Anda di halaman 1dari 10

Dakwah Nabi Muhammad SAW

di Mekkah dan Madinah

Disusun oleh
Nama : Bintang Kaito Destu Thabita
Kelas : 10 IPS 1
Guru Bidang : Siti Norhaena S. Ag
SMA Perguruan Rakyat 3
PENDAHULUAN
Kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah kisah kelahiran dari sang kekasih
Allah. Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabbiul Awal, yang bertepatan dengan Tahun
Gajah atau yang biasa kita kenali dengan peristiwa Perang Ababil.
Di tengah konteks geopolitik antara dua kekaisaran, yaitu kekaisaran Romawi dan
kekaisaran Persia yang memperebutkan wilayah Hijaz di Timur Tengah, Nabi Muhammad
lahir di Makkah pada 571 M atau sekitar 1449 tahun lalu. Dalam khazanah Islam, tahun
kelahiran Nabi Muhammad dikenal dengan "Tahun Gajah" yang menandai momen penting
ketika raja vasal Ethiopia di Yaman, Abrahah bermaksud meratakan bangunan Ka'bah.
Pasukan ini bertolak menuju Makkah dengan membawa gajah. Ka'bah nyatanya tak pernah
runtuh, dan pasukan Abrahah dihujani batu yang dilempar burung ababil, demikian
dikisahkan dalam sumber-sumber resmi Islam. Peristiwa penyerangan Ka'bah ini juga
diabadikan dalam Alquran surah Al-Fiil. Di "Tahun Gajah" itulah, bayi Muhammad lahir dari
rahim Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhra sebagai anak yatim. Ayahnya,
Abdullah bin Abdul Muthalib meninggal dalam perjalanan niaga dari Syam. Abdullah
meninggal ketika singgah ke tempat saudara ibunya di Yatsrib.
Meski begitu, hal itu tidak lantas membuat Nabi Muhammad kehilangan kasih sayang
dan sosok figur seorang Ayah. Meski ayah kandungnya telah tiada, tetapi Nabi Muhammad
mendapat kasih sayang penuh dari sang Kakek, yaitu Abdul Muthalib, sang penguasa suku
Quraisy yang sangat berpengaruh dan di-hormati seluruh warga.
Saat Aminah binti Wahb memberitahukan tentang kelahiran putranya tercinta kepada
Abdul Muthalib, Abdul Muthalib membawa bayi Nabi Muhammad SAW ke Kakbah. Hal ini
dilakukannya untuk berdoa sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas
kelahiran Nabi Muhammad. Kemudian, Kakek Rasulullah SAW memutuskan untuk
menyerahkan bayi Muhammad kepada salah seorang ibu susuan dari Bani Sa'ad bin Bakar
yang bernama Halimah binti Abi Dzuaib. Setelah itu, Halimah dan suaminya pulang dengan
mem-bawa Nabi Muhammad untuk pulang dan tinggal bersama Halimah sebagai ibu susunya
di dusun Bani Sa’ad selama 4 tahun lamanya.
Muhammad kecil saat berusia 5 tahun sudah kembali ke rumahnya. Ia mulai kembali
hidup bersama ibunda dan kakeknya. Namun tak lama setelah itu tepatnya saat Rasul berusia
6 tahun, Nabi Muhammad juga kehilangan sang Ibu, Siti Aminah, yang meninggal dunia
setelah mereka berdua ziarah ke makam Abdullah. Aminah dikabarkan jatuh sakit
sebelumnya dan dikuburkan di sebuah desa bernama Abwaa'. Alhasil, Nabi Muhammad
SAW kembali ke Mekah bersama Ummu Aiman, sosok pelayan di keluarganya yang
kemudian dianggap sebagai saudara sendiri oleh orang tua Nabi Muhammad SAW.
Sepeninggal ibunya, Nabi Muhammad harus diasuh oleh Abdul Muthalib, kakeknya.
Sang kakek dikisahkan memiliki tempat spesial karena Nabi Muhammad SAW
menghabiskan masa kecil bersamanya. Demikianlah, Nabi Muhammad yang masih berusia 6
tahun sudah harus menjadi seorang anak yatim piatu tanpa kedua orang tuanya. Hal ini
membuat Nabi Muhammad dirawat sepenuhnya oleh Abdul Muthalib yang sangat
menyayanginya. Tetapi, hal ini tidak dapat berlangsung lama, karena 2 tahun kemudian, Nabi
Muhammad kembali berduka sebab Kakeknya tercinta meninggalkan dirinya untuk selama-
lamanya. Beliau meninggal dunia dan meninggalkan luka serta kesedihan di hati Nabi
Muhammad yang saat itu masih berusia 8 tahun.
Pengasuhan Muhammad kecil kemudian diserahkan kepada pamannya yang bernama
Abu Thalib. Disebutkan dalam sejumlah sirrah bahwa Abdul Muthalib mewasiatkan hal
tersebut kepada Abu Thalib, mengingat Abdullah dan Abu Thalib adalah saudara seibu. Saat
bersama pamannya inilah, seorang pemuka agama mengenali Muhammad sebagai utusan
Allah SWT dan membawa Islam pada seluruh masyarakat dunia.
BAB I
Substansi Perjalanan Dakwah Nabi Muhammad SAW
Selama Periode Mekkah
Nabi Muhammad merupakan rasul terakhir yang diutus Allah SWT yang menerima
mujizat terbesar Allah SWT yaitu Al-Qur’an yang diturunkan untuk menyempurnakan kitab-
kitab sebelumnya.
Nabi Muhammad pertama kali diangkat menjadi seorang Rasul pada usia 40 tahun,
tepat saat tanggal 17 Ramadhan. Nabi Muhammad SAW menerima Al-Qur’an berangsur-
angsur dalam jangka waktu 23 tahun dan diturunkan berdasarkan Asbabun Nuzul, dalam
bahasa Indonesia berarti sebab atau kejadian yang mendasari turunnya ayat. Beliau
mendapatkan wahyu pertamanya melalui Malaikat Jibril, yang berisikan surat Al-Alaq ayat 1-
5. Lalu kemudian, setelah menjadi seorang Rasul, beliau kembali menerima wahyu berupa
surat Al-Muddasir ayat 1-7.
Setelah diangkat menjadi seorang Rasul, Nabi Muhammad segera memulai
dakwahnya untuk menyiarkan agama Islam. Awalnya, Nabi Muhammad berdakwah secara
rahasia dan hanya mengajak orang-orang terdekatnya saja. Dan laki-laki dewasa yang
pertama kali memeluk Islam sebagai keyakinannya adalah sahabat karib Nabi Muhammad
SAW, yaitu Abu Bakar bin Quhafah dan kemudian membantunya dalam menyebarkan
Agama Islam.
Setelah mendapat perintah Allah Swt. melalui Surah Asy-Syu’ara ayat 214-216 dan
Surah Al-Hijr ayat 94, Nabi Muhammad SAW mulai untuk berdakwah secara terang-
terangan dengan mengumpulkan keluarganya di rumah. Tetapi, saat berdakwah di rumah,
Abu Jahal yang merupakan paman dari Nabi Muhammad SAW mengacaukan dakwahnya,
tetapi Ali bin Abi Thalib segera membela Nabi Muhammad SAW. Dengan kekacauan yang
disebabkan oleh Abu Jahal, Nabi Muhammad SAW menjadi gagal untuk mengajak sebagian
kerabatnya agar memeluk agama Islam. Lalu kemudian, Nabi Muhammad naik ke Bukit Sada
dan kemudian menyeru manusia, tetapi Abu Lahab kembali membuat gaduh dan
menyebabkan kekacauan lainnya. Kemudian turunlah Surah Al-Lahab.
Selama berdakwah, Nabi Muhammad SAW mendapatkan tantangan dan perlawanan
dari sukuk aum Quraisy. Kemudian, untuk menghindari siksaan dan penganiayaan umat
Quraisy yang kejam, Nabi Muhammad SAW lantas memerintahkan sahabat-sahabatnya
untuk hijrah ke Abisinia.
Setelah orang Quraisy tidak mau menerima dakwah Nabi, Ia pun mengalihkan
dakwahnya kepada kabilah-kabilah Arab di luar Quraisy. Nabi Muhammad SAW mencoba
megajak orang-orang Taif tetapi ditolak, diejek, diusir, dilempari batu, bahkan hingga
diludahi di wajahnya. Tetapi, Nabi Muhammad tidak menyerah dan putus asa dalam
menyebarkan ajaran Islam. Kemudian, Nabi mengadakan perjanjian Aqabah (pertama dan
kedua). Setelah perjanjian Aqabah kedua, Nabi pun berhijrah ke Madinah.
Perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah berlangsung selama 13 tahun
lamanya, mulai dari 610 SM hingga 623 SM. Selama 13 tahun berdakwah di Mekkah, Nabi
Muhammad selalu menanamkan nilai-nilai tauhid dan mengajarkan akhlak mulia.

BAB II
Strategi Perjalanan Dakwah Nabi Muhammad SAW
Selama Periode Mekkah
Selama berdakwah di Mekkah, Rasulullah memiliki beberapa strategi saat berdakwah.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam periode berdakwah di Mekkah ini terbagi menjadi
dua, yaitu strategi berdakwah secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan.
1. Strategi Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk
Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta
sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah
SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10
dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah
dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq
(sahabat dekat Rasulullah SAW) dan juga Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada
waktu kecil).
Selain itu, Nabi Muhammad juga mendapatkan bantuan dalam berdakwah oleh Abu Bakar
Ash-Shiddiq yang juga ikut berdakwah ajaran Islam. Berkat bantuan dakwah dari Abu Bakar,
Abu Bakar berhasil membuat beberapa orang kawan dekatnya untuk menyatakan diri masuk
Islam, mereka adalah Abdul Amar dari Bani Zuhrah, Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris,
Utsman bin Affan, Zubair bin Awam, Sa’ad bin Abu Waqqas, dan Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam pada masa dakwah Nabi di Mekkah yang dilakukan secara
sembunyi-sembunyi disebut sebagai Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).

2. Strategi Dakwah Secara Terang-Terangan


Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah
turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-
terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini diantaranya adalah
mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim untuk menghadiri jamuan makan lalu
kemudian mengajak mereka agar masuk dan memeluk agama Islam. Walaupun masih banyak
yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang
sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin
Abu Thalib, dan juga Zaid bin Haritsah. Selain itu, Rasulullah juga engumpulkan para
penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk
berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini, terdapat beberapa orang dari kalangan kaum
kafir Quraisy yang telah menyatakan diri untuk masuk Islam. Mereka adalah Hamzah bin
Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) yang masuk Islam pada tahun keenam kenabian
Rasulullah dan Umar bin Khattab yang tercatat masuk Islam pada tahun 581 SM.
Kemudian, Rasulullah SAW mulai menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk
yang berada di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang
masuk Islam, diantaranya adalah Abu Zar Al-Giffari (seorang tokoh dari kaum Giffar, Tufail
bin Amr Ad-Dausi (seorang penyair terpandang dari kaum Daus, dan juga terhadap penduduk
Yastrib (Madinah).
Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6
orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun
berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum
Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi
pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. IsiBai’atul Aqabah
tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan
membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para
pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib
BAB III
Sikap Tangguh dan Semangat Nabi Muhammad SAW
dalam Menegakkan Kebenaran
Rasulullah memerintahkan, ''Katakanlah kebenaran itu walaupun pahit
(mengatakannya)!'' Menegakkan kebenaran merupakan bagian dari dakwah. Artinya,
kegiatan ini menjadi kewajiban bagi setiap umat Islam. Ibnu Katsir, ketika menafsirkan surat
Ali Imran (QS 3) ayat 104, mengatakan maksud dari ayat tersebut adalah ''hendaklah kamu
sekalian menjadi sekelompok orang yang melaksanakan kewajiban dakwah''.
Dalam kaitan ini Rasulullah bersabda, ''Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka
hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Kalau tidak mampu, hendaklah ia mengubah
dengan lisannya. Kalau tidak mampu, hendaklah ia mengubah dengan hatinya.Dan itulah
selemah-lemah iman.'' (HR Bukhari dan Muslim). Hadis di atas menunjukkan ragam pilihan
yang dapat kita lakukan dalam menegakkan kebenaran. Jika kita memiliki kekuasaan, maka
tegakkanlah kebenaran tersebut dengan kekuasaan. Dan, jangan dengan kekuasaan justru
memutarbalikkan kebenaran yang dikarenakan kebencian dan tekanan dari pihak atau
kelompok tertentu.
Dalam masalah ini, Allah memerintahkan, ''Hai orang-orang yang beriman hendaklah
kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.''
(QS 4: 135).
Menegakkan kebenaran merupakan salah satu prasyarat menuju masyarakat dan umat
terbaik. Perhatikan firman Allah, ''Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah.'' (QS 3: 110).
Dalam upaya meraih kesuksesan, diperlukan sikap tangguh dan pantang menyerah
sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. ketika ia berjuang memberantas
kemusyrikan. Lihat pula bagaimana orangorang yang sukses meraih citacitanya, mereka
bersusahpayah berusaha terusmenerus tanpa mengenal lelah, sehingga mereka menjadi orang
yang berhasil dalam cita-citanya. Tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan dan tidak ada pula
kesuksesan tanpa kerja keras dan tangguh pantang menyerah.
Ketangguhan datang dengan sendirinya. Ia memerlukan pembelajaran dan latihan
(riyadah) secara terus menerus. Ketangguhan jga harus didukung oleh kesehatan fisik dan
pemahaman yang benar. Keduaduanya harus berjalan beriringan dan saling mendukung.
Kekuatan fisik dibarengi dengan pemahaman yang benar akan melahirkan manfaat yang
besar, demikian pula sebaliknya.
Kita dapat meneladani sifat semangat dan tangguh Rasulullah SAW dalam kehidupan
sehari-hari dengan cara menggunakan waktu untuk belajar dengan sungguhsungguh agar
mendapat kan prestasi yang tinggi, secara terusmenerus mencoba sesuatu yang belum dapat
dikerjakan sampai ditemukan solusi untuk mengatasinya, melaksanakan segala peraturan di
sekolah sebagai bentuk pengamalan sikap disiplin dan tanggung jawab, menjalankan segala
perintah agama dan menjauhi larangannya dengan penuh keikhlasan, tidak putus asa ketika
mengalami kegagalan dalam meraih suatu keinginan dan menjadikan kegagalan sebagai
cambuk semangat dan evaluasi agar tidak mengalaminya lagi di kemudian hari.
BAB IV
Tujuan Dakwah Nabi Muhammad SAW dan Kesimpulan
1. Tujuan
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat
yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang
disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain,
tujuan dakwah Nabi Muhammad SAW adalah untuk menyebarkan Islam dan mengajarkan
akhlak mulia kepada umatnya. Berbeda dengan nabi dan rasul terdahulu yang hanya diutus ke
kaumnya sendiri, Nabi Muhammad diutus untuk seluruh manusia, sejak beliau diangkat
menjadi nabi hingga hari Kiamat. Karena misinya yang agung dan penting, Nabi Muhammad
dibekali dengan empat karakter yang bisa diterima khalayak luas, yaitu kejujuran (sidik),
dapat dipercaya (amanah), tablig, dan fatanah (cerdik cendekia). Ketika beliau diangkat
menjadi nabi dan rasul di Makkah, Nabi Muhammad SAW didustakan, dihina, dan dicaci-
maki. Kendati demikian, seluruh masyarakat Makkah tetap mengakui kecerdasan, integritas,
dan karakter beliau. Nabi Muhammad SAW memang direndahkan, namun di sisi lain, ia tetap
memperoleh derajat mulia dan memperoleh julukan Al-Amin (sosok yang bisa dipercaya).
Saat beliau SAW memutuskan untuk hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW harus
mengembalikan banyak barang titipan (wadiah) kepada masyarakat Makkah saat itu. Hal ini
menunjukkan bahwa beliau tetap dipercaya oleh lingkungan sekitarnya, meskipun dicaci-
maki karena dianggap melecehkan berhala-berhala kaum Quraisy. Akhlak mulia ini menjadi
modal besar hingga dakwah Islam diterima masyarakat Arab, serta kemudian menyebar
perlahan-lahan ke benua lainnya di seluruh dunia. Hal inilah yang menjadi substansi ajaran
Islam, sebagaimana tergambar dalam sabda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia," (H.R. Baihaqi). Bagaimanapun juga, ajaran
Islam dan akhlak mulia ini akan membawa kepada keharmonisan hidup. Karena itulah, Allah
SWT berfirman dalam surah Al-Anbiya ayat 107 bahwa Islam adalah anugerah Allah yang
dibawa oleh Nabi Muhammad.
"Tiada kami utus engkau (Muhammad SAW) melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian
alam [rahmatan lil alamin]. (QS. Al-Anbiya’ [21]: 107).

2. Kesimpulan
Kesimpulan dari isi makalah ini adalah perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW beserta
dengan apa yang melatarbelakanginya. Seperti yang kita ketahui, Nabi Muhammad adalah
utusan terakhir Allah yang lahir pada 12 Rabbiul Awal “Tahun Gajah” yang bertepatan
dengan peristiwa Perang Ababil.
Nabi Muhammad lahir dalam kondisi yatim, dan pada saat ia berusia 6 tahun, Nabi
Muhammad menjadi seorang yatim piatu. Ia diasuh oleh kakeknya selama 2 tahun setelahnya
sebelum akhirnya Kakeknya Abdul Muthalib meninggal dunia. Nabi memulai dakwah setelah
mendapat wahyu dari Allah dan setelah resmi menjadi seorang rasul. Rasulullah
melaksanakan dakwah-nya di Mekkah selama 13 tahun sebelum akhirnya berpindah wilayah
ke Madinah.
Selama berdakwah di Mekkah, Nabi Muhammad memiliki 2 strategi dakwah, yaitu secara
sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan. Selama berdakwah, meski mendapat banyak
penolakan, hinaan, hingga penganiayaan, Nabi Muhammad selalu bersifat tangguh dan justru
semakin merasa semangat untuk menyebarluaskan ajaran Islam hingga akhir hayatnya.

Anda mungkin juga menyukai