Anda di halaman 1dari 111

MATERI I

KEMUNCULAN ISLAM DAN PERKEMBANGANNYA


( Masa kemunculan Islam hingga masa kejayaan Islam)
Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang sangat
mundur. Kebanyakkan orang Arab merupakan penyembah berhala dan yang lain
merupakan pengikut agamaKristen dan Yahudi. Mekah ketika itu merupakan tempat suci
bagi bangsa Arab. Karena di tempat tersebut terdapat berhala-berhala agama mereka dan
juga terdapat Sumur Zam- Zam dan yang paling penting adalah Ka’bah.
Pada Abad keenam masehi, Mekah adalah kota besar yang sedang berkembangan.
Karena letak greografis yang srategis, Mekah menjadi tempat persinggahan para kafilah
dagang yang datang dan pergi ke pusat perniagaan. Sejak lama di Mekah telah tersedia
segala fasilitas perniagaan termasuk rumah-rumah penginapan bagi para saudagar yang
singgah di sana.
Komunitas penduduk Arab Mekah ketika itu menganut agama yang bermacam-
macam antara lain yang terkenal adalah penyembahan terhadap berhala (paganisme).
Namun demikian adapula yang masih menganut dengan agama Masehi dan Yahudi.
Agama Masehi ini banyak dianut oleh penduduk yang banyak berasal dari Yaman,
Najran dan Syam. Sedangkan agama Yahudi banyak dianut oleh para imigran dari
Yasrib. Di samping itu ada pula agama Majusi yang dianut oleh orang Persia.
Sebelum agama Islam masuk kedalam jazirah Arab,bangsa Arab terkenal dengan
sebutan Jahiliyah yaitu zaman kebodohan dimana masyarakat Arab saat itu menyembah
berhala-berhala,diantara banyak berhala yang disembah yang paling dipuja yaitu berhala
Latta,Uzza,dan Manat.Selain itu masyarakat arab juga menganut agama-agama
radisional Arab.Agama-agama itu antara lain kepercayaan atas kekuasaan banyak Tuhan
dan alam magic (Politheisme-Animisme),agama Shabi’un Majus,dan Agama-agama
yang diklaim sebagai ajaran asli Ibrahim (Yahudi dan Nasrani).
Pada zaman jahiliah sering terjadi peperangan antar suku. Bahkan, peperangan ini
terkadang berlangsung hingga beberapa generasi setelahnya.Untuk memuliakan dan
menghormati Ka’bah, muncul larangan berperang ataupun melancarkan serangan pada
beberapa bulan dalam setahun, yaitu bulan Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Namun, bangsa Arab saat itu memperbolehkan peperangan dilaksanakan pada bulan
Muharram. Lalu sebagai gantinya, mereka menghentikan perang pada bulan Safar.
Tindakan ini dinamakan An Nasi (pengunduran).
Kota Mekah merupakan tempat yang dipandang suci oleh seluruh bangsa Arab. Kota
Mekah sejak awal didirikan telah mengenal sistem pemerintahan. Beberapa suku pernah
memegang kekuasaan atas kota Mekah, yaitu suku Amaliqah (sebelum Nabi Ismail
dilahirkan), suku Jurhum, dan suku Khuza’ah (440 M). Suku Khuza’ah yang mengambil
kekuasaan Mekah dari suku Jurhum mendirikan Darun Nadwah, yaitu tempat untuk
bermusyawarah bagi penduduk Mekah di bawah pengawasan Qushai.
Bangsa Arab pada umumnya berwatak berani, keras, dan bebas. Mereka telah lama
mengenal agama. Nenek moyang mereka pada mulanya memeluk agama Nabi Ibrahim.
Akan tetapi, akhirnya ajaran itu pudar. Untuk menampilkan keberadaan Tuhan mereka
membuat patung berhala dari batu, yang menurut perasaan mereka patung itu dapat
dijadikan sarana untuk berhubungan dengan Tuhan. Kebudayaan mereka yang paling
menonjol adalah bidang sastra bahasa Arab, khususnya syair Arab. Perekonomian
penduduk negeri Mekah umumnya baik karena mereka menguasai jalur darat di seluruh
Jazirah Arab.
A.Kemunculan Islam
Kemunculan Islam ditandai dengan kelahiran Muhammad pada tanggal 12
Robbiul Awal tahun gajah. Disebut tahun gajah karena kkelahiran Muhammad
bertepatan dengan diserangnya kota Mekah oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Raja
Abrahah. Muhammad lahir dari kalangan suku Quraisy, suku yang paling dihormati di
Arab, suku yang berhak memelihara Ka’bah. Muhammad adalah keturunan dari Nabi
Ibrahim.
Setelah menerima wahyu pertama ( QS Al – Alaq 1-5 ) Nabi Muhammad mulai
menyampaikan dakwah kepada keluarganya, lambat laun dakwah nabi Muhammad mulai
mendapat pengikut walaupun hanya berasal dari kalangan budak, keluarga yang tidak
terpandang. Hal ini menyebabkan hubungan Nabi Muhammad dengan petinggi Quraisy
menjadi buruk karena menganggap Nabi Muhammad telah menghina tuhan-tuhan
mereka.
Pada tahun 622 M Nabi Muhammad hijrah ke Yastrib atau sekarang lebih dikenal
dengan nama Madinah. Penduduk Madinah telah hidup berdampingan dengan para
penduduk Yahudi dan Oasis maka merekapun siap menerima ajaran – ajaran Nabi
Muhammad. Perpindahan ke Madinah ini yang selanjutnya para generasi kemudian
menandai dimulainya era muslim yang disebut dengan hijrah.
Ketika di Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Nabi Muhammad
mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala
negara. Dalam rangka memperkokohmasyarakat dan negara baru yaitu Madinah, maka
diletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat antara lain :

1. Pembangunan masjid yang digunakan untuk mempersatukan kaum muslimin dan


mempererat jiwa mereka selain digunakan untuk shalat.

2. Ukhuwah Islamiyah, Nabi mempersaudarakan mereka orang-orang yang hijrah dari


Mekah dengan penduduk Madinah yang sudah masuk Islam.

3. Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di


Madinahselain orang-orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi
dan masyarakat penganut agama nenek moyang. Nabi Muhammadmengadakan ikatan
perjanjian yang menjamin kebebasan beragama bersama-sama orang Yahudi dan
penganut agama nenek moyang agar terwujud stabilitas masyarakat.
Pada tahu ke-6 H atau menjelang tahun 629 M, Nabi dan pengikutnya diizinkan
memasuki kota Mekah untuk berhaji dengan sebuah perjanjian yang dinamakan perjanjian
Hudaibiyah. Perjanjian Hudaibiyah berisi antara lain :

1. Kaum Muslimin belum boleh mengunjungi Ka’bah tahun ini tetapi ditangguhkan
sampai tahun depan.

2. Lama kunjungan dibatasi sampai tiga hari saja.

3. Kaum Muslimin wajib mengembalikan orang- orang Mekah yang melarikan diri ke
Madinah, sebaliknya pihak Quraisy tidak harus menolakorang-orang Madinah yang
kembali ke Mekah.

4. Selama sepuluh tahun diberlakukan genjatan senjata antara masyarakat Madinah dan
Mekah.

5. Setiap kabilah yang ingin masuk kedalam persekutuan kaum Quraisy atau kaum
Muslimin, bebas melakukannya tanpa rintangan.
Setelah dua tahun perjanjian hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam semakin meluas
bahkan sudah menjangkau seluruh jazirah Arab. Hali ini membuat orang- orang Mekah
merasa terpojok dan secara sepihak mereka membatalkan perjanjian Hudaibiyah. Maka
terjadilah peristiwa yang disebut dengan Fathul Makkah yaitu peristiwa kemenangan Nabi
Muhammad atau keberhasilan Nabi Muhammad memasuki kot Mekah dan menghancurkan
berhala-berhala disekitar Ka’bah tanpa ada perlawanan.
Pada tahun 632 M, Nabi Muhammad melakukan kunjungan terakhirnya ke Mekah, dan
pidatonya telah direkam dalam tulisan – tulisan tradisional sebagai pernyataan terakhir
risalahnya : “ Ketahuilah bahwa setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dan
bahwa seluruh muslim bersaudara. Pertempuran antara mereka haruslah dihindari, dan darah
yang ditumpahkan pada masa jahiliyah tidak harus ditebus; kaum Muslim hendaknya
memerangi semua manusia hingga mereka bersaksi ‘ Tiada Tuhan selain Allah.”
Dua bulan setelah itu Nabi menderita demam. Dan pada hari Senin tanggal 12 Rabiul
awal tahun 11 H atau pada tanggal 8 Juni 632 M, Nabi Muhammad wafat di rumah istrinya
Aisyah.

B.Masa Kekhalifahan.
Setelah Muhammad wafat terjadi kebingungan dikalangan pengikutnya. Pada
pertemuan para sahabat terdekat dan pemimpin kabilah, ada satu dari kelompok pertama yang
dipilih sebagai pengganti Nabi sebagai khalifah yaitu sahabat awal yang telah melakukan
hijrah bersama Nabi. Abu bakar dipilih sebagai khalifah pertama menggantikan peran Nabi
Muhammad. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah Nabi wafat untuk
menggantikan tugas-tugas Nabi sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.
Abu Bakar menjadi khalifah hanya selama dua tahun, masa yang singkat itu
dihabiskannya untuk menyelesaikan masalah dalam negeri terutama masalah yang datang
dari suku – sukubangsa Arab yang tidak mau tunduk kepada pemerintahan Abu Bakar.
Mereka menganggap, bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammaddengan
sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka
membahayakan agama dan pemerintahan, maka Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini
dengan cara perang Riddah atau perang melawan kemurtadan.
Sepeninggal Abu Bakar ditunjuklah Umar ibn Khatab sebagai khalifah . Umar
menyebut dirinya Khalifah Khalifati Rosulillah ( Pengganti dari pengganti Rosulullah ). Ia
juga memperkenalkan istilah Amir al- Mu’minin ( Komandan yang beriman ).
Di zaman Umar gelombang ekspansi pertama terjadi, dengan memakai Syiria sebagai
basis, ekspansi diteruskan ke Mesir. Dengan demikian pada kepemimpinan Umar, wilayah
kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, sebagian besar wilayah
Persia dan Mesir.
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi
negara dengan mencontoh administrasi yang berkembang terutama di Persia. Administrasi
pemerintahan diatur menjadi delapan propinsi yaitu : Mekah, Madinah, Syiria, Basrah,
Kufah, Palestina, dan Mesir. Ditertibkan pula sistem pembayaran gaji dan pajak tanah.
Umar juga berhasil merebut kembali imperium Bizantium dab Sassaniyah yang dulu
pernah ditaklukan akibat penyerbuan-penyerbuan barbar pada tahun 629 M karena karena
ketangkasan pasukan Umar. Khalifah Umar juga menciptakan sebuah sistem pengajian bagi
mereka yang telah berperang dijalan Islam, diatur menurut prioritas konversi dan
pengaibdian.
Umar memeritah selama 10 tahun ( 13-23 H/634-644M ). Masa jabatannya berakhir
dengan kematian. Umar dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’lu’ah.
Di masa pemerintahan Usman ( 644-655 M ). Perintahan Usman berlangsung selama
12 tahun. Pada separoh pemerintahan Usman, muncul perasaan kecewa dan tidak puas
dikalangan umat Islam terhadapnya. Salah satu penyebab banyak rakyat Usman kecewa
terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam
kedudukan tinggi.
Setelah Usman wafat masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai
Khalifah. Setelah menduduki jabatan khalifah Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh
Usman. Ali kembali menerapkan sistem pajak yang pernah ditetapkan Umar. Karena alasan
Ali tidak menghukum para pembunuh Usman maka terjadilah pemberontakan Thalhah,
Zubair, Aisyah.
Ali merasa dihadapkan dengan oposisi ganda. Keluarga Usman melawannya,
demikian pula pihak lain menolak keabsahan pemilihannya. Perjuangan menggapai
kekuasaan di Madinah meluas ke dalam kota-kota kamp. Ali menyatakan dirinya sebagai
khalifah di Kufah, sedangkan para pembangkang berada di Basrah. Nmaun tantangan baru
berasal dari Suriah di mana gubernunya Mu’awiyah ibn Abi Sufyan melawannya, maka
mereka sepakat diadakan arbitrasi melalui para delegasi dari kedua belah pihak.
Diujung masa pemerintahan Ali, umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik,
yaitu Muawiyah, Syi’ah ( pengikut Ali ), dan Khawarij (orang yang keluar dari barisan Ali ).
Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H ( 660 M ), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota
Khawarij.
Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan Khulafa’uf Rasyidin.
Faktor- faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah :

1. Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.

2. Dalam diri para sahabat nabi tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan
ajaran-ajaran Islam keseluruh penjuru dunia. Disamping itu, suku-suku bangsa Arab
gemar berperang.

3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu,
mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi
peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri
masing-masing.

4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya


kemerdekaan bagi rakyat.

5. Islam datang ke daerah – daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan
toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.

6. Bangsa Sami di Syiria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa
Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa.

7. Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah –daerahyang kaya. Kekayaan itu membantu
penguasa Islam untuk membiayai ekspansi kedaerah yang lebih jauh.
C. Masa Bani Umayyah
Kekuasaan Muawiyah menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintahan yang
besifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis ( kerajaan turun temurun). Kekuasaan
Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan Muawiyah dari
Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Muawiyah dapat
menguasai dapat menguasai daerah Khurasan sampai sunga Oxus dan Afganistan. Angkatan
lautnya melakukan serangan-serangan ibu kota Bizantium, Konstantinopel, bahkan sampai ke
India.
Ekspansi ke Barat dilanjutkan olehAl –Walid ibn Abdul Malik hingga ke benua
Eropa. Dengan keberhasilan ekspansi kebeberapa daerah wilayah kekuasaan Bani Umayyah
betul-betul sangat luas.
Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Husein ibn Ali. Husein diangkat
golongan Syi’ah Irak menjadi khalifah. Khalifah Umar ibn Abd Al-Azizyang diangkat oleh
Bani Umayyah berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi’ah. Pada tahun 750 M
daulat Umayyah digulingkan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim Al-
Khurasani.
Beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawa
kepada kehancuran adalah :

1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan yang lebih menekankan pada
aspek senioritas.

2. Latar belakang berdirinya Bani Umayyah juga didasari oleh konflik yang terjadi
pada masa Ali.

3. Pertentangan kaun etnis Arab yang semakin meruncing, meyebabkan Bani


Umayyah membina persatuan dan kesatuan.

4. Sikap hidup mewah dilingkungan istana.

5. Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas ibn dari Bani
Hasyim dan golongan Syi’ah.
D. Khalifah Bani Abbas
Dinamakan khalifah Abbasiyah karenapenguasa dinasti ini adalah keturunan Al-
Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang
cukup lama dari tahun 132 H ( 750 M) s.d. 656 H ( 1258 M ). Masa pemerintahan Bani
Abbas dibagi menjadi lima periode yaitu :

1. Periode Pertama ( 132 H/750 M – 232 H/847 M ) disebut periode pengaruh Persia
pertama.

2. Periode Kedua ( 232 H/847 M -334 H/945 M ), disebut masa pengaruh Turki pertama.

3. Periode Ketiga ( 334 H/945 M – 447/1055 M ) disebut masa pengaruh Persia kedua.

4. Periode Keempat ( 447 H/1055 M – 590 H/ 1194 M )masa kekuasaan dinasti Bani
Saljuk atau masa pengaruh Turki kedua.

5. Periode Kelima ( 590 H/ 1194 M – 656 H/1258 M ) masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaan hanya efektif disekitar Bagdad.
Pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya pada masa periode pertama
dibawah kepemimpinan Abu Ja’far Al- Mansur ( 754-775 M ). Al-Mansur memindahkan ibu
kota ke negara yang baru di bangunnya yaitu Bagdad yang berada ditengah-tengah bangsa
Persia. Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya dizaman khalifah Harun Al-Rasyid
( 786-809 M ). Harun Al-Rasyid banyak membangun Rumah sakit, lembaga pendidikan. Al-
Mu’tashim ( 833-842 M ) adalah khalifah setelah Harun Al-Rasyid yang memberikan
peluang kepada orang-orang Turki untuk masuk kedalam pemerintahan. Tentara-tentara
dibina secara khusus agar menjadi prajurit-prajurit yang profesional.
Pada masaBani Abbas lembaga pendidikan dibagi menjadi dua tingkat yaitu :

1. Maktab/Kuttab dan masjid adalah lembaga pendidikan terendah tempat anak-anak


belajar mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan,tulisan, dan agama.

2. Tingkat pedalaman. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau di rumah-


rumah ulama yang bersangkutan.
Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan. Kemajuan ini juga ditentukan oleh dua halyaitu :

a. Terjadinya similasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.

b. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase Harun Al- Rasyid, fase
kedua mulai masa khalifah Al- Ma’mun hingga 300 H, dan fase ketiga berlangsung
setelah tahun 300 H.

Pada masa Bani Abbas inilah bermunculan ilmuan- ilmuan Islam yang berkecimpung
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti : Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibn Rusyd adalah
tokoh yang terkenal dalam bidang ilmu filsafat. Al – F arabi juga terkenal di bidang
astronomi.
Di dalam setiap masa perkembangan Islam baik pada masa Nabi, masa Khalifah dan
pada masa kejayaan Bani Umayyah dan Dinasti Bani Abbas dapat disimpulkan beberapa
faktor yang mempengaruhi kemajuan Islam dan faktor yang memepengaruhi
kemunduran Islam.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kemajuan Islam antara lain :

1. Islam masuk ke setiap penjuru daerah dengan membawa ajaran kebaikan tanpa ada
pemaksaan kepada rakyat untuk menganut atau mengikuti ajaran Islam.

2. Islam sangat mencintai kedamaian.

3. Banyak umat Islam yang berpikiran maju, dan senang akan menuntut Ilmu sehingga
umat Islam pada masa tersebut mampu menguasai bidang- bidang pengetahuan
mengalahkan bangsa Eropa.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kemunduran Islam adalah :

1. Masih banyak perselisihan antar suku

2. Sikap fanatik terhadap suatu golongan atau kepemimpinan tertentu sehingga apabila
terjadi ketidakcocokan akan mudah menimbulkan pemberontakan

3. Sikap para pemimpin yang lebih mengutamakan saudara-saudaranya untuk dipilih


dalam suatu pemerintahan

4. Sikap hidup mewah para penghuni istana

5. Ekspansi bangsa barat oleh bangsa Eropa


MATERI II
Masa Kemajuan dan Keemasan Islam Masa Kekhalifahan Rasulullah dan Khalifah Rasyidah

Rasullulah SAW wafat pada 2 Rabiul Awal 11 H tanpa meninggalkan surat wasiat kepada
seseorang untuk eneruskan kepemimpinannya (keKhalifahan). Sekelompok orang
berpendapat bahwa Abu bakar lebih berhak atas kekhalifahan
karena Rasulullah meridhainya dalam soal-soal agama, salah satunya dengan mengimami
shalat berjamaah selama beliau sakit.

Oleh karena itu, mereka menghendaki agar Abu bakar memimpin urusan keduaniaan, yakni
kekhalifahan. Kelompok yang lain berpendapat bahwa orang yang paling berhak atas
kekhalifahan adalah Ahlul bait Rasulullah SAW, yaitu Abdullah bin Abbas atau Ali bin Abu
Thalib.

Selain itu, masih ada sekelompok lain yang berpendapat bahwa yang paling berhak atas
kekhalifahan adalah salah seorang kaum Quraisy yang termasuk dalam kaum Muhajirin
gelombang pertama. Kelompok lainnya berpendapat, bahwa yang paling berhak atas
kekhalifahan yaitu kaum Anshar. Ada tiga golongan yang bersaing keras terhadap perebutan
kepemimpinan ini, yaitu Anshar, Muhajirin dan keluarga Hasyim.

Dalam pertemuan dibalai pertemuan Bani Saidah di Madinah, kaum Anshar mencalonkan
Saad bin Ubadah, pemuka Kazraj, sebagai pemimpin umat. Sedangkan, Muhajirin mendesak
Abu Bakar sebagai calon mereka karena dipandang paling layak untuk menggantikan nabi.
Di pihak lain, terdapat sekelompok orang yang menghendaki Ali bin Abi Thalib, karena nabi
telah merujuk secara terang-terangan sebagai penggantinya, di samping Ali merupakan
menantu dan kerabat nabi.

Masing-masing golongan merasa paling berhak menjadi penerus nabi. Namun, berkat
tindakan tegas dari tiga orang, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin
Jarrah yang dengan melakukan semacam kudeta (coup detat) terhadap kelompok, memaksa
Abu Bakar sendiri sebagai deputi nabi. Besar kemungkinan tanpa intervensi mereka
persatuan umat yang menjadi modal utama bagi hari depan komunitas muslim yang masih
muda itu berada dalam tanda tanya besar.

Dengan semangat ukhuwah Islamiyah, terpilihlah Abu Bakar, Ia adalah orang Quraisy yang
merupakan pilihan ideal karena sejak pertama menjadi pendamping nabi, ia sahabat yang
paling memahami risalah Muhammad, bahkan ia merupakan kelompok as-sabiqun al-
awwalun yang memperoleh gelar Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq (13/632-634 M)

Abu Bakar, nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafa AtTamimi. Dia memangku
jabatan khalifah selama dua tahun lebih sedikit, yang dihabiskannya terutama untuk
mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang muncul akibat wafatnya nabi. Terpilihnya
Abu Bakar telah membangun kembali kesadaran dan tekad umat untuk bersatu melanjutkan
tugas tugas mulia nabi.

Ia menyadari bahwa kekuatan kepemimpinannya bertumpu pada komunitas yang besatu ini,
yang pertama kali menjadi perhatian khalifah adalah merealisasikan keinginan nabi yang
hampir tidak terlaksana, yaitu mengirimkan ekspedisi ke perbatasan Suriah di bawah
pimpinan Usamah. Hal tersebut dilakukan untuk membalas pembunuhan ayahnya, Zaid, dan
kerugian yang diderita oleh umat Islam dalam perang Mutah.

Sebagian sahabat menetang kersa rencana ini, tetapi khalifah tidak peduli. Nyatanya ekpedisi
itu sukses dan membawa pengaruh positif bagi umat Islam, khususnya di dalam
membangkitkan kepercayaan diri mereka yang nyaris pudar.

Hal menarik dari Abu Bakar, bahwa pidato inaugurasi yang diucapkan sehari setelah
pengangkatannya, menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen Abu Bakar terhadap nilai-
nilai Islam dan Strategi meraih keberhasilan tertinggi bagi umat sepeninggal Rasulullah.

Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu,padahal aku bukanlah
orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik,
bantulah (ikutlah) aku, tetapi jika aku nerlaku salah, maka luruskanlah! Orang yang kamu
anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya. Sedangkan
orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya
kepadanya. Maka hendakklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-
Nya, namun bila mana aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak perlu
mematuhiku," kata Abu bakar dalam pidato inauguarsinya.

Kebijakan Abu Bakar selama memimpin, yaitu engiriman pasukan dibawah Pimpinan
Usamah ke Romawi, Memberantas Pembangkang zakat. Kemudian Perang Riddah dan
pengumpulan Al-Quran, Perluasan wilayah ke Irak, Syiria, Hirab, Memerangi Nabi palsu,
Kekuasaan bersifat sentralistik, legislatif, eksekutif dan yudikatif juga hukum dipegang
langsung oleh khalifah, beliau wafat pada hari Senin, 23 Agustus 624 M, setelah lebih kurang
selama 15 hari terbaring di tempat tidur. Ia berusia 63 selama kekhalifahannya berlangsung 2
tahun 5 bulan 11 hari. karena sakit dan mewasiatkan agar Umar menggantikan
sepeninggalnya.

Umar Bin Khatthab (13-23 H/634-644 M)

Umat bin Khatthab nama lengkapnya adalah Umar Bin Khatthab bin Nufail keturunan Abdul
Uzza Al-Quraisy dari suku Adi; salah satu suku yang terpandang mulia. Umar dilahirkan di
Mekah empat tahun sebelum kelahiran Nabi SAW. Umar masuk Islam pada tahun kelima
setelah kenabian, dan menjadi salah satu sahabat terdekat Nabi SAW. Kemudian oleh
Rasulullah dijadikan sebagai tempat rujukan oleh nabi mengenai hal-hal yang penting. Ia
dapat memecahkan masalah yang rumit tentang siapa yang berhak menggantikan Rasulullah
dalam memimpin umat setelah wafatnya Rasulullah SAW.

Dengan memilih dan menbaiat Abu Bakar sebagai khalifah Rasulullah sehingga ia mendapat
penghormatan yang tinggi dan dimintai nasihatnya serta menjadi tangan kanan khalifah yang
baru itu. Sebelum meninggal dunia, Abu Bakar telah menunjuk Umar bin Khatthab menjadi
penerusnya. Rupanya masa dua tahun bagi khalifah Abu Bakar belumlah cukup menjamin
stabilitas keamanan terkendali, maka penunjukkan ini dimaksudkan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya perselisihan di kalangan umatnya.

Umar bin Khatthab menyebut dirinya Khalifah Khalifati Rasulillah atau pengganti dari
pengganti Rasulullahh. Ia juga mendapat gelar Amir Al Mukminin (komandan orang-orang
beriman) sehubungan dengan penaklukan-penaklukan yang berlangsung pada masa
pemerintahannya. Khalifah Umar juga meletakkan prinsip-prinsip demokratis dalam
pemerintahannya dengan membangun jaringan pemerintahan sipil yang sempurna.

Kekuasaan Umar tidak memberikan hak istimewa tertentu. Tiada istana atau pakaian
kebesaran, baik untuk Umar sendiri maupun bawahannya sehingga tidak ada perbedaan
antara penguasa dan rakyat, dan mereka setiap waktu dapat dihubungi oleh rakyat. Kehidupan
khalifah memang merupakan penjelmaan yang hidup dari prinsip-prinsip egaliter dan
demokratis yang harus dimiliki seorang kepala Negara.

Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun lebih 6 bulan 4 hari. Kematiaanya sangat tragis,
seorang budak bangsa Persia bernama Fairus atau Abu Luluah secara tibatiba menyerang
dengan tikaman pisau tajam kea rah khalifah yang akan mendirikan shalat subuh yang telah
ditunggu oleh jamaahnya di masjid Nabawi di pagi buta itu. Khalifah terluka parah, dari para
pembaringannya ia mengangkat Syura (komisi pemilih) yang akan memilih penerus tongkat
kekhalifahannya. Khalifah Umar wafat 3 hari setelah penikaman atas dirinya, yakni 1
Muharam 23 H/644 M.

Usman Bin Affan (23-36 H/644-656 M)

Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan, Nama lengkapnya ialah Utsman bin Affan bin Abil
Ash bin Umayyah dari suku Quraisy. Ia memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar, dan
menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi SAW. Meski memiliki kekayaan melimpah tapi
Usman berlaku sederhana, dan sebagian besar kekayaannya digunakan untuk kepentingan
Islam. Ia mendapat julukan zun nurain, artinya yang memiliki dua cahaya, karena menikahi
dua putrid Nabi SAW secara berurutan setelah salah satu meninggal.

Selain itu. Usman juga merasakan penderitaan yang disebabkan oleh tekanan kaum Quraisy
terhadap kaum muslimin Mekah, dan ikut hijrah ke Abenesia beserta istrinya.Utsman
menyumbang 950 ekor unta dan 50 bagal serta 1000 dirham dalam ekspedisi untuk melawan
Bizantium di perbatasan Palestina. Ia juga membeli mata air orang-orang Romawi yang
terkenal dengan harga 20.000 dirham untuk selanjutnya diwakafkan bagi kepentingan umat
Islam, dan pernah meriwayatkan hadis kurang lebih 150 hadis.
Seperti halnya Umar, Utsman diangkat menjadi khalifah melalui proses pemilihan. Bedanya,
Umar dipilih atas penunjukan langsung sedangkan Utsman diangkat atas penunjukan tidak
langsung, yaitu melewati badan Syura yang dibentuk oleh Umar menjelang wafatnya.
Karya monumental Utsman lain yang dipersembahkan kepada umat Islam ialah penyusunan
kitab suci Alquran.

Penyusunan Alquran dimaksudkan untuk mengakhiri perbedaan-perbedaan serius dalam


bacaan Alquran. Disebutkan bahwa selama pengiriman ekspedisi militer ke Armenia dan
Azerbaijan, perselisihan tentang baccan Alquran muncul dikalangan tentara muslim,
sebagiannya direkrut dari Suriah dan sebagian lagi dari Irak.

Adapun ketua dewan penyusunan Alquran, yaitu Zaid bin Tsabit, sedangkan yang
mengumpulkan tulisan-tulisan Alquran antara lain adalah dari Hafsah, salah seorang istri
Nabi SAW. Kemudian dewan itu membuat beberapa salinan naskah Alquran untuk
dikirimkan ke berbagai wilayah kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk masa
selanjutnya.

Sekelompok orang mengepung rumah khalifah, dan membunuhnya ketika Khalifah Utsman
sedang membaca Alquran, pada tahun 35 H/17 juni 656 M.

Ali Bin Abi Thalib (36-41 H/656-661 H)

Khalifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dari menantu nabi. Ali
putra Abi Thalib bin Abdul Muthalib. Ia sepupu nabi SAW yang telah ikut bersamanya sejak
bahaya kelaparan mengancam kota Mekah, demi untuk membantu keluarga pamannya yang
mempunyai banyak putra. Abbas, paman nabi yang lain membantu Abu Thalib dengan
memelihara Jafar, anak Abu Thalib yang lain. Ia telah masuk Islam pada usia sangat muda.

Ketika nabi menerima wahyu yang pertama, menurut Hasan Ibrahim Hasan Ali berumur 13
tahun, atau 9 tahun menurut Mahmudunnasir. Ia menemani nabi dalam perjuangan
menegakkan Islam, baik di mekah maupun di Madinah, dan ia diambil menantu oleh Nabi
SAW dengan menikahkannya dengan Fathimah, salah seorang putri Rasulullah, dan dari sisi
keturunan Nabi SAW berkelanjutan. Karena kesibukannya merawat dan memakamkan
jenazah Rasulullah SAW, ia tidak berkesempatan membaiat Abu Bakar sebagai khalifah,
tetapi ia baru membaiatnya setelah Fathimah wafat.

Ali adalah seorang yang memiliki banyak kelebihan, selain itu ia adalah pemegang
kekuasaan. Pribadinya penuh vitalitas dan energik, perumus kebijakan dengan wawasan yang
jauh ke depan. Ia adalah pahlawan yang gagah berani, penasihat yang bijaksana, penasihat
hukum yang ulung, dan pemegang teguh tradisi, seorang sahabat sejati, dan seorang lawan
yang dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir hayatnya dan merupakan orang kedua
yang berpengaruh setelah Muhammad.

Tugas pertama yang dilakukan oleh Khalifah Ali ialah menghidupkan cita-cita Abu Bakar
dan Umar, menarik kembali semua tanah hibah yang telah di bagikan oleh Utsman kepada
kaum kerabatnya ke dalam kepemilikan negara. Ali juga segera menurunkan semua gubernur
yang tidak disenangi rakyat. Utsman bin Hanif diangkat menjadi penguasa Basrah
menggantikan Ibnu Amir, dan Qais bin Saad dikirim ke Mesir untuk menggantikan gubernur
negeri itu yang dijabat oleh Abdullah. Gubernur Suriah, Muawwiyah, juga diminta
meletakkan jabatan, tetapi ia menolak perintah Ali, bahkan ia tidak mengakui
kekhalifahannya.

Tepat pada 17 Ramadhan 40 H (661), khalifah Ali terbunuh pembunuhnya adalah Ibnu
Muljam, seorang anggota Khawarij yang sangat fanatik. Pada tanggal 10 Ramadhan 40 H
(660 M) masa pemerintahan Ali berakhir.

MATERI III
Perkembangan Islam Pada Masa Daulah Umayyah
 Latar Belakang
 Umat islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang gemilang. Banyak prestasi yang
mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang
lebih kompleks, terutama dalam hal kemajuan intelektual.Dalam masa lebih dari tujuh abad
kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaan disana. Banyak prestasi
yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian membawa dunia
kepada kemajuan yang lebih kompleks.
 Islam di Spanyol telah mencatat suatu lembaran budaya yang sangat brillian dalam
bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui Ilmu
Pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan Ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M, selama pemerintahan penguasa bani
Umayyah yang ke-5 Muhammad Bin Abdurrahman (832-886M).
 Sehingga di Cordova banyak perpustakaan dan universitas-universitasnya yang
mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang
dilakukan pemimpin dinasti bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk
melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.Misalnya dengan lahirnya filsafat
terkenal seperti Ibnu Rusyd dari Cordova yang sangat berpengaruh.[1]

Asal Nama Andalusia Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711M melalui jalur
Afrika Utara. Spanyol belum kedatangan Islam dikenal dengan nama Iberia/Asbania,
kemudian disebut Andalusia ketika negeri itu dikuasai bangsa Vandal. Dari kekuasaan
Vandal itulah orang Arab menyebutnya Andalusia.[2]
 
 Proses Umat Islam Masuk ke Andalusia
 Penakhlukan Spanyol oleh pasukan Islam terjadi pada masa khalifah al-Walid Bin Abdul
Malik, dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Dibawah pemerintahan
kerajaan Visigoth , Cordova yang sebelumnya makmur, menjadi mundur. Kemakmurannya
bangkit kembali di masa kekuasaan Islam. Pada tahun 756M, kota ini menjadi ibukota dan
pusat pemerintahan bani Umayyah di Spanyol, setelah bani Umayyah di Damaskus jatuh ke
tangan bani Abbas tahun 750M.[3] Sebelum penakhlukan Spanyol, umat Islam telah
menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti bani
Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di Zaman Khalifah Abd
Malik (685-705M). Khalifah Abd Malik mengangkat Ibn Nu'man al Ghassani menjadi
gubernur di daerah itu. Pada masa khalifah Al Walid, Hasan Ibnu Nu'man sudah digantikan
oleh Musa Ibn Nushair. Di saat Al-Walid berkuasa, Musa IbnNushair Sukses memperluas
wilayah kekuasaannya dengan menduduki daerah Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga
menyempurnakan penakhlukan ke berbagai wilayah bekas kekuasaan bangsa Barbar di
sejumlah pegunungan sehingga mereka menyatakan loyal dan berjanji tidak akan membuat
kekacaauan seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya. Penakhlukan wilayah Afrika
Utara hingga menjadi salah satu propinsi dari Khalifah bani Umayyah membutuhkan waktu
selama 53 tahun, sejak tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah Ibnu Abi Sofyan) sampai
tahun 83 H (masa Al Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, kawasan itu
merupakan basis kekuasaan kerajaann Romawi, yaitu Kerajaan Ghotic. Kerajaan ini
seringkali mendatangi penduduk dan mendorong mereka untuk membuat kerusuhan dan
menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini dapat dikuasai secara total, umat Islam
mulai memusatkan perhatiannya untuk menakhlukkan Spanyol. Dari sini dapat diketahui
bahwa penakhlukan Afrika Utara adalah batu loncatan bagi kaum Muslimin untuk menguasai
wilayah Spanyol.[4] Dalam sejarah penguasaan Spanyol, ada tiga pahlawan Islam yang
sangat berjasa dalam proses penguasaan Islam di Spanyol. Mereka adalah Tharif Ibn Malik ,
Thariq Ibn Ziyad , dan Musa Ibn Nushair. Tharif dinilai sebagai perintis dan penyelidik
wilayah Spanyol karena ia merupakan orang pertama yang sukses menyebrangi selat antara
Maroko dan benua Eropa. Ia pergi bersama satu pasukan perang berjumlah lima ratus orang
dengan menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu, Tharif
menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang banyak jumlahnya.
Atas keberhasilan Tharif itu ada dorongan besar untuk Musa Ibn Nushair mengirim pasukan
lagi sebanyak 7000 orang ke Spanyol di bawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad.[5]Thariq Ibn
Ziyad lebih terkenal sebagai penakhluk Spanyol sebab jumlah pasukannya lebih besar dan
efeknya pun lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung
oleh Musa Ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah Al
Walid. Pasukan itu kemudian menyebrangi selat dibawah pimpinan Tahriq Ibn Ziyad.
Gunung tempat pertama kaliThariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya
hingga kini dapat dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).[6]Thariq Ibn Ziyad berhasil
mengalahkan raja Roderick dalam pertempuran di wilayah Bakkah tepatnya 19 Juli 711M.
Selanjutnya Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting disana, sseperti
Cordova , Granada , dan Toledo. Kekalahan pasukan Roderick menurut Syalabi disebabkan
karena pasukannya itu terdiri dari para hamba sahaya dan oraang-orang lemah. Selain itu,
diantara mereka pula ada musuh-musuh Roderick. Ditambah lagi , orang-orang Yahudi
secara rahasia juga mengadakan persekutuan dengan kaum Muslimin. Kemenangan pertama
yang diperoleh Thariq Ibn Ziyad merupakan jalan lapang untuk penaklukan wilayah yang
lebih luas lagi. Untuk itu, Musa Ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang
pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang
besar, ia menyebrangi beberapa selat. Satu demi satu kota yang dilewatinya berhasil dikuasai.
Setelah Musa berhasil menakhlukkan Sidonia,Karmona,Seville, dan Merida serta
mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela , ia bergabung dengan
Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol.
Termasuk bagian utaranya, mulai Saragosa sampai Navarre.Disaat seluruh wilayah Afrika
Utara sudah dikuasai dan kekuasaan kerajaan Gothic mulai melemah, lompatan berikutnya
adalah penguasaan daerah Spanyol yang berada di Seberang. Kerjasama satu tim dan
keterlibatan aktif pimpinan pusat dan pelaksana lapangan telah membuahkan hasil maksimal
dalam perluasan kekuasaan Islam di Spanyol.
 Perkembangan Peradaban Islam di Andalusia Pada Masa Bani Umayyah II
Pada tahun 99 H/711M , gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa
pemerintahan  Khalifah Umar Ibn Abdil Aziz, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar
pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum
Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini , telah menjangkau seluruh
Spanyol dan dan melebar jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting
lainnya.Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu
tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal. Faktor eksternalnya antara
lain pada masa penakhlukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik , dan
ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan.[7]Begitu juga dengan adanya
perebutan kekuasaan diantara elite pemerintahan, adanya konflik umat beragama yang
menghancurkan kerukunan dan toleransi diantara mereka.[8]Kondisi terburuk terjadi pada
masa pemerintahan Raja Roderick, raja terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran
Ghot adalah ketika raja Roderick memindahkan Ibukota negaranya dari Seville ke Toledo,
sementara Witiza yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo diberhentikan begitu
saja. Hal yang menguntungkan tentara islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang
terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu orang
Yahudi yang selama ini tertekan juga telah mengadakan persekutuan dan memberikan
bantuan bagi kaum Muslimin.Adapun faktor Internalnya yaitu suatu kondisi yang terdapat
dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh perjuangan dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penakhlukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang
kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Sikap toleransi agama dan
persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin itu menyebabkan penduduk
Spanyol menyambut.Peradaban bani Umayyah II di Andalusia menghasilkan beberapa
struktur politik dan kepemerintahan, yaitu :Politik dan Pemerintahan ( Masa
Wali,Keamiran,Masa Khalifah)Masa WaliPada masa ii , Spanyol berada dibawah
pemerintahan para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus. Pada masa ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna,
gangguan-gangguan masih sering terjadi baik datang dari dalam maupun luar. Gangguan dari
dalam antara lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis
dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan terhadap Khalifah di Damaskus
dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa
merekalah yang berhak menguasai daerah Spanyol ini.Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali
pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan
seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama
antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri, terdapat dua golongan
yang terus-menerus bersaing, yaitu suku Qaisy (Arab Utara) , dan Arab Yunani ( Arab
Selatan ).  Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak
ada figur yang tangguh.  Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada Gubernur yang
mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang lama.Gangguan dari luar
datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah
pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini
terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu
mengusir Islam di Spanyol.Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang
menghadapi musuh luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan
pembangunan dipandang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya
Abd Al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 13H/755M.[9]  Masa KeamiranPada masa
ini Spanyol dibawah pemerintahan seorang yang bergelar amir(panglima atau gubernur)
tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah
Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun
138H/755M dan diberi gelar al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Ia berhasil mendirikan
dinasti bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalahAbd
Al-Rahman Al-DakhilHisyam IHakam IAbd Rahman al-AusathMuhammad Ibn Abd al-
RahmanMunzir Ibn MuhammadAbdullah Ibn Muhammad
 
Pada masa ini Islam di Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik dibidang politik
maupun bidang peradaban. Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam
bidang kemiliteran. Dialah yang memprakasai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd
al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga
mulai pada periode ini. Terutama di zaman Abdurrahman al-Ausath.
 
Pada pertengahan abad ke-9, stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen
fanatik yang mencari kesahidan (Martyrdom). Gangguan politik yang paling serius pada masa
ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M
membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu sejumlah orang
yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan
yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga.
Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering
terjadi.[10]Namun ada yang berpendapat pada masa ini dibagi menjadi dua, yaitu masa
keamiran (755-912M) dan masa kekhalifahan (912-1013M).[11]
 
 Masa Khalifah (912-1013M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir
sampai munculnya raja-raja kelompok yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif.
Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan gelar
Khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa al-
Muktadir , khalifah daulat bani Abbas meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah
sedang kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk
memakai gelar Khalifah yang telah hilang dari kekuasaan bani Umayyah selama 150tahun
lebih. Selain itu kelahiran Daulah Fatimiyah yang mengamalkan ajaran Syi'ah di Afrika Utara
yang bergelar Khalifah, membuat Abd al-Rahman III berniat mengikutinya dengan memakai
gelar Khalifah juga. Karena itulah, gelar ini dipakai Abd al-Rahman III mulai tahun 929
M.Dengan dilantiknya Abd al-Rahman III sebagai Khalifah maka pada masa itu dunia Islam
mempunyai tiga Khalifah, satu di Baghdad, satu di Afrika Utara , dan satu lagi di Spanyol.
Setelah masa krisis selama 60 tahun, zaman baru dibangkitkan Abdurrahman al-
Nashir (912-961M) dan anaknya Hakam II (961-976M). Masa ini berlangsung selama 64
tahun.Segera setelah dilantik usaha yang dilakukan Abd al-Rahman III pertama kali
ditujukan kepada pengukuhan kesatuan dan stabilitas dalam negeri. Begitu ia dilantik ia
mengirim utusan kepada gubernur-gubernur yang ada di semenanjung Iberia dan mengajak
mereka untuk memberikan bai'at kepadanya. Sebagian diantara mereka menyambut seruan itu
dengan baik, dan sebagian yang lain tidak memperdulikannya. Dalam menghadapi
penentangnya, Abdurrahman III menumpasnya dengan militer sehingga dalam jangka 10
tahun umat Islam Spanyol bersatu kembali. Pada periode ini, umat Islam Spanyol mencapai
puncak kemajuan dan menyaingi kejayaan daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman III
membangun beberapa buah istana dan memajukan pertanian rakyat. Rakyat taat kepadanya
dan semua orang merasa damai hidup dibawah pimpinannya. Ia juga mewajibkan penguasa-
penguasa Kristen membayar upeti ke Cordova. Pada masa kekuasaannya, Cordova
merupakan pusat kebudayaan Islam yang penting di Barat sebagai tandingan Baghdad di
Timur. Kalau di Baghdad ada bait al-Hikmah, serta madrasah Nizamiyah, dan Kairo ada al-
Azhar serta Dar al-Hikmah, maka di Cordova ada Universitas Cordova sebagai pusat Ilmu
Pengetahuan. Perpustakaannya mengandung ratusan ribu buku.[12] Di Cordova terdapat
113.000 rumah, 70 perpustakaan , sejumlah toko buku dan masjid, bermil-mil jalan aspal
yang membuat Cordova memperoleh popularitas Internasional dan kekaguman para
pengunjungnya. Banyak perutusan diplomatik berkumpul di Cordova, baik dari dalam
maupun dari luar Spanyol.Abdurrahman an-Nasir dianggap para sejarawan sebagai
pengasas kedua kerajaan bani Umayyah di Andalusia setelah Abd al-Rahman al-Dakhil. Ia
juga dianggap sebagai pemimpin yang berwibawa dan teragung dikalangan para pemimpin
bani Umayyah atau Islam di Spanyol. Abdurrahman III dianggap sebagai sang penyelamat
imperium muslim Spanyol. Dengan berbagai kebijakan dan kemampuan Intelektualnya, maka
stabilitas nasional terkendali serta dapat menarik masyarakat Spanyol dengan tidak
menimbulkan jurang pemisah antara kelas dan golongan agama yang ada, sehingga benar-
benar tercipta suatu imperiumUmayyah yang damai dan kuat di Spanyol. Setelah memegang
kekuasaan selama 27tahun, ia meninggal dunia pada bulan oktober 961 M. Hakam II yang
bergelar Al Muntassir Billahmelanjutkan ayahnya. Ia berkuasa selama 15 tahun. Meskipun ia
pemimpin yang hebat dan terkenal, namun tidak menandingi kebesaran ayahnya. Ia
pemimpin yang sederhana, namun karena kondisi yang sudah makmur dan stabil
menyebabkan ia mudah melaksanakan tugasnya. Selama masa pemerintahannya, tidak
banyak terjadi penentangan, hanya sekali saja yaitu oleh kerajaan Kristen di Leon, Castille ,
dan Navarre. Karenanya al-Hakam II lebih terfokus pada bidang pembangunan khususnya di
bidang intelektual.[13] Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan
kemakmuran. Pembangunan kota berlangsug cepat. Ia seorang kolektor buku dan pendiri
perpustakaan. Tak kurang 400.000 manuskrip dalam perpustakaannya. Sehingga banyak
intelektual yang tertarik mendatanginya. Tahap terakhir pemerintahan bani Umayyah dimulai
dari tahun 976 hingga 1031 M. Yang melibatkan tujuh Khalifah. Diawali ketika Hisyam II
naik tahta, kemudian al-Muayyad , Muhammad II al-Muayyad , Sulaiman al Musta'in ,
Abd al-Rahman V , Muhammad al-Mustakfi dan Hisyam III al-Mu'tamid.Di
zaman Hisyam II(976-1013M) terdapat perubahan struktur politis. Hisyam II baru berusia 11
tahun ketika ia menduduki tahta. Karena usianya yang masih sangat muda,  ibunya yang
bernama Sultanah Subh dan sekretarisnya yang bernama Muhammad Ibn Abi
Amir mengambil alih tugas pemerintahan.Hisyam II tidak mampu mengatasi ambisi para
pembesar istana dalam merebut pengaruh dan kekuasaan. Menjelang tahun 981 M,
Muhammad Ibnu Abi Amir yang ambisius menjadikan dirinya sebagai penguasa
diktator.Dalam perjalanannya ke puncak kekuasaan ia menyingkirkan rekan-rekan dan
saingannya. Hal ini dimungkinkan karena ia mempunyai tentara yang setia dan kuat. Ia
mengirimkan tentara itu dalam berbagai ekspedisi yang berhasil menetapkan keunggulannya
atas para pangeran Kristen di Utara. Pada tahun itu juga Muhammad Ibnu Abi Amir memakai
gelar kehormatan al-Mansur Billah. Ia dapat mengharumkan kembali kekuasaan Islam di
Spanyol. Sekalipun ia hanya merupakan seorang penguasa bayangan. Kedudukan Hisyam II
tidak ubahnya seperti boneka, hal ini menunjukkan peranan khalifah sangat lemah dalam
memimpin negara. Dan ketergantungan kepada kekuatan orang lain mencerminkan bahwa
khalifah dipilih bukan tas kemampuan yang dimilikinya, melainkan atas dasar warisan turun
temurun.Hisyam II memang bukan orang yang cakap untuk mengatur negaram tindakannya
menimbulkan kelemahan dalam negeri. Ia tidak dapat membaca gejala-gejala pergerakan
Kristen yang akan mulai tumbuh dan mengancam kekuasaannya. Keadaan ini diperburuk
dengan meninggalnya al-Muzaffar pada tahun 1009 M yang dalam kurun waktu 6 tahun
masih dapat mempertahankan kekuasaan Islam di Spanyol. Al-Muzaffar kemudian digantikan
oleh Hajib al-Rahman Sancol. Karena ia tidak berkualitas dalam memegang jabatannya
sehingga dimusuhi penduduk dan kehilangan kesetiaan dari tentaranya. Akibatnya timbul
kekacauan, karena tidak ada orang atau kelompok yang dapat mempertahankan ketertiban di
seluruh negara. Akhirnya Hisyam II mema'zulkan diri pada tahun 1009M, yang kemudian
dipulihkan kembali tahtanya pada tahun berikutnya.Sejak itu sampai tahun 1013 M ia dan 6
orang anggota keluarga setengah Barber masing-masing menjabat khalifah sementara. Dalam
masa lebih 22 tahun, (1009-1031M) terjadi 9 kali pertukaran Khalifah. Tiga orang
diantaranya menduduki jabatan khalifah pada periode tersebut. Pada tahun 1031 khilafah
dihapuskan oleh orang-orang Cordova. Dalam beberapa tahun saja negara yang tadinya
makmur, dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran tottal. Pada tahun 1009M khalifah
mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang
dapat memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013M dewan menteri yang memerintah
Cordova menghapuskan jabatan Khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak
sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Inilah yang disebut al-Muluk al-
Thawaif.[14] 
  
Ekonomi dan Perdagangan
 Negara pada masa kekuasaan dinasti Umayyah II menggantungkan sebagian
besarpendapatannya dari bea ekspor dan impor. Seville , salah satu pelabuhan terbesar ,
mengekspor kapas , zaitun dan minyak. Di samping itu, mengimpor kain dan budak dari
Mesir serta para biduanita dari Eropa ke Asia. Barang-barang yang diekspor dari Malaga
meliputi kunyit, daun ara , marmer , dan gula.Negeri Andalusia menjadi salah satu daratan di
Eropa yang paling makmur dan paling padat penduduknya. Ibukota dipadati oleh sekitar
13000 tukang tenun dan sebuah industri kulit. Dari Andalusia, kerajinan seni hias timbul
dengan media kulit di bawa ke Maroko. Kemudian dibawa ke Prancis dan Inggris.
 Wol sutera tidak hanya ditenun di Kordoba, tetapi juga di Malaga, Almeria , dan
pusat-pusat kerajinan lainnya. Kerajinan tembikar,yang awalnya dikuasai Cina diperkenalkan
oleh kaum muslimin ke daratan Spanyol. Almeria juga memproduksi barang pecah belah dan
kuningan. Paterna di Valencia terkenal sebagai produsen tembikar. Jane dan Algave terkenal
sebagai produsen emas dan perak. Kordoba sebagai produsen besi dan timah, dan Malaga
sebagai produsen batu merah delima.Selain dunia industri, kemajuan dalam bidang pertanian
merupakan salah satu sisi keagungan umat Islam Andalusia dan menjadi hadiah abadi yang
diberikan orang Arab karena sampai sekarang taman-taman yang ada di Spanyol melestarikan
jejak orang Moor.
 Dalam kaitannya dengan alat bertransaksi jual beli, pemerintah mendirikan lembaga
pembuat mata uang. Model koin logamnya meniru motif-motif Timur, dengan Dinar sebagai
satuan emas, dan Dirham sebagai satuan perak.
 Sosial Kemasyarakatan
 Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
komunitas-komunitas Arab (utara dan selatan). Al-Muwalladun(orang-orang Spanyol yang
masuk Islam) , Barbar(umat islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk
daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada
penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi , Kristen Muzarebyang berbudaya
Arab, dan Kristen Penentang Kehadiran Islam. Semua komunitas itu kecuali yang terakhir,
memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang
melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra , dan pembangunan fisik di Spanyol.
 Ketika islam datang datang ke Spanyol, komposisi Masyarakat yang ada di negeri itu
cukup heterogen. Yang terdiri dari orang Arab, orang Arab-Spanyol, orang Afrika Utara, dan
orang Yahudi. Heterogenitas masyarakat tersebut belakangan diketahui memberikan saham
intelektual dan kebudayaan yang hebat yang kemudian melahirkan kembali era kebangkitan
ilmu pengetahuan dan peradaban.
 Heterogenitas komposisi masyarakat, diikuti dengan heterogenitas agama. Sementara
Islam datang dengan semangat toleransi begitu tinggi. Bahkan dengan semangat toleransi itu
Islam telah mengakhiri kedzaliman keagamaan yang sudah berlangsung sejak lama. Bagi
orang Kristen dan orang Yahudi disediakan hakim khusus yang sesuai dengan agama mereka
masing-masing. Semua kelompok agama dengan datangnya Islam, mendukung dan menyertai
pembangunan peradaban yang berkembang dengan gemilang.
 Adanya semangat kesatuan budaya Islam yang timbul pada pemikiran para ulama
dalam arti luas. Hal ini terbukti sekalipun dalam konstelasi politik, masyarakat Islam Spanyol
melepaskan diri dari Baghdad, dari banyaknya para ulama Spanyol yang mendalami ilmu di
Baghdad untuk dikembangkan kemudian di Spanyol.Persaingan antar al-Muluk al-Thawaif 
ternyata justru menyebabkan perkembangan peradaban. Kerajaan-kerajaan kecil disekitar
Cordova, semuanya bersaing ingin menandingi Cordova dalam hal kemajuan
IPTEK,sastra,seni, dan kebudayaan.
 Pendidikan dan IPTEK
 Banyak muslim Andalusia yang menuntut ilmu di negeri Islam belahan Timur dan
tidak sedikit pula ulama dari timur yang mengembangkan ilmunya di Andalusia.Prestasi umat
Islam dalam memajukan ilmu pengetahuan tidak diperoleh secara kebetulan, melainkan
dengan kerja keras melalui beberapa tahapan sistem pengembangan. Mulanya dilakukan
beberapa penerjemah kitab-kitab klasik Yunani, Romawi , India , dan Persia. Kemudian
dilakukan pensyarahan dan komentar terhadap terjemah tersebut, sehingga lahir komentator-
komentator muslim kenamaan. Setelah itu dilakukan koreksi teori-teori yang sudah ada, yang
acap kali melahirkan teori baru sebagai hasil renungan pemikir --pemikir muslim sendiri.
Oleh karena itu,  umat Islam tidak hanya berperan sebagai jembatan penghubung warisan
budaya lama dari zaman klasik ke zaman baru. Terlalu banyak teori orisinil temuan mereka
yang besar sekali artinya sebagai dasar ilmu pengetahuan modern.
 Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu tidak terlepas
kaitannya dari kerjasama yang harmonis antara penguasa,hartawan, dan ulama'. Umat Islam
di negara-negara Islam waktu itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan umumnya, merupakan salah satu kewajiban pemerintahan.Andalusia pada kala
itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju, sehingga hampir tidak ada
seorangpun penduduknya yang buta huruf. Dalam masa itu, Eropa Kristen baru mengenal
asas-asas pertama ilmu pengetahuan itupun terbatas hanya pada beberapa para pendeta saja.
Dari Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban Arab mengalir ke negara-negara Eropa
Kristen, melalui kelompok-kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di
universitas Cordoba,Malaga,Granada,Seville atau lembaga-lembaga ilmu pengetahuan
lainnya di Andalusia. Yang pada gilirannya kelak akan mengantarkan Eropa memasuki
periode baru masa kebangkitan.

 Bidang-bidang Ilmu Pengetahuan Yang Paling Menonjol Pada Masa Peradaban


Islam di Andalusia
 Sains Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika , astronomi , kimia , dan lain-lain juga
berkembang dengan baik. Abbas Ibn Farnashtermasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi.
Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim Ibn Yahya al-
Naqqashterkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana
matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang
dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad Ibn Ibasdari Cordova
adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan binti al-Abi Jafardan saudara
perempuan al-Hafizadalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.[15] Dalam
bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir
terkenal. Ibnu Jubairdari Falencia (1145-1228M) menulis tentang negeri-negeri Muslim
mediterania dan Sicilia dan Ibnu Batutahdari Tangier (1304-1377M). Mencapai samudra
pasai dan china. Ibnu al-Khatib (1317-1374M) menyusun riwayat Granada ,
sedangkan Ibnu Khaldundari Thunis perumus Filsafat sejarah. Semua sejarawan bertempat
tinggal di Spanyol, kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam
bidang Sains.Ilmu-Ilmu Fiqih dan Ilmu-ilmu Islam LainnyaMadzab fikih yang
berkembang di Cordova adalah Maliki. Madzab ini diperkenalkan oleh Ziyad Ibn Abd al-
Rahman Ibn Ziyad al-Lahmipada zaman Hisyam I Ibn Abd al-Rahman al-Dakhil.
Beliau adalah murid langsung Imam Malik Ibn Anasdi Madinah. Jejaknya kemudian diikuti
oleh Yahya Ibn Yahya al-Laitsi ,disamping sebagai murid Ziyad Ibn Abd al-Rahman,ia
juga berguru langsung kepada Imam Malik.Ia dikenal sebagai Mufti dinasti Umayyah.Ulama
besar yang hidup pada masa Umayyah Andalusia adalah Abu Muhammad Ibn Hazm, ia
hidup dalam kekuasaan Islam di Andalusia, yaitu pada akhir kekuasaan dinasti Umayyah dan
zaman Mulk al-Thawaif selama 32 tahun. Pada mulanya ia adalah pengikut Imam Syafi'i ,
setelah merasa tidak puas dengan fikih hanafi ,maliki , syafi'i dan hambali, ia pindah ke
madzab Zhahiri. Ibn Hazmtertarik terhadap madzab al-Zhahiri karena aliran ini hanya terikat
kepada al-Qur'an dan as-Sunnah. Atas jasa beliau, madzhab Zhahiri dapat berkembang di
Andalusia. Ia juga pemuka gerakan Asy'ariyyah. Buku karyanya berjumlah sekitar 400 buku
yang terdiri dari Teologi, Fikih , Hadits, dan Puisi. Bukunya yang terkenal
adalah Muhalla(Fikih) , al Ihkam fi al Ushul al Ahkam (Ushul Fikih) , al fashl fi al Milal wa
Ahwa fi al Nihal(Ilmu kalam). Ilmu agama yang berkembang pesat ialah Ilmu Qira'at, yaitu
ilmu yang membahas cara membaca Lafadz-lafadz al-Qur'an baik dan benar. Abu Amr al
Dani Utsman bin Said(444-1052M) adalah ulama' ahli qira'at kenamaan Andalusia yang
mewakili generasinya. Ia telah menulis 120 buku, diantaranya al-Muqni'u wa al-
Taisir.Kesenian Dalam bidang kesenian, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan
tokohnya al-Hasan Ibn Nafiyang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan
dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia terkenal sebagai
pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun
wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.[16] Studi-
studi Musikal Islam seperti yang telah diprakasai oleh para teoritikus al-Kindi ,
Avicienna ,dan  Farabi ,telah diterjemahkan ke bahasa Hebrew dan latin sampai periode
pencerahan Eropa. Banyak penulis-penulis dan musikolog Barat setelah tahun 1200,  Gundi
Salvus , Robert Kilwardi , Ramon Lull, Adam de Fulda ,dan George Reishdan lain-lain.
Menunjuk kepada terjemahan latin dari tulisan-tulisan musikal Farabi. Dua bukunya yang
paling sering disebut adalah De Scientiisdan De Ortu Scientiarum. Musik Muslim juga
diperluaskan  ke seluruh benua Eropa oleh para "Penyanyi-Pengembara" dari periode
pertengahan ini memperkenalkan banyak Instrumen-instrumen dan elemen-elemen musik
Islami. Instrumen-instrumen yang terkenal adalah Lute ,Pandore ,dan Gitar.kontribusi
Muslimyang penting terhadap warisan musik Barat adalah Musik Mensuraldan nilai-nilainya
dalam noot dan mode ritmik. Tarian Morris di Inggris berasal dari Mooris Mentas (Morise).
Spanyol banyak menerapkan model-model musikal untuk sajak dan rima syair dari
kebudayaan Muslim.[17]Banyak risalah musikal yang telah ditulis oleh para tokoh Islam
seperti Nasiruddin Tusidan Qutubuddin Asy-Syairaziyang lebih banyak menyusun teori-
teori musik.[18]  Pemikiran dan Filsafat Islam di Spanyol telah mencatat satulembaran
budaya yang sangat brillian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan
penyebrangan yaang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat
terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M, selama
pemerintahan penguasa bani Umayyah yang ke-5, Muhammad Ibn Abd al-Rahman(832-
886).[19] Atas Inisiatif Al-Hakam(961-976M) karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari
Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-
universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia
Islam. Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr
Muhammad Ibn al-Sayighyang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragosa, ia
pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M.Tokoh
utama kedua adalah Abu Bakr Ibn Thufail  penduduk asli Wadi Asy , sebuah dusun kecil di
sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185M. Ia banyak menulis masalah
kedokteran , astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay Ibn
Yaqzhan. Akhir abad ke-12M, menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristotelesyang
terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibnu Rusyddari Cordova. Ia lahir tahun
1126 M dan meninggal tahun 1198M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan
naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun
tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-
Mujtahid.Ibn Rusydmemiliki sikap realisme,rasionalisme,positivisme ilmiah Aristotelian.
Sikap skeptis terhadap mistisisme adalah basis dimana ia menyerang filsafat Al-Ghazali.

 Pemerintahan Islam Pada Masa Bani Umayyah II


 Mulk al-ThawaifSelama masa ini berbagai pangeran setempat dan kelompok etnis berkuasa
yang disebut dengan masa al Mulk al-Thawaif.Kerajaan-kerajaan kecil yang muncul di
Andalusia terbentuk apabila kepemimpinan utama mulai melemah. Lebih tepatnya, ia terjadi
akibat kelemahan pemimpin kalangan bani Umayyah yang menguasai Andalusia setelah
Khalifah al-Mustansar Billah(961-976M). Karena alasan itulah Andalusia yang diperintah
oleh satu kerajaan, terpecah menjadi banyak daerah. Pembentukan kerajaan-kerajaan kecil ini
terjadi disebabkan karena semangat kelompok, yaitu untuk mengangkat kaum
sendiri.  Fenomena ini terjadi setelah pucuk pimpinan di Cordova menghadapi masalah intern
yaitu pertikaian internal hingga ada yang saling menindas untuk merebut kuasa khalifah.
Secara tidak langsung, kerajaan-kerajaan kecil ini muncul pada dekade akhir pemerintahan
bani Umayyah di Andalusia, yaitu kira-kira sekitar tahun 403 H/1012M. Namun bibit-bibit
perpecahan awal telah ada atau dapat dilihat 20tahun lebih awal yaitu semasa
khalifah Hisyam II memegang tampuk pemerintahan. Perpecahan menjadi nyata setelah al-
Mansur Ibn Amirmeninggal dunia pada tahun 392H/1002M.[21]  Dinasti
Murabithun Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa
negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun
(1086-1143M).dan dinasti Muwahiddun (1146-1235M).Dinasti Murabithun pada awalnya
adalah gerakan dakwah yang didirikan oleh Yusuf Ibn Tafsindi Afrika Utara dan pada tahun
1062 ia berhasil mendirikan kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas
undangan Al-Mu'tamid,penguasa bani Abbas di Sevilla yang sedang terancam oleh
kekuasaan Kristen untuk menghadapi Al Fonso VI.Akhirnya, pertempuran terjadi di al-
Zallaqah pada tahun 1086M, dan Yusuf berhasil mengalahkan pasukan al-Fonso VI.sekitar
20.000 pasukan musuh dibasmi dengan keji. Merasa pengalaman dan berhasil menghadapi
musuh di Eropa itu, Yusuf dengan pasukannya kembali ke Eropa pada 1090M. Mereka
menguasai Granada,Sevilla, dan kota-kota penting lainnya. Dengan demikian Yusuf berhasil
menguasai wilayah kerajaan Muslim di Eropa kecuali Toledo.[22] Dinasti Murabithun
mengalami kemunduran ketika dalam kepemimpinan Ibrahim Bin Tasyfindan Ishaq Bin
Tasyfin. Disamping itu, fanatisme para fuqaha' menyebabkan penerapan ajaran agama dalam
kehidupan menjadi kaku. Karangan al-Ghazali dimasukkan oleh Ishaq kedalam daftar buku
yang dilarang untuk dibaca, lalu dibakar baik yang ada di Spanyol maupun yang ada di
Maghrib. Sementara itu, militer banyak yang terbunuh dalam peperangan melawan Kristen.
Pada tahun 1118M Alfaso VIdari Aragon berhasil membunuh sebagian besar tentara
Murabithun.[23] Pada saat itu kaum sufi memimpin sejumlah pemberontakan di Silves dan
Naibla sedang kaum ulama' memimpin sejumlah pemberontakan di Cordova dan Valencia
yang pada akhirnya menyebabkan hancurnya pemerintahan Murabithun.[24] Pada tahun 1143
kekuasaan dinasti ini berakhir baik di Afrika Utara maupun Spanyol dan digantikan dengan
dinasti Muwahiddun.[25]  Dinasti Muwahiddun Al Muwahiddun (orang-orang yang meng-
Esakan) pada awalnya adalah adalah gerakan keagamaan yang kemudian memasuki wilayah
politik yang selanjutnya menggeser dinasti Murabithun.[26]Didirikan oleh Ibnu
Tumart.Dinasti ini lahir untuk memprotes madzab Maliki, yang konservatif dan legalistik
yang berkembang di Afrika Utara berkat dakwah al-Murabithun. Disamping itu dinasti ini
muncul sebagai respon terhadap kehidupan sosial yang mengalami kerusakan sejak akhir
kekuasaan murabithun.[27]Dinasti ini datang ke Spanyol dipimpin oleh Abd al-
Mun'imantara tahun 1114 dan 1154, dan berhasil menguasai kota-kota penting seperti
Cordova, Almeria , dan Granada.[28] Dinasti ini dalam jangka beberapa dekade mengalami
banyak kemajuan. Kekuatan Kristen dapat dipukul mundur, akan tetapi tidak lama setelah itu
Muwahiddun mengalami keruntuhan. Kemunduran dinasti Muwahiddun disebabkan
utamanya karena luas wilayah, sementara penduduknya sangat majemuk yang terdiri dari
bangsa Barbar yang keras dan bengis. Wilayah yang luas ini khususnya yang di Spanyol, sulit
dikontrol oleh pemerintah pusat, sehingga akhirnya mudah dikuasai oleh tentara Kristen
Spanyol yang belakangan mengalami kebangkitan politik. Pada 1212 M, Al-Nasirdengan
tentaranya yang berjumlah 500.000 dapat dikalahkan. Kekalahan ini mengakibatkan mereka
kembali ke Afrika Utara dan meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1235, keadaan Spanyol
semakin runyam berada dibawah penguasa-penguasa kecil. Dalam keadaan demikian umat
Islam tidak mampu menahan serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Sejak itu
ibukota Spanyol jatuh kepada kekuasaan Kristen. Pada 633-636 H, Raja Ferdinand IIIdari
Kastalah dan Raja Jimm Idari Arrajun bersama-sama merebut kota Balansiyah, Cordova ,
Marsiyah , dan Isbiliyah. Tahun 1238M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan
Seville jatuh tahun 1248.[29] Kekuasaan Islam tinggal di Granada di bawah kekuasaan Mulk
al Thawaif hingga akhir abad XIV.

 Dinasti Bani Ahmar


 Pada saat ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti Bani Ahmar (1232-
1492). Kerajaan Nasriyyah (bani Ahmar) merupakan kerajaan Islam yang terkahir yang
memerintah Spanyol. Penguasanya ialah Muhammad Bin Yusuf Bin Nasryang dikenal
sebagai al-Ahmar. Pada mulanya beliau berkuasa di Jaen. Ketika Jaen diserang tentara
Kristen, beliau terpaksa melarikan diri ke Granada dan selanjutnya mendirikan kerajaan di
sana pada tahun 1235M.[30]Granada terletak diantara Almeria dengan Gibraltar, selatan
Spanyol. Sebab yanng menjadikan kerajaan islam di Granada kuat dan maju adalah karena
ramainya orang Spanyol berpindah ke Granada sebagai imbas serangan tentara Kristen. Kira-
kira sebanyak 50.000 orang Islam dari Valencia dan 300.000 orang dari Seville, Xeres , dan
Cadiz berhijrah ke Granada. Mereka ini merupakan tentara dan administrator yang
berpengalaman. Tambahan pula Muhammad Bin Yusufpenguasa kerajaan IslamGranada
telah mengamalkan dasar berbaik-baik dengan kerajaan Kristen. Masyarakat Granada bukan
saja terdiri dari orang-orang Islam tetapi juga kaum Yahudi. Golongan bukan Islam ini turut
mendapat layanan yang adil dari pihak pemerintah. Peradaban kembali mengalami kemajuan
seperti masa Abdurrahman al-Nasir , akan tetapi secara politik dinasti ini hanya berkuasa di
wilayah yang kecil. Seperti biasa, setiap pemerintah mempunyai zaman kegemilangan dan
zaman keruntuhan. Bagi kerajaan bani al-Ahmar di Granada zaman kegemilangannya adalah
1344-1396M. Dalam tempo tersebut terdapatlah istana yang terindah di Spanyol. Ia juga
melambangkan seni bangunan yang teragung di dunia.[31]Pada dekade terakhir abad XIV
telah terjadi krisis dan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga pemerintah dan setiap orang
mempunyai pendukung masing-masing. Mereka terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
kelompok pertama terdiri dari golongan agama, mereka lebih bersikap anti Kristen. Dan
kelompok kedua terdiri dari kaum elit, pedagang,dan petani. Mereka mau keamanan dan
tidak mau berperang. Pada akhir-akhir pemerintahan bani Ahmar, krisis ini memuncak.
Kesempatan ini digunakan oleh tentara Kristen untuk meneruskan
gerakan Recobquista (gerakan menyelamatkan Spanyol dari kekuasaan Islam). Untuk
mencapai tujuan ini, kerajaan Kristen Aragon pimpinan Isabella dan Castille
pimpinan Ferdinand telah bergabung untuk menentang kerajaan Islam di Granada. Oleh
karena terjadi perselisihan keluarga dalam hal mewarisi kepemimpinan, akhirnya telah
menyebabkan pergolakan saudara terjadi dan seterusnya melemahkan pemerintahan Islam di
Granada ini. Karena Abu Abdullahtidak puas dengan pewarisan tahta yang ditunjuk oleh
ayahnya, yaitu  kepada saudaranya yang lain, maka ia memberontak sehingga mengorbankan
nyawa ayahnya sendiri. Namun, tahta pemerintahan tidak diperoleh Abu Abdullah, tetapi
beralih kepada Muhammad Ibn Sa'ad.Selanjutnya rencana dibuat dalam bentuk kerjasama
antara raja Ferdinand dan Abu Abdullah untuk merampas kembali tahta kepemerintahan.
Pengambil alihan itu berhasil dan ringkasnya Abu Abdullah berhasil menduduki tahta tetapi
untuk jangka waktu yang pendek disebabkan tekanan dari Ferdinand yang menuntut
penyerahan wilayah Granada ini kepadanya.Pada tahun 1492 M, kerajaan Islam Granada
terpaksa mengaku kalah setelah mendapat tekanan hebat dari pihak tentara Kristen.
Penyerahan wilayah terakhir ini terpaksa dilakukan demi menyelamatkan harga diri
pemerintahan Islam dibawah pimpinan Abu Abdullah dari pada diguling dengan lebih buruk.
Penyerahan dalam bentuk perjanjian yang ditandatangani oleh pihak Islam dan Kristen itu
dilakukan dan penyerahannya kepada raja Kristen Spanyol,
yaitu Ferdinanddan Isabella. Perjanjian yang dikatakan mempunyai 67 perkara itu antara
lain menjamin keselamatan orang Islam untuk tinggal di Spanyol dan juga jaminan
keselamatan sekiranya mereka ingin keluar dari Spanyol menuju ke daerah lain. Terutama
untuk kembali ke daerah Afrika Utara. Namun perjanjian yang tidak pernah ditunaikan oleh
pihak Kristen itu nampaknya menjadi senjata yang menikam umat Islam terus menerus
sehingga mereka tidak lagi mampu bertahan apalagi untuk merampas kembali
Andalusia.Setelah itu umat Islam dihadapkan kepada dua pilihan, masuk kristen atau pergi
meninggalkan Spanyol. Umat Islam pun terusir dengan pedihnya dari bumi Andalusia. Hanya
yang mau meninggalkan Islam (murtad) yang boleh tinggal. Yang tetap beriman kepada
Allah bersama Raja Abu Muhammad di persilahkan naik ke kapal dan berlayar menuju
Afrika Utara menyebrangi selat Gibraltar. Kalau dulu Thariq menyebranginya dengan kepala
tegak penuh semangat dan optimisme, namun Abu Muhammad berlayar dengan sedih dan
menundukkan kepala dengan penuh keaiban. Tanggal 2 Januari 1492 itu tercatat sebagai
pemurtadan besar-besaran yang pernah terjadi dalam sejarah. Baik Cordova maupun Granada
hancur lebur bersama kitab-kitabnya berikut peradabannya. Pada tahun 1609 M, boleh
dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini. Mengenai jatuhnya Granada yang
merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan ini, ilmuan sekelas Emmanuel
Deutchberkomentar "Semua ini memberi kesempatan bagi kami (Bangsa Barat) untuk
mencapai kebangkitan (Renaissance) dalam ilmu pengetahuan modern". Oleh karena itu,
sewajarnyalah jika kami selalu mencucurkan airmata manakala kami teringat saat-saat
terakhir jatuhnya Granada.[32]

 Faktor Kemunduran dan Kehancuran Islam di Andalusia


 Ada beberapa faktor kemunduran dan kehancuran Islam di Andalusia, diantaranya adalah
:Konflik Islam  dan Kristen Para penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara
sempurna. Mereka nampaknya merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-
kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat
mereka, termasuk posisi hirarki tradisional dengan syarat tidak melakukan perlawanan
bersenjata. Namun demikian , kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan
orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu  menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak
pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11M, umat Kristen
memperoleh kemajuan yang pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
Bahkan, banyak orang-orang Kristen memakai nama-nama Arab dan meniru cara hidup
lahiriyah kaum Muslimin. Bahasa Arab pun menjadi salah satu bahasa utama.
Istilah Muzarabes (Arabisasi) yang digalakkan terhadap orang-orang Spanyol Kristen
menyebabkan bahasa latin hampir terlupakan.[33]  Tidak Adanya Ideologi PemersatuPada
dasarnya, para Muallaf semestinya diperlakukan sama sebagai orang Islam yang sederajat.
Namun di Spanyol sebagaimana politik yang dijalankan bani Umayyah di Damaskus, orang
Arab tidak pernah mau menerima orang Islam pribumi. Setidaknya sampai abad ke-10M ,
mereka masih memberikan istilah Ibaddan Muwalladunkepada para Muallaf yang merupakan
satu ungkapan yang merendahkan. Konsekuensinya, kelompok-kelompok etnis non Arab
yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian yang pada akhirnya mendatangkan
dampak besar terhadap sosio-ekonomi negara tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya
ideologi yang dapat memberi makna persatuan. Disamping itu, kurangnya figur yang dapat
menjadi personifikasi ideologi itu.Kesulitan EkonomiDi paruh kedua masa Islam di Spanyol,
para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius
sehingga lali membina perekonomian. Padahal, peradaban kuat tanpa ditopang dengan
ekonomi yang mapan dapat dipastikan akan hancur. Terbukti dengan timbulnya kesulitan
ekonomi yang memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer penguasa Islam di
Spanyol.Tidak Jelasnya Sistem Peralihan KekuasaanTanpa adanya sistem peralihan
kekuasaan yang pasti ,  perebutan kekuasaan diantara ahli waris pasti akan muncul.
Munculnya Muluk al-Thawaif yang akhirnya memaksa runtuhnya kekuasaan bani Umayyah
yang tidak dapat dihindari. Salah satu penyebab jatuhnya Granada yang merupakan pusat
Islam terakhir di Spanyol ke tangan Ferdinand dan Isabella adalah permasalahan
ini.Keterpencilan Diakui bahwa Spanyol Islam nampak terpisah dan terpencil dari dunia
Islam lain yang berpusat di Timur. Ia selalu berjuang sendirian tanpa mendapat bantuan
kecuali dari Afrika Utara. Ketika Islam Spanyol mendapat serangan, bantuan dari wilayah
lain tidak bisa segera datang, akhirnya ketika Kristen bangkit, tidak ada kekuatan alternatif
yang mampu membendung serangan mereka.[34]  Nasib Umat Islam dibawah
Pemerintahan Kristen di Andalusia Pembatalan kalusul-klausul pada perjanjian Grenada
(899-1494M)Seluruh pemimpin Spanyol mulai membatalkan 66 Klausul yang telah
disepakati sebelumnya. Yang terpenting diantaranya adalah :Seluruh masjid tetap
dipertahankan dann tidak dirusakTidak memasuki rumah orang Muslim tanpa izinSetiap
Muslim tetap tinggal di tanahnyaSeluruh kaum Muslimin, baik anak-anak maupun orang
dewasa mendapat jaminan keamananTidak seorang Kristenpun menguasai kaum
MuslimKaum Muslim bebas menjalankan ajaran agama merekaTidak seorang muslim boleh
membawa tanda apapun yang membedakannya dari orang Kristen dan YahudiKaum Muslim
tidak membayar pajak melebihi yang pernah mereka bayarkan kepada daulah merekaKaum
Muslim memiliki hak untuk bepergian di seluruh penjuru SpanyolTidak seorang Muslim pun
boleh dipaksa untuk memasuki agama Kristen , dsb.Pada tahun 1498 M setelah sepertiga juta
Muslim keluar dari Spanyol, disana banyak kaum Muslim yang tidak mendapatkan cara
untuk eksodus ke utara Afrika dan mengaku beragama Kristen karena takut disiksa di
Spanyol. Namun banyak dari kaum Muslim tetap mempertahankan keislaman dan
menjalankan syiar-syiar Islam secara diam-diam. Hal itu sampai diketahui
diktator Fernandoraja Spanyol,  lalu ia mengusir kaum Muslim ke gunung-gunung sehingga
mereka dimangsa binatang-binatang buas, mati kelaparan , atau diperbudak oleh orang-orang
Spanyol. Mereka berkelana atau bersembunyi di desa-desa dengan membayar uang
suap.Pengkristenan Muslim Andalusia Secara Paksa (904-1499M)Orang Spanyol lupa pada
janji mereka. Dewan Investigasi mengeluarkan instruksi Cardinal Cisnerosuntuk melakukan
tindakan keras terhadap kaum Muslim di Spanyol dan bertindak cepat dalam mengkristenkan
mereka secara paksa.Masjid Grenada diubah menjadi Katedral, Mushaf-mushaf dan kitab-
kitab tafsir dan fiqih Islam dibakar, kaum Muslimin di berbagai tempat diusir, dan mereka
dipaksa untuk Murtad dari Islam.Pemberontakan Muslim Andalusia Terhadap Pemerintah
SpanyolKaum Muslimin Andalusia melakukan pemberontakan untuk melawan kesewenang-
wenangan pemerintah ratu Isabella yang telah menghianati kalusul-klausul perjanjian.Mereka
memberontak di pegunungan al-Busyrahdan Gunung Merah.Mereka mengepung tentara
Spanyol dan menghujani mereka dengan batu dari atas gunung sehingga ratusan tentara
terbunuh, termasuk beberapa komandan Spanyol , seperti Fransisco Armezdan Alfonso
Agulier.Ketika berita itu  sampai ke Isabella, ia segera mengirim pasukan besar untuk
mengepung pegunungan itu beserta para pemberontak disana hingga mereka kelaparan dan
terancam kematian. Pemberontakan yang telah berlangsung hampir 2 tahun berhasil meredam
dan berakhir setelah Spanyol membiarkan kaum Muslimin menyebrang ke Afrika Utara.Pada
tahun 1508M, Kardinal Zamnizmemperingatkan seluruh penduduk Muslim agar
menyerahkan buku-buku dan manuskrip-manuskrip yang ada di perpustakaan-perpustakaan
mereka. Jika tidak, mereka akan mendapatkan siksaan yang keras.Dalam beberapa hari saja,
Kardinal telah mengumpulkan ribuan buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ia
memilih buku-buku dan manuskrip-manuskrip yang dianggapnya berguna membangun ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Lalu ratusan ribu buku  lainnya dibakar di sebuah lapangan
terbuka di Grenada, yang disebut Bab ar-Ramallah.Pembakaran tersebut dipimpin oleh raja
Spanyol dan para pendeta Katolik.Pada tahun 1521M, penduduk Valencia memberontak
terhadap raja Spanyol Carlos.Raja tidak menemukan cara lain selain mengirim ribuan
tentaranya untuk menumpas pemberontakan tersebut. Mereka membakar lahan-lahan
pertanian, pusat-pusat perdagangan , dan sumber kehidupan kaum Muslim di kota tersebut.
Tentara Spanyol itu menyerang dan membantai kaum Muslimin, serta merampas harta milik
mereka. Carlos tak peduli, walaupun ia telah berjanji melindungi mereka setelah membayar
upeti.Pembentukan Dewan Investigasi oleh Carlos (933-1526M)Dewan investigasi pertama
dibentuk di Grenada atas perintah Raja Spanyol, Carlos.Dengan tujuan untuk menyelidiki
orang-orang Islam yang pura-pura masuk Kristen. Semua orang Islam dipaksa agar jangan
menggunakan bahasa Arab, serta tidak boleh mengerjakan shalat,puasa,mengunakan nama
Arab , berdoa dengan do'a Islam atau menguburkan jenazah menurut syariat Islam. Mereka
juga dipaksa untuk minum khamr, memakan daging babi dan bangkai , dan laki-laki tak boleh
dikhitan dan orang mati harus dikuburkan menurut upacara agama Katolik.Pembakaran
Terhadap Muslim (936H/1529M)Penindasan terhadap kaum Muslimin terus meningkat.
Dewan yang sadis menghukum sekelompok kaum Muslimin dengan cara dibakar hidup-
hidup diatas bara api yang menyala disalah satu sudut kota Grenada. Peristiwa tersebut
dilakukan hanya untuk meneror kaum Muslimin diseluruh penjuru Spanyol.Pelanggaran
Syi'ar Islam di Spanyol oleh Philip II (975H/1567M)Raja Spanyol Phillip II, menuruti saran
penasehatnya untuk mengkristenkan kaum Muslimin dan melarang syari'at Islam. Ia
mengeluarkan peraturan bahwa seluruh rumah kaum Muslimin di Spanyol harus terbuka,
tanpa pintu , agar segala pekerjaan mereka yang berpura-pura masuk Kristen di dalamnya
dapat terlihat. Kamar-kamar mandi yang digunakan untuk berwudlu dihancurkan,
penggunaan bahasa Arab  dalam bentuk apapun dilarang. Setiap upacara pernikahan,
kelahiran , dan kematian harus disaksikan oleh wakil dan gereja Katholik. Walaupun
demikian, kaum Muslim tetap mampu mempertahankan agamanya.Penyembelihan Terhadap
Kaum Muslimin (979H/1571M)Philip IImemerintahkan tentaranya untuk menyembelih
perempuan dan anak-anak Muslim sehingga lapangan-lapangan terbuka di Grenada berubah
menjadi lapangan pembantaian oleh komandan tentara Spanyol, Richwins, dihadadapan
kaum Muslimin yang lain. Adapun yang masih hidup diperbudak.Pemberangkatan Muslimin
dari Aragon , Valencia , dan Wilayah sekitarnya (1019H/1610M)13000 umat Islam
diberangkatkan dari Valencia ke Afrika Utara. Peraturan tersebut dilaksanakan secara paksa,
dimana umat Islam dilarang membawa harta dan bekal milik mereka. Dan berangkat
menggunakan kapal menuju pantai Afrika tanpa membawa pakaian, makanan , ataupun
minuman. Pemberangkatannya dilaksanakan 6 tahun berturut-turut. Pemberangkatan
dilakukan karena pemerintah Spanyol merasa cemas akan bertambahnya umat Islam di
wilayah Valencia (timur Spanyol) dan kerjasama mereka, baik secara sembunyi-sembunyi
maupun secara terang-terangan akan mengganggu pemerintahan Spanyol.Pada tahun 1660M,
pemerintah Spanyol di wilayah Aragon (timur laut Valencia berbatasan dengan Prancis)
mengikuti kebijakan pemerintah di Valencia sehingga mengusir 200.000 umat Islam.
Pengusiran kaum Muslimin tidak hanya pada daerah Grenada, Valencia , dan Aragon. Akan
tetapi meliputi sebagian besar Spanyol dan Portugal. Kaum Muslimin yang meninggalkan
rumah  berkisar 500.000-3 juta. Namun jumlah yang sampai ke daerah tujuan di Afrika Utara
dan wilayah yang dikuasai pemerintah Utsmani di Eropa Selatan mencapai 4 juta jiwa.
Mereka yang meninggal, terbunuh , dan tenggelam tidak kurang dari 60.000
jiwa.Pemberangkatan paksa tersebut berakhir pada masa Raja Phillip III.Kebijakan tersebut
menyebabkan Spanyol kehilangan penduduk yang giat dalam perekonomian.Pemberontakan
ke-2 Kaum Muslimin  (1069H/1658M)Para pemuda dan kaum Muslimin memberontak dan
mengepung kota Grenada sehingga menimpakan kerugian besar terhadap  pasukan keamanan
disana. Ketika kaum Muslimin di desa-desa dan kota-kota bertetangga mendengar adanya
pemberontakan itu. Mereka turut ikut bergabung, mereka datang lebih dari 20 kota dan desa
terutama wilayah Busyrah (Selatan Grenada yang terbentang di laut Mediterania).Akhirnya
pemerintah Spanyol berjanji akan mengkaji  tuntutan mereka. Namun pasukan Spanyol tetap
membantai dan memperkosa kaum wanita Muslimin, menghancurkan rumah-rumah  dan
membakar lahan-lahan. Mendengar hal itu kaum Muslimin kembali melakukan
pemberontakan. Sehingga raja Spanyol menarik pasukannya di Italia untuk mengepung bukit-
bukit yang merupakan tempat pemberontak selama beberapa bulan. Raja pun memerintah
untuk menangkap setiap laki-laki Muslim yang berusia 14tahun. Dengan berlalunya waktu,
para pemberontak semakin melemah akibat kekurangan air,makan dan persediaan senjata.
Akhirnya berakhirlah pemberontakan terbesar kaum Muslimin di Andalusia.Pada
pertengahan abad ke-14, di Valencia posisi umat Muslim semakin memburuk, muslim
dibebani kewajiban finansial tambahan. Urusan kemiliteran dibebankan kepada budak-budak
muslim, sehingga menyebabkan penduduk muslim merdeka jatuh pada kelompok budak.
Pada tahun 1357 pengumandangan adzan dengan suara tidak keras diperbolehkan dengan
pembayaran tertentu.Pada akhir abad ke-14, pihak Kristen antusias terhadap upaya
pengkristenisasi pemeluk Yahudi dan Muslim dan upaya penyerangan agama di Spanyol.
Pada tahun 1391, umat Yahudi dipaksa menerima baptisme. Pada tahun 1479 program
pemaksaan agama diresmikan, dan orang Yahudi diminta memilih diantara baptisme atau
pengusiran.  Menandai awal berakhirnya sejarah warga Muslim di Spanyol. Meskipun
terdapat perjanjian yang menjamin kebebasan beragama Muslim dan harta mereka. Pada
tahun 1501 , perundangan Spanyol memaksa pihak Muslim memilih antara berpindah agama
atau dikeluarkan dari Spanyol. Pada tahun 1556 , pakaian Arab dan Muslim dilarang beredar
di Granada. Dan pada 1566 Phillip IImengeluarkan keputusan bahasa Arab tidak boleh lagi
dipergunakan. Akhirnya pada tahun 1609 Phillip III mengusir umat Islam dari Spanyol.
Mereka mengungsi ke Afrika Utara dimana warga Andalusia ini sekali lagi berperan dalam
pengembangan peradaban Islam.[35]

 Nama Raja-raja Pemimpin Islam di Andalusia yang Terkenal


 Abdurrahman ad-Dakhil (Abdurrahman I) , 756-788MIa seorang cucu khalifah
Umayyah, Hisyam , yang berhasil lolos dari kejaran bani Abbas ketika berhasil
manakhlukkan bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya dia mendirikan dinasti bani
Umayyah di Spanyol. Dengan dukungan bangsa Barbar dari Afrika Utara dan klien Syria
pada masa rezim Umayyah di Spanyol. Dintara pembangunan yang dilakukan oleh
Abdurrahman ad-Dakhil adalah memperindah kota-kota, membangun benteng-benteng yang
kokoh dan membangun istana. Abdurrahman  ad-Dakhil adalah yang meletakkan batu
pertama untuk pembangunan masjid yang terbesar nantinya dibelahan dunia Islam manapun,
yang dilakukan 2 tahun sebelum wafatnya, tahun 789M.[36]  Hisyam Ibnu Abdurrahman
(Hisyam I) , 788-796MDia adalah putra dari Abdurrahman ad-Dakhil. Hisyam Ibnu
Abdurrahman memerintah pada tahun 788-796M. Ia terkenal pintar dan cerdas. Dalam hal
agama, dia seorang yang taqwa dan warak. Hisyam memperhatikan masalah-masalah agama
Islam, sesuai dengan agama Allah swt dan ajaran Rasulullah saw. Pada masa
pemerintahannya, tersebar madzab Maliki di Spanyol yang berasal dari Imam Malik Ibn Anas
yang berpusat di Madinah. Madzab Maliki tersebar luas karena jasa seorang ulama yang
diutus belajar ke Madinah untuk mempelajari  madzab Maliki secara langsung dari Imam
malik. ulama tersebut bernama Ziyad bin Abdurrahman, kemudian dari padanya tersebar luas
madzab Maliki di Spanyol lewat Yahya Ibn Yahya al-Laisi. Pada masa Hisyam ini terjadi
pemberontakan yang dilancarkan oleh saudaranya sendiri di Toledo yakni Abdullah dan
Sulaiman. Umat Kristen yang melancarkan gangguan keamanan ditindasnya, sekaligus
berhasil mengalahkan kekuasaan Perancis. Hisyam merupakan penguasa yang adil dan murah
hati, khususnya terhadap rakyat yang lemah dan miskin. Ia membangun jembatan Cordova
dan merampungkan pembangunan Masjid dan Gereja yang dibangun oleh ayahnya
(Abbbdurrahman I). Dalam bidang hukum, Hisyam menganut madzab Maliki dan
menjadikannya madzab resmi di Andalusia. Ulama Spanyol menduduki tempat yang tinggi di
istana kerajaan, dan selalu memberi nasehat serta memberi pendapatnya kepada sang
penguasa itu. Hisyam memerintah selama 8tahun, di wafat pada tahun 796M.Hakam Ibn
Hisyam , 796-822MDia adalah putra dari Hisyam Ibnu Abdurrahman (Hisyam I). Sifat-sifat
yang dimiliki Hakam Ibn Hisyam berbeda dengan sifat yang dimiliki ayahnya. Dia suka
berhura-hura dan gemar berburu juga berolahraga. Dia memiliki kecerdasan yang luar biasa.
Akan tetapi, tidak begitu senang jika dikelilingi ulama. Berbeda dengan ayahnya yang senang
memuliakan ulama. Sehingga dia kurang disenangi ulama. Dan terjadi pemberontakan para
ulama kepadanya. Namun dia menindaknya dengan tegas. Banyak ulama yang terbunuh dan
keluarga mereka diusir dari Spanyol.Dalam hal perbaikan negeri, Hakam termasuk orang
yang berjasa dan pertama kali  membuat tentara yang teratur dan mendapat gaji tetap,
mengumpulkan banyak senjata , dan memperhatikan kuda-kuda tempur dalam kondisi yang
prima. Ia menghadapi pemberontakan dalam negeri dan luar negeri. Memang pada masanya
banyak terjadi pemberontakan. Antara lain pemberontakan yang dilancarkan Abdullah yang
meminta bantuan Charlemagne, dan berhasil menguasai Toledo.  Sedang saudanya Sulaiman
menguasai Valencia. Pada saat ini Louis dan Charles berhasil menyusup ke wilayah Muslim,
sedang Alvonso panglima suku Galicia menyerbu kota Aragon. Dan Hakam membuktikan
kemampuannya, bangsa Franka berhasil dikalahkannya yang merebut Barcelona pada tahun
805M. Dan pada tahun 914M Kordova diguncang oleh gerakan pemberontakan, namun dapat
diamankan setelah Hakam mengalahkan kekuatan pemberontak. Hakam meninggal pada
tahun 822M, setelah berkuasa 26tahun.[37]  Abdurrahman al-Ausath (Abdurrahman II) ,
822-852MDia adalah putra dari Hakam Ibn Hisyam. Abdurrahman al-Ausath tidak terlalu
lemah dan tidak terlalu keras walaupun di didik dalam kemewahan oleh ayahnya.
Abdurrahman Ausath beradab, dan suka perbaikan. Ia memiliki visi untuk selanjutnya
menyentralkan pemerintahan, mengantarkan pada terbentuknya sebuah kelas sekretarial yang
terdiri dari kalangan pedagang dan klien, dan membentuk monopoli penguasaan negara
terhadap pasar-pasar perkotaan. Peristiwa penting yang terjadi adalah serangan dari bangsa
Normand pada tahun 824M. Akan tetapi dapat dikalahkan dengan baik oleh kaum
Muslimin. Kejadian-kejadian dalam negeri yang penting antara lain , pertentangan-
pertentangan antara sesama bangsa Arab sendiri, sebagaimana pertentangan antara kaum
Mudar dan suku Arab dari Yaman di Murcea. Disamping itu terjadi pula pemberontakan-
pemberontakan kecil yang semuanya dapat dihadapi dengan baik. Kemenangan abdurrahman
al-Ausath ini telah menyempurnakan proses konsolidasi pemerintahan pusat. Ia membentuk
angkatan bersenjata dari para tawanan yang berasal dari wilayah utara Spanyol, Jerman , dan
negeri-negeri Slavia.Pasukan militernya yang dikenal dengan nama Sagalibabelakangan
diperkuat dengan tentara Barbar professional nonkesukuan dan tentara bayaran lokal. Aspek
administrasi (Pemerintahan) juga diperkokoh. Seorang Hajib(setinggi wazir dalam
kedudukan) ditunjuk menangani administrasi dan perpajakan 21 propinsi yang diperintah
oleh pejabat-pejabat pusat. Namun sejumlah distrik perbatasan diperintah oleh Ga'id lokaldan
keturunan tuan-tuan tanah.Abdurrahman al-Ausath mengupayakan, melegitimasi , dan
mengadopsi bentuk-bentuk kultural Abbasiyyah di Baghdad. Sebagaimana di wilayah Timur,
kultur istana berusaha menyatukan simbol-simbol Muslim dan kosmopolitan.Abdurrahman
Ausath juga mengadakan pembangunan dan perluasan di berbagai daerah. Perluasan masjid
Cordova, merancang sejumlah proyek iirigasi , dan sebagainya. Beberapa unsur Visighotic
dan Romawi juga dimasukkan ke dalam desain arsitektur Muslim. Pada abad ke-10 para
amir-al mu'minin juga membangun sebuah kota kerajaan yakni Madinat al-Zahroh. Ia
mendirikan sejumlah istana,taman , dan menghiasi ibukota dengan berbagai bangunan Masjid
yang indah.Muhammad bin Abdurrahman (Muhammad I) , 852-886MMunzir bin
Muhammad , 886-888MAbdullah bin Muhammad , 888-912MAbdurrahman an-Nasir
(Abdurrahman III) , 912-961MHakam al-Muntasir (al-Hakam II) , 961-976MHisyam II
, 976-1009MMuhammad II , 1009-1010MSulaiman , 1013-1016MAbdurrahman IV ,
1016-1018MAbdurrahman V , 1018-1023MMuhammad III , 1023-1025MHisyam III ,
1027-1031M Ilmuan-ilmuan Terkenal di Masa Islam Andalusia Bidang Ilmu
Fiqih :Imam Hanafi,kitab-kitabnya diantaranya Al-Faraid, Asy-Syurut , Al-Fiqhul
Akbar.Imam Malik ,karyanya yang terkenal yaitu Al-Muwatta'yakni kitab yang mencakup
segala hal dalam masalah Fiqih. Bidang Ilmu TasawufHasan al-Basri ,inti ajaran beliau
adalah al-Khauf wal raja'yakni takut terhadap siksaan Allah swt dan berharap akan janji dan
balasan kebaikan dari Allah Swt.Rabi'ah al-Adawiyah ,Konsep yang diterapkannya adalah
konsep Mahabbah ,yakni tentang rasa cinta kepada Allah Swt. Bidang Ilmu
HaditsMenurut Imam Bukhari, tidak kurang dari 800 hadits yang dihafal oleh Abu
Hurairah.Pada thabi'in yang juga berperan dalam pengembangan ilmu hadits zaman bani
Umayyah. Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang memprakasai kodifikasi hadits
ketika menjabat sebagai Khalifah. Ikrimah,seorang ulama besar dari Mekkah. Abu
Qatadahdan Muhammad Sirin, ulama dari Basyrah , Asy-Syaibidan An-Nakharidari
Kuffah. Abu Khair Marsad, Yazid bin Habib, Thawus bin Kaisan al-Yamanidan Ibnu
Munabbin. Bidang Tafsir Abdullah Bin Abbas ,dari MekkahAbdullah Bin Mas'ud ,dari
MekkahSa'ad bin JabirAl-AsmiMujahid Ilmuan FilsafatIbnu Sina (370H-428H/ 980M-
1037M)adalah seorang ahli kedokteran Muslim. Ia dikenal sebagai Bapak kedokteran dunia.
Karyanya yang terkenal yaitu Qanun al-Thibb, Asy-Syifa' , an-Najat.Al Farabi ( 870-
950M)Kemahirannya dalam Ilmu Mantiq melebihi Aristoteles. Ia kemudian dikenal sebagai
guru kedua dalam bidang  Ilmu Filsafat.Al-KhawarizmiMerupakan tokoh matematika.
Beliau dikenal sebagai bapak Aljabar. Di Barat beliau dikenal dengan sebutan Al-Goarizmi
/algorismyaitu artitmatika atau ilmu hitung desimal dengan angka Arab. Hasil karyanya
adalah penemuan angka Nol dan tabel-tabel trigonometri. Karyanya yg tersohor yaitu Ihya'
Ulumuddin , Ajaibul Qalbi.Ibnu Khaldunbeliau disebut sebagai bapak sosiologi Islam.
Karyanya yang terkenal adalah Muqadimahkitab yang berisi tentang masalah sosial
manusia.Ibnu RusydBeliau belajar Astronomi , matematika, filsafat, dan kedokteran kepada
Ibnu Basykawal , Ibnu Masarroh , dan Abu Ja'far Harun. Beliau dikenal orang Barat dengan
nama Averroeslewat karyanya Al-Kulliyat. Pengaruh Peradaban Islam Spanyol Terhadap
EropaSpanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam,
baik dalam bentuk hubungan politik, sosial , maupun perekonomian dan peradaban
antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah
kekuasaan Islamjauh meninggalkan negara-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang
pemikiran dan sains , disamping bangunan fisik.Berawal dari gerakan Averroeismeinilah di
Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan Rasionalisme pada abad ke-
17M.Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-
12M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa
pada abad ke-14M.Walaupun Islam akhirnya terusir dari negri Spanyol dengan cara yang
sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan
itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani Klasik (renaissance) pada abad ke-14M
yang bermula di Italia.Gerakan reformasi pada abad ke-16M , rasionalisme pada abad ke-
17M, dan pencerahan (Aufklaerung) pada abad ke-18M.
 
 
Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711M melalui jalur Afrika Utara. Wilayah
Andalusia yang sekarang disebut dengan Spanyol diujung selatan benua Eropa, masuk
kedalam kekuasaan dinasti bani Umayyah semenjak Thariq Bin Ziyad , bawahan Musa Ibnu
Nushair gubernur Qairuwan, mengalahkan pasukan Spanyol pimpinan Roderick raja bangsa
Ghothic (92H/711M). Spanyol diduduki Umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-
715M) salah seorang khalifah bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.Perkembangan
Islam di Spanyol berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Perkembangan itu dibagi
menjadi enam periode , yaitu periode pertama (711-755M) , periode kedua (755-912M) ,
periode ketiga (912-1013M) , periode keempat (1013-1086M) , periode kelima (1086-
1248M) dan periode keenam (1248-1492M).
Kemajuan peradaban itu dipengaruhi oleh kemajuan intelektual yang didalamnya terdapat
ilmu filsafat,sains,fikih,musik,kesenian, begitu juga dengan bahasa dan sastra, dan
kemegahan pembangunan fisik. Faktor-faktor pendukung kemajuan Spanyol Islam
diantaranya ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang
mampu mempersatukan kekuaatan-kekuatan umat Islam. Seperti Abdurraahman al-Dakhil,
Abd al-Rahman al-Wasith , dan Abd al-Rahman al-Nashir.Keberhasilan politik pemimpin-
pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang
memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya toleransi yang ditegakkan oleh penguasa
terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi.Kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol
antara lain , konflik Islam dengan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu , kesulitan
ekonomi, tidak jelasnya peralihan kekuasaan , dan keterpencilan. 
MATERI IV
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA ABBASIYAH

A.      Latar Belakan Masalah


Sejarah tak ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan langkah setiap insan di
masa mendatang. Seperti yang kita ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan masa
khulafaurrasyidin maka berganti pula sistem pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa
daulah, dan dalam makalah ini akan disajikan sedikit tentang masa daulah Abbasiyah.
Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah
peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat
Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan
yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan.
Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat Islam
bahwa peradaban ummat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui
kesuksesan negara-negara Eropa. Dengan kita mengetahui bahwa dahulu peradaban ummat
Islam itu diakui oleh seluruh dunia,  maka akan memotifasi sekaligus menjadi ilmu
pengetahuan kita mengenai sejarah peradaban ummat Islam sehingga kita akan mencoba
untuk mengulangi masa keemasan itu kembali nantinya oleh generasi ummat Islam saat ini.

B.       Kelahiran Daulah Abbasiyah


Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah
‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik
dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai
cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari
bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-
cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu
pengetahuan. Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani Umayah. Hal ini memungkinkan
mereka dapat mencapai hasil lebih banyak, karena landasannya telah dipersiapkan oleh
Daulah Bani Umayah yang besar. Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi
banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan
dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara lainnya
sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam, termasuk salah satunya
pengucilan yang dilakukan Bani Umaiyah terhadap kaum mawali yang menyebabkan ketidak
puasan dalam diri mereka dan akhirnya terjadi banyak kerusuhan .
Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah Umar
bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan toleransi kepada
berbagai kegiatan keluarga Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas
oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan gerakan
rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.

Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy mereka bergerak dalam
dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan pertempuran. Selama Imam
Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh
pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang
merasa ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah
Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada
masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan cerdas
dalam gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya
Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan cara
terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih ingin
mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan
gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam mengobarkan perlawanan
terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai makar dengan melakukan
pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah
Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut
dirinya sang pengalir darah atau As-Saffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H
(750 M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah
berdiri Daulah Abbasiyah.

Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan Umayah, yaitu
Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri ke daratan Spanyol.
Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali kekuatan Bani Umayah di seberang
lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sana dia berhasil mengembalikan kejayaan
kekhalifahan Umayah dengan nama kekhalifahan Andalusia.

Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat


pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama.
Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat
pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar
yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama
Daulah Abbasiyah.

Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan perbedaan dengan Daulah
Umayah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah Umayah, misalnya, para bangsawan Daulah
Abbasiyah cenderung hidup mewah dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak
belian serta istri peliharaan (hareem). Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi
ketimbang mengembangkan nilai-nilai agama Islam . Namun tidak dapat disangkal sebagian
khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.

C.      Sistem Politik, Pemerintahan dan Sosial


1.   Sistem Politik dan Pemerintahan
Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang sekaligus dianggap sebagai pendiri
Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah yang berarti Sang Penumpah Darah.
Sedangkan Khalifah Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-
dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai
system politik. Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan
terhadap Bani Umayyah di dalam masalah sosial dan politik diskriminastif. Khalifah-khalifah
Abbasiyah yang memakai gelar ”Imam”, pemimpin masyarakat muslim bertujuan untuk
menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyah di dalam
mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.
Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa
pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat
perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia
pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade
kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.
Ada beberapa sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah, yaitu

a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya diambil dari
kaum mawalli.

b. Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik,
ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa saja, termasuk bangsa
dan penganut agama lain.

c. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang penting dan sesuatu yang
harus dikembangkan.

d. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia.


2.      Sistem Sosial
Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa sebelumnya (Masa Dinasti
Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa perubahan yang sangat mencolok,
yaitu:
a.         Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan tempat yang
sama dalam kedudukan sosial
b.        Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa ang berbeda-beda
(bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.)
c.         Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran
d.        terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru .

D.      Kejayaan Daulah Abbasiyah


Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah-khalifah Bani
Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan dengan
mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk
kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama’ muslim yang
ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada
masa ini. Pesatnya perkembangan peradaban juga didukung oleh kemajuan ekonomi
imperium yang menjadi penghubung dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif
baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam

1.        Gerakan penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah Umayyah, upaya untuk
menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa yunani dan Persia ke
dalam bahasa arab mengalami masa keemasan pada masa DaulahAbbasiyah. Para
ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu
terutama filasafat dan kedokteran.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah Abbasiyah adalah Khalifah
Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan, naskah yang
diterjemahkan terutama dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-
naskah filsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya
yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti kedokteran. Naskah
astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi, drama,
cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfa’at dan
dalam hal bahasa, Arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju.
Pada masa ini, ada yang namanya Baitul hikmah yaitu perpustakaan yang berfungsi sebagai
pusat pengembagan ilmu pengetahuan. Pada masa Harun Ar-Rasyid diganti nama menjadi
Khizanah al-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan
pusat penelitian. Pada masa Al-Ma’mun ia dikembangkan dan diubah namanya menjadi Bait
al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-
buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia dan India. Direktur
perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-
Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study dan riset
astronomi dan matematika.

2.        Dalam bidang filasafat


Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan yang sangat luas seperti logika,
geometri, astronomi, dan juga teologia. Beberapa tokoh yang lahir pada masa itu, termasuk
diantaranya adalah Al-Kindi, Al-farobi, Ibnu Sina dan juga Al-Ghazali yang kita kenal
dengan julukan Hujjatul Islam.

3.         Perkembangan Ekonomi
Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai
macam industri sepertikain linen di Mesir, sutra dari Syiria dan Irak, kertas dari Samarkand,
serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari Mesir dan kurma dari Iraq. Hasil-hasil
industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan
Negara lain.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi.
Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan
Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat penting. Secara
bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa
puncak kejayaan sehingga hubungan perdagangan antara keduanya menambah semaraknya
kegiatan perdagangan dunia.

4.        Dalam bidang Keagamaan


Di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah, ilmu-ilmu keagamaan mulai dikembangkan. Dalam
masa inilah ilmu metode tafsir juga mulai berkembang, terutama dua metode penafsiran,
yaitu Tafsir bir Ra’i dan Tafsir bil Ma’tsur. Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya
merupakan penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada masa ini
pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang namanya hadits dhaif,
maudlu’, shahih serta yang lainnya.
Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh
karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M) yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakim agung
yang pertama adalah Abu Hanifah (w.150/767). Meski diangap sebagai pendiri madzhab
Hanafi, karya-karyanya sendiri tidak ada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul
Fiqh al-Akbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi
pemikiran-pemikirannya terselamatkan karena ditulis oleh para muridnya.

E.       Runtuhnya Daulah Abbasiyah


Tak ada gading ang tak retak. Mungkin pepatah inilah ang sangat pas untuk dijadikan cermin
atas kejayaan ang digapai bani Abbasiah. Meskipun Daulah Abbasiyah begitu bercahaya
dalam mendulang kesuksesan dalam hampir segala bidang, namun akhirnya iapun mulai kaku
dan akhirnya runtuh. Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah
Abbasyiah, yaitu:

1.        Faktor Internal
Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan
melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara. Luasnya wilayah kekuasaan
kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukuan - Semakin
kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh
kecemburuan atas posisi mereka.
Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat
tinggi. Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.
 Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.

2.        Faktor Eksternal
Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancrkan Baghdad.
Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan
muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki, dan Kerajaan Mughal di
India.
MATERI V
Beberapa Peniggalan Islam Pada Masa Klasik
Selama 14 abad lamanya umat Islam membangun peradaban di dunia sejak awal kerasulan
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam hingga saat ini Islam telah mengalami banyak
perubahan dan kemajuan (baca sejarah islam di Arab Saudi). Perubahan yang dimaksud
adalah dalam hal ilmu pengetahuan (baca islam dan ilmu pengetahuan) serta hal-hal yang
mengatur segala aspek kehidupan manusia meskipun pada dasarnya semua itu didasari pada
al-qur’an dan Hadist yang menjadi pedoman hidup umat muslim (baca fungsi agama dalam
kehidupan manusia).
Islam Sebelum Kerasulan Muhammad SAW
Masyarakat dunia menganggap bahwa Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW akan tetapi
sebenarnya Islam sudah ada sejak zaman Nabi Adam As meskipun ajarannya belum
disempurnakan (baca fungsi agama dalam kehidupan manusia dan hakikat penciptaan
manusia).
 Masa kenabian sebelum rasulullah
Sebelum diutusnya Rasulullah SAW para nabi dan rasul sebelumnya hanya menyampaikan
wahyu ataupun ajarannya kepada umatnya masing-masing dan hal ini berbeda dengan Islam
yang dibawa oleh Muhammad SAW yang bersifat universal. Seperti halnya para nabi dan
rasul yang diutus kepada beberapa kaum contohnya Nabi Musa Alaihissalam yang diutus
pada kaum Bani Israil maupun Nabi Luth yang diutus kepada kaum Negeri Sodom
(baca nama-nama nabi dan rasul dan macam-macam mukjizat nabi ).
 Kondisi Manusia pada masa sebelum kenabian Muhammad
Pada masa itu Islam belum banyak dianut oleh masyarakat dan para nabi serta Rasul
mendapat pertentangan yang sangat keras dari kaumnya dan bahkan tidak jarang di antara
mereka yang mendapatkan siksaan dan perlakuan yang kejam dari para kaum kafir.
Meskipun demikian ada beberapa kejadian penting yang terjadi dalam sejarah peradaban
Islam sebelum kenabian Muhammad SAW seperti dibangunnya atau dipugarnya Baitullah
yang saat ini dikenal sebagai Ka’bah oleh Nabi Ibrahim As beserta putranya Ismail As.
Sejarah Islam pun berlanjut dari Nabi ke nabi dan rasul ke Rasul pada setiap zaman dan
akhirnya peradaban Islam yang baru dimulai setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW ke
dunia. (baca Keutamaan cinta kepada Rasulullah bagi umat islam dan kisah teladan nabi
Muhammad)
Islam Pada Masa Kerasulan Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 rabi’ul Awwal tahun gajah dan kelahirannya
merupakan suatu awal penyempurnaan agama Islam yang dianut oleh umat muslim dunia saat
ini. Muhammad SAW adalah rasul terakhir yang menerima wahyu dari Allah subhanahu wa
ta’ala melalui Malaikat Jibril dan kemudian Wahyu tersebut dikenal sebagai kitab Alquran
yang menjadi pedoman hidup bagi kaum muslimin. Tidak hanya Alquran saja yang menjadi
pedoman bagi umat muslim akan tetapi segala perkataan dan perbuatan Muhammad
shallallahu alaihi wasallam yang dikenal dengan Hadits Rasulullah juga menjadi pedoman
lain dalam menentukan segala aspek kehidupan manusia terutama umat Islam. (baca manfaat
membaca Alqur’an dalam kehidupan)
Pada masa kepemimpinan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam banyak kejadian yang
terjadi dan tercatat dalam sejarah umat Islam diantaranya
 Peperangan Umat islam
Umat islam pada masa Rasulullah melakukan peperangan dalam Perang Uhud, Perang Badar,
dan beberapa perang lainnya selain itu rasulullah juga berhasil merebut kota Mekah dengan
terjadinya peristiwa Fathul Mekah. Setelah terjadinya peristiwa Fathul Mekah banyak
Masyarakat khususnya kaum Arab yang masuk Islam cara berbondong-bondong dan
selanjutnya dimulailah pembangunan dan segala sesuatu yang mendukung perkembangan
Islam dan dakwah di Jazirah Arab (baca jazirah islam).
 Pengembalian fungsi ka’bah dan Pembangunan Mekah
Saat itu Ka’bah kembali disucikan dan berhala-berhala yang ada di sekitarnya yang
merupakan sembahan kaum Quraisy dihancurkan. Rasulullah SAW dan umatnya pun
membangun beberapa masjid besar seperti Masjid Nabawi, masjid-masjid lainnya yang
digunakan sebagai tempat beribadah umat muslim pada saat itu.
Islam juga Mulai disebarkan ke negara atau daerah lain di luar Arab seperti halnya saat
Rasulullah mengirim utusan kerajaan Persia dan beberapa kerajaan lain yang ada di sekitar
Jazirah Arab meskipun Rasulullah mengalami banyak penolakan dari negeri tersebut. Setelah
Rasul wafat maka kepemimpinan umat Islam dan peradabannya dilanjutkan oleh para
khalifah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin.(baca 10 tempat bersejarah dalam
islam)
slam Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin atau empat khalifah besar yang memimpin umat Islam setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW,  memberi pengaruh yang berperan penting dalam perkembangan dan
pertumbuhan peradaban Islam di dunia. Empat hal tersebut adalah Abu Bakar As Siddiq,
Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib. Beberapa peristiwa penting
yang terjadi pada masa kekhalifahan tersebut diantaranya adalah
1. Masa Khalifah Abu Bakar As Siddiq
Abu Bakar As Siddiq adalah khalifah pertama yang diangkat setelah meninggalnya
Rasulullah SAW. Pada masa kepemimpinan Khalifah Abu Bakar As Siddiq banyak hal yang
terjadi diantaranya terjadinya perang riddah di mana peran tersebut adalah untuk memerangi
kaum yang murtad. Salah satunya adalah kaum Musailamah Al Kadzab yang mengaku
sebagai nabi palsu. Selain itu Khalifah Abu Bakar as-siddiq mulai melakukan pembinaan
administrasi kepemerintahan dan memberlakukan musyawarah kepemimpinan untuk
menentukan Segala keputusan yang menyangkut umat. Ekspansi dan penyebaran Islam Bung
mulai dilakukan hingga ke negeri Syria.
2. Masa Khalifah Umar Bin Khattab.
Pada masa kepemimpinan Umar Bin Khattab terdapat beberapa pembenahan dalam sistem
kepemerintahan salah satunya adalah integrasi pembangunan administrasi, dan pemisahan
kekuasaan legislatif,yudikatif dan eksekutif. Selain itu Khalifah Umar Bin Khattab juga
memberlakukan sistem gaji bagi para pegawai pemerintahan,pajak, kepolisian,baitul mal, dan
pembukuan mushaf Alquran.
3. Masa Khalifah Usman Bin Affan
Pada masa kepemimpinan khalifah Utsman bin Affan Islam mulai disebarkan dan ekspansi
telah mencapai Turki,  Armenia dan sekitarnya. Kekuasaan Islam di daerah-daerah tersebut
dipegang oleh Marwan bin Hakam. Selain itu pada masa Khalifah Usman juga terjadi
pembangunan Daerah Arab khususnya perluasan Masjid Nabawi di Madinah.
4. Masa khalifah Ali bin Abi Tholib
Masa kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib tidak berlangsung lama dan banyak hal yang terjadi
membuat pecahan diantara umat muslim pemberontakan para kaum murtad. Banyak pejabat
yang dipecat pada masa ini dan khalifah Ali juga menarik tanah wakaf serta memberlakukan
diskriminasi pajak. Setelah kepemimpinan Ali berakhir maka berakhir pula lah masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Selanjutnya pemerintahan Islam Diteruskan oleh
kekuasaan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.
 Islam Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah
Setelah masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin berakhir makalah kepemimpinan umat
Islam di Jazirah Arab pada umumnya dipegang oleh kekuasaan Bani Umayyah dan Bani
Abbasiyah. Pada masa kepemimpinan dua dinasti ini Islam mengalami kemajuan pesawat dan
mulai disebarkan ajarannya hingga ke Eropa. (baca perkembangan islam di Eropa)
  Masa Daulat Bani Umayyah
Dinasti Bani Umayyah berlangsung selama 90 tahun lamanya dan kepemimpinan baiklah
berbentuk monarki hereditas sistem kerajaan yang pemimpinnya diturunkan atas nasab
(baca arti nasab)atau keturunan para raja.  Pusat pemerintahan dan ibukota Bani Umayyah
ada di damaskus dan mereka menganut Islam aliran sunni. Pada masa Bani Umayyah Islam
mulai masuk ke Eropa melalui Spanyol atau daerah Andalusia.
Terjadi peperangan antara tentara Islam yang dipimpin oleh Thariq Bin Ziyad dengan
pasukan raja Visigoth dari Spanyol yang dikenal dengan perang Guadalitte. Setelah Setelah
mengalami perluasan wilayah dan beberapa kemunduran yang disebabkan oleh banyaknya
tokoh yang berkhianat dan pemerintahan tipu muslihat akhirnya kekuasaan Bani Umayyah
berakhir dan selanjutnya Diteruskan oleh daulat Bani Abbasiyah.
  Masa daulat Bani Abbasiyah
Daulat Bani Abbasiyah mulai berkuasa sejak berakhirnya kepemimpinan Bani Umayyah dan
pemerintahan Bani Abbasiyah berlangsung sekitar 508 Tahun Lamanya. Pemerintahan Bani
Abbasiyah dipengaruhi oleh kerajaan Persia dan Turki serta mencapai puncak keemasannya
pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al Rasyid pada tahun 786 hingga 809 Masehi dan
putranya Al Ma’mun yang berkuasa dari tahun 813 hingga 833 Masehi.
Pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah berubah-ubah sesuai dengan raja yang berkuasa pada
saat itu dan pusat pemerintahannya berada di Kota . Dinasti Bani Abbasiyah menganut Islam
aliran Syiah dan pada masa kepemimpinan Bani Abbasiyah, Islam mengalami kemajuan yang
sangat pesat di bidang ilmu pengetahuan dan bahkan melebihi dunia barat saat itu. Pada
akhirnya kekuasaan bani Abbasiyah mengalami kehancuran akibat persaingan antar bangsa
konflik keagamaan dan ancaman kerajaan di Eropa serta gaya hidup mewah dari para raja
mereka itu sendiri.
 Islam Di Dunia Barat Abad Pertengahan
Setelah islam mengalami perluasan hingga ke Eropa maka terjadilah banyak perubahan dan
perkembangan kehidupan umat Islam pada saat itu terutama di abad pertengahan. Pada saat
itu terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara kondisi kehidupan umat Islam di Eropa
dengan bangsa barat yang tinggal di benua tersebut.
  Kondisi bangsa barat pada abad pertengahan
Abad pertengahan yang berlangsung sekitar tahun ke-7 hingga tahun ke-11 Masehi dapat
dikatakan sebagai abad kegelapan bagi bangsa barat terutama di Eropa. Ilmu pengetahuan
belum banyak berkembang dan masyarakat barat saat itu tinggal dalam lingkungan yang
kumuh, liar, dan kota terbesar nya hanya berpenduduk tidak lebih dari 25000 jiwa. Rumah-
rumah dan bangunan yang ada di sana hanya terbuat dari batu dan mereka tinggal di
dalamnya bersama dengan binatang peliharaan.
Jalan jalan yang ada di kota Eropa pada abad pertengahan belum mendapatkan penerangan
mereka tidak memiliki  sistem drainase atau saluran air. Banyak wabah penyakit yang terjadi
saat itu karena masyarakat Barat belum mengetahui cara menjaga kebersihan dengan baik.
Artinya kehidupan mereka pada saat itu sangatlah jauh dari kemakmuran sebagaimana yang
diceritakan oleh sejarawan mereka sendiri terutama mengenai kehidupan bangsa anglo-saxon
yang mendiami kawasan Inggris. (baca perkembangan islam di Inggris dan Islam di Amerika)
   Kondisi Masyarakat Islam pada abad pertengahan
Bisa dibilang kondisi umat Islam pada abad pertengahan terutama yang mendiami wilayah
Spanyol dan Andalusia di Eropa sangat berbeda dengan kondisi bangsa barat pada umumnya.
Kota-kota yang didiami oleh umat Islam seperti Cordoba Granada dan kota lainnya telah
memiliki lebih dari satu juta jiwa penduduk. Ilmu pengetahuan dan arsitektur berkembang
dengan pesat kota-kota yang ada di sana dilengkapi dengan penerangan jalan yang sangat
baik atau sistem saluran air yang digunakan untuk menjaga kebersihan Kota dan lingkungan.
Bangunan indah dan taman-taman yang dibangun pada masa itu seperti istana Az Zahra
Cordoba dan benteng Alhambra atau istana Alhambra Granada.
Pada masa ini juga lahir ilmuwan-ilmuwan Islam yang membawa perubahan bagi sistem
pendidikan umat Islam khususnya di bidang kedokteran, matematika, filsafat, dan lain
sebagainya. Beberapa ilmuwan muslim dari abad pertengahan yang terpopuler pada saat itu
antara lain Ibnu Sina atau Avicenna yang lahir pada abad pertengahan atau sekitar tahun ke-
11 Masehi penulis buku dasar ilmu kedokteran yang saat ini digunakan oleh para ilmuwan
ataupun dokter di dunia barat buku itu dikenal dengan nama Al Qanun Fi thib atau Canon of
medicine.
Selain Ibnu Sina ilmuwan lain yang terkenal pada masa itu adalah Khawarizmi yang
menemukan dasar-dasar ilmu matematika dan sistem numerik yang digunakan dalam ilmu
tersebut hingga saat ini atau yang dikenal dengan ilmu aljabar. (baca islam dan ilmu
pengetahuan)
Kemunduran Peradaban Islam
Tidak hanya ilmu-ilmu tersebut banyak hal-hal lain dan perkembangan yang dialami oleh
masyarakat yang membangun peradaban Islam namun akhirnya peradaban tersebut hancur
akibat beberapa hal diantaranya
 Adanya peperangan yang mengalahkan tentara muslim sehingga mereka harus Terusir
dari benua Eropa. Kerajaan-kerajaan barat bersatu dan mengusir umat Islam dari Eropa
dengan sangat kejam
 Peradaban Islam di timur juga dihancurkan oleh bangsa Mongol yang terkenal kejam
dan tidak berperikemanusiaan.
Sejak saat itu peradaban Islam mengalami kemunduran dan bangsa barat mulai mengalami
kemajuan dikarenakan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh dari bangsa muslim
sebelumnya. Mereka menghancurkan semua ilmu pengetahuan dan menyalin kitab-kitab dan
ilmu yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan muslim pada saat itu.
Kerajaan-kerajaan tersebut akhirnya melakukan ekspansi dan perluasan wilayah ke Asia dan
Amerika serta benua lainnya untuk menyebarkan agama mereka dan mencari kekayaan.
Meskipun peradaban Islam setelah abad pertengahan mengalami kemunduran akan tetapi
Islam tetap dapat tersebar ke seluruh penjuru dunia dan saat ini Islam adalah salah satu agama
yang banyak berkembang di berbagai belahan dunia. (baca sejarah islam di Arab Saudi)
MATERI VI
Kemunculan dan Kemunduran Tiga Kerajaan Islam Pada Abad Pertengahan

Mungkin telah kita ketahui bersama, bahwa Islam sempat memiliki peradaban yang sangat
maju, yaitu pada masa Dinasti Abassiyah. Lebih tepatnya lagi ketika Khalifah Harun Al
Rasyid dan anaknya Al Ma'mun memipin, pada sekitar abad ke 8 Masehi hingga abad ke 13
Masehi.
Harun Al Rasyid dan anaknya Al Ma'mun memiliki cita -- cita yang besar yaitu untuk
membangun sebuah peradaban Islam yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Namun
sayangnya zaman keemasan Islam ini harus berakhir.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab berakhirnya zaman keemasan Islam ini.
Namun, yang paling signifakan adalah akibat adanya serangan dari bangsa Mongol yang
menghancurkan Baghdad beserta dengan perustakaan dan pusat ilmu pengetahuan terlengkap
pada masa itu, Bayt Al Hikmah.
Serangan dari bangsa Mongol ini juga menyebabkan  kekuatan politik Islam menjadi terpecah
belah. Dimana wilayah kekuasaan Islam tidak lagi berada dalam satu kesatuan besar, yang
dipimpin oleh satu pemimpin yang menjadi khilafah sebagai pusat pemerintahan.
Kondisi politik Islam mulai berkembang kembali dan mulai menunjukan kemajuan setelah
munculnya tiga kerajaan besar Islam yang letaknya saling berjauhan. Ketiga kerajaaan besar
tersebut,  Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Mughal di India, dan Kerajaan Syafawi di
Persia.
 Kerajaan Usmani
Kerajaan Usmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah
Mongol dan daerah utara negeri Cina. Ketika abad ke 9/10 Masehi kerjaan Syafawi
memutuskan untuk menetap di Asia Tengah dan memutuskan untuk memeluk agama Islam.
Pada tahun 923 -- 1342 merupakan masa Usmaniyah, bisa dibailang seperti ini karena
kekuasaan Utsmaniyah merupakan periode terpanjang dari lembaran sejarah peradaban Islam.
Dalam waktu kurang lebih 6 abad pemerintahan Utsmaniyah telah mengambil bagian penting
sebagai satu -- satunya yang menjaga dan melindungi kau muslimin.
Setelah menjalani masa -- masa keemasannya, kerajaan Usmani akhirnya mengalami masa
kemunduran. Kemunduran kerajaan Usmani ini terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al Qonuni.
Setelah wafatnya Sultan Salman terjadi perebutan kekuasaan anatara putranya sendiri.
 Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal adalah kerajaan yang terletak di India. Pada masa keemasannya kerajaan ini
menjadi kerajaan adikuasa dan menjadi salah satu kerajaan terbesar di dunia.
Pada masa kejayannya kerajaan Mughal menguasai wilayah yang ama luas, hal ini dibuktikan
ketika cakupan kerajaan Mughal meliputi Kabul, Lahore, Multan, Delhi, Agra, Oud,
Allahabad, Ajmer, Gujarat, melwa, Bihar, Bengal, Khandes, Berar, Kasmir, Bajipur,
Galkanda, Tahore, dan Trichinopoli. Kerajaan Mughol sendiri merupakan produsen rempah
-- rempah, gula, wol, parfum, dan aneka produk lainnya.
 Kerajaan Syafawi
Berasal dari gerakan Tarekat  di Ardabil sebuah kota yang terletak di negara Azerbaijan.
Waktu berdirinya kerajaan Syafawi ini hampir bersamaan dengan berdirinya kerjaan Usmani
di Turki.
Nama kerajaan Syafawi sendiri diambil dari nama pendirinya yaitu Safi Al-Din ( 1252 --
1334 ). Kerajaan Syafawi ini menganut aliran syiah dan aliran syiah tersebut ditetapkan
sebagai mahzab di negaranya.
Kerajaan Syafawi mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Abbas 1. Pada masa
kekusasaan Abbas 1 ini ia mampu untuk mengatasi berbagai kemelut didalam negeri yang
menggangu stabilitas yang  ada di negara tersebut. Pada masa kekuasaan Abbas 1 juga telah
berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaannya yang lepas.
Mungkin telah kita ketahui bersama, bahwa Islam sempat memiliki peradaban yang sangat
maju, yaitu pada masa Dinasti Abassiyah. Lebih tepatnya lagi ketika Khalifah Harun Al
Rasyid dan anaknya Al Ma'mun memipin, pada sekitar abad ke 8 Masehi hingga abad ke 13
Masehi.
Harun Al Rasyid dan anaknya Al Ma'mun memiliki cita -- cita yang besar yaitu untuk
membangun sebuah peradaban Islam yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Namun
sayangnya zaman keemasan Islam ini harus berakhir.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab berakhirnya zaman keemasan Islam ini.
Namun, yang paling signifakan adalah akibat adanya serangan dari bangsa Mongol yang
menghancurkan Baghdad beserta dengan perustakaan dan pusat ilmu pengetahuan terlengkap
pada masa itu, Bayt Al Hikmah.
Serangan dari bangsa Mongol ini juga menyebabkan  kekuatan politik Islam menjadi terpecah
belah. Dimana wilayah kekuasaan Islam tidak lagi berada dalam satu kesatuan besar, yang
dipimpin oleh satu pemimpin yang menjadi khilafah sebagai pusat pemerintahan.
Kondisi politik Islam mulai berkembang kembali dan mulai menunjukan kemajuan setelah
munculnya tiga kerajaan besar Islam yang letaknya saling berjauhan. Ketiga kerajaaan besar
tersebut,  Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Mughal di India, dan Kerajaan Syafawi di
Persia.
 Kerajaan Usmani
Kerajaan Usmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah
Mongol dan daerah utara negeri Cina. Ketika abad ke 9/10 Masehi kerjaan Syafawi
memutuskan untuk menetap di Asia Tengah dan memutuskan untuk memeluk agama Islam.
Pada tahun 923 -- 1342 merupakan masa Usmaniyah, bisa dibailang seperti ini karena
kekuasaan Utsmaniyah merupakan periode terpanjang dari lembaran sejarah peradaban Islam.
Dalam waktu kurang lebih 6 abad pemerintahan Utsmaniyah telah mengambil bagian penting
sebagai satu -- satunya yang menjaga dan melindungi kau muslimin.
Setelah menjalani masa -- masa keemasannya, kerajaan Usmani akhirnya mengalami masa
kemunduran. Kemunduran kerajaan Usmani ini terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al Qonuni.
Setelah wafatnya Sultan Salman terjadi perebutan kekuasaan anatara putranya sendiri.
 Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal adalah kerajaan yang terletak di India. Pada masa keemasannya kerajaan ini
menjadi kerajaan adikuasa dan menjadi salah satu kerajaan terbesar di dunia.
Pada masa kejayannya kerajaan Mughal menguasai wilayah yang ama luas, hal ini dibuktikan
ketika cakupan kerajaan Mughal meliputi Kabul, Lahore, Multan, Delhi, Agra, Oud,
Allahabad, Ajmer, Gujarat, melwa, Bihar, Bengal, Khandes, Berar, Kasmir, Bajipur,
Galkanda, Tahore, dan Trichinopoli. Kerajaan Mughol sendiri merupakan produsen rempah
-- rempah, gula, wol, parfum, dan aneka produk lainnya.
 Kerajaan Syafawi
Berasal dari gerakan Tarekat  di Ardabil sebuah kota yang terletak di negara Azerbaijan.
Waktu berdirinya kerajaan Syafawi ini hampir bersamaan dengan berdirinya kerjaan Usmani
di Turki.
Nama kerajaan Syafawi sendiri diambil dari nama pendirinya yaitu Safi Al-Din ( 1252 --
1334 ). Kerajaan Syafawi ini menganut aliran syiah dan aliran syiah tersebut ditetapkan
sebagai mahzab di negaranya.
Kerajaan Syafawi mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Abbas 1. Pada masa
kekusasaan Abbas 1 ini ia mampu untuk mengatasi berbagai kemelut didalam negeri yang
menggangu stabilitas yang  ada di negara tersebut. Pada masa kekuasaan Abbas 1 juga telah
berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaannya yang lepas.
Berasal dari gerakan Tarekat  di Ardabil sebuah kota yang terletak di negara Azerbaijan.
Waktu berdirinya kerajaan Syafawi ini hampir bersamaan dengan berdirinya
kerjaan Usmani di Turki.
Nama kerajaan Syafawi sendiri diambil dari nama pendirinya yaitu Safi Al-Din ( 1252 --
1334 ). Kerajaan Syafawi ini menganut aliran syiah dan aliran syiah tersebut ditetapkan
sebagai mahzab di negaranya.
Kerajaan Syafawi mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Abbas 1. Pada masa
kekusasaan Abbas 1 ini ia mampu untuk mengatasi berbagai kemelut didalam negeri yang
menggangu stabilitas yang  ada di negara tersebut. Pada masa kekuasaan Abbas 1 juga telah
berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaannya yang lepas.
MATERI VII
Sejarah Kemunduran Tiga Kerajaan Besar (Utsmani, Safawi, dan Mughal)

Kemunculan tiga kerajaan islam yaitu Kerajaan Turki Ustmani, Kerajaan Safawi di Persia
dan Kerajaan Mughal di India telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan
peradaban islam.  Kerajaan Usmani meraih puncak kejayaan dibawah kepemimpinan Sultan
Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) di kerajaan safawi, Syah Abbas I membawa kerajaan
tersebut meraih kemajuan dalam 40 tahun periode kepemerintahannya dari tahun 1588-1628
M. Dan di Kerajaan Mughal meraih masa keemasan di bawah Sultan Akbar (1542-1605 M).

Seperti takdir yang telah Allah tentukan disetiap kejayaan tentu akan berganti dengan
kemunduran bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga kerajaan
tersebut. Setelah pemerintahan yang gilang gemilang dibawah kepemimpinan tiga raja itu,
masing-masing kerajaan mengalami fase kemunduran. Akan tetapi penyebab kemunduran
tersebut berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda.  Kemunduran-krmunduran inilah
yang akan penulis bahas dalam makalah ini. Karena pengaruhnya sangat besar terhadap
kelangsungan peradaban Islam secara keseluruhan.

A. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi

Kerajaan safawi di Persia meraih puncak keemasan dibawah pemerintahan syah Abbas I
selama periode 1588-1628 M. Abbas I berhasil membangun kerajaan safawi sebagai
kompetitor seimbang bagi Kerajaan Turki Usmani. Bahkan dalam bidang ilmu pengetahuan,
kerajaan ini lebih menonjol daripada kerajaan turki usmani, khususnya ilmu filsafat yang
berkembang amat pesat. Hurmuz sebagai pelabuhan utama berhasil dikuasai oleh Abbas I
sehingga wilayah ini mampu memjamin kehidupan perekonomian Safawi.
Tanda-tanda kemunduran kerajaan persia mulai muncul sepeninggalan Syah Abbas I.  Secara
berturut-turut syah yang menggantikan abbas I adalah:

1. Safi Mirza (1628-1642 M)


2. Abbas II (1642-1667 M)
3. Sulaiman (1667-1694 M0
4. Husain (1694-1722 M)
5. Tahmasp II (1722-1732 M)
6. Abbas III (1733-1736 M).
Banyak faktor yang mewarnai kemunduran kerajaan safawi, diantaranya dari perebutan
kekuasaan dikalangan keluarga kerajaan. Diakui bahwa Syah-syah yang menggantikan Abbas
I sangat lemah. Safi Mirza merupakan pemimpin yang lemah dan kelemahan ini
dilengkapinya oleh kekejaman yang luar biasa terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena
sifatnya yang pecemburu. Pada masa pemerintahan Mirza inilah kota Qandahar lepas dari
penguasaan Safawi karena direbut oleh kerajaan Mughal yang pada saat itu dipimpin oleh
Syah Jehan. Baghdad sendiri direbut oleh Kerajaan Usmani.

Abaas II konon seorang raja pemabuk, akan tetapi di tangannya kota Qandahar bisa direbut
kembali. Kebiasaan mabuk inilah yang menamatkan riwayatnya. Demikian halnya dengan
sulaiman, ia seorang pemabuk dan selalu bertindak kejam terhadap pembesar istana yang
dicurigainya. Selama tujuh tahun ia tak pernah memerintah kerajaan. Diyakini, konflik
dengan turki Usmani adalah sebab pertama yang menjadikan Safawi mengalami kemunduran.
Terlebih Turki Usmani merupakan kerajaan yang lebih kuat dan besar daripada Safawi.
Hakikatnya ketegangan ini disebabkan oleh konflik Sunni-Syi’ah.

Syah Husain adalah raja yang alim akan tetapi kealiman Husain adalah suatu kefanatikan
tehadap Syi’ah. Karena dia lah ulama syi’ah berani memaksakan pendiriannya terhadap
golongan sunni. Inilah yang menyebabkan timbulnya kemarahan golongan sunni di
afganistan. Dan pemberontakan inilah yang mengakhiri kisah kerajaan safawi.
Pemberontakan bangsa afgan dimulai pada 1709 M di bawah pimpinan Mir Vays yang
berhasil merebut wilayah Qandahar. Lalu disusul oleh pemberontakan suku Ardabil di Herat
yang berhasil menduduki Mashad.

Mir Vays digantikan oleh Mir Mahmud sebagai penguasa Qandahar. Di bawahnyalah,
keberhasilan menyatukan suku afgan dengan suku ardabil. Dengan kekuatan yang semakin
besar, Mahmud semakin terdorong untuk memperluas wilayah kekuasaannya dengan merebut
wilayah afgan dari tangan safawi. Bahkan ia melakukan penyerangan terhadap Persia untuk
menguasai wilayah tersebut.

Penyerangan demi penyerangan ini memaksa Husain untuk mengakui kekuasaan Mahmud.
Oleh Husain, Mahmud diangkat menajdi gubernur di Qandahar dengan gelar husain Quli
Khan yang berarti Budak Husain. Dengan pengakuan ini semakin mudah bagi Mahmud untuk
menjalankan siasatnya. Pada 1721 M ia berhasil merebut Kirman. Lalu menyerang Isfahan,
mengepung ibu kota safawi itu selama enam bulan dan memaksa Husain menyerah tanpa
syarat. Pada 12 oktober 1722 M Syah Husain menyerah dan 25 oktober menjadi hari pertama
Mahmud memasuki kota Isfahan dengan kemenangan.

Tak menerima semua ini, Tahmasp II yang merupakan salah seorang putra Husain dengan
dukungan penuh suku Qazar dari rusia, memproklamirkan diri sebagai penguasa Persia
dengan ibu kota di Astarabad. Pada 1726 M, Tahmasp bekerja sama dengan Nadir khan dari
suku afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa afgan yang menduduki Isfahan. Asyraf
sebagai pengganti Mir Mahmud berhasil dikalahkan pada 1729 M, bahkan Asyraf terbunuh
dalam pertempuran tersebut. Dengan kematian Asyraf, maka dinasti Safawi berkuasa lagi.

Pada Agustus 1732 M, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas III
yang merupakan putra Tahmasp II, padahal usianya masih sangat muda. Ternyata ini adalah
strategi politik Nadir Khan karena pada tanggal 8 maret 1736, dia menyatakan dirinya
sebagai penguasa persia dari abbas III. Maka berakhirlah kekuasaan dinasti Safawi di Persia.

Kehancuran safawi juga dikarenakan lemahnya pasukan Ghulam yang diandalkan oleh safawi
pasca penggantian tentara Qizilbash. Hal ini karena pasukan Ghulam tidak dilatih secara
penuh dalam memahami seni militer. Sementara sisa-sisa pasukan qizilbash tidak memiliki
mental yang kuat dibandingkan dengan para pendahulu mereka. Sehingga membuat
pertahanan militer Safawi sangat lemah dan mudah diserang oleh lawan.

Demikianlah dinamika kekhalifahan Safawi di Persia. Sistem Syi’ah ini, diakui atau tidak,
walau safawi telah hancur, masih memiliki sisa-sisanya. Yang paling jelas tentulah dalam
pemerintahan Republik Islam Iran dewasa ini. Meskipun tidak secara penuh diadopsi, tapi inti
dari yang dulu oleh Safawi rumuskan dan dilembagakan tetap menjadi dasar yang tidak dapat
dinafikan begitu saja.

B. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Mughal di India

Sepeninggalan Aurangzeb pada 1707 M, kesultanan mughal mulai menunjukkan tanda-tanda


kemunduran karena generasi pemimpin selanjutanya sangat lemah. Tercatat sultan-sultan
pasca Aurangzeb adalah sebagai berikut:
1. Bahadur Syah I (1707-1712 M)
2. Azimusyah (1712-1713 M)
3. Farukh siyar (1713-1719 M)
4. Muhammad syah (1719-1748 M)
5. Ahmad Syah (1748-1754 M)
6. Alamghir II (1754-1759 M)
7. Syah Alam (1761-1806 M)
8. Akbar (1806-1837 M).
9. Bahadur Syah II (1837-1858 M)

Kemunduran ini ditandai dengan konflik dikalangan keluarga kerajaan, yang intinya adalah
saling berebut kekuasaan. Keturunan Babur hampir semuanya memiliki watak yang keras dan
ambisius, sebagaimana nenek moyang mereka yaitu Timur Lenk yang juga memiliki sifat
demikian.

Ketika Jehangir menggantikan Abbas I, mendapat tentangan dari saudaranya, Khusraw yang
juga ingin tampil sebagai penguasa Mughal. Lalu saat Syah Jihan menggantikan Jehangir,
giliran ibu tiri beliau yang menentang karena ingin anaknya yaitu Khurram , menggantikan
Jehangir. Begitu pun saat Syah Jihan mulai mendekati ajalnya, anak-anak Syah Jihan
diantaranya Aurangzeb, Dara siqah, Shujah, dan Murad Bakhs saling berebut kekuasaan
hingga menyebabkan perang saudara yang berkepanjangan.

Faktor lainnya yang sangat berpengaruh adalah serangan dari kerajaan atau kekuatan luar.
Serangan ini mulanya dilakukan oleh kerajaan Safawi di persia yang memperebutkan wilayah
Qandahar. Pada 1622 m, daerah ini berhasil dikuasai oleh Safawi. Pada 1739 M, Nadir Syah
dari Safawi menyerbu Mughal dengan alasan bahwa Mughal tidak mau menerima duta
bangsa yang dikirim olehnya. Lalu disusul ketegangan dengan Afganistan pada masa
pemerintahan Muhammad Syah, kerajaan Mughal mendapat serangan dari suku afgan yang
dipimpin oleh Ahmad Syah. Pada 1748 ahmad Syah berhasil menguasai Lahore.

Pemberontakan Hindu juga turut memperkeruh suasana. Hindu yang merupakan mayoritas di
sana, tidak senang menjadi warga kelas dua dibandingkan islam yang menjadi warga kelas
satu padahal jumlahnya minoritas. Hal ini menimbulkan banyak sekali pemberontakan yang
membuat repot kerajaan Mughal terlebih disaat yang hampir bersamaan muncul pula tekanan
dari Inggris.

Keruntuhan Mughal juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, dimana kemunduran politik
negeri ini sangat menguntungkan bangsa-bangsa barat untuk menguasai jalur perdagangan .
Persaingan diantara mereka akhirnya dimenangi oleh Inggris yang kemudian untuk
memperkuat pengaruhnya, mendirikan EIC (East India Company). Dengan mendatangkan
pasukan kerajaan inggris untuk mengamankan dan mestabilkan wilayahnya. Menyadari
kekuatan Mughal semakin menurun, maka Syah Alam membuat perjanjian dengan Inggris,
dimana ia menyerahkan Oudh, Bengal dan Orisa kepada inggris.

Monopoli Inggris yang sangat otoriter dan cenderung keras, membuat rakyat Mughal yang
muslim maupun Hindu, bersama-sama mengadakan pemberontakan. Akan tetapi dapat
dikalahkan walaupun dalam serangan itu, pasukan Hindu yang memulainya, akan tetapi
Inggris melihat umat islam dan Bahadur Syah II, ikut campur dalam penyerangan itu. Maka
sebagai hukumannya, inggris memporak-porandakan wilayah Mughal dengan kekuatan
senjatanya yang selangkah lebih maju dibandingkan pasukan Mughal dan Hindu. Masjid dan
Candi menjadi sasaran penghancuran. Bahdaur sendiri di usir dari istana pada 1858 M, maka
sejak saat itu berakhirlah kekuasaan kerajaan Mughal di India dan digantikan oleh
imperialisme Inggris.

C. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Turki Usmani

Secara garis besar kemunduran Usmani mulai terasa sejak pemerintahan Sultan Salim II yang
menggantikan Sultan Sulaiman Al Qanuni pada 1566-1574 M. Di lihat dari faktor-faktor
yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Turki Usmani yang secara perlahan selama tiga
abad dapat dilihat melalui beberapa faktor. Diantaranya melemahnya semangat Yenisari
sehingga menyebabkan berbagai wilayah lepas dari kekuasaan Turki Usmani, hal ini sudah
mulai menunjukkan tanda-tandanya yaitu saat kekuasaan Salim II, dimana ia menderita
kekalahan dari serangan pasukan gabungan armada Spanyol, bandulia, dan armada sri paus di
tahun 1663 M.
Pasukan Usmani juga mengalami kekalahan dalam pertempuran di Hungaria di tahun 1676
M. Pada 1669 M, Turki Usmani mengalami kekalahan di Mohakez sehingga terpaksa
menandatangani perjanjian Karlowitz yang isinya kerajaan Usmani harus menyerahkan
seluruh wilayah hungaria dan pada 1770 M pasukan Rusia mengalahkan pasukan Usmani di
asia kecil.

Luasnya wilayah dan buruknya sistem pemerintahan pasca sulaiman Al qanuni juga membuat
hilangnya keadilan, dan merajalelanya korupsi dikalangan istana. Heterogenitas penduduk
menyebabkan kurangnya semangat persatuan. Terlebih Usmani merupakan kerajaan ayng
coraknya militer. Padahal militerisme diakui sangat sulit untuk membentuk suatu persatuan.
Sangat disayangkan pula bila kehidupan istana jauh dari nilai-nilai keislaman, justru sikap
bermegah-megahan dan istimewa serta memboroskan uang terjadi pula di kerajaan turki
Usmani. Hal ini setidaknya terjadi akibat pengaruh kehidupan barat yang masuk ke istana.
Terlebih pemborosan harta ini terjadi saat perekonomian mulai mengalami kemerosotan yang
sangta tajam, apalagi untuk pembiayaan angkatan perang yang diharapkan mampu meraih
ghanimah malah mengalami kekalahan yang berturut-turut.

Kemuduran di kalangan istana ini, diambil kesempatan oleh wilayah-wilayah turki dalam
upaya memerdekakan diri. Terlebih setelah munculnya semangat nasionalisme. Bangsa-
bangsa yang tunduk pada usmani, mulai menyadari akan kelemahan kerajaan tersebut. Maka
walaupun kerajaan usmani memperlakukan mereka sebaik mungkin, namun dalam benak
mereka tetap saja bila Usmani adalah penjajah yang datang menyerbu dan menguasai wilayah
mereka.

Dimulailah usaha untuk melepaskan diri dari pemerintahan Usmani, di Mesir misalnya,
Yenisari justru bekerjasama dengan dinasti mamalik dan akhirnya berhasil merebut kembali
wilayah mesir pada 1772 M hingga kedatangan Napoleon pada !789 M. Lalu ada gerakan
wahabisme di tanah arab yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul wahab yang
bekerjasama dengan keluarga Saud, dan akhirnya berhasil memukul mundur kekuasaan turki
dengan bantuan tetara Inggris dari jazirah Arab. Keluarga saud sendiri memproklamirkan
sebagai penguasa arab maka wilayah jazirah arab selanjutnya dinamakan Saudi Arabia.

Kemajuan teknologi barat juga tidak bisa dilepaskan sebagai salah satu faktor penentu
kehancuran wilayah turki usmani, dimana sistem kemiliteran bangsa barat selangkah lebih
maju dibandingkan dengan kerajaan turki usmani. Oleh karena itu saat terjadi kontak senjata
maupun peperangan yang terjadi belakangan, tentara turki selalu mengalami kekalahan.
Terlebih Turki Usmani sangat tidak mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan, maka
otomatis peralatan perangnya pun semakin ketinggalan jaman. Saat Turki Usmani mulai
berbenah, sudah terlambat karena wilayahnya sedikit demi sedikit mulai menyusut karena
melepaskan diri dan sulit untuk menyatukannya kembali.
Akhirnya pada 1924, Kemal Attaturk memaksa Sultan Hamid II untuk menyerahkan
kekuasaan Turki Usmani setelah kemal melakukan gerakan pembaharuan melalui Turki
Muda nya, dan penyerahan kekuasaan ini menjadikan Turki Usmani telah berakhir
riwayatnya dan kemudian digantikan oelh Republik Turki yang sekuler.

Kehancuran Kerajaan Turki Usmani ini, membuat bangsa-bangsa eropa semakin mudah
menguasai dan menjajah wilayah-wilayah ynag dulu diduduki oleh Usmani yang mayoritas
muslim. Maka sejak itulah umat islam berada dalam situasi dijajah oleh bangsa non muslim.
Sungguh ironis karena ini lebih baik oleh bangsa turki karena bagaimanapun juga Turki
Usmani adalah muslim.

KESIMPULAN
Keruntuhan tiga kerajaan islam ini umumnya ditandai oleh konflik dalam kalangan keluarga
kerajaan yang saling berebut kekuasaan. Hal ini mengakibatkan sistem pemerintahan dan
keluasan wilayah yang telah berhasil dibangun pada masa sebelumnya menjadi tidak berarti
lagi karena para penerusnya lebih sibuk untuk saling merebut kekuasaan dari tangan
keluarganya sendiri.
Lalu masalah ekonomi juga sangat berperan, seperti misalnya kedatangan Inggris di Mughal
sangat memepengaruhi kehidupan ekonomi sitana yang apada ujungnya malab bergantung
kepada Inggris. Demikian pula di Turki Usmani, sikap boros dan hidup kemewahan
berbanding lurus dengan kekalahan demi kekalahan yang dialami pasukan yenisari sehingga
membuat kas negara berwarna merah karena tak mendapatkan ghanimah maupun wilayah
baru.

Sistem politik juga sangat mempengaruhi, di Safawi misalnya kebijakan memaksakan


madzhab syi’ah membuat secara politik orang-orang sunni tidak senang dan akhirnya justru
memberontak melepaskan diri dari kekuasaan Safawi dan bahkan Sunni melalui suku Afgan
berhasil menguasai wilayah safawi.

Ambisi perluasan wilayah juga mengakibatkan kehancuran turki itu sendiri karena tenyata
semangat juang Yenisari tidak lagi sekuat dulu. Demikian juga Ghulam di Safawi tidak
memiliki semangat seperti Qizilbash, demikian pula generasi Qizilbash selanjutnya tidak
seperti generasi Qizilbash terdahulu. Semenatara aliasi Islam Hindu di Mughal tidak mampu
memukul mundur inggris.

Kelemahan teknologi yang sangat mencolok membuat perlawanan di Mughal maupun usaha
mempertahankan diri oleh Turki Usmani mengalami kegagalan karena bangsa eropa pada
saat itu telah memiliki perangkat perang yang selangkah lebih maju dibandingkan dengan
yang dimiliki oleh dua kerajaan tersebut.
MATERI VIII
Sejarah Peradaban Islam di Eropa (711M-1492M)

Ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran di daerah Semenanjung Arab, bangsa-
bangsa Eropa justru mulai bangkit dari tidurnya yang panjang, yang kemudian banyak
dikenal denganRenaissance. Kebangkitan tersebut bukan saja dalam bidang politik, dengan
keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Harus diakui, bahwa justru dalam
bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan negara-negara baru Eropa.
Kemajuan-kemajuan Eropa tidak dapat dipisahkan dari peran Islam saat menguasai Spanyol.
[1]
Dari Spanyol Islam itulah Eropa banyak menimba ilmu pengetahuan. Ketika Islam mencapai
masa keemasannya, kota Cordoba dan Granada di Spanyol merupakan pusat-pusat peradaban
Islam yang sangat penting saat itu dan dianggap menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu,
orang-orang Eropa Kristen, Katolik maupun Yahudi dari berbagai wilayah dan negara banyak
belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi orang
Eropa[2] Di sini pula mereka dapat hidup dengan aman penuh dengan kedamaian dan
toleransi yang tinggi, kebebasan untuk berimajinasi dan adanya ruang yang luas untuk
mengekspresikan jiwa-jiwa seni dan sastra.[3]
Penduduk keturunan Spanyol dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu: Pertama,
kelompok yang telah memeluk Islam; Kedua, kelompok yang tetap pada keyakinannya tetapi
meniru adat dan kebiasaan bangsa Arab, baik dalam bertingkah laku maupun bertutur kata;
mereka kemudian dikenal dengan sebutan Musta’ribah, dan Ketiga, kelompok yang tetap
berpegang teguh pada agamanya semula dan warisan budaya nenek moyangnya. Tidak
sedikit dari mereka, yang nonmuslim, menjadi pejabat sipil maupun militer, di dalam
kekuasaan Islam Spanyol. Mereka pun mendapat keleluasaan dalam menjalankan ibadah
mereka tanpa diganggu atau mendapat rintangan dari penguasa muslim saat itu, sesuatu yang
tidak pernah terjadi sebelumnya saat penguasa Kristen memerintah Spanyol.[4]
 
A. Masuknya Islam ke Eropa
Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, tanah Spanyol lebih banyak dikenal
dengan nama Andalusia, yang diambil dari sebutan tanah Semenanjung Liberia. Julukan
Andalusia ini berasal dari kata Vandalusia, yang artinya negeri bangsa Vandal, karena bagian
selatan Semenanjung ini pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka dikalahkan
oleh bangsa Gothia Barat pada abad V. Daerah ini dikuasai oleh Islam setelah penguasa Bani
Umayah merebut tanah Semenanjung ini dari bangsa Gothi Barat pada masa Khalifah Al-
Walid ibn Abdul Malik.[5]
Islam masuk ke Spanyol (Cordoba) pada tahun 93 H (711 M) melalui jalur Afrika Utara di
bawah pimpinan Tariq bin Ziyad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka
Andalusia.[6]
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika
Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik
mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa
Khalifah Al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman
Al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki
Aljazair dan Maroko. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan
sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53
tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun
83 H (masa al-Walid).[7] Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini
terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan Kerajaan Romawi, yaitu Kerajaan
Gotik.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling
berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq
ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia
menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan
perang lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah
kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta
rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif ibn Malik dan
kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothicyang berkuasa di Spanyol pada saat itu,
serta dorongan yang besar untuk memperoleh  harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada
tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq
ibn Ziyad.[8]
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena pasukannya lebih
besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang
didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-
Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.
[9] Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan
pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini,
maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di Bakkah,
Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya menaklukkan kota-kota
penting seperti Cordova, Granada dan Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat itu).[10]  Sebelum
menaklukkan kota Toledo, Thariq meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di
Afrika Utara. Lalu dikirimlah 5000 personil, sehingga jumlah pasukan Thariq 12000 orang.
Jumlah ini tidak sebanding dengan pasukan ghothic yang berjumlah 25.000 orang.[11]
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan
wilayah yang lebih luas lagi. Musa bin Nushair pun melibatkan diri untuk membantu
perjuangan Thariq. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di
Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.[12]
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar
ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar pegunungan
Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan  kaum muslimin
yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol
dan melebar jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.[13]
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak
dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal.
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri
Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial,
politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah
Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan
itu, penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa,
yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama
Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut
agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara brutal.[14] Rakyat dibagi-
bagi ke dalam sistem kelas, sehingga, keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan,
dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti
kedatangan juru pembebas dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam.
[15] Berkenaan dengan itu, Ameer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika
Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan,
keadilan, dan kesejahteraan tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan
menyedihkan di bawah kekuasaan tangan resi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan
berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat.[16] akibat
perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan
dan pemberontakan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan
campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya dan sudah ada
jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke
Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol berada di
bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian
juga pertambangan, industri, dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang
baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian
lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa
digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dengan daerah lain sulit dilalui
akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.[17]
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh
keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick,
Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam.
Awal kehancuran kerajaan Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota
negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas
wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan
Achila, kakak, dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk
menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin.
Sementara itu, terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa
wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan
mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol. Julian bahkan memberikan
pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq, dan Musa.[18]
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah tentara Roderick yang terdiri dari para
budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu, orang Yahudi yang
selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan
kaum Muslimin.[19]
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal  adalah suatu kondisi yang terdapat dalam
tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang, dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan
wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya
kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam
menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang
ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap
toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin itu
menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.
B. Perkembangan Islam di Spanyol
Sejak pertama kali Islam menginjakkan kakinya ditanah Spanyol hingga jatuhnyua kerajaan
Islam terakhir di sana sekitar tujuh setengan abad lamanya, Islam memainkan peranan yang
besar, baik dalam bidang kemajuan intelektual (filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian,
bahasa dan sastra), kemegahan bangunan fisik (Cordova dan Granada).[20] Sejarah panjang
yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode yaitu  :
1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Khalifah Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri
Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari dalam
maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite
penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan
pandangan antara Khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di
Khairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai
daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur)
Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu
menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan
etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri
terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing yaitu suku Qaisy (Arab Utara) dan Arab
Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini sering kali menimbulkan konflik politik, terutama
ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada
gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.
[21] Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun
138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang
bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam,
yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah
Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil
(yang masuk ke Spanyol). Ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayah di Spanyol. Penguasa-
penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman Al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I,
Abdurrahman Al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan
Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik di bidang
politik maupun bidang peradaban. Abdurrahman Al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam
bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdul
Rahman Al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.[22] Pemikiran filsafat juga
mulai pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman Al-Ausath.
Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen
fanatik yang mencari kesahidan (Martyrdom).[23] Gangguan politik yang paling serius pada
periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852
M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu sejumlah
orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah
pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat
Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih
sering terjadi.[24]
Ada yang berpendapat pada periode ini dibagi menjadi dua yaitu masa Ke Amiran (755-912)
dan masa ke Khalifahan  (912-1013).[25]
3. Periode Ketiga (912-1013 M) 
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir”
sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk Al-Thawaif.
Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan
khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Muktadir,
Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
Menurut penilainnya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah
sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang tepat
untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150
tahun lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang
memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abdurrahman Al-Nasir (912-961 M),
Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi
kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman Al-Nasir mendirikan universitas
Cordova. Ia mendahului Al-Azhar Kairo dan Nizhamiyah Baghdad, juga menarik minat para
siswa, Kristen dan Muslim, tidak hanya di Spanyol tetapi juga dari wilayah-wilayah lain di
Eropa, Afrika dan Asia.[26]
Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan
jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang
berpusat di kota-kota tertentu.[27]
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif yang berpusat di suatu kota
seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah
Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam memasuki masa pertikaian intern.
Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang
meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa
keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai
mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan
intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan
sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.[28]
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi
terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M)
dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah
gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia
berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Pada masa dinasti
Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.
Dinasti Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumazi (w.1128). Dinasti ini datang ke
Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun’im. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen
memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami
Muwahhhidun menyebabkan penguasanya memilih meninggalkan Spanyol dan kembali ke
Afrika Utara pada tahun 1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen
dan Seville jatuh pada tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan
Islam.[29]
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada Periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar
(1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-
Nasir. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena
perselisihan orang-orang istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad
merasa tidak senang kepada  ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai
penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaannya. Dalam
pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu
Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya.
Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik
tahta. Tentu saja, Ferdinand dan Isabella yang mempersatukan kedua kerajaan besar Kristen
melalui perkawinan itu tidak cukup puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat
Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen
tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan
Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di
Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk
Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi
umat Islam di daerah ini.[30]
 
C. Kemajuan Peradaban
Dalam masa lebih dari tujuh abad, kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai
kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan, pengaruhnya membawa
Eropa dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.
1. Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang
tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-
komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk
Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah
antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada
penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya
Arab dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang
terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus
yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.[31]
a.    Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan
sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan
Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai
dikembangkan pada abad ke-9 M, selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5,
Muhammad ibn Abd Al-Rahman (832-886 M).[32]
Atas inisiatif Al-Hakam (961 -976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur
dalam jumlah besar, sehingga, Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya
mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia islam.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn
Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla
dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih
muda. Seperti Al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis
dan eskatologis. Magnum opusnyaadalah Tadbir al-Mutawahhid.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun
kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis
masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal
adalah Hay ibn Yaqzhan.
Akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di
gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibnu Rusyd dari Cordova. la lahir tahun 1126 M dan
meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah
Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian
filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid.
Ibnu Rusyd memiliki sikap realisme, rasionalisme, positivisme ilmiah Aristotelian. Sikap
skeptis terhadap mistisisme adalah basis di mana ia menyerang filsafat Al-Ghazali.[33]
b.    Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan Iain-lain juga berkembang
dengan baik. Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang
pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.[34] Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash
terkenal dalam ilmu astronomi. la dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan
menentukan berapa lamanya. la juga berhasil membuat teropong modern yang dapat
menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah
ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan Al-
Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Fisika. Kitab Mizanul Hikmah (The Scale of Wisdom), ditulis oleh Abdul Rahman al-Khazini
pada tahun 1121, adalah satu karya fundamental dalam ilmu fisika di Abad Pertengahan,
mewujudkan “tabel berat jenis benda cair dan padat dan berbagai teori dan kenyataan yang
berhubungan dengan fisika.[35]
Trigonometri  Pengantar kepada risalah astronomi dari Jabir ibnu Aflah, dari Seville, ditulis
oleh Islah al-Majisti pada pertengahan abad dua belas, berisi tentang teori-teori
trigonometrikal. Hasan al-Marrakusyi telah melengkapi pada tahun 1229 di Maroko, suatu
risalah astronomi dengan informasi trigonometri. Karyanya tersebut berisi “tabel sinus untuk
setiap setengah derajat, juga tabel untuk mengenal benar-benar sinus, arc sinus dan arc
cotangen”
Observatorium Maragha, berdiri pada tahun 1259 di Azerbaijan, Persia, menjadi pusat studi
astronomi dan alat-alat (baru) atau untuk memperbaiki alat-alat astronomi, kreatif dan
terkenal untuk suatu periode yang singkat. Pusat yang menarik bagi ahli astronomi dan
pembuat alat-alat astronomi dari Persia dan mungkin Cina.[36]
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir
terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim
Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera
Pasai dan Cina. Ibn Al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn
Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat
tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika.
Geografi. Zamakhsyari (wafat 1144) seorang Persia, menulis Kitabul Amkina waljibal wal
Miyah (The Book of Places, Mountains and Waters). Yaqut menulis Mu’jamul Buldan (The
Persian Book of Places), tahun 1228, berupa suatu daftar ekstensif data-data geografis
menurut abjad termasuk fakta-fakta atas manusia dan geografi alam, arkeologi, astronomi,
fisika dan geografi sejarah. Aja’ib al-Buldan (The Wonders of Lands), karya al-Qazwini,
tahun 1262, ditulis dalam tujuh bagian yang berkaitan dengan iklim. Muhammad ibnu Ali az-
Zuhri dari Spanyol, menulis satu risalah teori geografi setelah tahun 1140. Al-Idrisi dari
Sisilia, menulis untuk raja Normandia, Roger II, yang kemudian diketahui sebagai sebuah
deskripsi geografi yang paling teliti di dunia. Ia juga menggubah ensiklopedia geografi antara
tahun 1154 dan 1166 untuk William I. Al-Mazini di Granada telah menulis geografi Islam
Timur dan daerah Volga; keduanya didasarkan atas perjalanannya.[37]
C.    Fiqih
Dalam bidang fiqih, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut Maliki. Yang memperkenalkan
mazhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan
oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd Al-Rahman. Ahli-ahli fiqih
lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id Al-Baluthi, dan Ibn
Hazm yang terkenal.[38]
d.    Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan
tokohnya Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan
jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. la juga terkenal sebagai
penggubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya, baik pria
maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
Studi-studi musikal Islam, seperti telah diprakarsai oleh para teoritikus al-Kindi, Avicenna
dan Farabi, telah diterjemahkan ke bahasa Hebrew dan Latin sampai periode pencerahan
Eropa. Banyak penulis-penulis dan musikolog Barat setelah tahun 1200, Gundi Salvus,
Robert Kilwardi, Ramon Lull, Adam de Fulda, dan George Reish dan Iain-lain, menunjuk
kepada terjemahan Latin dari tulisan-tulisan musikal Farabi. Dua bukunya yang paling sering
disebut adalah De Scientiis  dan De Ortu Scientiarum.
Musik Muslim juga disebarluaskan ke seluruh benua Eropa oleh para “penyanyi-
pengembara” dari periode pertengahan ini memperkenalkan banyak instrumen dan elemen-
elemen musik Islami. Instrumen-instrumen yang lebih terkenal adalah lute (al-lud), pandore
(tanbur) dan gitar (gitara). Kontribusi Muslim yang penting terhadap warisan musik Barat
adalah musik mensural dan nilai-nilai mensural dalam noot dan mode ritmik. Tarian Morris
di Inggris berasal dari Moorish mentas (Morise). Spanyol banyak menerapkan model-model
musikal untuk sajak dan rima syair dari kebudayaan Muslim.[39]
Banyak risalah musikal yang telah di tulis oleh para tokoh Islam seperti Nasiruddin Tusi dan
Qutubuddin Asy-Syairazi yang lebih banyak menyusun teori-teori musik.[40]
e.    Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu
dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol
menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa
Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih,
Ibn Malik pengarang Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan Ibn
Usfur, dan Abu Hayyan Al-Gharnathi.
2.    Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sangat banyak. Dalam
perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem
irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya.
Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan.
Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam
digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan
air). Pengaturan hidrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal
Persia yang dinamakan na’urah (Spanyol: Noria). Di samping itu, orang-orang Islam juga
memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun, dan taman-taman.[41]
Industri, di samping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi
Spanyol Islam. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang
tembikar.
Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah
pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, mesjid, pemukiman, dan
taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah mesjid Cordova, kota Al-Zahra,
Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana Al-Makmun, mesjid Seville, dan istana
Al-Hamra di Granada.
a.    Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani
Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar
dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk
menghiasi ibu kota Spanyol Islam. Pohon-pohon dan : bunga-bunga diimpor dari Timur. Di
seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik peman-
dangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana
Damsik.
Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut Ibn Al-Dala’i,
terdapat 491 mesjid di sana. Di samping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya
tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandi-an. Di sekitarnya
berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum,
penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 Km.
b.    Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-
sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-
masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di
seluruh Eropa. Istana Al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian
arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.
Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan
istana Al-Zahra, istana Al-Gazar, inenara Girilda, dan Iain-lain.[42]
3.    Faktor-Faktor Pendukung Kemajuan
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat
dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd Al
Rahman Al-Dakhil, Abd Al-Rahman Al-Wasith dan Abd Al-Kahman Al-Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-
penguasa lainnya yang mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting di antara
penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad Ibn Abd Al-Rahman
(852-886) dan Al-Hakam II Al-Muntashir (961-976).
Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan
Yahudi, sehingga, mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol.
Untuk orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang
menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas,
baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama, komunitas-
komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannya masing-masing.
Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di
Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad
ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah
Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini
menunjukkan bahwa, meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik,
terdapat api yang disebut kesatuan budaya dunia Islam.[43]
Perpecahan politik pada masa Muluk Al-Thawa’if dan sesudahnya tidak menyebabkan
mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan, merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan,
Kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Sevilla,
Granada, dan Iain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan
satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk Al-Thawa’if berhasil
mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang di antaranya justru lebih maju.[44]
D. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa
puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan
membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki
tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.38 Namun demikian, kehadiran Arab Islam
telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan
kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan
Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam
sedang mengalami kemunduran.[45]
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat,
di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang
Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M,
mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para mukalaf itu, suatu
ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang
ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar
terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi
yang dapat memberi makna persatuan, di samping kurangnya figur yang dapat menjadi
personifikasi ideologi itu.[46]
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina
perekonomian.[47] Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan
mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah
kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan
pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di
antaranya juga disebabkan permasalahan ini.[48]
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. la selalu berjuang sendirian,
tanpa mendapat bantuan kecuali dan Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan
alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.[49]
D. Pengaruh Peradaban Islam Di Eropa
Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada
khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Memang banyak
saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib,
tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik
dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian, dan peradaban antar negara.
Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan
Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang
pemikiran dan sains di samping bangunan fisik.[50] Yang terpenting di antaranya adalah
pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). la melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan
kebebasan berpikir. la mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat
semua orang yang berpikiran bebas. la mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam
terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa,
hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme (Ibn Rusydisme) yang menuntut kebebasan
berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.
Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16
M dan rasionalisme pada abad ke-17 M.[51] 41 Buku-buku Ibn Rusyd dicetak di Vinesia
tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan, edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553
dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna,
Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad ke-17 M di Jenewa.
Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal
dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam
di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama
belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan
Muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka
mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas pertama eropa adalah Universitas
Paris yang didirikan pada tahun 1231 M tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di
akhir zaman Pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam universitas-
universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, seperti
ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari
adalah pemikiran Al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd.[52]
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu
menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad
ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-
terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa
Latin.[53]
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi
ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah
kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang
bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M,
dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18 M.[54]
  
Eksistensi perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh peradaban Spanyol
Islam di segala bidang, telah menjadikannya sebagai sebuah negara adikuasa di zamannya.
Kehadirannya telah banyak mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban
manusia.
Dengan semangat science for science mereka melakukan serangkaian upaya pengembangan
khazanah keilmuan yang telah di kemukakan oleh Pemikir Yunani kuno dengan tanpa
melepaskan pada frame religius islami. Semangat inilah yang mereka lakukan dalam
melakukan itjihad keilmuan. Dari akumulasi dan hubungan yang harmonis inilah kemudian
melahirkan ilmu pengetahuan islami yang sangat bermanfaat bagi perkembangan kebudayaan
manusia selanjutnya. Di saat perkembangan keilmuwan mencapai zaman keemasan inilah
pada waktu yang bersamaan dunia Eropa berada dalam keadaan yang memprihatinkan.
Mereka terkekang oleh dogma gerejani yang absolut yang mengharamkan umatnya untuk
mengembangkan daya nalarnya.
Namun demikian, perputaran jarum sejarah tidak selamanya menunjukkan arahnya ke dunia
Islam. Selang beberapa waktu kemudian dunia Islam mengalami disintegrasi dan stagnasi roh
ilmiah intelektual, terutama setelah serangan Al-Ghazali yang mendeskriditkan para filsuf
muslim dalam melakukan itjihad akliah mereka. Kondisi ini menjadikan umat menjadi
antipati terhadap dinamika intelektual filosofis. Sementara itu banyaklah para filsuf muslim
yang harus “keluar” dari negerinya yang sudah tak “bersahabat” lagi dengan ide-idenya ke
tempat yang lebih aman, yaitu Benua Eropa. Di sana ide-ide mereka disambut dengan
antusias, apalagi setelah para pelajar Eropa belajar di dunia Islam sebelumnya. Mereka tahu
akan begitu besarnya manfaat ilmu yang ada di dunia Islam. Keadaan inilah yang akhirnya
khazanah ilmu pengetahuan harus berpindah dari dunia Islam ke dunia non-Islam. Babak
inilah yang menandai kemunduran dunia Islam, dan awal zaman keemasan dunia Eropa.
Kemunduran dinamika intelektual muslim disebabkan tidak teraplikasikannya nilai-nilai
ijtihad yang distimuli al-Qur’an di tengah-tengah kehidupan umat Islam. Untuk itu fenomena
ini hendaknya memberikan nuansa sekaligus pemicu agar umat kembali kepada semangat
intelektual Quranik, jika ingin mengembalikan zaman keemasan pendidikan Islam tempo
dahulu, guna mengembalikan zaman keemasan pendidikan dan membangun kebudayaan
dunia Islam modern secara adaptik dan komprehensif. (nalah_aagun)
 

MATERI IX
Perang Salib

Peta kawasan timur Mediterania pada tahun 1135, memperlihatkan wilayah yang dikuasai


Laskar Salib dan daerah sekitarnya.
Perang Salib adalah sebutan bagi perang-perang agama di Asia Barat dan Eropa antara abad
ke-11 sampai abad ke-17, yang disokong dan adakalanya diarahkan oleh Gereja Katolik.
Perang Salib berbeda dari konflik-konflik keagamaan lainnya karena orang-orang yang ikut
serta dalam perang ini meyakini perjuangan mereka sebagai laku silih demi beroleh ampunan
atas dosa-dosa yang sudah mereka akui. Ruang lingkup istilah Perang Salib pun masih
menjadi pokok perdebatan. Ada sejarawan yang berpendapat bahwa hanya ziarah-
ziarah bersenjata ke Yerusalem sajalah yang dapat disebut Perang Salib, tetapi ada pula
sejarawan yang berpandangan bahwa Perang Salib adalah semua kampanye militer Katolik
dengan iming-iming pahala rohani bagi orang-orang yang ikut berjuang, atau segala macam
"perang suci" Katolik, atau setiap perang yang dicetuskan pihak Katolik dengan iming-iming
pahala rohani sebagai ciri utama. Perang Salib yang paling terkenal adalah perang-perang
perebutan Tanah Suci melawan kaum Muslim di kawasan timur Mediterania antara tahun
1096 sampai tahun 1271. Sejak abad ke-12, ada pula Perang Salib melawan orang Moro
Iberia, Perang Salib melawan Kekaisaran Turki Osmanli, dan Perang Salib untuk maksud-
maksud lain, termasuk untuk memerangi kaum pagan, memberantas kaum bidah, dan
menuntaskan silang sengketa di antara pihak-pihak yang sama-sama beragama Kristen
Katolik.
Perang Salib pertama kali dicetuskan oleh Paus Urbanus II pada tahun 1095 dalam
sidang Konsili Clermont. Ia mengimbau hadirin untuk angkat senjata membantu Kaisar
Romawi Timur melawan orang Turki Seljuk, dan untuk melakukan ziarah bersenjata ke
Yerusalem. Imbauannya ditanggapi dengan penuh semangat oleh seluruh lapisan masyarakat
Eropa Barat. Para sukarelawan dikukuhkan menjadi anggota Laskar Salib melalui
pengikraran kaul di muka umum. Orang mengajukan diri lantaran didorong oleh niat yang
berbeda-beda. Ada yang sekadar ingin pergi ke Yerusalem agar ikut terangkat beramai-ramai
ke surga, ada yang melakukannya demi bakti kepada majikan, ada yang hendak mencari
ketenaran dan nama baik, dan ada pula yang bernafsu meraup keuntungan ekonomi maupun
politik melalui keikutsertaannya. Laskar Salib mengasaskan empat negara baru, yang lazim
disebut Outremer (Tanah Sabrang), yakni Negara Kabupaten Edessa, Negara Kepangeranan
Antiokhia, Negara Kerajaan Yerusalem, dan Negara Kabupaten Tripoli. Laskar Salib pada
akhirnya terdesak mundur sesudah hampir dua abad bercokol di Tanah Suci. Akko, kota
terakhir Laskar Salib di Tanah Suci, direbut kaum Muslim pada tahun 1291.
Reconquista (Penaklukan Balik), perang Kristen-Muslim di Semenanjung Iberia, dinyatakan
sebagai Perang Salib pada tahun 1123, dan berakhir dengan tumbangnya Emirat
Granada pada tahun 1492. Perang Salib Utara yang menundukkan suku-suku pagan di
kawasan timur laut Eropa ke bawah kekuasaan Jerman, Denmark, dan Swedia, dianggap
sebagai Perang Salib sejak tahun 1147. Pada tahun 1199, Paus Inosensius III menjadi paus
pertama yang memaklumkan Perang Salib politik untuk menundukkan penguasa-penguasa
Kristen yang membandel. Perang Salib dijadikan sarana memerangi kaum bidah
di Lengadok sejak tahun 1208. Perang Salib melawan kaum bidah berlanjut
di Savoia serta Bohemia pada abad ke-15, dan dilancarkan terhadap kaum Protestan pada
abad ke-16. Perang Salib juga dilancarkan untuk membendung laju ekspansi Kekaisaran
Turki Osmanli pada pertengahan abad ke-14, dan baru berakhir dengan Perang Liga
Suci pada tahun 1699.

Istilah "Perang Salib" dalam bahasa Indonesia adalah terjemahan dari frasa Arab "Hurubus
Salibiyah" (bahasa Arab: ‫)حرْ ب الصليبية‬.
َ Dalam historiografi modern, istilah "Perang Salib"
mula-mula digunakan sebagai sebutan bagi ekspedisi militer ke Tanah Suci yang dilakukan
umat Kristen Eropa pada abad ke-11, abad ke-12, dan abad ke-13. Istilah ini selanjutnya
mengalami perluasan makna sehingga digunakan pula sebagai sebutan bagi kampanye-
kampanye militer lain yang diprakarsai, disokong, dan adakalanya diarahkan oleh Gereja
Katolik, untuk memerangi kaum pagan, memberantas kaum bidah, dan untuk maksud-
maksud lain yang konon katanya demi syiar agama.[1] Perang Salib terbedakan dari perang-
perang agama Kristen lainnya karena orang-orang yang ikut serta di dalamnya meyakini
perjuangan mereka sebagai laku silih demi beroleh ampunan atas segala dosa yang sudah
diakui.[2] Penggunaan istilah "Perang Salib" dapat menimbulkan kesalahpahaman. Orang
mungkin saja menyamaratakan semua Perang Salib, bahkan keliru menyangka bahwa Perang
Salib adalah semua perang Kristen-Islam sebagaimana perang-perang Salib perdana. Lagi
pula definisi Perang Salib masih menjadi pokok perdebatan terkait historiografi di kalangan
sejarawan dewasa ini.[3][4][5]
Ketika Perang Salib I meletus, istilah "Perang Salib" belum dikenal. Kampanye militer umat
Kristen kala itu disebut "lawatan" (bahasa Latin: iter) atau "ziarah" (bahasa
Latin: peregrinatio). Perang-perang dengan restu Gereja ini baru dikait-kaitkan dengan istilah
"salib" setelah kata "crucesignatus" (orang yang diberi tanda salib) dari bahasa Latin mulai
digunakan pada akhir abad ke-12.[6] Menurut Kamus Bahasa Inggris Oxford, etimologi kata
"crusade" (istilah Inggris untuk "Perang Salib") berkaitan dengan kata croisade dalam bahasa
Prancis modern, croisée dalam bahasa Prancis kuno, crozada dalam bahasa
Provençal, cruzada dalam bahasa Portugis dan Spanyol, dan crociata dalam bahasa Italia.
Semua kata ini adalah turunan dari kata cruciāta atau cruxiata dalam bahasa Latin Abad
Pertengahan, yang mula-mula berarti "menyiksa" atau "menyalibkan", namun sejak abad ke-
12 juga berarti "membuat tanda salib".[7] Meskipun istilah "Perang Salib" telah digunakan
oleh para sejarawan sebagai sebutan bagi perang-perang suci yang dilakukan umat Kristen
semenjak 1095, peristiwa-peristiwa yang disebut sebagai "Perang Salib" sangatlah banyak
dan beragam sehingga penggunaan istilah ini dapat saja menimbulkan salah paham,
khususnya terkait perang-perang salib perdana.[6]
Perang Salib di Tanah Suci lazimnya dipilah-pilah menjadi sembilan perang yang berbeda,
mulai dari Perang Salib pertama (1095–1099) sampai Perang Salib kesembilan (1271–1272).
Pemilahan menjadi sembilan perang inilah yang digunakan oleh sejarawan Charles
Mills dalam karya tulisnya yang berjudul History of the Crusades for the Recovery and
Possession of the Holy Land (1820), dan seringkali digunakan sebagai bentuk pemilahan
yang paling mudah, meskipun sebenarnya masih dapat diperdebatkan. Perang Salib
kelima dan keenam yang dipimpin oleh Kaisar Friedrich II dapat saja dianggap sebagai satu
kali peperangan, demikian pula dengan Perang Salib kedelapan dan kesembilan yang
dipimpin oleh Raja Louis IX.[8]
Istilah "Perang Salib" dapat saja dimaknai secara berbeda, tergantung pada pandangan
penulis yang menggunakannya. Giles Constable menjabarkan empat sudut pandang berbeda
di kalangan para pengkaji sejarah sebagai berikut:[9]
 Sudut pandang kaum tradisionalis. Kaum tradisionalis membatasi pengertian Perang
Salib sebagai perang-perang yang dilakukan oleh umat Kristen di Tanah Suci semenjak
1095 sampai 1291, "baik untuk menolong umat Kristen di negeri itu maupun untuk
memerdekakan Yerusalem dan Makam Suci dari penjajahan".[10]
 Sudut pandang kaum pluralis. Kaum pluralis menggunakan istilah Perang Salib
sebagai sebutan bagi segala macam aksi militer yang direstui secara terbuka oleh paus
yang sedang menjabat.[11] Pemaknaan seperti ini mencerminkan pandangan Gereja
Katolik Roma (termasuk tokoh-tokoh Abad Pertengahan pada masa Perang Salib seperti
Santo Bernardus dari Clairvaux) bahwasanya setiap perang yang direstui oleh Sri Paus
dapat disebut secara sah sebagai Perang Salib, tanpa membeda-bedakan sebab, alasan,
maupun tempatnya. Definisi yang luas ini mencakup pula aksi-aksi penyerangan
terhadap kaum penyembah berhala dan ahli bidah seperti Perang Salib Albigensia, Perang
Salib Utara, dan Perang Salib Husite. Definisi ini juga mencakup perang-perang demi
keuntungan politik dan penguasaan wilayah seperti Perang Salib Aragon di Sisilia,
Perang Salib yang dimaklumkan Sri Paus Inosensius III terhadap Markward dari
Anweiler pada 1202,[12] dan yang dimaklumkan terhadap orang-orang Stedingen,
beberapa Perang Salib yang dimaklumkan (oleh paus-paus yang berbeda) terhadap Kaisar
Friedrich II beserta putra-putranya,[13] dua Perang Salib yang dimaklumkan terhadap para
penentang Raja Henry III dari Inggris,[14] dan aksi penaklukan kembali Semenanjung
Iberia oleh umat Kristen.[15]
 Sudut pandang kaum generalis. Kaum generalis memandang Perang Salib sebagai
segala macam perang suci yang berkaitan dengan Gereja Latin dan yang dilakukan
sebagai tindakan bela agama.
 Sudut pandang popularis. Kaum popularis membatasi pengertian Perang Salib sebagai
perang-perang yang bercirikan gerakan khalayak ramai dengan alasan keagamaan, yakni
hanya Perang Salib pertama, dan mungkin pula Perang Salib Rakyat.[9]
Istilah yang digunakan sebagai sebutan umum bagi umat Muslim kala itu adalah "Sarasen";
sebelum abad ke-16, istilah "Muslim" dan "Islam" jarang digunakan oleh orang Eropa.
[16]
 Istilah "Sarasen" dalam bahasa Yunani (Σαρακηνοί, Sarakēnoí) dan bahasa Latin
(Saraceni) berasal dari sebutan pada milenium pertama bagi bangsa-bangsa non-Arab yang
mendiami daerah padang pasir di sekitar Provinsi Arabia Petrea.[17] Istilah ini kemudian
digunakan pula sebagai sebutan bagi suku-suku Arab, dan pada abad ke-12 menjadi penanda
suku bangsa dan agama yang sinonim dengan kata "Muslim" dalam sastra Latin Abad
Pertengahan.[18] Istilah "orang Franka" (Faranji atau Faranggi) dan "orang Latin" (Latini)
digunakan sebagai sebutan bagi orang-orang Eropa Barat semasa Perang Salib, guna
membedakan mereka dari "orang Yunani" (umat Kristen Timur).[19][20] Para penulis sejarah
Muslim pada Abad Pertengahan seperti Ali ibn al-Athir menyebut Perang Salib sebagai
"perang-perang orang Franka" (bahasa Arab: ‫حروب الفرنجة‬, hurubul faranjah). Istilah yang
digunakan sebagai padanan "Perang Salib" dalam bahasa Arab modern adalah "kampanye-
kampanye salib" (bahasa Arab: ‫حمالت صليبية‬, hamalāt ṣalībiyah). Istilah Arab modern ini
sebenarnya adalah serapan dan terjemahan dari istilah "Perang Salib" yang digunakan dalam
historiografi Barat.
Selama masa Reformasi Protestan dan Kontra Reformasi pada abad ke-16, para sejarawan
memandang Perang-perang Salib melalui kacamata keyakinan religius mereka masing-
masing. Kaum Protestan memandangnya sebagai suatu wujud dari kejahatan kepausan, dan
kaum Katolik memandangnya sebagai pemaksaan kekuatan demi kebaikan.[22] Para
sejarawan Abad Pencerahan cenderung melihat Abad Pertengahan secara umum, dan Perang-
perang Salib tersebut secara khusus, sebagai berbagai upaya dari budaya-budaya barbar yang
didorong oleh fanatisme.[23] Saat awal periode Romantik pada abad ke-19, pandangan keras
seputar Perang-perang Salib dan zamannya telah melunak;[24] keilmuan di kemudian hari pada
abad tersebut menekankan pengkhususan dan detail.[25]
Para akademisi Abad Pencerahan dari abad ke-18 dan para sejarawan Barat modern
mengungkapkan kemarahan moral atas perilaku para anggota Laskar Salib. Pada tahun 1950-
an Steven Runciman menulis, "Cita-cita yang tinggi ternoda
oleh kekejaman dan keserakahan ... Perang-perang Suci tersebut tidak lebih dari suatu
tindakan intoleransi yang lama dalam nama Allah".[26] Abad ke-20 menghasilkan tiga tulisan
sejarah yang penting tentang Perang-perang Salib: oleh Runciman, René Grousset, dan suatu
karya dari berbagai penulis yang disunting oleh K. M. Stetton.[27] Selama abad itu,
dikembangkan dua definisi mengenai Perang-perang Salib; salah satunya mencakup semua
upaya yang dipimpin oleh paus di Asia Barat dan Eropa,[28] namun sejarawan Thomas
Madden menulis, "Perang salib, yang pertama dan terutama, merupakan suatu perang
terhadap kaum Muslim demi membela iman Kristen ... Mereka memulainya sebagai suatu
akibat dari penaklukan kaum Muslim atas wilayah-wilayah kaum Kristen." Madden
menuliskan bahwa tujuan dari Paus Urbanus adalah bahwa "umat Kristen dari Timur harus
terbebas dari kondisi-kondisi yang memalukan dan kejam di bawah kekuasaan Muslim."[29]
Setelah jatuhnya Akko pada tahun 1291, dukungan Eropa untuk Perang-perang Salib terus
berlanjut meskipun ada kritikan dari berbagai orang pada zaman tersebut (misalnya Roger
Bacon, yang percaya bahwa perang-perang itu tidak efektif: "Mereka yang bertahan hidup,
bersama-sama dengan anak-anak mereka, adalah lebih dan lebih lagi disakiti hatinya terhadap
iman Kristen").[30] Menurut sejarawan Norman Davies, Perang-perang Salib bertentangan
dengan Perdamaian dan Gencatan Senjata demi Allah yang didukung oleh Paus Urbanus dan
memperkuat hubungan antara militerisme, feudalisme, dan dunia Kristen Barat. Pembentukan
ordo-ordo religius militer mengejutkan kaum Bizantium Ortodoks, dan Laskar Salib
menjarah negara-negara yang mereka lalui dalam perjalanan mereka ke timur. Dengan
melanggar sumpah mereka untuk mengembalikan wilayah kepada kaum Bizantium, mereka
seringkali mempertahankan wilayah tersebut untuk dimilki sendiri.[31][32][33] Permulaan Perang
Salib Rakyat memprakarsai terjadinya suatu pogrom di Rhineland dan pembantaian ribuan
orang Yahudi di Eropa Tengah; selama abad ke-19 akhir, perang salib ini digunakan oleh
beberapa sejarawan Yahudi untuk mendukung Zionisme.[34] Perang Salib Keempat
mengakibatkan perampokan atas Konstantinopel, sehingga secara efektif mengakhiri segala
kesempatan mendamaikan Skisma Timur–Barat dan menyebabkan jatuhnya Kekaisaran
Bizantium kepada kekuasaan Ottoman. Para sejarawan Abad Pencerahan mengkritik salah
sasarannya Perang-perang Salib—khususnya Perang Salib Keempat—yang mana menyerang
suatu kekuasaan Kristen (Kekaisaran Bizantium) bukannya kekuasaan Islam. David Nicolle
menyebutkan kontroversi Perang Salib Keempat dalam "pengkhianatan" atas Bizantium
karyanya,[35] dan dalam The History of the Decline and Fall of the Roman Empire Edward
Gibbon menuliskan bahwa upaya-upaya Laskar Salib akan lebih efektif jika memperbaiki
negara-negara mereka sendiri

Wilayah terluas yang dikuasai Kesultanan Seljuk Raya pada tahun 1092.


Setelah pasukan Muslim mengalahkan Bizantium dalam Pertempuran Yarmuk pada tahun
636, Palestina berada di bawah kendali Kekhalifahan Umayyah, Abbasiyah, dan Fatimiyah.
[36][37][38]
 Hubungan politik, perdagangan, dan toleransi antara negara-negara Arab dan Kristen
Eropa mengalami pasang surut hingga tahun 1072, ketika Fatimiyah kehilangan kendali atas
Palestina dan beralih ke Kekaisaran Seljuk Raya yang berkembang pesat.[39] Kendati kalifah
Fatimiyah Al-Hakim bi-Amr Allah memerintahkan penghancuran Gereja Makam Kudus,
penerusnya mengizinkan Kekaisaran Bizantium untuk membangunnya kembali.[40] Para
penguasa Muslim mengizinkan peziarahan oleh umat Katolik ke tempat-tempat suci. Para
pemukim Kristen dianggap sebagai dzimmi dan perkawinan campur tidaklah jarang terjadi.
[41]
 Budaya dan keyakinan hidup berdampingan dan saling bersaing, namun kondisi-kondisi
daerah perbatasan tidak bersahabat bagi para pedagang dan peziarah Katolik.[42] Gangguan
atas peziarahan oleh karena penaklukan bangsa Turk Seljuk memicu dukungan bagi Perang-
perang Salib di Eropa Barat.[43]

Terjemahan Prancis dari De Casibus Virorum Illustrium karya Boccaccio memperlihatkan


Sultan Seljuk Alp Arslan secara ritual mempermalukan Romanos IV pada tahun 1071
setelah Pertempuran Manzikert; Alp Arslan mengizinkan Romanos untuk kembali
Konstantinopel, di mana ia terbunuh oleh kaum Bizantium.
Kekaisaran Bizantium melakukan ekspansi wilayah pada awal abad ke-10 melalui Basilius
II yang menghabiskan sebagian besar kekuasaannya selama setengah abad dengan melakukan
berbagai penaklukan. Meskipun ia mewariskan peningkatan harta benda, ia menelantarkan
urusan-urusan domestik dan mengabaikan tugas untuk menggabungkan hasil-hasil
penaklukannya ke dalam ekumene Bizantium. Tak ada satu pun penerus Basilius yang
memiliki bakat politik atau militer, dan tugas mengatur Kekaisaran semakin banyak
diserahkan kepada pelayanan sipil. Upaya-upaya mereka untuk mengembalikan
perekonomian Bizantium ke dalam kemakmuran bahkan memicu inflasi. Untuk
menyeimbangkan anggaran yang semakin tidak stabil, tentara tetap Basilius dibubarkan dan
tentara thematiknya digantikan dengan tagmata. Setelah kekalahan pasukan Bizantium pada
tahun 1071 dalam Pertempuran Manzikert, bangsa Turk Seljuk menguasai hampir
keseluruhan Anatolia dan kekaisaran tersebut kerap kali mengalami perang saudara.[44]
Penaklukan kembali Semenanjung Iberia dari kekuasaan kaum Muslim dimulai pada abad ke-
8, mencapai titik baliknya dengan direbutnya kembali Toledo pada tahun 1085.[45] Kendati
dalam Konsili Clermont tahun 1095[46] Paus Urbanus II telah memperbandingkan peperangan
Iberia dengan Perang Salib Pertama yang dimaklumkannya, namun status perang salib baru
diperoleh melalui ensiklik Paus Kallistus II tahun 1123.[47] Setelah ensiklik ini, kepausan
tersebut menyatakan perang-perang salib Iberia pada tahun 1147, 1193, 1197, 1210, 1212,
1221, dan 1229. Hak-hak istimewa Laskar Salib juga diberikan kepada mereka yang
membantu ordo-ordo militer utama (Kesatria Templar dan Kesatria Hospitalis) dan ordo-ordo
Iberian yang pada akhirnya bergabung dengan kedua ordo utama: Ordo Calatrava dan Ordo
Santiago. Dari tahun 1212 hingga 1265 kerajaan-kerajaan Kristen Iberia mendesak kaum
Muslim sampai ke Keamiran Granada di ujung selatan semenanjung tersebut. Pada tahun
1492 keamiran ini ditaklukkan, kaum Muslim dan Yahudi dipaksa keluar dari semenanjung
tersebut.[48]
Suatu kepausan reformis yang agresif mengalami perselisihan dengan monarki-monarki
sekuler Barat dan Kekaisaran Timur, menyebabkan Skisma Timur–Barat[49] dan Kontroversi
Penobatan (yang dimulai sekitar tahun 1075 dan berlanjut selama Perang Salib Pertama).
Kepausan tersebut mulai menegaskan kemerdekaannya dari para penguasa sekuler dan
menyusun alasan-alasan penggunaan kekuatan bersenjata secara tepat oleh kalangan Katolik.
Hasilnya adalah kesalehan yang ketat, suatu minat dalam hal-hal keagamaan, dan propaganda
keagamaan yang menganjurkan suatu perang yang benar untuk merebut kembali Palestina
dari kaum Muslim. Pandangan mayoritas adalah bahwa umat non-Kristen tidak dapat dipaksa
untuk menerima baptisan Kristen atau diserang secara fisik karena memiliki iman yang
berbeda, namun ada kaum minoritas yang meyakini bahwa konversi paksa dan pembalasan
dapat dibenarkan karena penolakan atas pemerintahan dan iman Kristen.[50] Partisipasi dalam
perang seperti demikian dipandang sebagai suatu bentuk penitensi yang mana dapat
mengganti kerugian akibat dosa.[51] Di Eropa, bangsa Jerman melakukan ekspansi dengan
mengorbankan bangsa Slavia[52] dan Sisilia ditaklukkan oleh seorang
petualang Norman bernama Robert Guiscard pada tahun 1072.[53]

Ilustrasi dari Livre des Passages d'Outre-mer (kr. 1490) memperlihatkan Paus Urbanus II


dalam Konsili Clermont. (dari Bibliothèque Nationale)
Kaisar Alexius I Komnenus meminta bantuan militer (kemungkinan tentara bayaran untuk
memperkuat tagmatanya) dari Paus Urbanus II pada Konsili Piacenza tahun 1095 untuk
memerangi Seljuks; ia secara berlebihan menceritakan bahaya yang dihadapi Kekaisaran
Timur agar dapat memperoleh pasukan yang dibutuhkannya.[54] Pada tanggal 27 November
1095, dalam Konsili Clermont yang dihadiri hampir 300 klerus Prancis, Paus Urbanus
mengangkat isu-isu mengenai masalah yang terjadi di Timur dan perjuangan Kekaisaran
Romawi Timur (Bizantium) melawan kaum Muslim. Lima sumber utama seputar informasi
terkait konsili ini adalah: Gesta Francorum (Perbuatan-perbuatan Bangsa Franka), sebuah
karya anonim bertarikh antara tahun 1100–1101; Fulcher dari Chartres, seorang imam yang
menghadiri konsili ini; Robert sang Rahib, yang mungkin menghadirinya; Baldric, Uskup
Agung Dol, dan Guibert dari Nogent (yang mana tidak menghadirinya). Laporan-laporan
tersebut berupa tulisan tinjauan ke belakang yang sangat jauh berbeda antara satu dengan
yang lainnya.[55] Dalam Historia Iherosolimitana karyanya tahun 1106–1107, Robert sang
Rahib menuliskan bahwa Paus Urbanus meminta kaum Kristen barat untuk membantu
Kekaisaran Bizantium karena "Deus vult" ("Allah menghendakinya") dan
menjanjikan absolusi bagi para pesertanya; menurut sumber-sumber lainnya, paus tersebut
menjanjikan suatu indulgensi. Dalam laporan-laporan itu, Paus Urbanus menekankan untuk
merebut kembali Tanah Suci daripada sekadar membantu sang kaisar dan ia mendaftar
pelanggaran-pelanggaran mengerikan yang diduga dilakukan oleh kaum Muslim. Perang
salib tersebut diserukan di seluruh Prancis; Paus Urbanus menulis kepada mereka "yang
menanti di Flandria" bahwa bangsa Turk, selain menghancurkan "gereja-gereja Allah di
wilayah-wilayah timur", telah merebut "Kota Suci Kristus, yang dihiasi oleh sengsara dan
kebangkitan-Nya—dan merupakan penghujatan untuk mengatakannya—telah menjualnya
dan gereja-gerejanya ke dalam perbudakan keji". Meskipun sang paus tidak secara eksplisit
menyebut penaklukan kembali Yerusalem, ia menyerukan "pembebasan" militer atas Gereja-
gereja Timur dan menunjuk Adhemar dari Le Puy untuk memimpin perang salib ini (yang
mana dimulai pada tanggal 15 Agustus, pada peringatan Maria Diangkat ke Surga).[56]

Rute Perang Salib Pertama di Asia.


Pada tahun 1095 Paus Urbanus II di Roma menerima seorang utusan Kaisar Bizantium
Alexius I dari Konstantinopel yang mencari bantuan darurat untuk menghadapi ancaman
bangsa Turk. Paus tersebut bertindak segera dan melangsungkan suatu perang salib dengan
tujuan mengamankan akses menuju tempat-tempat suci. Sejarawan Paul Everett Pierson
mengatakan kalau ia juga "berharap bahwa jika Laskar Salib membantu Gereja Timur dengan
mengalahkan bangsa Turk, Gereja akan bersatu kembali di bawah
kepemimpinannya."[57] Karena terinsiprasi oleh khotbah Paus Urbanus II, Peter sang
Pertapa memimpin sebanyak 20.000 orang, sebagian besar petani, menuju Tanah Suci tak
lama setelah Paskah tahun 1096.[58] Ketika mereka tiba di Jerman pada musim semi tahun
1096, kesatuan-kesatuan Laskar Salin memulai pembantaian Rhineland di kota Speyer,
Worms, Mainz, dan Cologne, kendati ada upaya-upaya oleh para uskup Katolik untuk
melindungi orang-orang Yahudi. Para pemimpin utamanya misalnya Emicho dan Peter sang
Pertapa. Aktivitas anti-Yahudi ini memiliki kisaran yang luas, mulai dari kekerasan spontan
secara terbatas sampai dengan serangan militer skala penuh terhadap komunitas-komunitas
Yahudi di Mainz dan Cologne.[59] Hal ini merupakan peristiwa besar pertama
terkait kekerasan anti-Yahudi di Eropa, dan dikutip oleh kaum Zionis pada abad ke-19
sebagai kebutuhan akan suatu negara Yahudi.[60] Ketika kelompok tersebut sampai di
Kekaisaran Bizantium, Kaisar Alexius mendesak mereka agar menunggu para bangsawan
barat, tetapi mereka bersikeras untuk melanjutkan dan jatuh dalam suatu penyergapan oleh
bangsa Turk di luar kota Nicea, di mana hanya sekitar 3.000 orang yang berhasil meloloskan
diri.[61]
Laskar Salib yang resmi berangkat dari Prancis dan Italia pada bulan Agustus dan September
1096. Sejumlah besar pasukan tersebut dibagi menjadi empat bagian, yang mana melakukan
perjalanan secara terpisah menuju Konstantinopel.[62][63] Jika memperhitungkan orang-orang
selain pejuang, pasukan barat mungkin berjumlah sebanyak 100.000 orang.[64] Para pasukan
tersebut melakukan perjalanan ke arah timur lewat jalan darat menuju Konstantinopel, di
mana mereka menerima sambutan kehati-hatian dari sang Kaisar Bizantium.[65] Pasukan
utamanya, kebanyakan terdiri dari kesatria Norman dan Prancis di bawah kepemimpinan
para baron, berjanji untuk mengembalikan wilayah-wilayah yang hilang kepada kekaisaran
tersebut dan mereka berbaris menuju selatan melalui Anatolia.[66][67][68] Para pemimpin Perang
Salib Pertama ini misalnya Godefroy dari Bouillon, Robert Curthose, Hugues I dari
Vermandois, Baudouin dari Boulogne, Tancred dari Hauteville, Raymond IV dari
Toulouse, Bohemond dari Taranto, Robert II dari Flandria, dan Étienne, Comte Blois. Raja
Prancis dan Heinrich IV, Kaisar Romawi Suci, saat itu sedang dalam konflik dengan sang
Paus dan tidak ikut berpartisipasi.[69]
Laskar Salib awalnya berperang melawan bangsa Turk dalam Pengepungan Antiokhia yang
berlangsung cukup lama, dimulai sejak bulan Oktober 1097 dan berakhir Juni 1098. Ketika
mereka memasuki Antiokhia, Laskar Salib membantai penduduk Muslim dan menjarah kota
tersebut. Namun sejumlah besar pasukan Muslim yang dipimpin oleh Kerboga segera
mengepung Laskar Salib, yang saat itu berada di dalam Antiokhia. Bohemond dari Taranto
berhasil merapatkan kembali barisan Laskar Salib dan mengalahkan Kerboga pada tanggal 28
Juni.[70] Bohemond dan pasukannya tetap memegang kendali atas kota tersebut, kendati telah
berjanji mengembalikannya kepada Alexius.[71] Sebagian besar dari anggota Laskar Salib
yang tersisa bergerak menuju selatan, berpindah dari satu kota ke kota lainnya di sepanjang
pesisir tersebut, dan akhirnya tiba di Yerusalem pada tanggal 7 Juni 1099 dengan hanya
sebagian kecil dari kekuatan mereka yang semula.[72]
Kaum Yahudi dan Muslim berjuang bersama-sama untuk mempertahankan Yerusalem dalam
menghadapi invasi kaum Franka itu, tetapi Laskar Salib berhasil masuk ke dalam kota
tersebut pada tanggal 15 Juli 1099. Mereka mulai melakukan pembantaian penduduk sipil
Muslim dan Yahudi, serta menjarah atau menghancurkan masjid-masjid atau kota itu sendiri.
[73]
 Dalam Historia Francorum qui ceperunt Iherusalem karyanya, Raymond
D'Aguilers meninggikan tindakan-tindakan yang mana akan dianggap sebagai kekejaman dari
suatu sudut pandang modern.[74] Sebagai akibat dari Perang Salib Pertama, tercipta empat
negara bentukan Laskar Salib yang utama: Edessa, Antiokhia, Tripoli, dan Yerusalem.
[75]
 Pada suatu tingkatan populer, Perang Salib Pertama dianggap melepaskan suatu
gelombang amarah Katolik yang saleh dan emosional, yang mana diungkapkan
dalam pembantaian orang-orang Yahudi yang mengiringi perang-perang salib tersebut[76] dan
perlakuan kejam atas kaum Kristen Ortodoks "skismatik" dari timur.[77]
Setelah Perang Salib Pertama berlangsung yang kedua, perang salib yang kurang berhasil dan
disebut Perang Salib 1101, di mana bangsa Turk yang dipimpin oleh Kilij Arslan
I mengalahkan Laskar Salib dalam tiga pertempuran terpisah.
Artikel utama: Perang Salib Kedua,  Perang Salib Wend, dan Perang Salib Ketiga
Pada awal abad ke-12, praktik perang salib dengan skala yang lebih kecil terus
berlangsung. Paus Kallistus II memaklumkan Perang Salib Venesia yang berlangsung pada
tahun 1122–1124;[79] kunjungan Foulques V, Comte Anjou, pada tahun 1120 dan 1129
serta Konrad III dari Jerman pada tahun 1124 menghasilkan pengakuan atas Kesatria
Templar oleh Paus Honorius II. Pemberian indulgensi oleh Paus Innosensius II pada tahun
1135 atas keterlibatan dalam perang salib bagi mereka yang menentang musuh-musuh
kepausan dipandang oleh beberapa sejarawan sebagai awal mula perang-perang salib yang
bermotif politik.[80] Negara-negara bentukan Laskar Salib pada awalnya aman, tetapi Imad ad-
Din Zengi, setelah ditunjuk sebagai gubernur Mosul pada tahun 1127, merebut Aleppo pada
tahun 1128 dan Edessa (Urfa) pada tahun 1144.[81] Kekalahan-kekalahan ini
menyebabkan Paus Eugenius III menyerukan perang salib lainnya pada tanggal 1 Maret
1145.[82] Perang salib baru ini didukung oleh berbagai pengkhotbah, yang paling terkenal
ialah Bernardus dari Clairvaux.[83] Para pasukan dari Prancis dan Jerman, masing-masing
dipimpin oleh Raja Louis VII dan Konrad III, bergerak menuju Yerusalem pada tahun 1147
dan juga melakukan pengepungan atas Damaskus, tetapi gagal meperoleh satu pun
kemenangan penting.[84] Sementara itu sepasukan Laskar Salib dari Eropa utara berhenti di
Portugal dan bersekutu dengan raja Portugal, yakni Afonso I, untuk merebut kembali
Lisbon dari kaum Muslim pada tahun 1147.[85] Satu detasemen dari Laskar Salib ini
membantu Comte Ramón Berenguer IV dari Barcelona untuk menaklukkan
kota Tortosa pada tahun berikutnya.[86]
Di Tanah Suci, baik raja Prancis maupun Jerman telah kembali ke negara mereka masing-
masing pada tahun 1150 tanpa ada satu pun perubahan berarti. Bernardus dari Clairvaux,
yang melalui khotbah-khotbahnya mendorong keikutsertaan dalam Perang Salib Kedua,
kecewa dengan terjadinya kekerasan dan pembantaian terhadap penduduk Yahudi di
Rhineland.[87] Pada tahun 1172 Heinrich sang Singa, Adipati Sachsen, melakukan suatu
peziarahan yang terkadang dianggap sebagai suatu perang salib.[88] Pada saat yang
sama, bangsa Saxon dan Dane berperang melawan orang Wendi dalam Perang Salib Wendi.
Kaum Wendi mengalahkan Dane; Saxon tidak memberikan kontribusi yang cukup signifikan
dalam perang salib tersebut.[89] Perang-perang salib terus berlanjut padahal tidak ada bulla
kepausan resmi yang dikeluarkan untuk memberikan wewenang berlangsungnya perang-
perang salib baru.[90] Heinrich memulai kembali upaya untuk menaklukkan kaum Wendi pada
tahun 1160, dan mereka dikalahkan olehnya pada tahun 1162.[91]

Miniatur Raja Philippe II dari Prancis ketika tiba di Tanah Suci.


Saladin membangun suatu kesatuan kekuatan oposisi dan memberikan ancaman baru kepada
negara-negara Latin.[92] Setelah kemenangannya di Pertempuran Hattin, ia dengan mudah
mengalahkan Laskar Salib yang tercerai berai pada tahun 1187 dan merebut kembali
Yerusalem pada tanggal 29 September tahun itu. Syarat-syarat perjanjian diatur dan kota itu
menyerah; Saladin memasuki kota pada tanggal 2 Oktober.[93] Menurut Benediktus dari
Peterborough, Paus Urbanus III meninggal dunia karena kesedihan yang mendalam pada
tanggal 19 Oktober 1187 setelah mendengar berita mengenai kekalahan tersebut.[94] Pada
tanggal 29 Oktober Paus Gregorius VIII mengeluarkan sebuah bulla kepausan, Audita
tremendi, yang memaklumkan dilangsungkannya Perang Salib Ketiga. Friedrich I, Kaisar
Romawi Suci, Philippe II dari Prancis, dan Richard I dari Inggris berencana untuk merebut
Yerusalem kembali dan mereka mengorganisir pasukan masing-masing. Friedrich meninggal
dunia dalam perjalanan ke Yerusalem; beberapa pasukannya dapat mencapai Tanah Suci.
Dua pasukan lainnya berhasil sampai tetapi dilanda pertengkaran politik. Philippe kembali ke
Prancis, meninggalkan sebagian besar pasukannya. Richard menaklukkan Pulau Siprus dari
kaum Bizantium pada tahun 1191 karena para korban kapal karam termasuk saudarinya
ditawan oleh penguasa pulau itu, Isaakius Komnenos.[95] Ia kemudian merebut kembali
kota Akko setelah suatu pengepungan yang lama. Laskar Salib melakukan perjalanan ke
selatan di sepanjang pantai Mediterania, mengalahkan kaum Muslim di dekat Arsuf, dan
merebut kembali kota pelabuhan Yafo. Mereka telah berada di dekat Yerusalem, tetapi
kekurangan perbekalan memaksa mereka untuk mengakhiri perang salib ini tanpa merebut
Yerusalem.[96] Richard meninggalkannya pada tahun berikutnya setelah menegosiasikan suatu
perjanjian dengan Saladin. Ketentuan-ketentuan itu mengizinkan kaum Katolik yang tidak
bersenjata untuk berziarah ke Yerusalem dan mengizinkan para pedagang untuk berdagang.
[97]
 Heinrich VI, Kaisar Romawi Suci, memprakarsai Perang Salib Jerman pada tahun 1197
untuk memenuhi janji-janji yang dibuat oleh ayahnya, Friedrich. Dengan dipimpin
oleh Konrad dari Wittelsbach, Uskup Agung Mainz, pasukan tersebut tiba di Akko dan
merebut kota Sidon dan Beirut. Namun sebagian besar anggota pasukan akhirnya kembali ke
Jerman setelah Heinrich meninggal dunia.

Dua orang Kesatria Livonia; penggambaran dari abad ke-19.


Ketika Paus Selestinus III menyerukan suatu perang salib terhadap kaum pagan di Eropa
Utara pada tahun 1193, Uskup Berthold dari Hanover memimpin sejumlah besar pasukan
untuk mengalahkannya dan ia meninggal dunia tahun 1198. Menanggapi kekalahan
tersebut, Paus Innosensius III mengeluarkan sebuah bulla kepausan yang menyatakan suatu
perang salib terhadap etnis Livonia yang mana kebanyakan menganut paganisme.[99] Albrecht
von Buxthoeven, setelah dikonsekrasi sebagai uskup pada tahun 1199, tiba pada tahun
berikutnya dengan suatu kekuatan yang besar dan menjadikan Riga sebagai
takhta keuskupannya pada tahun 1201. Pada tahun 1202 ia membentuk Kesatria
Livonian untuk membantunya mengkonversi kaum pagan ke dalam Katolikisme dan, yang
lebih penting, untuk melindungi perdagangan Jerman. Etnis Livonia tersebut ditaklukkan dan
dikonversi antara tahun 1202 dan 1209.[100] Pada tahun 1217 Paus Honorius III menyatakan
suatu perang salib terhadap orang Prusia,[101] dan pada tahun 1226 Konrad I dari
Masovia memberikan Chełmno kepada para Kesatria Teutonik sebagai sebuah basis bagi
perang salib ini.[102] Pada tahun 1236 para Kesatria Livonia dikalahkan oleh orang Lithuania
di Saule, dan pada tahun 1237 Paus Gregorius IX menggabungkan sisa-sisa dari ordo militer
tersebut ke dalam Kesatria Teutonik sebagai Ordo Livonian.[103]
Pada tahun 1249 para Kesatria Teutonik menyelesaikan penaklukan mereka atas orang Prusia
Lama, dan memerintahnya sebagai para lord dari kaisar Jerman. Mereka kemudian
menaklukkan dan mengkonversi orang Lithuania, suatu proses yang berlangsung sampai
tahun 1380-an.[104] Ordo tersebut gagal menaklukkan bangsa Rusia Ortodoks,
khususnya Republik Pskov dan Novgorod (dengan dukungan dari Paus Gregorius IX),
sebagai bagian dari Perang Salib Utara. Pada tahun 1240 pasukan Novgorod mengalahkan
bangsa Swedia dalam Pertempuran Neva,[105] dan dua tahun kemudian mereka mengalahkan
Ordo Livonian dalam Pertempuran di Es.[106]
Paus Innosensius III mulai berkhotbah di Inggris, Jerman, dan khususnya Prancis, tentang apa
yang kemudian menjadi Perang Salib Keempat pada tahun 1200.[107] Ini menjadi semacam
kendaraan bagi ambisi politik Doge Enrico Dandolo dari Venesia (suatu negara vasal dari
Bizantium pada saat itu) dan Raja Jerman Philip dari Swabia, yang beristrikan Irene dari
Bizantium. Dandolo melihat suatu kesempatan untuk memperluas kekuasaan Venesia di
Timur Dekat dan melepaskan diri dari keterikatan Bizantium; Philip melihat perang salib
tersebut sebagai suatu kesempatan untuk mengembalikan keponakannya yang
diasingkan, Alexius IV Angelus, ke singgasana Bizantium.[108] Meskipun Laskar Salib
membuat kontrak dengan orang Venesia untuk suatu armada dan perbekalan untuk
mengangkut mereka ke Tanah Suci, mereka tidak mampu membayar karena jumlah kesatria
yang tiba di Venesia terlalu sedikit. Karenanya mereka sepakat untuk mengalihkan perang
salib ke Konstantinopel dan berbagi apa yang dapat dirampas sebagai pembayaran. Sebagai
jaminannya Laskar Salib merebut kota Kristen Zara pada tanggal 24 November 1202, dan
mereka semua yang terlibat diekskomunikasi oleh Paus Innosensius yang terkejut karena
peristiwa itu.[109] Mereka mendapat perlawanan terbatas dalam pengepungan awal mereka atas
Konstantinopel, dengan berlayar menyusuri Dardanelles dan menembus tembok-tembok laut.
Alexius IV Angelus mati dicekik setelah suatu kudeta kekaisaran, sehingga menggagalkan
usaha mereka, dan mereka mengulangi pengepungan itu pada bulan April 1204. Kali ini kota
tersebut dijarah, gereja-gereja dirampok, dan banyak penduduk dibunuh; Laskar Salib
membagi kekaisaran ini menjadi berbagai fief Latin dan koloni Venesia. Yang terakhir,
pertahanan La Cava dan Nikosia dititikberatkan.[110] Pada bulan April 1205, Laskar Salib
dikalahkan oleh kaum Bulgar dan sisa-sisa orang Yunani di Adrianopel, di mana Kaloyan
dari Bulgaria menangkap dan memenjarakan kaisar Latin yang baru, yaitu Baudouin dari
Flandria.[111][112] Kendati menyesalkan tindakan-tindakan itu, kepausan tersebut pada awalnya
mendukung penyatuan kembali gereja-gereja Timur dan Barat secara paksa.[113] Perang Salib
Keempat secara efektif menyebabkan adanya dua Kekaisaran Romawi di Timur: suatu
kekaisaran Latin di selat tersebut (Konstantinopel) yang bertahan sampai tahun 1261 dan
suatu enklave Bizantium yang memerintah dari Nicea, yang mana kemudian berhasil
menguasainya kembali dengan memanfaatkan tidak adanya armada Venesia. Bagaimanapun
Venesia adalah pewaris atau penerima manfaat satu-satunya.[114]

Paus Innosensius III mengekskomunikasi kaum Albigens (kiri), dan pembantaian Albigens
oleh Laskar Salib (kanan).
Meskipun Perang Salib Albigensian dilangsungkan pada tahun 1208 untuk mengatasi
kaum Katar (Albigens) dari Ositania (Prancis selatan masa kini), perjuangan panjang selama
beberapa dekade menyimpan banyak keinginan dari Prancis utara untuk memperluas
kontrolnya ke selatan sebagaimana dilakukannya dengan memerangi bidah tersebut. Kaum
Katar akhirnya berhasil dihalau ke bawah tanah, dan Prancis selatan kehilangan
kemerdekaannya.[115] Pada tahun 1221 Paus Honorius III meminta Raja András
II untuk mengatasi para bidat di Bosnia, dan pasukan Hungaria menanggapi tambahan
permintaan kepausan pada tahun 1234 dan 1241; kampanye yang belakangan berakhir
dengan adanya invasi Mongol di Hungaria pada tahun 1241. Gereja Bosnia merupakan
Katolik secara teologis, tetapi skismanya dengan Gereja Katolik Roma berlangsung hingga
melewati akhir Abad Pertengahan.[116] Paus Innosensius III menyatakan bahwa suatu perang
salib baru akan dimulai pada tahun 1217, dan ia menyelenggarakan Konsili Lateran IV pada
tahun 1215. Sebagian besar anggota Laskar Salib ini berasal dari Jerman, Flandria, dan Frisia,
dengan sejumlah besar pasukan dari Hungaria yang dipimpin oleh András II dan pasukan
tambahan yang dipimpin oleh Adipati Luitpold VI dari Austria. András dan Luitpold tiba di
Akko pada bulan Oktober 1217, namun hanya sedikit hasil yang dicapai dan András kembali
ke Hungaria pada bulan Januari 1218. Setelah kedatangan lebih banyak anggota Laskar Salib,
Luitpold dan Raja Yerusalem Jean dari Brienne mengepung Damietta di Mesir;[117] mereka
merebutnya pada bulan November 1219. Upaya-upaya lanjutan oleh Pelagio Galvani,
seorang legatus kepausan, untuk bergerak lebih jauh ke Mesir tidak membuahkan hasil.
[118]
 Karena diblokir oleh pasukan Sultan Ayyubiyyah Al-Kamil, Laskar Salib terpaksa
menyerah. Al-Kamil memaksa dikembalikannya Damietta, setuju untuk melakukan gencatan
senjata selama 8 tahun, dan Laskar Salib meninggalkan Mesir.[119]

Friedrich II (kiri) bertemu dengan al-Kamil (kanan) dalam sebuah naskah beriluminasi
dari Nuova Cronica karya Giovanni Villani.
Setelah berulang kali melanggar sumpahnya dalam perang salib, Kaisar Friedrich II
diekskomunikasi.[120] Ia akhirnya berlayar dari Brindisi, mendarat di Akko pada bulan
September 1228 setelah suatu perhentian di Siprus.[121] Friedrich menyepakati suatu perjanjian
damai dengan Al-Kamil yang mana memungkinkan kaum Kristen Latin untuk menguasai
sebagian besar Yerusalem dan sejalur wilayah dari Akko menuju Yerusalem, dengan kaum
Muslim menguasai daerah-daerah suci mereka di Yerusalem. Sebagai imbalannya, Friedrich
berjanji untuk melindungi Al-Kamil terhadap semua musuh sekalipun mereka kaum Kristen.
[122]
 Setelah Perang Salib Keenam berlangsung Perang Salib Para Baron, yakni suatu upaya
oleh Raja Thibaut I dari Navarre pada tahun 1239 dan 1240 yang berawal dari panggilan Paus
Gregorius IX pada tahun 1234 untuk kembali berhimpun pada bulan Juli 1239 setelah
gencatan senjata berakhir. Selain Thibaut, Peter dari Dreux, Hugues IV dari Bourgogne dan
bangsawan Prancis lainnya juga berpartisipasi. Mereka tiba di Akko pada bulan September
1239. Setelah suatu kekalahan pada bulan November di Gaza, Thibaut mengatur dua
perjanjian—satu perjanjian dengan kaum Ayyubiyyah dari Damaskus dan perjanjian lainnya
dengan kaum Ayyubiyyah dari Mesir—yang mana mengembalikan wilayah kepada negara-
negara yang tergabung dalam perang salib tetapi menyebabkan ketidakpuasan di kalangan
Laskar Salib. Thibaut kembali ke Eropa pada bulan September 1240; Richard dari Cornwall,
adik Raja Henry III dari Inggris, mengambil salib tersebut dan tiba di Akko beberapa minggu
kemudian. Setelah menegakkan perjanjiannya Thibaut, Richard meninggalkan Tanah Suci
untuk kembali ke Eropa pada bulan Mei 1241.[123]
Selama musim panas tahun 1244 pasukan Khwarezmia yang dikirim oleh putra al-Kamil,
yaitu as-Salih Ayyub, menyerang dan mengambil alih Yerusalem. Kaum Franka bersekutu
dengan Ismail, paman Ayyub, dan al-Mansur Ibrahim, amir dari Ḥimṣ; pasukan gabungan
mereka memasuki pertempuran di La Forbie di Gaza. Pasukan salib dan sekutunya
dikalahkan dalam waktu 48 jam oleh pasukan Khwarezmia.[124] Raja Louis IX dari
Prancis mengorganisir suatu perang salib setelah mengambil salib tersebut pada bulan
Desember 1244, memberitakan dan melakukan perekrutan antara tahun 1245 sampai 1248.
[125]
 Pasukan Louis berlayar dari Prancis pada bulan Mei 1249, mendarat di Mesir dekat
Damietta pada tanggal 5 juni 1249. Setelah banjir dari sungai Nil surut, pasukan tersebut
bergerak ke pedalaman pada bulan November dan pada bulan Februari telah berada di
dekat Mansura. Mereka dikalahkan, dan Louis ditangkap saat ia mundur kembali ke
Damietta.[126] Ia ditebus dengan harga 800.000 bezant, dan disepakati suatu gencatan senjata
selama 10 tahun. Louis pergi ke Suriah, menetap di sana sampai tahun 1254 untuk
memperkuat dan memperkokoh kerajaan Yerusalem.[127]
Pada tahun 1256 orang Venesia terusir dari Tirus, menggerakkan terjadinya Perang Santo
Sabas atas wilayah di Akko yang diklaim oleh Genoa dan Venesia.[128] Meskipun orang
Venesia menaklukkan wilayah yang disengketakan itu (dengan menghancurkan benteng
pertahanan Santo Sabas), mereka tidak dapat mengusir orang Genoa. Selama blokade 14
bulan, Genoa bersekutu dengan Philippe dari Montfort, John dari Arsuf, dan Kesatria
Hospitalis; sementara Venesia didukung oleh Comte Yafo dan Kesatria Templar.[129] Pada
tahun 1261 orang Genoa dapat diusir tetapi Paus Urbanus IV, karena khawatir atas dampak
perang tersebut pada pertahanan terhadap orang Mongol, mengorganisir suatu konsili
perdamaian.[130] Konflik tersebut berlanjut pada tahun 1264 ketika orang Genoa mendapat
bantuan dari Mikhael VIII Palaiologos, Kaisar Nicea, dan Venesia tidak berhasil dalam
usahanya menaklukkan Tirus. Kedua belah pihak menggunakan serdadu Muslim
(terutama Turkopol) untuk melawan musuh Kristen mereka, dan orang Genoa menjalin
aliansi dengan Sultan Mesir Baibars.[131] Perang ini secara signifikan mengganggu
kemampuan kerajaan tersebut dalam menghadapi ancaman eksternal. Selain bangunan-
bangunan keagamaan, kebanyakan bangunan berkubu di Akko dihancurkan; pada satu titik,
kota itu dikatakan tampak seperti telah dirusak oleh pasukan Muslim. Menurut Rothelin, yang
melanjutkan Sejarah karya William dari Tirus, 20.000 orang tewas dalam konflik tersebut
(sementara negara-negara bentukan Laskar Salib sangat kekurangan prajurit). Perang ini
berakhir pada tahun 1270, dan pada tahun 1288 Genoa mendapatkan kembali kawasannya di
Akko.[132]

Patung Charles dari Anjou di Hyères.


Pada tahun 1266 saudara Louis IX, Charles, merebut Sisilia yang sebelumnya menguasai
sebagian daerah di Laut Adriatik timur, yaitu Kerkyra, kota-kota Butrinto, Avlona,
dan Suboto. Perjanjian Viterbo disepakati dengan pengasingan Baudouin II dari
Konstantinopel dan Guillaume dari Villehardouin; para ahli waris dari kedua pangeran Latin
ini akan dinikahkan dengan anak-anak Charles, dan jika tidak ada ahli waris maka Charles
akan memperoleh kepangeranan dan kekaisaran tersebut. Charles memalingkan perang salib
saudaranya demi kepentingannya sendiri, ia membujuk Louis untuk mengarahkan yang
disebut Perang Salib Kedelapan itu untuk melawan vasal yang memberontak dari Charles,
yakni Tunis. Namun wafatnya Louis, penyakit yang menyebar di kalangan Laskar Salib, dan
badai yang menghancurkan armada kapalnya memaksa Charles untuk menunda rencana yang
telah disusunnya atas Konstantinopel. Mikhael VIII Palaiologos khawatir dengan perang salib
yang telah direncanakan Charles untuk memulihkan Kekaisaran Latin, yang mana telah jatuh
pada tahun 1261, dan terhadap ekspansi Charles di Mediterania. Rencana Charles tertunda
karena Michael memulai negosiasi dengan Paus Gregorius X demi persatuan gereja-gereja
Yunani dan Latin. Dalam Konsili Lyon II, penyatuan gereja-gereja tersebut dideklarasikan
sehingga Charles dan Philippe dari Courtenay terpaksa menjalin gencatan senjata dengan
kaum Bizantium. Penyatuan ini nantinya terbukti tidak dapat diterima oleh kalangan Yunani.
Michael juga mendanai Genoa untuk mendorong pemberontakan di wilayah-wilayah Italia
utara yang dikuasai Charles.[133] Pada tahun 1268 Charles mengeksekusi Konradin,
cicit Isabella dari Jerusalem dan pretender utama atas singgasana Yerusalem, ketika ia
merebut Sisilia dari Kekaisaran Romawi Suci. Charles membeli hak penguasaan Yerusalem
dari Maria dari Antiokhia, satu-satunya cucu yang masih hidup dari Ratu Isabella, sehingga
menciptakan suatu klaim untuk menandingi Hugues III dari Siprus (cicit Isabella).
Charles menghabiskan hidupnya dengan upaya-upaya untuk menghimpunkan suatu
kekaisaran Mediterania; ia dan Louis memandang diri mereka sebagai instrumen Allah untuk
menegakkan kepausan.[134] Louis IX mengabaikan para penasihatnya sehingga pada tahun
1270 ia kembali menyerang bangsa Arab di Tunis. Cuacanya panas, dan pasukannya hancur
oleh penyakit. Louis meninggal dunia, sehingga mengakhiri upaya besar yang terakhir untuk
mengambil alih Tanah Suci.[135] Dari tahun 1265 sampai 1271, para mamluk yang dipimpin
oleh Sultan Baibars mendesak kaum Franka ke beberapa pos pesisir kecil.[136] Yang kemudian
menjadi Edward I dari Inggris berjanji untuk ikut serta dengan Louis IX dalam perang salib,
namun ia terlambat dan baru sampai di Afrika Utara pada bulan November 1270. Setelah
wafatnya Louis, Edward pergi ke Sisilia dan kemudian ke Akko pada bulan Mei 1271.
Bagaimanapun pasukannya kecil, dan ia tidak senang dengan gencatan senjata antara Baibars
dan Raja Hugues dari Yerusalem. Edward belajar dari kematian ayahnya dan suksesinya ke
singgasana terjadi pada bulan Desember 1272, tetapi ia tidak kembali ke Inggris hingga tahun
1274 (walau ia meraih sedikit pencapaian di Tanah Suci).[137] Konklaf pada tahun 1281 yang
memilih seorang paus Prancis, yaitu Paus Martinus IV, membawa kekuasaan kepausan
sepenuhnya ke lini belakang Charles. Ia berkampanye di Albania dan Akhaya, namun tidak
berhasil, menjelang persiapan untuk melangsungkan perang salibnya (dengan 400 kapal yang
membawa 27.000 kesatria berkuda) terhadap Konstantinopel. Mikhael VIII Palaiologos
bersekutu dengan Pero III dari Aragon untuk memicu suatu pemberontakan, yang kemudian
disebut Vespers Sisilia, di mana armada kapal Laskar Salib ditinggalkan dan dibakar. Orang-
orang Sisilia mengangkat Pero sebagai raja, dan Wangsa Anjou Kapetia diasingkan dari
Sisilia. Paus Martinus mengekskomunikasi Pero dan melangsungkan suatu perang salib
terhadap Aragon sebelum Charles wafat pada tahun 1285, yang mana memungkinkan Henri
II dari Siprus untuk merebut kembali Yerusalem. Salah satu faktor kemunduran Laskar Salib
adalah perpecahan dan konflik seputar kepentingan kaum Kristen Latin di kawasan timur
Mediterania. Paus Martinus dipandang membahayakan kepausan dengan mendukung Charles
dari Anjou, dengan ceroboh melangsungkan "perang-perang salib" sekuler terhadap Sisilia
dan Aragon sehingga menodai gemerlap spiritualnya. Jatuhnya otoritas moral kepausan dan
bangkitnya nasionalisme membunyikan lonceng kematian bagi praktik perang salib, yang
akhirnya mengarah pada Kepausan Avignon dan Skisma Barat. Perang Salib
Aragon dinyatakan oleh Paus Martinus terhadap Pero III pada tahun 1284 dan 1285, di mana
Pero mendukung pasukan anti Angevin ("dari Anjou") di Sisilia setelah Vespers Sisilia dan
Paus Martinus mendukung Charles dari Anjou. Paus Bonifasius VIII menyatakan suatu
perang salib terhadap Federico III dari Sisilia (putra bungsu Pero) pada tahun 1298, namun ia
tidak mampu menghalangi pengakuan dan pemahkotaan Federico sebagai raja Sisilia.[138]
Tanah daratan negara-negara bentukan Laskar Salib dari outremer tersebut lenyap dengan
jatuhnya Tripoli pada tahun 1289 dan Akko pada tahun 1291.[139] Kebanyakan kaum Kristen
Latin yang tersisa pergi ke berbagai tempat tujuan dalam Frankokratia ("pemerintahan
Franka"), dibunuh, atau diperbudak.[140] Upaya-upaya praktik perang salib kecil masih ada
pada abad ke-14; Pierre I dari Siprus merebut dan menjarah Aleksandria pada tahun 1365
dalam peristiwa yang dikenal sebagai Perang Salib Aleksandria, namun motivasinya lebih
kepada kepentingan ekonomi daripada religius.[141] Louis II memimpin Perang Salib
Mahdiya untuk melawan bajak laut Muslim di Afrika Utara; setelah pengepungan selama 10
minggu, Laskar Salib menyepakati gencatan senjata selama 10 tahun.[142]

Pertempuran antara kaum Hussit dan Laskar Salib; Kodeks Jena, abad ke-15.


Artikel utama: Perang Utsmaniyah di Eropa
Informasi lebih lanjut: Pertempuran Nikopolis, Perang Salib Varna, Peperangan
Hussit dan Pengepungan Beograd
Sejumlah perang salib dilangsungkan selama abad ke-14 dan ke-15 untuk menghadapi
ekspansi Kekaisaran Ottoman (Utsmaniyah); yang pertama (pada tahun 1396) dipimpin
oleh Sigismund dari Luxemburg, raja Hungaria. Banyak bangsawan Prancis yang bergabung
dengan Sigismund, misalnya Jean II dari Bourgogne (putra Adipati Bourgogne). Kendati
Sigismund menyarankan Laskar Salib untuk berfokus pada pertahanan ketika mereka sampai
di Donau, mereka mengepung kota Nikopol. Ottoman mengalahkan mereka
dalam Pertempuran Nikopolis pada tanggal 25 September, menawan 3.000 orang.[143] Perang
Salib Hussit, dikenal juga dengan sebutan Peperangan Hussit atau Peperangan Bohemian,
merupakan aksi militer terhadap pengikut Jan Hus di Bohemia dari tahun 1420 sampai 1431.
Berbagai perang salib dinyatakan sebanyak lima kali selama periode ini: tahun 1420, 1421,
1422, 1427, dan 1431. Ekspedisi-ekspedisi tersebut memaksa pasukan Hussit, yang mana
tidak setuju dengan banyak hal doktrinal, untuk bersatu mengusir penjajah. Peperangan ini
beakhir tahun 1436 dengan ratifikasi Compactata Iglau oleh Gereja.[144]
Raja Polandia-Hungaria Władysław Warneńczyk menyerang wilayah yang baru ditaklukkan
Ottoman, sampai ke Beograd pada bulan Januari 1444; Sultan Murad II menolak suatu
negosiasi gencatan senjatan beberapa hari setelah ratifikasinya. Upaya-upaya lanjutan oleh
Laskar Salib berakhir dalam Pertempuran Varna pada tanggal 10 November, suatu
kemenangan mutlak Ottoman yang menyebabkan mundurnya Laskar Salib. Penarikan ini,
menyusul upaya terakhir pihak Barat untuk membantu Kekaisaran Bizantium,
mengakibatkan kejatuhan Konstantinopel pada tahun 1453. János Hunyadi dan Yohanes dari
Capistrano mengorganisir suatu perang salib pada tahun 1456 untuk membebaskan Beograd
dari pengepungan Ottoman.[145] Pada bulan April 1487 Paus Innosensius VIII menyerukan
suatu perang salib terhadap kaum Waldensian dari Savoy, Piemonte, dan Dauphiné di Prancis
selatan dan Italia utara. Satu-satunya upaya yang benar-benar dilakukan, yang mana
menghasilkan sedikit perubahan, adalah di Dauphiné.

Kekaisaran Bizantium dan Latin pada tahun 1205.


Perang Salib Pertama mendirikan empat negara bentukan Laskar Salib yang pertama di
kawasan timur Mediterania: County Edessa (1098–1149), Kepangeranan Antiokhia (1098–
1268), Kerajaan Yerusalem (1099–1291), dan County Tripoli (1104—kendati Tripoli belum
ditaklukkan hingga 1109—sampai 1289). Kerajaan Armenia Kilikia telah ada sebelum
Perang-perang Salib, tetapi status kerajaan diperolehnya dari Paus Innosensius III dan
kemudian mendapat pengaruh barat sepenuhnya oleh Wangsa Lusignan. Menurut
sejarawan Jonathan Riley-Smith, negara-negara ini merupakan contoh awal dari "Eropa di
luar negeri". Mereka umumnya dikenal dengan sebutan outremer, dari bahasa Prancis outre-
mer ("luar negeri", bahasa Inggris: overseas).[147]
Perang Salib Keempat mendirikan sebuah Kekaisaran Latin di timur dan memungkinkan
pembagian wilayah Bizantium oleh para pesertanya. Kaisar Latin mengendalikan seperempat
wilayah Bizantium, Venesia tiga perdelapannya (termasuk tiga perdelapan kota
Konstantinopel), dan sisanya dibagi-bagi di antara para pemimpin perang salib lainnya.
Peristiwa ini mengawali periode sejarah Yunani yang dikenal
sebagai Frankokratia atau Latinokratia ("pemerintahan Franka [atau Latin]"), sedangkan para
bangsawan Eropa Barat Katolik—terutama dari Prancis dan Italia—mendirikan negara-
negara di bekas wilayah Bizantium dan memerintah bangsa Yunani Bizantium Ortodoks di
wilayah-wilayah tersebut. Partitio terrarum imperii Romaniae merupakan suatu catatan
penting tentang properti keluarga dan pembagian administratif Bizantium (episkepsis) pada
awal abad ke-13.[26]

Dirham kaum Kristen dengan tulisan Arab (1216–1241).


Perang-perang salib menghabiskan banyak biaya; seiring dengan bertambah banyaknya
perang, biayanya semakin meningkat. Paus Urbanus II meminta kaum kaya untuk membantu
para lord Perang Salib Pertama, seperti Adipati Robert dari Normandia dan Comte Raymond
dari St. Gilles, yang mensubsidi para kesatria dalam pasukan mereka. Total biaya yang
dikeluarkan Raja Louis IX dari Prancis selama perang-perang salib tahun 1284–1285
diperkirakan 1.537.570 livre, yakni enam kali penghasilan tahunan sang raja. Ini mungkin
konservatif, sebab catatan-catatan menunjukkan bahwa Louis menghabiskan
1.000.000 livre di Palestina setelah kampanye Mesir. Para pemimpin perang meminta subsidi
dari para subjek mereka,[148] dan derma serta hibah yang dimintakan saat penaklukan Palestina
merupakan sumber-sumber penghasilan tambahan. Para paus memerintahkan supaya kotak-
kotak kolekte ditempatkan di gereja-gereja dan, sejak pertengahan abad ke-12,
memberikan indulgensi sebagai ganti sumbangan dan hibah yang diberikan.[149]
Ordo-ordo militer[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Ordo militer (komunitas monastik)
Ordo-ordo militer, terutama ordo Templar dan Hospitalis, memainkan peranan penting dalam
pemberian dukungan bagi negara-negara bentukan Laskar Salib, karena mereka menyediakan
pasukan para prajurit yang sangat terlatih dan termotivasi yang menjadi penentu pada saat-
saat kristis.[150] Kesatria Hospitalis dan Templar menjadi organisasi internasional, dengan
berbagai depot di seluruh Eropa Barat dan di Timur. Kesatria Teutonik berfokus di Baltik,
dan ordo-ordo militer Spanyol dari Santiago, Calatrava, Alcántara,
dan Montesa terkonsentrasi di Semenanjung Iberia. Ordo Hospitalis (Para Kesatria dari Ordo
Rumah Sakit Santo Yohanes Yerusalem) didirikan di Yerusalem sebelum Perang Salib
Pertama namun misinya jauh lebih diperluas sejak Perang-perang Salib dimulai.[151] Setelah
jatuhnya Akko mereka pindah ke Pulau Siprus, menaklukkan dan memerintah Pulau
Rodos (1309–1522) dan Malta (1530–1801). Ordo Templar (Para Sesama Prajurit Miskin
dari Kristus dan dari Bait Salomo) didirikan pada tahun 1118 untuk melindungi para peziarah
dalam perjalanan mereka ke Yerusalem. Mereka menjadi kaya dan berkuasa melalui
perbankan dan realestat. Pada tahun 1322 Raja Prancis menekan ordo ini seolah-olah karena
kasus sodomi, sihir, dan bidah, tetapi kemungkinan karena alasan-alasan politik dan
keuangan.[152]

Ilustrasi Perang Salib Anak-anak karya Gustave Doré (1892).


Kaum perempuan terkait erat dengan Perang-perang salib; mereka membantu dalam
perekrutan, mengambil alih tanggung jawab Laskar Salib dalam ketidakhadiran mereka, juga
menyediakan dukungan moral dan keuangan.[153][154] Para sejarawan berpendapat bahwa
peranan paling signifikan yang dimainkan oleh kaum perempuan di Barat adalah
mempertahankan status quo.[155] Para pemilik lahan yang pergi ke Tanah Suci meninggalkan
kendali atas properti mereka kepada para pengawas yang mana seringkali merupakan para
istri atau ibu mereka. Karena Gereja menyadari adanya risiko terhadap keluarga dan properti
yang mungkin melemahkan semangat Laskar Salib, perlindungan khusus dari kepausan
merupakan suatu hak istimewa dalam praktik perang salib.[156] Sejumlah perempuan aristokrat
berpartisipasi dalam perang-perang salib, misalnya Aliénor dari Aquitaine (yang bergabung
dengan suaminya, Louis VII).[157] Perempuan non-aristokrat juga melayani dalam posisi-
posisi seperti tukang cuci.[155] Yang lebih kontroversial adalah kaum perempuan yang
mengambil peranan aktif (bertentangan dengan feminitas mereka); laporan-laporan tentang
kaum perempuan yang ikut bertempur terutama diceritakan oleh para sejarawan Muslim,
yang mana menggambarkan kaum perempuan Kristen yang membunuh secara kejam dan
amoral.[158]
Perang Salib Anak-anak dikatakan sebagai suatu gerakan Katolik di Prancis dan Jerman pada
tahun 1212 yang berupaya untuk mencapai Tanah Suci. Narasi tradisionalnya mungkin
berupa paduan dari beberapa pengertian faktual dan mitos dari periode tersebut yang
mencakup visiun dari seorang pemuda Jerman atau Prancis, suatu niat untuk secara damai
mengkonversi kaum Muslim di Tanah Suci menjadi penganut Kristen, sekelompok yang
terdiri dari beberapa ribu pemuda yang melakukan perjalanan ke Italia, dan anak-anak yang
dijual sebagai budak.[159] Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada tahun 1977 meragukan
keberadaan peristiwa-peristiwa ini, dan banyak sejarawan meyakini bahwa mereka (atau
utamanya) bukan anak-anak tetapi sekelompok "kaum miskin yang mengembara" di Jerman
dan Prancis, yang mana sebagian dari mereka berupaya untuk mencapai Tanah Suci dan
sebagian lainnya yang tidak pernah berniat untuk melakukannya.[160][161][162][163]
Tiga upaya untuk bergabung dalam perang salib dilakukan oleh kaum petani selama
pertengahan tahun 1250-an dan awal abad ke-14. Yang pertama, Perang Salib Para Gembala
(1251), diserukan di Prancis utara. Setelah suatu pertemuan dengan Blanca dari Kastilia,
gerakan tersebut menjadi tidak terorganisir dan dibubarkan oleh pemerintah.[164] Yang kedua,
pada tahun 1309, terjadi di Inggris, Prancis timur laut, dan Jerman; sebanyak 30.000 petani
tiba di Avignon sebelum kemudian dibubarkan.[165] Yang ketiga, pada tahun 1320, menjadi
serangkaian serangan terhadap kaum klerus dan Yahudi sehingga akhirnya dibubarkan secara
paksa.[166] Bagaimanapun "perang salib" ini terutama dipandang sebagai suatu pemberontakan
terhadap monarki Prancis. Kaum Yahudi telah diizinkan untuk kembali ke Prancis, setelah
sebelumnya diusir pada tahun 1306; semua hutang kepada kaum Yahudi sebelum pengusiran
mereka ditagih oleh monarki tersebut, sehingga memicu terjadinya Pastoureaux (istilah yang
digunakan untuk menyebut gerakan ini).[167]

Penggambaran dari abad ke-20 terkait suatu kemenangan Saladin.


Orang Eropa Barat yang berada di Timur mengadopsi adat istiadat setempat, memandang diri
mereka sebagai warga dari rumah baru mereka dan terjadi perkawinan campur.[168] Hal ini
menyebabkan adanya orang-orang dan budaya yang diturunkan dari sisa-sisa penduduk Eropa
di negara-negara bentukan Laskar Salib, terutama kaum Levantin Prancis
di Lebanon, Palestina, dan Turki. Para pedagang dari republik maritim di sekitar Laut
Tengah atau Mediterania (Venesia, Genoa, Ragusa) melanjutkan kehidupan mereka
di Konstantinopel, Smirna, dan bagian-bagian lain Anatolia serta daerah pesisir kawasan
timur Mediterania selama pertengahan era Bizantium dan Ottoman. Orang-orang ini, yang
dikenal dengan sebutan Franko-Levantin (Levantin Prancis; Frankolevantini; bahasa
Italia: Levantini; bahasa Yunani: Φραγκολεβαντίνοι; dan bahasa Turki: Levantenler,
Tatlısu Frenkleri), merupakan umat Katolik Roma.
Perang-perang Salib pada saat itu mempengaruhi sikap Gereja Barat terhadap peperangan;
panggilan secara rutin untuk melangsungkan perang salib dikatakan membiasakan
para klerus terhadap tindak kekerasan. Mereka juga memicu suatu perdebatan seputar
legitimasi merebut tanah dan kepemilikan dari kaum pagan dengan alasan murni keagamaan
yang mana kembali muncul ke permukaan selama Zaman Penjelajahan pada abad ke-15 dan
ke-16.[169] Kebutuhan akan praktik perang salib mendorong perkembangan pemerintahan
sekuler, yang mana tidak semuanya berdampak positif; sumber daya yang digunakan dalam
peperangan seharusnya dapat digunakan oleh negara-negara berkembang untuk kebutuhan
lokal maupun regional.[170]
Karena prestise dan kekuasaannya diangkat oleh Perang-perang Salib, kuria kepausan pada
saat itu menjadi memiliki kendali yang lebih besar atas Gereja barat dan memperluas sistem
perpajakan kepausan melalui struktur gerejawi Barat. Sistem indulgensi bertumbuh signifikan
di Eropa pada abad pertengahan akhir dan memicu Reformasi Protestan pada awal abad ke-
16.[171]
Meskipun Perang Salib Albigensian dimaksudkan untuk
menghilangkan Katarisme di Languedoc, namun Prancis mengakuisisi daratan dengan ikatan
bahasa dan budaya yang lebih dekat dengan Catalunya. Perang salib ini juga berperan dalam
pembentukan dan pelembagaan Ordo Dominikan dan Inkuisisi Abad Pertengahan.
[172]
 Penganiaan terhadap orang Yahudi dalam Perang Salib I menjadi bagian dari sejarah
panjang antisemitisme di Eropa.[173] Kebutuhan untuk meningkatkan, mengangkut, dan
mensuplai pasukan dalam jumlah besar menyebabkan kenaikan aktivitas perdagangan antara
Eropa dan outremer tersebut. Genoa dan Venesia mengalami perkembangan dengan adanya
koloni-koloni perdagangan yang menguntungkan di negara-negara bentukan Laskar Salib
di Tanah Suci dan (kemudian) di wilayah Bizantium yang direbutnya.
MATERI X
PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA TENGGARA

Dalam historiografi Asia Tenggara, diterima secara luas bahwa sejarah Asia Tenggara pada
umumnya dibagi menjadi dua periode yaitu, Asia Tenggara yang ter-India-kan dan periode
Asia Tenggara yang ter-Islam-kan sebelum datangnya era Kolonial. Penyebaran Islam ke
Kepulauan Asia Tenggara di mulai sekitar akhir abad ke-13 dan awal abad ke-14.
Kedatangan Islam menandai awal menelusuri lanskap sosio-politik dan kultural indigenos di
dunia melayu sebelum penetrasi budaya hindu serta asal-usul dan proses akulturasi dari
pengaruh Hindu dan Islam di kawasan Asia Tenggara.
Masa prasejarah kepulauan Asia Tenggara tidak terlalu jelas. Orang-orang dari kepulauan
yang menggunakan rumpun bahasa Autronesia itu mengawali migrasi ke arah selatan dari
daratan Asia menuju kepulauan Asia Tenggara antara 3000 SM hingga 1000 SM. Riset yang
dilakukan oleh para antropolog, arkeolog dan pakar linguistik, menyebutkan bahwa penduduk
kepulauan Malaya ini berpindah tempat dari cina selatan menuju pulau-pulau sekarang
dikenal sebagai Filipina sekitar tahun 2500 SM dan kemudian menyebar ke Malaysia dan
Indonesia. Penduduk awal Asia Tenggara menganut Animisme sebelum masuknya
Hinduisme yang datang dari anak benua india. Agama-agama asli orang austronesia adalah
Shamanisme atau Animisme yang mengakui bahwa manusia, binatang, pohon, tumbuhan,
batuan, arus sungai dan gunung, mengandung kekuatan spritual yang sangat kuat.
Sejarah Islam dikepulauan Asia Tenggara merupakan sebuah topik diskusi yang hidup
dikalangan sejarawan sejak tahun 1860-an. Islamisasi adalah sebuah proses akulturasi dimana
kontak-kontak berbagai kelompok budaya yang berbeda mengarah pada penerimaan pola-
pola budaya baru oleh satu atau kedua kelompok dengan mengambil seluruh atau sebagian
dari budaya kelompok yang lain. Perdebatan tersebut terfokus pada dua isu, yakni asal-usul
dan perkembangan Islam di kepulauan Asia Tenggara.Sejarawan pada umumnya, menerima
fakta bahwa pedagang-pedagang Muslim adalah penyebar pertama budaya Islam ke
kepulauan Asia Tenggara. Jadi, para sejarawan membidik tepat ke arah pedagang Arab
Muslim dan pedagang India muslim yang kemungkinan besar merupakan sumber-sumber
penyebar Islam ke kawasan Asia Tenggara. Karena itu, dua aliran pemikiran utama yang
dikembangkan, yaitu berasal-usul Arab dan berasal-usul India.
Teori yang berasal-usul Arab ini sangat populer dikalangan orang Eropa, khususnya sarjana-
sarjana belanda tahun 1860-an. Drewes menguraikan dasara pemikiran aliran ini : “adalah
jelas bahwa di masa lalu, penyebaran Islam di Indonesia dan semenanjung Melayu
seharusnya dianggap berasal dari orang Arab. Mengingat Islam berasal-usul tanah Arab,
tampaknya masuk akal untuk mencari kaitan antara agama ini dan kehadiran orang-orang
arab di mana pun orang arab dan Islam berada. Di Indonesia dan Semenanjung Melayu,
orang-orang Arab dapat ditemukan dibanyak tempat. Jadi, tampaknya mereka adalah orang-
orang yang membawa Islam ke kawasan Asia Tenggara
Jhon Crawfurd pada tahun 1820 telah menunjukkan bahwa Islam dikepulauan Asia Tenggara
mungkin diperkenalkan oleh orang-orang arab dan para pengikut Nabi Muhammad dari
pesisir timur India. Akan tetapi, para pakar yang memperdebatkan asal-usul Islam di
kepulauan Asia Tenggara tidak hanya gagal dalam mencapai kesepakatan tentang asal-usul
dan perkembangan Islam di kepulauan Asia Tenggara.

Kebangkitan Islam di Asia Tenggara merupakan kebangkitan yang dikondisikan sejarah,


budaya politik serta lingkungan ekonomi lokal dan etnis. Sebagai contoh, kebangkitan Islam
di Indonesia lebih menaruh perhatian pada masalah kemiskinan, kesenjangan pendapatan dan
eksploitasi ekonomi dari pada di Malaysia yang tampaknya lebih terlibat dalam permasalahan
identitas dan simbol-simbol serta ritus-ritus yang membantu mendefinisikan kebangkitan
tersebut. Kesadaran Islamis pada dua minoritas muslim di wilayah ini juga dapat
mencerminkan dua bentuk yang sangat berbeda. Di Mungthai selatan secara menyeluruh
ideologis konservatif, sedangkan di Filipina bagian selatan cenderung lebih radikal.Oleh
sebab hal inilah yang memperlihatkan bahwa kebangkitan Islam dikondisikan oleh sesuatu
yang ada di wilayah masing-masing.

Teori Masuknya Islam ke Asia Tenggara


Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional
yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat.
Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk
Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan
berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan
Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).
Masuknya Islam ke berbagai wilayah di Asia tenggara tidak berada dalam satu waktu yang
bersamaan tetapi berada dalam satu kesatuan proses sejarah yang panjang. Kerajaan-kerajaan
dan wilayah itupun berada dalam situasi politik dan kondisi sosial budaya yang berbeda-beda.
Ketika sriwijaya mengembangkan kekuasaannya sekitar abad VII dan VIII, jalur selat malaka
sudah ramai oleh para pedagang Muslim. Data ini diperkuat dengan berita Cina jaman dinasti
T’ang yang dapat memberikan gambaran bahwa ketika itu telah ada masyarakat Muslim di
kanfu (kanton) dan daerah Sumatera. Diperkirakan terjalinnya perdagangan yang bersifat
Internasional ketika itu juga sebagai akibat kegiatan kerajaan Cina jaman dinasti T’ang di
Asia timur dengan kerajaan Islam dibawah Bani Umayyah di bagian Barat, dan tentunya
kerajaan Sriwijaya sendiri di wilayah Asia Tenggara.
Keberadaan pedagang-pedagang di Asia Tenggara ketika itu mungkin belum memberikan
pengaruh pada kerajaan-kerajaan yang ada. Setelah pecahnya pemberontakan petani Cina
Selatan terhadap kaisar Hi-Tsung (878-889 M) yang menyebabkan banyak orang Islam di
bunuh maka mulailah mereka mencari perlindungan ke Kedah. Hal ini berarti orang Islam
telah mulai melakukan politik yang tentunya banyak membawa akibat pada kerajaan di Asia
Tenggara dan Cina. Syed Naguib al-attas mengatakan bahwa sejak abad VII orang Islam
telah mendirikan perkampungan di kanton dengan derajat keagamaan yang tinggi dan
menyelenggarakan pemerintahan perkampungan sendiri di Kedah dan Palembang[2].

Ada beberapa teori tentang masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara, seperti teori
kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab, Cina dan India.
1.      Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab
Dikemukakan oleh John Crawford[3].Menurutnya Islam datang dari Arab melalui pedagang. 
Buktinya catatan China mengatakan orang Arab dan Persia telah mempunyai pusat
perniagaan di Canton sejak tahun 300 M. Pedagang Arab yang ke China singgah di
pelabuhan Asia Tenggara tepatnya di Selat Malaka karena posisinya yang strategis, dalam
jalur perdagangan. Kemudian Pedagang Arab ini tinggal beberapa bulan di Asia Tenggara
dan ada yang menetap serta membina perkampungan Arab.Perkampungan ini juga menjadi
tempat untuk berdagang.Ada juga pedagang Arab yang menikah dengan wanita setempat dan
menyebarkan Islam.Karena sebagian besar pedagang menggunakan jalur laut sebagai sarana
transportasi maka pada masa menunggu angin muson/musim digunakan oleh pedagang Arab
untuk mengembangkan Islam.
Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah turut
serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China.Pada masa
pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah datang empat orang
Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama, bertempat di Canton (Guangzhou), yang kedua
menetap dikota Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim
pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad
SAW dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut
masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi). Karena itu, sampai sekarang kaum Muslim
China membanggakan sejarah perkembangan Islam di negeri mereka, yang dibawa langsung
oleh sahabat dekat Nabi Muhammad SAW sendiri, sejak abad ke-7 dan sesudahnya.[4]
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :    
·         Telah ada perkampungan  Arab di Sumatera (Barus) pada 625 M (menurut literatur
kuno Tingkok.[5]
·         Persamaan penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara dan Arab.
·         Karya-karya yang  menceritakan pengIslaman raja tempatan oleh syeikh dari Tanah
Arab contohnya hikayat Raja-raja samudra Pasai mengatakan Raja Malik diIslamkan oleh
ahli sufi dari Arab yaitu Syeikh Ismail.

2.      Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Cina.


Dikemukakan oleh E.G Eredia dan S.Q. Fatimi. Menurut Eredia, Canton pernah menjadi
pusat Perdagangan bagi para pedagang Arab hingga pedagang Cina memeluk Islam.
Pedagang China Islam ini kemudiannya berdagang di Asia tenggara disamping menyebarkan
Islam.
Sedangkan menurut Fatimi, pedagang Cina Canton pernah berpindah beramai-ramai ke Asia
Tenggara.
Adapun bukti kedatangan Islam dari China ini, yaitu :
·         Pada Batu Bersurat Terengganu, batu nisan yang mempunyai ayat al-Quran di Pekan,
Pahang.
·         Wujud persamaan antara seni Bangunan Cina dengan seni Bangunan masjid di
Kelantan, Melaka dan Jawa  yaitu seperti bumbung pagoda, ciri khas atap genteng dari China.

3.      Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari India/Gujarat.


Dikemukakan oleh S.Hurgronje, Menurutnya Islam datang dari Gujarat/India dan pantai
Koromandel di semenanjung India. Hubungan dagang Asia Tenggara dengan India telah
terwujud sejak lama, hal ini memberikan peluang bagi pedagang Islam India untuk 
menyebarkan Islam.
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu
·         Terdapat batu marmar pada batu nisan mempunyai cirri buatan India,  contohnya di
batu nisan Raja Malik Pasai.
·         Unsur budaya India amat banyak kita jumpai di Negara-negara Asia Tenggara.
Kurun waktu abad ke-11 hingga abad ke-14 adalah fase awal dari perkembangan Islam di
kepulauan Asia Tenggara. Pedagang-pedagang arab dan Muslim India adalah agen-agen
perubahan yang mebawa Islam ke kawasan itu. Tersebarnya Islam Tidak terlepas dari
pengaruh kerajaan yang berada di nusantara yang di pimpin oleh raja-raja yang memeluk
agama Islam.Seperti, kerajaan Samudera Pasai yang dipimpin oleh Sultan Malik As-
saleh.Perlak (Peureulak) adalah sebuah bandar niaga penting di pesisir timur Sumatera Utara
pada abad ke-13.Marco Polo mengunjungi pelabuhan itu pada tahun 1292 dan
melaporkannya telah menjadi sebuah negara Islam.Marco Polo menulis tentang Perlak.
“kerajaan ini, anda harus tahu sering dikunjungi saudagar-saudagar Saracen secara teratur,
yang kemudian membaiat penduduk pribumi pada hukum Muhammad
Shallallahu‘alaihiwasallam[6]
C.    Cara-cara Datang dan  Berkembangnya  Islam di Asia Tenggara
MenurutUka Tjandrasasmita[7], saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada beberapa
yaitu:
1.      Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu-
lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang Muslim (Arab,
Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat,
Tenggara dan Timur Benua Asia.Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat
menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan,
bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham.Mereka berhasil mendirikan masjid dan
mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan
karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya.Di beberapa tempat
penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan di
pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri
yang sedang goyah, tetapi karena factor hubungan ekonomi drengan pedagang-rpedrarrgarng
Muslim.
Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di
tempat-tempat tinggalnya.
2.      Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada
kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik
untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu.Sebelum dikawin mereka diIslamkan terlebih
dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya
timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim
Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan
bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh
lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja
dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat
proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan
Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri
Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
3.      Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengana jaran
yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan
mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka juga ada yang mengawini
puteri-puteri bangsawab setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada
penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya
menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara
ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran
Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan
Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan di abad ke-19 M bahkan di
abad ke-20 M ini.
4.      Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang
diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama.Di pesantren atau pondok itu,
calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama.Setelah keluar dari pesantren,
mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat tertentu mengajarkan
Islam.Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan
Sunan Giri di Giri.Kleuaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku untuk
mengajarkan Agama Islam.
5.      Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan
wayang.Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan
wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk
mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik
dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam serita itu di sisipkan ajaran nama-nama
pahlawan Islam.Kesenian-kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra
(hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.
6.      Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk
Islam terlebih dahulu.Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah
ini.Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi
kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non
Islam.Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan
Islam itu masuk Islam.
Untuk lebih memperjelas bagaimana proses masuknya agama Islam di Asia Tenggara ini, ada
3 teori diharapkan dapat membantu memperjelas tentang penerimaan Islam yang sebenarnya:
a.      Menekankan peran kaum pedagang yang telah melembagakan diri mereka di beberapa
wilayah pesisir lndonesia, dan wilayah Asia Tenggara yang lain yang kemudian melakukan
asimilasi dengan jalan menikah dengan beberapa keluarga penguasa local yang telah
menyumbangkan peran diplomatik, dan pengalaman lnternasional terhadap perusahaan
perdagangan para penguasa pesisir. Kelompok pertama yang memeluk agama lslam adalah
dari penguasa lokal yang berusaha menarik simpati lalu-lintas Muslim dan menjadi
persekutuan dalam bersaing menghadapi pedagang-pedagang Hindu dari Jawa. Beberapa
tokoh di wilayah pesisir tersebut menjadikan konversi ke agama lslam untuk melegitimasi
perlawanan mereka terhadap otoritas Majapahit dan untuk melepaskan diri dari pemerintahan
beberapa lmperium wilayah tengah Jawa.
b.      Menekankan peran kaum misionari dari Gujarat, Bengal dan Arabia. Kedatangan para
sufi bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagai pedagang dan politisi yang
memasuki lingkungan istana para penguasa, perkampungan kaum pedagang, dan memasuki
perkampungan di wilayah pedalaman. Mereka mampu mengkomunikasikan visi agama
mereka dalam bentuknya, yang sesuai dengan keyakinan yang telah berkembang di wilayah
Asia Tenggara. Dengan demikian dimungkinkan bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara
agaknya tidak lepas dengan kultur daerah setempat.
c.       Lebih menekankan makna lslam bagi masyarakat umum dari pada bagi kalangan elite
pemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan ldeologis bagi kebajikan lndividual,
bagi solidaritas kaum tani dan komunitas pedagang, dan bagi lntegrasi kelompok parochial
yang lebih kecil menjadi masyarakat yang lebih besar (Lapidus, 1999:720-721). Agaknya
ketiga teori tersebut bisa jadi semuanya berlaku, sekalipun dalam kondisi yang berbeda antara
satu daerah dengan yang lainnya. Tidak terdapat proses tunggal atau sumber tunggal bagi
penyebaran lslam di Asia Tenggara, namun para pedagang dan kaum sufi pengembara,
pengaruh para murid, dan penyebaran berbagai sekolah agaknya merupakan faktor
penyebaran lslam yang sangat penting.

D.    Tahap-tahap Perkembangan Islam[8]


1.      Kehadiran para pedagang Muslim (7 - 12 M)
Fase ini diyakini sebagai fase permulaan dari proses sosialisasi Islam di kawasan Asia
Tenggara, yang dimulai dengan kontak sosial budaya antara pendatang Muslim dengan
penduduk setempat.
Pada fase pertama ini, tidak ditemukan data mengenai masuknya penduduk asli ke dalam
Islam. Bukti yang cukup jelas mengenai hal ini baru diperoleh jauh kemudian, yakni pada
permulaan abad ke-13 M / 7 H. Sangat mungkin dalam kurun abad ke 1 sampai 4 H terdapat
hubungan perkawinan antara pedagang Muslim dengan penduduk setempat, hingga
menjadikan mereka beralih menjadi Muslim. Tetapi  ini baru pada tahap dugaan.
Walaupun di Leran - Gresik, terdapat sebuah batu nisan bertuliskan  Fatimah binti Maimun
yang wafat pada tahun 475 H / 1082 M.  Namun dari bentuknya, nisan itu menunjukkan pola
gaya hias makam dari abad ke-16 M seperti yang ditemukan di Campa, yakni berisi tulisan
yang berupa do'a-do'a kepada Allah.
2.      Terbentuknya Kerajaan Islam (13-16M)
Pada fase kedua ini, Islam semakin tersosialisasi dalam masyarakat Nusantara dengan mulai
terbentuknya pusat kekuasaan Islam. Pada akhir abad ke-13 kerajaan Samudera Pasai 
sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia merebut jalur perdagangan di Selat Malaka yang
sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya. Hal ini terus berlanjut hingga pada permulaan
abad ke-14 berdiri kerajaan Malaka di Semenanjung Malaysia.
Sultan Mansyur Syah (w. 1477 M) adalah sultan keenam Kerajaan Malaka yang membuat
Islam sangat berkembang di Pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaka.Di bagian lain,
di Jawa saat itu sudah memperlihatkan bukti kuatnya peranan kelompok Masyarakat Muslim,
terutama di pesisir utara.
3.      Pelembagaan Islam
Pada fase ini sosialisasi Islam semakin tak terbendung lagi masuk ke pusat-pusat kekuasaan,
merembes terus sampai hampir ke seluruh wilayah.Hal ini tidak bisa dilepaskan dari peranan
para penyebar dan pengajar Islam.Mereka menduduki berbagai jabatan dalam struktur
birokrasi kerajaan, dan banyak diantara mereka menikah dengan penduduk pribumi. Dengan
kata lain, Islam dikukuhkan di pusat-pusat kekuasaan di Nusantara melalui jalur
perdagangan, perkawinan dengan elit birokrasi dan ekonomi, di samping dengan sosialisasi
langsung pada masyarakat bawah. Pengaruh Islamisasi yang pada awalnya hanya berpusat di
satu tempat telah jauh meluas ke  wilayah-wilayah lain di Asia tenggara.
Islam Begitu cepat berkembang dan dapat diterima dengan baik di masyarakat karena Dalam
Penyebaran dan perkembangannya, dengan jalan damai.tidak pernah ada ekspedisi militer
ataupun kekerasan untuk Islamisasi ini.
E.     Perkembangan Islam di negara-negara Asia Tenggara[9]
a.      Islam di Indonesia
Dalam buku Indonesia karya Mahmud Syakir disebutkan bahwa Indonesia terdiri dari
kumpulan pulau yang jumlahnya terbanyak di dunia (lebih dari 13.600 pulau) dihubungkan
dengan dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.Juga dihubungkan oleh
setengah bola dunia utara dan selatan.Luas wilayah ini mencapai 1.919.440 km2, letaknya di
Asia Tenggara.Pulau-pulau terbesar adalah Sumatera, Jawa, Irian, dan Borneo (Kalilmantan).
Dari segi jumlah penduduk, negeri ini menempati urutan keempat terbanyak di dunia, setelah
China, India dan Amerika Serikat tapi urutan pertama pada tingkat dunia Islam.Mayoritas
mereka berasal dari Melayu dan China. Presentase kaum muslim di negeri ini mencapai 89 %
(sebagian besar adalah pengikut Sunni), juga terdapat sedikit Nasrani, Hindu dan Budha[10].
Sebanyak 12,9 persen dari total Muslim dunia hidup di Indonesia.[11]
Waktu kapan Islam masuk ke Indonesia masih ada perbedaan pendapat, berikut beberapa
teori mengenai masuknya Islam ke Indonesia[12], yaitu :
1.         Teori Gujarat
Teori ini merupakan teori tertua yang menjelaskan tentang masuknya Islam di Nusantara.
Dinamakan Teori Gujarat, karena bertolak dari pandangannya yang mengatakan bahwa Islam
masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat, pada abad ke-13 M, dan pelakunya adalah
pedagang India Muslim.
Bukti-bukti dari teori ini yaitu:
·         bukti batu nisan Sultan pertama Kerajaan Samudera Pasai, yakni Malik al-Shaleh yang
wafat pada 1297. relif nisan tersebut bersifat Hinduistis yang mempunyai kesamaan dengan
nisan yang terdapat di Gujarat.
·         adanya kenyataan bahwa agama Islam disebarkan melalui jalan dagang antara
Indonesia-Cambai (Gujarat)-Timur Tengah-Eropa.

2.         Teori Makkah


Teori ini dicetuskan oleh Hamka, Ia lebih menguatkan teorinya dengan mendasarkan
pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia,
kemudian diikuti oleh orang Persia dan Gujarat. Gujarat dinyatakan sebagai tempat singgah
semata, dan Makkah sebagai pusat, atau Mesir sebagai tempat pengambilan ajaran Islam.
Hamka menolak pendapat yang mengatakan bahwa Islam baru masuk pada abad 13, karena
kenyataanya di Nusantara pada abad itu telah berdiri suatu kekuatan politik Islam, maka
sudah tentu Islam masuk jauh sebelumnya yakni abad ke-7 (670 M)  atau pada abad pertama
Hijriyah.
Pendapat  ini  juga di dukung oleh Drs. Juned Periduri yang berkesimpulan bahwa agama
Islam pertama kali masuk pada abad ke-7. Hal ini didasarkan pada penyelidikan sebuah
makam Syeikh Mukaiddin di Tapanuli yang berangka tahun 48 H (670 M).
Pada 674 M telah terdapat perkampungan perdagangan Arab Islam di Pantai Barat Sumatera,
bersumber dari berita Cina.kemudian berita Cina ini ditulis kembali oleh T.W. Arnold (1896),
J.C. van Leur (1955) dan Hamka (1958). Timbulnya perkampungan perdagangan Arab Islam
ini karena ditunjang oleh kekuatan laut Arab.
Dari keterangan tentang peranan bangsa Arab dalam dunia perniagaan seperti di atas,
kemudian dikuatkan dengan kenyataan sejarah adanya perkampungan Arab Islam di pantai
barat Sumatera di abad ke-7, maka terbukalah kemungkinan peranan bangsa Arab dalam
memasukkan Islam ke Nusantara.
3.          Teori Persia
Pencetus teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini berpendapat bahwa agama
Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari Persia, singgah ke Gujarat, sedangkan waktunya 
sekitar abad ke-13. Teori ini lebih menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang
hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki persamaan dengan
Persia (Morgan, 1963:139-140). Di antaranya adalah:
·         Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringayan Syi'ah atas syahidnya
Husein.
·         Adanya kesamaan ajaran antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj,
sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada 310H / 922M, tetapi ajarannya berkembang terus
dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan Syeikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16
dapat mempelajarinya.
Dari uraian tentang tiga teori masuknya Islam ke Indonesia di atas, dapat dilihat beberapa
perbedaan dan kesamaannya:
o   Teori Gujarat dan Persia mempunyai persamaan pandangan mengenai masuknya agama
Islam ke Nusantara  berasal dari Gujarat. Perbedaannya terletak pada teori Gujarat yang
melihat ajaran Islam di Indonesia mempunyai kesamaan ajaran dengan mistik di India.
Sedangkan teori Persia memandang adanya kesamaan dengan ajaran Sufi di Persia. Gujarat
dipandangnya sebagai daerah yang dipengaruhi oleh Persia, dan menjadi tempat singgah
ajaran Syi'ah ke Indonesia.
o   Dalam hal Gujarat sebagai tempat singgah, teori Persia mempunyai persamaan dengan
teori Makkah, tetapi yang membedakannya adalah teori Makkah memandang Gujarat sebagai
tempat singgah perjalanan perjalanan laut antara Indonesia dengan Timur Tengah, sedangkan
ajaran Islam diambilnya dari Makkah atau dari Mesir.
o   Teori Gujarat dan Persia keduanya tidak memandang peranan bangsa Arab dalam
perdagangan. Dalam hal ini keduanya lebih memandang pada peranan orang India  Muslim.
keduanya meyakini Islam masuk di Nusantara pada abad ke-13. Sebaliknya teori Makkah
lebih meyakini Islam masuk di Nusantara pada abad ke-7, karena abad ke-13 dianggap
sebagai saat-saat perkembangan Islam di Nusantara.
o   Dalam melihat sumber negara yang mempengaruhi Islam di Nusantara, teori Makkah
lebih berpendirian pada Makkah dan Mesir dengan mendasarkan tinjauannya pada besarnya
pengaruh madzhab Syafi'i di Indonesia. Sedangkan teori Persia, meskipun mengakui
pengaruh madzhab Syafi'i di Indonesia tetapi, bagi teori ini, hal itu merupakan pengaruh
madzhab Syafi'i yang berkembang di Malabar, oleh karena itu teori ini lebih menunjuk India
sebagai negara asal Islam Indonesia.
Walaupun dari analisa perbandingan di atas ketiga teori tersebut lebih menampakkan
tajamnya perbedaan dari pada persamaan, namun ada titik temu yang bisa disimpulkan yakni,
bahwa :
Pertama, Islam masuk dan berkembang melalui jalan damai (infiltrasi kultural),
Kedua, Islam tidak mengenal adanya misi sebagaimana yang dijalankan oleh kalangan
Kristen dan Katolik.
Para Ulama awal yang menyebarkan Islam di Indonesia adalah Hamzah Fansuri,Syamsuddin
Al-Sumatrani, Nuruddin Ar-Raniri, Abdurauf Singkel, Syeikh Muhammad Yusuf Al-
Makassari, Syeikh Abdussamad al-Palimbani, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Syeikh
Muhammad Nafis al-Banjari, Syeikh Muhammad bin Umar al-Nawawi al-Bantani, Khatib
Minangkabau.

b.      Islam di Malaysia


Islam merupakan agama resmi negara federasi Malaysia.Hampir 50% dari 13 juta
penduduknya adalah Muslim dan sebagian besar diantaranya adalah orang melayu yang
tinggal di Semenanjung Malaysia.Adapun sisanya terdiri dari kelompok-kelompok etnik yang
minoritas yakni diantaranya Cina yang terdiri sekitar 38% dari penduduk Malaysia dan yang
lainnya India dan Arab. Diantara warga Muslim dan non Muslim dapat hidup rukun tanpa ada
permusuhan sehingga masyarakat di sana tentram dan damai. Perkembangan Islam di
Malaysia telah membawa peradaban-peradaban baru yang diakui Dunia Islam. Sampai saat
ini Muslim Malaysia dikenal sebagai Muslim yang taat ibadahnya, kuat memegang hukum
Islam dan juga kehidupan beragamanya yang damai serta mencerminkan keIslaman
agamanya baik di perkampungan maupun dalam pemerintahan. Mengenai hasil peradaban
Islam di Malaysia ini juga tidak kalah dengan negara-negara Islam yang lain, seperti:
a)         Adanya bangunan-bangunan masjid yang megah seperti Masjid Ubaidiyah di Kuala
Kancong.
b)        Banyaknya bangunan-bangunan sekolah Islam.
c)         Berlakunya hukum Islam pada pemerintahan Malaysia (hukum Islam di sana
mendapat kedudukan khusus karena dijadikan hukum negara).
Selain itu juga keputusan yang diambil oleh Perdana Mentri Mahatir Muhammad pada tahun
1982untuk menjalankan kebijakan penanaman nilai-nilai islami dalam pemerintahan juga
membuat peran islam semakin penting terutama ketika kebijakan tersebut dilaksanakan
secara nyata.

c.       Islam di Singapura


Komunitas muslim di Singapura terdiri dari 2 kelompok, yaitu migran dari wilayah indonesia
dan migran dari luar wilayah indonesia (India dan Arab). Studi islam di Singapura telah lama
berkembang. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti muslim.
Selanjutnya, disebutkan bahwa etnis melayu merupakan komunitas muslim terbesar di
Singapura. Tapi berdasarkan hasil sensus tahun 1980 yang menyatakan bahwa orang-orang
muslim Singapura tertinggal dari etnis lain dalam bidang sosial ekonomi, maka lembaga-
lembaga muslim memberikan motivasi untuk meningkatkan pendidikan dan berkompetensi
secara profesional. Dari gerakan tersebut muncullah beberapa profesional muslim seperti
Maarof Saleh (Presiden Himpunan Belia Islam), Dr. Muhd. Hussain Muthalib (Direktur
Eksekutif MUIS dan Dosen University of Singapore) dan Ridwan Abdullah (Presiden The
Muslem Convert Assosiation Darul Arqam). Sedangkan dalam bidang pendidikan, pada
tahun 1981 ini didirikan sebuah lembaga yang bergerak pada permasalahan pendidikan anak
muslim (MENDAKI) dan mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat. Keberadaan
lembaga ini juga mempercepat lahirnya karya-karya yang terkait dengan pendidikan bagi
kaum minoritasmuslim di Singapura.

d.      Islam di Thailand


Islam di Muangthai adalah agama minoritas hanya 4 %, selain itu masyarakat Muangthai
menganut agama Budha dan Hindu.Orang Melayu Muslim merupakan golongan minoritas
terbesar ke-dua di Muangthai, sesudah golongan Cina.Mereka tergolong Muslim Sunni dari
madzab Syafi’I yang merupakan madzab paling besar dikalangan umat Islam di
Muangthai.Ikatan-ikatan budayanya telah membantu memupuk suatu perasaan keterasingan
dikalangan mereka terhadap lembaga-lembaga sosial, budaya, dan politik Muangthai.Sejak
bangsa Muangthai untuk pertama kali menyatakan daerah itu sebagai wilayah yang takluk
kepada kekuasaannya.Pada akhir abad ke-13 orang Melayu Muslim terus-menerus
memberontak terhadap kekuasaan Muangthai.Keinginan mereka adalah untuk menjadi bagian
dari Dunia budaya Melayu Muslim dengan pemerintahan otonom.Akhirnya keinginan yang
tak pernah mengendor itu pudar dalam sejarah, dan ciri-ciri sosial ekonomi dan budaya
mereka telah membuat mereka sadar bahwa mereka hanyalah kelompok kecil yang
mempunyai identitas terpisah dari bagian utama penduduk Negeri Muangthai.Masyarakat
Muslim di Muangthai sebagian besar berlatarbelakang pedesaan. Dan Perkembangan Islam di
Muangthai telah banyak membawa peradaban-peradaban, misalnya :
a)        Di Bangkok terdaftar sekitar 2000 bangunan masjid yang sangat megah dan indah.
b)        Golongan Tradisional dan golongan ortodoks telah menerbitkan majalah Islam
“Rabittah”.
c)        Golongam modernis berhasil menerbitkan jurnal “Al Jihad”.

e.       Islam di Brunei Darussalam


Brunei Darussalam memperoleh kemerdekaan penuhnya pada tanggal 1 januari 1984.
Penduduk negara ini terdiri dari 65% suku melayu, 25% keturunan cina dan sisanya
kelompok pribumi kalimantan. Beberapa sumber menyatakan bahwa agama islam masuk ke
negara ini pada abad ke-15, dan sejak itu negara ini berubah menjadi kesultanan Islam.
Agama resminya juga Islam dan tradisi keislaman juga dijaga sangat baik sampai
sekarang.Dari segi politik situasi di negara ini terbilang tenang dan stabil karena ukuran
negara ini kecil. Dan sebagai agama resmi negara islam mendapatkan perlindungan dari
negara. Dominasi keluarga kerajaan di bidang pemerintahan dan tidak adanya demokrasi
politik memungkinkan pemerintah memberlakukan kebijakan di bidang agama dan bidang
lainnya tanpa banyak kesulitan.

f.        Islam di Filiphina


Islam tersebar di wilayah ini pada abad ke-6 H/12 M. Saat itu penjajah Portugis telah sampai
di wilayah ini. Kemudian disusul oleh Belanda dan Inggris yang datang pada tahun
1211H/1796 M. Terjadilah perlawanan dan revolusi di negeri ini sejak tahun 1305 H. Negeri
ini berada dibawah perlindungan Inggris sejak tahun 1367 H/ 1947 M, dan mengumumkan
diri sebagai negara republic yang merdeka pada tahun 1385 H/ 1965 M. Adapun di Filiphina,
Islam tersebar hampir mencapai seluruh kepulauannya, pula telah berdiri pemerintahan Islam.
Akan tetapi, munculah arus pemiliran keagamaan yang dibawa oleh penjajah Spanyol yang
amat dibenci.Pada tahun 928 H/ 1521 M, secara mendadak Spanyol menyerbu
kepulauankepulauan Filipina. Mereka datang denagn membawa seluruh dendam orang-orang
salib terhadap kaum muslimin,. Maka, situasi di Filipina saat itu hamper sama denagn situasi
yang dialami oleh Islam Andalusia. Penjajah Spanyol berada di Filiphina ini hingga tahun
1316 H/ 1898 M. Selama masa yang hampir mencapai 4 abad, telah terjadi upaya penjauhan
ajaran Islam dari generasi kaum muslim secara berturut-turut lewat jalan peperangan yang
menghancurkan kaum muslimin dan memaksa mereka untuk memeluk agama Nasrani
denagn ancaman kekerasan. Sekalipun demikian, mereka tidak juga mampu mengalahkan
pemerintahan-pemerintahn Muslim, sehingga disana masih tersisa beberapa
pemerintahan.Spanyol belum berhasil sepenuhnya menguasai Filipina khususnya kepulauan
Mindanao dan Sulu. Amerika Serikat kemudian menguasai kepulauan Filipina pada tahun
1317 H/1899 M. Maka timbulah perlawanan menentanganya dan berlangsung hingga tahun
1339 H/ 1920 M. Setelah itu kaum Muslimin menyerah, karena mereka tealh ditimpa
penyakit “wahn”(penyakit cinta dunia dan takut mati). Kemudian tersebarlah berbagai
penyakit, kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan diantara mereka.Pada saat itulah
orang-orang salib menawarkan berbagai bantuan, hingga akhirnya Islam surut kembali di
negeri itu. Amerika lalu mengumumkan kemerdekaan bagi Filipina pada tahun 1366 H/ 1946
M. Sekarang ini Islam hanya tinggal ada di 13 wilayah di selatan filipina, yang sampai saat
ini masih tetap menuntut pemerintahan otonomi dengan segala upayanya.

F.     Kerajaan Islam di Asia Tenggara


Penyebaran Islam di wilayah Asia Tenggara ditandai dengan berdirinya kesultanan Islam di
kawasan tersebut. Sejarah perkembangan kesultanan Islam di Asia Tenggara tidak lepas dari
kepentingan perdagangan dan syiar agama yang dibawa oleh para saudagar dan ulama
muslim dari Asia Barat. Adapun Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara.Julukan ini
diberikan mengingat peranannya sebagai jalan lalu lintas antara Asia Timur san Asia Barat
bagi para pedagang yang hendak keluar masuk pelabuhan-pelabuhan di Asia
Tenggara.Berikut ini adalah profil beberapa kesultanan Islam yang pernah berkuasa di Asia
Tenggara.

1)        Kesultanan Samudera Pasai (abad ke-13)\


Samudera Pasai merupakan kesultanan Islam pertama[13] di Indonesia.Letak kesultanan ini
di Aceh Utara.Sultan pertama Samudera Pasai adalah Malikush Shaleh.Letak Samudera Pasai
sangat strategis sebagai pusat pelayaran dan perdagangan di Nusantara. Banyak pedagang
muslim dari Arab, Cina dan India datang untuk berdagang dan menyebarkan Islam.
Kesultanan ini memperoleh sumber pendapatan yang besar dari pajak perdagangan dan
pelayaran.Samudera Pasai ditaklukkan Portugis pada 1521. Sejarah Kesultanan Samudera
Pasai dapat diketahui antara lain dengan ditemukannya uang dirham emas dengan tulisan
nama sultan yang memerintah Samudera Pasai.

2)        Kesultanan Malaka (abad  ke-15)


Kesultanan ini terletak di Semenanjung Malaka.Islam di Malaka berasal dari Kesultanan
Samudera Pasai.Pendiri Kesultanan Malaka adalah Paramesywara, seorang pangeran dari
Sriwijaya.Paramesywara menikah dengan putri sultan Samudera Pasai dan kemudian masuk
Islam.Kesultanan Malaka mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Muzaffar Syah (1445-1459).
Kesultanan ini runtuh ketika Portugis menyerang dan mengalahkan Malaka pada
1511.Peninggalan sejarah Kesultanan Malaka barupa mata uang yang merupakan
peninggalan dari akhir abad ke-15 dan benteng A'Farmosa yang merupakan bukti
penaklukkan Malaka oleh pasukan Portugis.

3)        Kesultanan Islam Pattani (abad ke-15).


Kehadiran Islam di Pattani dimulai dengan kedatangan Syekh Said, mubalig dari Pasai, yang
berhasil menyembuhkan raja Pattani bernama Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit
parah.Phaya Tu Nakpa (1486-1530) beragama Budha kemudian masuk Islam dan bergelar
Sultan Ismail Syah.Kesultanan Pattani mengalami kemajuan pesat setelah menjalin hubungan
dagang dengan Kesultanan Malaka.Kesultanan Pattani kemudian menjadi pusat perdagangan
dan pelabuhan, terutama bagi pedagang dari Cina dan India.Kejayaan Pattani berakhir setelah
dikalahkan Kerajaan Siam dari Bangkok. Peninggalan sejarah Pattani berupa nisan kubur
yang disebut Batu Aceh yang melambangkan kedekatan hubungan dengan Samudera Pasai.

4)        Kesultanan Brunei Darussalam (abad ke-15).


Kesultanan Brunei Darussalam merupakan kesultanan Islam yang terletak di Pulau
Kalimantan sebelah utara.Islam pertama kali masuk ke Brunei pada 977, dibawa saudagar
Cina. Setelah raja Awang Alak Betatar (1406-1408) masuk Islam, ia mengubah kerajaan itu
menjadi kesultanan. Kata "Darussalam" ditambahkan pada kata "Brunei" pada abad ke-15
untuk menekankan Islam sebaga agama negara.Kesultanan Brunei Darussalam berkembang
menjadi pusat penyebaran Islam dan perdagangan wilayah Melayu ketika Kesultanan Malaka
jatuh ke tangan Portugis.Kesultanan Brunei Darussalam pernah dikuasai Inggris pada 1888,
di masa kepemimpinan Sultan Hasyim Jalilu Ageramaddin, sultan ke-15, namun dapat
meraih kemerdekaannya dari Inggris 1983.

5)        Kesultanan Islam Sulu (abad ke-15).


Kesultanan Sulu merupakan kesultanan Islam yang terletak di Filipina bagian selatan.Islam
masuk dan berkembang di Sulu melalui orang Arab yang melewati jalur perdagangan Malaka
dan Filipina.Pembawa Islam di Sulu adalah Syarif Karim al-Makdum, orang Arab yang ahli
ilmu pengobatan. Abu Bakar, seorang dai dari Arab, menikah dengan putri dari pangeran
Bwansa dan kemudian memerintah di Sulu dengan mengangkat dirinya sebagai Sultan.

6)        Kesultanan Ternate (abad ke-15).


Kesultanan Islam terbesar di Maluku adalah Kesultanan Ternate.Penyebaran Islam di daerah
ini dilakukan oleh para ulama dan pedagang dari Pulau Jawa.Islam menjadi agam kerajaan
setelah Sultan Zainal Abidin memerintah.Kesultanan Ternate menjadi salah satu pusat
penyebaran Islam di kawasan timur Nusantara.Kesultanan Ternate mencapai kejayaannya
pada masa pemerintahan Sultan Babullah.Kesultanan Ternate bersaing dengan Kesultanan
Tidore terutama dalam perdagangan.Kesultanan Ternate berakhir setelah ditaklukkan oleh
VOC (Verenidge Osst-Indische Compagnie) pada 1660. Peninggalan Kesultanan Ternate
antara lain Benteng Portugis dan bekas istana di Ternate (Maluku Utara).
7)        Kesultanan Aceh Darussalam (abad ke-16).
Kesultanan Aceh atau Aceh Darussalam adalah kerajaan Islam yang terletak di Pulau
Sumatera bagian utara.Kesultanan ini didirikan pada 1541 oleh Sultan Ali Mughayat
Syah.Kesultanan Aceh mengantikan peran Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan
Malaka yang jatuh ke tangan Portugis, terutama dalam perdagangan dan
pelayaran.Kesultanan ini mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Sultan
Iskandar Muda.Kesultanan Aceh akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan pemerintah Hindia
Belanda pada 1912. Peninggalan sejarah Kesultanan Aceh antara lain Masjid Raya
Baiturrahman di Banda Aceh dan Cakra Donya, yaitu lonceng hadiah dari kaisar Cina.

8)        Kesultanan Demak (abad ke-16).


Kesultanan Demak adalah kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa.Raja Demak pertama
adalah Raden Fatah, bupati Majapahit di Bintoro dan mencapai puncak kejayaan di bawah
kepemimpinan Sultan Trengono.Kesultanan Demak berhasil melebarkan kekuasaannya
sampai ke daerah luar Jawa, seperti Kesultanan Banjar, Kerajaan Kotawaringin, dan
Kesultanan Kutai di Kalimantan.Kesultanan ini mengalami kemunduran di masa Sunan
Prawoto karena beberapa daerah taklukkan Demak memberontak.Peninggalan Kesultanan
Demak yang paling terkenal adalah Masjid Agung Demak. Ciri khas masjid ini adalah
bangunannya ditopang empat tiang atau saka guru yang dibangun empat orang sunan dari
sembilan wali (Wali Songo), yaitu Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan
Sunan Kalijaga.

9)        Kesultanan Cirebon (abad ke-16).


Kesultanan Cirebon merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat.Kesultanan Cirebon
didirikan pada 1450 oleh Pangeran Walangsungsang.Tokoh yang paling berperan menjadikan
Cirebon sebagai Kesultanan Islam adalah Syarif Hidayatullah. Sepeninggal Panembahan
Girilaya (1650-1662), Kesultanan Cirebon dibagi menjadi dua oleh kedua anaknya, menjadi
Kesultanan Kasepuhan dan Kesultanan Kanoman. Meskipun tidak mempunyai kekuasaan
administratif, Kesultanan Cirebon tetap bartahan sampai saat ini.

10)    Kesultanan Banjar (abad ke-16).


Kesultanan Banjar merupakan kesultanan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan bagian
selatan.Kesultanan ini pada walnya bernama Daha, sebuah kerajaan Hindu yang berubah
menjadi kesultanan Islam.Kesultanan Banjar berdiri pada 1595 dengan penguasa pertama
Sultan Suriansyah.Islam masuk ke wilayah ini tahun 1470, bersamaan dengan melemahnya
kerajaan Maajapahit di Pulau Jawa.Penyebaran Islam secara luas dilakukan Syekh
Muhammad Arsyad al-Banjari, seorang ulama yang menjadi Mufti Besar
Kalimantan.Kesultanan Banjar mengalami kemunduran dengan terjadinya pergolakan
masyarakat yang menentang pengangkatan Pangeran Tamjidillah (1857-1859) sebagai sultan
oleh Belanda.Pada 1859-1905, terjadi perang Banjar yang dipimpin Pangeran Antasari (1809-
1862) melawan Belanda.Akibat dari perang ini, Belanda menghapuskan Kesultanan Banjar
pada 1860.Peninggalan sejarah Kesultanan Banjar dapat dilihat dari bangunan masjid di Desa
Kuin, Banjar Barat (Banjarmasin) yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan
Tamjidillah.

11)    Kesultanan Banten (abad ke-16).


Kesultanan ini adalah kesultanan terbesar di Jawa Barat.Kesultanan Banten didirikan Sunan
Gunung Jati pada 1524.Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, Islam telah
mengalami perkembangan pesat.Hal ini ditandai dengan berdirinya bangunan masjid dan
pesantren.Kesultanan Banten mencapai masa keemasannya di masa pemerintahan Sultan
Ageng Tirtayasa (1651-1683).
Kesultanan ini mengalami kemunduran setelah terjadi perang melawan Belanda.Peninggalan
Kesultanan Banten berupa Masjid Agung Banten, Menara Banten, Benteng Speelwijk, dan
bekas Keraton Surosowan.

12)    Kesultanan Buton (abad ke-16).


Kesultanan Buton merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Buton, Sulawesi bagian
tenggara.Kerajaan Buton menjadi kesultanan setelah Halu Oleo, raja ke-6, memeluk agama
Islam. Penyebaran Islam secara luas dilakukan oleh syekh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman
al-Patani, seorang ulama dari Kesultanan Johor. Peninggalan sejarah Kesultanan Buton
berupa Benteng Kraton dan Batupoaro, yaitu batu tempat berkhalwat (mengasingkan diri)
Syekh Abdul Wahid di akhir keberadaannya di Buton.

13)    Kesultanan Goa (abad ke-16).


Kesultanan Goa terletak di sebelah selatan Pulau Sulawesi.Kerajaan Goa berubah menjadi
kesultanan pada akhir abad ke-16, di masa pemerintahan Sultan Alauddin (1593-1639).
Pada masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin terjadi perang Makassar (1666-1669) meawan
Belanda.Kesultanan Goa selanjutnya dikuasai oleh Belanda setelah dipaksa menyerah dan
menandatangani Perjanjian Bongaya.Peninggalan Kesultanan Goa berupa kompleks makam
Sultan Goa dan bekas rumah Sultan Goa terakhir di Makassar (Sulawesi Selatan).

14)    Kesultanan Johor (abad ke-16).


Kesultanan Johor berdiri setelah Kesultanan Malaka dikalahkan oleh Portugis.Sultan
Alauddin Riayat Syah membangun Kesultanan Johor pada sekitar tahun 1530-1536.Masa
kejayaan kesultanan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Riayat Syah
II.Kesultanan Johor memperkuat dirinya dengan mengadakan sebuah aliansi bersama
Kesultanan Riau sehingga disebut Kesultanan Johor-Riau.Kesultanan Johor-Riau berakhir
setelah Raja Haji wafat dan wilayah tersebut dikuasai oleh Belanda.

15)    Kesultanan Kutai (abad ke-16).\


Kesultanan Kutai terletak di sekitar Sungai Mahakam, Kalimanta bagian timur.Pada awalnya,
Kutai merupakan kerajaan yang dipengaruhi ajaran Hindu dan Buddha.Islam berkembang
pada masa kepemimpinan Aji Raja Mahkota (1525-1600).
Penyebaran Islam dilakukan oleh seorang mubalig bernama Said Muhammad bin Abdullah
bin Abu Bakar al-Warsak. Kesultanan ini mencapai kejayaannya pada masa Aji Sultan
Muhammad Salehuddin (1780-1850) memerintah.Kesultanan Kutai mengalami kemunduran
setelah Aji Sultan Muhammad Salehuddin meninggal dunia.Peninggalan sejarah Kesultanan
Kutai berupa makam para sultan di Kutai Lama (dekat Anggana).

16)    Kesultanan Pajang (abad ke-16).


Kesultanan Pajang merupakan kerjaan Islam pertama di pedalaman Jawa.Kesultanan ini
didirikan oleh Joko Tingkir pada 1546, setelah Trenggono, Sultan Demak, wafat.Joko Tingkir
atau Sultan Adiwijaya membawa pengaruh Islam dari wilayah pesisir ke wilayah pedalaman
Jawa.Kesultanan Pajang hanya bertahan selama 45 tahun karena dihancurkan oleh
Kesultanan Mataram pada 1618.Peninggalan Kesultanan Pajang berupa makam Pangeran
Benowo.

17)    Kesultanan Mataram (abad ke-16).


Kesultanan Mataram beridiri sejak 1582.Kesultanan ini berawal dari wilayah Kesultanan
Pajang yang dihadiahkan oleh Sultan Adiwijaya kepada Kiai Ageng Pamanahan.Sultan
pertama Mataram adalah Panembahan Senopati (1582-1601).
Puncak kekuasaan Kesultanan Mataram tercapai pada masa kepemimpinan Sultan Agung
(1613-1645).Kesultanan Mataram melemah setelah terjadi perpecahan wilayah akibat
Perjanjian Giyanti serta campur tangan pihak Belanda.Kesultanan Mataram selanjutnya
terbagi menjadi empat wilayah yaitu Kesultanan Yogyakarta, Pakualaman, Kasunanan
Surakarta, dan Mangkunegara. Peninggalan Kesultanan Mataram antara lain berupa pintu
gerbang Masjid Kotagede di Yogyakarta.

18)    Kesultanan Palembang (abad ke-16).


Pada awalnya, Kesultanan Palembang termasuk dalam wilayah kekuasaan Kesultanan
Demak.Sultan pertama sekaligus pendiri Kesultanan ini adalah Ki Gendeng Suro (1539-
1572).Pengetahuan dan keilmuan Islam berkembang pesat dengan hadirnya ulama Arab yang
menetap di Palembang.Kesultanan Palembang menjadi bandar transit dan ekspor lada karena
letaknya yang strategis.Belanda kemudian menghapuskan Kesultanan Palembang setelah
berhasil mengalahkan Sultan Mahmud Badaruddin.Salatu satu peninggalan Palembang
adalah Masjid Agung Palembang yang didirikan pada masa kepemimpinan Sultan Abdur
Rahman.

19)    Kesultanan Bima (abad ke-17).


Kesultanan Bima adalah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Sumbawa bagian timur.
Kerajaan Bima berubah menjadi kesultanan Islam pada 1620 setelah rajanya, La Ka'i,
memeluk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Abdul Kahir. Pada masa
pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (1640-1682), Kesultanan Bima menjadi pusat
penyebaran Islam kedua di timur Nusantara setelah Makassar.Kesultanan Bima berakhir pada
1951, ketika Muhammad Salahuddin, sultan terakhir, wafat. Peninggalan Kesultanan Bima
antara lain berupa kompleks istana yang dilengkapi dengan pintu lare-lare atau pintu gerbang
kesultanan.

20)    Kesultanan Siak Sri Indrapura (abad ke-18).


Siak Sri Indrapura adalah sebuah kesultanan Melayu, didirikan (1723) oleh Sultan Abdul Jalil
Rahmat Syah, dan penyebarab Islam di Sumatera Timur.Pusatnya adalah Desa Buantan,
kemudian pindah ke Siak Sir Indrapura (sekitar 90 km ke timur laut Pekanbaru).Wilayah
kekuasaan Siak Sri Indrapura meliputi Siak Asli, Bukit Batu, Merbau, Tebing Tinggi,
Bangko, Tanah Putih dan Pulau Bengkalis (Kabupaten Bengkalis); Tapung Kiri dan Tapung
Kanan (Kampar); Pekanbaru; dan sekitarnya. Istana bekas tempat tinggal dan pusat
Kesultanan Siak Sri Indrapura sampai sekarang masih berdiri dengan megah di pinggir
Sungai Siak dan merupakan salah satu objek pariwisata di daerah Riau.

G.    Pengaruh Islam di Asia Tenggara[14]


Islam begitu berpengaruh di kawasan Asia Tenggara, adapun beberapa pengaruh Islam adalah
sebagai berikut:
a. Sistem Pemerintahan
1. Wujudnya institusi kesultanan Islam di beberapa Negara.
2. Ulama menjadi penasehat bagi Raja/sultan
3. Islam sebagai agama resmi dan mayoritas.
4. Undang-undang berlandaskan hukum Islam
5. Wujudnya semangat jihad
b. Sistem Pendidikan                
1. Pendidikan Islam disampaikan kepada semua lapisan masyarakat
2. Sekolah, pesantren, madrasah, dan Mesjid sebagai institusi pendidikan dan
Basis Islam
c. Cara hidup
1. Penggunaan Pakaian yang menutup aurat
2. Mengamalkan konseppersaudaraan sesama Islam
3. Persamaan taraf sesama manusia
4. Sifat tolong-menolong, hormat menghormati, dan amalan bergotong-royong    
d. Bahasa dan Kesusastraan
1. Bentuk tulisan Arab-Melayu
2. Banyak istilah Arab digunakan dalam bahasa Melayu
3. Hasil kesusasteraan Melayu terpengaruh dengan gaya dan tata bahasa
4. Bentuk sastera Melayu dipengaruhi, bentuk sastera Islam
e. Kesenian
1. Seni pada batu nisan dan ukiran kayu
2. Seni bangunan Islam mempengaruhi bentuk masjid, kubah, mimbar, mihrab
dan menara azan.
f. Ekonomi
1. Terbentuknya Institusi ekonomi Islam seperti baitulmal
2. Amalan zakat dan sedekah
3. Amalan riba, penindasan dan penipuan dilarang dalam perdagangan
MATERI XI
SEJARAH PERADABAN ISLAM DI ASIA TIMUR

1. ISLAM DI CINA
Agama Islam masuk ke Cina pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, Mubaligh
pertama yang diutus ke negeri itu ialah Sa’ad bin Abi Waqash. Setelah itu banyak saudagar
arab yang masuk Cina sambil berdakwah. Masyarakat Cina umumnya menerima kedatangan
agama Islam, dan banyak diantara mereka yang tertarik menjadi muslim. Keagungan ajaran
Islam yang dipraktekan dan diajarkan oleh para mubaligh, membuat masyarakat Cina kagum
dan menyebutnya dengan Hui-hui Chew atau Tsing Ching Chew yang artinya agama yang
suci.
Tempat yang pertama kali menerima dakwah Islam ialah Kanton, salah satu kota
besar di Cina. Sa’ad bin Abi Waqash pertama kali berdakwah di kota itu, dan ia cukup lama
tinggal di kota tersebut sampai meninggal dunia. Kuburanya masih terawat baik sampai
sekarang, karena masyarakat muslim Cina sangat menghormatinya.
Selain melalui jalur dakwah, agama Islam dapat berkembang melalui jalur
perkawinan. Banyak para mubaligh muslim yang kemudian menikahi gadis setempat dan
beranak pinak. Sehingga anak keturunan mereka itulah yang kemudian meneruskan dakwah
Islam di negeri tirai bambu itu.1
Cina memiliki sejarah meliputi jangka waktu meliputi lebih dari 4000 tahun, sehingga
termasuk Negara berkeadaban tertua, disamping India, Mesir, dan Mesopotamia. Dalam
jangka waktu 4000 tahun lebih cina mempunyai 24 dinasti dan 2 republik, yaitu Republik
Nasionalis Cina dan Republik Rakyat Cina.2
T’ai Tsung naik takhta pada tahun 626, empat tahun setelah Nabi Muhammad SAW
dan sahabat-sahabatnya meninggalkan Mekah menuju Madinah. Kira-kira pada waktu yang
sama,suku-suku nomad Turki di Asia Tengah berkumpul diluar tembok besar Cina untuk
serbuan missal. Namun, T’ai Tsung dapat mengusir mereka,. Maka mulai muncullah migrasi
menuju ke barat. Mereka adalah suku yang anak cucunya merupakan masyarakat muslim Hui
yang berbahasa Cina dari daerah selatan dan tengah.3
Pada waktu T’ai Tsung mempertahankan dan mempersatukan Cina, Nabi Muhammad
SAW, baru meletakkan dasar-dasar Negara islam. Pada tahun 705 M. Dinasti Umayah
dijatuhkan oleh Dinasti Bani Abbas. Satu tahun kemudian, tentara muslim berhadapan
dengan tentara Cina untuk pertama kalinya di Talas. Dengan bantuan orang-orang Turki,
umat Islam dapat mengalahkan tentara cina. Semenjak itulah penduduknya sebagian besat
memeluk agama Islam.4
Hasil dari pertempuran talas lainnya adalah tertangkapnya beberapa orang Cina yang
ahli dalam membuat kertas. Karya mereka selanjutnya diperkenalkan ke Dunia Islam.
Dengan inilah mendorong berkembangnya kebudayaan Bagdad sejajar dengan kebudayaan
Ch’ang-an(Cina).
Selama abad ke-19, terdapat pemberontakan-pembrontakan besar di negeri  Cina, dan
pemberontakan-pemberontakan di Yunnan (1855-1873) oleh penduduk muslim yag akhirnya
ditumpas dengan kekejaman yang luar biasa. Setelah revolusi kebudayaan(1966), umat Islam
yang merupakan minoritas sama sekali tidak menampakkan diri. Pada awal revolusi mesjid-
mesjid dirusak, dihancurkan atau ditutup.5

2   ISLAM DI JEPANG
Sebelum perang dunia ke-2, jepang termasuk Negara ekslusif yang menutup diri,
sehingga agama Islam baru masuk ke Negara itu setelah pecahnya perang dunia ke-2
tersebut.  Pada waktu itu Jepang berperang melawan Rusia. Banyak penduduk Rusia yang
mengungsi ke Jepang salah satunya seorang ilmuwan yang bernama Abdul Rasyid Ibrahim,
ia merupakan teman karibnya Jenderal Akashi, panglima masyarakat negeri itu dan berhasil
mengislamkan Konaru dan Yama Oka. Mereka berdua sempat melaksanakan ibadah haji.6
Sejarah perkembangan Islam di Jepang menunjukkan bahwa terdapat gelombang
orang-orang yang memeluk Islam. Faktanya, kampanye-kampanye religius yang sudah
banyak dilakukan tidak terlalu banyak menuai sukses dalam menyebarkan “agama baru” ini.
Data statistic mengindikasikan bahwa 80 % dari total populasi percaya pada Buddhism atau
Shintoism dimana 0,7 % adalah penganut Nasrani. Hasil terakhir yang diperoleh berdasarkan
polling yang dilakukan oleh majalah bulanan Jepang menyatakan bahwa terdapat sebuah
gelombang protes yang penting seputar keberadaan agama. Hanya satu dari empat orang
Jepang percaya akan dogma-dogma agama. Kurangnya kepercayaan terhadap dogma-dogma
agama umumnya terjadi pada kaum muda Jepang umur 20 tahun dengan angka mencapai 85
%. Para pelaku dakwah yang direpresentasikan oleh komunitas Muslim di Jepang dengan
estimasi jumlah mereka sebanyak 100 ribu orang sendiri dirasa amat kecil jika dibandingkan
dengan total populasi penduduk Jepang yang mencapai lebih dari 20 juta orang. Para pelajar
dan mahasiswa bersama dengan para pekerja yang berada dalam situasi genting melakukan
perluasan segmen komunitas mereka. Mereka terkonsentrasi di kota-kota besar seperti
Hiroshima, Kyoto, Nagoya, Osaka dan Tokyo namun jarang yang terorganisir secara rapi
dalam unit-unit yang mapan untuk melakukan program-program dakwah yang efektif.
Faktanya, asosiasi para pelajar Muslim serta masyarakat local mengorganisir camp-camp
secara periodic serta melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pemahaman bagaimana
mengajarkan Islam secara benar dan tepat serta untuk memperkuat hubungan persaudaraan
diantara sesama Muslim.
Tidak ada kelanjutan dari upaya-upaya untuk bertahan dengan situasi yang menuntut
penyesuaian-penyesuaian bagaimana di satu sisi harus menjalani gaya hidup yang modern
dan di sisi lain harus menyeru orang pada perbaikan jiwa agar tercipta keseimbangan hidup.
Kesulitan-kesulitan yang kemudian dihadapi oleh orang-orang Muslim adalah dalam hal
pengadaan fasilitas komunikasi, perumahan, pendidikan anak, atau makanan halal serta buku-
buku Islam yang pada saat itu, tahun 1980-an masih sangat sulit. Dan hal ini merupakan
faktor-faktor tambahan yang menjadi penghalang bagi jalannya dakwah di Jepang.
Kewajiban untuk berdakwah seringkali dirasakan sebagai kewajiban seorang Muslim untuk
mengajarkan Islam kepada non-Muslim. Dan banyak Muslim yang merasa bahwa kegiatan
mereformasi (islaah) serta memperbaharui (tajdid) itu amat diperlukan, sehingga otomatis hal
tersebut juga mempengaruhi bentuk-bentuk dakwah yang dilakukan oleh komunitas-
komunitas Muslim yang eksis di Jepang.
Sebuah kondisi yang menuju perbaikan serta kemajuan dalam hal pengetahuan Islam
serta kehidupan (living condition) demi keberhasilan dakwah amat diperlukan di Jepang. Satu
hal yang harus dipahami adalah bahwa jika tindakan pengabaian serta ketidakpedulian oleh
warga negara Jepang yang Muslim terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan
persoalan jamaah dirubah, maka resiko yang harus ditanggung komunitas akan bisa diatasi
dan dicairkan melalui distorsi keyakinan Islam yang amat hebat, yang terus tumbuh.
Kemungkinan tersebut pada kenyataannya bersentuhan dengan keterbukaan permanent
orang-orang muslim terhadap pengaruh adat-istiadat Jepang dan ritual-ritual tradisional
seperti menundukkan kepala amat dalam serta berpartisipasi secara kolektif dalam acara-
acara yang bersifat religiuis dan berkunjung ke kuil. Mungkin permasalahan yang muncul
adalah ketika keterlibatan pada anak Muslim dalam perayaan-perayaan semacam itu akan
menjadikan mereka target empuk transmisi dan penanaman budaya non-Islam dan kebiasaan
soaial. Komunitas Islam di Jepang amat membutuhkan kehadiran lembaga-lembaga Islam di
seluruh Jepang.
Terdapat upaya-upaya permanent untuk membangun atau merubah unit-unit
pemukiman menjadi masjid-masjid di banyak kota dan dengan pertolongan dari Allah Yang
Maha Kuasa, juga ingin membangun perusahaan-perusahaan yang diharapkan akan
menghasilkan buah-buahan. Terdapatnya miskonsepsi dalam pengajaran Islam diperkenalkan
oleh media Barat harus diluruskan dengan sebuah pendekatan yang lebih efisien yang diambil
dengan penuh pertimbangan terhadap adanya keistimewaan masyarakat jepang yang
merupakan salah satu masyarakat yang paling terpelajar di dunia. Karena adanya distribusi
yang tidak merata, maka terjemahan Al-Quran dalam bahasa Jepang tidak tersedia di ruang
publik. Literatur Islam benar-benar sulit ditemui di toko buku atau perpustakaan umum
kecuali beberapa essay yang ditulis dalam bahasa Inggris serta buku-buku yang dijual dengan
harga yang relative mahal. Akibatnya, tidak heran jika kita hanya menemukan bahwa
pengetahuan orang-orang Jepang mengenai Islam hanya terbatas seputar poligami, Sunni dan
Syiah, Ramadhan, Mekah,. Allah adalah Tuhan-nya orang Islam, dan Islam adalah agamanya
Muhammad. Akankah Islam bergaung lebih keras di Jepang? Dengan terdapatnya bukti-bukti
yang signifikan mengenai terdapatnya tanggung jawab untuk berdakwah serta penilaian yang
rasional terhadap adanya keterbatasan dan kapabilitasnya, komunitas Muslim menunjukkan
komitmen yang lebih kuat untuk melaksanakan kewajiban dakwahnya dengan cara-cara yang
lebih terorganisir. Di masa yang akan datang diharapkan masa depan Islam dan para
pemeluknya akan lebih baik daripada sebelumnya, tentunya dengan mengharapkan
pertolongan Allah.7
Perkembangan berikutnya, islam semakin mendapat tempat dimasyarakat jepang.
Banyak prajurit Jepang yang pulang dari dunia ke-2 dengan oleh-oleh masuk Islam. Maka
agama Islam pun semakin berkembang dengan pesat, apalagi setelah Haji Umar Meta
mendirikan oganisasi umat Islam pada tahun 1980 M, dan Dr. Syauki Futaki mendirikan
Rumah Sakit Islam terbesar di Jepang. Sampai hari ini, agama Islam di Jepang berkembang
dan semoga tetap jaya.8
 
3. ISLAM DI KOREA
Agama islam masuk ke Korea pada tahun 1955M. yang dibawa oleh Abdurrahman dan
Zubair Khoci. Keduanya adalah imam rohani tentara Turki yang dikirim ke Korea dalam misi
perdamaian antara Korea Utara dan Korea Selatan. Orang Korea yang pertama kali masuk
Islam adalah Umar Kim Jin Kyu, Haji Mohamad Yon, Haji Sabir Suh. Pada tahun 1959
mereka melaksanakan ibadah haji ke Mekah. Setelah bertemu jutaan umat Islam , dari
berbagai Negara mereka segera melakukan dakwah di negaranya.
Berkat perjuangan mereka, agama Islam dapat berkembang dengan pesat di Korea.
Pada tahun 1963 di Seoul, Ibu kota Korea Selatan didirikan sebuah masjid megah, dan
lengkap dengan fasilitas dakwahnya, baik untuk pendidikan al-Qur’an, pertemuan akbar dan
sebagainya. Masjid itu dipimpin oleh Haji Sabir Suh.
Tahun 1980 juga didirikan sebuah Universitas Islam di Kota Yang In. Universitas itu
memiliki 15 fakultas, yang lima diantaranya adalah fakultas Syari’ah, Bahasa Arab, Ilmu
Perbandingan Agama, Sejarah Islam, dan Penddidikan Agama Islam. Umat Islam di Korea
pada saat ini sekitar 21 ribu orang.9

MATERI XII
Sejarah Islam di Amerika Serikat
Sejarah Islam di Amerika Serikat bermula sekitar abad ke 16, di mana Estevánico dari
Azamor adalah Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara.[2] Walau begitu,
kebanyakan para peneliti di dalam mempelajari kedatangan Muslim di AS lebih
memfokuskan pada kedatangan para imigran yang datang dari Timur Tengah pada akhir abad
ke 19. Migrasi Muslim ke AS ini berlangsung dalam periode yang berbeda, yang sering
disebut "gelombang", sekalipun para ahli tidak selalu sepakat dengan apa yang menyebabkan
gelombang ini.[3]
Populasi Muslim di AS telah meningkat dalam seratus tahun terakhir, di mana sebagain besar
pertumbuhan ini didorong oleh adanya imigran. Pada 2005, banyak orang dari negara-negara
Islam menjadi penduduk AS - hampir 96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade
sebelumnya.
Masjid Masyarakat Wisconsin Utara di Altoona, Wisconsin.
Estevánico dari Azamor mungkin telah menjadi Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah
Amerika Utara. Estevanico adalah orang Berber dari Afrika Utara yang menjelajahi Arizona
dan New Mexico untuk Kerajaan Spanyol. Estevanico datang ke Amerika sebagai seorang
budak penjelajah Spanyol pada abad ke 16, Álvar Núñez Cabeza de Vaca.[6]
Selama tahun 1520-an telah didatangkan budak ke Amerika Utara dari Afrika. Diperkirakan
sekitar 500 ribu jiwa dikirim ke daerah ini atau 4,4% dari total 11.328.000 jiwa budak yang
ada.[7] Diperkirakan sekitar 50% budak atau tidak kurang dari 200 ribu jiwa budak yang
didatangkan berasal dari daerah-daerah yang dipengaruhi oleh Islam.[8]
Menurut sumber lain, kedatangan paling awal imigran Muslim adalah antara
tahun 1875 dan 1912 dari kawasan pedesaan, yang sekarang
menjadi Suriah, Yordania, Palestina, dan Israel. Daerah ini dulunya dikenal sebagai Suriah
Raya yang diperintah oleh Kekaisaran Ottoman. Setelah Kekaisaran Ottoman runtuh
pada Perang Dunia I (PD I), terjadi gelombang kedua imigrasi kaum Muslim dari Timur
Tengah, di mana dalam periode ini pula dimulainya kolonialisme Barat di Timur Tengah.
Pada tahun 1924, aturan keimigrasian AS disahkan, yang segera membatasi gelombang kedua
imigrasi ini dengan memberlakukan "sistem kuota negara asal". Periode imigrasi ketiga
terjadi pada 1947 sampai 1960, di mana terjadi peningkatan jumlah Muslim yang datang ke
AS, yang kini berasa dari negara-negara di luar Timur Tengah. Gelombang keempat
kemudian terjadi pada tahun 1965 disaat Presiden Lyndon Johnson menyokong rancangan
undang-undang keimigrasian yang menghapuskan sistem kuota negara asal yang sudah
bertaha lama.[9]
Masjid adalah tempat ibadah utama bagi seorang Muslim. Di AS, ada sekitar 1.209 Masjid[10]
[11]
, di mana yang terbesar adalah Islamic Center of America yang terletak di Dearborn,
Michigan. Dibangun pada 2005, Masjid ini dapat menampung lebih dari 3.000 jamaah yang
terus tumbuh di wilayah itu.[12] Hanya kurang dari 100 unit yang benar-benar dari awal
dirancang sebagai Masjid, kebanyakan jamaah Islam di AS pada awalnya beribadah di
bangunan-bangunan yang semula didirikan untuk tujuan lain, seperti bekas stasiun pemadam
kebakaran, teater, gudang, dan toko.[13]
Jumlah Masjid terbanyak di AS adalah di negara bagian California, yakni sekitar 227 unit
pada tahun 2001.
Sulit menentukan jumlah pasti Muslim di AS. Konstitusi AS memisahkan antara gereja
dengan negara yang tercermin dalam undang-undang Amerika, sehingga formulir Biro
Sensus AS tidak memuat pertanyaan tentang agama pada orang yang dicatat di dalamnya.
Dinas imigrasi juga tidak mengumpulkan informasi tentang agama para imigran. Banyak
masjid di AS tidak memiliki kebijakan keanggotaan resmi, dan mereka jarang mencatat
secara akurat jumlah jamaah yang datang. Hasil akhirnya adalah tidak adanya data yang
akurat mengenai jumlah Muslim di AS.[15] Menurut sumber yang sama, imigran Asia Tengah-
bagian Selatan menempati urutan teratas (33%) dalam jumlah besar komunitas Muslim AS,
yang kedua adalah keturunan Afro Amerika (30%), Arab (25%), Afrika (3%), lain-lain 5%,
serta Eropa dan Asia Tenggara (masing-masing 2%). Sedangkan menurut Central Intelligence
Agency (CIA) Amerika dalam situsnya, jumlah Muslim di AS adalah 1% dari 301.139.947
(perkiraan Juli 2007) penduduk AS, jumlah ini sama dengan jumlah umat Yahudi di AS.
Menurut Lembaga Survey Pew pada tahun 2007, dua pertiga Muslim di AS adalah keturunan
asing. Di antara mereka telah bermigrasi ke AS sejak tahun 1990. Sedangkan sepertiga dari
Muslim AS adalah penduduk asli yang beralih ke Islam, dan keturunan Afro Amerika. Pada
tahun 2005, menurut New York Times, lebih banyak lagi orang dari negara-negara Muslim
yang menjadi penduduk AS - hampir 96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade
sebelumnya.
Sedangkan menurut Council on American-Islamic Relations (CAIR)[17], jemaah masjid Sunni
yang diperuntukkan bagi umum di AS berasal dari latar belakang bangsa yang berbeda: Asia
Selatan (33%), Afro Amerika (30%), Arab (25%), Eropa (2,1%), Amerika kulit putih
(1,6%), Asia Tenggara (1,3%), Karibia (1,2%), Turki Amerika (1,1%), Iran Amerika (0,7%),
dan Hispanik/Latin (0,6%).
Komunitas Muslim pertama berada di Midwest. Di Dakota Utara, kaum Muslim berkumpul
untuk salat berjamaah pada tahun-tahun pertama era 1900-an; di Indiana, sebuah pusat
kegiatan Islam dimulai sejak 1914; dan Cedar Rapids, Iowa, adalah rumah bagi Masjid tertua
yang masih digunakan hingga sekarang. Daerborn, Michigan, dipinggiran Detroit, adalah
tempat Muslim Sunni dan Syiah dari banyak negara Timur Tengah. Bersama umat Kristen
dari Timur Tengah, kaum Muslim Michigan membentuk komunitas Arab-Amerika terbesar
di negara ini. Galangan kapal di Quincy, Massachusetts, di luar Boston, menyediakan
lapangan kerja bagi imigran Muslim sejak tahun 1800-an. Di New England juga telah dibuat
sebuah Islamic Center, yang kini menjadi kompleks Masjid besar untuk beribadah bagi para
pelaku bisnis, guru, profesional, serta pedagang dan buruh. Di New York, Islam telah hadir
dan muncul selama lebih dari satu abad.
Rumah pertama yang lain bagi imigran Muslim adalah Chicago, Illinois, di mana beberapa
orang menyatakan jumlah Muslim yang tinggal disini pada awal 1900-an adalah yang
terbanyak di antara kota-kota lain di AS. Lebih dari 40 kelompok Muslim telah berdiri di
kawasan Chicago. Di Los Angeles dan San Fransisco, California, juga telah menjadi pusat
komunitas Muslim yang besar di AS. Islamic Center di California Selatan adalah salah satu
entitas Muslim terbesar di AS. Jumlah Masjid di California juga adalah yang terbanyak di
AS, yakni sekitar 227 Masjid pada tahun 2001
Penjara bisa jadi adalah penyokong terhadap pertumbuhan Islam di AS. Perkiraan resmi
menyatakan bahwa persentase dari narapidana Muslim adalah sekitar 15-29% dapi populasi
penjara. Diperkirakan, sekitar 80% dari narapidana berpindah agama ke Islam. Populasi
narapidana Muslim telah mencapai 350 ribu jiwa (pada 2003) dengan pertambahan sekitar 30
ribu hingga 40 ribu setiap tahunnya. Kebanyakan narapidana yang berpindah ke Islam adalah
keturunan Afrika.
Menurut Dr. Mikhail Waller, golongan Islamis radikal, yang dicurigai oleh pemerintah AS,
menjadi perekrut di dalam penjara untuk menjadikan pengikutnya sebagai kader demi
mendukung mereka dalam usaha-usaha anti Amerika.
Pada awalnya, imigran Muslim yang datang ke AS bekerja sebagai budak, tetapi kini tidak
sedikit yang bekerja sebagai seorang profesional. Pekerjaan lain yang dilakoni oleh Muslim
di AS adalah guru, tentara, penjaga toko, sopir taksi, dokter, wiraswasta, buruh, dan
pekerjaan lainnya.
Karena dalam Islam perbuatan riba diharamkan oleh agama, sebagian Muslim merasa
kesulitan ketika harus mendanai dan mengembangkan usahanya. Sebagian besar lembaga
keuangan dan perbankan di AS masih bersifat konvensional, di mana mereka menerapkan
sistem berbunga. Namun sejak beberapa tahun lalu, sebagian lembaga keuangan dan
korporasi mulai mencari cara untuk membantu Muslim AS. Beberapa program pendanaan
lokal ala Islam baru-baru ini telah dimulai atau sedang dalam tahap perencanaan[21]:

 Korporasi Pengembangan Komunitas Phillips (Phillips Community Development


Corp.) maupun Badan Pengembangan Komunitas Minneapolis (Minneapolis Community
Development Corp.), masing-masing telah memberi dana bagi pemiliki usaha Islam
dengan biaya administrasi sebagai pengganti bunga.
 Konsorsium Minneapolis dari Para Pengembang Komunitas (Minneapolis Consortium
of Community Developers) telah menyediakan dua pendanaan berdasarkan biaya untuk
usaha-usaha Islami sebagai proses awal.
 Delsan Auto Dealer, tempat usaha mobil bekas miliki seorang Somalia, menyediakan
pendanaan bebas bunga kepada pelanggannya.
 Kelompok Twin Cities sedang berupaya untuk membentuk perserikatan kredit secara
Islam.
 Bank-bank seperti Wells Fargo & Co. dan University Bank tengah mencari jalan
bagaimana mereka bisa membantu usaha Islam.

Ada banyak organisasi Islam di AS.

 Kelompok yang paling besar adalah American Society of Muslims (ASM atau


Masyarakat Muslim Amerika), pengganti Nation of Islam, yang lebih dikenal sebagai
Black Muslim. Kelompok ini dipimpin oleh Warith Deen Mohammed. Tidak begitu jelas
berapa Muslim Amerika yang mengikuti kelompok ini. Kepercayaan kelompok ini juga
berbeda dengan kepercayaan Islam pada umumnya, mereka tidak mengenali Muhammad
adalah Rasul Allah yang terakhir.
 Kelompok terbesar kedua adalah Islamic Society of North America (ISNA atau
Masyarakat Islam Amerika Utara). ISNA adalah suatu asosiasi organisasi-organisasi
Muslim dan perorangan untuk mempresentasikan Islam. Kelompok ini dibuat oleh
imigran, beberapa etnis Kaukasia dan sekelompok kecil Afro Amerika yang masuk Islam.
Jumlah anggotanya baru-baru ini mungkin telah melampaui ASM. Konvensi tahunan
ISNA mungkin adalah pertemuan Muslim paling besar di AS.[22] Organisasi ini telah
dikritik karena menyebarkan ajaran Wahabi dan karena memiliki hubungan dengan
terorisme.
 Kelompok terbesar ketiga adalah Islamic Circle of North America (ICNA atau
Lingkaran Islam Amerika Utara). ICNA adalah kelompok Islam yang tidak memandang
kesukuan, terbuka bagi semua, dan mandiri. Kelompok ini dibentuk oleh imigran,
Amerika kult putih, dan Afro Amerika yang masuk Islam. Kelompok ini sedang tumbuh,
dan juga bisa lebih besar dari ASM disaat sekarang. Divisi mudanya adalah Young
Muslims atau Muslim Muda.
 Islamic Supreme Council of America (ISCA atau Dewan Tertinggi Muslim Amerika)
mewakili banyak Muslim AS. Tujuannya adalah menyediakan solusi-solusi bagi Muslim
Amerika, yang berlandaskan hukum Islam. ISCA bekerja keras untuk mengintegrasikan
ajaran Islam dalam memecahkan isu-isu zaman demi memelihara keyakinan Islam di
tengah masyarakat yang sekuler.
 Islamic Assembly of North America (IANA Himpunan Islam Amerika Utara), adalah
suatu organisasi Muslim terkemuka di AS. Menurut situs mereka, di antara sasaran IANA
adalah "mengkoordinir dan mempersatukan usaha-usaha dari dakwah yang berbeda,
mengorientasikan organisasi (Islam) di Amerika Utara atau mengarahkan umat Muslim
untuk bertahan pada metodologi Islam". Untuk mencapai sasarannya, IANA
menggunakan sejumlah alat, metode, konvensi, rapat anggota, lembaga, institusi,
akademi berorientasi dakwah, dan lain-lain.
 Muslim Students' Association (MSA atau Asosiasi Pelajar-pelajar Muslim), adalah
suatu kelompok yang diperuntukkan bagi pelajar Islam di perguruan tinggi Kanada dan
Amerika Serikat. MSA juga sering dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan,
seperti pengumpulan dana untuk tunawisma selama Ramadhan.[28]
 Islamic Information Center (IIC atau Pusat Informasi Islam) adalah organisasi yang
dibentuk untuk memberi informasi kepada publik, sebagian besar melalui media, seputar
Islam dan umat Muslim.

Organisasi politik Islam di AS berkepentingan untuk mengakomodasi kepentingan


Muslim disana. Organisasi seperti American Muslim Council aktif terlibat menegakkan
hak asasi dan hak warga negara bagi setiap orang Amerika.

 Council on American-Islamic Relations (CAIR atau Dewan Hubungan Islam-


Amerika), adalah organisasi Islam paling besar yang mengakomodasi kepentingan
Muslim di AS. CAIR menggambarkan organisasinya sebagai organisasi yang moderat di
DPR Amerika dan arena politik Amerika. CAIR juga mengutuk semua aksi terorisme,
dan sedang bekerjasama dengan Gedung Putih mengenai isu-isu keselamatan dan politik
luar negeri. CAIR adalah lembaga pembela hak-hak warga Muslim AS yang paling besar
dan mempunyai 35 kantor. Selain memiliki advokasi terhadap kaum Muslim juga
meningkatkan pemahaman Islam, mendorong tanya jawab, melindungi kebebasan-
kebebasan sipil, memberdayakan Islam di Amerika, dan membangun kesatuan dan
mempromosikan keadilan dan saling pengertian.
 Muslim Public Affair Council (MPAC atau Dewan Permasalahan Masyarakat Islam),
adalah suatu jawatan pelayanan bagi masyarakat Muslim Amerika. Berpusat di Los
Angeles, California dan memiliki cabang di Washington, DC. MPAC didirikan pada
1988. Tujuan orgaisasi ini adalah untuk memperkenalkan identitas Muslim Amerika,
mengembangkan suatu organisasi yang aktif, dan juga pelatihan bagi generasi masa
depan baik pria dan wanita untuk berbagai visi. MPAC juga bekerja untuk
memperkenalkan Islam dan Muslim secara akurat melalui media massa, mendidik
masyarakat Amerika mengenai Islam, persahabatan dengan masyarakat yang berbeda dan
menjalin hubungan dengan para pembuat dan pengambil keputusan (pemerintah).[30]
 American Islamic Congress, adalah organisasi kecil dan moderat yang
memperkenalkan pluralisme.
 Free Muslims Coalition, dibentuk untuk menghapus dukungan terhadap Islam radikal
dan terorisme serta memperkuat institusi yang demokratis di Timur Tengah dan Dunia
Islam dengan mendukung usaha reformasi Islam.

Pandangan-pandangan publik Amerika dan kaum Muslim Amerika[sunting | sunting sumber]


Pandangan publik Amerika mengenai Islam[sunting | sunting sumber]
Suatu survey nasional yang diadakan pada 2003 oleh Pusat Riset Pew dan Forum Agama dan
Kehidupan Publik Pew melaporkan bahwa persentase orang Amerika yang memandang
kurang baik Islam meningkat satu persen menjadi 34% dari 2002 dan 2003, lalu meningkat
lagi dua persen menjadi 36% pada tahun 2005. Pada waktu yang sama, persentase publik
Amerika yang menganggap bahwa Islam dapat mendorong kepada tindak kekerasan
dibandingkan agama yang lain menurun dari 44% pada Juli 2003 menjadi 36% pada Juli
2005.
Pada Juli 2005, survey Pew menunjukkan bahwa 59% orang dewasa Amerika menganggap
bahwa Islam "sangat berbeda dengan agama mereka", menurun satu persen dari tahun 2003.
Pada survey yang sama, 55% mempunyai pendapat yang baik terhadap Muslim Amerika,
atau naik empat persen dibanding Juli 2003 yang hanya 51%.
Berdasar poling yang dilakukan oleh CBS pada April 2006 mengenai keyakinan,
memperlihatkan bahwa

 58% orang Amerika lebih memilih Protestan


 48% memilih Katolik
 47% memilih Yahudi
 31% memilih Kristen fundamental
 20% memilih Mormonisme
 19% memlih Islam
 8% memilih Sainstologi
Survey Pew mengenai penganut, memperlihatkan bahwa

 77% orang Amerika berpendapat yang baik terhadap Yahudi


 73% terhadap Katolik Roma
 57% terhadap Kristen Evangelis
 55% terhadap Muslim
 35% terhadap Atheis
Survey yang dilakukan oleh Newsweek pada Juli 2007 terhadap publik Amerika
memperlihatkan bahwa

 32% percaya bahwa Muslim Amerika sedikit setia kepada AS (40% percaya bahwa
mereka setia kepada AS sebagaimana percaya kepada Islam).
 63% percaya bahwa Muslim Pandangan Muslim Amerika dan publik Amerika
Amerika tidak membenarkan
tindak kekerasan. Muslim Publik
Pernyataan
AS AS
 28% percaya bahwa al-Qur'an
membenarkan kekerasan (40% Setuju bahwa dapat
71% 64%
percaya tidak membenarkan). maju dengan bekerja keras
 41% percaya bahwa kultur Tingkat masyarakat mereka
Islam membenarkan bunuh diri. 72% 82%
"sempurna" atau "bagus"
 46% percaya bahwa sudah Kondisi keuangan
terlalu banyak imigran Muslim. 42% 49%
sempurna atau bagus
Pandangan Muslim Amerika
Yang dicukupi
mengenai Amerika Serikat 38% 32%
oleh negara
Sebuah survey yang dilakukan pada
Setuju bila Muslim yang datang
2007 yang berjudul Muslim
ke AS harus mengadopsi 43% n/a
Americans: Middle Class and Mostly
kebiasaan di AS
Mainstream, yang dilakukan
oleh Pew Research
Center menemukan bahwa Muslim
Amerika:
"sebagian besar mampu menyesuaikan diri, bahagia dengan kehidupannya, dan lebih bersikap
moderat terhadap berbagai isu berkaitan dengan umat Muslim dan masyarakat Barat di
seluruh dunia".
47% responden berkata bahwa mereka menempatkan diri mereka sebagai Muslim yang
pertama dan orang Amerika kedua. Bagaimanapun, ini lebih rendah dibandingkan dengan
81% Muslim di Inggris, dan 69% Muslim di Jerman ketika ditanya dengan pertanyaan yang
sama. Suatu perbedaan yang serupa ada dibidang ekonomi (pendapatan), di mana Muslim
Amerika yang berada di garis kemiskinan hanya sekitar 2%, sedangkan
di Prancis dan Spanyol masing-masing 18% dan 29%.
Dalam poling yang sama juga dilaporkan bahwa hanya 40% Muslim AS yang percaya bahwa
yang melakukan serangan 11 September adalah orang-orang Arab. Sedangkan 28%
mengatakan bahwa mereka tidak percaya dan 32% mengaku tidak mempunyai pandangan.
Seperempat di antara 28% yang meragukan bahwa orang Arab dibalik komplotan penyerang
menganggap bahwa pemerintah AS atau Presiden Bush lah yang paling bertanggungjawab.
Hanya 26% Muslim AS yang percaya bahwa peperangan yang dilakukan terhadap terorisme
adalah murni untuk membasmi terorisme internasional. Sedangkan 5% yang disurvey
menganggap "sangat baik" atau "sedikit baik" terhadap al-Qaida. Selain itu, hanya 35%
Muslim AS menyatakan bahwa keputusan serangan ke Afganistan dapat dibenarkan, dan
hanya 12% yang mendukung serangan ke Irak.
Serangan 11 Sepetember 2001 ke gedung WTC dan Pentagon adalah bencana bagi Amerika
dan umat Muslim sedunia. Pasca serangan, berbagai tudingan dilontarkan kepada Islam dan
ummatnya. Banyak serangan-serangan yang terjadi tehadap Muslim Amerika setelah kejadian
itu, walaupun ini terbatas pada kelompok minoritas kecil.
Menurut survey yang dilakukan pada 2007, 53% Muslim Amerika menganggap bahwa
menjadi lebih sulit menjadi seorang Muslim (di AS) setelah serangan itu.[34] Wanita Muslim
yang menggunakan hijab/jilbab diganggu, menyebabkan beberapa wanita Muslim lebih
memilih untuk tinggal dirumah, sedangkan yang lainnya untuk sementara meninggalkan
praktik (pekerjaan).
Beberapa Muslim telah dikritik karena menjadikan kepercayaan mereka sebagai alasan untuk
menolak sistem yang ada di Amerika. Sopir-sopir taksi Muslim di Minneapolis, Minnesota
misalnya, dikritik karena menolak penumpang yang membawa minuman keras atau anjing,
temasuk penumpang cacat yang dipandu oleh anjing. Otoritas bandara internasional Saint
Paulus Minneapolis sudah mengancam akan menarik kembali izin operasi taksi bagi mereka
yang membeda-bedakan penumpang seperti ini.
Institusi AS telah pula dikritik karena mengakomodasi Muslim atas pembayaran pajak.
Universitas Michigan-Dearborn dan suatu perguruan tinggi negeri di Minnesota telah dikritik
karena mengakomodasi upacara keagamaan Islam dengan membangun tempat wudhu bagi
mahasiswa Muslim dengan menggunakan uang pajak. Para kritikus menganggap bahwa
perlakukan ini adalah pelanggaran terhadap konstitusi AS yang menyatakan pemisahan antara
gereja dengan negara (agama dengan negara)
Anggota kongres Muslim pertama, Keith Ellison, membuat kontroversi ketika Ia
membandingkan Presiden Bush atas kebijakannya setelah serangan 11 September
dengan Adolf Hitler. Keith berkata bahwa Bush telah memanfaatkan serangan 11 September
untuk kepentingan politik, seperti ketika Hitler memanfaatkan Reichstag untuk
memenjarakan kebebasan konstitusional.
Isu Islam juga menjadi isu-isu yang hangat dalam pemilu AS saat ini. Sebuah foto salah satu
kandidat dari partai Demokrat, Barack Obama, yang menggambarkan Ia sedang mengenakan
pakaian Muslim, menjadi begitu kontroversi. Hal ini memperlihatan bahwa embel-embel
Islam masih belum dapat diterima oleh warga Amerika kebanyakan. Tahun lalu, para
sukarelawan melakukan kampanye setelah muncul berita e-mail yang menyebutkan bahwa
Obama seorang Muslim. Karena itulah, dalam berbagai kesempatan, Obama berkali-kali
membantah bahwa dirinya seorang Muslim.
MATERI XIII
 Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
Datangnya islam di Indonesia tidak seluruhnya bersamaan. Demikian juga dengan kerajaan
dan daerah yang mempunyai situasi politik dan social budaya yang berlainan. 
Adanya proses masuknya islam ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat. Diantaranya
para tokoh ada yang langsung mengetahui masuk dan tersebarnya budaya dan ajaran agama
islam di Indonesia, ada pula yang melalui berbagai penelitian. Diantara tokoh-tokoh itu
adalah Marcopolo, Muhammad Ghor, Ibnu Bathuthah, Dego Lopez de Sequeira, Sir Richard
Wainsted.
 Masuknya Islam di Indonesia Abad ke 7 masehi
 Sejarah masuknya islam ke Indonesia dimulai pada abad ke 7 masehi, berdasarkan
para pedagang arab yang berdatangan. Dikaitkan dengan argument bahwa sejarah masuknya
islam di Indonesia terjadi saat kerajaan Sriwijaya tepat pada abad ke 7 masehi.

 Wilayah yang dijamah oleh pedagang arab untuk menyebarkan islam di Indonesia
adalah pulau Sumatra bagian Samudra Pasai, yang dimulai dari selat malaka lalu pulau jawa.

 Masuknya Islam di Indonesia Abad ke 11 masehi
 Ahli sejarah lainnya mengatakan bahwa sejarah masuknya islam di Indonesia dimulai
sejak abad 11 masehi. Didasarkan pada bukti adanya sebuah batu nisan Fatimah binti maimun
di Gresik Jawa Timur. Batu ini berangka 1802 masehi.
 Masuknya Islam di Indonesia Abad 13 masehi
Ada juga yang mengungkapkan  sejarah msuknya di Indonesia baru mulai pada abad ke 13
masehi. Bukti yang kuat menyatakan bahwa runtuhnya Dinasti Abbasiah di Bagdhad (1258),
berita dari Marcopolo tahun 1292, batu nisan kubur Sultan Malik As-Saleh tahun 1297, dan
berita Ibnu Batuta tahun 1345. Pendapat ini diperkuat dengan adanya ajaran tasawuf di
Indonesia.
 Sejarah Penyebaran Islam di Indonesia
 Sejarah masuknya islam di Indonesia, dilandasi oleh peran para pedagang arab yang
melakukan penyebaran agama islam di Indonesia. Awal masuknya agama islam di Indonesia
pada abad ke 7 masehi, namun dimasa ini belum banyak yang menganut dikarenakan masih
terpengaruh oleh kekuasaan Hindu-Budha di Indonesia.

 Penyebaran agama islam terhitung lama karena dimulai pada abad ke 7 hingga ke 13
masehi. Selama masa tersebut, para pedagang makin intensif dalam menyebarkan islam.
Penyebaran agama islam juga tidak lepas dari peran para pedagang Indonesia yang sudah
memeluk agama islam serta para mubaligh.

 Pengaruh islam makin kuat pada masyarakat yang tinggal di daerah pantai. Pada akhir
abad ke 12 masehi. Kekuasaan eonomi dan politik kerajaan Sriwijaya mulai turun. Seiring
merosotnya sriwijaya, pedagang islam makin giat dalam melakukan peran politiknya.
Kemudian sekitar tahun 1285, mulai berdiri kerajaan yang bercorak islam yaitu Samudra
Psai. Berdiri pula kerajaan baru yaituu kesultanan malaka.

 Perkembangan agama islam juga tidak lepas dari runtuhnya kerajaan majapahit pada
awal abad ke 15. Banak daerah yang akhirnya melepaskan diri dari majapahit. Kemudian
pada tahun 1500 demak berdiri sebagai kerajaan islam pertama di pulau jawa.

 Diluar jawa, perkembangan agama islam juga terlihat dari munculnya kesultanan
ternate, kesultanan banjar hingga kesultanan gowa. Melalui kerajaan-kerajaa islam inilah,
agama islam makin berkembang pesat dan tersebar hingga seluruh wilayah indoesia. Agama
islam juga tidak hanya dianut oleh para penduduk wilayah panti, namun menyebar sampai
daerah-daerah di pedalaman.
 Teori Masuknya Islam
 Masukya agama islam pertama ke indoesia identic dengan masuknya orang islam ke
Indonesia, yang semakin medekati nilai kebenaran sebuah sejarah. Hal ini di buktikan dengan
adanya literature dan bukti tertulis di kitab arab tetag peta-peta pekayaran pedagang arab
pada masa lalu, juga memperjelas kebenaran sejarah masuknya islam pertama ke Indonesia.
Ada beberapa teori tentang islamisasi awal di Indonesia, yaitu :

 Teori India
 Teori ini dikemukakan oleh Pijnappel, Snouck Hurgrounje, Mouquette, dan Fatimi.
Pada teori ini dijelaskan bahwa islam pertama kali datang di Indonesia berasal dari benua
India sekitar abad ke 13.
 Pijnappel berpendapat bahwa islamisasi di Indonesia dilakukan oleh orang Arab,
tetapi bukan datang langsung dari Arab, melaikan dari India, terutama dari Gujarat dan
Malabar.
 Snouck Hurgronje menyatakan bahwa islam nusantara bukan berasal dari Arab,
karena sedikitnya fakta yang menyebutkan peranan mengenai bangsa Arab dalam penyebaran
agama islam di Indonesia. Ia berpendapat bahwa islam berasal dari India, karena sudah lama
terjalin hubungan dagang antara Sumatra dan Gujarat. Snouck menyebutkan adanya tiga batu
nisan dari abad ke 15 masehi. Ketiga batu nisan tersebut memiliki kesamaan dengan batu
nisan Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang meninggal pada 1419 masehi.
 Moquette berpendabat ada persamaan gaya batu nisan yang ada di pasai, Sumatra
Utara dengan di Cambay, Gujarat. Jadi ada hubungan antara Indonesia denga Gujarat pada
periode tertentu.
 Teori Arab
 Teori ini dikemukakan oleh Sir Thomas Arnold, Crawfurd, Niemann, dan De
Holader. Arnold berpendapat bahwa islam juga berasal dari Arab, dengan bukti adaya
kesamaan madzhab antara di Coromandel dan Malabar dengan madzhab mayoritas
masyarakat islam yaitu madzhab syafi'i. yang dibawa oleh pedagang yang menyebarkan islam
di Indonesia antara india dengan Indonesia. Arnold juga berpendapat bahwa pedagang Arab
membawa islam ke Indonesia sejak abad ke 7 masehi dan ke 8 masehi. Dan mereka
melakukan perkawinan dengan penduduk setempat, sehingga muncullah komunitas muslim.

 Crawfurd menyatkan bahwa islam dikenalkan langsung dari Arab.dan juga
menegaskan bahwa hubugan melayu dan Indonesia dengan kaum muslim di pesisir timur
india merupakan faktor penting. Niemann dan hollader menyatakan islam datang dari
Handramaut karena adanya kesamaan madzhab.

 Sejumlah para ahli setuju dengan pendapat ini, mereka memberi alasan bahwa
madzhb syafi'I di Makkah mendapat pengeruh yang luas di Indonesia. Mereka juga
berpendapat pada tahun ke 674 masehi telah terdapat perkampungan Arab islam di pantai
Barat Sumatra.

 Menurut Azyumardi Azra ada empat hal yang disampaikan histografi tradisional
berkaitan dengan islamisasi Indonesia. Pertama, islamiasi berasal dari Arab. Kedua, islam
dibawa oleh juru dakwah professional. Keiga, yang pertama kali masuk islam yaitu berasal
dari kalangan penguasa. Keempat, sebagian besar juru dakwah datang ke Indonesia pada abad
ke 12 dan abad 13 masehi. Tetapi baru abad ke 12 masehi dampai abad 16 masehi pengaruh
islam di Indonesia tampak jelas dan kuat.

 Teori Persia
 Teori ini dikemukakan oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat. Dalam teori ini dinyyatakan
bahwa islam masuk ke idonesia pda abad ke 13 masehi di Sumatra yang berpusat di samudra
pasai. Bukti yang dikemukakan antara lain : adanya peringatan 10 muharram atau asyura
yang merupakan tradisi berkembang dlam masyarakat syiah untuk memperingati hari
kematian Husain di Karbelaka, adanya persamaan ajaran hallaj yaitu tokoh sufi iran dengan
ajaran Syeikh Siti Jenar, persamaan system mengeja huruf Arab bagi pengajian Al-Qur'an
tingkat awal, adanya persamaan batu nisan yang ada di makam Malik Shalih dan pada
makam Malik Ibrahim,

 Teori Cina
 Teori ini menyatakan bahwa islam datang di Indonesia bukan dari timur tengah, Arab
maupun Gujarat atau india tetapi dari Cina. Pada abad ke 9 masehi adanya pengungsi cina ke
jawa, kemudian pada abad ke 8 masehi sampek abad ke 11 masehi sudah ada pemukiman
Arab muslim di Cina dan di Campa.

 Cina memiliki peranan yang besar dalam perkembangan islam di Indonesia.
Arsitektur Demak dan juga berdasarkan beberapa catatan sejarah beberapa sultan dan sunan
yang berperan dalam penyebaran agama islam di Indonesia adalah keturunan Cina, misalya
Raden Patah yang memiliki nama Cina Jin Bung.

 Nurcholis Majdid mengemukakan bukti bahwa islam tidak berasal dari Arab dengan
adanya kata-kata dari bahasa arab yang tidak murni menurut lafal aslinya.

 Proses islamisasi tidak memiliki awal yang pasti, juga tidak berakhir. Islamisasi
merupakak proses berkesinambungan yang selain mempengaruhi msa kini, uga masa yang
kan datang.
 Islam telah dipengaruhi oleh lingkungannya, tempat islam berpijak dan berkembang.
Disamping itu islam menjadi tradisi tersendiri yang tertanam dalam konteks sosio, ekonomi
dan politik.


 Saluran Penyebaran Agama Islam di Indonesia
Datangnya islam di Indonesia dan penyebarannya dilakukan secara damai. Adapun saluran-
saluran islam yang berkembang adalah :
 Saluran Perdagangan
 Secara umum perdagangan yang dilakukan pedagang muslim dapat digambarkan
dengan : mula-mula mereka berdatangan di tempat-tempat pusat perdagangan yang kemudian
diantaranya ada yang bertempat tinggal, baik untuk sementara maupun untuk menetap.
Lambat laun tempat tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan (pejokan).[1]
Merupakan saluran yang dipilih di awal.
  
o Saluran Perkawinan
  
 Saluran islam yang melalui perkawinan yaitu antara pedagang atau saudagar dengan
wanita pribumi yang memiliki jalinan erat, jalinan baik ini kadang diterukan dengan
perkawinan antara kaum putri pribumi dengan para pedagang islam yang kemudian wanita
tersebut masuk islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim.[2]
  
o Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status social yang lebih
baik dari pada kebanyakan pribumi, sehigga penduduk pribumi, terutama putri bangsawan
tertarik untuk menjadi istri saudagar tersebut. Sebelum kawin, mereka di islamkan terlebih
dahulu. Setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan mereka semakin luas. Akhirnya
timbul kampong-kampung, daerah-drah, dan krajaan-kerajaan muslim.
  
o Saluran Pendidikan
  
o Menyebarkan agama islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-
pondok pesantren yang merupakan tempat pengajaran agama islam bagi para santri. Untuk
memperdalam ajaran-ajaran agama islam yang kemudian menyebarkannya di Indonesia.
  
o Saluran Kesenian
  
o
 Penyebaran islam menggunakan media-media kesenian seperti pertunjukan wayang,
[3] yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang yang disisipkan ajaran
agama islam. Seni gamelan juga mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut,
yang selanjutnya diadakan dakwah agama islam.[4]
  
o Saluran Tasawuf
  
o Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dalam membentuk kehidupan
social bangsa Indonesia. Dalam hal ini ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, dan selalu
berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama ditengah-tengah
masyarakatnya.
  
o Jalur tasawuf, yaitu proses penyebaran islam yang dilakukan dengan cara
menyesuaikan pola pikir masyarakat Indonesia yang masih berorientasi pada ajaran-ajaran
agama Hindu-Budha di Indonesia dengan nilai-nilai islam yang mudah dimengerti dan
diterima.
  
o Saluran Dakwah
  
o Yaitu proses penyebaran islam yang dilakukan dengan cara memberi
penerangan tentang agama islam seperti yang dilakukan oleh para uama terutama peran wali
songo.
  
o
  
o
  
o
  
o Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia
  
o Surat raja Sriwijaya
  
o Prof. Dr. Azyumardi Azra dalam bukunya 'jaringan ulama nusantara'
menyebutkan bahwa islam masuk di Indonesia pada masa kerajaan Sriwijaya. Hal ini
dibuktikan dengan adanya surat yang dikirim oleh raja Sriwijaya pada Umar bin Abdul Aziz
yang berisi ucapan selamat atas terpilihnya Umar bin Abdul Aziz sebagai pemimpin dinasti
Muawiyah.
  
o Makam Fatiman binti Maimun
  
o Berdasarkan penelitian sejarah telah ditemukan sebuah akam islam di Leran,
Gresik. Pada batu nisan dari makam tersebut tertulis nama seorang wanita, yaitu Fatimah
binti Maimun dan angka tahun 1082. Artinya, dapat dipastikan bahwa pada akhir abad ke 11
islam telah masuk di Indonesia. Dengan demikian, dapat diduga bahwa islam telah masuk
dan berkembang di Indonesia sebelum tahun 1082.
  
o Makam Sultan Malik As-Saleh
  
o Makam sultan Malik As-Saaleh yang berangka tahun 1297 merupakan bukti
bahwa islam telah masuk dan berkembang di daerah Aceh pada abad ke 12 masehi.
Mengingat Malik As Saleh adalah seorang Sultan, maka dapat diperkirakan bahwa islam
telah masuk ke daerah Aceh jauh sebelum Malik As Saleh mendirikan samudra pasai.
  
o Cerita Marco Polo
  
o Pada tahun 1092 Marco Polo, seorang musafir dariVenesia (italia) singgah di
Perlak dan beberapa tempat di Aceh bagian Utara. Marco Polo sedang melakukan peralanan
dari Venesia ke negeri Cina. Ia menceritakan bahwa pada abad ke 11, islam telah
berkembang di Sumatra bagian utara. Ia juga menceritakan bahwa islam telah berkembang
sangat pesat di jawa.
  
o Cerita Ibnu Battutah
  
o Pada tahun 1345, Ibnu Battutah mengnjungi amudra pasi. Ia menceritakan
bahwa sultan samudra pasai sangat baik terhadap ulama dan rakyatnya. Disamping itu, ia
menceritakan bahwa samudra pasai merupakan kesultanan dagang yang sangat maju. Disana
Ibnu Battutahbertemu dengan para pedagang dari India, Cina, dan Jawa.
  
o
  
o Penerimaan Islam Oleh Pribumi
  
o Islam datang di Indonesia melalui perdagangan-perdagangan dengan damai,
bukan melalui perang, kekerasan atau paksaan. Penerimaan islam melalui beberapa hal
diantaranya :
  
o Melalui perdagangan oleh pra pedagang yang melakukan pelayaran.
  
o Dilakukan oleh para mubaligh datang bersama para pedagang, juga para sufi,
mereka adalah sufi pengembara.
  
o Melalui perkawinan pedagang muslim, mubaligh denga anak bangsawan
Indonesia.
  
o Para pedaganng yang sudah mapan, mereka mendirikan pusat pendidikan atau
pusat penyebaran islam, kerajaan samudra pasai misalnya sebagai pusat dakwah.
  
o Melalui para sufi dengan kelompok terekatnya, menyebar ke Indonesia.
  
o Dengan demikian pada abad sekitar 13 masehi islam telah menyebar di
Indonesia dan diterima oleh penduduk, bukan saja pada daerah pantai dan pesisir, akan tetapi
sudah diperkirakan sampai ke pelosok-pelosok kampung.
  
o
  
o Indonesia Masa Perkembangan Islam di Kerajaan-Kerajaan
  
 Islam dimulai dari kehadiran iindividu-individu dari arab, atau penduduk asli yang
telah memeluk islam. Dengan uaha mereka islam tersebar sedikit demi sedikit dan secara
perlahan-lahan. Langkah penyebaran islam mulai dilakukan secara besar-besran ketika
dakwah telah memiliki orang-orang khusus untuk menyebarkan dakwah. Setelah fase itu
kerajaan-kerajan islam mulai terbentuk di kepulauan ini.[5] Diantara kerajan-kerajaan
tersebut yaitu :
  
 Kerajaan Malaka (803-917 H/1400-1511M)
 Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Letak geografis malaka sangat
menguntungkan, yang menjadi jalan silang antara Asia Timur dan Asia Barat. Yang membuat
Malaka menjadi kerajaan yang berpengaruh atas daerahnya.[6] Malaka menjalin hubungan
baik dengan jawa, juga menjalin hubungan dengan pasai. Dengan kedatangan jawa dan pasai
perdagangan di Malaka menjadi ramai.  Kesultanan Malaka merupakan pusat [erdagangan
internasioal antara Barat dan Timur. Maka dengan didudukinyakesultanan Malaka oleh
portugis tahun 1511, maka kerajaan di Nusantara menjadi tumbuh dan berkembang karena
jalur Selat Malaka tidak digunakan lagi oleh pedagang muslim sebab telah diduduki oleh
portugis.[7] Degan demikian tidaklah akan dicapai kemajuan oleh kerajaan Malaka jika
kerajaan itu tidak mempunyai peraturan-peraturan tertentu, yang memberi jaminan lumayan
kepada keamanan perdagangan. Disamping aturan yang diterapkan juga system
pemerintahannya sangat baik dan teratur.[8] 
 Kerajaan Aceh (920-1322 H/1514-1904 M)
 
 Pendiri kerajaan Aceh adalah Sultan Ibrahim (1514-1528), Aceh menerima islam dari
pasai yang kini menjadi bagian wilayah Aceh dan pergantian agama diperkirakan terjadi
mendekati pertengahan abad ke 14. Pada abad ke 16, Aceh mulai memeganng peranan
penting dibagian utara pulau Sumatra. Pengaruh Aceh ini meluas dari Barus di sebelah utara
higga sebelah selatan di daerah Indrapura.
 
 Kerajaan Aceh yang letaknya di daerah yang sekarang dikenal dengan kebupaten
Aceh Besar. Disini pula terletak ibu kotanya. Aceh mengalami kemajuan ketika sudagar-
saudagar muslim yang sebelumnya datang di Malaka kemudian memindahkan
perdagangannya ke Aceh, ketika Portugis menguasai Malaka tahun 1511. Ketika Malaka
dikuasai portugis, maka daerah pengaruhnya yang terdapat di Sumatra mulai melepaskan diri
dari Malaka. Hal ini sangat menguntungkan kerajaan Aceh yang mulai berkembang. Dibawah
kekuasaan Ibrahim, kerajaan Aceh mulai melebarkan kekuasaannya ke daerah-daerah sekitar.
 Kejayaan krajaan Aceh ada puncaknya ketika diperintahkan oleh Iskandar Muda, ia mampu
menyatukan kembali wilayah yang telah memisahkan diri dari Aceh kebawah kekuasaannya
kembali.[9] 
 Pada masanya, Aceh terus berkembang untuk masa beberapa tahun. Pengetahuan
agama maju dengan pesat. Akan tetapi tatkala beberapa sultan perempuan menduduki
singgasana tahun 1641-1699, beberapa wilayah taklukannya lepas dan kesultanan menjadi
pecah belah. Pada abad ke 18 Aceh hanya sebagai kenangan masa silam dari bayangannya
sendiri. Akhirnya kesultanan Aceh menjadi mundur.
 
 Kerajaan Demak (918-960 H/ 1512-1552 M)
 Di jawa, islam di sebarkan oleh para wali songo (wali Sembilan), mereka tidak hanya
berkuasa dalam lapangan keagamaan, tetapi juga dalam hal pemerintahan dan politik, bahkan
sering kali seorang raja baru akan sah menjadi raja apabila ia sudah diakui dan diberkahi wali
songo.[10] 
 Demak merupakan salah satu kerajaan bercorak islam yang berkembang di pantai
utara pulau jawa, raja pertamanya adalah Raden Patah. Sebelum berkuasa penuh atas Demak,
Demak masih menjadi daerah Majapahit. Baru Raden Patah berkuasa penuh setelah
mengadakan pemberontakan yang dibantu oleh para ulama atas Majapahit. Dapat dikatakan
bahwa pada abad ke 16, Demak telah menguasai seluruh Jawa.
 Perkembangan dan kemajuan islam di pulau jawa ini bersamaan dengan melemahnya posisi
raja Majapahit.[11] Hal ini memberi peluang kepada raja-raja islam pesisir uuntuk
membngun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Dibawah bimbingan Sunan Kudus,
meskipun bukan yang tertua dari wali songo. Demak akhirnya berhasil menggantikan
Majapahit sebagai keratin pusat.[12] Demak menempatkan pengaruhnya di pesisir utara Jawa
Barat itu tidak dapat diisahkan dari tujuannya yang bersifat politis dan ekonomi. Politiknya
adalah untuk memtahkan kerajaan pajajaran yang masih berkuasa di daerah pedalaman,
dengan portugis di Malaka. 
 Kerajaa Banten (960-1096 H/1552-1684 M)
 
 Banten merupakan kerajaan islam yang mulai berkembang pada abad ke 16, setelah
pedagag-pedagang India, Persia, mulai menghindari Malaka yang sejak tahun 1511 telah
dikuasai Portugis. Dilihat dari geografisya, Banten, pelabuhan yang penting dan ekonominya
mempunyai letak yang strategis dalam penguasa Selat Sunda.
 
 Kerajaan islam di Banten yang semula kedudukannya di Banten Girang dipindahkan
ke kota Surosowan, di Banten lama dekat pantai. Dilihat dari sudut ekonomi dan politik,
pemindahan ini dimaksudkan untuk memudahkan hubunngan antara pesisir utara jawa
dengan Sumatra, melalui selat sunda dan samudra Indonesia.  Situasi ini berkaitan dengan
kondisi politik di Asia Tenggara masa itu setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, para
pedagang yang segan berhubungann dengan Portugis mengalihkan jalur pelayarannya melalui
Selat Sunda.
 
 Tentang keberadaan islam di Banten, Tom Pires menyebutkan, bahwa di daerah
Cimanuk, kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda dengan Cirebon, banyak dijumpai orang
islam. Ini berarti pada akhir abad ke 15 masehi di wilayah kerajaan Sunda Hindu sudah ada
masyarakat yang beragama islam. Karena tertarik dengan budi pekerti dan ketinggian ilmuya,
maka Bupati Banten menikahkan Syaraif Hidayatullah dengan adik perempuannya yang
bernama Nhay Kawungaten. Dan dikaruniai dua anak yang diberi nama Ratu Winoan dan
Hasanuddin. Karena panggilan uwaknya, tugas penyebara islam di Banten diserahkan pada
Hasanuddin. Yang kemudian menikahi puteri Demak. Dan dianggap raja islam pertma di
Banten.
 
 Kerajaan Goa (Makassar) (1078 H/1667 M)
 GoaTallo adalah kerajaan bercorak islam di semenanjug Sulawesi. Kerajaan ini menerima
islam pada tahun 1605 M. Rajanya yang terkenal dengan nama umaparisi-Kallona yang yag
berkuasa pada akhir abad ke 15 dan permulaan abad ke 16. Kerajaan Goa Tallo menjalin
hubungan dengan Ternate yang menerima islam dari Gresik atau Giri.[13] Ternate mengajak
Goa Tallo untuk masuk islam, namun gagal. Islam baru berhasil masuk goa Tallo pada waktu
datuk ri Bandang datang ke kerajan Goa Tallo. Sultan Alauddin adalah raja pertama yang
memeluk agama islam tahun 1605 masehi. Penyebaran islam yng dilakukan Goa Tallo
berhasil, hal ini merupakan tradisi yang mengharuskan seorang raja untuk menyampaikan hal
baik pada yang lain. Seperti Wulu, Wajo, Sopeg, dan Bone. Luwu terlebih dulu masuk islam,
sedangkan Wajo dan Bone harus melalui peperangan dahulu. Raja Bone yang pertama masuk
islam ialah yang dikenal sebagai Sultan Adam.[14] 
 Kerajaan Maluku
 
 Kerajaan Maluku terletak di daerah idonesia bagian timur. Kedatangan islam ke
Indonesia bagian timur yaitu Maluku, tidak bisa dipisahkan dari jalan perdagangan yang
terbentang antar Jawa dan Maluku.
 Menurut tradisi setempat, sejak abad ke 14 islam sudah datang di daerah Maluku. Masuknya
islam di Maluku, di bawa oleh Maulana Hasayu. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan
Marhum di Ternate.[15] 
 Raja pertama yang benar-benar muslim adalah Zayn Al-Abidin (1486-1500), ia
sendiri mendapat ajaran agama tersebut dari  madrasah Giri. Zainal Abidin ketika di Jawa
terkenal sebagai Raja Bulawa, artinya raja cengkeh, karena membawa cengkeh dari Maluku
untuk persembahan.
 
 Tetang masuknya islam ke Maluku, Tome Pires mengatakann bahwa kapal-kapal
dagang dari Gresik ialah milik Pate Cucuf. Raja ternate yang disebut Sultan sedang yang
lainnya digelari raja.
 
 Di Banda, Hitu, Maluku dan Bacan sudah terdapat masyarakat muslim. Siuasi politik
ketika kedatangan islam di kepulauan Maluku tidak seperti di jawa. Disana orang-orang
muslim tidak menghadapi kerajan-kerajaan yang sedang mengalami perpecahan karena usia
islam masih muda di ternate.
 
 Dalam proses masuknya islam di Maluku menghadapi persaingan politik dan moopoli
peragangan di antara orag-orang portugis, spanyol, belanda, dan inggris. Persaingan diantara
pedagang-pedgang ini pula menyebabkan persaingan diantara kerajaan-kerajaan islam sendiri
sehingga pada akhirnya daerah Maluku jatuh ke bawah kekuasaan politik dan ekonomi
Belanda.perebutan kekuasaan Negara, mereka datang dan mengembangkan islam dengan
melalui pedagangan, dakwah dan melalui perkawinan.

MATERI XIV
MAKALAH "ISLAM DI INDONESIA PADA ZAMAN MODERN DAN
KONTEMPORER"

A.    Gerakan Modern Islam


1.      Asal-usul dan Perkembangan
Gerakan modern Islam merupakan jawaban yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi
umat Islam pada masanya. Kemunduran progresif Kerajaan Usmani yang merupakan
pemangku khalifah Islam, setelah abad ke tujuh belas, telah melahirkan kebnbgkitan Islam di
kalangan bangsa Arab. Diantaranya yaitu gerakan Wahabi, sebuah gerakan reformis yang
merupakan jembatan untuk menuju ke arah pembaruan Islam abad ke-20 yang lebih bersifat
intelektual. Gerakan yang lahir di Timur Tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada
gerakan kebangkitan Islam di Indonesia, ditandai dengan munulnya organisasi-organisasi
soasial keagamaan seperti Sarekat Dagang Islam (SDI) di Bogor (1909) dan Solo (1911).[[1]]
Hampir pada waktu yang bersamaan, pemerintah Belanda menjalankan politik etis dengan
mendirikan sekolah formal bagi bumi putra kalangan bangsawan. Kaum terpelajar tersebut
mendirikan organisasi-organisasi sosial  seperti Budi Utomo, Taman Siswa, dsb, yang di
dalamnya tumbuh benih-benih nasionalisme dalam penngertian modern.
Gerakan Islam kontemporer yaitu gerakan yang muncul sekitar tahun 70-an dan 80an
dalam suatu setting kehidupan masyarakat indonesia yang sedang mengalami proses
intensifikasi modernisasi.[[2]] Pada umumnya gerakan-gerakan Islam baik yang tradisional
maupun yang modernis muncul sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus
1945, yaitu pada periode waktu antara 1900-1940-an.[[3]]
Munculnya gerakan Islam kontemporer secara evolutif juga disebabkan oleh proses
sejarah indonesia yang telah membuka kesempatan besar bagi tumbuh dan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi.[[4]]
Salah satu yang paling menonjol dalam gerakan reformasi Islam, ialah peranan yang
sangat menentukan yang dimainan para ulama muda. Keikutsertaan dan kepemimpinan para
cenekiawan dalam pergerakan politik Islam juga didukung oleh bangkitnya kesadaran
kebangsaan di kalangan anak negeri. Gerakan pembaharuan Islam dan kebangkitan kesadaran
nasionaladalah proses yang saling mendukung.[[5]]
2.      Pengaruh Gerakan Modernisasi Islam terhadap Perkembangan Islam di Indonesia
[[6]]
Adapun pengaruh gerakan moderniasi Islam terhadap Perkembangan Islam di Indonesia,
diantaranya:
a.       Bidang Akidah  : Gerakan ini berusahamelakukanpembaruan karena banyak paham yang
tidak sesuai denganajaran Islam, antara lain paham fatalisme, masuknya budaya syirik,
takhayul, bidah,
dan khurafatke dalam ajaran Islam.
b.      Bidang Politik : Melakukan pembaruan dengan tujuan membebaskan wilayah Indonesia
dari cengkraman Belanda.
c.       Bidang Pendidikan  : Melakukan pembaruan dengan cara melakukan perubahan
kurikulum pendidikan dan memadukan pendidikan
modern.
d.      Bidang Ekonomi :.Melakukan pembaruan dengan tujuan untuk menyaingi perdagangan
orang-orang nonpribumi yang menguasai ekonomi Indonesia.

B.     Perjuangan Kemerdekaan Umat Islam [[7]]


1.      Masa Kolonial Belanda
Nasionalisme dalam pengertian politik baru muncul setelah  H. Samanhudi menyerahkan
pimpinan SDI kepada HOS Tjokroaminoto yang mengubah nama SDI serta memperluas
ruang geraknya, menjadi SI. SI merupakan organisasi politik pelopor nasionalisme Indonesia.
Pada dekade pertama, SI berhasil merekrut anggota dari berbagai kelas dan aliran yang ada di
Indonesia, yang pada saat itu semuanya bertekad ingin mencapai kemerdekaan (ideologi
persatuan dan anti-koonialisme).
Demikianlah SI memperjuangkan pemerintahan sendiri bagi pendudukan Indonesia,
bebas dari pemerintaha Belanda. Namun dalam perjalan sejarahnya, mulai terjadi perbedaan
taktik dan program di kalangan tokoh-tokoh. Puncak perbedaan ini ditandai dengan
munculnya ideologi komunisme dan lahirnya Partai Komunis Indonesia (PKI) yang
merupakan bentuk pemisahan diri dari SI, tahun 1923.
Banyak kalangan peergerakan yang kecewa terhadap perpecahan itu. Orang-orang yang
kecewa itu kemudian  mendirikan kekuatan politik baru yang bebas dari komunisme dan
Islam, diantaranya Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927. Mereka ini sering disebut
dengan nasionalis sekuler atau nasionalis netral agama.
Dengan demikian  , terdapat tiga kekuatan politik yang mencermikan tiga aliran ideologi
yaitu Islam, komunisme dan nasionalis sekuler. Ketiga aliran tersebut terlibat dalam konflik
ideologi yang cukup keras. PKI tumbang lebih awal, kemudian SI juga mengalami
kemorosotan sementara partai-partai nasionalis sekular berkembang dengan pesat.

2.      Masa Pendudukan Jepang


Kemunduran progresif yang dialami partai-partai Islam seakan mendapatkan dayanya
kembali setelah Jepang datang menggantikan posisi Belanda. Jepang berusaha
mengakomodasi dua kekuatan, Islam dan nasionalis sekular, ketimbang pimpinan tradisional.
Jepang berpendapat, organisasi-organisasi Islamlah  yang sebenarnya mempunyai massa yang
patuh dan hanya dengan pendekatan agama, penduduk Indonesia ini bisa dimobilisasi.
Oleh karena itu, organisasi-organisasi non-keagamaan dibubarkan, organisasi-
organisasi besar Islam dilanjutkan dengan Majelis Syuro Muslim Indonesia (MASYUMI) dan
juga Pembela Tanah Air (PETA) yang didominasi oleh golongan sendirian.
Bagi golongan nasionalis dibentuk lembaga-lembaga baru, seperti Gerakan Tiga A
(Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia) dan Poesat Tenaga
Rakjat (Poetra).
Jepang kemudian menjanjikan kemerdekaan Indonesia dengan mengeluarkan
maklumat Gunseikan no. 23/29 April 1945, tentang pembentukan Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUKI) yang keanggotannya didominasi oleh
golongan nasionalis sekular.
Dalam badan inilah, Soekarno mencetuskan ide Pancasila dan atas dasar kompromi
panitia sembilan lahirlah Piagam Jakarta. Pada prinsip ketuhanan terdapat anak kalimat
“dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

C.    Organisasi Politik dan Organisasi Sosial dalam Suasana Indonesia Merdeka [[8]]
1.      Masa Revolusi dan Demokrasi Liberal
Pada waktu proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, Piagam Jakarta sama sekali tidak
digunakan. Soekarni-Hatta justru membuat teks proklamasi yang lebih singkat, karena ditulis
secara tergesa-gesa. Menjelang kemerdekaan, setelah Jepang tidak dapat menghindari
kekalahan dari tentara sekutu, BPUKI ditingkatkan menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Perubahan itu menyebabkan persentase Nasionalis Islam merosot tajam.
Kemudian tujuh kata dalam anak kalimatt yang tercantum dalam sila pertama
Pancasila dengan segala konsekuensinya dihapuskan dari konstitusi. Namun penghapusan itu
sama sekali tidak mengakhiri konflik ideologi. Tidak hanya itu, pembentukan Departemen
Agama juga tidak meredakan konflik. Bahkan setelah diperkenankannya mendirikan partai
polotik, tiga kekuatan yang sebelumnya bertikai muncul kembali.
Tidak kekuatan ideologi terebut memunculkan tiga alternatif dasar negara: Islam,
Pancasila dan Sosial Ekonomi. Tetapi dalam perjalanan sidang-sidang Konstituante itu,
perdebatan ideoogis mengenai dasar negara terkristal menjadi Islam dan Pancasila. Namun,
dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 1959, konstituante dinyatakan bubar dan UUD 1945
dinyatakan berlaku kembali. Taklama setelah itu Masyumi diperintahkan bubar oleh Presiden
Soekarno.
2.      Masa Demokrasi Terpimpin
Dengan bubarnya Masyumi, partai Islam tinggal NU, PSII dan Perti. Partai-partai ini
sebagaimana juga partai-patai lain, mulai menyesuaikan diri dengan keinginan Soekarno
yang tampaknya mendapat dukungan dari dua pihak yang bermusuhan, ABRI dan PKI.
Walaupun partai-partai Islam itu melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap
kebijaksanaan Soekarno, tetapi secara keseluruhan,peranan partai-partai islam mengalami
kemerosotan.
Di masa Demokrasi Terpimpin ini, Soekarno kembali mnyuarakan ide lamany
NASAKOM, suatu pemikiran yang ingin menyatukan nasionalis sekuler, Islam dan Komunis.
Akan tetapi idenya itu dilaksanakan dengan caranya sendiri dan PKI sebagai peran utama.
Masa ini berakhir dengan gagalnya Gerakan 30 september PKI tahun 1965, umat
Islam bersama ABRI dan golongan lainnya bekerja sama menumpas gerakan itu.
3.      Masa Orde Baru
Setelah Orde Lama hancur, kepemimpinan Indonesia berada di tangan Orde baru.
Tumbangnya Orde Lama-yang umat Islam ikut berperan besar di dalam menumbangkannya-
memberikan harapan-harapan baru kepada kaum muslimin.
Orde baru memang sejak semula mencanangkan pembaruan sistem politik. Penetapan
kehidupan kepartaian berikutnya adalah penetapan asas tunggal. Dengan asas ini, peran
politik (formal) Islam tidak ada lagi,tetapi sebagai agama yang mengaku tidak memisahkan
diri dari persoalan politik, tentu peran itu akan terus berlangsung. Mungkin dengan
pendekatan yang berbeda.
4.      Kebangkitan Baru Islam di Masa Orde Baru
Dengan pengasastunggalan, sebagian umat Islam menganggap bahwa penyalur
aspirasi politik Islam hilang. Terdapat kekhawatiran di kalangan sebagian mereka terhadap
ancaman sekularisasi politik dan kehidupan sosial di indonesia. Ada anggapan bahwa dengan
asas tunggal bagi kekuatan politik dan organisasi kemasyarakatan, identitas keislaman
mereka akan semakin memudar.
Kemudian, Balitbang Agama Departemen Agama menyelenggarakan seminar dengan
tema “Peranan Agama dalam Pemantapan Ideologi Negara Pancasila”. Kesimpulan dari
kegiatan-kegiatan itu tampaknya menyatakan bahwa aspirasi keagamaan dalam kehidupan
politik di Indonesia tetap tersalurkan.
Sejak dekade 1970-an, kegiatan Islam semakin berkembang dibandingkan waktu
sebelumnya. Tanda-tanda kebangkitan Islam bisa dilihat dari munculnya bngunan-bangunan
baru islam seperti masjid, madrasah dan pesantren. Selain itu, juga didirikannya MUI dan
organisasi organisasi Islam lainnya, seperti Muhammadiyah dan NU.

Anda mungkin juga menyukai