Anda di halaman 1dari 9

SIRAH

PELAJARAN 4
HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE THAIF
Pada bulan Syawal tahun ke-10 dari kenabian (tahun 619 M), nabi Muhammad SAW pergi ke Thaif
untuk menyiarkan agama Islam. Thaif adalah sebuah tempat yang sejuk dan subur dan terletak kira-kira 60
kilometer di sebuah selatan kota Mekkah.
A. Penyebab Rasulullah SAW Hijrah ke Thaif
Ada beberapa hal yang menyebabkan Nabi Muhammad SAW harus melaksanakan Hijrah ke Thaif.
Sebab-sebab tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Tekanan kaum Quraisy
Kekejaman kaum Quraisy menyebabkan penderitaan terhadap Nabi Muhammad SAW dan para
pengikutnya. Terakhir Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin sangat menderita akibat
pemboikotan dan pengucilan kaum Muslimin serta seluruh keluarga Bani Hasyim dan Bani
Muthalib di lembah Syi’ib selama kurang lebih tiga tahun. Pemboikotan itu mengakibatkan
kesengsaraan, kemiskinan, dan kelaparan, oleh sebab itu rasanya sangat sulit bagi beliau untuk
terus bertahan dan menyiarkan agama Islam di Mekkah.
2. Wafatnya Abu Thalib
Setelah keluar dari lembah Syi’ib dan bebas dari pemboikotan, Abu Thalib jatuh sakit yang
mengakibatkannya meninggal dunia. Abu Thalib wafat pada bulan Rajab tahun ke-10 dari kenabian
dalam usia 87 tahun. Rasulullah SAW sangat sedih atas wafatnya Abu Thalib, paman yang telah
mengasuh dan membimbing beliau sejak berusia 8 tahun.
3. Wafatnya Ummul Mukminin Khadijah
Kesedihan Nabi Muhammad SAW bertambah ketika istri yang sangat dicintainya wafat. Kira-kira
dua atau tiga bulan setelah Abu Thalib meninggal dunia, Ummul Mukminin Khadijah
meninggal dunia. Tepatnya pada bulan Ramadhan pada tahun ke-10 dari kenabian, dalam usia
65 tahun.
Wafatnya Abu Thalib dan ummul Mukminin Khadijah merupakan cobaan yang sangat berat bagi
Rasulullah SAW. Tetapi, sebagai manusia, beliau pun sangat bersedih hati. Oleh sebab itu, tahun
wafatnya Abu Thalib dan Ummul Mukminin Khadijah disebut ‘Amul Huzni’. Artinya, tahun duka cita
atau tahun kesedihan.
B. Meneladani Kesabaran Nabi Muhammad SAW

1
Kisi Kisi Kelas 4 Semester Genap 2019/2020
SDI Ihya Ulumuddin Nur Sufiiyah
Rasulullah SAW merasa kota Mekkah bukan lagi kota yang aman untuk tinggal, apalagi untuk
berdakwah. Sebagian besar penduduk kota Mekkah dengan terang-terangan menolak ajaran Islam.
Terlebih lagi setelah wafatnya dua pelindung Nabi Muhammad Saw Abu Thalib dan Khadijah.
Untuk menghadapi masalah tersebut, Rasulullah SAW merencanakan berdakwah ke luar kota Mekkah
dengan tujuan antara lain :
1. Memperluas ajaran Islam keluar kota Mekkah.
2. Menghilangkan kesedihan setelah ditinggal wafat oleh Khadijah dan Abu Thalib.
3. Menemukan tempat yang lebih aman untuk dijadikan pusat dakwah Islam.
Berangkatlah Rasulullah SAW ditemani Zaid bin Haritsah menuju Thaif secara diam-diam.
Rasulullah SAW khawatir apabila keberangkatannya ke Thaif diketahui orang kafir Quraisy, niscaya mereka
akan menghalangi perjalannya.
Setibanya di Thaif, Rasulullah SAW langsung menemui para pemimpin dari Bani Tsaqif, yaitu
Abdul Yalil, Hubaib, dan mas’ud, beliau menceritakan ajaran agama Islam dan mengajak mereka untuk
menyembah Allah SWT dan meninggalkan penyembahan berhala. Namun mereka menolaknya dengan
hinaan yang sangat menyakitkan. Mereka malah mengusir dan mengejar-ngejar Rasulullah SAW sambil
melempari batu, hingga beliau terpaksa mencari perlindungan disebuah kebun anggur. Kebun anggur itu
milik Utbah dan Syaibah, keduanya adalah putra Rabi’ah.
Meskipun dakwah Rasulullah SAW di Thaif telah gagal, namun dengan ikhlas Rasulullah SAW
mendoakan penduduk Thaif agar kelak mereka atau keturunan mereka sadar dan mengikuti ajaran agama
Islam.

2
Kisi Kisi Kelas 4 Semester Genap 2019/2020
SDI Ihya Ulumuddin Nur Sufiiyah
PELAJARAN 5
HIJRAH KE HABSYI (HABSYAH)
A. Sebab-sebab Kaum Muslimin Hijrah ke Habsyi
Nabi Muhammad SAW tidak tahan menyaksikan penderitaan para sahabat dan kaum Muslimin karena
kekejaman kaum Kafir Quraisy. Oleh sebab itu, rasulullah SAW menghendaki agar kaum Muslimin hijrah
ke luar kota Mekkah.
Beberapa sahabat meminta kepada rasulullah SAW agar diizinkan tetap bertahan di Mekkah. Mereka
berjanji akan tetap mempertahankan akidah Islam yang sudah tertanam di dalam hatinya.
Rasulullah SAW selalu menasihati mereka untuk selalu bersabar, “sesungguhnya Allah SWT
bersama orang-orang yang sabar” beliau juga menjelaskan bahwa dalam ajaran Islam tidak ada balas
dendam. Untuk itu jalan yang terbaik adalah menghindari kekejaman kaum kafir Quraisy dengancara
hijrah. Para sahabat pun siap untuk meninggalkan kota Mekkah. Di antaranya adalah sahabt terkemuka
seperti Utsman bin Affan dan Ja’far bin Abu Thalib, sedangkan Rasulullah SAW akan tetap tinggal di
Mekkah.
Sebab-sebab Rasulullah SAW memilih Habsyi sebagai tempat hijrahnya kaum Muslimin antara lain
karena Raja Negeri habsyi terkenal sangat jijur, adil, dan bijaksana. Selain itu Negeri habsyi adalah
suatu negeri yang aman dan jauh dari jangkauan orang-orang kafir Quraisy.
B. Kaum Muslimin Hijrah ke Habsyi
Habsyi (Habasyah) disebut juga Abbesinia adalah negeri yang terletak di Afrika Timur. Sekarang
negeri itu bernama Ethiopia. Raja Habsyi saat itu bernama Negus atau Najasi. Raja Negus adalah raja
yang beragama Nasrani.
Pada bulan Rajab tahun ke-5 kenabian, berangkatlah rombongan kaum Muslimin ke Habsyi. Kaum
Muslimin berangkat ke Habsyi terbagi menjadi dua rombongan. Pada pemberangkatan pertama jumlah
kaum Muslimin yang Hijrah sebanyak 24 orang yang terdiri dari 20 laki-laki dan 4 wanita. Kemudian
bertambah lagi pada pemberangkatan kedua berjumlah 102 orang, terdiri dari 83 laki-laki dan 19 wanita,
ditambah denagn beberapa orang anak-anak.
Mereka yang hijrah itu adalah Kaum Muslimin dari kaum Quraisy. Di antara mereka terdapat para
sahabat terkemuka antara lain Utsman bin Affan bersama istrinya yakni Rukayah binti Rasulullah
SAW, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Ja’far bin Abu Thalib bersama istrinya yakni
Asma’ binti Umais, dan ‘Amr bin Sa’id bin Al-‘ash bin Umayah bersama saudaranya yakni Khalid
bin Sa’id.
Ketika kaum kafir Quraisy mengetahui bahwa kaum Muslimin dan para sahabt Rasulullah SAW telah
hijrah ke Habsyi, mereka sangat marah. Maka mereka pun bermusyawarah dan sepakat untuk mengutus
dua orang Quraisy yang paling cakap dan kuat agar berangkat menemui Raja Negus untuk meminta agar

3
Kisi Kisi Kelas 4 Semester Genap 2019/2020
SDI Ihya Ulumuddin Nur Sufiiyah
kaum Muslimin diusir dari Habsyi. Utusan kaum kafir Quraisy tersebut adalah Abdullah bin Abu Rabi’ah
dan ‘Amru bin Al-‘Ash.
Sesampainya di Habsyi kedua utusan itu menemui dan menghasut Raja Negus. Mereka pun meminta
kepada Raja Negus agar mengusir kaum Muslimin dari Habsyi dan mengembalikannya ke Mekkah.
Raja Negus adalah seorang raja yang bijaksana. Beliau meminta kaum Muslimin Quraisy itu
menghadap kepadanya. Raja Negus meminta penjelasan tentang agama baru yang dianutnya. Ja’far bin
Abu Thalib menghadap Raja Negus, dia pun menjelaskan keadaan bangsa Arab sebelum dan sesudah Islam.
Setelah itu dia menoleh kepada dua utusan kafir Quraisy, “pergilah kamu berdua. Demi Allah, aku
tidak akan menyerahkan kaum Muslimin kepada kamu!”. Kedua utusan kafir Quraisy itu pun akhirnya
pulang setelah di usir oleh Raja Negus.
Sementara itu, kaum Muslimin diizinkan tetap tinggal di Habsyi dan mendapat perlindungan dari
kerajaan Habsyi. Mereka hidup aman dan tenteram tanpa adanya gangguan manapun ancaman dari orang-
orang kafir Quraisy. Setelah beberapa lama mereka tinggal di Habsyi, sebagian dari mereka ada yang pulang
ke Mekkah sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah dan sebagian lagi ada yang tetap tinggal di Habsyi
samapai tahun ke-7 atau tahun setelah Rasulullah hijrah ke Madinah.
C. Meneladani Kesabaran Kaum Muslimin ketika Hijrah ke Habsyi
Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya agar beralaku sabar atas segala sesuatu tang menimpa
dirinya. Namun, sabar bukan berarti kita harus diam tanpa usaha. Sabar yang sesungguhnya adalah
berserah diri kepada Allah SWT sambil melakukan suatu usaha.
Demikian pula kita harus meneladani kesabaran kaum Muslimin dalam menempuh perjalanan jauh
demi mempertahankan akidah.
Dengan keyakinan itu mereka akhirnya mendapat suatu kebahagian. Raja Habsyi menerima,
melindungi, dan mengizinkan mereka tinggal di kerajaannya dengan aman dan tenteram.

4
Kisi Kisi Kelas 4 Semester Genap 2019/2020
SDI Ihya Ulumuddin Nur Sufiiyah
PELAJARAN 6
ISRA MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW
Pada suatu pagi, tahun ke-11 dari kerasulan, Nabi Muhammad SAW mengumpulkan penduduk
Mekkah di sekitar Ka’bah. Beliau hendak menyampaikan suatu peristiwa yang baru saja dialaminya dalam
waktu semalam. Beliau di bawa malaikat Jibril dengan menggunakan kendaraan yang bernama Buraq dari
Mekkah ke Mesjid Al-Aqsha di Palestina. Dari sana beliau naik ke langit tertinggi sampai ke Sidratul
Muntaha. Peristiwa itu disebut Isra Mi’raj.
A. Peristiwa Isra Mi’raj
Isra Mi’raj Nabi Muhamamd SAW terjadi pada malam tanggal 27 Rajab tahun kesebelas
kenabian, bertepatan dengan tahun 621 Masehi. Satu tahun sebelum Nabi Muhamamd SAW hijrah ke
Madinah. Peristiwa Isra Mi’raj merupakan mukjizat Nabi Muhamamd SAW yang tidak dapat dialami oleh
manusia biasa.
Saat Isra Mi’raj, Nabi Muhammad SAW ditemani oleh malaikat Jibril dan menggunakan kendaraan
khusus yang disebut Buraq.
Selama perjalanan Isra Mi’raj, Nabi Muhammad SAW singgah di tempat-tempat bersejarah seperti
Bukit Sinai (Bukit Tursina), yaitu tempat Nabi Musa AS menerima kitab Taurat. Baitul Lahmi, yaitu
tempat naabi Isa AS dilahirkan. Kemudian beliau dibawa ke Mesjid Al-Aqsha di Palestina. Mesjid Al-
Aqsha berada di Baitul Maqdis yaitu sebutan bagi Jerusalem.
Dari Masjid Al-Aqsha, Nabi Muhammad SAW Mi’raj ke langit sampai ke lapisan langit tertinggi. Di
setiap lapis langit, beliau singgah dan bertemu dengan para nabi, yaitu :
1. Di langit pertama bertemu dengan Nabi Adam Abul Basyar
2. Kemudian beliau dinaikkan ke alngit kedua, bertemu dengan Nabi Yahya AS bin Zakaria dan Nabi
Isa AS putra Maryam.
3. Kemudian beliau dinaikkan ke alngit ketiga, bertemu dengan nabi Yusuf AS.
4. Langit keempat, beliau bertemu dengan Nabi Idris AS
5. Langit kelima, beliau bertemu dengan Nabi Harun AS.
6. Langit keenam, beliau bertemu dengan Nabi Musa AS.
7. Langit ketujuh, beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim AS.
Dengan izin Allah SWT, beliau melanjutkan perjalannya sampai ke Sidratul Muntaha, yaitu suatu
tempat tertinggi yang digambarkan sebagai tahta atau singgasana Allah SWT.

5
Kisi Kisi Kelas 4 Semester Genap 2019/2020
SDI Ihya Ulumuddin Nur Sufiiyah
Setibanya di Sidratul Muntaha, nabi Muhammad SAW diperkenankan melihat Allah SWT, beliau
bertakbir, rukuk, dan sujud di hadapan Allah SWT.
Isra Mi’raj merupakan peristiwa luar biasa yang tidak pernah dikaruniakan Allah SWT selan kepada
Nabi Muhamamd SAW. Di Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad SAW menerima secara langsung perintah
shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam.

B. Tanggapan Masyarakat Mekkah terhadap Isra Mi’raj


1. Tanggapan Kaum Kafir Quraisy
Perjalanan Isra Mi’raj itu terjadi hanya dalam waktu satu malam. Pada waktu terbit fajar, Nabi
Muhammad SAW sudah sampai rumahnya. Pada pagi itu beliau sudah berada di Masjidil Haram dan
bermaksud akan menyampaikan peristiwa Isra mi’raj itu kepada kaum Muslimin.
Setelah orang-orang kafir Quraisy mendengar cerita peristiwa yang dialami oleh Rasulullah SAW,
mereka semakin yakin bahwa Nabi Muhamad SAW sudah tidak waras. Mereka mengejek dan menghina
Rasulullah SAW dengan kata-kata kotor serta menyeru kaum Quraisy untuk tidak mempercayai
perkataan beliau.
Namun ada beberapa orang Quraisy yang panasaran ingin menguji kebenaran Isra Mi’raj, mereka
mengajukan beberapa pertanyaan kepada Rasulullah SAW tentang jumlah kafilah (rombongan niaga) yang
sedang mengadakan perjalanan malam itu. Mereka yang sudah sering ke Mesjid Al-Aqsha menanyakan
jumlah pintu dan jendela mesjid itu. Meskipun demikian, orang yang kafir dan mengingkari kebenaran
dari Allah SWT, tetap tidak mau beriman.
2. Tanggapan Kaum Muslimin
Berita Isra Mi’raj ini menggemparkan masyarakat Mekkah. Bagi kaum Muslimin, peristiwa Isra
Mi’raj merupakan ujian keimanan dan cambuk untuk menambah keimanan dan keyakinan kepada Allah
SWT.
Abu Bakar adalah orang yang pertama membenarkan dan mempercayai peristiwa Isra Mi’raj pada
saat orang lain meragukannya. Oleh karena itu, Abu Bakar diberi gelar As-siddiq, artinya yang
membenarkan.
Bagi kaum Muslimin yang tipis imannya, peristiwa Isra Mi’raj itu menjadikan mereka ragu terhadap
kebenaran ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW.

6
Kisi Kisi Kelas 4 Semester Genap 2019/2020
SDI Ihya Ulumuddin Nur Sufiiyah
PELAJARAN 7
HIKMAH ISRA MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW
Kata Isra menurut bahasa Aarab berarti “berjalan di waktu malam”, sedangkan Mi’raj adalah
perjalanan Nabi Muhammad SAW, dari Masjidil Haram di Mekkah ke Mesjidil Aqsha di Palestina
dan naik ke langit tertinggi sampai Sidratul Muntaha.
A. Hikmah yang Terkandung dalam Peristiwa Isra Mi’raj
Tahun ke-10 dari kerasulan merupakan ‘Amul Huzni’, tahun duka cita. Beliau dtinggal Abu Thalib
dan Khadijah. Begitu juga dakwahnya belum mencapai hasil yang diharapkan, baik di kota Mekkah
maupun di negeri-negeri sekitar Mekkah.
Pada saat seperti itu Nabi Muhammad SAW mengharapkan kasih sayang, pertolongan, dan petunjuk
dari Allah SWT. Setiap malam beliau berdoa di dekat Ka’bah, bahkan sering kali sampa larut malam.
Sampai pada suat malam yang sepi, datanglah malaikat Jibril menyampaikan perintah Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW untuk melakukan perjalanan suci, yaitu Isra Mi’raj, diantaranya
yaitu :
1. Untuk menghilangkan kesedihan Nabi Muhamamd SAW.
2. Untuk menunjukkan kekuasaan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW agar beliau tetap yakin
bahwa Allah SWT akan sellau menolongnya dalam menghadapi kesulitan dalam menyebarkan agama
Islam.
3. Untuk menunjukkan ayat-ayat (tanda-tanda) kebesaran Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
untuk disampaikan kepada umat manusia.
4. Nabi Muhammad SAW dapat bertemu secara langsung dengan Allah SWT.
5. Merupakan ujian keimanan bagi kaum muslimin, apakah mereka akan tetap beriman dan tetap
memeluk agama Islam, sekalipun kejadian yang dialami oleh Nabi Muhamamd SAW tidak masuk
akal.
B. Inti dan Pesan dari Peristiwa Isra Mi’raj
a. Inti Isra Mi’raj

7
Kisi Kisi Kelas 4 Semester Genap 2019/2020
SDI Ihya Ulumuddin Nur Sufiiyah
1. Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk melakukan shalat wajib lima waktu dalam sehari
semalam. Shalat merupakan ibadah yang sangat istimewa dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang
lain. Seperti puasa, zakat dan haji. Wahyu tentang ibadah lain cukup melalui ayat-ayat Al-Qur’an
yang dibawa oleh malaikat Jibril. Wahyu perintah salat, selain melalui ayat Al-Qur’an, juga
menjadi perintah yang disampakan langsung oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW ketika
dipanggil ke Sidratul Muntaha.
2. Allah SWT menunjukkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya kepada nabi Muhammad SAW
untuk disampaikan kepada umat manusia. Dibandingkan kekuasaan Alalh SWT yang meliputi langit
dan bumi dengan segala isinya.
3.

b. Pesan Isra Mi’raj


Kejadian-kejadian tersebut sebenarya hanyalah merupakan tamsil (gambaran) yang menjadi pesan
bagi manusia. Inti pesan tersebut adalah, setiap perbuatan manusia di dunia sekecil apa pun akan
mendapat balasan di akhirat kelak.
Beberapa tamsil (gambaran) dalam Isra Mi’raj :
a. Rasulullah SAW melihat orang yang terus-menerus memukul kepalanya sendiri.
b. Rasulullah SAW melewati sebuah kuburan yang sangat harum baunya.
c. Rasulullah SAW melihat orang sedang memotong padi. Belum selesai dipotong, dibelakangnya sudah
tumbuh lagi dan siap dipotong.
d. Rasulullah SAW melihat ada orang yang memotong-motong lidahnya terus-menerus, setiap dipotong
tumbuh lagi, dipotong lagi, tumbuh lagi dan begitu seterusnya.
Masih banyak lagi tamsil (gambaran) yang disaksikan Rasulullah SAW ketika Isra Mi’raj itu. Semua
tamsil (gambaran) itu mengandung pelajaran dan hikmah bagi umat Islam.

8
Kisi Kisi Kelas 4 Semester Genap 2019/2020
SDI Ihya Ulumuddin Nur Sufiiyah
9
Kisi Kisi Kelas 4 Semester Genap 2019/2020
SDI Ihya Ulumuddin Nur Sufiiyah

Anda mungkin juga menyukai