotensi menciptakan kehidupan yang
harmonis:
1. Ikhlas: memurnikan ibadah atau amal shalih hanya untuk Allah dengan mengharap ridho dari
Nya semata
2. Jujur: berkata terus terang.
3. Adil: memberikan sesuatu yang semestinya kepada orang yang berhak terhadap sesuatu itu.
4. Rendah Hati: mereka yang berjalan di muka bumi ini dengan tenang, mantap dan tidak
menyombongkan diri
5. Kasih Sayang: sikap saling mengasihi dan menyayangi sesama manusia.
6. Sabar: sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak
mengeluh.
3.2 Implementasi Akhlak atau Ihsan dalam Kehidupan
Upaya mengubah kebiasaan buruk menurut Ahmad Amin, yakni:
a. Menyadari perbuatan buruk, bertekad untuk meninggalkannya
b. Mencari waktu yang baik untuk mengubah kebiasaan itu untuk mewujudkan niat & tekad semula
c. Menghindarakn diri dari segala yang dapat menyebabkan kebiasaan buruk terulang
d. Berusaha untuk tetap berada dalam keadaan yang baik
e. Menghindarkan diri dari kebiasaan buruk dan meninggalkannya
f. Menjaga dan memelihara kekuatan penolak kemaksiatan dalam jiwa, selalu istiqamah, ikhlak
dan jiwa tenang
g. Memilih teman bergaul yang baik
h. Menyibukkan diri dengan hal bermanfaat

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

3.3 Hubungan Akhlak dengan Akidah atau Iman dan Syariah atau Islam
A. Hubungan Akhlak dengan Akidah atau Iman
Rasulullah saw menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada kesempurnaan
dan kebaikan akhlaknya.
Imam Al-Ghazali mengatakan, bahwa iman yang kuat memunculkan akhlak yang baik dan mulia,
sedang iman yang lemah melahirkan akhlak yang buruk.

B. Hubungan Akhlak dengan Syariah Islam


Sebagai bentuk perwujudan iman (aqidah), akhlaq mesti berada dalam bingkai aturan syari’ah
Islam.. Syariah menjadi standard ukuran yang menentukan apakah suatu amal-perbuatan itu benar
atau salah. Ketentuan syariah merupakan aturan dan rambu-rambu yang berfungsi membatasi,
mengatur dan menetapkan mana perbuatan yang mesti dijalankan dan yang mesti ditinggalkan.
Dengan demikian, syariah berfungsi sebagai jalan yang akan menghantarkan seseorang kepada
kesempurnaan akhlak. Sedangkan akhlak adalah nilai-nilai keutamaan yang bisa menghantarkan
seseorang menuju tercapainya kesempurnaan keyakinan. Akhlak adalah perwujudan dari proses amal
ibadah, sehingga seseorang hamba dapat meningkatkan kualitas iman dan amal ibadahnya dengan akhlak
tersebut.

4. Aliran dan Mazhab yang Berkembang dalam Pemahaman Ajaran Islam


4.2 Sebab-sebab Terjadinya Perbedaan Paham atau Madzhab dalam Islam
Perbedaan yang terjadi di kalangan akidah yang dikembangkan dalam ilmu kalam, diawali
dari masalah politik, yang disebut tanaazu’ al-khilafah yaitu perebutan kekhilafahan atau
kepemimpinan. Hal ini menimbulkan banyak aliran, terjadi pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
(aliran khawarij dan aliran syiah).
Perbedaan yang terjadi di bidang Syariah yang berkembang menjadi fiqih dan akhlak yang
berkembang menjadi tasawuf, timbulmya berbeda dengan aliran teologi (keyakinan). Perbedaan dalam
dua bidang ini lebih banyak disebabkan oleh masalah lain, misalnya soal perbedaan cara pandang,
perbedaan dalam memahami nash-nash Al-Qur’an dan Sunnah, perbedaan dalam memahami istilah-
istilah dari teks, baik Al Qur’an maupun Sunnah, dsb.

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

4.3 Aliran yang Berkembang di Bidang Akidah

(1) Aliran Khawarij, kelompok ini asal mulanya adalah bagian dari pasukan Ali bin Abi Thalib. Ketika
Ali melakukan arbitrase dengan pihak Mu’awiyah, mereka menganggap Ali mau berdamai dengan
pemberontak. Lalu mereka keluar dan memisahkan diri. Aliran ini selanjutnya menganggap kafir Ali bin
Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, bahkan khalifah Utsman bin Affan. Aliran ini berkembang
semakin jauh lagi dan semakin ekstrem, mereka mengkafirkan semua orang islam yang pernah
berbuat dosa besar.

(2) Aliran Syiah, kalua aliran khawarij menentang Ali, aliran syiah membela Ali. Aliran ini
berkeyakinan bahwa kepemimpinan umat islam harus berada di tangan Ahlul Bait, yaitu keturunan nabi
Muhammad saw melalui Fatimah al-Zahra dan Ali bin Abi Thalib. Aliran ini mempercayai bahwa para
imam itu bersifat ma’shum, terpelihara dari berbuat dosa. Dalam perkembangannya, aliran ini
terpecah dan ada yang menjadi ekstrem sehingga dianggap menyimpang dari islam (fanatik terhadap
imamnya).

(3) Aliran Murji’ah. Sebagai reaksi terhadap aliran khawarij yang sangat ekstrem, keras, dan radikal,
maka aliran Murji’ah terlampau liberal yang mengajarkan bahwa setiap muslim yang percaya kepada
Allah (beriman), ia tetap muslim meskipun mengerjakan dosa besar. Dosanya adalah urusan
pribadinya dengan Tuhan. Aliran berkembang menjadi Murji’ah yang moderat yang berpandangan orang
yang berdosa besar itu diampuni oleh Allah karena Allah Maha Pengampun. Lalu kelompok aliran
Murji’ah yang ekstrem berpandangan bahwa muslim yang percaya kepada Tuhan kemudian menyatakan
kekufurannya secara lisan tidaklah menjadi kafir. Mereka menganggap keimanan seseorang terletak di
dalam hati sehingga meskipun lahiriahnya ia menyembah berhala, mengikuti ajaran, dan kegiatan agama
lain, asalkan hatinya beriman kepada Allah maka mereka tetap muslim.

(4) Aliran Jabariyah, berpandangan bahwa perbuatan manusia itu dikerjakan terpaksa berdasarkan
kehendak Tuhan.

(5) Aliran Qadariyah, berpendapat bahwa manusia memiliki kemampuan, kehendak, dan bisa
menentukan pilihan oleh dirinya sendiri, bukan terpaksa oleh takdir Tuhan. Mereka merdeka dan bebas
dalam tingkah lakunya.

(6) Aliran Muktazilah. Ajaran yang dikemukakan pertama adalah al-Manzilah baina al-Manzilatain.
Istilah ini diberikan kepada orang muslim yang berbuat dosa besar dan tidak bertaubat, maka kedudukan

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

orang itu, bukanlah mukmin dan bukan pula kafir, tetapi menduduki posisi (tempat) diantara kafir dan
mukmin. Ajaran kedua menyatakan bahwa manusia itu memiliki kebebasan untuk melakukan perbuatan-
perbuatannya dan menetapkan pilihan-pilihan (mirip Qadariyah). Aliran ketiga mengajarkan
meniadakan sifat-sifat Tuhan, lebih banyak melakukan pendekatan dengan akal, sehingga banyak
melakukan takwil terhadap ayat-ayat Al-Qur’an agar disesuaikan dengan akal manusia.

(7) Aliran Ahlusunnah wal Jama’ah, diambil dari pengertian Sunnah (Hadis, yaitu segala ucapan,
perbuatan, dan ketetapan Nabi saw). Aliran ini berpegang teguh pada Sunnah sebagai pedoman yang
kedua setelah Al-Qur’an, juga mengikuti bimbingan para sahabat Nabi.

4.4 Paham dan Madzhab yang Berkembang di Bidang Syariat


Syariah berdasarkan pada ijtihad dan pemikiran para ahli di bidangnya sehingga berkembang
menjadi disiplin ilmu tersendiri, yaitu Ilmu Fiqih.
Penyebab timbulnya madzhab, aliran, atau paham antara lan: (1) disebabkan perbedaan
dalam Qiraat Al-Qur’an, (2) perbedaan dalam memahami term-term yang musytarak atau
multitafsir, (3) disebabkan sampai tidaknya nash hadits pada kelompok ulama tertentu, (4)
perbedaan pemahaman dalam istilah tertentu, (5) perbedaan pandangan dalam beberapa hal yang
tidak terdapat dalam nash Al Qur’an maupun Hadis, dan (6) pengalaman di lapangan dalam
membimbing umat.

4.6 Salam Paham Terhadap Islam


Berdasarkan pada literatur yang ada, kesalahpahaman itu umumnya terjadi pada beberapa
hal, antara lain (1) salah memahami ruang lingkup agama islam, (2) salah menggambarkan kerangka
dasar dari ajaran agama islam, (3) kesalahan metode mempelajari islam, (4) melihat islam dari
perilaku pemeluknya, (5) memahami islam bukan dari ahlinya, (6) memahami islam tidak secara
utuh.

4.7 Metode Memahami Ajaran Agama Islam


Dalam rangka menghindari kesalahpahaman terhadap islam, maka dilakukan metode sebagai
berikut: (1) harus memahami ruang lingkup agama Islam secara menyeluruh dan sesuai dengan metode
yang diajarkan dalam islam. (2) kerangka dasar agama islam harus dipelajari secara lengkap dan
berusaha memahami pokok-pokok ajaran islam dan bagiannya secara lengkap sehingga tidak terjadi
kekeliruan. (3) metode mempelajari agama islam harus dilakukan sesuai dengan ajaran islam itu

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS
IKHTIAR 2018 #DINAMISFANTASTIS

sendiri, tidak bisa disamakan dengan metode mempelajari agama lain, karena banyak perbedaan-
perbedaan di dalamnya. (4) pelajarilah islam dari sumbernya yang asli yaitu Al-Qur’an dan Sunnah,
serta Ijma’ dan Qiyas. (5) sumber dari ajaran agama islam terdiri dari Al-Qur’an dan Sunnah,
dikembangkan dengan Ijma dan qiyas serta bimbingan para sahabat nabi dan tabiin dan para ulama.

SUMBER
BUKU AJAR MATAKULIAH PENGEMBANGAN AGAMA ISLAM
Membangun Pribadi Muslim Moderat
Ditulis oleh Drs. Mujilan, M.Ag., dkk

IKHTIAR 2018#DINAMISFANTASTIS

Anda mungkin juga menyukai