1. Kaum Muslimin belum boleh mengunjungi Ka’bah tahun ini tetapi ditangguhkan
sampai tahun depan.
3. Kaum Muslimin wajib mengembalikan orang- orang Mekah yang melarikan diri ke
Madinah, sebaliknya pihak Quraisy tidak harus menolakorang-orang Madinah yang
kembali ke Mekah.
4. Selama sepuluh tahun diberlakukan genjatan senjata antara masyarakat Madinah dan
Mekah.
5. Setiap kabilah yang ingin masuk kedalam persekutuan kaum Quraisy atau kaum
Muslimin, bebas melakukannya tanpa rintangan.
Setelah dua tahun perjanjian hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam semakin meluas
bahkan sudah menjangkau seluruh jazirah Arab. Hali ini membuat orang- orang Mekah
merasa terpojok dan secara sepihak mereka membatalkan perjanjian Hudaibiyah. Maka
terjadilah peristiwa yang disebut dengan Fathul Makkah yaitu peristiwa kemenangan Nabi
Muhammad atau keberhasilan Nabi Muhammad memasuki kot Mekah dan menghancurkan
berhala-berhala disekitar Ka’bah tanpa ada perlawanan.
Pada tahun 632 M, Nabi Muhammad melakukan kunjungan terakhirnya ke Mekah, dan
pidatonya telah direkam dalam tulisan – tulisan tradisional sebagai pernyataan terakhir
risalahnya : “ Ketahuilah bahwa setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dan
bahwa seluruh muslim bersaudara. Pertempuran antara mereka haruslah dihindari, dan darah
yang ditumpahkan pada masa jahiliyah tidak harus ditebus; kaum Muslim hendaknya
memerangi semua manusia hingga mereka bersaksi ‘ Tiada Tuhan selain Allah.”
Dua bulan setelah itu Nabi menderita demam. Dan pada hari Senin tanggal 12 Rabiul
awal tahun 11 H atau pada tanggal 8 Juni 632 M, Nabi Muhammad wafat di rumah istrinya
Aisyah.
B.Masa Kekhalifahan.
Setelah Muhammad wafat terjadi kebingungan dikalangan pengikutnya. Pada
pertemuan para sahabat terdekat dan pemimpin kabilah, ada satu dari kelompok pertama yang
dipilih sebagai pengganti Nabi sebagai khalifah yaitu sahabat awal yang telah melakukan
hijrah bersama Nabi. Abu bakar dipilih sebagai khalifah pertama menggantikan peran Nabi
Muhammad. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah Nabi wafat untuk
menggantikan tugas-tugas Nabi sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.
Abu Bakar menjadi khalifah hanya selama dua tahun, masa yang singkat itu
dihabiskannya untuk menyelesaikan masalah dalam negeri terutama masalah yang datang
dari suku – sukubangsa Arab yang tidak mau tunduk kepada pemerintahan Abu Bakar.
Mereka menganggap, bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammaddengan
sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka
membahayakan agama dan pemerintahan, maka Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini
dengan cara perang Riddah atau perang melawan kemurtadan.
Sepeninggal Abu Bakar ditunjuklah Umar ibn Khatab sebagai khalifah . Umar
menyebut dirinya Khalifah Khalifati Rosulillah ( Pengganti dari pengganti Rosulullah ). Ia
juga memperkenalkan istilah Amir al- Mu’minin ( Komandan yang beriman ).
Di zaman Umar gelombang ekspansi pertama terjadi, dengan memakai Syiria sebagai
basis, ekspansi diteruskan ke Mesir. Dengan demikian pada kepemimpinan Umar, wilayah
kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, sebagian besar wilayah
Persia dan Mesir.
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi
negara dengan mencontoh administrasi yang berkembang terutama di Persia. Administrasi
pemerintahan diatur menjadi delapan propinsi yaitu : Mekah, Madinah, Syiria, Basrah,
Kufah, Palestina, dan Mesir. Ditertibkan pula sistem pembayaran gaji dan pajak tanah.
Umar juga berhasil merebut kembali imperium Bizantium dab Sassaniyah yang dulu
pernah ditaklukan akibat penyerbuan-penyerbuan barbar pada tahun 629 M karena karena
ketangkasan pasukan Umar. Khalifah Umar juga menciptakan sebuah sistem pengajian bagi
mereka yang telah berperang dijalan Islam, diatur menurut prioritas konversi dan
pengaibdian.
Umar memeritah selama 10 tahun ( 13-23 H/634-644M ). Masa jabatannya berakhir
dengan kematian. Umar dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’lu’ah.
Di masa pemerintahan Usman ( 644-655 M ). Perintahan Usman berlangsung selama
12 tahun. Pada separoh pemerintahan Usman, muncul perasaan kecewa dan tidak puas
dikalangan umat Islam terhadapnya. Salah satu penyebab banyak rakyat Usman kecewa
terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam
kedudukan tinggi.
Setelah Usman wafat masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai
Khalifah. Setelah menduduki jabatan khalifah Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh
Usman. Ali kembali menerapkan sistem pajak yang pernah ditetapkan Umar. Karena alasan
Ali tidak menghukum para pembunuh Usman maka terjadilah pemberontakan Thalhah,
Zubair, Aisyah.
Ali merasa dihadapkan dengan oposisi ganda. Keluarga Usman melawannya,
demikian pula pihak lain menolak keabsahan pemilihannya. Perjuangan menggapai
kekuasaan di Madinah meluas ke dalam kota-kota kamp. Ali menyatakan dirinya sebagai
khalifah di Kufah, sedangkan para pembangkang berada di Basrah. Nmaun tantangan baru
berasal dari Suriah di mana gubernunya Mu’awiyah ibn Abi Sufyan melawannya, maka
mereka sepakat diadakan arbitrasi melalui para delegasi dari kedua belah pihak.
Diujung masa pemerintahan Ali, umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik,
yaitu Muawiyah, Syi’ah ( pengikut Ali ), dan Khawarij (orang yang keluar dari barisan Ali ).
Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H ( 660 M ), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota
Khawarij.
Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan Khulafa’uf Rasyidin.
Faktor- faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah :
1. Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2. Dalam diri para sahabat nabi tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan
ajaran-ajaran Islam keseluruh penjuru dunia. Disamping itu, suku-suku bangsa Arab
gemar berperang.
3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu,
mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi
peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri
masing-masing.
5. Islam datang ke daerah – daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan
toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
6. Bangsa Sami di Syiria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa
Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa.
7. Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah –daerahyang kaya. Kekayaan itu membantu
penguasa Islam untuk membiayai ekspansi kedaerah yang lebih jauh.
C. Masa Bani Umayyah
Kekuasaan Muawiyah menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintahan yang
besifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis ( kerajaan turun temurun). Kekuasaan
Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan Muawiyah dari
Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Muawiyah dapat
menguasai dapat menguasai daerah Khurasan sampai sunga Oxus dan Afganistan. Angkatan
lautnya melakukan serangan-serangan ibu kota Bizantium, Konstantinopel, bahkan sampai ke
India.
Ekspansi ke Barat dilanjutkan olehAl –Walid ibn Abdul Malik hingga ke benua
Eropa. Dengan keberhasilan ekspansi kebeberapa daerah wilayah kekuasaan Bani Umayyah
betul-betul sangat luas.
Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Husein ibn Ali. Husein diangkat
golongan Syi’ah Irak menjadi khalifah. Khalifah Umar ibn Abd Al-Azizyang diangkat oleh
Bani Umayyah berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi’ah. Pada tahun 750 M
daulat Umayyah digulingkan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim Al-
Khurasani.
Beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawa
kepada kehancuran adalah :
1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan yang lebih menekankan pada
aspek senioritas.
2. Latar belakang berdirinya Bani Umayyah juga didasari oleh konflik yang terjadi
pada masa Ali.
5. Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas ibn dari Bani
Hasyim dan golongan Syi’ah.
D. Khalifah Bani Abbas
Dinamakan khalifah Abbasiyah karenapenguasa dinasti ini adalah keturunan Al-
Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang
cukup lama dari tahun 132 H ( 750 M) s.d. 656 H ( 1258 M ). Masa pemerintahan Bani
Abbas dibagi menjadi lima periode yaitu :
1. Periode Pertama ( 132 H/750 M – 232 H/847 M ) disebut periode pengaruh Persia
pertama.
2. Periode Kedua ( 232 H/847 M -334 H/945 M ), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3. Periode Ketiga ( 334 H/945 M – 447/1055 M ) disebut masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode Keempat ( 447 H/1055 M – 590 H/ 1194 M )masa kekuasaan dinasti Bani
Saljuk atau masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode Kelima ( 590 H/ 1194 M – 656 H/1258 M ) masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaan hanya efektif disekitar Bagdad.
Pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya pada masa periode pertama
dibawah kepemimpinan Abu Ja’far Al- Mansur ( 754-775 M ). Al-Mansur memindahkan ibu
kota ke negara yang baru di bangunnya yaitu Bagdad yang berada ditengah-tengah bangsa
Persia. Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya dizaman khalifah Harun Al-Rasyid
( 786-809 M ). Harun Al-Rasyid banyak membangun Rumah sakit, lembaga pendidikan. Al-
Mu’tashim ( 833-842 M ) adalah khalifah setelah Harun Al-Rasyid yang memberikan
peluang kepada orang-orang Turki untuk masuk kedalam pemerintahan. Tentara-tentara
dibina secara khusus agar menjadi prajurit-prajurit yang profesional.
Pada masaBani Abbas lembaga pendidikan dibagi menjadi dua tingkat yaitu :
a. Terjadinya similasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.
b. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase Harun Al- Rasyid, fase
kedua mulai masa khalifah Al- Ma’mun hingga 300 H, dan fase ketiga berlangsung
setelah tahun 300 H.
Pada masa Bani Abbas inilah bermunculan ilmuan- ilmuan Islam yang berkecimpung
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti : Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibn Rusyd adalah
tokoh yang terkenal dalam bidang ilmu filsafat. Al – F arabi juga terkenal di bidang
astronomi.
Di dalam setiap masa perkembangan Islam baik pada masa Nabi, masa Khalifah dan
pada masa kejayaan Bani Umayyah dan Dinasti Bani Abbas dapat disimpulkan beberapa
faktor yang mempengaruhi kemajuan Islam dan faktor yang memepengaruhi
kemunduran Islam.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kemajuan Islam antara lain :
1. Islam masuk ke setiap penjuru daerah dengan membawa ajaran kebaikan tanpa ada
pemaksaan kepada rakyat untuk menganut atau mengikuti ajaran Islam.
3. Banyak umat Islam yang berpikiran maju, dan senang akan menuntut Ilmu sehingga
umat Islam pada masa tersebut mampu menguasai bidang- bidang pengetahuan
mengalahkan bangsa Eropa.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kemunduran Islam adalah :
2. Sikap fanatik terhadap suatu golongan atau kepemimpinan tertentu sehingga apabila
terjadi ketidakcocokan akan mudah menimbulkan pemberontakan
Rasullulah SAW wafat pada 2 Rabiul Awal 11 H tanpa meninggalkan surat wasiat kepada
seseorang untuk eneruskan kepemimpinannya (keKhalifahan). Sekelompok orang
berpendapat bahwa Abu bakar lebih berhak atas kekhalifahan
karena Rasulullah meridhainya dalam soal-soal agama, salah satunya dengan mengimami
shalat berjamaah selama beliau sakit.
Oleh karena itu, mereka menghendaki agar Abu bakar memimpin urusan keduaniaan, yakni
kekhalifahan. Kelompok yang lain berpendapat bahwa orang yang paling berhak atas
kekhalifahan adalah Ahlul bait Rasulullah SAW, yaitu Abdullah bin Abbas atau Ali bin Abu
Thalib.
Selain itu, masih ada sekelompok lain yang berpendapat bahwa yang paling berhak atas
kekhalifahan adalah salah seorang kaum Quraisy yang termasuk dalam kaum Muhajirin
gelombang pertama. Kelompok lainnya berpendapat, bahwa yang paling berhak atas
kekhalifahan yaitu kaum Anshar. Ada tiga golongan yang bersaing keras terhadap perebutan
kepemimpinan ini, yaitu Anshar, Muhajirin dan keluarga Hasyim.
Dalam pertemuan dibalai pertemuan Bani Saidah di Madinah, kaum Anshar mencalonkan
Saad bin Ubadah, pemuka Kazraj, sebagai pemimpin umat. Sedangkan, Muhajirin mendesak
Abu Bakar sebagai calon mereka karena dipandang paling layak untuk menggantikan nabi.
Di pihak lain, terdapat sekelompok orang yang menghendaki Ali bin Abi Thalib, karena nabi
telah merujuk secara terang-terangan sebagai penggantinya, di samping Ali merupakan
menantu dan kerabat nabi.
Masing-masing golongan merasa paling berhak menjadi penerus nabi. Namun, berkat
tindakan tegas dari tiga orang, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin
Jarrah yang dengan melakukan semacam kudeta (coup detat) terhadap kelompok, memaksa
Abu Bakar sendiri sebagai deputi nabi. Besar kemungkinan tanpa intervensi mereka
persatuan umat yang menjadi modal utama bagi hari depan komunitas muslim yang masih
muda itu berada dalam tanda tanya besar.
Dengan semangat ukhuwah Islamiyah, terpilihlah Abu Bakar, Ia adalah orang Quraisy yang
merupakan pilihan ideal karena sejak pertama menjadi pendamping nabi, ia sahabat yang
paling memahami risalah Muhammad, bahkan ia merupakan kelompok as-sabiqun al-
awwalun yang memperoleh gelar Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Abu Bakar, nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafa AtTamimi. Dia memangku
jabatan khalifah selama dua tahun lebih sedikit, yang dihabiskannya terutama untuk
mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang muncul akibat wafatnya nabi. Terpilihnya
Abu Bakar telah membangun kembali kesadaran dan tekad umat untuk bersatu melanjutkan
tugas tugas mulia nabi.
Ia menyadari bahwa kekuatan kepemimpinannya bertumpu pada komunitas yang besatu ini,
yang pertama kali menjadi perhatian khalifah adalah merealisasikan keinginan nabi yang
hampir tidak terlaksana, yaitu mengirimkan ekspedisi ke perbatasan Suriah di bawah
pimpinan Usamah. Hal tersebut dilakukan untuk membalas pembunuhan ayahnya, Zaid, dan
kerugian yang diderita oleh umat Islam dalam perang Mutah.
Sebagian sahabat menetang kersa rencana ini, tetapi khalifah tidak peduli. Nyatanya ekpedisi
itu sukses dan membawa pengaruh positif bagi umat Islam, khususnya di dalam
membangkitkan kepercayaan diri mereka yang nyaris pudar.
Hal menarik dari Abu Bakar, bahwa pidato inaugurasi yang diucapkan sehari setelah
pengangkatannya, menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen Abu Bakar terhadap nilai-
nilai Islam dan Strategi meraih keberhasilan tertinggi bagi umat sepeninggal Rasulullah.
Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu,padahal aku bukanlah
orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik,
bantulah (ikutlah) aku, tetapi jika aku nerlaku salah, maka luruskanlah! Orang yang kamu
anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya. Sedangkan
orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya
kepadanya. Maka hendakklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-
Nya, namun bila mana aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak perlu
mematuhiku," kata Abu bakar dalam pidato inauguarsinya.
Kebijakan Abu Bakar selama memimpin, yaitu engiriman pasukan dibawah Pimpinan
Usamah ke Romawi, Memberantas Pembangkang zakat. Kemudian Perang Riddah dan
pengumpulan Al-Quran, Perluasan wilayah ke Irak, Syiria, Hirab, Memerangi Nabi palsu,
Kekuasaan bersifat sentralistik, legislatif, eksekutif dan yudikatif juga hukum dipegang
langsung oleh khalifah, beliau wafat pada hari Senin, 23 Agustus 624 M, setelah lebih kurang
selama 15 hari terbaring di tempat tidur. Ia berusia 63 selama kekhalifahannya berlangsung 2
tahun 5 bulan 11 hari. karena sakit dan mewasiatkan agar Umar menggantikan
sepeninggalnya.
Umat bin Khatthab nama lengkapnya adalah Umar Bin Khatthab bin Nufail keturunan Abdul
Uzza Al-Quraisy dari suku Adi; salah satu suku yang terpandang mulia. Umar dilahirkan di
Mekah empat tahun sebelum kelahiran Nabi SAW. Umar masuk Islam pada tahun kelima
setelah kenabian, dan menjadi salah satu sahabat terdekat Nabi SAW. Kemudian oleh
Rasulullah dijadikan sebagai tempat rujukan oleh nabi mengenai hal-hal yang penting. Ia
dapat memecahkan masalah yang rumit tentang siapa yang berhak menggantikan Rasulullah
dalam memimpin umat setelah wafatnya Rasulullah SAW.
Dengan memilih dan menbaiat Abu Bakar sebagai khalifah Rasulullah sehingga ia mendapat
penghormatan yang tinggi dan dimintai nasihatnya serta menjadi tangan kanan khalifah yang
baru itu. Sebelum meninggal dunia, Abu Bakar telah menunjuk Umar bin Khatthab menjadi
penerusnya. Rupanya masa dua tahun bagi khalifah Abu Bakar belumlah cukup menjamin
stabilitas keamanan terkendali, maka penunjukkan ini dimaksudkan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya perselisihan di kalangan umatnya.
Umar bin Khatthab menyebut dirinya Khalifah Khalifati Rasulillah atau pengganti dari
pengganti Rasulullahh. Ia juga mendapat gelar Amir Al Mukminin (komandan orang-orang
beriman) sehubungan dengan penaklukan-penaklukan yang berlangsung pada masa
pemerintahannya. Khalifah Umar juga meletakkan prinsip-prinsip demokratis dalam
pemerintahannya dengan membangun jaringan pemerintahan sipil yang sempurna.
Kekuasaan Umar tidak memberikan hak istimewa tertentu. Tiada istana atau pakaian
kebesaran, baik untuk Umar sendiri maupun bawahannya sehingga tidak ada perbedaan
antara penguasa dan rakyat, dan mereka setiap waktu dapat dihubungi oleh rakyat. Kehidupan
khalifah memang merupakan penjelmaan yang hidup dari prinsip-prinsip egaliter dan
demokratis yang harus dimiliki seorang kepala Negara.
Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun lebih 6 bulan 4 hari. Kematiaanya sangat tragis,
seorang budak bangsa Persia bernama Fairus atau Abu Luluah secara tibatiba menyerang
dengan tikaman pisau tajam kea rah khalifah yang akan mendirikan shalat subuh yang telah
ditunggu oleh jamaahnya di masjid Nabawi di pagi buta itu. Khalifah terluka parah, dari para
pembaringannya ia mengangkat Syura (komisi pemilih) yang akan memilih penerus tongkat
kekhalifahannya. Khalifah Umar wafat 3 hari setelah penikaman atas dirinya, yakni 1
Muharam 23 H/644 M.
Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan, Nama lengkapnya ialah Utsman bin Affan bin Abil
Ash bin Umayyah dari suku Quraisy. Ia memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar, dan
menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi SAW. Meski memiliki kekayaan melimpah tapi
Usman berlaku sederhana, dan sebagian besar kekayaannya digunakan untuk kepentingan
Islam. Ia mendapat julukan zun nurain, artinya yang memiliki dua cahaya, karena menikahi
dua putrid Nabi SAW secara berurutan setelah salah satu meninggal.
Selain itu. Usman juga merasakan penderitaan yang disebabkan oleh tekanan kaum Quraisy
terhadap kaum muslimin Mekah, dan ikut hijrah ke Abenesia beserta istrinya.Utsman
menyumbang 950 ekor unta dan 50 bagal serta 1000 dirham dalam ekspedisi untuk melawan
Bizantium di perbatasan Palestina. Ia juga membeli mata air orang-orang Romawi yang
terkenal dengan harga 20.000 dirham untuk selanjutnya diwakafkan bagi kepentingan umat
Islam, dan pernah meriwayatkan hadis kurang lebih 150 hadis.
Seperti halnya Umar, Utsman diangkat menjadi khalifah melalui proses pemilihan. Bedanya,
Umar dipilih atas penunjukan langsung sedangkan Utsman diangkat atas penunjukan tidak
langsung, yaitu melewati badan Syura yang dibentuk oleh Umar menjelang wafatnya.
Karya monumental Utsman lain yang dipersembahkan kepada umat Islam ialah penyusunan
kitab suci Alquran.
Adapun ketua dewan penyusunan Alquran, yaitu Zaid bin Tsabit, sedangkan yang
mengumpulkan tulisan-tulisan Alquran antara lain adalah dari Hafsah, salah seorang istri
Nabi SAW. Kemudian dewan itu membuat beberapa salinan naskah Alquran untuk
dikirimkan ke berbagai wilayah kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk masa
selanjutnya.
Sekelompok orang mengepung rumah khalifah, dan membunuhnya ketika Khalifah Utsman
sedang membaca Alquran, pada tahun 35 H/17 juni 656 M.
Khalifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dari menantu nabi. Ali
putra Abi Thalib bin Abdul Muthalib. Ia sepupu nabi SAW yang telah ikut bersamanya sejak
bahaya kelaparan mengancam kota Mekah, demi untuk membantu keluarga pamannya yang
mempunyai banyak putra. Abbas, paman nabi yang lain membantu Abu Thalib dengan
memelihara Jafar, anak Abu Thalib yang lain. Ia telah masuk Islam pada usia sangat muda.
Ketika nabi menerima wahyu yang pertama, menurut Hasan Ibrahim Hasan Ali berumur 13
tahun, atau 9 tahun menurut Mahmudunnasir. Ia menemani nabi dalam perjuangan
menegakkan Islam, baik di mekah maupun di Madinah, dan ia diambil menantu oleh Nabi
SAW dengan menikahkannya dengan Fathimah, salah seorang putri Rasulullah, dan dari sisi
keturunan Nabi SAW berkelanjutan. Karena kesibukannya merawat dan memakamkan
jenazah Rasulullah SAW, ia tidak berkesempatan membaiat Abu Bakar sebagai khalifah,
tetapi ia baru membaiatnya setelah Fathimah wafat.
Ali adalah seorang yang memiliki banyak kelebihan, selain itu ia adalah pemegang
kekuasaan. Pribadinya penuh vitalitas dan energik, perumus kebijakan dengan wawasan yang
jauh ke depan. Ia adalah pahlawan yang gagah berani, penasihat yang bijaksana, penasihat
hukum yang ulung, dan pemegang teguh tradisi, seorang sahabat sejati, dan seorang lawan
yang dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir hayatnya dan merupakan orang kedua
yang berpengaruh setelah Muhammad.
Tugas pertama yang dilakukan oleh Khalifah Ali ialah menghidupkan cita-cita Abu Bakar
dan Umar, menarik kembali semua tanah hibah yang telah di bagikan oleh Utsman kepada
kaum kerabatnya ke dalam kepemilikan negara. Ali juga segera menurunkan semua gubernur
yang tidak disenangi rakyat. Utsman bin Hanif diangkat menjadi penguasa Basrah
menggantikan Ibnu Amir, dan Qais bin Saad dikirim ke Mesir untuk menggantikan gubernur
negeri itu yang dijabat oleh Abdullah. Gubernur Suriah, Muawwiyah, juga diminta
meletakkan jabatan, tetapi ia menolak perintah Ali, bahkan ia tidak mengakui
kekhalifahannya.
Tepat pada 17 Ramadhan 40 H (661), khalifah Ali terbunuh pembunuhnya adalah Ibnu
Muljam, seorang anggota Khawarij yang sangat fanatik. Pada tanggal 10 Ramadhan 40 H
(660 M) masa pemerintahan Ali berakhir.
MATERI III
Perkembangan Islam Pada Masa Daulah Umayyah
Latar Belakang
Umat islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang gemilang. Banyak prestasi yang
mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang
lebih kompleks, terutama dalam hal kemajuan intelektual.Dalam masa lebih dari tujuh abad
kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaan disana. Banyak prestasi
yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian membawa dunia
kepada kemajuan yang lebih kompleks.
Islam di Spanyol telah mencatat suatu lembaran budaya yang sangat brillian dalam
bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui Ilmu
Pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan Ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M, selama pemerintahan penguasa bani
Umayyah yang ke-5 Muhammad Bin Abdurrahman (832-886M).
Sehingga di Cordova banyak perpustakaan dan universitas-universitasnya yang
mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang
dilakukan pemimpin dinasti bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk
melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.Misalnya dengan lahirnya filsafat
terkenal seperti Ibnu Rusyd dari Cordova yang sangat berpengaruh.[1]
Asal Nama Andalusia Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711M melalui jalur
Afrika Utara. Spanyol belum kedatangan Islam dikenal dengan nama Iberia/Asbania,
kemudian disebut Andalusia ketika negeri itu dikuasai bangsa Vandal. Dari kekuasaan
Vandal itulah orang Arab menyebutnya Andalusia.[2]
Proses Umat Islam Masuk ke Andalusia
Penakhlukan Spanyol oleh pasukan Islam terjadi pada masa khalifah al-Walid Bin Abdul
Malik, dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Dibawah pemerintahan
kerajaan Visigoth , Cordova yang sebelumnya makmur, menjadi mundur. Kemakmurannya
bangkit kembali di masa kekuasaan Islam. Pada tahun 756M, kota ini menjadi ibukota dan
pusat pemerintahan bani Umayyah di Spanyol, setelah bani Umayyah di Damaskus jatuh ke
tangan bani Abbas tahun 750M.[3] Sebelum penakhlukan Spanyol, umat Islam telah
menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti bani
Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di Zaman Khalifah Abd
Malik (685-705M). Khalifah Abd Malik mengangkat Ibn Nu'man al Ghassani menjadi
gubernur di daerah itu. Pada masa khalifah Al Walid, Hasan Ibnu Nu'man sudah digantikan
oleh Musa Ibn Nushair. Di saat Al-Walid berkuasa, Musa IbnNushair Sukses memperluas
wilayah kekuasaannya dengan menduduki daerah Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga
menyempurnakan penakhlukan ke berbagai wilayah bekas kekuasaan bangsa Barbar di
sejumlah pegunungan sehingga mereka menyatakan loyal dan berjanji tidak akan membuat
kekacaauan seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya. Penakhlukan wilayah Afrika
Utara hingga menjadi salah satu propinsi dari Khalifah bani Umayyah membutuhkan waktu
selama 53 tahun, sejak tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah Ibnu Abi Sofyan) sampai
tahun 83 H (masa Al Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, kawasan itu
merupakan basis kekuasaan kerajaann Romawi, yaitu Kerajaan Ghotic. Kerajaan ini
seringkali mendatangi penduduk dan mendorong mereka untuk membuat kerusuhan dan
menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini dapat dikuasai secara total, umat Islam
mulai memusatkan perhatiannya untuk menakhlukkan Spanyol. Dari sini dapat diketahui
bahwa penakhlukan Afrika Utara adalah batu loncatan bagi kaum Muslimin untuk menguasai
wilayah Spanyol.[4] Dalam sejarah penguasaan Spanyol, ada tiga pahlawan Islam yang
sangat berjasa dalam proses penguasaan Islam di Spanyol. Mereka adalah Tharif Ibn Malik ,
Thariq Ibn Ziyad , dan Musa Ibn Nushair. Tharif dinilai sebagai perintis dan penyelidik
wilayah Spanyol karena ia merupakan orang pertama yang sukses menyebrangi selat antara
Maroko dan benua Eropa. Ia pergi bersama satu pasukan perang berjumlah lima ratus orang
dengan menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu, Tharif
menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang banyak jumlahnya.
Atas keberhasilan Tharif itu ada dorongan besar untuk Musa Ibn Nushair mengirim pasukan
lagi sebanyak 7000 orang ke Spanyol di bawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad.[5]Thariq Ibn
Ziyad lebih terkenal sebagai penakhluk Spanyol sebab jumlah pasukannya lebih besar dan
efeknya pun lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung
oleh Musa Ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah Al
Walid. Pasukan itu kemudian menyebrangi selat dibawah pimpinan Tahriq Ibn Ziyad.
Gunung tempat pertama kaliThariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya
hingga kini dapat dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).[6]Thariq Ibn Ziyad berhasil
mengalahkan raja Roderick dalam pertempuran di wilayah Bakkah tepatnya 19 Juli 711M.
Selanjutnya Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting disana, sseperti
Cordova , Granada , dan Toledo. Kekalahan pasukan Roderick menurut Syalabi disebabkan
karena pasukannya itu terdiri dari para hamba sahaya dan oraang-orang lemah. Selain itu,
diantara mereka pula ada musuh-musuh Roderick. Ditambah lagi , orang-orang Yahudi
secara rahasia juga mengadakan persekutuan dengan kaum Muslimin. Kemenangan pertama
yang diperoleh Thariq Ibn Ziyad merupakan jalan lapang untuk penaklukan wilayah yang
lebih luas lagi. Untuk itu, Musa Ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang
pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang
besar, ia menyebrangi beberapa selat. Satu demi satu kota yang dilewatinya berhasil dikuasai.
Setelah Musa berhasil menakhlukkan Sidonia,Karmona,Seville, dan Merida serta
mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela , ia bergabung dengan
Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol.
Termasuk bagian utaranya, mulai Saragosa sampai Navarre.Disaat seluruh wilayah Afrika
Utara sudah dikuasai dan kekuasaan kerajaan Gothic mulai melemah, lompatan berikutnya
adalah penguasaan daerah Spanyol yang berada di Seberang. Kerjasama satu tim dan
keterlibatan aktif pimpinan pusat dan pelaksana lapangan telah membuahkan hasil maksimal
dalam perluasan kekuasaan Islam di Spanyol.
Perkembangan Peradaban Islam di Andalusia Pada Masa Bani Umayyah II
Pada tahun 99 H/711M , gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa
pemerintahan Khalifah Umar Ibn Abdil Aziz, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar
pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum
Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini , telah menjangkau seluruh
Spanyol dan dan melebar jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting
lainnya.Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu
tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal. Faktor eksternalnya antara
lain pada masa penakhlukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik , dan
ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan.[7]Begitu juga dengan adanya
perebutan kekuasaan diantara elite pemerintahan, adanya konflik umat beragama yang
menghancurkan kerukunan dan toleransi diantara mereka.[8]Kondisi terburuk terjadi pada
masa pemerintahan Raja Roderick, raja terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran
Ghot adalah ketika raja Roderick memindahkan Ibukota negaranya dari Seville ke Toledo,
sementara Witiza yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo diberhentikan begitu
saja. Hal yang menguntungkan tentara islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang
terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu orang
Yahudi yang selama ini tertekan juga telah mengadakan persekutuan dan memberikan
bantuan bagi kaum Muslimin.Adapun faktor Internalnya yaitu suatu kondisi yang terdapat
dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh perjuangan dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penakhlukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang
kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Sikap toleransi agama dan
persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin itu menyebabkan penduduk
Spanyol menyambut.Peradaban bani Umayyah II di Andalusia menghasilkan beberapa
struktur politik dan kepemerintahan, yaitu :Politik dan Pemerintahan ( Masa
Wali,Keamiran,Masa Khalifah)Masa WaliPada masa ii , Spanyol berada dibawah
pemerintahan para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus. Pada masa ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna,
gangguan-gangguan masih sering terjadi baik datang dari dalam maupun luar. Gangguan dari
dalam antara lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis
dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan terhadap Khalifah di Damaskus
dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa
merekalah yang berhak menguasai daerah Spanyol ini.Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali
pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan
seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama
antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri, terdapat dua golongan
yang terus-menerus bersaing, yaitu suku Qaisy (Arab Utara) , dan Arab Yunani ( Arab
Selatan ). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak
ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada Gubernur yang
mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang lama.Gangguan dari luar
datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah
pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini
terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu
mengusir Islam di Spanyol.Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang
menghadapi musuh luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan
pembangunan dipandang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya
Abd Al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 13H/755M.[9] Masa KeamiranPada masa
ini Spanyol dibawah pemerintahan seorang yang bergelar amir(panglima atau gubernur)
tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah
Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun
138H/755M dan diberi gelar al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Ia berhasil mendirikan
dinasti bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalahAbd
Al-Rahman Al-DakhilHisyam IHakam IAbd Rahman al-AusathMuhammad Ibn Abd al-
RahmanMunzir Ibn MuhammadAbdullah Ibn Muhammad
Pada masa ini Islam di Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik dibidang politik
maupun bidang peradaban. Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam
bidang kemiliteran. Dialah yang memprakasai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd
al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga
mulai pada periode ini. Terutama di zaman Abdurrahman al-Ausath.
Pada pertengahan abad ke-9, stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen
fanatik yang mencari kesahidan (Martyrdom). Gangguan politik yang paling serius pada masa
ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M
membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu sejumlah orang
yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan
yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga.
Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering
terjadi.[10]Namun ada yang berpendapat pada masa ini dibagi menjadi dua, yaitu masa
keamiran (755-912M) dan masa kekhalifahan (912-1013M).[11]
Masa Khalifah (912-1013M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir
sampai munculnya raja-raja kelompok yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif.
Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan gelar
Khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa al-
Muktadir , khalifah daulat bani Abbas meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah
sedang kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk
memakai gelar Khalifah yang telah hilang dari kekuasaan bani Umayyah selama 150tahun
lebih. Selain itu kelahiran Daulah Fatimiyah yang mengamalkan ajaran Syi'ah di Afrika Utara
yang bergelar Khalifah, membuat Abd al-Rahman III berniat mengikutinya dengan memakai
gelar Khalifah juga. Karena itulah, gelar ini dipakai Abd al-Rahman III mulai tahun 929
M.Dengan dilantiknya Abd al-Rahman III sebagai Khalifah maka pada masa itu dunia Islam
mempunyai tiga Khalifah, satu di Baghdad, satu di Afrika Utara , dan satu lagi di Spanyol.
Setelah masa krisis selama 60 tahun, zaman baru dibangkitkan Abdurrahman al-
Nashir (912-961M) dan anaknya Hakam II (961-976M). Masa ini berlangsung selama 64
tahun.Segera setelah dilantik usaha yang dilakukan Abd al-Rahman III pertama kali
ditujukan kepada pengukuhan kesatuan dan stabilitas dalam negeri. Begitu ia dilantik ia
mengirim utusan kepada gubernur-gubernur yang ada di semenanjung Iberia dan mengajak
mereka untuk memberikan bai'at kepadanya. Sebagian diantara mereka menyambut seruan itu
dengan baik, dan sebagian yang lain tidak memperdulikannya. Dalam menghadapi
penentangnya, Abdurrahman III menumpasnya dengan militer sehingga dalam jangka 10
tahun umat Islam Spanyol bersatu kembali. Pada periode ini, umat Islam Spanyol mencapai
puncak kemajuan dan menyaingi kejayaan daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman III
membangun beberapa buah istana dan memajukan pertanian rakyat. Rakyat taat kepadanya
dan semua orang merasa damai hidup dibawah pimpinannya. Ia juga mewajibkan penguasa-
penguasa Kristen membayar upeti ke Cordova. Pada masa kekuasaannya, Cordova
merupakan pusat kebudayaan Islam yang penting di Barat sebagai tandingan Baghdad di
Timur. Kalau di Baghdad ada bait al-Hikmah, serta madrasah Nizamiyah, dan Kairo ada al-
Azhar serta Dar al-Hikmah, maka di Cordova ada Universitas Cordova sebagai pusat Ilmu
Pengetahuan. Perpustakaannya mengandung ratusan ribu buku.[12] Di Cordova terdapat
113.000 rumah, 70 perpustakaan , sejumlah toko buku dan masjid, bermil-mil jalan aspal
yang membuat Cordova memperoleh popularitas Internasional dan kekaguman para
pengunjungnya. Banyak perutusan diplomatik berkumpul di Cordova, baik dari dalam
maupun dari luar Spanyol.Abdurrahman an-Nasir dianggap para sejarawan sebagai
pengasas kedua kerajaan bani Umayyah di Andalusia setelah Abd al-Rahman al-Dakhil. Ia
juga dianggap sebagai pemimpin yang berwibawa dan teragung dikalangan para pemimpin
bani Umayyah atau Islam di Spanyol. Abdurrahman III dianggap sebagai sang penyelamat
imperium muslim Spanyol. Dengan berbagai kebijakan dan kemampuan Intelektualnya, maka
stabilitas nasional terkendali serta dapat menarik masyarakat Spanyol dengan tidak
menimbulkan jurang pemisah antara kelas dan golongan agama yang ada, sehingga benar-
benar tercipta suatu imperiumUmayyah yang damai dan kuat di Spanyol. Setelah memegang
kekuasaan selama 27tahun, ia meninggal dunia pada bulan oktober 961 M. Hakam II yang
bergelar Al Muntassir Billahmelanjutkan ayahnya. Ia berkuasa selama 15 tahun. Meskipun ia
pemimpin yang hebat dan terkenal, namun tidak menandingi kebesaran ayahnya. Ia
pemimpin yang sederhana, namun karena kondisi yang sudah makmur dan stabil
menyebabkan ia mudah melaksanakan tugasnya. Selama masa pemerintahannya, tidak
banyak terjadi penentangan, hanya sekali saja yaitu oleh kerajaan Kristen di Leon, Castille ,
dan Navarre. Karenanya al-Hakam II lebih terfokus pada bidang pembangunan khususnya di
bidang intelektual.[13] Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan
kemakmuran. Pembangunan kota berlangsug cepat. Ia seorang kolektor buku dan pendiri
perpustakaan. Tak kurang 400.000 manuskrip dalam perpustakaannya. Sehingga banyak
intelektual yang tertarik mendatanginya. Tahap terakhir pemerintahan bani Umayyah dimulai
dari tahun 976 hingga 1031 M. Yang melibatkan tujuh Khalifah. Diawali ketika Hisyam II
naik tahta, kemudian al-Muayyad , Muhammad II al-Muayyad , Sulaiman al Musta'in ,
Abd al-Rahman V , Muhammad al-Mustakfi dan Hisyam III al-Mu'tamid.Di
zaman Hisyam II(976-1013M) terdapat perubahan struktur politis. Hisyam II baru berusia 11
tahun ketika ia menduduki tahta. Karena usianya yang masih sangat muda, ibunya yang
bernama Sultanah Subh dan sekretarisnya yang bernama Muhammad Ibn Abi
Amir mengambil alih tugas pemerintahan.Hisyam II tidak mampu mengatasi ambisi para
pembesar istana dalam merebut pengaruh dan kekuasaan. Menjelang tahun 981 M,
Muhammad Ibnu Abi Amir yang ambisius menjadikan dirinya sebagai penguasa
diktator.Dalam perjalanannya ke puncak kekuasaan ia menyingkirkan rekan-rekan dan
saingannya. Hal ini dimungkinkan karena ia mempunyai tentara yang setia dan kuat. Ia
mengirimkan tentara itu dalam berbagai ekspedisi yang berhasil menetapkan keunggulannya
atas para pangeran Kristen di Utara. Pada tahun itu juga Muhammad Ibnu Abi Amir memakai
gelar kehormatan al-Mansur Billah. Ia dapat mengharumkan kembali kekuasaan Islam di
Spanyol. Sekalipun ia hanya merupakan seorang penguasa bayangan. Kedudukan Hisyam II
tidak ubahnya seperti boneka, hal ini menunjukkan peranan khalifah sangat lemah dalam
memimpin negara. Dan ketergantungan kepada kekuatan orang lain mencerminkan bahwa
khalifah dipilih bukan tas kemampuan yang dimilikinya, melainkan atas dasar warisan turun
temurun.Hisyam II memang bukan orang yang cakap untuk mengatur negaram tindakannya
menimbulkan kelemahan dalam negeri. Ia tidak dapat membaca gejala-gejala pergerakan
Kristen yang akan mulai tumbuh dan mengancam kekuasaannya. Keadaan ini diperburuk
dengan meninggalnya al-Muzaffar pada tahun 1009 M yang dalam kurun waktu 6 tahun
masih dapat mempertahankan kekuasaan Islam di Spanyol. Al-Muzaffar kemudian digantikan
oleh Hajib al-Rahman Sancol. Karena ia tidak berkualitas dalam memegang jabatannya
sehingga dimusuhi penduduk dan kehilangan kesetiaan dari tentaranya. Akibatnya timbul
kekacauan, karena tidak ada orang atau kelompok yang dapat mempertahankan ketertiban di
seluruh negara. Akhirnya Hisyam II mema'zulkan diri pada tahun 1009M, yang kemudian
dipulihkan kembali tahtanya pada tahun berikutnya.Sejak itu sampai tahun 1013 M ia dan 6
orang anggota keluarga setengah Barber masing-masing menjabat khalifah sementara. Dalam
masa lebih 22 tahun, (1009-1031M) terjadi 9 kali pertukaran Khalifah. Tiga orang
diantaranya menduduki jabatan khalifah pada periode tersebut. Pada tahun 1031 khilafah
dihapuskan oleh orang-orang Cordova. Dalam beberapa tahun saja negara yang tadinya
makmur, dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran tottal. Pada tahun 1009M khalifah
mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang
dapat memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013M dewan menteri yang memerintah
Cordova menghapuskan jabatan Khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak
sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Inilah yang disebut al-Muluk al-
Thawaif.[14]
Ekonomi dan Perdagangan
Negara pada masa kekuasaan dinasti Umayyah II menggantungkan sebagian
besarpendapatannya dari bea ekspor dan impor. Seville , salah satu pelabuhan terbesar ,
mengekspor kapas , zaitun dan minyak. Di samping itu, mengimpor kain dan budak dari
Mesir serta para biduanita dari Eropa ke Asia. Barang-barang yang diekspor dari Malaga
meliputi kunyit, daun ara , marmer , dan gula.Negeri Andalusia menjadi salah satu daratan di
Eropa yang paling makmur dan paling padat penduduknya. Ibukota dipadati oleh sekitar
13000 tukang tenun dan sebuah industri kulit. Dari Andalusia, kerajinan seni hias timbul
dengan media kulit di bawa ke Maroko. Kemudian dibawa ke Prancis dan Inggris.
Wol sutera tidak hanya ditenun di Kordoba, tetapi juga di Malaga, Almeria , dan
pusat-pusat kerajinan lainnya. Kerajinan tembikar,yang awalnya dikuasai Cina diperkenalkan
oleh kaum muslimin ke daratan Spanyol. Almeria juga memproduksi barang pecah belah dan
kuningan. Paterna di Valencia terkenal sebagai produsen tembikar. Jane dan Algave terkenal
sebagai produsen emas dan perak. Kordoba sebagai produsen besi dan timah, dan Malaga
sebagai produsen batu merah delima.Selain dunia industri, kemajuan dalam bidang pertanian
merupakan salah satu sisi keagungan umat Islam Andalusia dan menjadi hadiah abadi yang
diberikan orang Arab karena sampai sekarang taman-taman yang ada di Spanyol melestarikan
jejak orang Moor.
Dalam kaitannya dengan alat bertransaksi jual beli, pemerintah mendirikan lembaga
pembuat mata uang. Model koin logamnya meniru motif-motif Timur, dengan Dinar sebagai
satuan emas, dan Dirham sebagai satuan perak.
Sosial Kemasyarakatan
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
komunitas-komunitas Arab (utara dan selatan). Al-Muwalladun(orang-orang Spanyol yang
masuk Islam) , Barbar(umat islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk
daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada
penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi , Kristen Muzarebyang berbudaya
Arab, dan Kristen Penentang Kehadiran Islam. Semua komunitas itu kecuali yang terakhir,
memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang
melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra , dan pembangunan fisik di Spanyol.
Ketika islam datang datang ke Spanyol, komposisi Masyarakat yang ada di negeri itu
cukup heterogen. Yang terdiri dari orang Arab, orang Arab-Spanyol, orang Afrika Utara, dan
orang Yahudi. Heterogenitas masyarakat tersebut belakangan diketahui memberikan saham
intelektual dan kebudayaan yang hebat yang kemudian melahirkan kembali era kebangkitan
ilmu pengetahuan dan peradaban.
Heterogenitas komposisi masyarakat, diikuti dengan heterogenitas agama. Sementara
Islam datang dengan semangat toleransi begitu tinggi. Bahkan dengan semangat toleransi itu
Islam telah mengakhiri kedzaliman keagamaan yang sudah berlangsung sejak lama. Bagi
orang Kristen dan orang Yahudi disediakan hakim khusus yang sesuai dengan agama mereka
masing-masing. Semua kelompok agama dengan datangnya Islam, mendukung dan menyertai
pembangunan peradaban yang berkembang dengan gemilang.
Adanya semangat kesatuan budaya Islam yang timbul pada pemikiran para ulama
dalam arti luas. Hal ini terbukti sekalipun dalam konstelasi politik, masyarakat Islam Spanyol
melepaskan diri dari Baghdad, dari banyaknya para ulama Spanyol yang mendalami ilmu di
Baghdad untuk dikembangkan kemudian di Spanyol.Persaingan antar al-Muluk al-Thawaif
ternyata justru menyebabkan perkembangan peradaban. Kerajaan-kerajaan kecil disekitar
Cordova, semuanya bersaing ingin menandingi Cordova dalam hal kemajuan
IPTEK,sastra,seni, dan kebudayaan.
Pendidikan dan IPTEK
Banyak muslim Andalusia yang menuntut ilmu di negeri Islam belahan Timur dan
tidak sedikit pula ulama dari timur yang mengembangkan ilmunya di Andalusia.Prestasi umat
Islam dalam memajukan ilmu pengetahuan tidak diperoleh secara kebetulan, melainkan
dengan kerja keras melalui beberapa tahapan sistem pengembangan. Mulanya dilakukan
beberapa penerjemah kitab-kitab klasik Yunani, Romawi , India , dan Persia. Kemudian
dilakukan pensyarahan dan komentar terhadap terjemah tersebut, sehingga lahir komentator-
komentator muslim kenamaan. Setelah itu dilakukan koreksi teori-teori yang sudah ada, yang
acap kali melahirkan teori baru sebagai hasil renungan pemikir --pemikir muslim sendiri.
Oleh karena itu, umat Islam tidak hanya berperan sebagai jembatan penghubung warisan
budaya lama dari zaman klasik ke zaman baru. Terlalu banyak teori orisinil temuan mereka
yang besar sekali artinya sebagai dasar ilmu pengetahuan modern.
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu tidak terlepas
kaitannya dari kerjasama yang harmonis antara penguasa,hartawan, dan ulama'. Umat Islam
di negara-negara Islam waktu itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan umumnya, merupakan salah satu kewajiban pemerintahan.Andalusia pada kala
itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju, sehingga hampir tidak ada
seorangpun penduduknya yang buta huruf. Dalam masa itu, Eropa Kristen baru mengenal
asas-asas pertama ilmu pengetahuan itupun terbatas hanya pada beberapa para pendeta saja.
Dari Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban Arab mengalir ke negara-negara Eropa
Kristen, melalui kelompok-kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di
universitas Cordoba,Malaga,Granada,Seville atau lembaga-lembaga ilmu pengetahuan
lainnya di Andalusia. Yang pada gilirannya kelak akan mengantarkan Eropa memasuki
periode baru masa kebangkitan.
Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy mereka bergerak dalam
dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan pertempuran. Selama Imam
Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh
pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang
merasa ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah
Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada
masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan cerdas
dalam gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya
Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan cara
terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih ingin
mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan
gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam mengobarkan perlawanan
terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai makar dengan melakukan
pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah
Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut
dirinya sang pengalir darah atau As-Saffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H
(750 M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah
berdiri Daulah Abbasiyah.
Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan Umayah, yaitu
Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri ke daratan Spanyol.
Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali kekuatan Bani Umayah di seberang
lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sana dia berhasil mengembalikan kejayaan
kekhalifahan Umayah dengan nama kekhalifahan Andalusia.
Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan perbedaan dengan Daulah
Umayah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah Umayah, misalnya, para bangsawan Daulah
Abbasiyah cenderung hidup mewah dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak
belian serta istri peliharaan (hareem). Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi
ketimbang mengembangkan nilai-nilai agama Islam . Namun tidak dapat disangkal sebagian
khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.
a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya diambil dari
kaum mawalli.
b. Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik,
ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa saja, termasuk bangsa
dan penganut agama lain.
c. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang penting dan sesuatu yang
harus dikembangkan.
1. Gerakan penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah Umayyah, upaya untuk
menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa yunani dan Persia ke
dalam bahasa arab mengalami masa keemasan pada masa DaulahAbbasiyah. Para
ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu
terutama filasafat dan kedokteran.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah Abbasiyah adalah Khalifah
Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan, naskah yang
diterjemahkan terutama dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-
naskah filsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya
yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti kedokteran. Naskah
astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi, drama,
cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfa’at dan
dalam hal bahasa, Arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju.
Pada masa ini, ada yang namanya Baitul hikmah yaitu perpustakaan yang berfungsi sebagai
pusat pengembagan ilmu pengetahuan. Pada masa Harun Ar-Rasyid diganti nama menjadi
Khizanah al-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan
pusat penelitian. Pada masa Al-Ma’mun ia dikembangkan dan diubah namanya menjadi Bait
al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-
buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia dan India. Direktur
perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-
Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study dan riset
astronomi dan matematika.
3. Perkembangan Ekonomi
Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai
macam industri sepertikain linen di Mesir, sutra dari Syiria dan Irak, kertas dari Samarkand,
serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari Mesir dan kurma dari Iraq. Hasil-hasil
industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan
Negara lain.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi.
Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan
Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat penting. Secara
bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa
puncak kejayaan sehingga hubungan perdagangan antara keduanya menambah semaraknya
kegiatan perdagangan dunia.
1. Faktor Internal
Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan
melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara. Luasnya wilayah kekuasaan
kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukuan - Semakin
kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh
kecemburuan atas posisi mereka.
Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat
tinggi. Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.
Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.
2. Faktor Eksternal
Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancrkan Baghdad.
Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan
muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki, dan Kerajaan Mughal di
India.
MATERI V
Beberapa Peniggalan Islam Pada Masa Klasik
Selama 14 abad lamanya umat Islam membangun peradaban di dunia sejak awal kerasulan
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam hingga saat ini Islam telah mengalami banyak
perubahan dan kemajuan (baca sejarah islam di Arab Saudi). Perubahan yang dimaksud
adalah dalam hal ilmu pengetahuan (baca islam dan ilmu pengetahuan) serta hal-hal yang
mengatur segala aspek kehidupan manusia meskipun pada dasarnya semua itu didasari pada
al-qur’an dan Hadist yang menjadi pedoman hidup umat muslim (baca fungsi agama dalam
kehidupan manusia).
Islam Sebelum Kerasulan Muhammad SAW
Masyarakat dunia menganggap bahwa Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW akan tetapi
sebenarnya Islam sudah ada sejak zaman Nabi Adam As meskipun ajarannya belum
disempurnakan (baca fungsi agama dalam kehidupan manusia dan hakikat penciptaan
manusia).
Masa kenabian sebelum rasulullah
Sebelum diutusnya Rasulullah SAW para nabi dan rasul sebelumnya hanya menyampaikan
wahyu ataupun ajarannya kepada umatnya masing-masing dan hal ini berbeda dengan Islam
yang dibawa oleh Muhammad SAW yang bersifat universal. Seperti halnya para nabi dan
rasul yang diutus kepada beberapa kaum contohnya Nabi Musa Alaihissalam yang diutus
pada kaum Bani Israil maupun Nabi Luth yang diutus kepada kaum Negeri Sodom
(baca nama-nama nabi dan rasul dan macam-macam mukjizat nabi ).
Kondisi Manusia pada masa sebelum kenabian Muhammad
Pada masa itu Islam belum banyak dianut oleh masyarakat dan para nabi serta Rasul
mendapat pertentangan yang sangat keras dari kaumnya dan bahkan tidak jarang di antara
mereka yang mendapatkan siksaan dan perlakuan yang kejam dari para kaum kafir.
Meskipun demikian ada beberapa kejadian penting yang terjadi dalam sejarah peradaban
Islam sebelum kenabian Muhammad SAW seperti dibangunnya atau dipugarnya Baitullah
yang saat ini dikenal sebagai Ka’bah oleh Nabi Ibrahim As beserta putranya Ismail As.
Sejarah Islam pun berlanjut dari Nabi ke nabi dan rasul ke Rasul pada setiap zaman dan
akhirnya peradaban Islam yang baru dimulai setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW ke
dunia. (baca Keutamaan cinta kepada Rasulullah bagi umat islam dan kisah teladan nabi
Muhammad)
Islam Pada Masa Kerasulan Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 rabi’ul Awwal tahun gajah dan kelahirannya
merupakan suatu awal penyempurnaan agama Islam yang dianut oleh umat muslim dunia saat
ini. Muhammad SAW adalah rasul terakhir yang menerima wahyu dari Allah subhanahu wa
ta’ala melalui Malaikat Jibril dan kemudian Wahyu tersebut dikenal sebagai kitab Alquran
yang menjadi pedoman hidup bagi kaum muslimin. Tidak hanya Alquran saja yang menjadi
pedoman bagi umat muslim akan tetapi segala perkataan dan perbuatan Muhammad
shallallahu alaihi wasallam yang dikenal dengan Hadits Rasulullah juga menjadi pedoman
lain dalam menentukan segala aspek kehidupan manusia terutama umat Islam. (baca manfaat
membaca Alqur’an dalam kehidupan)
Pada masa kepemimpinan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam banyak kejadian yang
terjadi dan tercatat dalam sejarah umat Islam diantaranya
Peperangan Umat islam
Umat islam pada masa Rasulullah melakukan peperangan dalam Perang Uhud, Perang Badar,
dan beberapa perang lainnya selain itu rasulullah juga berhasil merebut kota Mekah dengan
terjadinya peristiwa Fathul Mekah. Setelah terjadinya peristiwa Fathul Mekah banyak
Masyarakat khususnya kaum Arab yang masuk Islam cara berbondong-bondong dan
selanjutnya dimulailah pembangunan dan segala sesuatu yang mendukung perkembangan
Islam dan dakwah di Jazirah Arab (baca jazirah islam).
Pengembalian fungsi ka’bah dan Pembangunan Mekah
Saat itu Ka’bah kembali disucikan dan berhala-berhala yang ada di sekitarnya yang
merupakan sembahan kaum Quraisy dihancurkan. Rasulullah SAW dan umatnya pun
membangun beberapa masjid besar seperti Masjid Nabawi, masjid-masjid lainnya yang
digunakan sebagai tempat beribadah umat muslim pada saat itu.
Islam juga Mulai disebarkan ke negara atau daerah lain di luar Arab seperti halnya saat
Rasulullah mengirim utusan kerajaan Persia dan beberapa kerajaan lain yang ada di sekitar
Jazirah Arab meskipun Rasulullah mengalami banyak penolakan dari negeri tersebut. Setelah
Rasul wafat maka kepemimpinan umat Islam dan peradabannya dilanjutkan oleh para
khalifah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin.(baca 10 tempat bersejarah dalam
islam)
slam Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin atau empat khalifah besar yang memimpin umat Islam setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW, memberi pengaruh yang berperan penting dalam perkembangan dan
pertumbuhan peradaban Islam di dunia. Empat hal tersebut adalah Abu Bakar As Siddiq,
Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib. Beberapa peristiwa penting
yang terjadi pada masa kekhalifahan tersebut diantaranya adalah
1. Masa Khalifah Abu Bakar As Siddiq
Abu Bakar As Siddiq adalah khalifah pertama yang diangkat setelah meninggalnya
Rasulullah SAW. Pada masa kepemimpinan Khalifah Abu Bakar As Siddiq banyak hal yang
terjadi diantaranya terjadinya perang riddah di mana peran tersebut adalah untuk memerangi
kaum yang murtad. Salah satunya adalah kaum Musailamah Al Kadzab yang mengaku
sebagai nabi palsu. Selain itu Khalifah Abu Bakar as-siddiq mulai melakukan pembinaan
administrasi kepemerintahan dan memberlakukan musyawarah kepemimpinan untuk
menentukan Segala keputusan yang menyangkut umat. Ekspansi dan penyebaran Islam Bung
mulai dilakukan hingga ke negeri Syria.
2. Masa Khalifah Umar Bin Khattab.
Pada masa kepemimpinan Umar Bin Khattab terdapat beberapa pembenahan dalam sistem
kepemerintahan salah satunya adalah integrasi pembangunan administrasi, dan pemisahan
kekuasaan legislatif,yudikatif dan eksekutif. Selain itu Khalifah Umar Bin Khattab juga
memberlakukan sistem gaji bagi para pegawai pemerintahan,pajak, kepolisian,baitul mal, dan
pembukuan mushaf Alquran.
3. Masa Khalifah Usman Bin Affan
Pada masa kepemimpinan khalifah Utsman bin Affan Islam mulai disebarkan dan ekspansi
telah mencapai Turki, Armenia dan sekitarnya. Kekuasaan Islam di daerah-daerah tersebut
dipegang oleh Marwan bin Hakam. Selain itu pada masa Khalifah Usman juga terjadi
pembangunan Daerah Arab khususnya perluasan Masjid Nabawi di Madinah.
4. Masa khalifah Ali bin Abi Tholib
Masa kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib tidak berlangsung lama dan banyak hal yang terjadi
membuat pecahan diantara umat muslim pemberontakan para kaum murtad. Banyak pejabat
yang dipecat pada masa ini dan khalifah Ali juga menarik tanah wakaf serta memberlakukan
diskriminasi pajak. Setelah kepemimpinan Ali berakhir maka berakhir pula lah masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Selanjutnya pemerintahan Islam Diteruskan oleh
kekuasaan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.
Islam Pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah
Setelah masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin berakhir makalah kepemimpinan umat
Islam di Jazirah Arab pada umumnya dipegang oleh kekuasaan Bani Umayyah dan Bani
Abbasiyah. Pada masa kepemimpinan dua dinasti ini Islam mengalami kemajuan pesawat dan
mulai disebarkan ajarannya hingga ke Eropa. (baca perkembangan islam di Eropa)
Masa Daulat Bani Umayyah
Dinasti Bani Umayyah berlangsung selama 90 tahun lamanya dan kepemimpinan baiklah
berbentuk monarki hereditas sistem kerajaan yang pemimpinnya diturunkan atas nasab
(baca arti nasab)atau keturunan para raja. Pusat pemerintahan dan ibukota Bani Umayyah
ada di damaskus dan mereka menganut Islam aliran sunni. Pada masa Bani Umayyah Islam
mulai masuk ke Eropa melalui Spanyol atau daerah Andalusia.
Terjadi peperangan antara tentara Islam yang dipimpin oleh Thariq Bin Ziyad dengan
pasukan raja Visigoth dari Spanyol yang dikenal dengan perang Guadalitte. Setelah Setelah
mengalami perluasan wilayah dan beberapa kemunduran yang disebabkan oleh banyaknya
tokoh yang berkhianat dan pemerintahan tipu muslihat akhirnya kekuasaan Bani Umayyah
berakhir dan selanjutnya Diteruskan oleh daulat Bani Abbasiyah.
Masa daulat Bani Abbasiyah
Daulat Bani Abbasiyah mulai berkuasa sejak berakhirnya kepemimpinan Bani Umayyah dan
pemerintahan Bani Abbasiyah berlangsung sekitar 508 Tahun Lamanya. Pemerintahan Bani
Abbasiyah dipengaruhi oleh kerajaan Persia dan Turki serta mencapai puncak keemasannya
pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al Rasyid pada tahun 786 hingga 809 Masehi dan
putranya Al Ma’mun yang berkuasa dari tahun 813 hingga 833 Masehi.
Pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah berubah-ubah sesuai dengan raja yang berkuasa pada
saat itu dan pusat pemerintahannya berada di Kota . Dinasti Bani Abbasiyah menganut Islam
aliran Syiah dan pada masa kepemimpinan Bani Abbasiyah, Islam mengalami kemajuan yang
sangat pesat di bidang ilmu pengetahuan dan bahkan melebihi dunia barat saat itu. Pada
akhirnya kekuasaan bani Abbasiyah mengalami kehancuran akibat persaingan antar bangsa
konflik keagamaan dan ancaman kerajaan di Eropa serta gaya hidup mewah dari para raja
mereka itu sendiri.
Islam Di Dunia Barat Abad Pertengahan
Setelah islam mengalami perluasan hingga ke Eropa maka terjadilah banyak perubahan dan
perkembangan kehidupan umat Islam pada saat itu terutama di abad pertengahan. Pada saat
itu terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara kondisi kehidupan umat Islam di Eropa
dengan bangsa barat yang tinggal di benua tersebut.
Kondisi bangsa barat pada abad pertengahan
Abad pertengahan yang berlangsung sekitar tahun ke-7 hingga tahun ke-11 Masehi dapat
dikatakan sebagai abad kegelapan bagi bangsa barat terutama di Eropa. Ilmu pengetahuan
belum banyak berkembang dan masyarakat barat saat itu tinggal dalam lingkungan yang
kumuh, liar, dan kota terbesar nya hanya berpenduduk tidak lebih dari 25000 jiwa. Rumah-
rumah dan bangunan yang ada di sana hanya terbuat dari batu dan mereka tinggal di
dalamnya bersama dengan binatang peliharaan.
Jalan jalan yang ada di kota Eropa pada abad pertengahan belum mendapatkan penerangan
mereka tidak memiliki sistem drainase atau saluran air. Banyak wabah penyakit yang terjadi
saat itu karena masyarakat Barat belum mengetahui cara menjaga kebersihan dengan baik.
Artinya kehidupan mereka pada saat itu sangatlah jauh dari kemakmuran sebagaimana yang
diceritakan oleh sejarawan mereka sendiri terutama mengenai kehidupan bangsa anglo-saxon
yang mendiami kawasan Inggris. (baca perkembangan islam di Inggris dan Islam di Amerika)
Kondisi Masyarakat Islam pada abad pertengahan
Bisa dibilang kondisi umat Islam pada abad pertengahan terutama yang mendiami wilayah
Spanyol dan Andalusia di Eropa sangat berbeda dengan kondisi bangsa barat pada umumnya.
Kota-kota yang didiami oleh umat Islam seperti Cordoba Granada dan kota lainnya telah
memiliki lebih dari satu juta jiwa penduduk. Ilmu pengetahuan dan arsitektur berkembang
dengan pesat kota-kota yang ada di sana dilengkapi dengan penerangan jalan yang sangat
baik atau sistem saluran air yang digunakan untuk menjaga kebersihan Kota dan lingkungan.
Bangunan indah dan taman-taman yang dibangun pada masa itu seperti istana Az Zahra
Cordoba dan benteng Alhambra atau istana Alhambra Granada.
Pada masa ini juga lahir ilmuwan-ilmuwan Islam yang membawa perubahan bagi sistem
pendidikan umat Islam khususnya di bidang kedokteran, matematika, filsafat, dan lain
sebagainya. Beberapa ilmuwan muslim dari abad pertengahan yang terpopuler pada saat itu
antara lain Ibnu Sina atau Avicenna yang lahir pada abad pertengahan atau sekitar tahun ke-
11 Masehi penulis buku dasar ilmu kedokteran yang saat ini digunakan oleh para ilmuwan
ataupun dokter di dunia barat buku itu dikenal dengan nama Al Qanun Fi thib atau Canon of
medicine.
Selain Ibnu Sina ilmuwan lain yang terkenal pada masa itu adalah Khawarizmi yang
menemukan dasar-dasar ilmu matematika dan sistem numerik yang digunakan dalam ilmu
tersebut hingga saat ini atau yang dikenal dengan ilmu aljabar. (baca islam dan ilmu
pengetahuan)
Kemunduran Peradaban Islam
Tidak hanya ilmu-ilmu tersebut banyak hal-hal lain dan perkembangan yang dialami oleh
masyarakat yang membangun peradaban Islam namun akhirnya peradaban tersebut hancur
akibat beberapa hal diantaranya
Adanya peperangan yang mengalahkan tentara muslim sehingga mereka harus Terusir
dari benua Eropa. Kerajaan-kerajaan barat bersatu dan mengusir umat Islam dari Eropa
dengan sangat kejam
Peradaban Islam di timur juga dihancurkan oleh bangsa Mongol yang terkenal kejam
dan tidak berperikemanusiaan.
Sejak saat itu peradaban Islam mengalami kemunduran dan bangsa barat mulai mengalami
kemajuan dikarenakan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh dari bangsa muslim
sebelumnya. Mereka menghancurkan semua ilmu pengetahuan dan menyalin kitab-kitab dan
ilmu yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan muslim pada saat itu.
Kerajaan-kerajaan tersebut akhirnya melakukan ekspansi dan perluasan wilayah ke Asia dan
Amerika serta benua lainnya untuk menyebarkan agama mereka dan mencari kekayaan.
Meskipun peradaban Islam setelah abad pertengahan mengalami kemunduran akan tetapi
Islam tetap dapat tersebar ke seluruh penjuru dunia dan saat ini Islam adalah salah satu agama
yang banyak berkembang di berbagai belahan dunia. (baca sejarah islam di Arab Saudi)
MATERI VI
Kemunculan dan Kemunduran Tiga Kerajaan Islam Pada Abad Pertengahan
Mungkin telah kita ketahui bersama, bahwa Islam sempat memiliki peradaban yang sangat
maju, yaitu pada masa Dinasti Abassiyah. Lebih tepatnya lagi ketika Khalifah Harun Al
Rasyid dan anaknya Al Ma'mun memipin, pada sekitar abad ke 8 Masehi hingga abad ke 13
Masehi.
Harun Al Rasyid dan anaknya Al Ma'mun memiliki cita -- cita yang besar yaitu untuk
membangun sebuah peradaban Islam yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Namun
sayangnya zaman keemasan Islam ini harus berakhir.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab berakhirnya zaman keemasan Islam ini.
Namun, yang paling signifakan adalah akibat adanya serangan dari bangsa Mongol yang
menghancurkan Baghdad beserta dengan perustakaan dan pusat ilmu pengetahuan terlengkap
pada masa itu, Bayt Al Hikmah.
Serangan dari bangsa Mongol ini juga menyebabkan kekuatan politik Islam menjadi terpecah
belah. Dimana wilayah kekuasaan Islam tidak lagi berada dalam satu kesatuan besar, yang
dipimpin oleh satu pemimpin yang menjadi khilafah sebagai pusat pemerintahan.
Kondisi politik Islam mulai berkembang kembali dan mulai menunjukan kemajuan setelah
munculnya tiga kerajaan besar Islam yang letaknya saling berjauhan. Ketiga kerajaaan besar
tersebut, Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Mughal di India, dan Kerajaan Syafawi di
Persia.
Kerajaan Usmani
Kerajaan Usmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah
Mongol dan daerah utara negeri Cina. Ketika abad ke 9/10 Masehi kerjaan Syafawi
memutuskan untuk menetap di Asia Tengah dan memutuskan untuk memeluk agama Islam.
Pada tahun 923 -- 1342 merupakan masa Usmaniyah, bisa dibailang seperti ini karena
kekuasaan Utsmaniyah merupakan periode terpanjang dari lembaran sejarah peradaban Islam.
Dalam waktu kurang lebih 6 abad pemerintahan Utsmaniyah telah mengambil bagian penting
sebagai satu -- satunya yang menjaga dan melindungi kau muslimin.
Setelah menjalani masa -- masa keemasannya, kerajaan Usmani akhirnya mengalami masa
kemunduran. Kemunduran kerajaan Usmani ini terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al Qonuni.
Setelah wafatnya Sultan Salman terjadi perebutan kekuasaan anatara putranya sendiri.
Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal adalah kerajaan yang terletak di India. Pada masa keemasannya kerajaan ini
menjadi kerajaan adikuasa dan menjadi salah satu kerajaan terbesar di dunia.
Pada masa kejayannya kerajaan Mughal menguasai wilayah yang ama luas, hal ini dibuktikan
ketika cakupan kerajaan Mughal meliputi Kabul, Lahore, Multan, Delhi, Agra, Oud,
Allahabad, Ajmer, Gujarat, melwa, Bihar, Bengal, Khandes, Berar, Kasmir, Bajipur,
Galkanda, Tahore, dan Trichinopoli. Kerajaan Mughol sendiri merupakan produsen rempah
-- rempah, gula, wol, parfum, dan aneka produk lainnya.
Kerajaan Syafawi
Berasal dari gerakan Tarekat di Ardabil sebuah kota yang terletak di negara Azerbaijan.
Waktu berdirinya kerajaan Syafawi ini hampir bersamaan dengan berdirinya kerjaan Usmani
di Turki.
Nama kerajaan Syafawi sendiri diambil dari nama pendirinya yaitu Safi Al-Din ( 1252 --
1334 ). Kerajaan Syafawi ini menganut aliran syiah dan aliran syiah tersebut ditetapkan
sebagai mahzab di negaranya.
Kerajaan Syafawi mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Abbas 1. Pada masa
kekusasaan Abbas 1 ini ia mampu untuk mengatasi berbagai kemelut didalam negeri yang
menggangu stabilitas yang ada di negara tersebut. Pada masa kekuasaan Abbas 1 juga telah
berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaannya yang lepas.
Mungkin telah kita ketahui bersama, bahwa Islam sempat memiliki peradaban yang sangat
maju, yaitu pada masa Dinasti Abassiyah. Lebih tepatnya lagi ketika Khalifah Harun Al
Rasyid dan anaknya Al Ma'mun memipin, pada sekitar abad ke 8 Masehi hingga abad ke 13
Masehi.
Harun Al Rasyid dan anaknya Al Ma'mun memiliki cita -- cita yang besar yaitu untuk
membangun sebuah peradaban Islam yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Namun
sayangnya zaman keemasan Islam ini harus berakhir.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab berakhirnya zaman keemasan Islam ini.
Namun, yang paling signifakan adalah akibat adanya serangan dari bangsa Mongol yang
menghancurkan Baghdad beserta dengan perustakaan dan pusat ilmu pengetahuan terlengkap
pada masa itu, Bayt Al Hikmah.
Serangan dari bangsa Mongol ini juga menyebabkan kekuatan politik Islam menjadi terpecah
belah. Dimana wilayah kekuasaan Islam tidak lagi berada dalam satu kesatuan besar, yang
dipimpin oleh satu pemimpin yang menjadi khilafah sebagai pusat pemerintahan.
Kondisi politik Islam mulai berkembang kembali dan mulai menunjukan kemajuan setelah
munculnya tiga kerajaan besar Islam yang letaknya saling berjauhan. Ketiga kerajaaan besar
tersebut, Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Mughal di India, dan Kerajaan Syafawi di
Persia.
Kerajaan Usmani
Kerajaan Usmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah
Mongol dan daerah utara negeri Cina. Ketika abad ke 9/10 Masehi kerjaan Syafawi
memutuskan untuk menetap di Asia Tengah dan memutuskan untuk memeluk agama Islam.
Pada tahun 923 -- 1342 merupakan masa Usmaniyah, bisa dibailang seperti ini karena
kekuasaan Utsmaniyah merupakan periode terpanjang dari lembaran sejarah peradaban Islam.
Dalam waktu kurang lebih 6 abad pemerintahan Utsmaniyah telah mengambil bagian penting
sebagai satu -- satunya yang menjaga dan melindungi kau muslimin.
Setelah menjalani masa -- masa keemasannya, kerajaan Usmani akhirnya mengalami masa
kemunduran. Kemunduran kerajaan Usmani ini terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al Qonuni.
Setelah wafatnya Sultan Salman terjadi perebutan kekuasaan anatara putranya sendiri.
Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal adalah kerajaan yang terletak di India. Pada masa keemasannya kerajaan ini
menjadi kerajaan adikuasa dan menjadi salah satu kerajaan terbesar di dunia.
Pada masa kejayannya kerajaan Mughal menguasai wilayah yang ama luas, hal ini dibuktikan
ketika cakupan kerajaan Mughal meliputi Kabul, Lahore, Multan, Delhi, Agra, Oud,
Allahabad, Ajmer, Gujarat, melwa, Bihar, Bengal, Khandes, Berar, Kasmir, Bajipur,
Galkanda, Tahore, dan Trichinopoli. Kerajaan Mughol sendiri merupakan produsen rempah
-- rempah, gula, wol, parfum, dan aneka produk lainnya.
Kerajaan Syafawi
Berasal dari gerakan Tarekat di Ardabil sebuah kota yang terletak di negara Azerbaijan.
Waktu berdirinya kerajaan Syafawi ini hampir bersamaan dengan berdirinya kerjaan Usmani
di Turki.
Nama kerajaan Syafawi sendiri diambil dari nama pendirinya yaitu Safi Al-Din ( 1252 --
1334 ). Kerajaan Syafawi ini menganut aliran syiah dan aliran syiah tersebut ditetapkan
sebagai mahzab di negaranya.
Kerajaan Syafawi mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Abbas 1. Pada masa
kekusasaan Abbas 1 ini ia mampu untuk mengatasi berbagai kemelut didalam negeri yang
menggangu stabilitas yang ada di negara tersebut. Pada masa kekuasaan Abbas 1 juga telah
berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaannya yang lepas.
Berasal dari gerakan Tarekat di Ardabil sebuah kota yang terletak di negara Azerbaijan.
Waktu berdirinya kerajaan Syafawi ini hampir bersamaan dengan berdirinya
kerjaan Usmani di Turki.
Nama kerajaan Syafawi sendiri diambil dari nama pendirinya yaitu Safi Al-Din ( 1252 --
1334 ). Kerajaan Syafawi ini menganut aliran syiah dan aliran syiah tersebut ditetapkan
sebagai mahzab di negaranya.
Kerajaan Syafawi mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Abbas 1. Pada masa
kekusasaan Abbas 1 ini ia mampu untuk mengatasi berbagai kemelut didalam negeri yang
menggangu stabilitas yang ada di negara tersebut. Pada masa kekuasaan Abbas 1 juga telah
berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaannya yang lepas.
MATERI VII
Sejarah Kemunduran Tiga Kerajaan Besar (Utsmani, Safawi, dan Mughal)
Kemunculan tiga kerajaan islam yaitu Kerajaan Turki Ustmani, Kerajaan Safawi di Persia
dan Kerajaan Mughal di India telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan
peradaban islam. Kerajaan Usmani meraih puncak kejayaan dibawah kepemimpinan Sultan
Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) di kerajaan safawi, Syah Abbas I membawa kerajaan
tersebut meraih kemajuan dalam 40 tahun periode kepemerintahannya dari tahun 1588-1628
M. Dan di Kerajaan Mughal meraih masa keemasan di bawah Sultan Akbar (1542-1605 M).
Seperti takdir yang telah Allah tentukan disetiap kejayaan tentu akan berganti dengan
kemunduran bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga kerajaan
tersebut. Setelah pemerintahan yang gilang gemilang dibawah kepemimpinan tiga raja itu,
masing-masing kerajaan mengalami fase kemunduran. Akan tetapi penyebab kemunduran
tersebut berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda. Kemunduran-krmunduran inilah
yang akan penulis bahas dalam makalah ini. Karena pengaruhnya sangat besar terhadap
kelangsungan peradaban Islam secara keseluruhan.
Kerajaan safawi di Persia meraih puncak keemasan dibawah pemerintahan syah Abbas I
selama periode 1588-1628 M. Abbas I berhasil membangun kerajaan safawi sebagai
kompetitor seimbang bagi Kerajaan Turki Usmani. Bahkan dalam bidang ilmu pengetahuan,
kerajaan ini lebih menonjol daripada kerajaan turki usmani, khususnya ilmu filsafat yang
berkembang amat pesat. Hurmuz sebagai pelabuhan utama berhasil dikuasai oleh Abbas I
sehingga wilayah ini mampu memjamin kehidupan perekonomian Safawi.
Tanda-tanda kemunduran kerajaan persia mulai muncul sepeninggalan Syah Abbas I. Secara
berturut-turut syah yang menggantikan abbas I adalah:
Abaas II konon seorang raja pemabuk, akan tetapi di tangannya kota Qandahar bisa direbut
kembali. Kebiasaan mabuk inilah yang menamatkan riwayatnya. Demikian halnya dengan
sulaiman, ia seorang pemabuk dan selalu bertindak kejam terhadap pembesar istana yang
dicurigainya. Selama tujuh tahun ia tak pernah memerintah kerajaan. Diyakini, konflik
dengan turki Usmani adalah sebab pertama yang menjadikan Safawi mengalami kemunduran.
Terlebih Turki Usmani merupakan kerajaan yang lebih kuat dan besar daripada Safawi.
Hakikatnya ketegangan ini disebabkan oleh konflik Sunni-Syi’ah.
Syah Husain adalah raja yang alim akan tetapi kealiman Husain adalah suatu kefanatikan
tehadap Syi’ah. Karena dia lah ulama syi’ah berani memaksakan pendiriannya terhadap
golongan sunni. Inilah yang menyebabkan timbulnya kemarahan golongan sunni di
afganistan. Dan pemberontakan inilah yang mengakhiri kisah kerajaan safawi.
Pemberontakan bangsa afgan dimulai pada 1709 M di bawah pimpinan Mir Vays yang
berhasil merebut wilayah Qandahar. Lalu disusul oleh pemberontakan suku Ardabil di Herat
yang berhasil menduduki Mashad.
Mir Vays digantikan oleh Mir Mahmud sebagai penguasa Qandahar. Di bawahnyalah,
keberhasilan menyatukan suku afgan dengan suku ardabil. Dengan kekuatan yang semakin
besar, Mahmud semakin terdorong untuk memperluas wilayah kekuasaannya dengan merebut
wilayah afgan dari tangan safawi. Bahkan ia melakukan penyerangan terhadap Persia untuk
menguasai wilayah tersebut.
Penyerangan demi penyerangan ini memaksa Husain untuk mengakui kekuasaan Mahmud.
Oleh Husain, Mahmud diangkat menajdi gubernur di Qandahar dengan gelar husain Quli
Khan yang berarti Budak Husain. Dengan pengakuan ini semakin mudah bagi Mahmud untuk
menjalankan siasatnya. Pada 1721 M ia berhasil merebut Kirman. Lalu menyerang Isfahan,
mengepung ibu kota safawi itu selama enam bulan dan memaksa Husain menyerah tanpa
syarat. Pada 12 oktober 1722 M Syah Husain menyerah dan 25 oktober menjadi hari pertama
Mahmud memasuki kota Isfahan dengan kemenangan.
Tak menerima semua ini, Tahmasp II yang merupakan salah seorang putra Husain dengan
dukungan penuh suku Qazar dari rusia, memproklamirkan diri sebagai penguasa Persia
dengan ibu kota di Astarabad. Pada 1726 M, Tahmasp bekerja sama dengan Nadir khan dari
suku afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa afgan yang menduduki Isfahan. Asyraf
sebagai pengganti Mir Mahmud berhasil dikalahkan pada 1729 M, bahkan Asyraf terbunuh
dalam pertempuran tersebut. Dengan kematian Asyraf, maka dinasti Safawi berkuasa lagi.
Pada Agustus 1732 M, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas III
yang merupakan putra Tahmasp II, padahal usianya masih sangat muda. Ternyata ini adalah
strategi politik Nadir Khan karena pada tanggal 8 maret 1736, dia menyatakan dirinya
sebagai penguasa persia dari abbas III. Maka berakhirlah kekuasaan dinasti Safawi di Persia.
Kehancuran safawi juga dikarenakan lemahnya pasukan Ghulam yang diandalkan oleh safawi
pasca penggantian tentara Qizilbash. Hal ini karena pasukan Ghulam tidak dilatih secara
penuh dalam memahami seni militer. Sementara sisa-sisa pasukan qizilbash tidak memiliki
mental yang kuat dibandingkan dengan para pendahulu mereka. Sehingga membuat
pertahanan militer Safawi sangat lemah dan mudah diserang oleh lawan.
Demikianlah dinamika kekhalifahan Safawi di Persia. Sistem Syi’ah ini, diakui atau tidak,
walau safawi telah hancur, masih memiliki sisa-sisanya. Yang paling jelas tentulah dalam
pemerintahan Republik Islam Iran dewasa ini. Meskipun tidak secara penuh diadopsi, tapi inti
dari yang dulu oleh Safawi rumuskan dan dilembagakan tetap menjadi dasar yang tidak dapat
dinafikan begitu saja.
Kemunduran ini ditandai dengan konflik dikalangan keluarga kerajaan, yang intinya adalah
saling berebut kekuasaan. Keturunan Babur hampir semuanya memiliki watak yang keras dan
ambisius, sebagaimana nenek moyang mereka yaitu Timur Lenk yang juga memiliki sifat
demikian.
Ketika Jehangir menggantikan Abbas I, mendapat tentangan dari saudaranya, Khusraw yang
juga ingin tampil sebagai penguasa Mughal. Lalu saat Syah Jihan menggantikan Jehangir,
giliran ibu tiri beliau yang menentang karena ingin anaknya yaitu Khurram , menggantikan
Jehangir. Begitu pun saat Syah Jihan mulai mendekati ajalnya, anak-anak Syah Jihan
diantaranya Aurangzeb, Dara siqah, Shujah, dan Murad Bakhs saling berebut kekuasaan
hingga menyebabkan perang saudara yang berkepanjangan.
Faktor lainnya yang sangat berpengaruh adalah serangan dari kerajaan atau kekuatan luar.
Serangan ini mulanya dilakukan oleh kerajaan Safawi di persia yang memperebutkan wilayah
Qandahar. Pada 1622 m, daerah ini berhasil dikuasai oleh Safawi. Pada 1739 M, Nadir Syah
dari Safawi menyerbu Mughal dengan alasan bahwa Mughal tidak mau menerima duta
bangsa yang dikirim olehnya. Lalu disusul ketegangan dengan Afganistan pada masa
pemerintahan Muhammad Syah, kerajaan Mughal mendapat serangan dari suku afgan yang
dipimpin oleh Ahmad Syah. Pada 1748 ahmad Syah berhasil menguasai Lahore.
Pemberontakan Hindu juga turut memperkeruh suasana. Hindu yang merupakan mayoritas di
sana, tidak senang menjadi warga kelas dua dibandingkan islam yang menjadi warga kelas
satu padahal jumlahnya minoritas. Hal ini menimbulkan banyak sekali pemberontakan yang
membuat repot kerajaan Mughal terlebih disaat yang hampir bersamaan muncul pula tekanan
dari Inggris.
Keruntuhan Mughal juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, dimana kemunduran politik
negeri ini sangat menguntungkan bangsa-bangsa barat untuk menguasai jalur perdagangan .
Persaingan diantara mereka akhirnya dimenangi oleh Inggris yang kemudian untuk
memperkuat pengaruhnya, mendirikan EIC (East India Company). Dengan mendatangkan
pasukan kerajaan inggris untuk mengamankan dan mestabilkan wilayahnya. Menyadari
kekuatan Mughal semakin menurun, maka Syah Alam membuat perjanjian dengan Inggris,
dimana ia menyerahkan Oudh, Bengal dan Orisa kepada inggris.
Monopoli Inggris yang sangat otoriter dan cenderung keras, membuat rakyat Mughal yang
muslim maupun Hindu, bersama-sama mengadakan pemberontakan. Akan tetapi dapat
dikalahkan walaupun dalam serangan itu, pasukan Hindu yang memulainya, akan tetapi
Inggris melihat umat islam dan Bahadur Syah II, ikut campur dalam penyerangan itu. Maka
sebagai hukumannya, inggris memporak-porandakan wilayah Mughal dengan kekuatan
senjatanya yang selangkah lebih maju dibandingkan pasukan Mughal dan Hindu. Masjid dan
Candi menjadi sasaran penghancuran. Bahdaur sendiri di usir dari istana pada 1858 M, maka
sejak saat itu berakhirlah kekuasaan kerajaan Mughal di India dan digantikan oleh
imperialisme Inggris.
Secara garis besar kemunduran Usmani mulai terasa sejak pemerintahan Sultan Salim II yang
menggantikan Sultan Sulaiman Al Qanuni pada 1566-1574 M. Di lihat dari faktor-faktor
yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Turki Usmani yang secara perlahan selama tiga
abad dapat dilihat melalui beberapa faktor. Diantaranya melemahnya semangat Yenisari
sehingga menyebabkan berbagai wilayah lepas dari kekuasaan Turki Usmani, hal ini sudah
mulai menunjukkan tanda-tandanya yaitu saat kekuasaan Salim II, dimana ia menderita
kekalahan dari serangan pasukan gabungan armada Spanyol, bandulia, dan armada sri paus di
tahun 1663 M.
Pasukan Usmani juga mengalami kekalahan dalam pertempuran di Hungaria di tahun 1676
M. Pada 1669 M, Turki Usmani mengalami kekalahan di Mohakez sehingga terpaksa
menandatangani perjanjian Karlowitz yang isinya kerajaan Usmani harus menyerahkan
seluruh wilayah hungaria dan pada 1770 M pasukan Rusia mengalahkan pasukan Usmani di
asia kecil.
Luasnya wilayah dan buruknya sistem pemerintahan pasca sulaiman Al qanuni juga membuat
hilangnya keadilan, dan merajalelanya korupsi dikalangan istana. Heterogenitas penduduk
menyebabkan kurangnya semangat persatuan. Terlebih Usmani merupakan kerajaan ayng
coraknya militer. Padahal militerisme diakui sangat sulit untuk membentuk suatu persatuan.
Sangat disayangkan pula bila kehidupan istana jauh dari nilai-nilai keislaman, justru sikap
bermegah-megahan dan istimewa serta memboroskan uang terjadi pula di kerajaan turki
Usmani. Hal ini setidaknya terjadi akibat pengaruh kehidupan barat yang masuk ke istana.
Terlebih pemborosan harta ini terjadi saat perekonomian mulai mengalami kemerosotan yang
sangta tajam, apalagi untuk pembiayaan angkatan perang yang diharapkan mampu meraih
ghanimah malah mengalami kekalahan yang berturut-turut.
Kemuduran di kalangan istana ini, diambil kesempatan oleh wilayah-wilayah turki dalam
upaya memerdekakan diri. Terlebih setelah munculnya semangat nasionalisme. Bangsa-
bangsa yang tunduk pada usmani, mulai menyadari akan kelemahan kerajaan tersebut. Maka
walaupun kerajaan usmani memperlakukan mereka sebaik mungkin, namun dalam benak
mereka tetap saja bila Usmani adalah penjajah yang datang menyerbu dan menguasai wilayah
mereka.
Dimulailah usaha untuk melepaskan diri dari pemerintahan Usmani, di Mesir misalnya,
Yenisari justru bekerjasama dengan dinasti mamalik dan akhirnya berhasil merebut kembali
wilayah mesir pada 1772 M hingga kedatangan Napoleon pada !789 M. Lalu ada gerakan
wahabisme di tanah arab yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul wahab yang
bekerjasama dengan keluarga Saud, dan akhirnya berhasil memukul mundur kekuasaan turki
dengan bantuan tetara Inggris dari jazirah Arab. Keluarga saud sendiri memproklamirkan
sebagai penguasa arab maka wilayah jazirah arab selanjutnya dinamakan Saudi Arabia.
Kemajuan teknologi barat juga tidak bisa dilepaskan sebagai salah satu faktor penentu
kehancuran wilayah turki usmani, dimana sistem kemiliteran bangsa barat selangkah lebih
maju dibandingkan dengan kerajaan turki usmani. Oleh karena itu saat terjadi kontak senjata
maupun peperangan yang terjadi belakangan, tentara turki selalu mengalami kekalahan.
Terlebih Turki Usmani sangat tidak mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan, maka
otomatis peralatan perangnya pun semakin ketinggalan jaman. Saat Turki Usmani mulai
berbenah, sudah terlambat karena wilayahnya sedikit demi sedikit mulai menyusut karena
melepaskan diri dan sulit untuk menyatukannya kembali.
Akhirnya pada 1924, Kemal Attaturk memaksa Sultan Hamid II untuk menyerahkan
kekuasaan Turki Usmani setelah kemal melakukan gerakan pembaharuan melalui Turki
Muda nya, dan penyerahan kekuasaan ini menjadikan Turki Usmani telah berakhir
riwayatnya dan kemudian digantikan oelh Republik Turki yang sekuler.
Kehancuran Kerajaan Turki Usmani ini, membuat bangsa-bangsa eropa semakin mudah
menguasai dan menjajah wilayah-wilayah ynag dulu diduduki oleh Usmani yang mayoritas
muslim. Maka sejak itulah umat islam berada dalam situasi dijajah oleh bangsa non muslim.
Sungguh ironis karena ini lebih baik oleh bangsa turki karena bagaimanapun juga Turki
Usmani adalah muslim.
KESIMPULAN
Keruntuhan tiga kerajaan islam ini umumnya ditandai oleh konflik dalam kalangan keluarga
kerajaan yang saling berebut kekuasaan. Hal ini mengakibatkan sistem pemerintahan dan
keluasan wilayah yang telah berhasil dibangun pada masa sebelumnya menjadi tidak berarti
lagi karena para penerusnya lebih sibuk untuk saling merebut kekuasaan dari tangan
keluarganya sendiri.
Lalu masalah ekonomi juga sangat berperan, seperti misalnya kedatangan Inggris di Mughal
sangat memepengaruhi kehidupan ekonomi sitana yang apada ujungnya malab bergantung
kepada Inggris. Demikian pula di Turki Usmani, sikap boros dan hidup kemewahan
berbanding lurus dengan kekalahan demi kekalahan yang dialami pasukan yenisari sehingga
membuat kas negara berwarna merah karena tak mendapatkan ghanimah maupun wilayah
baru.
Ambisi perluasan wilayah juga mengakibatkan kehancuran turki itu sendiri karena tenyata
semangat juang Yenisari tidak lagi sekuat dulu. Demikian juga Ghulam di Safawi tidak
memiliki semangat seperti Qizilbash, demikian pula generasi Qizilbash selanjutnya tidak
seperti generasi Qizilbash terdahulu. Semenatara aliasi Islam Hindu di Mughal tidak mampu
memukul mundur inggris.
Kelemahan teknologi yang sangat mencolok membuat perlawanan di Mughal maupun usaha
mempertahankan diri oleh Turki Usmani mengalami kegagalan karena bangsa eropa pada
saat itu telah memiliki perangkat perang yang selangkah lebih maju dibandingkan dengan
yang dimiliki oleh dua kerajaan tersebut.
MATERI VIII
Sejarah Peradaban Islam di Eropa (711M-1492M)
Ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran di daerah Semenanjung Arab, bangsa-
bangsa Eropa justru mulai bangkit dari tidurnya yang panjang, yang kemudian banyak
dikenal denganRenaissance. Kebangkitan tersebut bukan saja dalam bidang politik, dengan
keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Harus diakui, bahwa justru dalam
bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan negara-negara baru Eropa.
Kemajuan-kemajuan Eropa tidak dapat dipisahkan dari peran Islam saat menguasai Spanyol.
[1]
Dari Spanyol Islam itulah Eropa banyak menimba ilmu pengetahuan. Ketika Islam mencapai
masa keemasannya, kota Cordoba dan Granada di Spanyol merupakan pusat-pusat peradaban
Islam yang sangat penting saat itu dan dianggap menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu,
orang-orang Eropa Kristen, Katolik maupun Yahudi dari berbagai wilayah dan negara banyak
belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi orang
Eropa[2] Di sini pula mereka dapat hidup dengan aman penuh dengan kedamaian dan
toleransi yang tinggi, kebebasan untuk berimajinasi dan adanya ruang yang luas untuk
mengekspresikan jiwa-jiwa seni dan sastra.[3]
Penduduk keturunan Spanyol dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu: Pertama,
kelompok yang telah memeluk Islam; Kedua, kelompok yang tetap pada keyakinannya tetapi
meniru adat dan kebiasaan bangsa Arab, baik dalam bertingkah laku maupun bertutur kata;
mereka kemudian dikenal dengan sebutan Musta’ribah, dan Ketiga, kelompok yang tetap
berpegang teguh pada agamanya semula dan warisan budaya nenek moyangnya. Tidak
sedikit dari mereka, yang nonmuslim, menjadi pejabat sipil maupun militer, di dalam
kekuasaan Islam Spanyol. Mereka pun mendapat keleluasaan dalam menjalankan ibadah
mereka tanpa diganggu atau mendapat rintangan dari penguasa muslim saat itu, sesuatu yang
tidak pernah terjadi sebelumnya saat penguasa Kristen memerintah Spanyol.[4]
A. Masuknya Islam ke Eropa
Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, tanah Spanyol lebih banyak dikenal
dengan nama Andalusia, yang diambil dari sebutan tanah Semenanjung Liberia. Julukan
Andalusia ini berasal dari kata Vandalusia, yang artinya negeri bangsa Vandal, karena bagian
selatan Semenanjung ini pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka dikalahkan
oleh bangsa Gothia Barat pada abad V. Daerah ini dikuasai oleh Islam setelah penguasa Bani
Umayah merebut tanah Semenanjung ini dari bangsa Gothi Barat pada masa Khalifah Al-
Walid ibn Abdul Malik.[5]
Islam masuk ke Spanyol (Cordoba) pada tahun 93 H (711 M) melalui jalur Afrika Utara di
bawah pimpinan Tariq bin Ziyad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka
Andalusia.[6]
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika
Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik
mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa
Khalifah Al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman
Al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki
Aljazair dan Maroko. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan
sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53
tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun
83 H (masa al-Walid).[7] Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini
terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan Kerajaan Romawi, yaitu Kerajaan
Gotik.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling
berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq
ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia
menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan
perang lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah
kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta
rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif ibn Malik dan
kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothicyang berkuasa di Spanyol pada saat itu,
serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada
tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq
ibn Ziyad.[8]
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena pasukannya lebih
besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang
didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-
Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.
[9] Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan
pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini,
maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di Bakkah,
Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya menaklukkan kota-kota
penting seperti Cordova, Granada dan Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat itu).[10] Sebelum
menaklukkan kota Toledo, Thariq meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di
Afrika Utara. Lalu dikirimlah 5000 personil, sehingga jumlah pasukan Thariq 12000 orang.
Jumlah ini tidak sebanding dengan pasukan ghothic yang berjumlah 25.000 orang.[11]
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan
wilayah yang lebih luas lagi. Musa bin Nushair pun melibatkan diri untuk membantu
perjuangan Thariq. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di
Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.[12]
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar
ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar pegunungan
Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin
yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol
dan melebar jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.[13]
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak
dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal.
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri
Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial,
politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah
Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan
itu, penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa,
yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama
Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut
agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara brutal.[14] Rakyat dibagi-
bagi ke dalam sistem kelas, sehingga, keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan,
dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti
kedatangan juru pembebas dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam.
[15] Berkenaan dengan itu, Ameer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika
Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan,
keadilan, dan kesejahteraan tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan
menyedihkan di bawah kekuasaan tangan resi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan
berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat.[16] akibat
perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan
dan pemberontakan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan
campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya dan sudah ada
jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke
Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol berada di
bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian
juga pertambangan, industri, dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang
baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian
lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa
digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dengan daerah lain sulit dilalui
akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.[17]
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh
keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick,
Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam.
Awal kehancuran kerajaan Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota
negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas
wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan
Achila, kakak, dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk
menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin.
Sementara itu, terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa
wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan
mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol. Julian bahkan memberikan
pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq, dan Musa.[18]
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah tentara Roderick yang terdiri dari para
budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu, orang Yahudi yang
selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan
kaum Muslimin.[19]
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam
tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang, dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan
wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya
kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam
menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang
ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap
toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin itu
menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.
B. Perkembangan Islam di Spanyol
Sejak pertama kali Islam menginjakkan kakinya ditanah Spanyol hingga jatuhnyua kerajaan
Islam terakhir di sana sekitar tujuh setengan abad lamanya, Islam memainkan peranan yang
besar, baik dalam bidang kemajuan intelektual (filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian,
bahasa dan sastra), kemegahan bangunan fisik (Cordova dan Granada).[20] Sejarah panjang
yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode yaitu :
1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Khalifah Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri
Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari dalam
maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite
penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan
pandangan antara Khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di
Khairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai
daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur)
Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu
menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan
etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri
terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing yaitu suku Qaisy (Arab Utara) dan Arab
Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini sering kali menimbulkan konflik politik, terutama
ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada
gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.
[21] Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun
138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang
bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam,
yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah
Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil
(yang masuk ke Spanyol). Ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayah di Spanyol. Penguasa-
penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman Al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I,
Abdurrahman Al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan
Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik di bidang
politik maupun bidang peradaban. Abdurrahman Al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam
bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdul
Rahman Al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.[22] Pemikiran filsafat juga
mulai pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman Al-Ausath.
Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen
fanatik yang mencari kesahidan (Martyrdom).[23] Gangguan politik yang paling serius pada
periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852
M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu sejumlah
orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah
pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat
Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih
sering terjadi.[24]
Ada yang berpendapat pada periode ini dibagi menjadi dua yaitu masa Ke Amiran (755-912)
dan masa ke Khalifahan (912-1013).[25]
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir”
sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk Al-Thawaif.
Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan
khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Muktadir,
Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
Menurut penilainnya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah
sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang tepat
untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150
tahun lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang
memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abdurrahman Al-Nasir (912-961 M),
Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi
kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman Al-Nasir mendirikan universitas
Cordova. Ia mendahului Al-Azhar Kairo dan Nizhamiyah Baghdad, juga menarik minat para
siswa, Kristen dan Muslim, tidak hanya di Spanyol tetapi juga dari wilayah-wilayah lain di
Eropa, Afrika dan Asia.[26]
Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan
jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang
berpusat di kota-kota tertentu.[27]
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif yang berpusat di suatu kota
seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah
Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam memasuki masa pertikaian intern.
Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang
meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa
keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai
mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan
intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan
sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.[28]
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi
terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M)
dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah
gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia
berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Pada masa dinasti
Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.
Dinasti Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumazi (w.1128). Dinasti ini datang ke
Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun’im. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen
memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami
Muwahhhidun menyebabkan penguasanya memilih meninggalkan Spanyol dan kembali ke
Afrika Utara pada tahun 1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen
dan Seville jatuh pada tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan
Islam.[29]
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada Periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar
(1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-
Nasir. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena
perselisihan orang-orang istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad
merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai
penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaannya. Dalam
pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu
Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya.
Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik
tahta. Tentu saja, Ferdinand dan Isabella yang mempersatukan kedua kerajaan besar Kristen
melalui perkawinan itu tidak cukup puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat
Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen
tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan
Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di
Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk
Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi
umat Islam di daerah ini.[30]
C. Kemajuan Peradaban
Dalam masa lebih dari tujuh abad, kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai
kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan, pengaruhnya membawa
Eropa dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.
1. Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang
tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-
komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk
Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah
antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada
penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya
Arab dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang
terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus
yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.[31]
a. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan
sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan
Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai
dikembangkan pada abad ke-9 M, selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5,
Muhammad ibn Abd Al-Rahman (832-886 M).[32]
Atas inisiatif Al-Hakam (961 -976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur
dalam jumlah besar, sehingga, Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya
mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia islam.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn
Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla
dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih
muda. Seperti Al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis
dan eskatologis. Magnum opusnyaadalah Tadbir al-Mutawahhid.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun
kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis
masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal
adalah Hay ibn Yaqzhan.
Akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di
gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibnu Rusyd dari Cordova. la lahir tahun 1126 M dan
meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah
Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian
filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid.
Ibnu Rusyd memiliki sikap realisme, rasionalisme, positivisme ilmiah Aristotelian. Sikap
skeptis terhadap mistisisme adalah basis di mana ia menyerang filsafat Al-Ghazali.[33]
b. Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan Iain-lain juga berkembang
dengan baik. Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang
pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.[34] Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash
terkenal dalam ilmu astronomi. la dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan
menentukan berapa lamanya. la juga berhasil membuat teropong modern yang dapat
menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah
ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan Al-
Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Fisika. Kitab Mizanul Hikmah (The Scale of Wisdom), ditulis oleh Abdul Rahman al-Khazini
pada tahun 1121, adalah satu karya fundamental dalam ilmu fisika di Abad Pertengahan,
mewujudkan “tabel berat jenis benda cair dan padat dan berbagai teori dan kenyataan yang
berhubungan dengan fisika.[35]
Trigonometri Pengantar kepada risalah astronomi dari Jabir ibnu Aflah, dari Seville, ditulis
oleh Islah al-Majisti pada pertengahan abad dua belas, berisi tentang teori-teori
trigonometrikal. Hasan al-Marrakusyi telah melengkapi pada tahun 1229 di Maroko, suatu
risalah astronomi dengan informasi trigonometri. Karyanya tersebut berisi “tabel sinus untuk
setiap setengah derajat, juga tabel untuk mengenal benar-benar sinus, arc sinus dan arc
cotangen”
Observatorium Maragha, berdiri pada tahun 1259 di Azerbaijan, Persia, menjadi pusat studi
astronomi dan alat-alat (baru) atau untuk memperbaiki alat-alat astronomi, kreatif dan
terkenal untuk suatu periode yang singkat. Pusat yang menarik bagi ahli astronomi dan
pembuat alat-alat astronomi dari Persia dan mungkin Cina.[36]
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir
terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim
Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera
Pasai dan Cina. Ibn Al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn
Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat
tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika.
Geografi. Zamakhsyari (wafat 1144) seorang Persia, menulis Kitabul Amkina waljibal wal
Miyah (The Book of Places, Mountains and Waters). Yaqut menulis Mu’jamul Buldan (The
Persian Book of Places), tahun 1228, berupa suatu daftar ekstensif data-data geografis
menurut abjad termasuk fakta-fakta atas manusia dan geografi alam, arkeologi, astronomi,
fisika dan geografi sejarah. Aja’ib al-Buldan (The Wonders of Lands), karya al-Qazwini,
tahun 1262, ditulis dalam tujuh bagian yang berkaitan dengan iklim. Muhammad ibnu Ali az-
Zuhri dari Spanyol, menulis satu risalah teori geografi setelah tahun 1140. Al-Idrisi dari
Sisilia, menulis untuk raja Normandia, Roger II, yang kemudian diketahui sebagai sebuah
deskripsi geografi yang paling teliti di dunia. Ia juga menggubah ensiklopedia geografi antara
tahun 1154 dan 1166 untuk William I. Al-Mazini di Granada telah menulis geografi Islam
Timur dan daerah Volga; keduanya didasarkan atas perjalanannya.[37]
C. Fiqih
Dalam bidang fiqih, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut Maliki. Yang memperkenalkan
mazhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan
oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd Al-Rahman. Ahli-ahli fiqih
lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id Al-Baluthi, dan Ibn
Hazm yang terkenal.[38]
d. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan
tokohnya Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan
jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. la juga terkenal sebagai
penggubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya, baik pria
maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
Studi-studi musikal Islam, seperti telah diprakarsai oleh para teoritikus al-Kindi, Avicenna
dan Farabi, telah diterjemahkan ke bahasa Hebrew dan Latin sampai periode pencerahan
Eropa. Banyak penulis-penulis dan musikolog Barat setelah tahun 1200, Gundi Salvus,
Robert Kilwardi, Ramon Lull, Adam de Fulda, dan George Reish dan Iain-lain, menunjuk
kepada terjemahan Latin dari tulisan-tulisan musikal Farabi. Dua bukunya yang paling sering
disebut adalah De Scientiis dan De Ortu Scientiarum.
Musik Muslim juga disebarluaskan ke seluruh benua Eropa oleh para “penyanyi-
pengembara” dari periode pertengahan ini memperkenalkan banyak instrumen dan elemen-
elemen musik Islami. Instrumen-instrumen yang lebih terkenal adalah lute (al-lud), pandore
(tanbur) dan gitar (gitara). Kontribusi Muslim yang penting terhadap warisan musik Barat
adalah musik mensural dan nilai-nilai mensural dalam noot dan mode ritmik. Tarian Morris
di Inggris berasal dari Moorish mentas (Morise). Spanyol banyak menerapkan model-model
musikal untuk sajak dan rima syair dari kebudayaan Muslim.[39]
Banyak risalah musikal yang telah di tulis oleh para tokoh Islam seperti Nasiruddin Tusi dan
Qutubuddin Asy-Syairazi yang lebih banyak menyusun teori-teori musik.[40]
e. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu
dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol
menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa
Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih,
Ibn Malik pengarang Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan Ibn
Usfur, dan Abu Hayyan Al-Gharnathi.
2. Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sangat banyak. Dalam
perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem
irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya.
Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan.
Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam
digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan
air). Pengaturan hidrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal
Persia yang dinamakan na’urah (Spanyol: Noria). Di samping itu, orang-orang Islam juga
memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun, dan taman-taman.[41]
Industri, di samping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi
Spanyol Islam. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang
tembikar.
Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah
pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, mesjid, pemukiman, dan
taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah mesjid Cordova, kota Al-Zahra,
Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana Al-Makmun, mesjid Seville, dan istana
Al-Hamra di Granada.
a. Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani
Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar
dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk
menghiasi ibu kota Spanyol Islam. Pohon-pohon dan : bunga-bunga diimpor dari Timur. Di
seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik peman-
dangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana
Damsik.
Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut Ibn Al-Dala’i,
terdapat 491 mesjid di sana. Di samping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya
tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandi-an. Di sekitarnya
berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum,
penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 Km.
b. Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-
sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-
masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di
seluruh Eropa. Istana Al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian
arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.
Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan
istana Al-Zahra, istana Al-Gazar, inenara Girilda, dan Iain-lain.[42]
3. Faktor-Faktor Pendukung Kemajuan
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat
dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd Al
Rahman Al-Dakhil, Abd Al-Rahman Al-Wasith dan Abd Al-Kahman Al-Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-
penguasa lainnya yang mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting di antara
penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad Ibn Abd Al-Rahman
(852-886) dan Al-Hakam II Al-Muntashir (961-976).
Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan
Yahudi, sehingga, mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol.
Untuk orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang
menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas,
baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama, komunitas-
komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannya masing-masing.
Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di
Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad
ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah
Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini
menunjukkan bahwa, meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik,
terdapat api yang disebut kesatuan budaya dunia Islam.[43]
Perpecahan politik pada masa Muluk Al-Thawa’if dan sesudahnya tidak menyebabkan
mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan, merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan,
Kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Sevilla,
Granada, dan Iain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan
satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk Al-Thawa’if berhasil
mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang di antaranya justru lebih maju.[44]
D. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa
puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan
membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki
tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.38 Namun demikian, kehadiran Arab Islam
telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan
kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan
Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam
sedang mengalami kemunduran.[45]
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat,
di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang
Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M,
mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para mukalaf itu, suatu
ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang
ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar
terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi
yang dapat memberi makna persatuan, di samping kurangnya figur yang dapat menjadi
personifikasi ideologi itu.[46]
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina
perekonomian.[47] Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan
mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah
kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan
pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di
antaranya juga disebabkan permasalahan ini.[48]
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. la selalu berjuang sendirian,
tanpa mendapat bantuan kecuali dan Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan
alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.[49]
D. Pengaruh Peradaban Islam Di Eropa
Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada
khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Memang banyak
saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib,
tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik
dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian, dan peradaban antar negara.
Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan
Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang
pemikiran dan sains di samping bangunan fisik.[50] Yang terpenting di antaranya adalah
pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). la melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan
kebebasan berpikir. la mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat
semua orang yang berpikiran bebas. la mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam
terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa,
hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme (Ibn Rusydisme) yang menuntut kebebasan
berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.
Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16
M dan rasionalisme pada abad ke-17 M.[51] 41 Buku-buku Ibn Rusyd dicetak di Vinesia
tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan, edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553
dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna,
Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad ke-17 M di Jenewa.
Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal
dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam
di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama
belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan
Muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka
mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas pertama eropa adalah Universitas
Paris yang didirikan pada tahun 1231 M tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di
akhir zaman Pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam universitas-
universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, seperti
ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari
adalah pemikiran Al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd.[52]
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu
menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad
ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-
terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa
Latin.[53]
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi
ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah
kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang
bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M,
dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18 M.[54]
Eksistensi perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh peradaban Spanyol
Islam di segala bidang, telah menjadikannya sebagai sebuah negara adikuasa di zamannya.
Kehadirannya telah banyak mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban
manusia.
Dengan semangat science for science mereka melakukan serangkaian upaya pengembangan
khazanah keilmuan yang telah di kemukakan oleh Pemikir Yunani kuno dengan tanpa
melepaskan pada frame religius islami. Semangat inilah yang mereka lakukan dalam
melakukan itjihad keilmuan. Dari akumulasi dan hubungan yang harmonis inilah kemudian
melahirkan ilmu pengetahuan islami yang sangat bermanfaat bagi perkembangan kebudayaan
manusia selanjutnya. Di saat perkembangan keilmuwan mencapai zaman keemasan inilah
pada waktu yang bersamaan dunia Eropa berada dalam keadaan yang memprihatinkan.
Mereka terkekang oleh dogma gerejani yang absolut yang mengharamkan umatnya untuk
mengembangkan daya nalarnya.
Namun demikian, perputaran jarum sejarah tidak selamanya menunjukkan arahnya ke dunia
Islam. Selang beberapa waktu kemudian dunia Islam mengalami disintegrasi dan stagnasi roh
ilmiah intelektual, terutama setelah serangan Al-Ghazali yang mendeskriditkan para filsuf
muslim dalam melakukan itjihad akliah mereka. Kondisi ini menjadikan umat menjadi
antipati terhadap dinamika intelektual filosofis. Sementara itu banyaklah para filsuf muslim
yang harus “keluar” dari negerinya yang sudah tak “bersahabat” lagi dengan ide-idenya ke
tempat yang lebih aman, yaitu Benua Eropa. Di sana ide-ide mereka disambut dengan
antusias, apalagi setelah para pelajar Eropa belajar di dunia Islam sebelumnya. Mereka tahu
akan begitu besarnya manfaat ilmu yang ada di dunia Islam. Keadaan inilah yang akhirnya
khazanah ilmu pengetahuan harus berpindah dari dunia Islam ke dunia non-Islam. Babak
inilah yang menandai kemunduran dunia Islam, dan awal zaman keemasan dunia Eropa.
Kemunduran dinamika intelektual muslim disebabkan tidak teraplikasikannya nilai-nilai
ijtihad yang distimuli al-Qur’an di tengah-tengah kehidupan umat Islam. Untuk itu fenomena
ini hendaknya memberikan nuansa sekaligus pemicu agar umat kembali kepada semangat
intelektual Quranik, jika ingin mengembalikan zaman keemasan pendidikan Islam tempo
dahulu, guna mengembalikan zaman keemasan pendidikan dan membangun kebudayaan
dunia Islam modern secara adaptik dan komprehensif. (nalah_aagun)
MATERI IX
Perang Salib
Istilah "Perang Salib" dalam bahasa Indonesia adalah terjemahan dari frasa Arab "Hurubus
Salibiyah" (bahasa Arab: )حرْ ب الصليبية.
َ Dalam historiografi modern, istilah "Perang Salib"
mula-mula digunakan sebagai sebutan bagi ekspedisi militer ke Tanah Suci yang dilakukan
umat Kristen Eropa pada abad ke-11, abad ke-12, dan abad ke-13. Istilah ini selanjutnya
mengalami perluasan makna sehingga digunakan pula sebagai sebutan bagi kampanye-
kampanye militer lain yang diprakarsai, disokong, dan adakalanya diarahkan oleh Gereja
Katolik, untuk memerangi kaum pagan, memberantas kaum bidah, dan untuk maksud-
maksud lain yang konon katanya demi syiar agama.[1] Perang Salib terbedakan dari perang-
perang agama Kristen lainnya karena orang-orang yang ikut serta di dalamnya meyakini
perjuangan mereka sebagai laku silih demi beroleh ampunan atas segala dosa yang sudah
diakui.[2] Penggunaan istilah "Perang Salib" dapat menimbulkan kesalahpahaman. Orang
mungkin saja menyamaratakan semua Perang Salib, bahkan keliru menyangka bahwa Perang
Salib adalah semua perang Kristen-Islam sebagaimana perang-perang Salib perdana. Lagi
pula definisi Perang Salib masih menjadi pokok perdebatan terkait historiografi di kalangan
sejarawan dewasa ini.[3][4][5]
Ketika Perang Salib I meletus, istilah "Perang Salib" belum dikenal. Kampanye militer umat
Kristen kala itu disebut "lawatan" (bahasa Latin: iter) atau "ziarah" (bahasa
Latin: peregrinatio). Perang-perang dengan restu Gereja ini baru dikait-kaitkan dengan istilah
"salib" setelah kata "crucesignatus" (orang yang diberi tanda salib) dari bahasa Latin mulai
digunakan pada akhir abad ke-12.[6] Menurut Kamus Bahasa Inggris Oxford, etimologi kata
"crusade" (istilah Inggris untuk "Perang Salib") berkaitan dengan kata croisade dalam bahasa
Prancis modern, croisée dalam bahasa Prancis kuno, crozada dalam bahasa
Provençal, cruzada dalam bahasa Portugis dan Spanyol, dan crociata dalam bahasa Italia.
Semua kata ini adalah turunan dari kata cruciāta atau cruxiata dalam bahasa Latin Abad
Pertengahan, yang mula-mula berarti "menyiksa" atau "menyalibkan", namun sejak abad ke-
12 juga berarti "membuat tanda salib".[7] Meskipun istilah "Perang Salib" telah digunakan
oleh para sejarawan sebagai sebutan bagi perang-perang suci yang dilakukan umat Kristen
semenjak 1095, peristiwa-peristiwa yang disebut sebagai "Perang Salib" sangatlah banyak
dan beragam sehingga penggunaan istilah ini dapat saja menimbulkan salah paham,
khususnya terkait perang-perang salib perdana.[6]
Perang Salib di Tanah Suci lazimnya dipilah-pilah menjadi sembilan perang yang berbeda,
mulai dari Perang Salib pertama (1095–1099) sampai Perang Salib kesembilan (1271–1272).
Pemilahan menjadi sembilan perang inilah yang digunakan oleh sejarawan Charles
Mills dalam karya tulisnya yang berjudul History of the Crusades for the Recovery and
Possession of the Holy Land (1820), dan seringkali digunakan sebagai bentuk pemilahan
yang paling mudah, meskipun sebenarnya masih dapat diperdebatkan. Perang Salib
kelima dan keenam yang dipimpin oleh Kaisar Friedrich II dapat saja dianggap sebagai satu
kali peperangan, demikian pula dengan Perang Salib kedelapan dan kesembilan yang
dipimpin oleh Raja Louis IX.[8]
Istilah "Perang Salib" dapat saja dimaknai secara berbeda, tergantung pada pandangan
penulis yang menggunakannya. Giles Constable menjabarkan empat sudut pandang berbeda
di kalangan para pengkaji sejarah sebagai berikut:[9]
Sudut pandang kaum tradisionalis. Kaum tradisionalis membatasi pengertian Perang
Salib sebagai perang-perang yang dilakukan oleh umat Kristen di Tanah Suci semenjak
1095 sampai 1291, "baik untuk menolong umat Kristen di negeri itu maupun untuk
memerdekakan Yerusalem dan Makam Suci dari penjajahan".[10]
Sudut pandang kaum pluralis. Kaum pluralis menggunakan istilah Perang Salib
sebagai sebutan bagi segala macam aksi militer yang direstui secara terbuka oleh paus
yang sedang menjabat.[11] Pemaknaan seperti ini mencerminkan pandangan Gereja
Katolik Roma (termasuk tokoh-tokoh Abad Pertengahan pada masa Perang Salib seperti
Santo Bernardus dari Clairvaux) bahwasanya setiap perang yang direstui oleh Sri Paus
dapat disebut secara sah sebagai Perang Salib, tanpa membeda-bedakan sebab, alasan,
maupun tempatnya. Definisi yang luas ini mencakup pula aksi-aksi penyerangan
terhadap kaum penyembah berhala dan ahli bidah seperti Perang Salib Albigensia, Perang
Salib Utara, dan Perang Salib Husite. Definisi ini juga mencakup perang-perang demi
keuntungan politik dan penguasaan wilayah seperti Perang Salib Aragon di Sisilia,
Perang Salib yang dimaklumkan Sri Paus Inosensius III terhadap Markward dari
Anweiler pada 1202,[12] dan yang dimaklumkan terhadap orang-orang Stedingen,
beberapa Perang Salib yang dimaklumkan (oleh paus-paus yang berbeda) terhadap Kaisar
Friedrich II beserta putra-putranya,[13] dua Perang Salib yang dimaklumkan terhadap para
penentang Raja Henry III dari Inggris,[14] dan aksi penaklukan kembali Semenanjung
Iberia oleh umat Kristen.[15]
Sudut pandang kaum generalis. Kaum generalis memandang Perang Salib sebagai
segala macam perang suci yang berkaitan dengan Gereja Latin dan yang dilakukan
sebagai tindakan bela agama.
Sudut pandang popularis. Kaum popularis membatasi pengertian Perang Salib sebagai
perang-perang yang bercirikan gerakan khalayak ramai dengan alasan keagamaan, yakni
hanya Perang Salib pertama, dan mungkin pula Perang Salib Rakyat.[9]
Istilah yang digunakan sebagai sebutan umum bagi umat Muslim kala itu adalah "Sarasen";
sebelum abad ke-16, istilah "Muslim" dan "Islam" jarang digunakan oleh orang Eropa.
[16]
Istilah "Sarasen" dalam bahasa Yunani (Σαρακηνοί, Sarakēnoí) dan bahasa Latin
(Saraceni) berasal dari sebutan pada milenium pertama bagi bangsa-bangsa non-Arab yang
mendiami daerah padang pasir di sekitar Provinsi Arabia Petrea.[17] Istilah ini kemudian
digunakan pula sebagai sebutan bagi suku-suku Arab, dan pada abad ke-12 menjadi penanda
suku bangsa dan agama yang sinonim dengan kata "Muslim" dalam sastra Latin Abad
Pertengahan.[18] Istilah "orang Franka" (Faranji atau Faranggi) dan "orang Latin" (Latini)
digunakan sebagai sebutan bagi orang-orang Eropa Barat semasa Perang Salib, guna
membedakan mereka dari "orang Yunani" (umat Kristen Timur).[19][20] Para penulis sejarah
Muslim pada Abad Pertengahan seperti Ali ibn al-Athir menyebut Perang Salib sebagai
"perang-perang orang Franka" (bahasa Arab: حروب الفرنجة, hurubul faranjah). Istilah yang
digunakan sebagai padanan "Perang Salib" dalam bahasa Arab modern adalah "kampanye-
kampanye salib" (bahasa Arab: حمالت صليبية, hamalāt ṣalībiyah). Istilah Arab modern ini
sebenarnya adalah serapan dan terjemahan dari istilah "Perang Salib" yang digunakan dalam
historiografi Barat.
Selama masa Reformasi Protestan dan Kontra Reformasi pada abad ke-16, para sejarawan
memandang Perang-perang Salib melalui kacamata keyakinan religius mereka masing-
masing. Kaum Protestan memandangnya sebagai suatu wujud dari kejahatan kepausan, dan
kaum Katolik memandangnya sebagai pemaksaan kekuatan demi kebaikan.[22] Para
sejarawan Abad Pencerahan cenderung melihat Abad Pertengahan secara umum, dan Perang-
perang Salib tersebut secara khusus, sebagai berbagai upaya dari budaya-budaya barbar yang
didorong oleh fanatisme.[23] Saat awal periode Romantik pada abad ke-19, pandangan keras
seputar Perang-perang Salib dan zamannya telah melunak;[24] keilmuan di kemudian hari pada
abad tersebut menekankan pengkhususan dan detail.[25]
Para akademisi Abad Pencerahan dari abad ke-18 dan para sejarawan Barat modern
mengungkapkan kemarahan moral atas perilaku para anggota Laskar Salib. Pada tahun 1950-
an Steven Runciman menulis, "Cita-cita yang tinggi ternoda
oleh kekejaman dan keserakahan ... Perang-perang Suci tersebut tidak lebih dari suatu
tindakan intoleransi yang lama dalam nama Allah".[26] Abad ke-20 menghasilkan tiga tulisan
sejarah yang penting tentang Perang-perang Salib: oleh Runciman, René Grousset, dan suatu
karya dari berbagai penulis yang disunting oleh K. M. Stetton.[27] Selama abad itu,
dikembangkan dua definisi mengenai Perang-perang Salib; salah satunya mencakup semua
upaya yang dipimpin oleh paus di Asia Barat dan Eropa,[28] namun sejarawan Thomas
Madden menulis, "Perang salib, yang pertama dan terutama, merupakan suatu perang
terhadap kaum Muslim demi membela iman Kristen ... Mereka memulainya sebagai suatu
akibat dari penaklukan kaum Muslim atas wilayah-wilayah kaum Kristen." Madden
menuliskan bahwa tujuan dari Paus Urbanus adalah bahwa "umat Kristen dari Timur harus
terbebas dari kondisi-kondisi yang memalukan dan kejam di bawah kekuasaan Muslim."[29]
Setelah jatuhnya Akko pada tahun 1291, dukungan Eropa untuk Perang-perang Salib terus
berlanjut meskipun ada kritikan dari berbagai orang pada zaman tersebut (misalnya Roger
Bacon, yang percaya bahwa perang-perang itu tidak efektif: "Mereka yang bertahan hidup,
bersama-sama dengan anak-anak mereka, adalah lebih dan lebih lagi disakiti hatinya terhadap
iman Kristen").[30] Menurut sejarawan Norman Davies, Perang-perang Salib bertentangan
dengan Perdamaian dan Gencatan Senjata demi Allah yang didukung oleh Paus Urbanus dan
memperkuat hubungan antara militerisme, feudalisme, dan dunia Kristen Barat. Pembentukan
ordo-ordo religius militer mengejutkan kaum Bizantium Ortodoks, dan Laskar Salib
menjarah negara-negara yang mereka lalui dalam perjalanan mereka ke timur. Dengan
melanggar sumpah mereka untuk mengembalikan wilayah kepada kaum Bizantium, mereka
seringkali mempertahankan wilayah tersebut untuk dimilki sendiri.[31][32][33] Permulaan Perang
Salib Rakyat memprakarsai terjadinya suatu pogrom di Rhineland dan pembantaian ribuan
orang Yahudi di Eropa Tengah; selama abad ke-19 akhir, perang salib ini digunakan oleh
beberapa sejarawan Yahudi untuk mendukung Zionisme.[34] Perang Salib Keempat
mengakibatkan perampokan atas Konstantinopel, sehingga secara efektif mengakhiri segala
kesempatan mendamaikan Skisma Timur–Barat dan menyebabkan jatuhnya Kekaisaran
Bizantium kepada kekuasaan Ottoman. Para sejarawan Abad Pencerahan mengkritik salah
sasarannya Perang-perang Salib—khususnya Perang Salib Keempat—yang mana menyerang
suatu kekuasaan Kristen (Kekaisaran Bizantium) bukannya kekuasaan Islam. David Nicolle
menyebutkan kontroversi Perang Salib Keempat dalam "pengkhianatan" atas Bizantium
karyanya,[35] dan dalam The History of the Decline and Fall of the Roman Empire Edward
Gibbon menuliskan bahwa upaya-upaya Laskar Salib akan lebih efektif jika memperbaiki
negara-negara mereka sendiri
Paus Innosensius III mengekskomunikasi kaum Albigens (kiri), dan pembantaian Albigens
oleh Laskar Salib (kanan).
Meskipun Perang Salib Albigensian dilangsungkan pada tahun 1208 untuk mengatasi
kaum Katar (Albigens) dari Ositania (Prancis selatan masa kini), perjuangan panjang selama
beberapa dekade menyimpan banyak keinginan dari Prancis utara untuk memperluas
kontrolnya ke selatan sebagaimana dilakukannya dengan memerangi bidah tersebut. Kaum
Katar akhirnya berhasil dihalau ke bawah tanah, dan Prancis selatan kehilangan
kemerdekaannya.[115] Pada tahun 1221 Paus Honorius III meminta Raja András
II untuk mengatasi para bidat di Bosnia, dan pasukan Hungaria menanggapi tambahan
permintaan kepausan pada tahun 1234 dan 1241; kampanye yang belakangan berakhir
dengan adanya invasi Mongol di Hungaria pada tahun 1241. Gereja Bosnia merupakan
Katolik secara teologis, tetapi skismanya dengan Gereja Katolik Roma berlangsung hingga
melewati akhir Abad Pertengahan.[116] Paus Innosensius III menyatakan bahwa suatu perang
salib baru akan dimulai pada tahun 1217, dan ia menyelenggarakan Konsili Lateran IV pada
tahun 1215. Sebagian besar anggota Laskar Salib ini berasal dari Jerman, Flandria, dan Frisia,
dengan sejumlah besar pasukan dari Hungaria yang dipimpin oleh András II dan pasukan
tambahan yang dipimpin oleh Adipati Luitpold VI dari Austria. András dan Luitpold tiba di
Akko pada bulan Oktober 1217, namun hanya sedikit hasil yang dicapai dan András kembali
ke Hungaria pada bulan Januari 1218. Setelah kedatangan lebih banyak anggota Laskar Salib,
Luitpold dan Raja Yerusalem Jean dari Brienne mengepung Damietta di Mesir;[117] mereka
merebutnya pada bulan November 1219. Upaya-upaya lanjutan oleh Pelagio Galvani,
seorang legatus kepausan, untuk bergerak lebih jauh ke Mesir tidak membuahkan hasil.
[118]
Karena diblokir oleh pasukan Sultan Ayyubiyyah Al-Kamil, Laskar Salib terpaksa
menyerah. Al-Kamil memaksa dikembalikannya Damietta, setuju untuk melakukan gencatan
senjata selama 8 tahun, dan Laskar Salib meninggalkan Mesir.[119]
Friedrich II (kiri) bertemu dengan al-Kamil (kanan) dalam sebuah naskah beriluminasi
dari Nuova Cronica karya Giovanni Villani.
Setelah berulang kali melanggar sumpahnya dalam perang salib, Kaisar Friedrich II
diekskomunikasi.[120] Ia akhirnya berlayar dari Brindisi, mendarat di Akko pada bulan
September 1228 setelah suatu perhentian di Siprus.[121] Friedrich menyepakati suatu perjanjian
damai dengan Al-Kamil yang mana memungkinkan kaum Kristen Latin untuk menguasai
sebagian besar Yerusalem dan sejalur wilayah dari Akko menuju Yerusalem, dengan kaum
Muslim menguasai daerah-daerah suci mereka di Yerusalem. Sebagai imbalannya, Friedrich
berjanji untuk melindungi Al-Kamil terhadap semua musuh sekalipun mereka kaum Kristen.
[122]
Setelah Perang Salib Keenam berlangsung Perang Salib Para Baron, yakni suatu upaya
oleh Raja Thibaut I dari Navarre pada tahun 1239 dan 1240 yang berawal dari panggilan Paus
Gregorius IX pada tahun 1234 untuk kembali berhimpun pada bulan Juli 1239 setelah
gencatan senjata berakhir. Selain Thibaut, Peter dari Dreux, Hugues IV dari Bourgogne dan
bangsawan Prancis lainnya juga berpartisipasi. Mereka tiba di Akko pada bulan September
1239. Setelah suatu kekalahan pada bulan November di Gaza, Thibaut mengatur dua
perjanjian—satu perjanjian dengan kaum Ayyubiyyah dari Damaskus dan perjanjian lainnya
dengan kaum Ayyubiyyah dari Mesir—yang mana mengembalikan wilayah kepada negara-
negara yang tergabung dalam perang salib tetapi menyebabkan ketidakpuasan di kalangan
Laskar Salib. Thibaut kembali ke Eropa pada bulan September 1240; Richard dari Cornwall,
adik Raja Henry III dari Inggris, mengambil salib tersebut dan tiba di Akko beberapa minggu
kemudian. Setelah menegakkan perjanjiannya Thibaut, Richard meninggalkan Tanah Suci
untuk kembali ke Eropa pada bulan Mei 1241.[123]
Selama musim panas tahun 1244 pasukan Khwarezmia yang dikirim oleh putra al-Kamil,
yaitu as-Salih Ayyub, menyerang dan mengambil alih Yerusalem. Kaum Franka bersekutu
dengan Ismail, paman Ayyub, dan al-Mansur Ibrahim, amir dari Ḥimṣ; pasukan gabungan
mereka memasuki pertempuran di La Forbie di Gaza. Pasukan salib dan sekutunya
dikalahkan dalam waktu 48 jam oleh pasukan Khwarezmia.[124] Raja Louis IX dari
Prancis mengorganisir suatu perang salib setelah mengambil salib tersebut pada bulan
Desember 1244, memberitakan dan melakukan perekrutan antara tahun 1245 sampai 1248.
[125]
Pasukan Louis berlayar dari Prancis pada bulan Mei 1249, mendarat di Mesir dekat
Damietta pada tanggal 5 juni 1249. Setelah banjir dari sungai Nil surut, pasukan tersebut
bergerak ke pedalaman pada bulan November dan pada bulan Februari telah berada di
dekat Mansura. Mereka dikalahkan, dan Louis ditangkap saat ia mundur kembali ke
Damietta.[126] Ia ditebus dengan harga 800.000 bezant, dan disepakati suatu gencatan senjata
selama 10 tahun. Louis pergi ke Suriah, menetap di sana sampai tahun 1254 untuk
memperkuat dan memperkokoh kerajaan Yerusalem.[127]
Pada tahun 1256 orang Venesia terusir dari Tirus, menggerakkan terjadinya Perang Santo
Sabas atas wilayah di Akko yang diklaim oleh Genoa dan Venesia.[128] Meskipun orang
Venesia menaklukkan wilayah yang disengketakan itu (dengan menghancurkan benteng
pertahanan Santo Sabas), mereka tidak dapat mengusir orang Genoa. Selama blokade 14
bulan, Genoa bersekutu dengan Philippe dari Montfort, John dari Arsuf, dan Kesatria
Hospitalis; sementara Venesia didukung oleh Comte Yafo dan Kesatria Templar.[129] Pada
tahun 1261 orang Genoa dapat diusir tetapi Paus Urbanus IV, karena khawatir atas dampak
perang tersebut pada pertahanan terhadap orang Mongol, mengorganisir suatu konsili
perdamaian.[130] Konflik tersebut berlanjut pada tahun 1264 ketika orang Genoa mendapat
bantuan dari Mikhael VIII Palaiologos, Kaisar Nicea, dan Venesia tidak berhasil dalam
usahanya menaklukkan Tirus. Kedua belah pihak menggunakan serdadu Muslim
(terutama Turkopol) untuk melawan musuh Kristen mereka, dan orang Genoa menjalin
aliansi dengan Sultan Mesir Baibars.[131] Perang ini secara signifikan mengganggu
kemampuan kerajaan tersebut dalam menghadapi ancaman eksternal. Selain bangunan-
bangunan keagamaan, kebanyakan bangunan berkubu di Akko dihancurkan; pada satu titik,
kota itu dikatakan tampak seperti telah dirusak oleh pasukan Muslim. Menurut Rothelin, yang
melanjutkan Sejarah karya William dari Tirus, 20.000 orang tewas dalam konflik tersebut
(sementara negara-negara bentukan Laskar Salib sangat kekurangan prajurit). Perang ini
berakhir pada tahun 1270, dan pada tahun 1288 Genoa mendapatkan kembali kawasannya di
Akko.[132]
Dalam historiografi Asia Tenggara, diterima secara luas bahwa sejarah Asia Tenggara pada
umumnya dibagi menjadi dua periode yaitu, Asia Tenggara yang ter-India-kan dan periode
Asia Tenggara yang ter-Islam-kan sebelum datangnya era Kolonial. Penyebaran Islam ke
Kepulauan Asia Tenggara di mulai sekitar akhir abad ke-13 dan awal abad ke-14.
Kedatangan Islam menandai awal menelusuri lanskap sosio-politik dan kultural indigenos di
dunia melayu sebelum penetrasi budaya hindu serta asal-usul dan proses akulturasi dari
pengaruh Hindu dan Islam di kawasan Asia Tenggara.
Masa prasejarah kepulauan Asia Tenggara tidak terlalu jelas. Orang-orang dari kepulauan
yang menggunakan rumpun bahasa Autronesia itu mengawali migrasi ke arah selatan dari
daratan Asia menuju kepulauan Asia Tenggara antara 3000 SM hingga 1000 SM. Riset yang
dilakukan oleh para antropolog, arkeolog dan pakar linguistik, menyebutkan bahwa penduduk
kepulauan Malaya ini berpindah tempat dari cina selatan menuju pulau-pulau sekarang
dikenal sebagai Filipina sekitar tahun 2500 SM dan kemudian menyebar ke Malaysia dan
Indonesia. Penduduk awal Asia Tenggara menganut Animisme sebelum masuknya
Hinduisme yang datang dari anak benua india. Agama-agama asli orang austronesia adalah
Shamanisme atau Animisme yang mengakui bahwa manusia, binatang, pohon, tumbuhan,
batuan, arus sungai dan gunung, mengandung kekuatan spritual yang sangat kuat.
Sejarah Islam dikepulauan Asia Tenggara merupakan sebuah topik diskusi yang hidup
dikalangan sejarawan sejak tahun 1860-an. Islamisasi adalah sebuah proses akulturasi dimana
kontak-kontak berbagai kelompok budaya yang berbeda mengarah pada penerimaan pola-
pola budaya baru oleh satu atau kedua kelompok dengan mengambil seluruh atau sebagian
dari budaya kelompok yang lain. Perdebatan tersebut terfokus pada dua isu, yakni asal-usul
dan perkembangan Islam di kepulauan Asia Tenggara.Sejarawan pada umumnya, menerima
fakta bahwa pedagang-pedagang Muslim adalah penyebar pertama budaya Islam ke
kepulauan Asia Tenggara. Jadi, para sejarawan membidik tepat ke arah pedagang Arab
Muslim dan pedagang India muslim yang kemungkinan besar merupakan sumber-sumber
penyebar Islam ke kawasan Asia Tenggara. Karena itu, dua aliran pemikiran utama yang
dikembangkan, yaitu berasal-usul Arab dan berasal-usul India.
Teori yang berasal-usul Arab ini sangat populer dikalangan orang Eropa, khususnya sarjana-
sarjana belanda tahun 1860-an. Drewes menguraikan dasara pemikiran aliran ini : “adalah
jelas bahwa di masa lalu, penyebaran Islam di Indonesia dan semenanjung Melayu
seharusnya dianggap berasal dari orang Arab. Mengingat Islam berasal-usul tanah Arab,
tampaknya masuk akal untuk mencari kaitan antara agama ini dan kehadiran orang-orang
arab di mana pun orang arab dan Islam berada. Di Indonesia dan Semenanjung Melayu,
orang-orang Arab dapat ditemukan dibanyak tempat. Jadi, tampaknya mereka adalah orang-
orang yang membawa Islam ke kawasan Asia Tenggara
Jhon Crawfurd pada tahun 1820 telah menunjukkan bahwa Islam dikepulauan Asia Tenggara
mungkin diperkenalkan oleh orang-orang arab dan para pengikut Nabi Muhammad dari
pesisir timur India. Akan tetapi, para pakar yang memperdebatkan asal-usul Islam di
kepulauan Asia Tenggara tidak hanya gagal dalam mencapai kesepakatan tentang asal-usul
dan perkembangan Islam di kepulauan Asia Tenggara.
Ada beberapa teori tentang masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara, seperti teori
kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab, Cina dan India.
1. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab
Dikemukakan oleh John Crawford[3].Menurutnya Islam datang dari Arab melalui pedagang.
Buktinya catatan China mengatakan orang Arab dan Persia telah mempunyai pusat
perniagaan di Canton sejak tahun 300 M. Pedagang Arab yang ke China singgah di
pelabuhan Asia Tenggara tepatnya di Selat Malaka karena posisinya yang strategis, dalam
jalur perdagangan. Kemudian Pedagang Arab ini tinggal beberapa bulan di Asia Tenggara
dan ada yang menetap serta membina perkampungan Arab.Perkampungan ini juga menjadi
tempat untuk berdagang.Ada juga pedagang Arab yang menikah dengan wanita setempat dan
menyebarkan Islam.Karena sebagian besar pedagang menggunakan jalur laut sebagai sarana
transportasi maka pada masa menunggu angin muson/musim digunakan oleh pedagang Arab
untuk mengembangkan Islam.
Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah turut
serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China.Pada masa
pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah datang empat orang
Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama, bertempat di Canton (Guangzhou), yang kedua
menetap dikota Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim
pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad
SAW dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut
masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi). Karena itu, sampai sekarang kaum Muslim
China membanggakan sejarah perkembangan Islam di negeri mereka, yang dibawa langsung
oleh sahabat dekat Nabi Muhammad SAW sendiri, sejak abad ke-7 dan sesudahnya.[4]
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :
· Telah ada perkampungan Arab di Sumatera (Barus) pada 625 M (menurut literatur
kuno Tingkok.[5]
· Persamaan penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara dan Arab.
· Karya-karya yang menceritakan pengIslaman raja tempatan oleh syeikh dari Tanah
Arab contohnya hikayat Raja-raja samudra Pasai mengatakan Raja Malik diIslamkan oleh
ahli sufi dari Arab yaitu Syeikh Ismail.
1. ISLAM DI CINA
Agama Islam masuk ke Cina pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, Mubaligh
pertama yang diutus ke negeri itu ialah Sa’ad bin Abi Waqash. Setelah itu banyak saudagar
arab yang masuk Cina sambil berdakwah. Masyarakat Cina umumnya menerima kedatangan
agama Islam, dan banyak diantara mereka yang tertarik menjadi muslim. Keagungan ajaran
Islam yang dipraktekan dan diajarkan oleh para mubaligh, membuat masyarakat Cina kagum
dan menyebutnya dengan Hui-hui Chew atau Tsing Ching Chew yang artinya agama yang
suci.
Tempat yang pertama kali menerima dakwah Islam ialah Kanton, salah satu kota
besar di Cina. Sa’ad bin Abi Waqash pertama kali berdakwah di kota itu, dan ia cukup lama
tinggal di kota tersebut sampai meninggal dunia. Kuburanya masih terawat baik sampai
sekarang, karena masyarakat muslim Cina sangat menghormatinya.
Selain melalui jalur dakwah, agama Islam dapat berkembang melalui jalur
perkawinan. Banyak para mubaligh muslim yang kemudian menikahi gadis setempat dan
beranak pinak. Sehingga anak keturunan mereka itulah yang kemudian meneruskan dakwah
Islam di negeri tirai bambu itu.1
Cina memiliki sejarah meliputi jangka waktu meliputi lebih dari 4000 tahun, sehingga
termasuk Negara berkeadaban tertua, disamping India, Mesir, dan Mesopotamia. Dalam
jangka waktu 4000 tahun lebih cina mempunyai 24 dinasti dan 2 republik, yaitu Republik
Nasionalis Cina dan Republik Rakyat Cina.2
T’ai Tsung naik takhta pada tahun 626, empat tahun setelah Nabi Muhammad SAW
dan sahabat-sahabatnya meninggalkan Mekah menuju Madinah. Kira-kira pada waktu yang
sama,suku-suku nomad Turki di Asia Tengah berkumpul diluar tembok besar Cina untuk
serbuan missal. Namun, T’ai Tsung dapat mengusir mereka,. Maka mulai muncullah migrasi
menuju ke barat. Mereka adalah suku yang anak cucunya merupakan masyarakat muslim Hui
yang berbahasa Cina dari daerah selatan dan tengah.3
Pada waktu T’ai Tsung mempertahankan dan mempersatukan Cina, Nabi Muhammad
SAW, baru meletakkan dasar-dasar Negara islam. Pada tahun 705 M. Dinasti Umayah
dijatuhkan oleh Dinasti Bani Abbas. Satu tahun kemudian, tentara muslim berhadapan
dengan tentara Cina untuk pertama kalinya di Talas. Dengan bantuan orang-orang Turki,
umat Islam dapat mengalahkan tentara cina. Semenjak itulah penduduknya sebagian besat
memeluk agama Islam.4
Hasil dari pertempuran talas lainnya adalah tertangkapnya beberapa orang Cina yang
ahli dalam membuat kertas. Karya mereka selanjutnya diperkenalkan ke Dunia Islam.
Dengan inilah mendorong berkembangnya kebudayaan Bagdad sejajar dengan kebudayaan
Ch’ang-an(Cina).
Selama abad ke-19, terdapat pemberontakan-pembrontakan besar di negeri Cina, dan
pemberontakan-pemberontakan di Yunnan (1855-1873) oleh penduduk muslim yag akhirnya
ditumpas dengan kekejaman yang luar biasa. Setelah revolusi kebudayaan(1966), umat Islam
yang merupakan minoritas sama sekali tidak menampakkan diri. Pada awal revolusi mesjid-
mesjid dirusak, dihancurkan atau ditutup.5
2 ISLAM DI JEPANG
Sebelum perang dunia ke-2, jepang termasuk Negara ekslusif yang menutup diri,
sehingga agama Islam baru masuk ke Negara itu setelah pecahnya perang dunia ke-2
tersebut. Pada waktu itu Jepang berperang melawan Rusia. Banyak penduduk Rusia yang
mengungsi ke Jepang salah satunya seorang ilmuwan yang bernama Abdul Rasyid Ibrahim,
ia merupakan teman karibnya Jenderal Akashi, panglima masyarakat negeri itu dan berhasil
mengislamkan Konaru dan Yama Oka. Mereka berdua sempat melaksanakan ibadah haji.6
Sejarah perkembangan Islam di Jepang menunjukkan bahwa terdapat gelombang
orang-orang yang memeluk Islam. Faktanya, kampanye-kampanye religius yang sudah
banyak dilakukan tidak terlalu banyak menuai sukses dalam menyebarkan “agama baru” ini.
Data statistic mengindikasikan bahwa 80 % dari total populasi percaya pada Buddhism atau
Shintoism dimana 0,7 % adalah penganut Nasrani. Hasil terakhir yang diperoleh berdasarkan
polling yang dilakukan oleh majalah bulanan Jepang menyatakan bahwa terdapat sebuah
gelombang protes yang penting seputar keberadaan agama. Hanya satu dari empat orang
Jepang percaya akan dogma-dogma agama. Kurangnya kepercayaan terhadap dogma-dogma
agama umumnya terjadi pada kaum muda Jepang umur 20 tahun dengan angka mencapai 85
%. Para pelaku dakwah yang direpresentasikan oleh komunitas Muslim di Jepang dengan
estimasi jumlah mereka sebanyak 100 ribu orang sendiri dirasa amat kecil jika dibandingkan
dengan total populasi penduduk Jepang yang mencapai lebih dari 20 juta orang. Para pelajar
dan mahasiswa bersama dengan para pekerja yang berada dalam situasi genting melakukan
perluasan segmen komunitas mereka. Mereka terkonsentrasi di kota-kota besar seperti
Hiroshima, Kyoto, Nagoya, Osaka dan Tokyo namun jarang yang terorganisir secara rapi
dalam unit-unit yang mapan untuk melakukan program-program dakwah yang efektif.
Faktanya, asosiasi para pelajar Muslim serta masyarakat local mengorganisir camp-camp
secara periodic serta melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pemahaman bagaimana
mengajarkan Islam secara benar dan tepat serta untuk memperkuat hubungan persaudaraan
diantara sesama Muslim.
Tidak ada kelanjutan dari upaya-upaya untuk bertahan dengan situasi yang menuntut
penyesuaian-penyesuaian bagaimana di satu sisi harus menjalani gaya hidup yang modern
dan di sisi lain harus menyeru orang pada perbaikan jiwa agar tercipta keseimbangan hidup.
Kesulitan-kesulitan yang kemudian dihadapi oleh orang-orang Muslim adalah dalam hal
pengadaan fasilitas komunikasi, perumahan, pendidikan anak, atau makanan halal serta buku-
buku Islam yang pada saat itu, tahun 1980-an masih sangat sulit. Dan hal ini merupakan
faktor-faktor tambahan yang menjadi penghalang bagi jalannya dakwah di Jepang.
Kewajiban untuk berdakwah seringkali dirasakan sebagai kewajiban seorang Muslim untuk
mengajarkan Islam kepada non-Muslim. Dan banyak Muslim yang merasa bahwa kegiatan
mereformasi (islaah) serta memperbaharui (tajdid) itu amat diperlukan, sehingga otomatis hal
tersebut juga mempengaruhi bentuk-bentuk dakwah yang dilakukan oleh komunitas-
komunitas Muslim yang eksis di Jepang.
Sebuah kondisi yang menuju perbaikan serta kemajuan dalam hal pengetahuan Islam
serta kehidupan (living condition) demi keberhasilan dakwah amat diperlukan di Jepang. Satu
hal yang harus dipahami adalah bahwa jika tindakan pengabaian serta ketidakpedulian oleh
warga negara Jepang yang Muslim terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan
persoalan jamaah dirubah, maka resiko yang harus ditanggung komunitas akan bisa diatasi
dan dicairkan melalui distorsi keyakinan Islam yang amat hebat, yang terus tumbuh.
Kemungkinan tersebut pada kenyataannya bersentuhan dengan keterbukaan permanent
orang-orang muslim terhadap pengaruh adat-istiadat Jepang dan ritual-ritual tradisional
seperti menundukkan kepala amat dalam serta berpartisipasi secara kolektif dalam acara-
acara yang bersifat religiuis dan berkunjung ke kuil. Mungkin permasalahan yang muncul
adalah ketika keterlibatan pada anak Muslim dalam perayaan-perayaan semacam itu akan
menjadikan mereka target empuk transmisi dan penanaman budaya non-Islam dan kebiasaan
soaial. Komunitas Islam di Jepang amat membutuhkan kehadiran lembaga-lembaga Islam di
seluruh Jepang.
Terdapat upaya-upaya permanent untuk membangun atau merubah unit-unit
pemukiman menjadi masjid-masjid di banyak kota dan dengan pertolongan dari Allah Yang
Maha Kuasa, juga ingin membangun perusahaan-perusahaan yang diharapkan akan
menghasilkan buah-buahan. Terdapatnya miskonsepsi dalam pengajaran Islam diperkenalkan
oleh media Barat harus diluruskan dengan sebuah pendekatan yang lebih efisien yang diambil
dengan penuh pertimbangan terhadap adanya keistimewaan masyarakat jepang yang
merupakan salah satu masyarakat yang paling terpelajar di dunia. Karena adanya distribusi
yang tidak merata, maka terjemahan Al-Quran dalam bahasa Jepang tidak tersedia di ruang
publik. Literatur Islam benar-benar sulit ditemui di toko buku atau perpustakaan umum
kecuali beberapa essay yang ditulis dalam bahasa Inggris serta buku-buku yang dijual dengan
harga yang relative mahal. Akibatnya, tidak heran jika kita hanya menemukan bahwa
pengetahuan orang-orang Jepang mengenai Islam hanya terbatas seputar poligami, Sunni dan
Syiah, Ramadhan, Mekah,. Allah adalah Tuhan-nya orang Islam, dan Islam adalah agamanya
Muhammad. Akankah Islam bergaung lebih keras di Jepang? Dengan terdapatnya bukti-bukti
yang signifikan mengenai terdapatnya tanggung jawab untuk berdakwah serta penilaian yang
rasional terhadap adanya keterbatasan dan kapabilitasnya, komunitas Muslim menunjukkan
komitmen yang lebih kuat untuk melaksanakan kewajiban dakwahnya dengan cara-cara yang
lebih terorganisir. Di masa yang akan datang diharapkan masa depan Islam dan para
pemeluknya akan lebih baik daripada sebelumnya, tentunya dengan mengharapkan
pertolongan Allah.7
Perkembangan berikutnya, islam semakin mendapat tempat dimasyarakat jepang.
Banyak prajurit Jepang yang pulang dari dunia ke-2 dengan oleh-oleh masuk Islam. Maka
agama Islam pun semakin berkembang dengan pesat, apalagi setelah Haji Umar Meta
mendirikan oganisasi umat Islam pada tahun 1980 M, dan Dr. Syauki Futaki mendirikan
Rumah Sakit Islam terbesar di Jepang. Sampai hari ini, agama Islam di Jepang berkembang
dan semoga tetap jaya.8
3. ISLAM DI KOREA
Agama islam masuk ke Korea pada tahun 1955M. yang dibawa oleh Abdurrahman dan
Zubair Khoci. Keduanya adalah imam rohani tentara Turki yang dikirim ke Korea dalam misi
perdamaian antara Korea Utara dan Korea Selatan. Orang Korea yang pertama kali masuk
Islam adalah Umar Kim Jin Kyu, Haji Mohamad Yon, Haji Sabir Suh. Pada tahun 1959
mereka melaksanakan ibadah haji ke Mekah. Setelah bertemu jutaan umat Islam , dari
berbagai Negara mereka segera melakukan dakwah di negaranya.
Berkat perjuangan mereka, agama Islam dapat berkembang dengan pesat di Korea.
Pada tahun 1963 di Seoul, Ibu kota Korea Selatan didirikan sebuah masjid megah, dan
lengkap dengan fasilitas dakwahnya, baik untuk pendidikan al-Qur’an, pertemuan akbar dan
sebagainya. Masjid itu dipimpin oleh Haji Sabir Suh.
Tahun 1980 juga didirikan sebuah Universitas Islam di Kota Yang In. Universitas itu
memiliki 15 fakultas, yang lima diantaranya adalah fakultas Syari’ah, Bahasa Arab, Ilmu
Perbandingan Agama, Sejarah Islam, dan Penddidikan Agama Islam. Umat Islam di Korea
pada saat ini sekitar 21 ribu orang.9
MATERI XII
Sejarah Islam di Amerika Serikat
Sejarah Islam di Amerika Serikat bermula sekitar abad ke 16, di mana Estevánico dari
Azamor adalah Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara.[2] Walau begitu,
kebanyakan para peneliti di dalam mempelajari kedatangan Muslim di AS lebih
memfokuskan pada kedatangan para imigran yang datang dari Timur Tengah pada akhir abad
ke 19. Migrasi Muslim ke AS ini berlangsung dalam periode yang berbeda, yang sering
disebut "gelombang", sekalipun para ahli tidak selalu sepakat dengan apa yang menyebabkan
gelombang ini.[3]
Populasi Muslim di AS telah meningkat dalam seratus tahun terakhir, di mana sebagain besar
pertumbuhan ini didorong oleh adanya imigran. Pada 2005, banyak orang dari negara-negara
Islam menjadi penduduk AS - hampir 96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade
sebelumnya.
Masjid Masyarakat Wisconsin Utara di Altoona, Wisconsin.
Estevánico dari Azamor mungkin telah menjadi Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah
Amerika Utara. Estevanico adalah orang Berber dari Afrika Utara yang menjelajahi Arizona
dan New Mexico untuk Kerajaan Spanyol. Estevanico datang ke Amerika sebagai seorang
budak penjelajah Spanyol pada abad ke 16, Álvar Núñez Cabeza de Vaca.[6]
Selama tahun 1520-an telah didatangkan budak ke Amerika Utara dari Afrika. Diperkirakan
sekitar 500 ribu jiwa dikirim ke daerah ini atau 4,4% dari total 11.328.000 jiwa budak yang
ada.[7] Diperkirakan sekitar 50% budak atau tidak kurang dari 200 ribu jiwa budak yang
didatangkan berasal dari daerah-daerah yang dipengaruhi oleh Islam.[8]
Menurut sumber lain, kedatangan paling awal imigran Muslim adalah antara
tahun 1875 dan 1912 dari kawasan pedesaan, yang sekarang
menjadi Suriah, Yordania, Palestina, dan Israel. Daerah ini dulunya dikenal sebagai Suriah
Raya yang diperintah oleh Kekaisaran Ottoman. Setelah Kekaisaran Ottoman runtuh
pada Perang Dunia I (PD I), terjadi gelombang kedua imigrasi kaum Muslim dari Timur
Tengah, di mana dalam periode ini pula dimulainya kolonialisme Barat di Timur Tengah.
Pada tahun 1924, aturan keimigrasian AS disahkan, yang segera membatasi gelombang kedua
imigrasi ini dengan memberlakukan "sistem kuota negara asal". Periode imigrasi ketiga
terjadi pada 1947 sampai 1960, di mana terjadi peningkatan jumlah Muslim yang datang ke
AS, yang kini berasa dari negara-negara di luar Timur Tengah. Gelombang keempat
kemudian terjadi pada tahun 1965 disaat Presiden Lyndon Johnson menyokong rancangan
undang-undang keimigrasian yang menghapuskan sistem kuota negara asal yang sudah
bertaha lama.[9]
Masjid adalah tempat ibadah utama bagi seorang Muslim. Di AS, ada sekitar 1.209 Masjid[10]
[11]
, di mana yang terbesar adalah Islamic Center of America yang terletak di Dearborn,
Michigan. Dibangun pada 2005, Masjid ini dapat menampung lebih dari 3.000 jamaah yang
terus tumbuh di wilayah itu.[12] Hanya kurang dari 100 unit yang benar-benar dari awal
dirancang sebagai Masjid, kebanyakan jamaah Islam di AS pada awalnya beribadah di
bangunan-bangunan yang semula didirikan untuk tujuan lain, seperti bekas stasiun pemadam
kebakaran, teater, gudang, dan toko.[13]
Jumlah Masjid terbanyak di AS adalah di negara bagian California, yakni sekitar 227 unit
pada tahun 2001.
Sulit menentukan jumlah pasti Muslim di AS. Konstitusi AS memisahkan antara gereja
dengan negara yang tercermin dalam undang-undang Amerika, sehingga formulir Biro
Sensus AS tidak memuat pertanyaan tentang agama pada orang yang dicatat di dalamnya.
Dinas imigrasi juga tidak mengumpulkan informasi tentang agama para imigran. Banyak
masjid di AS tidak memiliki kebijakan keanggotaan resmi, dan mereka jarang mencatat
secara akurat jumlah jamaah yang datang. Hasil akhirnya adalah tidak adanya data yang
akurat mengenai jumlah Muslim di AS.[15] Menurut sumber yang sama, imigran Asia Tengah-
bagian Selatan menempati urutan teratas (33%) dalam jumlah besar komunitas Muslim AS,
yang kedua adalah keturunan Afro Amerika (30%), Arab (25%), Afrika (3%), lain-lain 5%,
serta Eropa dan Asia Tenggara (masing-masing 2%). Sedangkan menurut Central Intelligence
Agency (CIA) Amerika dalam situsnya, jumlah Muslim di AS adalah 1% dari 301.139.947
(perkiraan Juli 2007) penduduk AS, jumlah ini sama dengan jumlah umat Yahudi di AS.
Menurut Lembaga Survey Pew pada tahun 2007, dua pertiga Muslim di AS adalah keturunan
asing. Di antara mereka telah bermigrasi ke AS sejak tahun 1990. Sedangkan sepertiga dari
Muslim AS adalah penduduk asli yang beralih ke Islam, dan keturunan Afro Amerika. Pada
tahun 2005, menurut New York Times, lebih banyak lagi orang dari negara-negara Muslim
yang menjadi penduduk AS - hampir 96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade
sebelumnya.
Sedangkan menurut Council on American-Islamic Relations (CAIR)[17], jemaah masjid Sunni
yang diperuntukkan bagi umum di AS berasal dari latar belakang bangsa yang berbeda: Asia
Selatan (33%), Afro Amerika (30%), Arab (25%), Eropa (2,1%), Amerika kulit putih
(1,6%), Asia Tenggara (1,3%), Karibia (1,2%), Turki Amerika (1,1%), Iran Amerika (0,7%),
dan Hispanik/Latin (0,6%).
Komunitas Muslim pertama berada di Midwest. Di Dakota Utara, kaum Muslim berkumpul
untuk salat berjamaah pada tahun-tahun pertama era 1900-an; di Indiana, sebuah pusat
kegiatan Islam dimulai sejak 1914; dan Cedar Rapids, Iowa, adalah rumah bagi Masjid tertua
yang masih digunakan hingga sekarang. Daerborn, Michigan, dipinggiran Detroit, adalah
tempat Muslim Sunni dan Syiah dari banyak negara Timur Tengah. Bersama umat Kristen
dari Timur Tengah, kaum Muslim Michigan membentuk komunitas Arab-Amerika terbesar
di negara ini. Galangan kapal di Quincy, Massachusetts, di luar Boston, menyediakan
lapangan kerja bagi imigran Muslim sejak tahun 1800-an. Di New England juga telah dibuat
sebuah Islamic Center, yang kini menjadi kompleks Masjid besar untuk beribadah bagi para
pelaku bisnis, guru, profesional, serta pedagang dan buruh. Di New York, Islam telah hadir
dan muncul selama lebih dari satu abad.
Rumah pertama yang lain bagi imigran Muslim adalah Chicago, Illinois, di mana beberapa
orang menyatakan jumlah Muslim yang tinggal disini pada awal 1900-an adalah yang
terbanyak di antara kota-kota lain di AS. Lebih dari 40 kelompok Muslim telah berdiri di
kawasan Chicago. Di Los Angeles dan San Fransisco, California, juga telah menjadi pusat
komunitas Muslim yang besar di AS. Islamic Center di California Selatan adalah salah satu
entitas Muslim terbesar di AS. Jumlah Masjid di California juga adalah yang terbanyak di
AS, yakni sekitar 227 Masjid pada tahun 2001
Penjara bisa jadi adalah penyokong terhadap pertumbuhan Islam di AS. Perkiraan resmi
menyatakan bahwa persentase dari narapidana Muslim adalah sekitar 15-29% dapi populasi
penjara. Diperkirakan, sekitar 80% dari narapidana berpindah agama ke Islam. Populasi
narapidana Muslim telah mencapai 350 ribu jiwa (pada 2003) dengan pertambahan sekitar 30
ribu hingga 40 ribu setiap tahunnya. Kebanyakan narapidana yang berpindah ke Islam adalah
keturunan Afrika.
Menurut Dr. Mikhail Waller, golongan Islamis radikal, yang dicurigai oleh pemerintah AS,
menjadi perekrut di dalam penjara untuk menjadikan pengikutnya sebagai kader demi
mendukung mereka dalam usaha-usaha anti Amerika.
Pada awalnya, imigran Muslim yang datang ke AS bekerja sebagai budak, tetapi kini tidak
sedikit yang bekerja sebagai seorang profesional. Pekerjaan lain yang dilakoni oleh Muslim
di AS adalah guru, tentara, penjaga toko, sopir taksi, dokter, wiraswasta, buruh, dan
pekerjaan lainnya.
Karena dalam Islam perbuatan riba diharamkan oleh agama, sebagian Muslim merasa
kesulitan ketika harus mendanai dan mengembangkan usahanya. Sebagian besar lembaga
keuangan dan perbankan di AS masih bersifat konvensional, di mana mereka menerapkan
sistem berbunga. Namun sejak beberapa tahun lalu, sebagian lembaga keuangan dan
korporasi mulai mencari cara untuk membantu Muslim AS. Beberapa program pendanaan
lokal ala Islam baru-baru ini telah dimulai atau sedang dalam tahap perencanaan[21]:
32% percaya bahwa Muslim Amerika sedikit setia kepada AS (40% percaya bahwa
mereka setia kepada AS sebagaimana percaya kepada Islam).
63% percaya bahwa Muslim Pandangan Muslim Amerika dan publik Amerika
Amerika tidak membenarkan
tindak kekerasan. Muslim Publik
Pernyataan
AS AS
28% percaya bahwa al-Qur'an
membenarkan kekerasan (40% Setuju bahwa dapat
71% 64%
percaya tidak membenarkan). maju dengan bekerja keras
41% percaya bahwa kultur Tingkat masyarakat mereka
Islam membenarkan bunuh diri. 72% 82%
"sempurna" atau "bagus"
46% percaya bahwa sudah Kondisi keuangan
terlalu banyak imigran Muslim. 42% 49%
sempurna atau bagus
Pandangan Muslim Amerika
Yang dicukupi
mengenai Amerika Serikat 38% 32%
oleh negara
Sebuah survey yang dilakukan pada
Setuju bila Muslim yang datang
2007 yang berjudul Muslim
ke AS harus mengadopsi 43% n/a
Americans: Middle Class and Mostly
kebiasaan di AS
Mainstream, yang dilakukan
oleh Pew Research
Center menemukan bahwa Muslim
Amerika:
"sebagian besar mampu menyesuaikan diri, bahagia dengan kehidupannya, dan lebih bersikap
moderat terhadap berbagai isu berkaitan dengan umat Muslim dan masyarakat Barat di
seluruh dunia".
47% responden berkata bahwa mereka menempatkan diri mereka sebagai Muslim yang
pertama dan orang Amerika kedua. Bagaimanapun, ini lebih rendah dibandingkan dengan
81% Muslim di Inggris, dan 69% Muslim di Jerman ketika ditanya dengan pertanyaan yang
sama. Suatu perbedaan yang serupa ada dibidang ekonomi (pendapatan), di mana Muslim
Amerika yang berada di garis kemiskinan hanya sekitar 2%, sedangkan
di Prancis dan Spanyol masing-masing 18% dan 29%.
Dalam poling yang sama juga dilaporkan bahwa hanya 40% Muslim AS yang percaya bahwa
yang melakukan serangan 11 September adalah orang-orang Arab. Sedangkan 28%
mengatakan bahwa mereka tidak percaya dan 32% mengaku tidak mempunyai pandangan.
Seperempat di antara 28% yang meragukan bahwa orang Arab dibalik komplotan penyerang
menganggap bahwa pemerintah AS atau Presiden Bush lah yang paling bertanggungjawab.
Hanya 26% Muslim AS yang percaya bahwa peperangan yang dilakukan terhadap terorisme
adalah murni untuk membasmi terorisme internasional. Sedangkan 5% yang disurvey
menganggap "sangat baik" atau "sedikit baik" terhadap al-Qaida. Selain itu, hanya 35%
Muslim AS menyatakan bahwa keputusan serangan ke Afganistan dapat dibenarkan, dan
hanya 12% yang mendukung serangan ke Irak.
Serangan 11 Sepetember 2001 ke gedung WTC dan Pentagon adalah bencana bagi Amerika
dan umat Muslim sedunia. Pasca serangan, berbagai tudingan dilontarkan kepada Islam dan
ummatnya. Banyak serangan-serangan yang terjadi tehadap Muslim Amerika setelah kejadian
itu, walaupun ini terbatas pada kelompok minoritas kecil.
Menurut survey yang dilakukan pada 2007, 53% Muslim Amerika menganggap bahwa
menjadi lebih sulit menjadi seorang Muslim (di AS) setelah serangan itu.[34] Wanita Muslim
yang menggunakan hijab/jilbab diganggu, menyebabkan beberapa wanita Muslim lebih
memilih untuk tinggal dirumah, sedangkan yang lainnya untuk sementara meninggalkan
praktik (pekerjaan).
Beberapa Muslim telah dikritik karena menjadikan kepercayaan mereka sebagai alasan untuk
menolak sistem yang ada di Amerika. Sopir-sopir taksi Muslim di Minneapolis, Minnesota
misalnya, dikritik karena menolak penumpang yang membawa minuman keras atau anjing,
temasuk penumpang cacat yang dipandu oleh anjing. Otoritas bandara internasional Saint
Paulus Minneapolis sudah mengancam akan menarik kembali izin operasi taksi bagi mereka
yang membeda-bedakan penumpang seperti ini.
Institusi AS telah pula dikritik karena mengakomodasi Muslim atas pembayaran pajak.
Universitas Michigan-Dearborn dan suatu perguruan tinggi negeri di Minnesota telah dikritik
karena mengakomodasi upacara keagamaan Islam dengan membangun tempat wudhu bagi
mahasiswa Muslim dengan menggunakan uang pajak. Para kritikus menganggap bahwa
perlakukan ini adalah pelanggaran terhadap konstitusi AS yang menyatakan pemisahan antara
gereja dengan negara (agama dengan negara)
Anggota kongres Muslim pertama, Keith Ellison, membuat kontroversi ketika Ia
membandingkan Presiden Bush atas kebijakannya setelah serangan 11 September
dengan Adolf Hitler. Keith berkata bahwa Bush telah memanfaatkan serangan 11 September
untuk kepentingan politik, seperti ketika Hitler memanfaatkan Reichstag untuk
memenjarakan kebebasan konstitusional.
Isu Islam juga menjadi isu-isu yang hangat dalam pemilu AS saat ini. Sebuah foto salah satu
kandidat dari partai Demokrat, Barack Obama, yang menggambarkan Ia sedang mengenakan
pakaian Muslim, menjadi begitu kontroversi. Hal ini memperlihatan bahwa embel-embel
Islam masih belum dapat diterima oleh warga Amerika kebanyakan. Tahun lalu, para
sukarelawan melakukan kampanye setelah muncul berita e-mail yang menyebutkan bahwa
Obama seorang Muslim. Karena itulah, dalam berbagai kesempatan, Obama berkali-kali
membantah bahwa dirinya seorang Muslim.
MATERI XIII
Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
Datangnya islam di Indonesia tidak seluruhnya bersamaan. Demikian juga dengan kerajaan
dan daerah yang mempunyai situasi politik dan social budaya yang berlainan.
Adanya proses masuknya islam ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat. Diantaranya
para tokoh ada yang langsung mengetahui masuk dan tersebarnya budaya dan ajaran agama
islam di Indonesia, ada pula yang melalui berbagai penelitian. Diantara tokoh-tokoh itu
adalah Marcopolo, Muhammad Ghor, Ibnu Bathuthah, Dego Lopez de Sequeira, Sir Richard
Wainsted.
Masuknya Islam di Indonesia Abad ke 7 masehi
Sejarah masuknya islam ke Indonesia dimulai pada abad ke 7 masehi, berdasarkan
para pedagang arab yang berdatangan. Dikaitkan dengan argument bahwa sejarah masuknya
islam di Indonesia terjadi saat kerajaan Sriwijaya tepat pada abad ke 7 masehi.
Wilayah yang dijamah oleh pedagang arab untuk menyebarkan islam di Indonesia
adalah pulau Sumatra bagian Samudra Pasai, yang dimulai dari selat malaka lalu pulau jawa.
Masuknya Islam di Indonesia Abad ke 11 masehi
Ahli sejarah lainnya mengatakan bahwa sejarah masuknya islam di Indonesia dimulai
sejak abad 11 masehi. Didasarkan pada bukti adanya sebuah batu nisan Fatimah binti maimun
di Gresik Jawa Timur. Batu ini berangka 1802 masehi.
Masuknya Islam di Indonesia Abad 13 masehi
Ada juga yang mengungkapkan sejarah msuknya di Indonesia baru mulai pada abad ke 13
masehi. Bukti yang kuat menyatakan bahwa runtuhnya Dinasti Abbasiah di Bagdhad (1258),
berita dari Marcopolo tahun 1292, batu nisan kubur Sultan Malik As-Saleh tahun 1297, dan
berita Ibnu Batuta tahun 1345. Pendapat ini diperkuat dengan adanya ajaran tasawuf di
Indonesia.
Sejarah Penyebaran Islam di Indonesia
Sejarah masuknya islam di Indonesia, dilandasi oleh peran para pedagang arab yang
melakukan penyebaran agama islam di Indonesia. Awal masuknya agama islam di Indonesia
pada abad ke 7 masehi, namun dimasa ini belum banyak yang menganut dikarenakan masih
terpengaruh oleh kekuasaan Hindu-Budha di Indonesia.
Penyebaran agama islam terhitung lama karena dimulai pada abad ke 7 hingga ke 13
masehi. Selama masa tersebut, para pedagang makin intensif dalam menyebarkan islam.
Penyebaran agama islam juga tidak lepas dari peran para pedagang Indonesia yang sudah
memeluk agama islam serta para mubaligh.
Pengaruh islam makin kuat pada masyarakat yang tinggal di daerah pantai. Pada akhir
abad ke 12 masehi. Kekuasaan eonomi dan politik kerajaan Sriwijaya mulai turun. Seiring
merosotnya sriwijaya, pedagang islam makin giat dalam melakukan peran politiknya.
Kemudian sekitar tahun 1285, mulai berdiri kerajaan yang bercorak islam yaitu Samudra
Psai. Berdiri pula kerajaan baru yaituu kesultanan malaka.
Perkembangan agama islam juga tidak lepas dari runtuhnya kerajaan majapahit pada
awal abad ke 15. Banak daerah yang akhirnya melepaskan diri dari majapahit. Kemudian
pada tahun 1500 demak berdiri sebagai kerajaan islam pertama di pulau jawa.
Diluar jawa, perkembangan agama islam juga terlihat dari munculnya kesultanan
ternate, kesultanan banjar hingga kesultanan gowa. Melalui kerajaan-kerajaa islam inilah,
agama islam makin berkembang pesat dan tersebar hingga seluruh wilayah indoesia. Agama
islam juga tidak hanya dianut oleh para penduduk wilayah panti, namun menyebar sampai
daerah-daerah di pedalaman.
Teori Masuknya Islam
Masukya agama islam pertama ke indoesia identic dengan masuknya orang islam ke
Indonesia, yang semakin medekati nilai kebenaran sebuah sejarah. Hal ini di buktikan dengan
adanya literature dan bukti tertulis di kitab arab tetag peta-peta pekayaran pedagang arab
pada masa lalu, juga memperjelas kebenaran sejarah masuknya islam pertama ke Indonesia.
Ada beberapa teori tentang islamisasi awal di Indonesia, yaitu :
Teori India
Teori ini dikemukakan oleh Pijnappel, Snouck Hurgrounje, Mouquette, dan Fatimi.
Pada teori ini dijelaskan bahwa islam pertama kali datang di Indonesia berasal dari benua
India sekitar abad ke 13.
Pijnappel berpendapat bahwa islamisasi di Indonesia dilakukan oleh orang Arab,
tetapi bukan datang langsung dari Arab, melaikan dari India, terutama dari Gujarat dan
Malabar.
Snouck Hurgronje menyatakan bahwa islam nusantara bukan berasal dari Arab,
karena sedikitnya fakta yang menyebutkan peranan mengenai bangsa Arab dalam penyebaran
agama islam di Indonesia. Ia berpendapat bahwa islam berasal dari India, karena sudah lama
terjalin hubungan dagang antara Sumatra dan Gujarat. Snouck menyebutkan adanya tiga batu
nisan dari abad ke 15 masehi. Ketiga batu nisan tersebut memiliki kesamaan dengan batu
nisan Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang meninggal pada 1419 masehi.
Moquette berpendabat ada persamaan gaya batu nisan yang ada di pasai, Sumatra
Utara dengan di Cambay, Gujarat. Jadi ada hubungan antara Indonesia denga Gujarat pada
periode tertentu.
Teori Arab
Teori ini dikemukakan oleh Sir Thomas Arnold, Crawfurd, Niemann, dan De
Holader. Arnold berpendapat bahwa islam juga berasal dari Arab, dengan bukti adaya
kesamaan madzhab antara di Coromandel dan Malabar dengan madzhab mayoritas
masyarakat islam yaitu madzhab syafi'i. yang dibawa oleh pedagang yang menyebarkan islam
di Indonesia antara india dengan Indonesia. Arnold juga berpendapat bahwa pedagang Arab
membawa islam ke Indonesia sejak abad ke 7 masehi dan ke 8 masehi. Dan mereka
melakukan perkawinan dengan penduduk setempat, sehingga muncullah komunitas muslim.
Crawfurd menyatkan bahwa islam dikenalkan langsung dari Arab.dan juga
menegaskan bahwa hubugan melayu dan Indonesia dengan kaum muslim di pesisir timur
india merupakan faktor penting. Niemann dan hollader menyatakan islam datang dari
Handramaut karena adanya kesamaan madzhab.
Sejumlah para ahli setuju dengan pendapat ini, mereka memberi alasan bahwa
madzhb syafi'I di Makkah mendapat pengeruh yang luas di Indonesia. Mereka juga
berpendapat pada tahun ke 674 masehi telah terdapat perkampungan Arab islam di pantai
Barat Sumatra.
Menurut Azyumardi Azra ada empat hal yang disampaikan histografi tradisional
berkaitan dengan islamisasi Indonesia. Pertama, islamiasi berasal dari Arab. Kedua, islam
dibawa oleh juru dakwah professional. Keiga, yang pertama kali masuk islam yaitu berasal
dari kalangan penguasa. Keempat, sebagian besar juru dakwah datang ke Indonesia pada abad
ke 12 dan abad 13 masehi. Tetapi baru abad ke 12 masehi dampai abad 16 masehi pengaruh
islam di Indonesia tampak jelas dan kuat.
Teori Persia
Teori ini dikemukakan oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat. Dalam teori ini dinyyatakan
bahwa islam masuk ke idonesia pda abad ke 13 masehi di Sumatra yang berpusat di samudra
pasai. Bukti yang dikemukakan antara lain : adanya peringatan 10 muharram atau asyura
yang merupakan tradisi berkembang dlam masyarakat syiah untuk memperingati hari
kematian Husain di Karbelaka, adanya persamaan ajaran hallaj yaitu tokoh sufi iran dengan
ajaran Syeikh Siti Jenar, persamaan system mengeja huruf Arab bagi pengajian Al-Qur'an
tingkat awal, adanya persamaan batu nisan yang ada di makam Malik Shalih dan pada
makam Malik Ibrahim,
Teori Cina
Teori ini menyatakan bahwa islam datang di Indonesia bukan dari timur tengah, Arab
maupun Gujarat atau india tetapi dari Cina. Pada abad ke 9 masehi adanya pengungsi cina ke
jawa, kemudian pada abad ke 8 masehi sampek abad ke 11 masehi sudah ada pemukiman
Arab muslim di Cina dan di Campa.
Cina memiliki peranan yang besar dalam perkembangan islam di Indonesia.
Arsitektur Demak dan juga berdasarkan beberapa catatan sejarah beberapa sultan dan sunan
yang berperan dalam penyebaran agama islam di Indonesia adalah keturunan Cina, misalya
Raden Patah yang memiliki nama Cina Jin Bung.
Nurcholis Majdid mengemukakan bukti bahwa islam tidak berasal dari Arab dengan
adanya kata-kata dari bahasa arab yang tidak murni menurut lafal aslinya.
Proses islamisasi tidak memiliki awal yang pasti, juga tidak berakhir. Islamisasi
merupakak proses berkesinambungan yang selain mempengaruhi msa kini, uga masa yang
kan datang.
Islam telah dipengaruhi oleh lingkungannya, tempat islam berpijak dan berkembang.
Disamping itu islam menjadi tradisi tersendiri yang tertanam dalam konteks sosio, ekonomi
dan politik.
Saluran Penyebaran Agama Islam di Indonesia
Datangnya islam di Indonesia dan penyebarannya dilakukan secara damai. Adapun saluran-
saluran islam yang berkembang adalah :
Saluran Perdagangan
Secara umum perdagangan yang dilakukan pedagang muslim dapat digambarkan
dengan : mula-mula mereka berdatangan di tempat-tempat pusat perdagangan yang kemudian
diantaranya ada yang bertempat tinggal, baik untuk sementara maupun untuk menetap.
Lambat laun tempat tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan (pejokan).[1]
Merupakan saluran yang dipilih di awal.
o Saluran Perkawinan
Saluran islam yang melalui perkawinan yaitu antara pedagang atau saudagar dengan
wanita pribumi yang memiliki jalinan erat, jalinan baik ini kadang diterukan dengan
perkawinan antara kaum putri pribumi dengan para pedagang islam yang kemudian wanita
tersebut masuk islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim.[2]
o Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status social yang lebih
baik dari pada kebanyakan pribumi, sehigga penduduk pribumi, terutama putri bangsawan
tertarik untuk menjadi istri saudagar tersebut. Sebelum kawin, mereka di islamkan terlebih
dahulu. Setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan mereka semakin luas. Akhirnya
timbul kampong-kampung, daerah-drah, dan krajaan-kerajaan muslim.
o Saluran Pendidikan
o Menyebarkan agama islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-
pondok pesantren yang merupakan tempat pengajaran agama islam bagi para santri. Untuk
memperdalam ajaran-ajaran agama islam yang kemudian menyebarkannya di Indonesia.
o Saluran Kesenian
o
Penyebaran islam menggunakan media-media kesenian seperti pertunjukan wayang,
[3] yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang yang disisipkan ajaran
agama islam. Seni gamelan juga mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut,
yang selanjutnya diadakan dakwah agama islam.[4]
o Saluran Tasawuf
o Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dalam membentuk kehidupan
social bangsa Indonesia. Dalam hal ini ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, dan selalu
berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama ditengah-tengah
masyarakatnya.
o Jalur tasawuf, yaitu proses penyebaran islam yang dilakukan dengan cara
menyesuaikan pola pikir masyarakat Indonesia yang masih berorientasi pada ajaran-ajaran
agama Hindu-Budha di Indonesia dengan nilai-nilai islam yang mudah dimengerti dan
diterima.
o Saluran Dakwah
o Yaitu proses penyebaran islam yang dilakukan dengan cara memberi
penerangan tentang agama islam seperti yang dilakukan oleh para uama terutama peran wali
songo.
o
o
o
o Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia
o Surat raja Sriwijaya
o Prof. Dr. Azyumardi Azra dalam bukunya 'jaringan ulama nusantara'
menyebutkan bahwa islam masuk di Indonesia pada masa kerajaan Sriwijaya. Hal ini
dibuktikan dengan adanya surat yang dikirim oleh raja Sriwijaya pada Umar bin Abdul Aziz
yang berisi ucapan selamat atas terpilihnya Umar bin Abdul Aziz sebagai pemimpin dinasti
Muawiyah.
o Makam Fatiman binti Maimun
o Berdasarkan penelitian sejarah telah ditemukan sebuah akam islam di Leran,
Gresik. Pada batu nisan dari makam tersebut tertulis nama seorang wanita, yaitu Fatimah
binti Maimun dan angka tahun 1082. Artinya, dapat dipastikan bahwa pada akhir abad ke 11
islam telah masuk di Indonesia. Dengan demikian, dapat diduga bahwa islam telah masuk
dan berkembang di Indonesia sebelum tahun 1082.
o Makam Sultan Malik As-Saleh
o Makam sultan Malik As-Saaleh yang berangka tahun 1297 merupakan bukti
bahwa islam telah masuk dan berkembang di daerah Aceh pada abad ke 12 masehi.
Mengingat Malik As Saleh adalah seorang Sultan, maka dapat diperkirakan bahwa islam
telah masuk ke daerah Aceh jauh sebelum Malik As Saleh mendirikan samudra pasai.
o Cerita Marco Polo
o Pada tahun 1092 Marco Polo, seorang musafir dariVenesia (italia) singgah di
Perlak dan beberapa tempat di Aceh bagian Utara. Marco Polo sedang melakukan peralanan
dari Venesia ke negeri Cina. Ia menceritakan bahwa pada abad ke 11, islam telah
berkembang di Sumatra bagian utara. Ia juga menceritakan bahwa islam telah berkembang
sangat pesat di jawa.
o Cerita Ibnu Battutah
o Pada tahun 1345, Ibnu Battutah mengnjungi amudra pasi. Ia menceritakan
bahwa sultan samudra pasai sangat baik terhadap ulama dan rakyatnya. Disamping itu, ia
menceritakan bahwa samudra pasai merupakan kesultanan dagang yang sangat maju. Disana
Ibnu Battutahbertemu dengan para pedagang dari India, Cina, dan Jawa.
o
o Penerimaan Islam Oleh Pribumi
o Islam datang di Indonesia melalui perdagangan-perdagangan dengan damai,
bukan melalui perang, kekerasan atau paksaan. Penerimaan islam melalui beberapa hal
diantaranya :
o Melalui perdagangan oleh pra pedagang yang melakukan pelayaran.
o Dilakukan oleh para mubaligh datang bersama para pedagang, juga para sufi,
mereka adalah sufi pengembara.
o Melalui perkawinan pedagang muslim, mubaligh denga anak bangsawan
Indonesia.
o Para pedaganng yang sudah mapan, mereka mendirikan pusat pendidikan atau
pusat penyebaran islam, kerajaan samudra pasai misalnya sebagai pusat dakwah.
o Melalui para sufi dengan kelompok terekatnya, menyebar ke Indonesia.
o Dengan demikian pada abad sekitar 13 masehi islam telah menyebar di
Indonesia dan diterima oleh penduduk, bukan saja pada daerah pantai dan pesisir, akan tetapi
sudah diperkirakan sampai ke pelosok-pelosok kampung.
o
o Indonesia Masa Perkembangan Islam di Kerajaan-Kerajaan
Islam dimulai dari kehadiran iindividu-individu dari arab, atau penduduk asli yang
telah memeluk islam. Dengan uaha mereka islam tersebar sedikit demi sedikit dan secara
perlahan-lahan. Langkah penyebaran islam mulai dilakukan secara besar-besran ketika
dakwah telah memiliki orang-orang khusus untuk menyebarkan dakwah. Setelah fase itu
kerajaan-kerajan islam mulai terbentuk di kepulauan ini.[5] Diantara kerajan-kerajaan
tersebut yaitu :
Kerajaan Malaka (803-917 H/1400-1511M)
Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Letak geografis malaka sangat
menguntungkan, yang menjadi jalan silang antara Asia Timur dan Asia Barat. Yang membuat
Malaka menjadi kerajaan yang berpengaruh atas daerahnya.[6] Malaka menjalin hubungan
baik dengan jawa, juga menjalin hubungan dengan pasai. Dengan kedatangan jawa dan pasai
perdagangan di Malaka menjadi ramai. Kesultanan Malaka merupakan pusat [erdagangan
internasioal antara Barat dan Timur. Maka dengan didudukinyakesultanan Malaka oleh
portugis tahun 1511, maka kerajaan di Nusantara menjadi tumbuh dan berkembang karena
jalur Selat Malaka tidak digunakan lagi oleh pedagang muslim sebab telah diduduki oleh
portugis.[7] Degan demikian tidaklah akan dicapai kemajuan oleh kerajaan Malaka jika
kerajaan itu tidak mempunyai peraturan-peraturan tertentu, yang memberi jaminan lumayan
kepada keamanan perdagangan. Disamping aturan yang diterapkan juga system
pemerintahannya sangat baik dan teratur.[8]
Kerajaan Aceh (920-1322 H/1514-1904 M)
Pendiri kerajaan Aceh adalah Sultan Ibrahim (1514-1528), Aceh menerima islam dari
pasai yang kini menjadi bagian wilayah Aceh dan pergantian agama diperkirakan terjadi
mendekati pertengahan abad ke 14. Pada abad ke 16, Aceh mulai memeganng peranan
penting dibagian utara pulau Sumatra. Pengaruh Aceh ini meluas dari Barus di sebelah utara
higga sebelah selatan di daerah Indrapura.
Kerajaan Aceh yang letaknya di daerah yang sekarang dikenal dengan kebupaten
Aceh Besar. Disini pula terletak ibu kotanya. Aceh mengalami kemajuan ketika sudagar-
saudagar muslim yang sebelumnya datang di Malaka kemudian memindahkan
perdagangannya ke Aceh, ketika Portugis menguasai Malaka tahun 1511. Ketika Malaka
dikuasai portugis, maka daerah pengaruhnya yang terdapat di Sumatra mulai melepaskan diri
dari Malaka. Hal ini sangat menguntungkan kerajaan Aceh yang mulai berkembang. Dibawah
kekuasaan Ibrahim, kerajaan Aceh mulai melebarkan kekuasaannya ke daerah-daerah sekitar.
Kejayaan krajaan Aceh ada puncaknya ketika diperintahkan oleh Iskandar Muda, ia mampu
menyatukan kembali wilayah yang telah memisahkan diri dari Aceh kebawah kekuasaannya
kembali.[9]
Pada masanya, Aceh terus berkembang untuk masa beberapa tahun. Pengetahuan
agama maju dengan pesat. Akan tetapi tatkala beberapa sultan perempuan menduduki
singgasana tahun 1641-1699, beberapa wilayah taklukannya lepas dan kesultanan menjadi
pecah belah. Pada abad ke 18 Aceh hanya sebagai kenangan masa silam dari bayangannya
sendiri. Akhirnya kesultanan Aceh menjadi mundur.
Kerajaan Demak (918-960 H/ 1512-1552 M)
Di jawa, islam di sebarkan oleh para wali songo (wali Sembilan), mereka tidak hanya
berkuasa dalam lapangan keagamaan, tetapi juga dalam hal pemerintahan dan politik, bahkan
sering kali seorang raja baru akan sah menjadi raja apabila ia sudah diakui dan diberkahi wali
songo.[10]
Demak merupakan salah satu kerajaan bercorak islam yang berkembang di pantai
utara pulau jawa, raja pertamanya adalah Raden Patah. Sebelum berkuasa penuh atas Demak,
Demak masih menjadi daerah Majapahit. Baru Raden Patah berkuasa penuh setelah
mengadakan pemberontakan yang dibantu oleh para ulama atas Majapahit. Dapat dikatakan
bahwa pada abad ke 16, Demak telah menguasai seluruh Jawa.
Perkembangan dan kemajuan islam di pulau jawa ini bersamaan dengan melemahnya posisi
raja Majapahit.[11] Hal ini memberi peluang kepada raja-raja islam pesisir uuntuk
membngun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Dibawah bimbingan Sunan Kudus,
meskipun bukan yang tertua dari wali songo. Demak akhirnya berhasil menggantikan
Majapahit sebagai keratin pusat.[12] Demak menempatkan pengaruhnya di pesisir utara Jawa
Barat itu tidak dapat diisahkan dari tujuannya yang bersifat politis dan ekonomi. Politiknya
adalah untuk memtahkan kerajaan pajajaran yang masih berkuasa di daerah pedalaman,
dengan portugis di Malaka.
Kerajaa Banten (960-1096 H/1552-1684 M)
Banten merupakan kerajaan islam yang mulai berkembang pada abad ke 16, setelah
pedagag-pedagang India, Persia, mulai menghindari Malaka yang sejak tahun 1511 telah
dikuasai Portugis. Dilihat dari geografisya, Banten, pelabuhan yang penting dan ekonominya
mempunyai letak yang strategis dalam penguasa Selat Sunda.
Kerajaan islam di Banten yang semula kedudukannya di Banten Girang dipindahkan
ke kota Surosowan, di Banten lama dekat pantai. Dilihat dari sudut ekonomi dan politik,
pemindahan ini dimaksudkan untuk memudahkan hubunngan antara pesisir utara jawa
dengan Sumatra, melalui selat sunda dan samudra Indonesia. Situasi ini berkaitan dengan
kondisi politik di Asia Tenggara masa itu setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, para
pedagang yang segan berhubungann dengan Portugis mengalihkan jalur pelayarannya melalui
Selat Sunda.
Tentang keberadaan islam di Banten, Tom Pires menyebutkan, bahwa di daerah
Cimanuk, kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda dengan Cirebon, banyak dijumpai orang
islam. Ini berarti pada akhir abad ke 15 masehi di wilayah kerajaan Sunda Hindu sudah ada
masyarakat yang beragama islam. Karena tertarik dengan budi pekerti dan ketinggian ilmuya,
maka Bupati Banten menikahkan Syaraif Hidayatullah dengan adik perempuannya yang
bernama Nhay Kawungaten. Dan dikaruniai dua anak yang diberi nama Ratu Winoan dan
Hasanuddin. Karena panggilan uwaknya, tugas penyebara islam di Banten diserahkan pada
Hasanuddin. Yang kemudian menikahi puteri Demak. Dan dianggap raja islam pertma di
Banten.
Kerajaan Goa (Makassar) (1078 H/1667 M)
GoaTallo adalah kerajaan bercorak islam di semenanjug Sulawesi. Kerajaan ini menerima
islam pada tahun 1605 M. Rajanya yang terkenal dengan nama umaparisi-Kallona yang yag
berkuasa pada akhir abad ke 15 dan permulaan abad ke 16. Kerajaan Goa Tallo menjalin
hubungan dengan Ternate yang menerima islam dari Gresik atau Giri.[13] Ternate mengajak
Goa Tallo untuk masuk islam, namun gagal. Islam baru berhasil masuk goa Tallo pada waktu
datuk ri Bandang datang ke kerajan Goa Tallo. Sultan Alauddin adalah raja pertama yang
memeluk agama islam tahun 1605 masehi. Penyebaran islam yng dilakukan Goa Tallo
berhasil, hal ini merupakan tradisi yang mengharuskan seorang raja untuk menyampaikan hal
baik pada yang lain. Seperti Wulu, Wajo, Sopeg, dan Bone. Luwu terlebih dulu masuk islam,
sedangkan Wajo dan Bone harus melalui peperangan dahulu. Raja Bone yang pertama masuk
islam ialah yang dikenal sebagai Sultan Adam.[14]
Kerajaan Maluku
Kerajaan Maluku terletak di daerah idonesia bagian timur. Kedatangan islam ke
Indonesia bagian timur yaitu Maluku, tidak bisa dipisahkan dari jalan perdagangan yang
terbentang antar Jawa dan Maluku.
Menurut tradisi setempat, sejak abad ke 14 islam sudah datang di daerah Maluku. Masuknya
islam di Maluku, di bawa oleh Maulana Hasayu. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan
Marhum di Ternate.[15]
Raja pertama yang benar-benar muslim adalah Zayn Al-Abidin (1486-1500), ia
sendiri mendapat ajaran agama tersebut dari madrasah Giri. Zainal Abidin ketika di Jawa
terkenal sebagai Raja Bulawa, artinya raja cengkeh, karena membawa cengkeh dari Maluku
untuk persembahan.
Tetang masuknya islam ke Maluku, Tome Pires mengatakann bahwa kapal-kapal
dagang dari Gresik ialah milik Pate Cucuf. Raja ternate yang disebut Sultan sedang yang
lainnya digelari raja.
Di Banda, Hitu, Maluku dan Bacan sudah terdapat masyarakat muslim. Siuasi politik
ketika kedatangan islam di kepulauan Maluku tidak seperti di jawa. Disana orang-orang
muslim tidak menghadapi kerajan-kerajaan yang sedang mengalami perpecahan karena usia
islam masih muda di ternate.
Dalam proses masuknya islam di Maluku menghadapi persaingan politik dan moopoli
peragangan di antara orag-orang portugis, spanyol, belanda, dan inggris. Persaingan diantara
pedagang-pedgang ini pula menyebabkan persaingan diantara kerajaan-kerajaan islam sendiri
sehingga pada akhirnya daerah Maluku jatuh ke bawah kekuasaan politik dan ekonomi
Belanda.perebutan kekuasaan Negara, mereka datang dan mengembangkan islam dengan
melalui pedagangan, dakwah dan melalui perkawinan.
MATERI XIV
MAKALAH "ISLAM DI INDONESIA PADA ZAMAN MODERN DAN
KONTEMPORER"
C. Organisasi Politik dan Organisasi Sosial dalam Suasana Indonesia Merdeka [[8]]
1. Masa Revolusi dan Demokrasi Liberal
Pada waktu proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, Piagam Jakarta sama sekali tidak
digunakan. Soekarni-Hatta justru membuat teks proklamasi yang lebih singkat, karena ditulis
secara tergesa-gesa. Menjelang kemerdekaan, setelah Jepang tidak dapat menghindari
kekalahan dari tentara sekutu, BPUKI ditingkatkan menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Perubahan itu menyebabkan persentase Nasionalis Islam merosot tajam.
Kemudian tujuh kata dalam anak kalimatt yang tercantum dalam sila pertama
Pancasila dengan segala konsekuensinya dihapuskan dari konstitusi. Namun penghapusan itu
sama sekali tidak mengakhiri konflik ideologi. Tidak hanya itu, pembentukan Departemen
Agama juga tidak meredakan konflik. Bahkan setelah diperkenankannya mendirikan partai
polotik, tiga kekuatan yang sebelumnya bertikai muncul kembali.
Tidak kekuatan ideologi terebut memunculkan tiga alternatif dasar negara: Islam,
Pancasila dan Sosial Ekonomi. Tetapi dalam perjalanan sidang-sidang Konstituante itu,
perdebatan ideoogis mengenai dasar negara terkristal menjadi Islam dan Pancasila. Namun,
dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 1959, konstituante dinyatakan bubar dan UUD 1945
dinyatakan berlaku kembali. Taklama setelah itu Masyumi diperintahkan bubar oleh Presiden
Soekarno.
2. Masa Demokrasi Terpimpin
Dengan bubarnya Masyumi, partai Islam tinggal NU, PSII dan Perti. Partai-partai ini
sebagaimana juga partai-patai lain, mulai menyesuaikan diri dengan keinginan Soekarno
yang tampaknya mendapat dukungan dari dua pihak yang bermusuhan, ABRI dan PKI.
Walaupun partai-partai Islam itu melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap
kebijaksanaan Soekarno, tetapi secara keseluruhan,peranan partai-partai islam mengalami
kemerosotan.
Di masa Demokrasi Terpimpin ini, Soekarno kembali mnyuarakan ide lamany
NASAKOM, suatu pemikiran yang ingin menyatukan nasionalis sekuler, Islam dan Komunis.
Akan tetapi idenya itu dilaksanakan dengan caranya sendiri dan PKI sebagai peran utama.
Masa ini berakhir dengan gagalnya Gerakan 30 september PKI tahun 1965, umat
Islam bersama ABRI dan golongan lainnya bekerja sama menumpas gerakan itu.
3. Masa Orde Baru
Setelah Orde Lama hancur, kepemimpinan Indonesia berada di tangan Orde baru.
Tumbangnya Orde Lama-yang umat Islam ikut berperan besar di dalam menumbangkannya-
memberikan harapan-harapan baru kepada kaum muslimin.
Orde baru memang sejak semula mencanangkan pembaruan sistem politik. Penetapan
kehidupan kepartaian berikutnya adalah penetapan asas tunggal. Dengan asas ini, peran
politik (formal) Islam tidak ada lagi,tetapi sebagai agama yang mengaku tidak memisahkan
diri dari persoalan politik, tentu peran itu akan terus berlangsung. Mungkin dengan
pendekatan yang berbeda.
4. Kebangkitan Baru Islam di Masa Orde Baru
Dengan pengasastunggalan, sebagian umat Islam menganggap bahwa penyalur
aspirasi politik Islam hilang. Terdapat kekhawatiran di kalangan sebagian mereka terhadap
ancaman sekularisasi politik dan kehidupan sosial di indonesia. Ada anggapan bahwa dengan
asas tunggal bagi kekuatan politik dan organisasi kemasyarakatan, identitas keislaman
mereka akan semakin memudar.
Kemudian, Balitbang Agama Departemen Agama menyelenggarakan seminar dengan
tema “Peranan Agama dalam Pemantapan Ideologi Negara Pancasila”. Kesimpulan dari
kegiatan-kegiatan itu tampaknya menyatakan bahwa aspirasi keagamaan dalam kehidupan
politik di Indonesia tetap tersalurkan.
Sejak dekade 1970-an, kegiatan Islam semakin berkembang dibandingkan waktu
sebelumnya. Tanda-tanda kebangkitan Islam bisa dilihat dari munculnya bngunan-bangunan
baru islam seperti masjid, madrasah dan pesantren. Selain itu, juga didirikannya MUI dan
organisasi organisasi Islam lainnya, seperti Muhammadiyah dan NU.