Pembahasan
Pada tahun ke 10 kenabian, terjadi ammul huzn( tahun kesedihan) karena Rasul di
tinggal wafat oleh Istri dan pamannya.
B. Periode Madinah
Tiga belas tahun Nabi melakukan dakwah dan menyerukan kaum Quraisy
Makkah untuk mentauhidkan Allah, namun perkembangan Islam dirasakan belum seperti
yang diharapkan. Bahkan umat Islam di Makkah pada saat itu menerima dera dan siksaan
yang sudah melampaui batas kemanusiaan. Karena melihat tanda-tanda kemenangan,
maka nabi memutuskan untuk hijrah ke Yastrib (Madinah). Ini merupakan strategi
dakwah Nabi dalam menyiarkan agama Allah SWT.
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui umat Islam. Pertama,
hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang disuruh Allah SWT dan diridai-
Nya. Contohnya, semula siswa itu malas mengerjakan salat 5 waktu dan malas belajar.
Kemudian dia membuang jauh sifat malasnya itu, sehingga ia menjadi siswa yang
berdisiplin dalam salat lima waktu dan rajin dalam menuntut ilmu.
Arti kedua dari hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena
di negeri itu umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman dan kekerasan, sehingga tidak
memiliki kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri
kafir itu, berpindah ke negeri Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam
berdakwah dan beribadah.
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat
Islam, yakni berhijrah dari Mekah ke Yatsrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama
hijrah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M.
Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir) ke
Yatsrib (negeri Islam) adalah :
1. Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman, dan kekerasan kaum
kafir Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di
Mekah untuk berhijrah ke Yatsrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh
kaum kafir Quraisy dengan maksud untuk membunuhnya.
2. Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah,
sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanva dalam berjihad di jalan Allah SWT,
untuk menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam) (lihat dan pelajari Q.S. An-
Nahl, 16: 41-42
a. Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun,
yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah sampai dengan
wafatnva Rasulullah SAW tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijrah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain
ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surah Makkiyah dan Hadis periode Mekah,
juga ajaran Islam yang rerkandung dalam 25 surah Madaniyah dan hadis periode
Madinah. umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-
orang yang sudah masuk Islam dan kalangan Muhajirin dan Ansar. Juga orang-orang
yang belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di
luar kota Madinah yang termasuk bangsa Arab, dan yang tidak termasuk bangsa
Arab.
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk
Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang
diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi
umat yang bertakwa. Selain itu Rasulullah SAW dibantu oleh para sahabatnya
melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan
terbentuk masyarakar madani di Madinah. Usaha-usaha nyata Rasulullah SAW
seperti tersebur akan dibahas pada sub pokok bahasan tentang strategi Rasulullah
dalam membentuk masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam
bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari
ajaran-ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang
senantiasa beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di
akhirat.
Pada tahun keenam hijriah Rasulullah SAW dan para pengikutnya umat Islam
penduduk Madinah yang berjumlah 1000 orang berangkat menuju Mekah untuk
melakukan umrah. Agar kaum kafir Quraisy tidak menduga bahwa kedatangan kaum
Muslimin ke Mekah itu untuk memerangi mereka maka jauh sebelum mendekati kota
Mekah umat Islam sudah mengenakan pakaian ihram, tidak membawa alat-alat
perang, kecuali pedang dalam sarungnya, sekadar untuk menjaga diri di perjalanan.
Rombongan kaum Muslimin tiba di suatu tempat yang bernama ”Al Hudaibiyah”,
yang letaknya beberapa kilometer dari kota Mekah, dengan maksud selain untuk
beristirahat, juga untuk melihat situasi. Sebenarnya saat itu termasuk bulan yang
disucikan oleh bangsa Arab sebelum Islam. Mereka dilarang melakukan peperangan
di dalamnya. Namun dalam kenyataannya, kaum kafir Quraisy telah menempatkan
sejumlah bala tentara yang cukup besar di perbatasan kota Mekah, siap untuk
melakukan peperangan.
Membaca situasi yang demikian, kemudian Rasulullah SAW mengutus sahabat
Utsman bin Affan memasuki kota Mekah untuk menemui pimpinan kaum kafir
Quraisy dan menjelaskan kepadanya, bahwa kedatangan mereka ke Mekah bukan
untuk berperang, tetapi semata-mata untuk melakukan ibadah umrah. Namun kaum
kafir Quraisy bersikeras tidak mengizinkan kaum Muslimin memasuki kota Mekah,
dengan alasan akan menjatuhkan kewibawaan kaum kaflr Quraisy pada pandangan
bangsa Arab.
Sahabat Utsman ditahan oleh kaum kafir Quraisy, bahkan tersiar kabar bahwa
beliau telah dibunuh. Menyikapi kabar tersebut kaum Muslimin telah bersepakat
mengadakan “sumpah setia” (baiat), untuk berperang melawan kafir Quraisy, sampai
meraih kemenangan. Sumpah setia itu disebut “Baiatur Ridwan”.
Untunglah di saat-saat genting seperti itu sahabat Utsman bin Affan muncul,
membawa berita akan diadakannya perundingan antara kaum kafir Quraisy dengan
kaum Muslimin. Maka terjadilah perundingan antara delegasi kaum kafir Quraisy
yang dipimpin oleh Suhail Ibnu Umar dan delegasi umat Islam yang dipimpin oleh
Nabi Muhammad SAW.
Perundingan tersebut melahirkan kesepakatan antara dua belah pihak, dan
melahirkan sebuah perjanjian, yang dikenal dalam sejarah sebagai perjanjian
Hudaibiyah (Sulhul Hudaibiyah). Isi perjanjian itu sebagai berikut :
(1) Selama sepuluh tahun diberlakukan gencatan senjata antara kaum Quraisy
penduduk Mekah dan umat Islam penduduk Madinah.
(2) Orang Islam dari kaum Quraisy yang datang kepada umat Islam, tanpa seizin
walinya hendaklah ditolak oleh umat Islam.
(3) Kaum Quraisy tidak akan menolak orang-orang Islam yang kembali dan
bergabung dengan mereka.
(4) Tiap kabilah yang ingin masuk dalam persekutuan dengan kaum Quraisy, atau
dengan kaum Muslimin dibolehkan dan tidak akan mendapat rintangan.
(5) Kaum Muslimin tidak jadi mengerjakan umrah saat itu, mereka harus kembali ke
Madinah, dan boleh mengerjakan umrah di tahun berikutnya, dengan persyaratan :
a. Kaum Muslimin memasuki kota Mekah setelah penduduknya untuk sementara
keluar dari kota Mekah.
b. Kaum Muslimin memasuki kota Mekah, tidak boleh membawa senjata.
c. Kaum Muslimin tidak boleh berada di dalam kota Mekah lebih dari tiga hari-tiga
malam.
Taktik Rasulullah SAW seperti itu ternyara berhasil, sehingga dua orang
pemimpin Quraisy yaitu Abbas (paman Nabi SAW) dan Abu Sufyan (seorang
bangsawan Quraisy yang lahir tahun 567 M dan wafar tahun 652 M) datang menemui
Rasulullah SAW dan menyatakan diri masuk Islam.
Dengan masuk Islamnya kedua orang pemimpin kaum kafir Quraisy itu,
Rasulullah SAW dan bala tentaranya dapat memasuki kota Mckah dengan aman dan
membebaskan koba itu dari para penguasa kaum kafir Quraisy yang zalim.
Pembebasan kota Mekah ini terjadi pada tahun 8 H secara damai tanpa adanya
pertumpahan darah.
Bahkan setelah itu, kaum Quraisy berbondong-bondong menyatakan diri
masuk Islam, menerima ajakan Rasulullah dengan kerelaan hati. Kernudian bersama-
sama bala tentara Islam mereka membersihkan Ka’bah dan berhala-berhala dan
menghancurkan berhala-berhala itu.
Pada tabun ke-9 dan 10 H berbagai kabilah bangsa Arab seperti Bani Tamim,
Bani Amr, Bani Sa’ad Ibnu Bakr, dan Bani Abdul Haris datang ke Madinah menghadap
Rasulullah SAW untuk menyatakan dukungannya.
Dengan demikian seluruh Jazirah Arabia telah masuk Islam, dan masuk wilayah
pemerintahan Islam yang berpusat di Madinah. Rasulullah SAW dan umat Islam
memperoleh kemenangan yang gilang-gemilang (lihat dan pelajari Q.S. An - Nasr, 110:
1-3).
SARIYAH
berlangsung di Raji', suatu daerah yang terletak diantara mekag dan asfan, dan
melibatkan pasukan muslimin melawan pasukan Bani Husail.
Sariyah yang dilakukan para nabi untuk nengusir bani nadir dari tempat tinggal
mereka.
9. sariyah Zi Al Qissah
latar belakang ini penolakan kaum musyrikin di zat atlah. pertempuran berikut
berlangsung sengit, dan akhirnya semua pasukan muslimin menjadi syuhada,
kecuali Ka'b yang dapat menyelamatkan diri.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa perdaban sebelum Islam datng masih sangat
rusak dan Jahiliyah, sehingga Islam datng sebagai pembimbing, penuntun dan pengatur manusia
ke jalan yang diridhoi Allah SWT.