Anda di halaman 1dari 3

C.

Logika
3.1 Pengertian Logika
Secara etimologis, logika berasal dari kata Yunani ‘logos’ yang digunakan dalam
beberapa arti seperti ucapan, kata, pengertian, pikiran dan ilmu pengetahuan (Luce, 1958). Inti
dari definisi tersebut bahwa logika adalah ilmu pengetahuan (science) dan kecakapan atau
keterampilan (art) untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.

3.2 Logika Deduktif dan Induktif


Penalaran merupakan suatu proses tempat akal budi bergerak dari suatu pengetahuan
lama menuju pengetahuan baru, proses itu dapat menempuh dua jalan, yaitu deduksi dan
induksi dan disebut logika deduksi dan logika induksi (Hayon, 2000). Berikut adalah 2 dasar
jalan logika, yaitu:
 Argumen deduktif
Dikatakan valid atau tidak valid, bukan berdasarkan benar atau salah tetapi hanya
kesimpulannya merupakan hal yang logis dari premis-premisnya.
Contoh: Setiap mamalia memiliki mata , semua penguin adalah mamalia , maka setiap
penguin memiliki mata.
 Argument induktif
Merupakan penalaran yang terbuat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk
mencapai kesimpulan umum.
Contoh: ayam galpanos memiliki paruh, ayam kaisar memiliki paruh, ayam kampong
memiliki paruh, maka setiap ayam memiliki paruh

3.3 Logika Formal dan Material


Logika formal berurusan dengan proses penalarannya terkait bagaimana dari premis-
premis ke kesimpulan dalam suatu argumentasi tepat atau tidak tepat, sedangkan logika
material berurusan dengan benar tidaknya proposisi-proposisi yang membangun suatu
argumentasi (Hayon, 2000). Artinya, logika material lebih berfokus pada benar-tidaknya dari
salah satu konten argumentasi.

3.4 Term
Konsep adalah unsur pembangun pikiran. Setiap hal yang diinderai dan dipersepsi oleh
kita dibentuk menjadi konsep. Misalnya, setelah kita memperoleh pengalaman bertemu dengan
berbagai individu dengan ciri-ciri tertentu, kita memiliki konsep tentang ‘manusia’. Kata
adalah satuan konsep terkecil yang direpresentasikan melalui bahasa, sedangkan Term adalah
ungkapan dari suatu konsep dalam logika dan terdiri dari beberapa kata. Misalnya, kata-kata
berikut: mahasiswa; mahasiswa UI; mahasiswa UI yang rajin; dan mahasiswa UI yang rajin
belajar logika, masing-masing disebut term.
3.5 Proposisi
Logika berfokus pada jenis kalimat tertentu, yaitu kalimat deklaratif. Akan tetapi,
kalimat deklaratif mempunyai pengertian yang lebih khusus, yaitu kalimat yang digunakan
untuk membuat suatu pernyataan yang menyampaikan sesuatu yang bisa dinilai benar atau
salah.
Lain halnya dengan proposisi hipotesis. Pengafirmasian atau penegasian terhadap
predikat atas dasar syarat atau tidak secara mutlak. Misalnya, “Jika Aqila adalah mahasiswa
UI, maka Aqila mempunyai akun SIAK-NG dan KTM UI”. Dikarenakan mengandung suatu
syarat, proposisi hipotesis merupakan perpaduan dari dua proposisi kategoris yang
dihubungkan dengan cara tertentu, dalam konteks contoh di atas melalui ‘jika-maka’

3.6 Penalaran Langsung


Penalaran langsung adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari satu proposisi
(premis). Kesimpulan dihasilkan dengan membandingkan term subjek dan term predikat.
Penalaran langsung dibagi dalam dua bentuk, yaitu oposisi (penalaran langsung dengan
memperlawankan kualitas dan kuantitas proposisi) dan eduksi (penalaran langsung dengan
mempersamakan makna proposisi dalam redaksi yang berbeda).

3.7 Penalaran Tidak Langsung (Silogisme)


Dalam penalaran langsung (immediate inference), kesimpulan dihasilkan hanya dengan
satu premis saja. Lain halnya dengan penalaran tidak langsung (mediate inference).
Kesimpulan yang dihasilkan dari dua proposisi dihubungkan dengan cara tertentu. Aristoteles
menyatakan memberikan batasan pada silogisme sebagai argumentasi yang konklusinya
diambil secara pasti dari premis-premis yang menyatakan hal yang berbeda (Angel, 1964).
Dalam konteks ini, silogisme dibagi menjadi silogisme kategoris dan silogisme hipotesis.
 Silogisme Kategoris
Suatu bentuk logika deduktif yang terdiri atas dua premis dan satu kesimpulan.
Kesimpulan dalam silogisme kategoris mengandung dua dari tiga term yang ada di
dalamnya, yaitu term subjek (S) dan term predikat (P).
Contoh: Semua orang baik adalah orang bahagia Beberapa orang Indonesia adalah
orang baik Jadi, beberapa orang bahagia adalah orang Indonesia.
 Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya berjenis proposisi
hipotesis. Dengan kata lain, premis mayor terdiri dari dua bagian, yaitu anteseden
(dimulai dengan kata “Jika...,) dan konsekuen (dimulai dengan kata “maka...”).
Contoh: Jika banyak sampah yang tidak terurus, maka kualitas kesehatan menurun.
Ternyata banyak sampah yang tidak terurus. Jadi, kualitas kesehatan menurun.
 Silogisme Disjungtif
silogisme yang premis mayornya berupa proposisi disjungtif yang menawarkan dua
kemungkinan. Dalam konteks itu, premis minornya bersifat menegasi.
Contoh: Tina memakai kalung atau anting. Ternyata Tina tidak memakai kalung.
Jadi, Tina memakai anting.
3.8 Kesalahan Berpikir

Anda mungkin juga menyukai