Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MATAKULIAH PENGEMBANGAN

KEPRIBADIAN AGAMA ISLAM


“Pokok-Pokok Ajaran Agama Islam”

Disusun Oleh:
Geofany Rosady (1706986366)

Fakultas Teknik
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

ABSTRAK ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.3 Tujuan ...................................................................................... 1

BAB II INTI TULISAN ................ .............................................................. 2

2.1 Akidah atau Iman Islam .......................................................... 2

2.1.1 Pengertian Akidah dan Iman ........................................... 2

2.1.2 Ruang lingkup Akidah dan Iman .................................... 2

2.1.3 Kedudukan Akidah atau Iman Islam ............................... 3

2.1.4 Ketauhidan Allah ............................................................ 3


2.1.5 Tantangan Akidah atau Iman Islam ................................ 3

2.1.6 Proses Pembentukan Akidah ........................................... 4

2.2 Syariah Islam. ........................................................................... 5

2.2.1 Pengertian Syariah .......................................................... 5

2.2.2 Ruang Lingkup Syariah .................................................. 5

2.2.3 Perbedaan Syariah dengan Fikih ..................................... 7

2.2.4 Implementasi Muamalah dalah Syariat ........................... 5

2.3 Akhlak Islam atau Ihsan ........................................................... . 7

2.3.1 Pengertian ........................................................................ 7

2.3.2 Ruang Lingkup ................................................................ 7


2.3.3 Nilai-nilai Akhlak dalam Islam ....................................... 8

2.3.4 Hubungan Akhlak dengan Akidah .................................. 8

2.4 Aliran dan Mahzab yang Berkembang dalam Ajaran Islam. ... 13

2.4.1 Sebab Terjadinya Perbedaan Mahzab ............................. 13

2.4.2 Paham dan Mahzab berkembang di bidang Syariat ........ 13

2.4.3 Salah Paham Terhadap Islam .......................................... 14

2.4.4 Metode Memahami Ajaran Agama Islam ....................... 15

Bab III PENUTUP………………… ............................................................ 17

5.1 Kesimpulan……. ..................................................................... 17

5.2 Saran ........................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18


ABSTRAK

Makalah yang berjudul Pokok-Pokok Ajaran Agama Islam ini membahas Akidah
dan pentingnya iman kepada Allah SWT, Syariah islam, Akhlak Islam, dan Mahzab yang
berkembang dalam agama Islam dan penerapan khususnya untuk mahasiswa Universitas
Indonesia. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan apa saja yang
dibutuhkan dalam proses pembentukan kepribadian dan pola pikir mahasiswa, agar
mereka semua dapat mengetahui hal-hal yang perlu dibangun dan dihilangkan dalam diri
mereka. Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan
penggabungan rangkuman dari materi-materi yang telah dipelajari di dalam buku Agama
Islam, lalu menggunakan sedikit referensi dari buku-buku lain yang tetap tidak mengubah
kerangka pikir dari buku MPK Agama Islam.

Kata Kunci: Akidah; Iman; Syariah Islam; Akhlak; Mahzab; Tauhid


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu proses pembentukan kepribadian. Karena,


pendidikan merupakan salah satu proses transfer ilmu dan pengetahuan antara
individu, pendidikan sebagai pembentukan karakter seseorang karena, di dalam
pendidikan di beri bimbingan agar seorang bisa keluar dari suatu masalah, keluar
dari suatu masalah di sini adalah agar yang tadinya memiliki kepribadian kurang
baik bisa menjadi lebih baik karena di didik dan dibimbing dalam dunia pendidikan.
Ki Hadjar Dewantara juga menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
menghasilkan manusia yang merdeka. Oleh karena, itu makalah ini dibentuk untuk
mencapai tujuan pendidikan, memfasilitasi mahasiswa, dan agar menjadi manusia
yang memiliki karakter yang kuat.

Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini


didasarkan oleh penggabungan rangkuman dari materi-materi yang telah dipelajari
di dalam buku Agama Islam. Saya tidak memakai penelitian maupun riset dan
menggunakan sedikit referensi dari buku lain. Pendidikan tidak saja penting secara
individual, tetapi juga penting dalam proses pembangunan bangsa dan negara.
Pendidikan dapat membuahkan hasil yang optimal jika sumber daya manusia yang
terdidik pun optimal.

Maka dari itu, untuk menghasilkan sumber daya manusia yang terdidik yang
memiliki karakter kuat dan ikut andil dalam pembangunan bangsa dan Negara.
Makalah ini merupakan pengantar yang memuat kerangka pikir dari
penyelenggaraan MPK Agama Islam di Universitas Indonesia.

1.2 Tujuan Penulisan

Untuk menambah wawasan tentang Akidah dan pentingnya iman kepada Allah
SWT, Syariah islam, Akhlak Islam, dan Mahzab yang berkembang dalam agama Islam,
lalu memenuhi tugas yang diberikan oleh mata kuliah MPK Agama.
BAB II

INTI TULISAN

2.1 Akidah atau Iman Islam

2.1.1 Pengertian Akidah atau Iman Islam

Akidah adalah kata sifat dalam bahasa Arab yang berasal dari kata
Aqada”ikatan” )‫)عقد‬.akidah menurut istilah adalah sebuah urusan yang secara
umum dapat diterima kebenarannya oleh akal pikiran manusia dan berdasarkan
wahyu Allah SWT.

2.1.2 Ruang Lingkup Akidah

 Ilahiyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan masalah ketuhanan


utamanya pembahasan tentang Allah.

 Nubuwwat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan utusan-utusan Allah,


yaitu para nabi dan para rasul Allah.

 Ruhaniyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan makhluk gaib,


seperti Jin, Malaikat, dan Iblis.

 Sam’iyyat, yaitu pembahasan yang bekenaan dengan alam ghaib, seperti


alam kubur, akhirat, surge, neraka, dan lain-lain.

2.1.3 Kedudukan Aqidah

 Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat
suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang
lain, seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya.
Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat
rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar
menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh
dan hancur berantakan.
 Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din)
dan diterimanya suatu amal. Allah swt berfirman,
َ ً‫ََ َم ْن َكانَ يَ ْر ُجوا ِلقَآ َء َربِِّ ِه فَ ْليَ ْع َم ْل َع َمال‬
 .‫صا ِل ًحا َوالَيُ ْش ِركُ بِ ِعبَادَةِ َر ِِّب ِه أ َ َحدًا‬
Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan
Tuhannya (di akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak
menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S. al-
Kahfi: 110)

2.1.4 Pengertian Tauhid

 Tauhid (Arab : ,)‫توحيد‬adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan


keesaan Allah. Dalam pengamalannya ketauhidan dibagi menjadi 3
macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma wa Sifat.
Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari
kalimat syahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.

2.1.5 Pembagian Tauhid

 Rububiyah

Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang memiliki, merencanakan,


menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki, memberikan manfaat,
menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta.

 Uluhiyah/Ibadah

Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu
bagiNya. "Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang
berilmu

 Asma wa sifat

Beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat baik (asma'ul husna) yang sesuai
dengan keagunganNya. Umat Islam mengenal 99 asma'ul husna yang merupakan
nama sekaligus sifat Allah.
2.1.6 Tantangan Akidah dalam Kehidupan Modern

 KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme)

 Pergaulan Bebas di kalangan remaja

 Globalisasi

2.1.7 Proses Pembentukan Akidah

Unsur pembentukan aqidah menurut kaca mata Islam meliputi tiga unsur

 Peranan Aqal ( pemikiran)

Peranan akal dalam pembentukan aqidah ialah berfungsi untuk melihat, memikir,
mengkaji, membanding, menimbang dan seterusnya mengisbatkan kewujudan
Allah. Akal yang waras, jujur dan benar- benar bertanggungjawab akan dapat
memahami kebenaran aqidah atau dapat membuktikannya.

 Peranan Iradah (Daya memilih)

Unsur Iradah berkmakna kemahuan dengan penuh kerelaan hati untuk menerima
dan tunduk patuh kepada hakikat keimanan yang telah diakui oleh aqal akan
kebenarannya

 Peranan Wujdan ( Perasaan)

membentuk akidah yang kukuh seperti yang disarankan dalam al-Quran maka
sangatlah perlu kepada unsure wujdan atau unsur perasaan

2.2 Syariah Agama

2.2.1 Pengertian Syariah Agama

Syariah [arab: ‫ ]الشريعة‬secara bahasa artinya jalan yang dilewati


untuk menuju sumber air. (Lisan Al-Arab, 8/175). Secara bahasa, kata syariat juga
digunakan untuk menyebut madzhab atau ajaran agama. (Tafsir Al-Qurthubi,
16/163). Atau dengan kata lebih ringkas, syariat berarti aturan dan undang-undang.
Aturan disebut syariat, karena sangat jelas, dan mengumpulkan banyak hal.
(Al-Misbah Al-Munir, 1/310). Ada juga yang mengatakan, aturan ini disebut
syariah, karena dia menjadi sumber yang didatangi banyak orang untuk
mengambilnya.
Namun, dalam perkembangannya, istilah syariat lebih akrab untuk
menyebut aturan islam. Secara istilah, syariat islam adalah semua aturan yang Allah
turunkan untuk para hamba-Nya, baik terkait masalah aqidah, ibadah, muamalah,
adab, maupun akhlak. Baik terkait hubungan makhluk dengan Allah, maupun
hubungan antar-sesama makhluk. (Tarikh Tasyri’ Al-Islami, Manna’ Qathan, hlm.
13). Allah berfirman,
‫ث ُ َّم َج َع ْلنَاكَ َعلَى ش َِري َع ٍة ِمنَ ْاْل َ ْم ِر فَاتَّ ِب ْع َها‬
“Kemudian Aku jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama itu), Maka ikutilah syariat itu…” (QS. Al-Jatsiyah: 18)

2.2.2 Ruang lingkup Syariah Islam


Dalan hukum islam tidak dibedakan antara hukum perdata dengan hukum
publik. Hal ini disebabkan menurut sistem hukum islam pada hukum perdata
terdapat segi-segi publik dan pada hukum publik ada segi-segi perdatanya. Oleh
karena itu dalam hukum Islam tidak dibedakan kedua bidang hukum itu.
Yang disebutkan hanya bagian-bagiannya saja, seperti
1) Munakahat
2) wirasah
3) Muamalat dalam arti khusus
4) Jinayat atau ukubat
5) Al-ahkam as-sultoniyyah (khalifa)
6) Siyar
7) Mukhasshamat
Kalau bagian bagian-bagian tersebut disusun menurut sistimatika hukum barat
yang membedakan antara hukum perdata dengan hukum publik Maka susunan
hukum muamalah dalam arti luas itu adalah sebagai berikut : Hukum Privat :
1) Munakahat mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan,
perceraian serta akibat-akibatnya .
2) Wirasah (faraidl) mengaur segala masalah yang berhubungan dengan pewaris, ahli
waris, harta peninggalan serta pembagian warisan
Muamalah dalam arti yang khusus, mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas
benda, tata hubungan manusia dalam soal jual beli, sewa menyewa, pinjam
meminjam, perserikatan dan sebagainya.

Hukum Publik :
a) Jinayat yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam
dengan hukuman baik dalam jarimah hudud maupun dalam jarimah takzir. Al-
ahkam assultoniyyah membicarakan soal-soal yang berpusat kepada negara, ke
pemerintah.
b) Siyar mengatur urusan perang dan damai, tata hubungannya dengan
pemeluk agama dan negara lain
c) Mukshshonat mengatur soal; peradilan, kehakiman dan hukum acara.
2.2.3 Perbedaan Syariah Islam dengan Fikih Islam
Perbedaan yang perlu diketahui yaitu :
- Perbedaan dalam Objek :
a ->Syariah
Objeknya meliputi bukan saja batin manusia akan tetapi juga lahiriah manusia
dengan Tuhannya (ibadah)
-> Fiqih
Objeknya peraturan manusia yaitu hubungan lahir antara manusia dengan
manusia, manusia dengan makhluk lain.
Perbedaan dalam Sumber Pokok
a) Syariah
Sumber Pokoknya ialah berasal dari wahyu ilahi dan atau kesimpulan-kesimpulan
yang diambil dari wahyu.
b) Fiqih
Berasal dari hasil pemikiran manusia dan kebiasaan-kebiasaan yang terdapat
dalam masyarakat atau hasil ciptaan manusia dalam bentuk peraturan atau UU
Perbedaan dalam Sanksi
a) Syariah
Sanksinya adalah pembalasan Tuhan di Yaumul Mahsyar, tapi kadang-kadang
tidak terasa oleh manusia di dunia ada hukuman yang tidak langsung
b) Fiqih
Semua norma sanksi bersifat sekunder, dengan Menunjuk sebagai Pelaksana alat
pelaksana Negara sebagai pelaksana sanksinya.

Perbedaan Pokok
a) Syariah
Berasal dari Al-Qur'an dan As-sunah

Bersifat fundamental

Hukumnta bersifat Qath'i (tidak berubah)

Hukum Syariatnya hanya Satu (Universal)

Langsung dari Allah yang kini terdapat dalam Al-Qur'an

b) Fiqih
Karya Manusia yang bisa Berubah

Bersifat Fundamental

Hukumnya dapat berubah

Banyak berbagai ragam

Bersal dari Ijtihad para ahli hukum sebagai hasil pemahaman manusia yang
dirumuskan oleh Mujtahid

2.2.4 Implementasi Muamalah Dalam Kehidupan Sosial


Kegiatan ekonomi dalam ajaran Islam adalah bagian dari muamalah. Dilihat
dari segi kriterianya, bidang muamalah masuk ke dalam kelompok ibadah ‘ammah,
di mana aturan tata pelaksaannya lebih banyak bersifat umum. Aturan-aturan yang
bersifat umum dimaksud kemudian oleh para ulama disimpulkan dalam sebuah
kaidah Ushul yang berbunyi: “al-Ashlu fi al-Mu’amalah al-Ibahah Hatta Yadulla
al-Dalil ‘ala Tahrimiha” (Hukum asal dalam muamalah adalah boleh selama tidak
ada dalil yang mengharamkannya). Sejalan dengan kaidah ini, jenis dan bentuk
muamalah yang berkembang di zaman kontemporer, yang merupakan kreasi dan
pengembangannya dapat diterima sebagai kegiatan ekonomi yang sah.
Dalam persoalan-persoalan muamalah yang dipentingkan adalah substansi
makna yang terkandung dalam suatu bentuk muamalah serta sasaran yang akan
dicapainya. Jika muamalah yang dilakukan dan dikembangkan itu mengandung
substansi yang dikehendaki oleh syara’, sesuai dengan prinsip dan kaidah yang
ditetapkan syara’, serta bertujuan untuk kemaslahatan umat manusia dan
menghindarkan kemudaratan dari mereka, maka jenis muamalah tersebut dapat
diterima.2 Gagasan ini didasarkan pada beberapa firman Allah swt. yang di
antaranya adalah ayat 275 surah al-Baqarah yang artinya; “Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Q. S. Al-Baqarah (2): 275).

2.3 Akhlak Islam atau Ikhsan


2.3.1 Pengertian
Akhlak dari segi bahasa : berasal daripada perkataan 'khulq' yang
bererti perilaku, perangai atau tabiat. Maksud ni terkandung dalam kata-kata
Aisyah berkaitan akhlak Rasulullah SAW yang bermaksud : "Akhlaknya
(Rasulullah) adalah al-Quran." Akhlak Rasulullah yang dimaksudkan di dalam
kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku
Rasulullah SAW yang semuanya merupakan pelaksanaan ajaran al-Quran.

Akhlak dari segi istilah : Menurut Imam al-Ghazali, "Akhlak ialah suatu sifat yang
tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan
mudah tanpa memerlukan pertimbangan terlebih dahulu."

Menurut Ibnu Maskawih, "Akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang mendorong
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa pertimbangan akal fikiran terlebih
dahulu."

Menurut Profesor Dr Ahmad Amin, "Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan dan
ia akan menjadi kebiasaan yang mudah dilakukan."

Daripada definis tersebut dapat kita fahami bahawa akhlak merupakan suatu
perlakuan yang tetap sifatnya di dalam jiwa seseorang yang tidak memerlukan daya
pemikiran di dalam melakukan sesuatu tindakan.
2.3.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup Akhlak Islami sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri,
khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlaik diniah (agama/islami)
mencakup berbagai aspek, dimulai dari Akhlak terhadap ALLAH, hingga kepada
sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak
bernyawa). Berbagai bentuk dan ruang lingkup Akhlak Islami yang demikian itu
dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Akhlaq Terhadap Allah Swt

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai
khalik.Sikap atau perbuatan itu memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana
stelah disebut diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia
perlu beakhlak kepada Allah:

Pertama, karena Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan


manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk
Sebagai mana di firmankan oleh Allah dalam surat At-Thariq ayat 5-7,sebagai
berikut :

Yang Artinya : 5) "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia


diciptakan?, (6). Dia tercipta dari air yang terpancar, (7). yang terpancar dari
tulang sulbi dan tulang dada. (At-Tariq:5-7)

Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera,


berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping
anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam
surat, An-Nahl ayat, 78.
Yang Artinya: "Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur. ( Q.S An-Nahal : 78)

Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam
surat Al-Jatsiyah ayat 12-13.Yang Artinya (12) "Allah-lah yang menundukkan
lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya,
supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu
bersyukur. (13), "Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan
apa yang ada dibumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya.Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang
berpikir. (Q.S Al-Jatsiyah :12-13 ).

Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya


kemampuan, daratan dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa' ayat, 70’
Yang Artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam,
Kami angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S Al-Israa : 70).
Sementara itu menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak
kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah.
Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, jangankan manusia,
malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.

2.3.3 Nilai-nilai Akhlak Islam


akhlak terbagi menjadi dua bagian, yaitu akhlak terhadap khaliq (Yang
Menciptakan); dan akhlak terhadap makhluk (yang diciptakan). Dari dua bagian ini,
akhlak mengandung semua nilai yang diperlukan oleh manusia untuk keselamatan
dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Menurut Mas’ud Khasan Abdul Qohar
dalam buku “Kamus Istilah Populer” ada beberapa nilai yang lain yang berlaku
dalam masyarakat, seperti: 1) Nilai ilmu pengetahuan, 2) Nilai ekonomi, 3) Nilai
seni, 4) Nilai sosial, 5) Nilai politik, 6) Nilai etika, yang dapat dipahami dalam
realitas masyarakat.
2.3.4 Hubungan Akidah dengan Akhlak
Dengan akhlak yang baik seseorang akan bisa memperkuat aqidah
dan bisa menjalankan ibadah dengan baik dan benar, dengan itu ia akan mampu
mengimplementasikan tauhid ke dalam akhlak yang mulia (Akhlakul Karimah).
Karena barang siapa mengetahui Sang Penciptanya dengan benar, niscaya ia akan dengan
mudah berperilaku baik sebagaimana perintah Allah. Sehingga ia tidak mungkin
menjauh atau bahkan meninggalkan perilaku-perilaku yang telah ditetapkan-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah SWT dan kelakuannya terhadap Allah
SWT. Ditentukan mengikut nilai-nilai aqidah yang ditetapkan. Begitu juga akhlak
terhadap manusia dicorakkan oleh nilai-nilai aqidah seorang muslim,
sebagaimana yang ditetapkan di dalam Al-Qur’an yang merupakan ajaran
dan wahyu dari Allah SWT a. Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak. Dasar
pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang benar terhadap alam
dan kehidupan b. Jujur. Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang
berhubungan dengan aqidah.

2.4 Aliran dan Mazhab yang Berkembang dalam Pemahaman Ajaran Islam

2.4.1 Sebab-Sebab Terjadinya Perbedaan Paham atau Madzhab Dalam Islam


Faktor terjadinya perbedaan mazhab di kalangan ulama-ulama sangatlah banyak ,
diantaranya: masalah metodologi berpikir yang berbeda, masalah bahasa, apakah
kata-kata ini hakikat atau majaz, dipahami secara manthuq atau mafhum. Masalah
hadits yang sahih menurut yang lain, atau ada sebagian kaum yang sampai kepada
mereka sebuah hadits, sedangkan kaum lain tidak sampai. Ada pula dalil yang
dijadikan hujjah oleh sebuah kaum, namun menurut kaum yang lain tidak. Dengan
demikian diantara sebab-sebab terjadinya perbedaan mazhab sebagai berikut:
1. Ta’biat Manusia
2. Ta’biat Bahasa Arab
3. Ta’biat Nushush Taklifiyah
4. Perbedaan Qiraat
5. Sampai atau tidaknya hadits
6. Perbedaan Kuat atau tidaknya Hadits yang Diterima
7. Perbedaan dalil yang dianggap Hujjah
8. Tidak Ada Nash
9. Perbedaan dalam Qawa’id Al Ushulliyah
2.4.2 Paham dan Mazhab yang Berkembang Di Bidang Syariat
Seluruh ummat Islam di dunia dan para ulamanya telah mengakui bahwa Imam
yang empat ialah Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad Ibnu
Hambal telah memenuhi persyaratan sebagai Mujtahid. Hal itu dikarenakan ilmu,
amal dan akhlaq yang dimiliki oleh mereka. Maka ahli fiqih memfatwakan bagi
umat Islam wajib mengikuti salah satu madzhab yang empat tersebut.

Madzhab Hanafi

Dinamakan Hanafi, karena pendirinya Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit.
Beliau lahir pada tahun 80 H di Kufah dan wafat pada tahun 150 H. Madzhab ini
dikenal madzhab Ahli Qiyas (akal) karena hadits yang sampai ke Irak sedikit,
sehingga beliau banyak mempergunakan Qiyas.

Beliau termasuk ulama yang cerdas, pengasih dan ahli tahajud dan fasih membaca
Al-Qur’an. Beliau ditawari untuk menjadi hakim pada zaman bani Umayyah yang
terakhir, tetapi beliau menolak.

Madzhab ini berkembang karena menjadi madzhab pemerintah pada saat Khalifah
Harun Al-Rasyid. Kemudian pada masa pemerintahan Abu Ja’far Al-Manshur
beliau diminta kembali untuk menjadi Hakim tetapi beliau menolak, dan memilih
hidup berdagang, madzhab ini lahir di Kufah.

Madzhab Maliki

Pendirinya adalah Al-Imam Maliki bin Anas Al-Ashbahy. Ia dilahirkan di Madinah


pada tahun 93 H dan wafat pada tahun 179 H. Beliau sebagai ahli hadits di Madinah
dimana Rasulullah SAW hidup di kota tersebut.

Madzhab ini dikenal dengan madzhab Ahli Hadits, bahkan beliau mengutamakan
perbuatan ahli Madinah daripada Khabaril Wahid (Hadits yang diriwayatkan oleh
perorangan). Karena bagi beliau mustahil ahli Madinah akan berbuat sesuatu yang
bertentangan dengan perbuatan Rasul, beliau lebih banyak menitikberatkan kepada
hadits, karena menurut beliau perbuatan ahli Madinah termasuk hadits mutawatir.

Madzhab ini lahir di Madinah kemudian berkembang ke negara lain khususnya


Maroko. Beliau sangat hormat kepada Rasulullah dan cinta, sehingga beliau tidak
pernah naik unta di kota Madinah karena hormat kepada makam Rasul.

Madzhab Syafi’i

Tokoh utamanya adalah Al-Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i Al-Quraisyi.


Beliau dilahirkan di Ghuzzah pada tahun 150 H dan wafat di Mesir pada tahun 204
H.

Beliau belajar kepada Imam Malik yang dikenal dengan madzhabul hadits,
kemudian beliau pergi ke Irak dan belajar dari ulama Irak yang dikenal sebagai
madzhabul qiyas. Beliau berikhtiar menyatukan madzhab terpadu yaitu madzhab
hadits dan madzhab qiyas. Itulah keistimewaan madzhab Syafi’i.
Di antara kelebihan asy-Syafi’i adalah beliau hafal Al-Qur’an umur 7 tahun, pandai
diskusi dan selalu menonjol. Madzhab ini lahir di Mesir kemudian berkembang ke
negeri-negeri lain.

Madzhab Hanbali

Dinamakan Hanbali, karena pendirinya Al-Imam Ahmad bin Hanbal As-Syaebani,


lahir di Baghdad Th 164 H dan wafat Th 248 H. Beliau adalah murid Imam Syafi’i
yang paling istimewa dan tidak pernah pisah sampai Imam Syafi’i pergi ke Mesir.

Menurut beliau hadits dla’if dapat dipergunakan untuk perbuatan-perbuatan yang


afdal (fadlailul a'mal) bukan untuk menentukan hukum. Beliau tidak mengaku
adanya Ijma’ setelah sahabat karena ulama sangat banyak dan tersebar luas.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai


dengan buku MPK Agama bahwa Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas
antara baik dan buruk , antara yang terpuji dan yang tercela , tentang perkataan atau
perbuatan manusia lahir dan batin. Maksud dari akhlak itu sendiri adalah adanya
hubungan antara khaliq dan makhluk , dan antara makhluk dengan makhluk. Kita
harus membiasakan diri berakhlak terpuji dalam kehidupan sehari hari agar
semuanya berjalan sesuai dengan perintah dan larangan dari Allah Swt. Syariah
[arab: ‫ ]الشريعة‬secara bahasa artinya jalan yang dilewati untuk menuju sumber air.
(Lisan Al-Arab, 8/175). Fikih (Bahasa Arab: ‫ ;فﻘﻪ‬transliterasi: Fiqih) adalah salah
satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan
hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi,
bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya. Beberapa ulama
fikih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fikih sebagai pengetahuan seorang
muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah. Hukum Islam itu
adalah hukum yang terus hidup, sesuai dengan undang-undang gerak dan subur.
Dia mempunyai gerak yang tetap dan perkembangan yang terus menerus.

3.2 Saran

Sebagai seorang mahasiswa, alangkah lebih baik jika kita mempelajari


materi tentang akhlak dari berbagai sumber, baik dari buku maupun situs internet.
Agar nantinya kita mudah dalam memahami dan kita akan lebih mudah dalam
penulisan makalah kedepannya. Dalam penulisan makalah ini kami menyadari
banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyampaian maupun penulisan kalimat.
Oleh karena itu,kami sebagai penulis makalah ini meminta kritik dan saran
sehingga kedepannya kami dapat menulis makalah ini dengan baik.

Demikianlah makalah yang saya buat ini, saya mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, lugas, dan
dimengerti. Karena saya hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.
Sekian penutup dari saya semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sunardi, Al Ahyar Akidah Akhlak VII, Jawa Tengah : Grafika Dua Tujuh, 2010

Khalaf, Abdul Wahhab.1994. Kaidah-KaidahHukum Islam. PT Raja


GrafindoPersada, CetakanKeempat

Drs. Mahjuddin M.Pd.I.1998. Akhlak Tasawuf 1 mukjizat Nabi Karomah Wali dan
Ma’rifah Sufi. Jakarta:PT Raja GrafindoPersada,

Jalaluddin. 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Drs.Fathoni Ahmad Miftah, M.Ag, Pengantar Studi Islam, 2001, Semarang,


Gunung Jati.

Supadie Didiek Ahmad,dkk. Pengantar Studi Islam, 2011, Jakarta, Rajawali Pers

Muhaiman Dimensi-Dimensi Studi Islam, 1994, Surabaya,Karya Abditama

Syukur Amin Prof. Dr. H. M., MA, Pengantar Studi Islam, 2010, Semarang,
Pustaka Nuun

Anda mungkin juga menyukai