Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH DARI KELOMPOK 1

anggota:
- Saidhizqia
- M Azka Fawwaz
- Afdal
- Fikri

PERISTIWA PENTING DALAM DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE


MAKKAH DAN HIKMAH DAKWAH PERIODE MAKKAH

C. Peristiwa-peristiwa Penting dalam Dakwah Rasulullah Saw Periode Makkah


Siksaan terhadap kaum muslimin bermula pada tahun ke-4 kenabian. Awalnya siksaan
itu terlihat lunak. Namun, seiring berjalannya waktu, kaum kafir Qurays semakin gencar
melakukan penyiksaan dan memuncak hingga pada tahun ke-5 kenabian. Selain penyiksaan
yang dialami kaum muslimin hingga berujung perintah melaksakan hijrah, beberapa
peristiwa penting juga terjadi selama Rasulullah Saw berdakwah di Makkah.

 Hijrah ke Habasyah (bahasa Arab: ‫رة الی الحبشة‬..‫ )هج‬juga terkenal dengan Hijrah
Pertama merupakan hijrahnya sekelompok Muslim Makkah ke Habasyah untuk
melepaskan diri dari kezaliman dan penindasan kaum musyrikin di tahun-tahun
pertama setelah Bi'tsah. Hijrah ke Habasyah terjadi dalam dua tahapan atas perintah
Nabi Islam saw; pada fase pertama, sebelas pria dan wanita Muslim, dan pada fase
kedua, 83 orang berhijrah di bawah kepemimpinan Ja'far bin Abi Thalib yang
dilakukan secara diam-diam.
Kaum Quraisy masih berusaha mengembalikan mereka ke kota Makkah dengan
mengirim Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah ke Habasyah; tetapi Najashi,
raja Habasyah, setelah mendengar perkataan Ja'far bin Abi Thalib, menolak untuk
mengembalikan kaum Muslim.
Sebagian dari kaum Muslim meninggal di Habasyah dan sebagiannya lagi telah
memiliki anak; Abdullah bin Ja'far, suami dari Sayidah Zainab sa, lahir di Habasyah.
Setelah Nabi saw berhijrah ke Madinah, orang-orang yang berhijrah ke Habasyah
dapat kembali ke Madinah, ke sisi Nabi saw secara bertahap dari sebelum hingga
sesudah penaklukan Khaibar.
 mul huzni artinya tahun kesedihan, yaitu salah satu periode penting dalam sejarah
Islam yang sangat mempengaruhi kehidupan dan pengajaran Nabi Muhammad SAW.
Amul huzni atau tahun kesedihan tersebut terjadi di tahun kesepuluh dari kenabian
yang menjadi tahun duka cita bagi Rasulullah SAW.

Lalu, apa yang membuat Rasulullah SAW berduka dan bersedih?

Kisah di balik Amul Huzni (Tahun Kesedihan)

Mengutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah karya H. Abu Achmadi
dan Sungarso, dikisahkan bahwa sekitar tahun 619 M lalu, Nabi Muhammad SAW
merasakan kesedihan yang sangat mendalam. Di tahun tersebut, beliau kehilangan dua
sosok pelindung yang menjadi orang terdekatnya, yaitu Siti Khadijah dan Abu Thalib
karena meninggal dunia.

1. Meninggalnya Abu Thalib


Abu Thalib sebelumnya adalah sosok layaknya perisai yang melindungi dan
memelihara Nabi Muhammad SAW dengan segala kekuatan dan ketabahan hatinya.
Namun, Abu Thalib kemudian ditimpa oleh penyakit keras yang menjalar ke seluruh
tubuhnya sehingga ia tidak dapat meninggalkan tempat tidur.
Tidak lama kemudian setelah sakit, Abu Thalib mengalami sakaratul maut. Pada saat
itu, Rasulullah SAW berada di sisi kepalanya mengharap agar ia mau mengucap
kalimat "laa ilaha illallah" sebelum kematiannya.
Akan tetapi, teman-teman musyriknya turut berada di sisi Abu Thalib ketika sakaratul
maut. Di antara mereka, Abu Jahal terus membujuk dan mencegahnya dengan
berkata, "Jangan tinggalkan agama leluhurmu."
Akhirnya, Abu Thalib pun meninggal dalam keadaan musyrik. Kesedihan Rasulullah
SAW semakin berlipat sebab beliau telah ditinggalkan pamannya sebelum memeluk
Islam.
2. Meninggalnya Siti Khadijah
Selang lima minggu setelah wafatnya Abu Thalib, Siti Khadijah istri Nabi juga
meninggal dunia. Selama 25 tahun menjadi pendamping Rasulullah SAW, Khadijah
selalu mendukung misi dakwah Nabi sehingga beliau semakin merasakan kesedihan
yang mendalam.
Kemudian cobaan Rasulullah SAW juga semakin bertambah setelah kematian Abu
Thalib dan Siti Khadijah. Kaum Quraisy pada saat itu semakin gencar menekan dan
menghalangi dakwah Rasulullah SAW dengan menyakitinya secara fisik, menghina,
dan melecehkan beliau.
Di antara banyaknya peristiwa menyedihkan yang dialami Nabi Muhammad SAW
adalah pengusiran yang dilakukan oleh kabilah Tsaqif terhadap Rasulullah SAW saat
datang ke Thaif. Beliau sempat diolok-olok, dilempari bebatuan, dan diusir dari Thaif.
Tidak ada lagi pilihan lain bagi Rasulullah SAW selain pulang kembali ke Makkah
dan memohon kepada Allah agar kabilah Tsaqif diberikan petunjuk dan ampunan.
Oleh sebab itu, tahun tersebut dalam sejarah kemudian dikenal dengan sebutan "Amul
Huzni" yang artinya tahun kesedihan.
Rasulullah SAW Mengalami Isra' Mi'raj Saat Amul Huzni (Tahun Kesedihan)
M. Nurroziqi dalam buku Merajut Indahnya Hidup mengisahkan saat Rasulullah
SAW menghadapi berbagai kesedihan di tahun tersebut, Allah SWT kemudian
menghiburnya dengan memberikan perintah untuk menjalani Isra' Mi'raj dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsha, lalu naik ke langit ketujuh, dan sampailah beliau ke
Sidratul Muntaha.
Dari peristiwa Isra' Mi'raj tersebut, Rasulullah SAW mendapatkan perintah sholat
wajib lima waktu.
Apabila Rasulullah SAW terhibur sebab perjumpaan agung dengan Sang Pemilik
Hidup melalui peristiwa Isra' Mi'raj, maka umat beliau kemudian diberi pesan bahwa
sholat menjadi sarana untuk bermi'raj yang secara tidak langsung memberi
penyadaran bahwa sholat merupakan hiburan bagi setiap mukmin.
Bagi siapapun yang mendirikan sholat, sejatinya orang tersebut sedang menempuh
jalan sebagaimana yang pernah dialami oleh Rasulullah SAW. Maka dari itu, hingga
kini sholat dapat menjadi jalan keluar dari kesedihan dan kesulitan yang dialami umat
muslim.
 Isra Mikraj (bahasa Arab: ‫راج‬..‫اإلسراء والمع‬, translit. al-’Isrā’ wal-Mi‘rāj) adalah dua
bagian perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Islam Muhammad dalam waktu satu
malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa sangat penting bagi umat
Islam, karena pada peristiwa inilah Nabi Muhammad mendapat perintah untuk
menunaikan salat lima waktu sehari semalam.[1] Beberapa penggambaran tentang
kejadian ini dapat dilihat di surah ke-17 di Al-Qur'an, yaitu Surah Al-Isra.[2]
Ilustrasi Mikraj di mana Muhammad mengendarai burak. Karya oleh Sultan
Muhammad abad ke-16, disimpan di British Museum.
Menurut tradisi, perjalanan ini dikaitkan dengan Lailat al-Mi'raj, sebagai salah satu
tanggal paling penting dalam kalender Islam.

 HIJRAH KE YATSRIB
Segera setelah mendapat perintah hijrah dari Allah Swt. Rasulullah menemui
sahabatnya Abu Bakar agar mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam
perjalanan. Nabi juga menemui Ali dan meminta kepadanya agar tidur di kamarnya
guna mengelabui musuh yang berencana membunuhnya. Senin malam Selasa itu,
Nabi ditemani Abu Bakar dalam perjalanan menuju Yatsrib.
Keduanya singgah di Gua Tsur, arah selatan Makkah untuk menghindar dari
pengejaran orang kafir Quraisy.
Mereka bersembunyi di situ selama tiga malam dan putera puteri Abu Bakar,
Abdullah, Aisyah, dan Asma’ serta sahayanya Amir bin Fuhairah mengirim makanan
setiap malam kepada mereka dan menyampaikan kabar pergunjingan orang Makkah
tentang Rasulullah.
Pada malam ketiga mereka keluar dari persembunyiannya dan melanjutkan perjalanan
menuju Yatsrib bergerak ke arah barat menuju laut merah melawati jalan yang tidak
biasa dilewati qabilah dagang ketika itu. Setelah tujuh hari dalam perjalanan Nabi
Muhammad s.a.w, dan Abu Bakar sampai di Quba. Ketika tiba di Quba, sebuah desa
yang jaraknya sekitar 10 Km dari Yatsrib, Nabi istirahat beberapa hari lamanya. Ia
menginap di rumah Kalsum bin Hindun.
Di halaman rumah ini Nabi membangun sebuah mesjid yang pertama kali
dibangunnya yang dikenal dengan masjid Quba. Tak lama kemudian Ali
menggabungkan diri dengan Nabi setelah menyelesaikan segala urusannya di
Makkah, sementara itu penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangan mereka,
akhirnya yang mereka tunggu itu datang mereka sambut dengan penuh sukacita.
Pada hari Jum’at 12 Rabiulawwal 13 Kenabian / 24 September 622 M, Nabi
meninggalkan Quba, di tengah perjalanan di perkampungan Bani Salim, Nabi
melaksanakan shalat Jum’at pertama di dalam sejarah Islam. Sesudah melaksanakan
shalat Jum’at, Nabi melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib dan disambut oleh Bani
Najjar.
Sementara itu, penduduk Yatsrib telah lama menunggu-nunggu kedatangan Nabi.
Begitu Rasulullah tiba di kota Yatsrib ini beliau melepaskan tali kekang untanya dan
membiarkannya berjalan sekehendaknya. Unta itu berhenti di sebidang kebun korma
milik dua anak yatim bernama Sahl dan Suhail yang diasuh oleh Abu Ayyub. Kebun
itu dijual dan di atasnya dibangun masjid atas perintah Rasulullah. Sejak itu nama
kota Yatsrib ditukar menjadi “Madinatun Nabi”, tetapi dalam kehidupan sehari-hari
biasa disebut “Madinah” saja.

Anda mungkin juga menyukai