Anda di halaman 1dari 4

ARAB DI ZAMAN RASULULLAH

A. Periode Makkah

Dalam sejarah peradaban islam, sejarah hidup Nabi Muhammad SAW biasanya
dibedakan menjadi dua, yaitu ketika Nabi Muhammad menjalani hidupnya di Makkah dan di
Madinah. Sejarah masa hidup Nabi ini selain dikaji dalam bidang sejarah, kerap kali pula
mendapatkan perhatian di bidang disiplin lain seperti dibidang al-Qur’an. Situasi dan kondisi
yang dihadapi Nabi Muhammad menjadikan perbedaan tema-tema sentral dalam ajaran islam
melalui wahyu yang diterima Rasulullah.
Sebelum islam datang di tanah Arab, sebenarnya masyarakat Arab bukannya tidak
berkeyakinan, mereka sudah memiliki keyakinan tertentu yang dikenal dengan dengan
Paganisme, mereka tidak mengingkari adanya Tuhan, tetapi umumnya mereka menggunakan
perantara yaitu patung-patung berhala untuk menyembah Tuhan mereka.
Orang-orang Arab juga hidupnya suka berpindah-pindah tempat atau yang disebut
nomaden, mereka juga suka mengembara ke mana-mana. Itu bisa dipahami dengan kondisi alam
bangsa Arab memang kebanyakan tandus dan kurang subur. Karena kondisi alam seperti inilah
terkadang menjadikan mereka memiliki watak yang keras. Mereka suka berperang. Kaum laki-
laki menjadi dominan dalam posisi ini, sehingga ketika mereka memiliki anak-anak mereka
bangga, tetapi sebaliknya ketika mereka mendapatkan anak perempuan mereka merasa aib dan
malu, karena tidak bisa diajak berperang, maka banyak yang mereka bunuh.
Dalam kondisi masyarakat semacam itulah Nabi Muhammad diturunkan. Ayah Nabi
Muhammad SAW bernama Abdullah ibn Abdul Muththalib. Sedangkan Ibunya bernama
Aminah binti Wahab. Dia dilahirkan di kota makkah pada tanggal 20 Agustus tahun 570M.
Tahun ini disebut juga Tahun Gajah karena pada tahun tersebut terjadi penyerangan terhadap
ka’bah yang dilakukan oleh Raja Abrahah dari Yaman.
Kota syam. Dan pada masa usia Muhammad mencapai 6 tahun, dia menjadi yatim piatu
yaitu ketika dia diajak ibunya ke Madinah dalam rangka berziarah ke makam ayahnya. Dalam
perjalanan pulang dari Madinah, Aminah jatuh sakit yang menyebabkannya meninggal dunia.
Sepeninggal ibunya, Muhammad diasuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Muththalib.
Penderitaan Muhammad menjadi bertambah karena dalam pengasuhan kakeknya yang tidak
terlalu lama, kakeknya pun meninggal dunia. Selanjutnya Muhammad diasuh oleh pamannya
yang bernama Abu Thalib, yang juga ayah dari Ali Bin Abi Thalib, seorang kepala puak dari
Hasyim. Abu Thalib adalah seorang pedagang, maka tidak ada yang mengherankan apabila
Muhammad sering berpergian dengan pamannya, seperti ke Syam dan ke Madyan, untuk
berdagang. Pengalaman Muhammad bersama pamannya dalam peniagaan, membuatnya dikenal
sebagai seorang pedagang yang cakap dan jujur, sampai ia dewasa.
Pribadi Muhammad demikian menarik. Beliau dikaruniai wajah yang menarik dari
siapapun. Semua orang men g hormati dan menaruh hormat kepada beliau. Dalam masa
mudanya orang Quraisy menamakan “Shiddiq” (benar) dan “amin” (jujur) dan biliau dihormati
semua orang termasuk kepala-kepala suku di Mekkah. Ketika beliau memulai tugas mengajak
orang menuju jalan Allah, orang Quraisy mengutus ‘Uttah bi Rabi’ah untuk membuat kompromi.
Ketika Uttah bin Rabi ‘ah berbicara kemudian Rasullah membaca ayat kepadanya, ia kembali
kepada orang-orang Quraisy dan berkata” Terimalah nasihat saya dan jangan ganggu dia” orang
Quraisy berkata “ia telah menyihir engkau dengan lidahnya”.
Pada waktu Muhammad berusiadua puluh lima tahun, beliau menikah dengan seorang
wanita yang bernama Khadijah binti Khuwalid yang berusia 40 tahun. Ia adalah pedagang kaya
yang tertarik kepada Muhammad karena kejujurannya. Dari perkawinan ini dipeoleh beberapa
orang anak.
Dalam perjalana hidupnya, Muhammad suka menyendiri atau ber-khalwat, sebagai mana
kebiasaan orang-orang Arab, khususnya orang-orang yang tergolong pemikir, sebagai upaya
untuk mengetahui rahasia alam semesta. Usaha ini kemudian membuahkan hasil dengan
turunnya wahyu pertama surat al-alaq:1-5, yang sekaligus menandai pengangkatan dirinya
menjadi Nabi.

B. kerasulan Muhammad
kerasulan Nabi Muhammad secara resmi di tandai dengan turunnya wahyu yang pertama kepada
Muhammad, dan Khadijah( istri beliau) adalah orang yang pertama kali yang mengimani kenabian
Muhammad SAW, atau yang pertama kali masuk islam.
Nabi Muhammad SAW kemudian di perintahkan oleh Allah SWT untuk mendakwah islam
kepada manusia. Perintah ini juga mengisyaratkan konsep – konsep aqidah yang menafikan eksistensi
tubuh – tubuh yang di sembah masyarakat arab (makkah) pada waktu itu. Dan selanjutnya berganti
menjadi aqidah islam, yang mengakui Tuhan itu satu, atau ajaran tauhid,
Untuk mendakwahkna islam Nabi melakukannya dengan sembunyi dan sangat hati – hati,
dakwah Nabi hanya ditujukan ke[da orang – orang tertentu yang di yakini dapat menerima ajakan
tersebut. Pada tahab rahasia ini berlangsung selama ± 3 tahun, dan di dalam tahapan ini hanya beberapa
orang yang masuk islam dan mereka di sebut dengan sebutan “ al- sabiquna al- awwaluun”
Kelompok ini, bersma – sama dengan nabi melakukan kegiatan berpusan di rumah Arqam bin
Arqam. Yang kemudian tempat ini di kenal dengan namadar al-arqam. Dalam dunia pendidikan temapat
ini di masukkan menjadi salah satu tempat atau lembaga pendidikan islam.
Dalam tahap berikutnya, dakwah Nabi di tunjukkan kepada anak-cucu keturuna Abdul Muthalib.
Dengan demikian, sasaran dakwah sudah lebih luas dan terbuka, hal ini di lakukan Nabi setelah adanya
perintah dari Allah SWT dalam surat Syu’ara ayat 214-216 lebih luas lagi setelah turunnya perintah Allah
SWT dalam surat Hijr ayat 94-95 maka sasaran dakwah nabi adalah masyarakat Makkah(Quraisy)secara
umum dan luas dan terang-terangan.
Upaya Rasulullah dalam rangka dalam mendakwahkan islam secara terang-terang mendapakn
rekasi dari masyarakat Quraisy. Reaksi tersebut bermula dari bujukan agar nabi meninggalkan tugasnya
menyampaikan islam. Namun dengan tegas Nabi menepis bujukan tersebut.
Hari demi hari, reaksi semakin bertambah keras, dan orang Quraisy pun melakukan penyiksaan
kepada pengikut islam dan juga terjadi pemboikotan, semacam embargo terhadap orang-orang islam dan
Nabi Muhammad SAW. Pemboikotan ini berlangsung selama ± 3 tahun.
Oleh karena tantangan yang dihadapi umat islam sanagt berat maka Rasululloh memerintahkan
kepada para sahabt untuk berhijrah ke Habsyah, untuk sekedar mencari tempat perlindungan. Tindakan
ini di maksudkan Nabi disamping untuk memperluas dakwah. Perjalanan dan perjuangan dakwah
Rasululloh pada periode-periode ini sangat berat, jumlah penganut isalam sekitar 102 orang. Setelah
Umar bin Khatab masuk islam pada tahun 616 m atau tahun keenam dari kenabian rasul maka penganut
islam, secara berngangsur-angsur bertambah walaupun menjdi kaum yang tertindas.
Ketika Abu Thalib dan istri beliau meninggal dunia, tindakan kekerasan kaum Quraisy terhadap
Nabi dan para pengikutnya bertambah. Ini karena Abu Thalib adalah tokoh di kalangan Quraisy dan
Khadijah sendiri juga orang yang terpandang. Peristiwa ini adalah peristiwa yang menyedihkan, ruang
pergerakan Nabi di kota Makkah semakin sempit, maka Nabi berinisiatif dan berdakwah ke Thaif. Namun
di luar dugaan, penduduk Thaif tidak senang dengan kehadiran beliau. Dan akhirnya beliau kembali ke
makkah dengan tangan hampa.
Suasan sedih tamapak pada diri Rasul. Pada saat itulah beliau di perintahkan oleh Allah SWT
untuk melakukan Isra’ Mi’raj. Peristiwa ini sangat meneguhkan hati Nabi untuk melnjutkan
perjuangannya. Karena beliau telah menyaksikan kebesaran Allah SWT lewat peristiwa Isra’ Mi’raj itu.
Ada beberapa hal yang terdapat beberapa factor yang menyebabkan kaum kafirQurisy menetang
dakwah islamiyyah yang di lakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Pertama, adanya persainagn anatra
suku dan keturunan yang terdapat di Makkah. Kedua, karena pertimbangan ekonomi, yang disamping itu
merka juga meliahat bahwa orang yang masuk islam adalah orang- orang miskin. Ketiga, mereka tetap
ingin mempertahankan agama dan kepercayaan lama yang sudah mereka anut secara turun menurun dari
nenek moyang mereka.
Tindakan keras kaum kafir Quraisy pun berakhir saat Rasul dan kaum muslim berhijran ke
Madinah, yang di waktu itu di sebut dengan Yastrib.peristiwa hijarah ini pada tahun 622 M yang
sekaligus menandai berakhirnya periode Makkah di zaman Rasululloh.
Peristiwa hijrah ini juga tidak bisa dilepaskan dari pertemuan Nabi SAW dengan ebebrapa
penduduk Yastrib yang berkujung ke Makkah pada tahun 621 M, pertemuan ini berhasil mencapai
kesepakan menyatakan diri masuk islam dan berjanji untuk segala ajaran islam. Perjanjian ini di kenal
sebagai bai’ah sughra. Ini adalah ba’iahsugra yang di lakukan penduduk Yastrib pertama kali dengan
Rasululloh.
Orang-orang Yastrib ini pada tahun (622 M) dating kembali kepada Nabi dan menyatakan
keislaman mereka. Selanjutnya mereka meminta Rasul untuk pindah ke Yatrib dan merka berjanji akan
membela dan membantu Nabi, perjanjian ini di kenal dengan sebutan bai’ah kubra. Jumlah mereka lebih
banayak dari sebelumnya. Dan melihat perkembangan islam di Yastrib sanagt pesat. Maka Nabi dengan
tangan terbuka, menerima ajakna dan menginstruksikan kepada para sahabat untuk berhijrah ke sana.
Nabi pun menyusul setelah perintah Allah SWT, dalam surat Anfal, barulah di temani dengan Abu Bakar
Assiddiq beliau ke madinah. Masyarakat madinag menyambut merka dengan gegap gempita.

C. periode madinah
Sebagaiman yang telah di jelaskan sebelumnya bahwa sebelum Rasululloh hijrah ke Madinah, di
dahuli dengan dua peritiwa yaitu bai’ah aqabah sughro(pertama) pada tahun 621 M dan bai’ah aqbah
kubro(kedua) pada tahun 622 M. Isi bai’at itu antara lain mengikrarkan keimanan kepda Allah SWT dan
Rasulnya Muhammad, amar ma’ruf nahyi mungkar. Dan kepatuahan kepada beliau pemimpin mereka.
Sesungguhnya dengan peristiwa bai’at aqabah itu telah terjadi legislasi kepemimpinan Muhammad
sebagai pemimpin mereka. Karena telah terjadi persekutuan antara nabi dan penduduk Yastrib, sampai
dengan legistimasi formalnya sebagai kepala Negara Madinah. di piagam madinah itulah diatur
kehidupan masyarakat Madinah sehingga menjadi masyarakat madinah sehingga masyarakat yang maju
dan beradab. Mereka hidup dengan menjalankan aturan-aturan yang mereka sepakati bersama itu.
Oleh karena itu Rasululloh Bersama para sahabat melakukan hijrah ke Madinah. Ada beberapa
factor utama yang membuat Nabi hijrah ke Madinah, yaitu:
Pertama, perbedaan iklim di kedua kota itu mempercepat dilakukannya hijrah. Kedua, nabi-nabi
umumnya tidak dihormati di Negara-negaranya sehingga Nabi Muhammad pun tidak di terima oleh
kaumnya sendiri. Ketiga, tantangan yang nabi hadapai tidaklah sekeras di Makkah, golongan pendeta dan
kaum ningrat Quraisy yang menganggap islam bertentangan dengan kepentingan mereka.
Dalam perjalanan hijrah itu, nabi Muhammad SAW tiba di Madinah pada tanggal 27 september
822 M bertepatan dengan hari senin tanggal 12 Rabiul Awal, yang kemudian oleh khalifah Umar bin
Khatab di tetapkan sebagai tahun pertama Hijriyah. Sebelum sampai ke Madinah Nabi singgah di Qubah
dan mendirikan masjid yang pertama dalam sejarah islam, di daerah itu. Lalu melakukan sholat jum’at
dan khutbah jum’at di masjid itu.
Apa yang di lakukan Rasululloh dengan shalat jum’at tersebut sesungguhnya merupakan symbol
persatuan umat islam di tengah-tengah kuatnya kesukuan pada saat itu.
Selanjutnya dalam sejarah islam, penduduk madinah yang menyambut kedatangan Rasulloh
bersama sahabat ini mendapakan julikan kaum Anshar, dan orang-orang islam yang ikut bersama nabi
hijrah ke Madinah dengan prediket dengan muhajirin. Prediket ini merupakan langkah strategis dalam
kerangka antisipasi terhadap propaganda orang-orang yahudi yang tidak senang dengan persatuan yang
terjalin antar kaum Anshar dan Muhajirin.
Setelah Rasululloh membangunmesjid sebagai sarana untuk mempersaudarakna kaum muslimin
di kota Madinah, Rasululloh juga melakukan pembangunan sosial, ekonomi, politik Negara Madinah.
Bai’at aqabah yang duli dilakukan kemudian begitu nyata yaitu dengan di dukungnya Nabi Muhammad
oleh sebagian besar suku Aus dan kazraj yang memudahkannya dalam menggalang potensi mereka untuk
di satukan menjadi sebuah bangsa (nation) yang berdaulat dan membuat perjanjian untuk saling bantu
membantu antara orang muslim dan non muslim yang di dokumentasikan dengan piagam Madinah,
Butir-butir dalam piagam Madinah tersebut merupakan kesepakatan bersama yang merupakan
sebuah konstitusi, dan konstitusi madinah itu merupakan konstitusi yang mendasari berdirinya Negara
Madianah.
Selain itu selama Nabi sebagai kepala Negara Madinah beliau melakukan kebijakan satu sama
lain memeliki kaitan antara lain pertama, intesifikasi pemantapan sosio ekonomi politik.
Dalam periode Madinah inilah Rasululloh bener-bener dapat membina masyarakat yang kondusif,
sehingga di bawah kepemimpinan rasululloh, Madinah menjadi wilayah yang diperhitungkan.
Kepemimpinanya sebagai panglima perang pun juga teruji dalam beberapa peperangan yang di
lakukannya, baik yang tergong ghozwah ataupun sariyah, sampai dengan peristiwa fath Makkah yang
monumental, yaitu peperangan tanpa pertumpahan darah. Kemampuannya dalam mempersatuan umat
Islam dengan kebinekaan kabilah dan suku, serta mempersaudarakannya adalah sebagai bukti misi risalah
yang dibawanya berdimensi religious dan sosial politik. Dan satu bukti sejarah bahwa nabi seorang kepala
Negara di Madinah adalah munculnya persoalan siapakah yang pantas menggantikan Rasulullah sebagai
pemimpin wilayah yang luas itu setelah Rasulullah wafat. Di sebuah tempat di tengah kota Madinah,
Saqifah Bani Sa’idah umat Islam sulit menemukan pemimpin mereka, sampai akhirnya terpilihnya Abu
Bakar sebagai khalifah pertama umat Islam.

Anda mungkin juga menyukai