Affan, Zubair bin Awam, Saad bin Abu Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyisembunyi, yang namanya sudah disebutkan di atas disebut Assabiqunal
Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
Dakwah dengan cara sembunyi-sembunyi ini, dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW dan para sahabatnya selama kurang lebih tiga tahun. Kemudian turunlah
ayat Al-Quran yang menghimbau kepada Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya agar melakukan dakwah secara terang-terangan, yakni surat AlHijr ayat 91:
Artinya:
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperitahkan Tuhan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang
musyrik.
Pada abad ke-5 sejarah dakwah Rasulullah SAW. Di Mekah, bangsa Quraisy
dengan segala upaya berusaha melumpuhkan gerakan Muhammad SAW. Hal
ini dibuktikan dengan pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib
(keluarga besar Muhammad SAW) . Ujian bagi Rasulullah SAW, juga bertambah
berat dengan wafatnya dua orang yang sangat dicintainya, yaitu pamannya,
Abu Thalib dalam usia 87 tahun dan istrinya, yaitu Khadijah. Peristiwa tersebut
yang terjadi pada tahun ke-10 dari masa kenabian (620 M) dalam sejarah
disebut Amul Huzni (tahun kesedihan atau tahun duka cita).
Saat mengahadapi ujian yang berat dan tingkat perjuangan sudah berada
pada puncaknya, Rasulullah SAW di perintahkan oleh Allah SWT untuk
menjalani Isra Miraj dari Mekah menuju ke Baitul Maqdis di Palestina, dan
selanjutnya naik ke langit hingga ke Sidratul Muntaha (QS Al-Isra/17:1).
Kejadian Isra Miraj terjadi pada malam 17 rajab tahun ke-11 dari kenabiannya
(sekitar 621 M) di tempuh dalam waktu satu malam.
Dengan berpindahnya Nabi saw dari Mekkah maka berakhirlah periode
pertama perjalanan dakwah beliau di kota Mekkah. Lebih kurang 13 tahun
lamanya, Beliau berjuang antara hidup dan mati menyerukan agama Islam di
tengah masyarakat Mekkah dengan jihad kesabaran, harta benda, jiwa dan
raga. Sebelum memasuki Yatsrib , Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari
beristirahat, Nabi mendirikan sebuah masjid quba dan masjid pertama dalam
sejarah Islam.
Tepat pada hari Jumat 12 Rabiul awal tahun 1 Hijrah bertepatan pada 24
September 6 M. Setibanya di Madinah, Nabi Muhammad segera menyusun
rencana pengembangan dakwah agar lebih efektif dan cepat. Agama Islam
harus segera menyebar ke berbagai penjuru dunia, khususnya jazilah Arabia.
Rasulullah SAW mengambil langkah ini, seluruh penduduk kota Madinah diberi
kebebasan dalam beragama. Tidak ada paksaan bagi siapa pun untuk
memeluk agama Islam, dan bagi masyarakat muslim tidak dibenarkan
memaksakan dakwahnya kepada orang yang sudah beragama. Mereka
dianjurkan untuk saling menghormati dan menghargai kepercayaan orang
lain.
Dalam menunaikan haji yang terakhir atau disebut dengan Haji Wada tahun
10 H (631 M) Nabi menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah. Lalu 2
bulan kemudian Nabi jatuh sakit, Beliau meninggal pada hari Senin 12 Rabiul
Awal 11 H atau 8 Juni 632 M (Yatim,1998:27-33). Dengan terbentuknya negara
Madinah, Islam bertambah kuat sehingga perkembangan yang pesat itu
membuat orang Makkah risau, begitu juga dengan musuhmusuh Islam.
Perkembangan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyiddin
Perkembangan Islam Pada Masa Abu Bakar Ash Shiddiq
Ketika Rasulullah wafat, jabatan pemerintahan atau kekhalifahan umat Islam
digantikan oleh seorang sahabat senior, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau
menjabat sebagai khalifah pertama menggantikan kedudukan Nabi
Muhammad SAW sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Selama
kekhalifahannya, permasalahan yang muncul sebagai berikut: Menumpas nabi
palsu (Nabi-nabi palsu yang ingin menghancurkan Islam diantaranya.: AlAswad al Ansi, Thulaihah bin Thuwailid al Asadi, Malik bin Nuwairah,
Musailamah al Kazab), Memberantas kaum murtad, Menghadapi kaum yang
ingkar zakat dan Modifikasi Al-Quran.
Abu Bakar juga sempat mengadakan perluasan wilayah kekuasaan Islam ke
berbagai daerah, terutama ke daerah Syiria yang masih dikuasai oleh pasukan
Romawi Timur (Byzantium). Dalam usaha ke arah itu, Abu Bakar mengirim
beberapa panglima dengan segenap pasukannya. Diantara panglima yang
dikirim itu adalah: Yazid bin Abi Sufyan yang dikirim ke Damaskus, Abu
Ubaidah bin Jarrah dikirim ke Himsho, Amr bin Ash dikirim ke Palestina dan
Suranbil bin Hasanah dikirim ke Yordania.
Usaha perluasan kekuasaan ke wilayah Syiria ini, sebenarnya sudah dimulai
sejak Nabi Muhammad SAW masih hidup di bawah pimpinan Usamah bin Zaid.
Usaha itu sempat dihentikan, karena mendengar berita tentang wafatnya
Rasulullah SAW. Kemudian usaha itu dilanjutkan kembali pada masa Abu Bakar
Masa Kemunduran
1.
kemajuan Barat saat ini. Islam memberi sumbangan ilmu pengetahuan yang tak
ternilai bagi Barat. Namun pada gilirannya kaum Nasrani dapat merebut
pengetahuan yang berharga tersebut. Pada masa akhir kejayaan Islam di
Andalusia (Spanyol) tepatnya pada tahun 609 H/1212 M, Kaum Nasrani
melakukan agresi besar-besaran ke Andalusia. Dengan dalih perang suci di Eropa
mereka menyerang Islam dipimpin oleh Alfonso VII , Raja Castile beserta sekutusekutunya. Serangan tersebut dihadapi oleh khalifah al-Mansur Billah bersama
600000 tentara di Las Navas de Toloso (Al Uqub) sekitar 70 mil di sebelah timur
Cordova.
Dalam peperangan tersebut tentara Muwahidun mengalami kekalahan
besar bahkan menyebabkan berakhirya kekuasaan Islam di Andalusia(1235 M).
Berakhirnya Islam puncaknya ketika peperangan antara pasukan Musa, Pasukan
Abdullah melawan pasukan Ferdinand, Ferdinand mengirim pasukannya untuk
menghancurkan pasukan Islam, tetapi Abdullah beserta pasukannya terjun ke
medan peperangan dengan gagah berani,pada saat itu islam yang mengalami
kemenangan dibantu oleh penduduk Granada, sehingga beberapa beneteng
dapat direbut kembali
Pada tahun 896 H/1491 M Ferdinand bersama Isabella melibatkan diri
bersama 50.000 personil dengan mendengungkan perang suci. Namun pasukan
Musa mendengungkan bahwa akan terus mempertahankan tanah ini walau
hanya tinggal jasad saja , hal itu membuat semangat tempur pasukan islam, dan
mengalahkan pasukan Ferdinand. Namun dengan kelicikannya, Ferdinand
mengepung dan memblokade pasukan islam agar kelaparan. Apalagi di musim
dingin (salju), sehingga keadaan kaum muslimin menjadi kritis. Abdullah
menyerang atas desakan penduduk Granada yang kelaparan dan kedinginan.
Sedangkan panglima Musa terus menyerang dan melawan pasukan ferdinand,
sehingga
mati
terbunuh
dalam
medan
peperangan.
Abdullah
bersama
keluarganya pindah ke Maroko dan tinggal di kota Faz. Granada pada tanggal 2
Januari 1492 M dapat dikuasai kaum Nasrani dengan masuknya pasukan Castile .
Dengan
masuknya
pasukan
Castile
Dengan
demikian,
Salib
telah
mengadopsi
metode-metode
baru
dalam
pengorganisasian
militer,
administrasi dan kode-kode hukum pola Eropa, dan begitu juga yang dilakukan
oleh dua penguasa otonomi dari propinsi kerajaan tersebut, Mesir dan Tunisia .
Begitu seterusnya agresi kolonial barat yang meyebabkan perubahan demi
perubahan dalam kejayaan Islam , banyak yang ternetralisir dengan sistem
kebudayaan barat.
3.
Penetrasi Barat Terhadap Dunia Islam
Pengaruh Eropa terhadap dunia Islam menyadarkan para pemimpin
kerajaan Utsmaniyah untuk mengadakan perubahan . Begitu pun pada masa
Sultan Mahmud II padatahun 1820-an, sejumlah kecil para pejabat yang
menyadari perlu adanya perubahan mengambil keputusan keputusan yang
cukup penting.
Di Kairo, sepeninggal tentara Perancis, kekuasaan diambillah oleh
Muhammad Ali (1805-48), orang Turki dari Macedonia yang dikirim oleh kerajaan
Utsmaniyah melawan Perancis
gambaran bahwa pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 dunia Islam hampir
seluruhnya berada dalam koloni barat , kecuali Hijaz , Persia, dan Afghanistan .
Dunia Islam lainnya yang membentang dari Maroko hingga Indonesia merupakan
negeri-negeri kolonial yang dijadikan sapi perahan untuk kemakmurann
bangsa barat.
FAKTOR PENYEBAB KEMUNDURAN ISLAM
Setelah mengetahui asas kebangkitan peradaban Islam kini kita perlu
mengkaji sebab-sebab kemunduran dan kejatuhannya. Dengan begitu kita dapat
mengambil
pelajaran
dan
bahkan
menguji
letak
kelemahan,
kekuatan,
3.
Pada tahun 1492 Granada jatuh dan secara kebetulan Columbus mulai
mempersatukan
berbagai
kultur,
etnik,
ras
dan
bangsa
dapat
dilemahkan. Yaitu dengan cara adu domba dan tehnik divide et impera sehingga
konflik intern menjadi tak terhindarkan dan akibatnya negara-negara Islam
terfragmentasi menjadi negeri-negeri kecil.
Itulah di antara faktor-faktor eksternal yang dapat diamati. Namun analisa alHassan di atas berbeda dari analisa Ibn Khaldun. Bagi Ibn Khaldun justru letak
geografis dan kondisi ekologis negara-negara Islam merupakan kawasan yang
berada di tengah-tengah antara zone panas dan dingin sangat menguntungkan.
Di dalam zone inilah peradaban besar lahir dan bertahan lama, termasuk Islam
yang bertahan hingga 700 tahun, India, China, Mesir dll. Menurut Ibn Khaldun
faktor-faktor penyebab runtuhnya sebuah peradaban lebih bersifat internal
daripada
eksternal.
Suatu
peradaban
dapat
runtuh
karena
timbulnya
menggelapkan,
mencuri,
melanggar
sumpah
dan
memakan
ilmu
pengertahuan
dan
ketrampilan.
merupakan
kunci
bagi
keberhasilan
pengembangan
ilmu
4.
Orientasi kemewahan masyarakat
5.
Egoisme
6.
Opportunisme
7.
Penarikan pajak secara berlebihan
8.
Keikutsertaan penguasa dalam kegiatan ekonomi rakyat
9.
Rendahnya peran masyarakat terhadap agama
10. Penggunaan pena & pedang secara tidak tepat.
Kesepuluh poin ini lebih mengarah kepada masalah-masalah moralitas
masyarakat khususnya penguasa. Nampaknya, Ibn Khaldun berpegang pada
asumsi bahwa karena kondisi moral di atas itulah maka kekuatan politik,
ekonomi dan sistem kehidupan hancur dan pada gilirannya membawa dampak
terhadap terhentinya pendidikan dan kajian-kajian keislaman, khususnya sains.
Menurutnya ketika Maghrib dan Spanyol jatuh, pengajaran sains di kawasan
Barat kekhalifahan Islam tidak berjalan. Namun dalam kasus jatuhnya Baghdad,
Basra dan Kufah ia tidak menyatakan bahwa sains dan kegiatan saintifik berhenti
atau menurun, tapi berpindah ke bagian Timur kekhalifahan Baghdad, yaitu
Khurasan dan Transoxania.
Masa Keemasan
Setelah
kekuasaan
Umayyah
berakhir,
kendali
pemerintahan
Islam
(hukum). Karena itu masa ini merupakan masa perkembangan dan pembukuan
kitab fiqh, hasil ijtihad para tokoh mujtahidin. Periode ini merupakan puncak
lahirnya karya-karya besar dalam berbagai penulisan dan pemikiran, ditandai
antara lain dengan lahirnya kitab kumpulan hadits dan fiqh (hukum Islam) dari
berbagai madzhab.
A. Kondisi Hukum Islam dan Perkembangannya
Belum pernah tercatat dalam sejarah perkembangan fiqih sebagaimana
terjadi pada periode ini. Kekayaan tsarwah fiqhiyah benar-benar memperlihatkan
kedalaman dan orisinalitas yang mengagumkan. Saat itu fiqih menjadi disiplin
ilmu tersendiri, mulai dirintis penulisan ushul fiqih (kaidah-kaidah fiqhiyah) dan
perumusan metodologi serta kaidah-kaidah ijtihad yang dipakai oleh para
mujtahidin dan fuqaha dalam menyimpulkan hukum-hukum dari sumber fiqih.
Sejarah juga mencatat periode ini sebagai suatu fase dimana fiqih tidak
sekedar berputar di sekitar masalah-masalah pengambilan hukum atau fatwafatwa fuqaha sahabat, seperti yang menjadi concern fuqaha sebelumnya, tetapi
merambah
ke
dalam
persoalan-persoalan
metodologis
dan
kemungkinan
4. Kodifikasi ilmu
5. Tersebarnya perdebatan dan tukar pikiran diantara para Faqihi
Pada permulaan masa ini, mulailah timbul munadzarah (pertukaran
fikiran) dan perselisihan paham yang meluas yang mengakibatkan timbulnya
khittah-khittah baru dalam mentasyrikan hukum bagi pemuka-pemuka tasyri
itu. Terjadinya perselisihan paham di masa sahabat itu adalah karena perbedaan
paham diantara mereka dan perbedaan nash yang sampai kepada mereka,
karena pengetahuan mereka dalam soal hadis tidak bersamaan dan pula karena
perbedaan pandangan tentang mashlahah yang menjadi dasar bagi penetapan
suatu hukum, disamping itu juga adalah karena berlainan tempat.
6. Pembukuan fiqh / hukum Islam
Gagasan penulisan hukum-hukum fiqhiyah sebenarnya sudah muncul
pada akhir pemerintahan Bani Umayyah, yaitu ketika beberapa ulama mulai
menulis fatwa-fatwa diantara syeikh mereka karena khawatir lupa atau hilang.
Sejak saat itu inisiatif untuk menulis hukum-hukum syariyah terus berkembang.
Beberapa fuqaha Madinah mulai mengumpulkan fatwa-fatwa sahabat dan tabiin
seperti Siti Aisyah, Ibnu Umar dan Ibnu Abbas sebagaimana terlihat dalam kitab
Muwattha, karya monumental Imam Malik.
B. Kodifikasi Ilmu Pengetahuan
Faktor utama yang mendorong perkembangan hukum Islam adalah
berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia Islam. Berkembang pesatnya ilmu
pengetahuan di dunia Islam disebabkan oleh hal-hal berikut :
1. Banyaknya mawali yang masuk Islam
Sebagian orang yang daerahnya dikuasai umat Islam menjadi penganut
agama Islam. Kemudian mereka belajar agama Islam di bawah bimbingan para
imam. Di bawah pemerintahan Harun al-Rasyid, dimulailah penerjemahan bukubuku Yunani ke dalam bahasa Arab. Pada awalnya, upaya penerjemahan di
utamakan pada buku-buku kedokteran, tetapi kemudian dipelajari pula bukubuku ilmu pengetahuan dan filsafat.
2. Berkembangnya pemikiran karena luasnya ilmu pengetahuan
Dalam bidang ilmu kalam terjadi perdebatan, setiap kelompok memiliki
cara berfikir tersendiri dalam memahami akidah Islam. Selain itu, saat itu terjadi
pula pertarungan pemikiran antara mutakallimin, muhadditsin, dan fuqaha.
3. Adanya upaya umat Islam untuk melestarikan al-Quran dengan dua cara, yaitu
dicatat (dikumpulkan dalam mushaf) dan dihafal.
Pada periode ini muncul usaha untuk menghimpun hadits Nabi, sebagai
acuan dalam penetapan hukum setelah al-Quran. Hadits dari usaha tersebut
lahirlah kitab-kitab himpunan hadits, terutama enam kitab hadits terkemuka (alkutub al-sittah), karya ulama penghimpun hadits yaitu :
a. Imam Bukhari (wafat 256 H/870 M)
b. Imam Muslim (wafat 261 H/875 M)
c. Ibn Majah (wafat 273 H/877 M)
d. Abu Dawud (wafat 275 H/889 M)
e. Al-Tirmidzi (wafat 279 H/892 M)
f. Al-Nasai (wafat 303 H/915 M).
C. Pembentukan Madzhab-madzhab Fiqh
Dalam masa perkembangan ijtihad banyak para mujtahid ahli sunnah
yang menjelaskan/mengkhususkan perhatiannya kepada masalah fiqh. Para
mujtahid mencurahkan hampir segala hidup dan kehidupannya untuk mendalami
ilmu fiqh. Baik itu untuk mengambil istimbath ilmu fiqh, maupun dalam
mengerjakannya.
Tiap-tiap mujtahid senantiasa dikelilingi oleh para siswa yang ingin
mempelajari ilmu fiqhnya, ataupun ingin mengajukan persoalan yang mereka
hadapi. Para ahli fiqh ini telah banyak mewariskan kumpulan-kumpulan hasil
ijtihad mereka. Baik yang tertulis dalam buku-buku fiqh ataupun yang berupa
amanat yang senantiasa dipegang teguh oleh para siswa mereka. Kumpulan
hasil ijtihad tadi kemudian dikenal dengan aliran-aliran fiqh/al-madzhahibul
fiqhiyyah.
Thaha Jabir Fayadl al-Ulwani (1987: 87-88) menjelaskan bahwa madzhab
fiqih Islam yang muncul setelah sahabat dan khabar al-tabiin berjumlah 13
aliran. Ketiga belas aliran ini berafiliasi dengan aliran ahlussunnah. Namun tidak
semua aliran itu dapat diketahui dasar-dasar dan metode istimbath hukum.
Adapun di antara pendiri 13 itu adalah sebagai berikut :
1. Abu Said al-Hasan ibn Yasar al-Bashri (w. 110 H)
2. Abu Hanifah al-Numan ibn Tsabit ibn Zuthi (w. 150 H)
3. Al-Auzai Abu Amr Abd al-Rahman ibn Amr ibn Muhammad (w. 157 H)
4. Sufyan ibn Said ibn Masruq al-Tsauri (w. 160 H)
5. Al-Laits ibn Sad (w. 175 H)
6. Malik ibn Anas al-Bahi
7. Sufyan ibn Uyainah (w. 198 H)
8. Muhammad ibn Idris al-Syafii (w. 204 H)
Muhammad bin Abdullah bin al-Ahkam, Abu Ibrahim bin Ismail bin Yahya alMuzani. Dasar-dasar yang menjadi sumber hukum Islam madzhab Syafii adalah :
a. Al-Quran
b. Sunnah
c. Ijma
d. Qiyas
e. Istidlal
4. Imam Ahmad Hanbali
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin
Hambal bin Hilal al-Syaibani. Beliau dilahirkan di Baghdad pada bulan Rabiul
Awal 164 H/780 M. Imam Ahmad bin Hanbal banyak mempelajari dan
meriwayatkan hadits. Dia berhasil menyusun kitab himpunan hadits, yang
terkenal dengan nama Musnad Ahmad Hanbali.
Dasar-dasar yang menjadi sumber hukum Islam/dalil hukum Islam
(mashadir al-ahkam, adillat al-ahkam) madzhab Hanbali adalah :
a. Al-Quran
b. Sunnah (hadits shahih)
c. Fatwa para sahabat
d. Hadits yang lemah (dhaif/hasan)
e. Qiyas
5. Imam Jafar
Nama lengkapnya Imam Jafar ash-Shaddiq (80-146 H/699-765 M), adalah
Jafar bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abiding bin Husein bin Ali bin Abi
Thalib. Beliau dilahirkan pada tahun 80 H (699 M).
Jafar al-Shadiq adalah seorang ulama besar dalam banyak bidang ilmu,
seperti ilmu filsafat, tasawuf, fiqh, kimia dan ilmu kedokteran. Beliau adalah
Imam yang keenam dari dua belas Imam dalam madzhab Syiah Imamiyah. Di
kalangan kaum sufi beliau adalah guru syaikh yang besar, sedang di kalangan
ahli Kimia beliau dianggap sebagai pelopor ilmu Kimia, beliau adalah guru dari
Jabir bin Hayyan, ahli Kimia dan Kedokteran Islam.
Fiqh Jafari adalah fiqh dalam madzhab Syiah pada zamannya, karena
sebelum dan pada masa Jafar ash-Shiddiq tidak ada perselisihan. Perselisihan
dan perbedaan pendapat baru muncul sesudah masanya.
Dasar-dasar yang menjadi sumber hukum/dalil hukum (mashadir alahkam, adillat al-ahkam), madzhab Jafari adalah :
a. Al-Quran
wujud
kesadaran
dari
kebangkitan
hukum
Islam.
Bagi
mayoritas
pengamat, sejarah kebangkitan dunia Islam pada umumnya dan hukum Islam
khususnya, terjadi karena dampak Barat. Mereka memandang Islam sebagai
suatu massa yang semi mati yang menerima pukulan-pukulan yang destruktif
atau pengaruh-pengaruh yang formatif dari barat. Fase kebangkitan kembali ini
merupakan fase meluasnya pengaruh barat dalam dunia Islam akibat kekalahankekalahan dalam lapangan politik yang kemudian diikuti dengan bentuk-bentuk
benturan keagamaan dan intelektual melalui berbagai saluran yang beraneka
ragam
tingkat
kelangsungan
dan
intensitasnya.
Periode
kebangkitan
ini
berlangsung mulai sejak abad ke 19, yang merupakan kebangkitan kembali umat
islam, terhadap periode sebelumnya, periode ini ditandai dengan gerakan
pembaharuan pemikiran yng kembali kepada kemurnian ajaran islam. Tanda1.
tanda kemajuan :
Di bidang perundang-undangan
Periode ini dimulai dengan berlakunya Majalah al Ahkam al Adliyah yaitu Kitab
Undang-undang Hukum perdata Islam pemerintahan Turki Usmani pada Tahun
2.
1876 M.
Di bidang pendidikan
Diperguruan-perguruan agama islam di Mesir, Pakistan, maupun di Indonesia
dalam cara menpelajari fiqh tidak hanya dipelajari tertentu, tetapi juga dipelajari
secara perbandingan, bahkan juga dipelajari hukum adat dan juga sistem hukum
eropa.Dengan demikian diharapkan wawasan pemikiran dalam hukum dan
mendekatkan pada hukum islam dan hukum yang selama ini berlaku.
a)
Fiqh Kaum Pembaharu
Ketika Islam memasuki periode perkembangan peradaban yang ditengarai
makin meluasnya wilayah kekuasaan Islam, di sana-sini terjadi akulturasi budaya
dan
metode
yang
dilakukan
umat
Islam
dalam
memahami
dan
memahami agama atas dasar teks al-Quran dan Hadis secara ketat. Kedua,
kaum rasionalis yang berusaha memahami ajaran Islam dengan pendekatan dan
kekuatan akal untuk menyingkap ajaran Islam secara kontekstual. Ketiga, kaum
intuitif yang berusaha memahami ajaran Islam lewat pendekatan kashf dan
ilham dalam rangka mengungkap rahasia agama secara batin.
Sejalan dengan pemikiran di atas, A. Mukti Ali (w. 2004) menyimpulkan
bahwa dilihat dari segi pendekatan, terdapat tiga macam pola pendekatan yang
dilakukan
kaum
muslimin
dalam
memehami
ajaran
agama
Islam
yaitu
yang
disebabkan
oleh
kesalahan
dalam
memahami
dan
jawaban
dan
merespon
terhadap
apa
saja
yang
dipandang
Islam
dan
memformulasikan
secara
permanen
validitas
dan
Muhammad Abduh (1849-1905 M.) dan Muhammad Rashid Ridha (18651935 M.), melancarkan usaha pembaharuan dengan jalan memodernisasikan
ajaran Islam di Mesir. Beberapa pengikutnya kelak dikenal dengan golongan
Salafiyyah. Muhammad Abduh berupaya memodernisasikan ajaran Islam yang
asli dengan penyesuaian perkembangan modern, usaha penyesuaian tersebut
membutuhkan usaha baru untuk meniscayakan dibukanya pintu ijtihad.
a. Madzhab Skriptualisme
Mazhab berpikir skriptualisme mempunyai landasan penilaian berdasarkan
teks atau wahyu (kitab suci), bahwa hanya dengan wahyu-lah kita bisa
memberikan penilaian terhadap sebuah realitas dan dengan wahyu pulalah kita
bisa mengatakan bahwa sesuatu itu benar dan salah, tanpa wahyu maka
mustahil kita bisa memberikan sebuah penilaian.
Ada beberapa problem dalam mazhab skriptualisme antara lain:
i.
Sifat klaim akan selalu muncul terhadap pemahaman ayat, padahal
pemahaman kita terhadap ayat tidak terlepas dari subyektifitas penafsir,
sehingga tidak perlu adanya sifat otoritas tafsir dan klaim kebenaran dari
penafsiran terhadap kitab tertentu dan klaim kebenaran.
ii.
Agama yang memiliki kitab suci bukan cuma satu agama tapi banyak
agama dan masing orang-orang yang memeluk agama yang berbeda samasama mengklaim bahwa merekalah pemilik kebenaran, pertanyaan kemudian,
mungkinkah agama-agama itu bila sekiranya mengandung nilai kebenaran akan
terjadi hal yang sifatnya kontradiksi, dan kalau memang mereka sama-sama
meyakini kebenaran agama mereka dan kitab suci mereka, lalu kenapa mesti
terjadi pengkafiran bahkan pembantaian, bahkan dalam sejarah keagamaan di
dunia ini telah meninggalkan duka hitam yang sangat besar kepada ummat
manusia, karena ratusan juta manusia telah menjadi korban pertikaian dan
peperangan antar agama, yang sama-sama mengklaim pewaris kebenaran.
Dari dua problem diatas dan beberapa pertanyaan untuk mazhab
skriptualisme, akan mengantarkan kita kepada suatu pemahaman bahwa ayatayat dan kitab suci bukanlah landasan penilaian dalam mengambil kesimpulan,
akan tetapi Al-Quran ditempatkan sebagai data-data yang sifatnya metafisika
c)
agama Islam, tema umum Islam (maqashid al-syariah). Dengan arti kata bahwa
mazhab
ini
berusaha
mendobrak
kebekuan
pemikiran
Islam,
seklaigus
hakikinya,
maka
peranan
akal
dalam
ijtihad
sangat
dominan.
Perbedaannya bahwa rasional dalam fiqh adalah suatu pemikiran yang ada
hubungannya dengan nash-nash, namun apabila tidak ada hubungannya maka
tidak disebut rasional tetapi liberal.
Akar-Akar Liberalisme Islam
Akar-akar gerakan liberalisme Islam di Timur Tengah bisa ditelusuri hingga
awal abad ke-19, ketika apa yang disebut gerakan kebangkitan (harakah alnahdhah) di kawasan itu secara hampir serentak dimulai. Pada awalnya,
kecenderungan liberalisme tokoh-tokoh pembaharu Muslim di kawasan Arab
dipicu oleh semangat pemberontakan terhadap kolonialisme Eropa pada satu
sisi, dan terhadap keterbelakangan kaum Muslim pada sisi lain. Karenanya, misi
para pembaru Muslim pada meminjam istilah Albert Hourani masa-masa
liberal (liberal age) itu adalah pembebasan dari cengkeraman penjajahan dan
pembebasan dari kebodohan. Dua misi ini terus berjalan secara beriringan
hingga masa pertengahan abad ke-20, ketika sebagian besar negara-negara
Muslim
mendapatkan
kemerdekaannya.
Sementara
misi
kedua,
proyek
respons
dari
masyarakat
Muslim,
tapi
sebagian
lainnya,
mengalami tantangan, khususnya dari ulama ortodoks yang dalam hal ini
menjadi lawan serius dari gerakan pembaruan Islam.
Secara umum, para pembaharu Arab di masa-masa awal kebangkitan
meyakini bahwa Islam adalah agama yang cocok bagi setiap masa dan tempat
(shlih li kulli zamn wa makn). Islam juga mampu beradaptasi dengan dunia
modern, termasuk dengan pencapaian ilmu pengetahuan dan dalam beberapa
hal nilai-nilai Barat. Jika terjadi konflik antara ajaran Islam dengan pencapaian
modernitas, maka yang harus dilakukan, menurut mereka, bukanlah menolak
modernitas, tetapi menafsirkan kembali ajaran tersebut. Di sinilah inti dari sikap
dan doktrin Islam Liberal.
Muhammad
Darwis
dari
kota
santri
Kauman
Yogyakarta.
kata
Muhammadiyah
dimaksudkan
untuk
menisbahkan
agama
Islam
sebagai
yang
memang
ajaran
yang
serta
dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani kehidupan
dunia sepanjang kemauan agama Islam. Dengan demikian ajaran Islam yang
suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa
Indonesia
pada
umumnya.
Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan
merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji
Ahmad
Dahlan
(Muhammad
Darwis)
yang
menjadi
pendirinya.
Setelah
menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada
tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air.
Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulamaulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari
Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan
Kyai Fakih dari Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran
para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab,
Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal
kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Ssudi Arabia dan bacaan
atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih
ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi,
Kyai Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi
konservatif.
Embrio
kelahiran
Muhammadiyah
sebagai
sebuah
organisasi
untuk
Kyai
Dahlan,
dengan
menggunakan
meja
dan
papan
tulis,
yang
mengajarkan agama dengan dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum.
Maka pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah
1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang
bernama MUHAMMADIYAH. Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada
tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim Statuten Muhammadiyah
(Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian
baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam
Statuten Muhammadiyah yang pertama itu, tanggal resmi yang diajukan ialah
tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak mencantumkan tanggal
Hijriyah. Dalam artikel 1 dinyatakan, Perhimpunan itu ditentukan buat 29 tahun
lamanya, mulai 18 November 1912. Namanya Muhammadiyah dan tempatnya
di Yogyakarta. Sedangkan maksudnya (Artikel 2), ialah: a. menyebarkan
pengajaran Igama Kangjeng Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi Wassalam
kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta, dan b. memajukan
hal Igama kepada anggauta-anggautanya.
Terdapat hal menarik, bahwa kata memajukan (dan sejak tahun 1914 ditambah
dengan
kata
Muhammadiyah
menggembirakan)
merupakan
dalam
kata-kunci
yang
pasal
selalu
maksud
dan
dicantumkan
tujuan
dalam
Statuten Muhammadiyah pada periode Kyai Dahlan hingga tahun 1946 (yakni:
Statuten Muhammadiyah Tahun 1912, Tahun 1914, Tahun 1921, Tahun 1931,
Tahun 1931, dan Tahun 1941). Sebutlah Statuten tahun 1914: Maksud
Persyarikatan ini yaitu:
1. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Igama di
Hindia Nederland,
2. dan Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang
kemauan agama Islam kepada lid-lidnya.
Dalam pandangan Djarnawi Hadikusuma, kata-kata yang sederhana tersebut
mengandung arti yang sangat dalam dan luas. Yaitu, ketika umat Islam sedang
dalam kelemahan dan kemunduran akibat tidak mengerti kepada ajaran Islam
yang sesungguhnya, maka Muhammadiyah mengungkap dan mengetengahkan
ajaran Islam yang murni itu serta menganjurkan kepada umat Islam pada
umumnya
untuk
mengajarkannya,
mempelajarinya,
dalam
suasana
dan
yang
kepada
maju
para
dan
ulama
untuk
menggembirakan.
1959,
mencantumkan
yakni
dengan
Asas
Islam
untuk
dalam
pertama
pasal
kalinya
Bab
II.,
Muhammadiyah
dengan
kalimat,
Persyarikatan berasaskan Islam. Jika didaftar, maka hingga tahun 2005 setelah
Muktamar ke-45 di Malang, telah tersusun 15 kali Statuten/Anggaran Dasar
Muhammadiyah, yakni berturut-turut tahun 1912, 1914, 1921, 1934, 1941, 1943,
1946, 1950 (dua kali pengesahan), 1959, 1966, 1968, 1985, 2000, dan 2005.
Asas Islam pernah dihilangkan dan formulasi tujuan Muhammadiyah juga
mengalami perubahan pada tahun 1985 karena paksaan dari Pemerintah Orde
Baru dengan keluarnya UU Keormasan tahun 1985. Asas Islam diganti dengan
asas Pancasila, dan tujuan Muhammadiyah berubah menjadi Maksud dan tujuan
Persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu
wataala. Asas Islam dan tujuan dikembalikan lagi ke masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya dalam AD Muhammadiyah hasil Muktamar ke-44 tahun 2000
di
Jakarta.
dan
langkah
Kyai
Dahlan
sebagai
pendirinya,
yang
mampu
memadukan paham Islam yang ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah Nabi
dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga
memberi karakter yang khas dari kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah
di kemudian hari. Kyai Dahlan, sebagaimana para pembaru Islam lainnya, tetapi
dengan tipikal yang khas, memiliki cita-cita membebaskan umat Islam dari
keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid
(pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid (aqidah), ibadah, muamalah,
dan pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan
mengembalikan kepada sumbernya yang aseli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi
yang Shakhih, dengan membuka ijtihad.
Mengenai
langkah
pembaruan
Kyai
Dahlan,
yang
merintis
lahirnya
dalam
ber-ijtihad..
modern
tanpa
terpecah
kepribadiannya
(Kuntowijoyo,
1985:
36).
Lembaga pendidikan Islam modern bahkan menjadi ciri utama kelahiran dan
perkembangan Muhammadiyah, yang membedakannya dari lembaga pondok
pesantren kala itu. Pendidikan Islam modern itulah yang di belakang hari
diadopsi dan menjadi lembaga pendidikan umat Islam secara umum.
Langkah ini pada masa lalu merupakan gerak pembaruan yang sukses, yang
mampu melahirkan generasi terpelajar Muslim, yang jika diukur dengan
keberhasilan umat Islam saat ini tentu saja akan lain, karena konteksnya
berbeda.
Pembaruan Islam yang cukup orisinal dari Kyai Dahlan dapat dirujuk pada
pemahaman dan pengamalan Surat Al-Maun. Gagasan dan pelajaran tentang
Surat Al-Maun, merupakan contoh lain yang paling monumental dari pembaruan
yang berorientasi pada amal sosial-kesejahteraan, yang kemudian melahirkan
lembaga Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKU). Langkah momumental ini
dalam wacana Islam kontemporer disebut dengan teologi transformatif, karena
Islam tidak sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah dan hablu min
Allah (hubungan dengan Allah) semata, tetapi justru peduli dan terlibat dalam
memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia. Inilah teologi
amal yang tipikal (khas) dari Kyai Dahlan dan awal kehadiran Muhammadiyah,
sebagai bentuk dari gagasan dan amal pembaruan lainnya di negeri ini.
Kyai Dahlan juga peduli dalam memblok umat Islam agar tidak menjadi korban
misi Zending Kristen, tetapi dengan cara yang cerdas dan elegan. Kyai mengajak
diskusi dan debat secara langsung dan terbuka dengan sejumlah pendeta di
sekitar Yogyakarta. Dengan pemahaman adanya kemiripan selain perbedaan
antara Al-Quran sebagai Kutab Suci umat Islam dengan kitab-kitab suci
sebelumnya, Kyai Dahlan menganjurkan atau mendorong umat Islam untuk
mengkaji semua agama secara rasional untuk menemukan kebenaran yang
inheren dalam ajaran-ajarannya, sehingga Kyai pendiri Muhammadiyah ini
misalnya beranggapan bahwadiskusi-diskusi tentang Kristen boleh dilakukan di
masjid
(Jainuri,
Kepeloporan
pembaruan
Kyai
2002:
Dahlan
yang
78)
menjadi
tonggak
.
berdirinya
menanamkan
ajaran
Islam
serta
memajukan
kehidupan
kaum
Karena
itu,
Muhammadiyah
memulai
gerakannya
dengan
yang
nyata.
Kyai Dahlan dalam mengajarkan Islam sungguh sangat mendalam, luas, kritis,
dan cerdas. Menurut Kyai Dahlan, orang Islam itu harus mencari kebenaran yang
sejati, berpikir mana yang benar dan yang salah, tidak taklid dan fanatik buta
dalam
kebenaran
sendiri,
menimbang-nimbang
dan
menggunakan
akal
pikirannya tentang hakikat kehiduupan, dan mau berpikir teoritik dan sekaligus
beripiki praktik (K.R. H. Hadjid, 2005). Kyai Dahlan tidak ingin umat Islam taklid
dalam beragama, juga tertinggal dalam kemajuan hidup. Karena itu memahami
Islam haruslah sampai ke akarnya, ke hal-hal yang sejati atau hakiki dengan
mengerahkan
seluruh
kekuatan
akal
piran
dan
ijtihad.
artinya?
bagaimanakah
tafsir
keterangannya?
bagaimana
masalah
kehidupan.
itu, yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan. Adapun faktorfaktor yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara lain:
1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi,
sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bidah, dan khurafat, yang
mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat
dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar
kemurniannya lagi;
2. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak
tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;
3. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam
memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi
tuntutan zaman;
4. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit,
bertaklid
buta
serta
berpikir
secara
dogmatis,
berada
dalam
Salam,
1968:
33).
Muhammadiyah yang didirikannya, yang untuk ukuran kala itu dalam konteks
amannya sungguh merupakan suatu pembaruan yang momunemntal. Ukuran
saat ini tentu tidak dapat dijadikan standar dengan gerak kepeloporan masa lalu
dan
hal
yang
mahal
dalam
gerakan
pembaruan
justru
pada
inisiatif
kepeloporannya.
Kyai
Dahlan
dengn
Muhammadiyah
yang
didirikannya
terpanggil
untuk
tahun
1970-an,
bahwa:
Dalam
setengah
abad
sejak
permulaan
abad
ke-20
terdapat
sejumlah
pergerakan
kecil
kecil,
tidak hanya ditampilkan secara otentik dengan jalan kembali kepada sumber
ajaran yang aseli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi yang sahih, tetapi juga
menjadi kekuatan untuk mengubah kehidupan manusia dari serba ketertinggalan
menuju
pada
dunia
kemajuan.
gerakan
Islam
melalui
organisasi
dalam
konteks
kelahiran
ajaran
transendensi yang
mengajak pada kesadaran iman dalam bingkai tauhid semata. Bukan sekadar
Islam yang murni, tetapi tidak hirau terhadap kehidup. Apalagi Islam yang murni
itu sekadar dipahami secara parsial. Namun, lebih jauh lagi Islam ditampilkan
sebagai kekuatan dinamis untuk transformasi sosial dalam dunia nyata
kemanusiaan melalui gerakan humanisasi (mengajak pada serba kebaikan)
dan emanisipasi atau liberasi (pembebasan dari segala kemunkaran),
2.
3.
didunia
dan
akhirat.
Pokok
pikiran
tersebut
dirumuskan
dalam
menjunjung tinggi huku Allah lebih dari pada hukum yang manaupun juga
adalah kewajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang mengaku bertuhan kepada
Allah. Agama Islam adalah Agama Allah yang dibawa oleh sekalian nabi, sejak
Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW dan diajarkan kepada umatnya
masing-masing untuk mendapatkan hidup bahagia dunia dan akhirat.
5.
untuk
menciptakan
masyarakat
yang
bahagia
dan
sentosa
sebagaimana yang tersebut diatas, tiap-tiap orang terutama ummat islam, yang
percaya kepada Allah dan Hari Kemudian, wajiblah mengikuti jejak sekalian Nabi
yang
suci
itu,
mengumpulkan
beribadat
segala
kepada
kekuatan
dan
Allah
dan
berusaha
meggunakannya
segiat-giatnya
untuk
menjelmaka
masyarakat itu di dunia ini, dengan niat yang murni tulus dan ikhlas karena Allah
semata-mata dan hanya mengharapkan karuia Allah dan ridla-Nya belaka serta
mempunyai rasa tanggung jawab dihadirat Allah atas segala perbuatannya, lagi
pula harus sabar dan tawakkal bertabah hati menghadapi segala kesukaran atau
kesulitan yang menimpa dirinya,dengan penuh pengharapan akan perlindungan
dan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.
6.
mewuudkan
dilaksanakan
dengan
pikiran-pikiran
sebaik-baiknya
tersebut
dan
hanyalah
berhasil,
bila
kan
dengan
dapat
cara
Pokok
pikiran
tersebut
dirumuskan
dalam
Muqaddimah
menyuruh
kepada
yang
ma'ruf
dan
mencegah
dari
yang
suatu negara yang indah, bersih, suci dan makmur dibawah lindungan Tuhan
yang Maha Pengampun
Maka dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan ummat Islam dapatlah
diantar ke pintu gerbang sorga Jannatun Naim dengan keridlaan Allah Rahman
dan Rahim.
4. Tuliskan dan jelaskan visi dan misi Muhammadiyah
Jawaban :
Visi Ideal Muhammadiyah
Terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
(1)
Memajukan
dan
memperbaharui
pendidikan
dan
kebudayaan,
Mengupayakan
penegakan
hukum,
keadilan,
dan
kebenaran
serta
1. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar,
beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah, bercita-cita dan
bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah
SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah
Allah di muka bumi.
2. Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang
diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan
seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan
rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin
kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi.
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:
a. Al-Qur'an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW;
b. Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur'an yang
diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai
dengan jiwa ajaran Islam.
4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang
meliputi bidang-bidang:
a. 'Aqidah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari
gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip
toleransi menurut ajaran Islam.
b. Akhlak
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan
berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah rasul, tidak bersendi
kepada nilai-nilai ciptaan manusia
c. Ibadah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh
Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
d. Muamalah Duniawiyah
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu'amalat duniawiyah
(pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran
Agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada
Allah SWT.
5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah
mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber
kekayaan, kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar
pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama
menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT:
"BALDATUN THAYYIBATUB WA ROBBUN GHOFUR"
6. Jelaskan apa yang menjadi khitah perjuangan Muhammadiyah
( Pengertian dan isinya
Jawaban :
Khittah atau Garis Perjuangan Muhammadiyah yang lumayan popular dibanding
dengan Khittah yang lain adalah Khittah Ujung Pandang th. 1971. Sesuai sama
namanya, Khittah Muhammadiyah itu dilahirkan dari Muktamar ke-38 th. 1971
di Ujung Pandang (Sulawesi Selatan), yang saat ini bertukar nama kembali jadi
kota Makassar. Khittah Ujung Pandang inilah yang paling banyak dirujuk serta
jadi dasar atau acuan pokok dalam memastikan sikap organisasi hadapi dunia
politik.
Seperti di ketahui bahwasanya pada Muktamar ke-38 th. 1971 Muhammadiyah
bikin ketentuan perihal Pernyataan (Penegasan) Muhammadiyah perihal
Hubungan Muhammadiyah dengan partai-partai serta organisasi-organisasi
lain, yang lalu di kenal dengan Khittah Muhammadiyah th. 1971 atau Khittah
Muhammadiyah Ujung Pandang. Tersebut isi pernyataan sikap Muhammadiyah
atau Khittah Muhammadiyah Ujung Pandang itu yang dipetik dari Dokumen
Pimpinan Pusat Muhammadiyah perihal Keputusan Muktamar ke-38 th. 1971 di
Ujung Pandang :
Bismillahirrahmanirrahim Muktamar Muhammadiyah ke-38 yang berjalan dari
tanggal 1 s. d. 6 Syaban 1391 bertepatan dengan 21 s. d. 26 September 1971 di
Ujung Pandang, sesudah mendengar pandangan serta pendapat beberapa
peserta Muktamar perihal jalinan Muhammadiyah dengan partai-partai serta
organisasi-organisasi yang lain dalam usaha penambahan Muhammadiyah untuk
Gerakan Dawah Islam, mengambil keputusan seperti berikut :
Untuk
lebih
menambah
partisipasi
Muhammadiyah
dalam
proses
Gagasan Ahmad
Dahlan mendirikan
Muhammadiyah
bukan sebagai organisasi politik. Dalam kaitan itu setiap anggota dan pimpinan
Muhammadiyah
senantiasa
ditekankan
untuk
menonjolkan
hingga
Tsanawiyah
Muhammadiyah,
para
ustad
(guru)
selalu
Tinggi
Muhammadiyah,
jumlah
Perguruan
Tinggi
Menurut istilah ahli ushul fiqh adalah : Usaha yang dilakukan oleh mujtahid untuk
mengemukakan satu antara dua jalan ( dua dalil ) yang saling bertentangan ,
karena mempunyai kelebihan yang lebih kuat dari yang lainnya
Tarjih
dalam
istilah
persyarikatan
,sebagaimana
terdapat
uraian
singkat
dalam
Muhammadiyah
Khazanah
mengalami
Pemikiran
pergeseran
Islam
yang
Klasik,
cukup
maka
konsep
signifikan.
tarjih
Kemudian
persyarikatan ini melihat perlu adanya lembaga yang memiliki otoritas dalam
bidang hukum. Maka pada tahun 1927 M , melalui keputusan konggres ke 16 di
Pekalongan,
berdirilah
lembaga
tersebut
yang
di
sebut
Majlis
Tarjih
Muhammdiyah.
Tersebut di dalam majalah Suara Muhammadiyah no.6/1355( 1936 ) hal
145 :
.bahwa perselisihan faham dalam masalah agama sudahlah timbul dari
dahulu, dari sebelum lahirnja Muhammadijah : sebab-sebabnja banjak ,
diantaranja karena masing-masing memegang teguh pendapat seorang ulama
atau jang tersebut di suatu kitab, dengan tidak suka menghabisi perselisihannja
itu dengan musjawarah dan kembali kepada Al Quran , perintah Tuhan Allah dan
kepada Hadits, sunnah Rosulullah.
Oleh karena kita chawatir, adanja pernjeknjokan dan perselisihan dalam
kalangan Muhammadijah tentang masalah agama itu, maka perlulah kita
mendirikan Madjlis Tardjih untuk menimbang dan memilih dari segala masalah
jang diperselisihkan itu jang masuk dalam kalangan Muhammadijah manakah
jang kita anggap kuat dan berdalil benar dari Al quran dan hadits.
Sejak berdirinya pada tahun 1927 M, Majlis Tarjih telah dipimpin oleh 8 Tokoh
Muhammadiyah, yaitu :
1. KH. Mas Mansur
2. Ki Bagus Hadikusuma
3. KH. Ahmad Badawi
4. Krt. KH. Wardan Diponingrat
5. KH. Azhar Basyir
6. Prof. Drs. Asjmuni Abdurrohman ( 1990-1995 )
7. Prof. Dr. H. Amin Abdullah ( 1995-2000)
8. Dr. H. Syamsul Anwar , MA ( 2000-2005 )
Tarjih
ini
mempunyai
karena
selain
kedudukan
berfungsi
yang
sebagai
istimewa
Pembantu
di
dalam
Pimpinan
bahwa
Majlis
Tarjih
ini
merupakan
Think
Thank
nya
membimbing
umat
khususnya
anggota
dan
keluarga
Muhammadiyah.
3. Mendampingi dan membantu Pimpinan Persyarikatan dalam membimbing
anggota melaksanakan ajaran Islam
4.
Membantu
Pimpinan
Persyarikatan
dalam
mempersiapkan
dan
Manhaj Tarjih
Sejak tahun 1935 upaya perumusan Manhaj Tarjih Muhammadiyah telah
dimulai, dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh Hoofdbestuur (Pimpinan
Pusat) Muhammadiyah. Langkah pertama kali yang ditempuh adalah dengan
mengkaji Mabadi Khomsah ( Masalah Lima ) yang merupakan sikap dasar
Muhammadiyah
dalam
persoalan
agama
secara
umum.
Karena
adanya
diutusnya
para
pekerjaan/urusan-urusan
nabi
yang
yaitu
perkara-perkara/pekerjaan-
diserahkan
sepenuhnya
kepada
kebijaksanaan manusia )
3. Pengertian Al Ibadah, ialah :
Bertaqarrub ( mendekatkan diri ) kepada Allah,dengan jalan mentaati
segala
perintah-perintahnya,
menjahuhi
larangan-larangan-nya
dan
mengamalkan segala yang diijinkan Allah. Ibadah itu ada yang umum dan
ada yang khusus ; a. yang umum ialah segala amalan yang diijinkan Allah
b. Yang khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan perincianperinciannya, tingkat dan cara-caranya yang tertentu.
ada
nashnya
secara
khusus
dengan
berdasarkan
illat
demi
untuk
dengan
permasalahannya
suatu
pada
madzhab,
Al-Quran
dan
dan
hanya
Hadits
menyandarkan
saja.
segala
Namun
pada
sudah tidak ada lagi , pencabutan larangan perempuan untuk keluar rumah
dll)
5. Di dalam masalah aqidah ( Tauhid ) , hanya dipergunakan dalil-dalil mutawatir.
( Keputusan yang membicarakan tentang aqidah dan iman ini dilaksanakan
pada Mukatamar Muhammadiyah ke- 17 di Solo pada tahun 1929. Namun
rumusan di atas perlu ditinjau ulang. Karena mempunyai dampak yang sangat
besar pada keyakinan sebagian besar umat Islam, khususnya kepada warga
Muhammadiyah. Hal itu, karena rumusan tersebut mempunyai arti bahwa
Persyarikatan Muhammadiyah menolak beratus-ratus hadits shohih yang
tercantum dalam Kutub Sittah, hanya dengan alasan bahwa hadits ahad tidak
bisa dipakai dalam masalah aqidah. Ini berarti juga, banyak dari keyakinan
kaum muslimin yang selama ini dipegang erat akan tergusur dengan rumusan
di atas, sebut saja sebagai contoh : keyakinan adanya adzab kubur dan
adanya malaikat munkar dan nakir, syafaat nabi Muhammad saw pada hari
kiamat, sepuluh sahabat yang dijamin masuk syurga, adanya timbangan
amal, ( siroth )jembatan yang membentang di atas neraka untuk masuk
syurga, ( haudh ) kolam nabi Muhammad saw, adanya tanda- tanda hari
kiamat sepeti turunnya Isa, keluarnya Dajjal. Rumusaan di atas juga akan
menjerat Persyarikatan ini ke dalam kelompok Munkiru al-Sunnah , walau
secara tidak langsung.
6. Tidak menolak ijma sahabat sebagai dasar suatu keputusan. ( Ijma dari segi
kekuatan hukum dibagi menjadi dua , pertama : ijma qauli, seperti ijma para
sahabat untuk membuat standarisasi penulisan Al Quran dengan khot
Utsmani, kedua : ijma sukuti. Ijma seperti ini kurang kuat. Dari segi masa,
Ijma dibagi menjadi dua : pertama : ijma sahabat. Dan ini yang diterima
Muhammadiyah. Kedua ; Ijma setelah sahabat )
7. Terhadap dalil-dalil yang nampak mengandung taarudl, digunakan cara al
jamu wa al taufiq . Dan kalau tidak dapat , baru dilakukan tarjih. ( Cara-cara
melakukan jama dan taufiq, diantaranya adalah : Pertama : Dengan
menentukan macam persoalannya dan menjadikan yang satu termasuk
bagian dari yang lain. Seperti menjama antara QS Al Baqarah 234 dengan QS
Al Thalaq 4 dalam menentukan batasan iddah orang hamil , Kedua : Dengan
menentukan yang satu sebagai mukhashis terhadap dalil yang umum,
seperti : menjama antara QS Ali Imran 86,87 dengan QS Ali Imran 89, dalam
menentukan hukum orang kafir yang bertaubat, seperti juga menjama antara
perintah sholat tahiyatul Masjid dengan larangan sholat sunnah bada Ashar,
Ketiga: Dengan cara mentaqyid sesuatu yang masih mutlaq , yaitu membatasi
pengertian
yang
luas,
seperti
menjama;
antara
larangan
menjadikan
memasang
gambar
KH.
Ahmad
Dahlan,
sebagai
pendiri
finah
dan
kemurtadan.
Keputusan
ini
ditetapkan
pada
Tarjih
menentukan
awal
Bulan
Ramadlan
dan
Syawal,
selain
ayat-ayat
dan
hadist
yang
membicarakan
sifat-sifat
dan
kolot,
akan
tetapi
keputusan-
keputusan
Majlis
Tarjih
masih
ada
kali
sidang,
tiga
pendekatan
tersebut
masih
belum
tuntas
pembahasannya.
3.Perubahan nama Mukatamar Tarjih menjadi MUNAS ( Musyawarah Nasional )
Tarjih.
4.Perampingan anggota Majlis Tarjih yaitu dengan menetapkan Anggota Tetap
Majlis
Tarjih
Pada
awalnya
muktamar
muktamar
atau
musyarawarah
musyawarah Majlis yang bersifat nasional, melibatkan utusan-utusan wilayahwilayah yang sering berganti-ganti, atau yang sering disingkat dengan MTPPI
Wilayah. Akan tetapi pada MUNAS Tarjih ke 26 di Padang, Oktober 2003
dilakukan perampingan dengan membentuk anggota tetap Majlis Tarjih yang
berjumlah sekitar 99 anggota, yang bertugas untuk melakukan sidang setiap hal
itu diperlukan. Langkah-langkah ini diambil, mengingat kurang efektif dan
efesiennya perjalanan Muktamar Tarjih selama ini, khususnya ketika diganti
namanya dengan MUNAS( Musyawarah Nasional ) . Walaupun sampai saat ini ,
keputusan tersebut belum ditanfidkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
namun akan mempunyai pengaruh yang besar bagi perjalanan Majlis Tarjih pada
masa-masa mendatang.
5.Perubahan keputusan-keputusan tarjih yang dirasa kurang sesuai lagi, seperti
pencabutan larangan menempel gambar KH. Ahamd Dahlan, pencabutan
larangan perempuan untuk keluar rumah, pencabutan keputusan tentang
larangan perempuan ikut berdemonstrasi dan lain-lain . Ini dikuatkan juga
dengan adanya komisi Pengembangan Himpunan Putusan Tarjih , pada MUNAS
Tarjih di padang, Oktober 2003.
10.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan masalah hisab dan ruyat dan
bagaimana penggunaannya
Hisab
'Hisab secara harfiah 'perhitungan. Dalam dunia Islam istilah hisab sering
digunakan dalam ilmu falak (astronomi) untuk memperkirakan posisi
Matahari dan bulan terhadap bumi. Posisi Matahari menjadi penting
karena menjadi patokan umat Islam dalam menentukan masuknya waktu
salat. Sementara posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya
hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam kalender
Hijriyah. Hal ini penting terutama untuk menentukan awal Ramadhan saat
muslim mulai berpuasa, awal Syawal (Idul Fithri), serta awal Dzulhijjah
saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah) dan Idul Adha (10
Dzulhijjah).
Dalam Al-Qur'an surat Yunus (10) ayat 5 dikatakan bahwa Allah memang
sengaja menjadikan Matahari dan bulan sebagai alat menghitung tahun
dan perhitungan lainnya. Juga dalam Surat Ar-Rahman (55) ayat 5
disebutkan bahwa Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan.
Karena ibadah-ibadah dalam Islam terkait langsung dengan posisi bendabenda langit (khususnya Matahari dan bulan) maka sejak awal peradaban
Islam menaruh perhatian besar terhadap astronomi. Astronom muslim
[1]
11.
kerorganisasian Muhammadiyah
Jawaban :
ORGANISASI MUHAMMADIYAH
1. Jaringan Kelembagaan Muhammadiyah:
o
Pimpinan Pusat
Pimpinaan Wilayah
Pimpinaan Daerah
Pimpinan Cabang
Pimpinan Ranting
Jama'ah Muhammadiyah
Majelis
Majelis Tabligh
Lembaga
3. Organisasi Otonom
12.
Aisyiyah
Pemuda Muhammadiyah
Nasyiyatul Aisyiyah
Hizbul Wathan
Tapak Suci
dimasyarakat
Syiah
Jamaah Ahmadiyah
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)
Agama Salamullah/Lia Eden
Aliran Kutub Robani
Kelompok Husnul Huluq