Ringkasan SKI
BAGIAN I
1. Fase dakwah di Makkah selama 13 tahun, 3 tahun dilakukan secara sembunyi – sembunyi
dan 10 tahun dilaksanakan secara terang – terangan. Pada fase Makkan ini Nabi lebih
memfokuskan Pelurusan bidang aqidah.
2. Fase dakwah di Madinah selama 10 tahun,pada fase ini Nabi mendirikan sebuah tatanan
pemerintahan islam dengan mengenalkan pilar – pilar syariat islam kepada umat.
Peperangan yang terjadi pada masa hidup Rasulullah setelah hijrah ke Madinah :
1. Perang Badar, terjadi di sebuah tempat yang berdekatan dengan sebuah sumur yang
bernama Badr. Perang ini terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 2 H dengan 313 pasukan dari
kubu pasukan muslim dan 1000 orang dari kubu pasukan kafirin. Pada perang ini ada 14
orang pasukan muslim yang wafat syahid dan 70 orang dari pasukan kafirin.
2. Perang Uhud,terjadi di Gunung Uhud yang berada di utara kota madinah, perang ini terjadi
pada tanggal 7 Syawal tahun 3 H dengan 1000 pasukan msulimin melawanh 3000 orang
pasukan kafirin, namun karena adanya provokasi dari orang muanfik yang dipimpin oleh
Abdullah bin Ubai, hingga pasukan muslimin 300 orang membelot. Pada perang ini kaum
muslimin mengalami kekalahan akibat tidak taat kepada perintah Nabi untuk tidak loba
melihat ghanimah.
3. Perang Khandaq ( Perang Parit ), terjadi di sebuah tempat di dekat Tsaniyyatul wada’ .
Perang ini juga terkenal dengan sebutan perang Ahzab karena orang – orang musyrik
bersekutu dengan orang Yahudi Bani Nadhir dan Bani Qainuqa’. Perang ini terjadi pada
bulan Syawal tahun 5 H yang diikuti oleh 3000 pasukan muslim dan 10.000 pasukan kafirin.
Strategi kaum muslimin dengan membuar parit adalah ide dan gagasan Salman Al Farisi ra.
4. Perang Mu’tah, terjadi di sebuah tempat yang bernama mu’tah.Mu’tah adalah nama sebuah
desa di perbatasan Syam. Perang Mu’tah ini adalah peperangan kaum muslimin melawab
orang – orang Romawi. Jumlah pasukan kaumu muslimin sebnayak 3000 orang sedangkan
jumlah pasukan Romawi lebih dari 100.000 orang> Perang ini terjadi pada bulan Jumadil Ula
tahun 8 H
5. Perang Hunain, terjadi di sebuah yang terjadi di lembah Hunain yang dekat dengan kota
Thaif. Perang ini trejadi setelah Futuh Makkah ( pembebasan kota Makkah ) pada tahun 8 H.
6. Perang Tabuk, terjadi di daerah yang bernama Tabuk yaitu sebuah daerah yang berada di
tengah – tengah Madinah dan Damaskus. Perang Tabuk terjadi pada tahun 9 H,perang ini
adalah peperangan melawan orang Romawi. PErang ini dikenal dengan nama lain Gazwatul
‘usrrah ( perang saat masa sulit / paceklik )
Rasulullah wafat pada usia 63 tahun yang bertepatan pada tanggal 12 Rabiul awwal tahun 11
H. Jenazahnya disemayamkan dulu selama 3 hari 2 malam dan dimakamkan di raudhah Madinah Al
Munawwarah ( Mesjid Nabawi ).
2|Page Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I
BAGIAN 2
Khulafaa adalah kata jamak taksir dari khalifah yang bisa diartikan sebagai pengganti,orang
yang ada di belakang atau seseorang yang menggantikan posisi Nabi sebagai pemimpin umat.
Rasyidin adalah kata jamak muzakkar salim rasyid yang artinya orang yang benar, tepat atau yang
perilakunya selalu sejalan dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Nama asalnya sebelum islam ialah Abdul Ka’bah, namun setelah masukm islam diganti oleh
Rasul menjadi Abdullah bin Abu Quhafah bin Amir. Usianya dua tahun lebih muda dari Nabi
saw. Gelar Abu Bakar menandakan sikapnya yang selalu menjadi orang yang pertama dan
paling segera membenarkan Nabi.
Proses pengangkatan : Diangkat dan dibaiat oleh para sahabat Nabi sebelum Nabi
dimakamkan di balai pertemuan Bani Sa’idah.
Jasa – Jasanya :
Wafatnya : Abu bakar wafat pada usia 63 tahun diakibatkan sakit yang berat
karena berpisah dengan Rasulullah saw.
Nama beliau adalah Umar bin Khathab bin Nufail Al Qursyi. Panggilannya Abu hafsh ataau
Amiirul mukminin setelah menjadi khalifah. Usianya 13 tahun lebih muda dari pada Nabi
saw. Umar bin Khathab terkenal dengan sikapnya yang tegas dan berani menegakkan haq
dan menumpas yang bathil hingga dengan sikapnya itu ia menyandang gelar Al Faruq
artinya yang mampu memisahkan haq dan bathil.
Proses pengangkatan : Atas komando Abu Bakar yang sedang sakit parah bermusyawarah
dengan pembesar sahabat Nabi dan hasil musyawarah mufakat untuk mengangkat Umar
sebagai pengganti Abu Bakar.
Jasa – jasanya :
Wafatnya : Umar bin Khathab wafat dibunuh oleh seorang Majusi yang
bernama Abu Lu’luah seorang budak Persia. Umar dibunuh saat menjadi imam saat shalat
shubuh.
Nama lengkapnya Utsman bin Affan bin ‘Ash bin Umayyah. Dari sisi nasab Utsman berasal
dari keturunan Bani Umayyah. Usianya 5 tahun lebih muda dari usia Nabi saw. Beliau
terkenal dengan sifatnya yang pemalu dan dermawan. Ia mendapat gelar Dzunnurain wal
Hijratain artinya orang yang menikahi 2 putri Nabi dan mengikuti 2 hijrah.
Pengangkatannya : Saat Umar bin Khathab merasa kesakitan dengan terkaman Abu
Lu’luah beliau masih bisa bertahan selama 2 hari. Dalam kurun 2 hari ini Umar menyuruh 6
orang pembesar sahabat Nabi untuk bermusywarah mencari penggantinya, ternyata Utsman
lah yang terpilih.
Jasa – jasanya :
Nama lengkapnya Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthallib bin Hasyim. Saudara sepupu Nabi
sekaligus menantu Nabi saw. Usianya 32 tahun lebih muda dari usia Rasul. Dididik di
lingkungan rumah tangga Nabi dengan Khadijah ra, beliaulah orang yang pertama masuk
islam dariu kalangan pemuda. Terkenal dengan kecerdasan,keberanian dan kefasihannya
dalam berbahasa Arab.
Jasa- jasanya :
Memecat para gubernur yang dingkat Utsman yang menurutnya menjadi dalang
pemberontakan
Menarik kembali tanah yang diberikan Utsman kepada orang = orang tertentu
dan dipakainya untuk kepentingan Negara
Menjalakan system jizyah dan hasilnya dibagi untuk seluruh kaum muslimin
Mengembangkan Bahasa Arab dan merinits ilmu tata Bahasa dan sastra Arab
( nahwu, sharaf, balagahah )
Tambahan : Pemerintahan Ali bin Abi Thalib adalah masa khilafah yang penuh
dengan ujian dan fitnah. Hal itu diakibatkan karena ada provokasi seorang yahudi yang
pura – pura masuk islam yang bernama Abdullah bin Saba’ hingga menyebabkan
sahabat – sahabat seperti Aisyah ra, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam dan
Muawiyyah bin Abu Sufyan sehingga terjadilah perang jamal ) kubu Ali dengan Kubu
Aisyah, Thalhah dan Zubair ) dan perang shiffin ( Kubu Ali dengan Muawiyyah ). Setelah
Ali wafat terbunuh, kekhilafahan digantikan oleh Hasan bin Ali, namun kepemimpinan
Hasan tidak berlangsung lama hanya 6 bulan, karena banyaknya perselisihan dan
desakan dari Muawiyyah. Pada tahun 40 H kekhilfahan diserahkan secara resmi kepada
Muawiyyah peristiwa ini dinamakan ‘aamul jamaa’ah ( tahun persatuan / perdamaian ).
BAGIAN 3
Di kota Kufah dan Basrah terkenal pula beberapa orang ahli fiqh diantaranya yaitu :
Setelah selama 91 tahun berjaya memimpin khilafah islamiyyah, daulah umayyah mengalami
kemunduran dan kelemahan dalam berbagai bidang hingga akhirnya menyebabkan daulah
Umayyah runtuh pada tahun 750 M / 132 H. Kemunduran daulah Umayyah tejadi setelah
kepemimpinan Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, empat orang khlifah selanjutnya kurang bisa
memajukan daulah dan kurang bisa diandalkan.
Faktor kemunduran daulah Umayyah diantaranya adalah :
a. Khalifah memiliki kekuasaan yang absolut dan tidak mengenal kompromi
b. Gaya hidup mewah dan kebiasaan suka berpesta dan berfoya – foya
c. Banyak gerakan pemberontakan pada masa daulah umayyah
d. Tidak adanya ketentuan yang tegas dalam pengangkatan khalifah
Faktor keruntuhan daulah umayyah diantaranya adalah :
a. Terjadinya persaingan kekuasaan di dalam anggota keluarga Bani Umayyah
b. Tidak ada pemimpin politik dan militer yang handal
c. Munculnya gerakan perlawanan yang menentang daulah umayyah seperti Syi’ah
d. Serangan pasukan Abu Muslim Al-Khurosani dan pasukan Abu Abbas Assaffah.
BAGIAN 4
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DAULAH ABBASIYYAH
( 132 – 656 H / 750 – 1258 M )
A. Profil Daulah Abbasiyyah
Daulah Abbasiyyah adalah daulah islamiyyah yang didirikan oleh keturunan Abbas bin Abdul
Muthalib, namun dalam sejarah islam yang paling diorientasikan sebagai pendiri daulah
Abbasiyyah adalah Abu Abbas Assaffah. Abu Abbas Assaffah adalah putra dari Muhammad bin Ali
bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Jadi jelas sekali dari rantaian keturunan tadi bahwa
Abu Abbas Assaffah satu keturunan dengan Rasulullah saw bertemu nasabnya di Abdul Muthalib.
Pada mulanya pusat peradaban dan pemerintahan daulah Abbasiyyah adalah Baghdad yang pada
akhirnya dipindahkan ke Mesir. Daulah Abbasiyyah adalah salah satu daulah islamiyyah yang
paling lama berjaya hampir 5 abad. Daulah Abbasiyyah mengalami puncak keemasan pada masa
Khalifah Harun Ar Rasyid.
Daulah Abbasiyyah adalah sebuah daulah besar yang sangat berkembang dan maju, kota
Baghdad saja yang asalnya kosong dan diantaranya masih belantara pada masa Khalifah Abu
Ja’far Al -Manshur diubah menjadi kota – kota yang dipenuhi gedung – gedung pencakar langit.
Baghdad menjadi sebuah kota yang penuh dengan unsur peradaban islam. Pada masa Harun Ar
Rasyid adalah masa puncak dimana daulah Abbasiyyah dapat memajukan berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Diantara kemajuan ilmu pengetahuan itu ialah :
1. Kemajuan di bidang ilmu filsafat
Pada masa daulah Abbasiyyah terjadi akulturasi budaya dan pengetahuan antara budaya
Arab dengan budaya Persia, Romawi, Yunani dan India. Pada masa itu diadakan sebuah lembaga
yang bernama Baitul Hikmah sebagai pusat penerjemahan buku filsafat Yunani dan Romawi,
selain diterjemahakan juga diluruskan dan dimodifikasikan agar menjadi pemikiran islam,
diantara ahli filsafat pada masa Abbasiyyah ialah :
a. Al –Kindi
b. Abu Nashr Al Farabi
c. Ibnu Sina ( Aviciena )
d. Ibnu Rusydi ( Averoes )
8|Page Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I
e. Ibnu Bajjah
f. Ibnu Thufail
g. Al Ghazali ( Al Gasel )
Ilmu kalam adalah ilmu pembahasan tauhid dan masalah teologi ketuhanan. Diantara ulama
pelopor ilmu kalam ialah :
a. Abu Hasan Al ‘Asy’ari
b. Abu Manshur Al Maturidi
c. Washil bin Atha
d. Assajastani
e. Imam Ghazali
f. Al-Baqilani
Pada masa daulah Abbasiyyah terjadi kemajuan di bidang kedokteran dan didirikan pula
rumah sakit –rumah sakit pertama dalam tatanan kehidupan muslim. Pada masa ini pula ditemukan
virus campak dan cacar dan penyakit yang lainnya. Pada masa ini pula didirikan lembaga – lembaga
pelatihan dokter yang diselenggarakan di rumah sakit – rumah sakit Iskandariyyah dan Jundishapur.
Diantara para ulama yang ahli dalam bidang kedokteran ialah :
a. Ibnu Sina
b. Abu Zakariya Ar Razi
c. Abu Zakaria Yuhama ibnu Masiwaih
d. Sabut ibnu Sahal
BAGIAN 5
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI DAULAH AYYUBIYYAH
( 659 – 750 H / 1174 M –
Ayyubiyah adalah sebuah Dinasti Sunni yang berkuasa di Dyar Bakir hingga tahun 1429 M.
Dinasti ini didirikan oleh Salahuddin al Ayyubi, wafat tahun 1193 M (Glasse, 1996:143). Ia berasal
dari suku Kurdi Hadzbani, putra Najawddin Ayyub, yang menjadi abdi dari putra Zangi bernama
Nuruddin. Keberhasilannya dalam perang Salib, membuat para tentara mengakuinya sebagai
pengganti dari pamannya, Syirkuh yang telah meninggal setelah menguasai Mesir tahun 1169 M. Ia
tetap mempertahankan lembaga–lembaga ilmiah yang didirikan oleh Dinasti Fathimiyah tetapi
mengubah orientasi keagamaannya dari Syiah menjadi Sunni (Yatim, 2003:283).
Penaklukan atas Mesir oleh Salahuddin pada 1171 M, membuka jalan bagi pembentukan madzhab-
madzhab hukum sunni di Mesir. Madzhab Syafi’i tetap bertahan di bawah pemerintahan Fathimiyah,
sebaliknya Salahuddin memberlakukan madzhab madzhab Hanafi (Lapidus, 1999:545).
Keberhasilannya di Mesir tersebut mendorongnya untuk menjadi penguasa otonom di Mesir.
Najmudin Ayub adalah seorang yang berasal dari suku Kurdi Hadzbani dan menjadi panglima Turki
1138 M, di Mosul dan Aleppo, dibawa pemerintahan Zangi Ibnu Aq-Songur. Demikian juga adiknya
Syirkuh, mengabdi pada Nuruddin, putra Zangi 1169 M. Syirkuh berhasil mengusir raja Almaric
beserta pasukan salibnya dari Mesir. Kedatangan Syirkuh ke Mesir karena undangan Khalifah
Fatimiyah untuk menggusir Almaric yang menduduki Kairo. Setelah Syirkuh meninggal 1169 M
digantikan Shalahuddin (kaponakannya) sebagai pemimpin pasukan. Pertama-tama ia masih
menghormati simbol-simbol Syi’ah pada pemerintahan Al-Adil Lidinillah, setelah ia diangkat menjadi
Wazir (Gubernur). Tetapi setelah al-Adil meninggal 1171 M, Shalahuddin menyatakan loyalitasnya
kepada Khalifah Abbasiyah (al-Mustadi) di Bagdad dan secara formal menandai berakhirnya rezim
Fatimiyah di Kairo.
Di masa pemerintahan Shalahuddin, ia membina kekuatan militer yang tangguh dan perekonomian
yang bekerja sama dengan penguasa Muslim di kawasan lain. Ia juga mambangun tembok kota
sebagai benteng pertahanan di Kairo dan bukit Muqattam. Pasukannya juga diperkuat oleh pasukan
barbar, Turqi dan Afrika. Disamping digalakkan perdagangan dengan kota-kota dilaut tengah, lautan
Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan. Atas dasar inilah, ia melancarkan gerakan ofensif
guna merebut al-Quds (Jerusalem) dari tangan tentara Salib yang dipimpin oleh Guy de Lusignan di
Hittin, dan menguasai Jerusalem tahun 1187 M. Inipun tetap tak merubah kedudukan Shalahuddin,
sampai akhirnya raja inggris Richard membuat perjanjian genjatan senjata yang dimanfaatkannya
untuk menguasai kota Acre. Sampai ia meninggal (1193 M), Shalahuddin mewariskan pemerintahan
yang stabil dan kokoh, kepada keturunan-keturunannya dan saudaranya yang memerintah
diberbagai kota. Yang paling menonjol ialah al-Malik al-Adil (saudaranya), dan keponakannya al-
Kamil, mereka berhasil menyatukan para penguasa Ayubi lokal dengan memusatkan pemerintahan
mereka di Mesir.
Namun pada masa pemerintahan al-Kamil Dinasti Ayubiyah bertempat di Diyarbakr dan al-Jazirah,
mendapat tekanan dari Dinasti Seljuk Rum dan Dinasti Khiwarazim Syah, kemudian al-Kamil
mengembalikan Jerusalem kepada kaisar Frederick II yang membawa damai dan keberuntungan
ekonomi besar bagi Mesir dan Siria. Hiduplah kembali perdagangan dengan kekuatan KRISTEN
Mediterrania. Setelah al-Kamil meninggal (1238 M) Dinasti Ayubiyah terkoyak oleh pertentangan-
pertentangan intern. Pada pemerintahan Ash-Shalih serangan Salib 6 dapat diatasi, yang pemimpinya
raja Prencis St. Louis ditangkap, tetapi kemudian pasukan budak (Mamluk) dari Turki merebut
kekuasaan di Mesir. Ini secara otomatis mengakhiri pemerintahan Ayubiyah keseluruhan.
1. Langkah-Langkah Yang Dilakukan Salahuddin
Dari Mesir, Shalahuddin juga dapat menyatukan Syiria dan Mesopotamia menjadi sebuah kesatuan
negara Muslim. Pada tahun 1174 ia merebut Damascus, kemudian Alippo tahun 1185, dan merebut
Mosul pada 1186. Setelah kukuh kekuasaannya Shalahuddin melancarkan gerakan ofensif guna
mengambil alih al-Quds (Jerussalem) dari tangan tentara tanpa banyak kesulitan. Ini berarti
Jerussalem sekali lagi menjadi Muslim setelah delapan puluh tahun, dan orang-orang Frank
tersingkirkan, meskipun hanya untuk sementara. Usaha besar-besaran telah dilakukan pasukan Salib
dari Inggris, Perancis, dan Jerman antara tahun 1189 – 1192 M, namun tidak berhasil mengubah
kedudukan Salahuddin. Setelah perang berakhir, Salahuddin memindahkan pusat pemerintahan ke
Damascus.
Sebelum meninggal, ia membagikan kekaisaran Ayyubiyah kepada para anggota keluarga. Karena itu
pengendalian dari pusat tetap berada di bawah kekuasaan Al-‘Adl dan Al-kamil, sampai Al-Kamil
meninggal. Di bawah kedua sultan ini, kebijaksanaan aktivis Shalahuddin memberikan tempat
sebagai hubungan detente dan damai dengan orangorang Frank.
Setelah kematian Shalahuddin, Ayyubiyah melanjutkan pemerintahan Mesir dan pemerintahan Syiria
(sampai tahun 1260 M). Keluarga Ayyubiyah membagi imperiumnya
menjadi sejumlah kerajaan kecil Mesir, Damaskus, Alleppo, dan kerajaan Mosul sesuai dengan
gagasan Saljuk bahwa negara merupakan warisan keluarga raja. Meskipun demikian, Ayyubiyah
tidak mengalami perpecahan, karena dengan loyalitas kekeluargaan Mesir diintegrasikan berbagai
imperium. Mereka menata pemerintahan dengan system birokrasi masa lampau yang telah
berkembang di negara-negara Mesir dan Syiria melalui distribusi iqta’ kepada pejabat-pejabat militer
yang berpengaruh.
Ayyubiyah secara khusus enggan melanjutkan pertempuran melawan sisa-sisa kekuatan pasukan
Salib. Mereka lebih memprioritaskan untuk mempertahankan Mesir karena kesatuan mulai
melemah. Pada tahun 1229 M Ayyubiyah menegosiasikan sebuah perjanjian dengan Fedrick II. Ini
adalah puncak kebijaksanaan baru, dan pada periode damai inilah membawa keuntungan ekonomi
yang besar bagi Mesir dan Syiria, termasuk hidupnya kembali perdagangan dengan kekuatan-
kekuatan KRISTEN Mediterania (Bosworth, 1993:87) .
Sebagaimana Dinasti-Dinasti sebelumnya, Dinasti Ayyubiyah pun mencapai kemajuan yang gemilang
dan mempunyai beberapa peninggalan bersejarah. Kemajuan-kemajuan itu mencakup berbagai
bidang, diantaranya adalah :
Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Ini ditandai
dengan dibangunnya Madrasah al–Shauhiyyah tahun 1239 M sebagai pusat pengajaran empat
madzhab hukum dalam sebuah lembaga Madrasah. Dibangunnya Dar al Hadist al-Kamillah juga
dibangun (1222 M) untuk mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai
madzhab hukum sunni. Sedangkan dalam bidang arsitek dapat dilihat pada monumen Bangsa Arab,
12 | P a g e Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I
bangunan masjid di Beirut yang mirip gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai gereja.
Bukti konkritnya adalah Adelasd of Bath yang telah diterjemahkan, karya-karya orang Arab tentang
astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Di bidang kedokteran ini telah didirikan
sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.
c. Bidang Industri
Kemajuan di bidang ini dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh seorang Syiria yang lebih canggih
dibanding buatan orang Barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.
d. Bidang Perdagangan
Bidang ini membawa pengaruh bagi Eropa dan negara–negara yang dikuasai Ayyubiyah. Di Eropa
terdapat perdagangan agriculture dan industri. Hal ini menimbulkan perdagangan internasional
melalui jalur laut, sejak saat itu Dunia ekonomi dan perdagangan sudah menggunakan sistem kredit,
bank, termasuk Letter of Credit (LC), bahkan ketika itu sudah ada uang yang terbuat dari emas.
e. Bidang Militer
Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda, pedang, panah, dan sebagainya, ia juga memiliki
burung elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Disamping itu, adanya perang Salib
telah membawa dampak positif, keuntungan dibidang industri, perdagangan, dan intelektual,
misalnya dengan adanya irigasi.
E. Catatan Simpul
1 Dinasti Fathimiyah sebuah Dinasti yang dinisbatkan pada Fatimah Az Zahra putrid Nabi SAW dan
istri Ali Bin Abi Thalib. Dinasti ini didirikan oleh al–Mahdi pada tahun 909 M dengan perjalanan
pemerintahan melalui dua fase, yakni konsolidasi dan parlementer. Pada fase kedua inilah terjadi
perang Salib yang berlangsung sampai Dinasti selanjutnya. Kejayaan Dinasti ini mencapai puncaknya
pada masa Khalifah al- Muiz, al-Aziz, dan al-Hakim. Pada masa itu pula telah dibangun sebuah masjid
al- Azhar yang sekarang telah menjadi Univesitas, selain itu Dar al Hikmah sebagai pusat kajian
berbagai ilmu dan tempat bertemunya para pujangga. Adapun aliran yang dianut masyarakat
Fatimiyyah adalah Syi’ah Ismailiyah. Setelah Khalifah al-Aziz berkuasa, pamor Dinasti Fatimiyah
mulai turun, maka berakhirlah riwayat Dinasti ini pada tahun 1171 M pada masa Khalifah Al–‘Adhid.
Kekuasaannya telah berhasil ditumbangkan oleh Dinasti Ayyubiyah yang berkuasa selanjutnya.
2. Dinasti Ayyubiyah akhirnya berhasil merebut Mesir dari tangan Fathimiyyah. Dinasti ini didirikan
oleh Salah Al Din Al-Ayyubi, seorang Kurdi yang beraliran Sunni. Ketika Ayyubiyah dibawah
kekuasaannya perkembagangan yang dialami cukup pesat. Baik dibidang industri, pertanian,
perdagangan, pendidikan, arsitektur, militer, dan filsafat serta keilmuan. Sedangkan peninggalan
yang terpenting adalah Dar al Hadits Al Kamiliyah yang dibangun pada tahun 1222 M untuk
mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai madzhab hukum sunni.
Keberhasilannya yang gemilang adalah dapat menumpas tentara-tentara Salib dan mempersatukan
kembali umat Islam di jalan yang sama. Kondisi ini tidak berlangsung lama, sepeninggal Salahuddin
karena demam yang dideritanya tahun 1193 M, Ayyubiyah mulai menampakkan kemunduran.
Dinasti ini mulai terkoyak oleh perselisihan intern keluarga sepeninggal Al-Kamil. Pada saat itu
pemberontakan yang dilakukan oleh budak (Mamaliknya). Resimen inilah yang akhirnya dapat
menaklukkan Ayyubiyah di bagian Barat pada tahun 1250 M. Sedangkan Ayyubiyah di Syiria
ditaklukan oleh Mongol.
BAGIAN 5
Menurut pendapat Prof. Dr. Hamka ( Buya Hamka ) Islam masuk ke Indonesia pada abad ke – 7
masehi dan abad ke – 1 H hal ini berdasarkan sejarah bahwa sahabat Nabi Muawiyyah bin Abu
sufyan pernah menginjakkan kakinya di tanah nusantara ini. Muawiyah yang juga pendiri Daulat
Umayyah ini menyamar sebagai pedagang dan menyelidiki kondisi tanah Jawa kala itu. Ekspedisi ini
mendatangi Kerajaan Kalingga dan melakukan pengamatan. Maka, bisa dibilang Islam merambah
tanah Jawa pada abad awal perhitungan hijriah.
2. Kerajaan Pajang
1. Wali Songo
Wali Songo adalah Sembilan ulama / wali yang gigih menyebarkan islam dipulau Jawa.
Wali songo juga dikenal dengan julukan sunan yang berasal dari bahasa Jawa susuhunan yang
artinya orang yang dihormati dan dihargai. Adapun nama – nama wali songo itu ialah :
a. Maulana Malik Ibrahim ( Sunan Gresik )
b. Raden Rahmat ( Sunan Ampel )
c. Raden Makhdum Ibrahim ( Sunan Bonang )
d. Raden ’Ainul Yaqin / R.Paku ( Sunan Giri )
e. Raden Mas Syahid ( Sunan Kalijaga )
f. Raden Syarifuddin/ Qasim ( Sunan Drajat )
g. Raden Prawoto ( Sunan Muria )
h. Raden Ja’far Shadiq ( Sunan Kudus )
i. Raden Syarif Hidayatullah ( Sunan Gunung Jati )
c. Syeikh Nawawi Al Bantani, beliau adalah ulama besar yang terlahir di desa Tanara,
Tirtayasa, Banten. Beliau adalah ulama yang produktif,banyak kitab karangannya
dibaca dan dijadikan referensi di kalangan pesantren.
BAGIAN 6
SEJARAH TRADISI ISLAM NUSANTARA
A. Pengertian Budaya
Budaya berasal dari bahasa Sansekerta (Buddayah), dan bentuk jamaknya adalah Budi dan
Daya.
1. Budi : artinya akal, pikiran, nalar
2. Daya : artinya usaha, upaya, Ikhtiar
Jadi kebudayaan adalah segala akal pikiran dalam berupaya atau berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
B. Pengertian Seni:
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim
dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat
sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri
peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah
proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu,
dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat
medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara
seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari
orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan
16 | P a g e Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I
tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah
yang bermaksud cinta).
Seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dan bersifat indah, menyenangkan dan
dapat menggerakan jiwa manusia,
2. Herbert Read
Aktivitas menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan,
3. Ahdiat Karta Miharja
Kegiatan rohani yang merefleksi pada jasmani, dan mempunyai daya yang bisa
membangkitkan perasaan/jiwa orang lain.
Proses akulturasi dan asimilasi kebudayaan dalam peradaban Islam diawali dengan adanya
gerakan penterjemahan karya-karya dari luar dunia Islam ke dalam bahasa Arab, dan ia mencapai
puncaknya pada era Kerajaan Abbasiah. Pemikiran yang terdapat dalam karya-karya yang
diterjemahkan itu kemudian mempengaruhi pemikiran para intelektual Islam. Pemikiran tersebut
mereka serap untuk diintegrasikan ke dalam pemikiran bagi memperkayakan peradaban Islam.
Dalam waktu yang bersamaan, hal ini juga menjadi tentangan bagi para ulama untuk
mempertahankan dan membela agamanya. Serangan dan tentangan pelbagai agama yang telah lama
berkembang sebelum Islam, dengan sistem teologi dan tradisi keagamaannya yang khas, telah
mendorong para ulama untuk menyusun dasar-dasar keyakinan (teologi) dan hukum Islam yang
kukuh.
Oleh kerana itu, ilmu tauhid/kalam, fikh, usul fikh mengalami perkembangan. Hubungan
umat Islam dengan umat yang memiliki peradaban lain yang sangat maju, seperti India, Mesir dan
Yunani mendorong umat Islam untuk menyerap khazanah peradaban tersebut.
Selain itu, faktor ajaran Islam sendiri juga menjadi penting bagi pengembangan peradaban.
Al-Quran, sebagai sumber normatif, memiliki kedudukan yang sangat khusus dan memainkan
peranan utama dalam kehidupan kaum Muslim, kerana sentiasa menjadi sumber inspirasi
keagamaan dan keilmuan. Bahkan pihak-pihak yang bertikai merujuk dan menggunakan ayat al-
Quran sebagai alasan pendirian dan tindakan masing-masing. Pada abad kesembilan, hadis juga telah
mendapatkan kedudukan penting dalam kehidupan keagamaan Muslim. Pada masa itu hadis rujukan
telah dibukukan.
ilmu-ilmu lain kemudian berkembang. Ilmu-ilmu al-Quran dan ilmu-ilmu hadis adalah dua serangkai
siri pengetahuan yang menjadi pokok perhatian dan fokus pendidikan ketika itu.
Kemajuan peradaban Islam era Abbasiyah ini juga ditandai dengan berkembangnya ilmu-ilmu
keislaman lain yang meliputi teologi/ilmu kalam dan fikh.
Salah satu ilmu yang sangat menarik perhatian umat Islam di zaman ini adalah ilmu
kedoktoran (at-Tibb). Yayasan latihan perubatan peninggalan zaman Bizantium di Antiokia dan
Harran di Syria serta di Iskandariah, Mesir yang sudah lemah, pada era ini kemudian dibangkitkan
kembali. Di wilayah timur ada sekolah khusus kedoktoran di Jundishapur Susiana, warisan era
keemasan Sasaniah.
Dengan semakin banyaknya kitab kedoktoran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab,
muncullah doktor Muslim yang secara terus-menerus mendalami dan mengembangkannya. Di antara
para doktor tersebut ialah Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Rhazes), yang hidup antara tahun 865-
925M. Ia berjasa besar dalam mempelajari dan mengubati penyakit campak (small pox) dan cacar
(measles).
Pada masa itu, matematik dan astronomi juga berkembang. Karya Claudius Ptolemaeus (ahli
astronomi sekitar 100-178SM), Megale Syntaxis, diterjemahkan atas perintah Khalifah al-Mamun
oleh al-Hajaj bin Yusuf, yang sebelumnya juga menghadiahkan terjemahan kitab Elements karya
Euclides (ahli matematik sekitar 300SM) kepada Khalifah Harun ar-Rasyid.
Pengetahuan umat Islam dalam bidang ini juga diperkaya dengan warisan ilmu dari India.
Muhammad bin Ibrahim al-Fazari, penterjemah pada era Khalifah al-Mamun, misalnya menyadur
buku astronomi India terkenal, Zij as-Sindhind (table astronomi) dan mempersembahkannya kepada
Khalifah al-Mansur.
Setelah menguasai ilmu-ilmu warisan Yunani dan India ini, al-Khawarizmi menuangkan hasil
penelitian dan pemikiran yang gemilang dalam bidang aljabar, yang menabalkan namanya hingga
saat ini dalam istilah algoritma.
Berkembangnya pelbagai cabang ilmu pengetahuan tersebut adalah usaha dan kegigihan khalifah
yang banyak menyediakan kemudahan-kemudahan. Usaha pengumpulan naskhah asing dan
penterjemahannya ke bahasa Arab terus digalakkan.
Meluasnya usaha ini banyak disebabkan oleh dukungan Khalifah al-Ma’mun dan khalifah
sesudahnya. Al-Mamun antara lain, mengembangkan Yayasan Baitulhikmah (Bait al-Hikmah) yang
menjadi pusat segala kegiatan keilmuan. Di yayasan ini para penerjemah berkumpul, baik Muslim
mahupun bukan Muslim, bekerjasama mengalihbahasakan pelbagai naskhah kuno dan menyusun
berbagai-bagai penjelasan serta komentarnya.
Di yayasan ini juga, Abu Yusuf Yaqub al-Kindi (801-869M), misalnya tidak saja menggali dan
menyinarkan kembali filsafat Yunani, tetapi juga memperluas horizon pemikiran umat Islam.
Perhatian keilmuannya mencakupi bidang yang sangat luas, tidak saja masalah logika, tetapi juga
sejarah alam, meteorologi serta kimia, bahkan ilmu ketenteraan.
Kegemilangan peradaban Islam dicapai kerana kebijaksanaan daulah Abassiyah dan juga
faktor terjadinya asimilasi dalam Dinasti Abassiah dan penyerapan unsur-unsur bukan Arab
(terutama bangsa Parsi) dalam pembinaan kemajuan dalam banyak bidang.
Maka budaya orang Islam di Indonesia bisa jadi berbeda dengan budaya Muslim di tempat lain, tetapi
tetap sama-sama terikat dengan hukum Islam dan sejalan dengan koridor syariat Islam.
Jika kita ingin menyinggung istilah Suparlan seperti diterangkan sebelumnya, maka batasan
tegas itu hanya ditemukan pada Islam yang memenuhi syarat serta criteria yaitu bersifat hakiki,
mutlak dan layak jadi patokan kebenaran, yakni rangkaian wahyu yang diturunkan Allah swt.
Sedangkan di luar Islam, pertanyaan tentang batasan apa yang bisa jadi patokan mengenai hal-
hal absolute (world view) untuk membedakannya dengan hal-hal bersfiat ethos tidak mampu
dipenuhi, karena sejatinya semua yang jadi pedoman kehidupan mereka asal dan sumbernya adalah
manusia belaka.
Berdasarkan pemaparan di atas, sesungguhnya menurut perspektif Islam, ada batasan yang
jelas dan tegas tentang hal-hal terkait kehidupan. Secara alamiah, yang bersifat dan berlaku universal
maka Islam membolehkannya, bahkan mendorong untuk meraih manfaat semaksimal mungkin tanpa
memandang lagi sumber dari sains dan teknologi tersebut.
Hal ini sesuai pesan Nabi saw antum a`lamu bi umuri dunyakum. Sebaliknya, jika terkait
perkara yang menyangkut bagaimana menjalani kehidupan, maka diwajubkan untuk hanya
berpedoman kepada dalil-dalil yang bersumberkan al-Qur`an dan As-Sunnah.
Dalam hal ini kita bisa mengatakan bahwa agama Islam adalah sumber budaya bagi umat Muslim di
manapun. Namun demikian terkait fitrah kemanusiaan, bahwa manusia mempunyai selera beragam
soal makanan, warna kesukaan, bentuk arsitektur bangunan, dan seterusnya, selama kesemuanya itu
terikat dengan atau tidak menyalahi kaidah-kaidah hukum Islam, maka tidak menjadi masalah.
Misalnya, Islam mengatur soal berpakaian. Hukum wahyu telah turun menerangkan dengan
prinsip-prinsip hukumnya adalah: wajib menutup aurat; wajib tidak transparan sehingga
memperlihatkan warna kulit si pemakai; wajib tidak ketat sehingga pakaian itu mempertontonkan
bentuk lekuk tubuh si pemakai; jika itu adalah jilbab, maka ia berupa baju luar yang berbentuk
terusan (bukan potongan) dan longgar yang dipakai di atas baju rumahan. Dengan pedoman ini
semua, maka selama seseorang terikat dengan aturan Islam tersebut, urusan selebihnya diserahkan
kepada manusia. Apa; apakah dihiasi ornamen tradisional atau kontemporer dan seterusnya.
Jadi, jilbab dan kerudung tersebut adalah bagian dari hukum Islam. Adapun praktiknya,
sepanjang terikat dengan kaidah hukum Islam, boleh untuk mengenakan busana ala nusantara, Cina,
Timur Tengah, Melayu atau yang lain. Bahwa di setiap tempat mempunyai ciri khas masing-masing,
hal ini pun tidak akan menjadi persoalan dalam kacamata Islam, dengan catatan bahwa kesemuanya
ini diselaraskan dengan prinsip-prinsip hukum Islam.
Dengan paradigma yang sama kita bisa mendudukkan secara tepat dan sesuai syariat,
masalah-masalah antara budaya dan hukum Islam. Wallahu a`lam.
Secara umum, ajaran-ajaran dasar Islam yang bersumberkan al-Qur`an dan hadist Nabi
Muhammad S.a.w.. dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak.
Aqidah menyangkut ajaran-ajaran tentang keyakinan atau keimanan; syariah menyangkut ajaran-
ajaran tentang hukum-hukum yang terkait dengan perbuatan orang mukallaf (orang Islam yang
sudah dewasa); dan akhlak menyangkut ajaran-ajaran tentang budi pekerti yang luhur (akhlak
mulia). Ketiga kerangka dasar Islam ini sebenarnya merupakan penjabaran dari beberapa ayat al-
Quran (seperti QS. al-Nur (24): 55, al-Tin (95): 6, dan al-‘Ashr (103): 3) dan satu hadis Nabi
Muhammad S.a.w. yang diriwayatkan oleh Muslim dari Shahabat Umar bin Khaththab yang berisi
tentang konsep iman, islam, dan ihsan. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep iman, syariah
merupakan penjabaran dari konsep islam, dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep ihsan.
19 | P a g e Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I
Dengan paparan singkat mengenai Islam di atas, maka dapat dijelaskan di sini bahwa
masalah tradisi dan budaya Jawa sangat terkait dengan ajaran-ajaran Islam, terutama dalam bidang
aqidah dan syariah. Kalaupun ada yang terkait dengan bidang akhlak, hal itu tidak dibicarakan dalam
tulisan ini. Untuk melihat apakah tradisi dan budaya yang sudah mengakar di tengah-tengah
masyarakat Jawa itu sesuai dengan ajaran Islam atau tidak, maka hal itu dapat dikaji dengan
mendasarkan diri pada ajaran-ajaran Islam yang terkait dengan bidang aqidah dan syariah. Sebab
tradisi dan budaya Jawa seperti yang dijelaskan di atas menyangkut masalah keyakinan, seperti
keyakinan akan adanya sesuatu yang dianggap ghaib dan memiliki kekuatan seperti Tuhan, dan juga
menyangkut masalah perilaku ritual, seperti melakukan persembahan dan berdoa kepada Tuhan
dengan berbagai cara tertentu, misalnya dengan sesaji atau dengan berdoa melalui perantara.
Pada prinsipnya masyarakat Jawa adalah masyarakat yang religius, yakni masyarakat yang
memiliki kesadaran untuk memeluk suatu agama. Hampir semua masyarakat Jawa meyakini adanya
Tuhan Yang Maha Kuasa yang menciptakan manusia dan alam semesta serta yang dapat menentukan
celaka atau tidaknya manusia di dunia ini atau kelak di akhirat. Yang perlu dicermati dalam hal ini
adalah bagaimana mereka meyakini adanya Tuhan tersebut. Bagi kalangan masyarakat Jawa yang
santri, hampir tidak diragukan lagi bahwa yang mereka yakini sesuai dengan ajaran-ajaran aqidah
Islam. Mereka meyakini bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan mereka
menyembah Allah dengan cara yang benar. Sementara bagi kalangan masyarakat Jawa yang abangan,
Tuhan yang diyakini bisa bermacam-macam. Ada yang meyakini-Nya sebagai dewa dewi seperti
dewa kesuburan (Dewi Sri) dan dewa penguasa pantai selatan (Ratu Pantai Selatan). Ada juga yang
meyakini benda-benda tertentu dianggap memiliki ruh yang berpengaruh dalam kehidupan mereka
seperti benda-benda pusaka (animisme), bahkan mereka meyakini benda-benda tertentu memiliki
kekuatan ghaib yang dapat menentukan nasib manusia seperti makam orang-orang tertentu
(dinamisme). Mereka juga meyakini ruh-ruh leluhur mereka memiliki kekuatan ghaib, sehingga tidak
jarang ruh-ruh mereka itu dimintai restu atau izin ketika mereka melakukan sesuatu. Jelas sekali apa
yang diyakini oleh masyarakat Jawa yang abangan ini bertentangan dengan ajaran aqidah Islam yang
mengharuskan meyakini Allah Yang Mahaesa. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah
Swt. Orang yang meyakini ada tuhan (yang seperti tuhan) selain Allah maka termasuk golongan
orang-orang musyrik yang sangat dibenci oleh Allah dan di akhirat kelak mereka diharamkan masuk
ke surga dan tempatnya yang paling layak adalah di neraka (QS. al-Maidah (5): 72). Perbuatan seperti
itu dinamakan perbuatan syirik yang dosanya tidak akan diampuni oleh Allah (QS. al-Nisa’ (4): 166).
Tradisi dan budaya masyarakat Jawa yang lain yang perlu dikaji di sini adalah yang terkait
dengan perilaku-perilaku ritual mereka. Masyarakat Jawa yang abangan juga memiliki tradisi ziarah
ke makam orang-orang tertentu dengan tujuan untuk mencari berkah atau memohon kepada para
ruh leluhur atau orang yang dihormati agar memberikan dan mengabulkan apa yang mereka minta.
Mereka juga memiliki tradisi melakukan upacara-upacara keagamaan (ritus) sebagai ungkapan
persembahan mereka kepada Tuhan. Di antara tradisi yang terkait dengan ritus ini adalah upacara
labuhan di pantai Parang Kusuma, upacara ruwatan, upacara kelahiran hingga kematian seseorang,
upacara menyambut tahun baru Jawa yang sama dengan tahun baru Islam, dan bentuk-bentuk
upacara ritual lainnya. Acara-acara ritual yang mereka lakukan seperti itu meskipun bertujuan minta
kepada Tuhan (Allah), tetapi menempuh cara yang bertentangan dengan ajaran syariah Islam.
Mereka meminta berkah atau rizki kepada Tuhan tidak secara langsung, tetapi melalui perantara dan
memakai sesaji. Meminta berkah atau rizki kepada selain Allah jelas dilarang dan bertentangan
dengan al-Quran, karena tidak ada yang dapat memberikan berkah atau rizki kepada siapa pun selain
Allah (QS. al-Zumar (39): 52). Syariah Islam mengatur masalah ibadah (ibadah mahdlah) dengan
tegas dan tidak dapat ditambah-tambah atau dikurangi. Tatacara ibadah kepada Allah ditetapkan
dalam bentuk shalat, zakat, puasa, dan haji yang didasari dengan iman (kesaksian akan adanya Allah
yang satu dan Muhammad sebagai Rasulullah). Semua bentuk ibadah ini sudah diatur tatacaranya
dalam al-Quran dan hadis Nabi Saw. Segala bentuk amalan yang bertentangan dengan cara-cara
ibadah yang ditetapkan oleh al-Quran atau hadis disebut bid’ah yang dilarang. Dengan demikian, apa
yang selama ini dilakuan oleh masyarakat Jawa, khususnya dalam masalah-masalah ritual seperti itu,
jelas tidak sesuai dengan ajaran Islam. Karena itu, hal ini sebenarnya harus diupayakan untuk
ditinggalkan atau diluruskan tatacaranya sehingga tidak lagi bertentangan dengan ajaran Islam.
Penutup
Sebagai catatan penutup perlu ditegaskan bahwa Islam tidak sama sekali menolak tradisi
atau budaya yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dalam penetapan hukum Islam dikenal
salah satu cara melakukan ijtihad yang disebut ‘urf, yakni penetapan hukum dengan mendasarkan
pada tradisi yang berkembang dalam masyarakat. Dengan cara ini berarti tradisi dapat dijadikan
dasar penetapan hukum Islam dengan syarat tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang tertuang
dalam al-Quran dan hadis Nabi Saw. Di Indonesia banyak berkembang tradisi di kalangan umat Islam
yang terus berlaku hingga sekarang, seperti tradisi lamaran, sumbangan mantenan, peringatan hari-
hari besar keagamaan, dan lain sebagainya. Selama ini tidak bertentangan dengan ajaran Islam maka
20 | P a g e Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I
tradisi-tradisi seperti itu dapat dilakukan dan dikembangkan. Sebaliknya, jika bertentangan dengan
ajaran Islam, maka tradisi-tradisi itu harus ditinggalkan dan tidak boleh dikembangkan.