Disusun Oleh:
Geofany Rosady (1706986366)
Fakultas Teknik
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
2.4 Aliran dan Mahzab yang Berkembang dalam Ajaran Islam. ... 13
Makalah yang berjudul Pokok-Pokok Ajaran Agama Islam ini membahas Akidah
dan pentingnya iman kepada Allah SWT, Syariah islam, Akhlak Islam, dan Mahzab yang
berkembang dalam agama Islam dan penerapan khususnya untuk mahasiswa Universitas
Indonesia. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan apa saja yang
dibutuhkan dalam proses pembentukan kepribadian dan pola pikir mahasiswa, agar
mereka semua dapat mengetahui hal-hal yang perlu dibangun dan dihilangkan dalam diri
mereka. Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan
penggabungan rangkuman dari materi-materi yang telah dipelajari di dalam buku Agama
Islam, lalu menggunakan sedikit referensi dari buku-buku lain yang tetap tidak mengubah
kerangka pikir dari buku MPK Agama Islam.
PENDAHULUAN
Maka dari itu, untuk menghasilkan sumber daya manusia yang terdidik yang
memiliki karakter kuat dan ikut andil dalam pembangunan bangsa dan Negara.
Makalah ini merupakan pengantar yang memuat kerangka pikir dari
penyelenggaraan MPK Agama Islam di Universitas Indonesia.
Untuk menambah wawasan tentang Akidah dan pentingnya iman kepada Allah
SWT, Syariah islam, Akhlak Islam, dan Mahzab yang berkembang dalam agama Islam,
lalu memenuhi tugas yang diberikan oleh mata kuliah MPK Agama.
BAB II
INTI TULISAN
Akidah adalah kata sifat dalam bahasa Arab yang berasal dari kata
Aqada”ikatan” ))عقد.akidah menurut istilah adalah sebuah urusan yang secara
umum dapat diterima kebenarannya oleh akal pikiran manusia dan berdasarkan
wahyu Allah SWT.
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat
suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang
lain, seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya.
Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat
rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar
menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh
dan hancur berantakan.
Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din)
dan diterimanya suatu amal. Allah swt berfirman,
َ ًََ َم ْن َكانَ يَ ْر ُجوا ِلقَآ َء َربِِّ ِه فَ ْليَ ْع َم ْل َع َمال
.صا ِل ًحا َوالَيُ ْش ِركُ بِ ِعبَادَةِ َر ِِّب ِه أ َ َحدًا
Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan
Tuhannya (di akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak
menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S. al-
Kahfi: 110)
Rububiyah
Uluhiyah/Ibadah
Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu
bagiNya. "Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang
berilmu
Asma wa sifat
Beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat baik (asma'ul husna) yang sesuai
dengan keagunganNya. Umat Islam mengenal 99 asma'ul husna yang merupakan
nama sekaligus sifat Allah.
2.1.6 Tantangan Akidah dalam Kehidupan Modern
Globalisasi
Unsur pembentukan aqidah menurut kaca mata Islam meliputi tiga unsur
Peranan akal dalam pembentukan aqidah ialah berfungsi untuk melihat, memikir,
mengkaji, membanding, menimbang dan seterusnya mengisbatkan kewujudan
Allah. Akal yang waras, jujur dan benar- benar bertanggungjawab akan dapat
memahami kebenaran aqidah atau dapat membuktikannya.
Unsur Iradah berkmakna kemahuan dengan penuh kerelaan hati untuk menerima
dan tunduk patuh kepada hakikat keimanan yang telah diakui oleh aqal akan
kebenarannya
membentuk akidah yang kukuh seperti yang disarankan dalam al-Quran maka
sangatlah perlu kepada unsure wujdan atau unsur perasaan
Hukum Publik :
a) Jinayat yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam
dengan hukuman baik dalam jarimah hudud maupun dalam jarimah takzir. Al-
ahkam assultoniyyah membicarakan soal-soal yang berpusat kepada negara, ke
pemerintah.
b) Siyar mengatur urusan perang dan damai, tata hubungannya dengan
pemeluk agama dan negara lain
c) Mukshshonat mengatur soal; peradilan, kehakiman dan hukum acara.
2.2.3 Perbedaan Syariah Islam dengan Fikih Islam
Perbedaan yang perlu diketahui yaitu :
- Perbedaan dalam Objek :
a ->Syariah
Objeknya meliputi bukan saja batin manusia akan tetapi juga lahiriah manusia
dengan Tuhannya (ibadah)
-> Fiqih
Objeknya peraturan manusia yaitu hubungan lahir antara manusia dengan
manusia, manusia dengan makhluk lain.
Perbedaan dalam Sumber Pokok
a) Syariah
Sumber Pokoknya ialah berasal dari wahyu ilahi dan atau kesimpulan-kesimpulan
yang diambil dari wahyu.
b) Fiqih
Berasal dari hasil pemikiran manusia dan kebiasaan-kebiasaan yang terdapat
dalam masyarakat atau hasil ciptaan manusia dalam bentuk peraturan atau UU
Perbedaan dalam Sanksi
a) Syariah
Sanksinya adalah pembalasan Tuhan di Yaumul Mahsyar, tapi kadang-kadang
tidak terasa oleh manusia di dunia ada hukuman yang tidak langsung
b) Fiqih
Semua norma sanksi bersifat sekunder, dengan Menunjuk sebagai Pelaksana alat
pelaksana Negara sebagai pelaksana sanksinya.
Perbedaan Pokok
a) Syariah
Berasal dari Al-Qur'an dan As-sunah
Bersifat fundamental
b) Fiqih
Karya Manusia yang bisa Berubah
Bersifat Fundamental
Bersal dari Ijtihad para ahli hukum sebagai hasil pemahaman manusia yang
dirumuskan oleh Mujtahid
Akhlak dari segi istilah : Menurut Imam al-Ghazali, "Akhlak ialah suatu sifat yang
tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan
mudah tanpa memerlukan pertimbangan terlebih dahulu."
Menurut Ibnu Maskawih, "Akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang mendorong
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa pertimbangan akal fikiran terlebih
dahulu."
Menurut Profesor Dr Ahmad Amin, "Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan dan
ia akan menjadi kebiasaan yang mudah dilakukan."
Daripada definis tersebut dapat kita fahami bahawa akhlak merupakan suatu
perlakuan yang tetap sifatnya di dalam jiwa seseorang yang tidak memerlukan daya
pemikiran di dalam melakukan sesuatu tindakan.
2.3.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup Akhlak Islami sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri,
khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlaik diniah (agama/islami)
mencakup berbagai aspek, dimulai dari Akhlak terhadap ALLAH, hingga kepada
sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak
bernyawa). Berbagai bentuk dan ruang lingkup Akhlak Islami yang demikian itu
dapat dipaparkan sebagai berikut:
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai
khalik.Sikap atau perbuatan itu memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana
stelah disebut diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia
perlu beakhlak kepada Allah:
Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam
surat Al-Jatsiyah ayat 12-13.Yang Artinya (12) "Allah-lah yang menundukkan
lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya,
supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu
bersyukur. (13), "Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan
apa yang ada dibumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya.Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang
berpikir. (Q.S Al-Jatsiyah :12-13 ).
2.4 Aliran dan Mazhab yang Berkembang dalam Pemahaman Ajaran Islam
Madzhab Hanafi
Dinamakan Hanafi, karena pendirinya Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit.
Beliau lahir pada tahun 80 H di Kufah dan wafat pada tahun 150 H. Madzhab ini
dikenal madzhab Ahli Qiyas (akal) karena hadits yang sampai ke Irak sedikit,
sehingga beliau banyak mempergunakan Qiyas.
Beliau termasuk ulama yang cerdas, pengasih dan ahli tahajud dan fasih membaca
Al-Qur’an. Beliau ditawari untuk menjadi hakim pada zaman bani Umayyah yang
terakhir, tetapi beliau menolak.
Madzhab ini berkembang karena menjadi madzhab pemerintah pada saat Khalifah
Harun Al-Rasyid. Kemudian pada masa pemerintahan Abu Ja’far Al-Manshur
beliau diminta kembali untuk menjadi Hakim tetapi beliau menolak, dan memilih
hidup berdagang, madzhab ini lahir di Kufah.
Madzhab Maliki
Madzhab ini dikenal dengan madzhab Ahli Hadits, bahkan beliau mengutamakan
perbuatan ahli Madinah daripada Khabaril Wahid (Hadits yang diriwayatkan oleh
perorangan). Karena bagi beliau mustahil ahli Madinah akan berbuat sesuatu yang
bertentangan dengan perbuatan Rasul, beliau lebih banyak menitikberatkan kepada
hadits, karena menurut beliau perbuatan ahli Madinah termasuk hadits mutawatir.
Madzhab Syafi’i
Beliau belajar kepada Imam Malik yang dikenal dengan madzhabul hadits,
kemudian beliau pergi ke Irak dan belajar dari ulama Irak yang dikenal sebagai
madzhabul qiyas. Beliau berikhtiar menyatukan madzhab terpadu yaitu madzhab
hadits dan madzhab qiyas. Itulah keistimewaan madzhab Syafi’i.
Di antara kelebihan asy-Syafi’i adalah beliau hafal Al-Qur’an umur 7 tahun, pandai
diskusi dan selalu menonjol. Madzhab ini lahir di Mesir kemudian berkembang ke
negeri-negeri lain.
Madzhab Hanbali
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang saya buat ini, saya mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, lugas, dan
dimengerti. Karena saya hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.
Sekian penutup dari saya semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sunardi, Al Ahyar Akidah Akhlak VII, Jawa Tengah : Grafika Dua Tujuh, 2010
Drs. Mahjuddin M.Pd.I.1998. Akhlak Tasawuf 1 mukjizat Nabi Karomah Wali dan
Ma’rifah Sufi. Jakarta:PT Raja GrafindoPersada,
Supadie Didiek Ahmad,dkk. Pengantar Studi Islam, 2011, Jakarta, Rajawali Pers
Syukur Amin Prof. Dr. H. M., MA, Pengantar Studi Islam, 2010, Semarang,
Pustaka Nuun