Anda di halaman 1dari 20

1|Page Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.

Ringkasan SKI

Kelas VII, VIII, IX

BAGIAN I

SEJARAH DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW

Periode dakwah Nabi Muhammad saw terbagi kepada dua fase :

1. Fase dakwah di Makkah selama 13 tahun, 3 tahun dilakukan secara sembunyi – sembunyi
dan 10 tahun dilaksanakan secara terang – terangan. Pada fase Makkan ini Nabi lebih
memfokuskan Pelurusan bidang aqidah.
2. Fase dakwah di Madinah selama 10 tahun,pada fase ini Nabi mendirikan sebuah tatanan
pemerintahan islam dengan mengenalkan pilar – pilar syariat islam kepada umat.

Peperangan yang terjadi pada masa hidup Rasulullah setelah hijrah ke Madinah :

1. Perang Badar, terjadi di sebuah tempat yang berdekatan dengan sebuah sumur yang
bernama Badr. Perang ini terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 2 H dengan 313 pasukan dari
kubu pasukan muslim dan 1000 orang dari kubu pasukan kafirin. Pada perang ini ada 14
orang pasukan muslim yang wafat syahid dan 70 orang dari pasukan kafirin.
2. Perang Uhud,terjadi di Gunung Uhud yang berada di utara kota madinah, perang ini terjadi
pada tanggal 7 Syawal tahun 3 H dengan 1000 pasukan msulimin melawanh 3000 orang
pasukan kafirin, namun karena adanya provokasi dari orang muanfik yang dipimpin oleh
Abdullah bin Ubai, hingga pasukan muslimin 300 orang membelot. Pada perang ini kaum
muslimin mengalami kekalahan akibat tidak taat kepada perintah Nabi untuk tidak loba
melihat ghanimah.
3. Perang Khandaq ( Perang Parit ), terjadi di sebuah tempat di dekat Tsaniyyatul wada’ .
Perang ini juga terkenal dengan sebutan perang Ahzab karena orang – orang musyrik
bersekutu dengan orang Yahudi Bani Nadhir dan Bani Qainuqa’. Perang ini terjadi pada
bulan Syawal tahun 5 H yang diikuti oleh 3000 pasukan muslim dan 10.000 pasukan kafirin.
Strategi kaum muslimin dengan membuar parit adalah ide dan gagasan Salman Al Farisi ra.
4. Perang Mu’tah, terjadi di sebuah tempat yang bernama mu’tah.Mu’tah adalah nama sebuah
desa di perbatasan Syam. Perang Mu’tah ini adalah peperangan kaum muslimin melawab
orang – orang Romawi. Jumlah pasukan kaumu muslimin sebnayak 3000 orang sedangkan
jumlah pasukan Romawi lebih dari 100.000 orang> Perang ini terjadi pada bulan Jumadil Ula
tahun 8 H
5. Perang Hunain, terjadi di sebuah yang terjadi di lembah Hunain yang dekat dengan kota
Thaif. Perang ini trejadi setelah Futuh Makkah ( pembebasan kota Makkah ) pada tahun 8 H.
6. Perang Tabuk, terjadi di daerah yang bernama Tabuk yaitu sebuah daerah yang berada di
tengah – tengah Madinah dan Damaskus. Perang Tabuk terjadi pada tahun 9 H,perang ini
adalah peperangan melawan orang Romawi. PErang ini dikenal dengan nama lain Gazwatul
‘usrrah ( perang saat masa sulit / paceklik )

Rasulullah wafat pada usia 63 tahun yang bertepatan pada tanggal 12 Rabiul awwal tahun 11
H. Jenazahnya disemayamkan dulu selama 3 hari 2 malam dan dimakamkan di raudhah Madinah Al
Munawwarah ( Mesjid Nabawi ).
2|Page Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

BAGIAN 2

SEJARAH KHULAFAUR RASYIDIN

Khulafaa adalah kata jamak taksir dari khalifah yang bisa diartikan sebagai pengganti,orang
yang ada di belakang atau seseorang yang menggantikan posisi Nabi sebagai pemimpin umat.
Rasyidin adalah kata jamak muzakkar salim rasyid yang artinya orang yang benar, tepat atau yang
perilakunya selalu sejalan dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

Di dalam Tarikh Islam yang termasyhur sebagai khulafaur rasyidin ialah :

 Abu Bakar Ash Shidiq ( 11 H – 13 H)

Nama asalnya sebelum islam ialah Abdul Ka’bah, namun setelah masukm islam diganti oleh
Rasul menjadi Abdullah bin Abu Quhafah bin Amir. Usianya dua tahun lebih muda dari Nabi
saw. Gelar Abu Bakar menandakan sikapnya yang selalu menjadi orang yang pertama dan
paling segera membenarkan Nabi.

Proses pengangkatan : Diangkat dan dibaiat oleh para sahabat Nabi sebelum Nabi
dimakamkan di balai pertemuan Bani Sa’idah.

Jasa – Jasanya :

1. Memerangi orang – orang murtad ( perang riddah )


2. Membasmi Nabi – Nabi palsu diantaranya Musailamah Alkazzab, Thuliahah Al Asadi
dan Sajah Tamimiyyah
3. Memerangi orang yang enggan mengeluarkan zakat
4. Menaklukan Irak dan Persia
5. Meengumpulkan ayat – ayat Al-quran

Wafatnya : Abu bakar wafat pada usia 63 tahun diakibatkan sakit yang berat
karena berpisah dengan Rasulullah saw.

 Umar bin Al Khathaab ( Al Faaruq / Amiirul Mukminin / Abu Hafsh ) 13 H – 23 H

Nama beliau adalah Umar bin Khathab bin Nufail Al Qursyi. Panggilannya Abu hafsh ataau
Amiirul mukminin setelah menjadi khalifah. Usianya 13 tahun lebih muda dari pada Nabi
saw. Umar bin Khathab terkenal dengan sikapnya yang tegas dan berani menegakkan haq
dan menumpas yang bathil hingga dengan sikapnya itu ia menyandang gelar Al Faruq
artinya yang mampu memisahkan haq dan bathil.

Proses pengangkatan : Atas komando Abu Bakar yang sedang sakit parah bermusyawarah
dengan pembesar sahabat Nabi dan hasil musyawarah mufakat untuk mengangkat Umar
sebagai pengganti Abu Bakar.

Jasa – jasanya :

 Menaklukan Syam, Baitul Maqdis, Mesir


 Menyusun tata tertib Negara
 Membanngun baitul maal dan menata pembagian gaji bagi pegawai Negara
 Menyusun kalender hijriyyah
 Membangun lembaga – lembaga Negara seperti pengadilan,jawatan kepolisian
 Menempa mata uang
3|Page Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

Wafatnya : Umar bin Khathab wafat dibunuh oleh seorang Majusi yang
bernama Abu Lu’luah seorang budak Persia. Umar dibunuh saat menjadi imam saat shalat
shubuh.

 Utsman bin Affan ( Dzunnuuraian wal Hijratain ) 23 H – 35 H

Nama lengkapnya Utsman bin Affan bin ‘Ash bin Umayyah. Dari sisi nasab Utsman berasal
dari keturunan Bani Umayyah. Usianya 5 tahun lebih muda dari usia Nabi saw. Beliau
terkenal dengan sifatnya yang pemalu dan dermawan. Ia mendapat gelar Dzunnurain wal
Hijratain artinya orang yang menikahi 2 putri Nabi dan mengikuti 2 hijrah.

Pengangkatannya : Saat Umar bin Khathab merasa kesakitan dengan terkaman Abu
Lu’luah beliau masih bisa bertahan selama 2 hari. Dalam kurun 2 hari ini Umar menyuruh 6
orang pembesar sahabat Nabi untuk bermusywarah mencari penggantinya, ternyata Utsman
lah yang terpilih.

Jasa – jasanya :

 Ekspansi wilayah hingga Tunisia, Rhodes, Armenia dan Chyprus


 Pembukuan Al – quran menjadi Mushaf Utsmani ( Mushaf Al Imam )
 Memperbaiki Masjid Nabawi
 Membentuk armada angkatan laut

Wafatnya : Utsman wafat dibunuh oleh seseorang yang identitasnya


mistrerius, namun disinyalir dia berasal dari pemberontak yang tidak puas dan kecewa
dengan pemerintahan Utsman. Utsman dibunuh saat membaca Al –quran setelah salat
shubuh.

 Ali bin Abi Thalib ( Shahibu Saif Rasulillah ) 35 H – 40 H

Nama lengkapnya Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthallib bin Hasyim. Saudara sepupu Nabi
sekaligus menantu Nabi saw. Usianya 32 tahun lebih muda dari usia Rasul. Dididik di
lingkungan rumah tangga Nabi dengan Khadijah ra, beliaulah orang yang pertama masuk
islam dariu kalangan pemuda. Terkenal dengan kecerdasan,keberanian dan kefasihannya
dalam berbahasa Arab.

Pengangkatannya : Setelah Khalifah Utsman dibunuh dan Negara mengalami


kekosongan khalifah, akhirnya para sahabat Nabi sepakat untuk memba’iat Ali sebagai
Khalifah yang menggantikan Utsman.

Jasa- jasanya :

 Memecat para gubernur yang dingkat Utsman yang menurutnya menjadi dalang
pemberontakan
 Menarik kembali tanah yang diberikan Utsman kepada orang = orang tertentu
dan dipakainya untuk kepentingan Negara
 Menjalakan system jizyah dan hasilnya dibagi untuk seluruh kaum muslimin
 Mengembangkan Bahasa Arab dan merinits ilmu tata Bahasa dan sastra Arab
( nahwu, sharaf, balagahah )

Wafatnya : Ali dibunuh oleh seseorang yang bernama Abdullah bin


Muljam seorang yang berasal dari golongan Khawarij.
4|Page Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

Tambahan : Pemerintahan Ali bin Abi Thalib adalah masa khilafah yang penuh
dengan ujian dan fitnah. Hal itu diakibatkan karena ada provokasi seorang yahudi yang
pura – pura masuk islam yang bernama Abdullah bin Saba’ hingga menyebabkan
sahabat – sahabat seperti Aisyah ra, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam dan
Muawiyyah bin Abu Sufyan sehingga terjadilah perang jamal ) kubu Ali dengan Kubu
Aisyah, Thalhah dan Zubair ) dan perang shiffin ( Kubu Ali dengan Muawiyyah ). Setelah
Ali wafat terbunuh, kekhilafahan digantikan oleh Hasan bin Ali, namun kepemimpinan
Hasan tidak berlangsung lama hanya 6 bulan, karena banyaknya perselisihan dan
desakan dari Muawiyyah. Pada tahun 40 H kekhilfahan diserahkan secara resmi kepada
Muawiyyah peristiwa ini dinamakan ‘aamul jamaa’ah ( tahun persatuan / perdamaian ).

BAGIAN 3

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DAULAH UMAYYAH


( DAULAH UMAWIYYAH )
A. Profil Daulah Umayyah
Daulah Umayyah / Daulah Umawiyyah adalah daulah islamiyyah yang didirikan oleh seorang
sahabat Nabi yang pernah menjadi Kaatibul wahyi ( sekretaris wahyu ) yang bernama Mua’wiyyah
bin Abu Sufyan bin Harb bin Abu ‘Ash bin Umayyah. Nama daulah ini diambil dari nama salah
seorang kakeknya yaitu Umayyah. Pusat pemerintahan daulah Umayyah adalah Damaskus / Syria.
Corak pemerintahnnya adalah monarki yaitu turun temurun yang sama dengan sistem kerajaan.
Daulah Umayyah berjaya kira – kira hampir selama 91 tahun ( 41 H -132 H ).
B. Khalifah – Khalifah Daulah Umayyah
1. Mu'awiyah bin Abi Sufyan (tahun 41-64 H/661-680 M)
2. Yazid bin Mu'awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)
3. Mu'awiyah bin Yazid (tahun 64-68 H/683-684 M)
4. Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)
5. 'Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-68 H/685-705 M)
6. Walid bin 'Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)
7. Sulaiman bin 'Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)
8. 'Umar bin 'Abdul 'Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)
9. Yazid bin 'Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724 M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)
11. Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)
12. Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)
13. Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)
14. Marwan bin Muhammad (tahun 127-132 H/744-750 M)

C. Kemajuan dan Perkembangan Pada masa Daulah Umayyah

1. Kemajuan di Bidang Tafsir Al – quran


Sebagaimana telah kita maklumi bersama begitu pentingnya peranan Al – quran dalam
kehidupan umat islam khsususnya dan tatanan kehidupan alam semesta pada umumnya, sehingga
pada masa daulah umayyah memerintah banyak kalangan sahabat dan tabi’in yang sangat perhatian
dan ikut andil dalam perkembangan ilmu tafsir Al – quran agar dengan ilmu ini dapat memudahkan
umat untuk mempelajari dan memahami kandungan dan ajaran – ajaran Al –quran. Diantara
mufassir ( ahli tafsir ) yang terkenal masa itu diantaranya ialah :
 Dari kalangan sahabat
a. Abdullah bin Abbas ( Ibnu Abbas )
5|Page Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

b. Ali bin Abi Thalib


c. Ubay bin Ka’ab
d. Abdullah bin Mas’ud ( ibnu Mas’ud )
 Dari kalangan tabi’in
a. Mujahid
b. Sa’id bin Jubair
c. Ibnu Ishaq
d. Ka’bul Ahbar
e. Wahab bin Munabbih
f. Imam Muqatil
2. Kemajuan di bidang Hadits
Seiring berkembang pesatnya ilmu tafsir al – quran, begitu pula dengan ilmu hadits
yang mengalami perkembangan. Karena tuntutan utama bagi setiap muslim harus memposisikan Al –
hadits ini sebagai sumber hokum yang kedua stelah Al – quran. Pada masa kepemimpinan Khalifah
Umar bin Abdul Aziz beliau memberikan mandat kepada seorang ulama Madinah yang bernama
Abdullah bin Syihab Az Zuhri yang terkenal dengan sebutan Az Zuhri untuk mengkodifikasikan dan
membukukan hadits, dialah orang pertama yang merintis ilmu hadits baik secara riwayah dan
diroyah.
Diantara ulama – ulama yang ambil bagian dalam pengkodifikasian hadits ini ialah :
a. Imam Malik bin Anas
b. Ibnu Juraij
c. Muhammad bin Ishaq
d. Sa’id bin ‘Urwah
e. Sufyan Ats Tsaury
f. Al Auza’i

3. Kemajuan di bidang Fiqih


Ilmu fiqih adalah ilmu yang menjelaskan pilar – pilar syariat yang meliputi ‘ubudiyyah,
mu’aamalah, munakahah, jinayah dan lain – lain. Ilmu fiqh adalah hasil maksimal para ulama
dalam berijtihad mengambil dasar – dasar hukum islam utama yaitu Al –quran dan Al – hadits.
Pada masa daulah Umayyah ilmu fiqih mengalami perkembangan walaupun masa ini baru
masuk kategori penulisan pengantar ilmu fiqh. Pada tahapan pertama muncul dan dikenal
7orang ahli fiqh terkenal dari Madinah ( Al fuqohaa assab’ah ) yaitu :

a. Sa’id bin Musayyib


b. Urwah bin Zubair
c. Qasim bin Muhammad
d. Khaarijah bin Zaid
e. Abu Bakar bin Abdullah bin ‘Utbah bin Mas’ud
f. Sulaiman bin Yasar
g. Nafi’, maula ( budak yang telah bebas ) Abdullah bin Umar

Di kota Kufah dan Basrah terkenal pula beberapa orang ahli fiqh diantaranya yaitu :

a. ‘Alqamah bin Mas’ud


b. Ibrahim An Nakha’i
c. Hasan Al Bashri

D. Kemunduran dan Keruntuhan Daulah Umayyah


6|Page Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

Setelah selama 91 tahun berjaya memimpin khilafah islamiyyah, daulah umayyah mengalami
kemunduran dan kelemahan dalam berbagai bidang hingga akhirnya menyebabkan daulah
Umayyah runtuh pada tahun 750 M / 132 H. Kemunduran daulah Umayyah tejadi setelah
kepemimpinan Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, empat orang khlifah selanjutnya kurang bisa
memajukan daulah dan kurang bisa diandalkan.
Faktor kemunduran daulah Umayyah diantaranya adalah :
a. Khalifah memiliki kekuasaan yang absolut dan tidak mengenal kompromi
b. Gaya hidup mewah dan kebiasaan suka berpesta dan berfoya – foya
c. Banyak gerakan pemberontakan pada masa daulah umayyah
d. Tidak adanya ketentuan yang tegas dalam pengangkatan khalifah
Faktor keruntuhan daulah umayyah diantaranya adalah :
a. Terjadinya persaingan kekuasaan di dalam anggota keluarga Bani Umayyah
b. Tidak ada pemimpin politik dan militer yang handal
c. Munculnya gerakan perlawanan yang menentang daulah umayyah seperti Syi’ah
d. Serangan pasukan Abu Muslim Al-Khurosani dan pasukan Abu Abbas Assaffah.

BAGIAN 4
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DAULAH ABBASIYYAH
( 132 – 656 H / 750 – 1258 M )
A. Profil Daulah Abbasiyyah

Daulah Abbasiyyah adalah daulah islamiyyah yang didirikan oleh keturunan Abbas bin Abdul
Muthalib, namun dalam sejarah islam yang paling diorientasikan sebagai pendiri daulah
Abbasiyyah adalah Abu Abbas Assaffah. Abu Abbas Assaffah adalah putra dari Muhammad bin Ali
bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Jadi jelas sekali dari rantaian keturunan tadi bahwa
Abu Abbas Assaffah satu keturunan dengan Rasulullah saw bertemu nasabnya di Abdul Muthalib.
Pada mulanya pusat peradaban dan pemerintahan daulah Abbasiyyah adalah Baghdad yang pada
akhirnya dipindahkan ke Mesir. Daulah Abbasiyyah adalah salah satu daulah islamiyyah yang
paling lama berjaya hampir 5 abad. Daulah Abbasiyyah mengalami puncak keemasan pada masa
Khalifah Harun Ar Rasyid.

B. Khalifah – Khalifah Daulah Abbasiyyah


I. Dari Bani Abbas
1. Abul 'Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H/750-754 M)
2. Abu Ja'far al-Mansyur (tahun 137-159 H/754-775 M)
3. Al-Mahdi (tahun 159-169 H/775-785 M)
4. Al-Hadi (tahun 169-170 H/785-786 M)
5. Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H/786-809 M)
6. Al-Amiin (tahun 194-198 H/809-813 M)
7. Al-Ma'mun (tahun 198-217 H/813-833 M)
8. Al-Mu'tashim Billah (tahun 218-228 H/833-842 M)
9. Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H/842-847 M)
10. Al-Mutawakil 'Ala al-Allah (tahun 232-247 H/847-861 M)
11. Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)
12. Al-Musta'in Billah (tahun 248-252 H/862-866 M)
13. Al-Mu'taz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)
14. Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)
7|Page Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

15. Al-Mu'tamid 'Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)


16. Al-Mu'tadlid Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)
17. Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)
18. Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)
19. Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)

II. Dari Bani Buwaih

1. Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)


2. Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)
3. Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)
4. Al-Muthi' Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)
5. Al-Thai'i Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)
6. Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)
7. Al-Qa'im Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)

III. Dari Bani Saljuk

1. Al Mu'tadi Biamrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)


2. Al Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)
3. Al Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)
4. Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)
5. Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160)
6. Al Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)
7. Al Mustadhi'u Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)
8. An Naashir Liddiinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)
9. Adh Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)
10. Al Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)
11. Al Mu'tashim Billah ( tahun 640-656 H/1242-1258 M)

C. Kemajuan dan Perkembangan Pada Masa Daulah Abbasiyyah

Daulah Abbasiyyah adalah sebuah daulah besar yang sangat berkembang dan maju, kota
Baghdad saja yang asalnya kosong dan diantaranya masih belantara pada masa Khalifah Abu
Ja’far Al -Manshur diubah menjadi kota – kota yang dipenuhi gedung – gedung pencakar langit.
Baghdad menjadi sebuah kota yang penuh dengan unsur peradaban islam. Pada masa Harun Ar
Rasyid adalah masa puncak dimana daulah Abbasiyyah dapat memajukan berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Diantara kemajuan ilmu pengetahuan itu ialah :
1. Kemajuan di bidang ilmu filsafat
Pada masa daulah Abbasiyyah terjadi akulturasi budaya dan pengetahuan antara budaya
Arab dengan budaya Persia, Romawi, Yunani dan India. Pada masa itu diadakan sebuah lembaga
yang bernama Baitul Hikmah sebagai pusat penerjemahan buku filsafat Yunani dan Romawi,
selain diterjemahakan juga diluruskan dan dimodifikasikan agar menjadi pemikiran islam,
diantara ahli filsafat pada masa Abbasiyyah ialah :
a. Al –Kindi
b. Abu Nashr Al Farabi
c. Ibnu Sina ( Aviciena )
d. Ibnu Rusydi ( Averoes )
8|Page Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

e. Ibnu Bajjah
f. Ibnu Thufail
g. Al Ghazali ( Al Gasel )

2. Perkembangan ilmu kalam

Ilmu kalam adalah ilmu pembahasan tauhid dan masalah teologi ketuhanan. Diantara ulama
pelopor ilmu kalam ialah :
a. Abu Hasan Al ‘Asy’ari
b. Abu Manshur Al Maturidi
c. Washil bin Atha
d. Assajastani
e. Imam Ghazali
f. Al-Baqilani

3. Perkembangan Ilmu kedokteran

Pada masa daulah Abbasiyyah terjadi kemajuan di bidang kedokteran dan didirikan pula
rumah sakit –rumah sakit pertama dalam tatanan kehidupan muslim. Pada masa ini pula ditemukan
virus campak dan cacar dan penyakit yang lainnya. Pada masa ini pula didirikan lembaga – lembaga
pelatihan dokter yang diselenggarakan di rumah sakit – rumah sakit Iskandariyyah dan Jundishapur.
Diantara para ulama yang ahli dalam bidang kedokteran ialah :
a. Ibnu Sina
b. Abu Zakariya Ar Razi
c. Abu Zakaria Yuhama ibnu Masiwaih
d. Sabut ibnu Sahal

4. Perkembangan Ilmu tafsir Al – quran


Ilmu tafsir Al – quran adalah ilmu yang membahas dan menjelaskan kandungan dan isi Al
quran, diantara ahli tafsir yang ada pada masa Abbasiyyah adalah :
a. Ibnu Jarir Ath thabari pengarang kitab tafsir Jami’ul Bayan
b. Abu Zakariya Ar Razi pengarang kitab tafsir Al – Kabir / Mafatihul Ghaib
c. Imam Zamakhsyari pengarang kitab tafsir Al – Kasyaaf

5. Perkembangan ilmu hadits


Ilmu hadits setelah dikodifikasi pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz kemudian pada
masa daulah Abbasiyyah muncul beberapa ahli hadits yang menyusun buku hadits dengan
sistematika yang beraneka ragam. Diantara ulama ahli hadits yang terkenal adalah ulama hadits
pengarang kutubus sittah ( 6 buku hadits ) yaitu :
a. Imam Bukhari pengarang kitab Shahih bukhari
b. Imam Muslim pengarang kitab Shahih Muslim
c. Imam Abu Daud pengarang kitab Sunan Abu Daud
d. Imam Turmudzi pengarang kitab Sunan Turmudzi
e. Imam Nasaai pengarang kitab Sunan Nasaai
f. Imam Ibnu Majah pengarang kitab Sunan Ibnu majah

6. Perkembangan ilmu kimia


Ilmu kimia juga termasuk salah satu ilmu yang dikembangkan oleh kaim muslimin. Diantara
ahli kimia yang terkenal pada masa itu ialah :
a. Ibnu Haitam
b. Jabir ibnu Hayyan
9|Page Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

7. Perkembangan ilmu matematika


Selain ilmu – ilmu yang di atas yang berkembang pada masa daulah abbasiyyah adalah ilmu
hisab atau Matematika. Semisal angka nol, teori Al Jabar, trigonometri dan teori matematika lainnya,
ditemukan pada masa daulah Abbasiyyah. Diantara ahli matematika yang hidup pada masa daulah
Abbasiyyah adalah :
a. Muhammad bin Musa Alkhawarizmi
b. Muhammad bin Ahmad
c. Ibnu Sina

8. Perkembangan ilmu sejarah


Sejarah adalah salah satu ilmu yang dikembangkan oleh kaum muslimin pada masa
Abbasiyyah diantara factor penyebab yang mendorong mereka untuk mengembangkan ilmu sejarah
adalah sisi peradaban Arab yang suka menjaga keutuhan silsilah keturunan dan yang paling utama
ialah untuk mempelajari sekelumit sejarah kehidupan Rasulullah ( Sirah ). Diantara kitab – kitab
sejarah yang dikarang ulama pada masa itu ialah sebagai berikut :
a. Sirah Nabawiyyah karangan Ibnu Ishaq
b. Sirah Ibnu Hisyam karangan Ibnu Hisyam
c. Thabaqatul Kubraa karangan Muhammad bin Sa’ad
d. Tarikh Al Kabir karangan Al Waqidi

9. Perkembangan Ilmu Fiqih


Setelah mengalami masa perintisan di masa daulah Umayyah, pada masa daulah Abbasiyyah
ilmu fiqih lebih dikembangkan dan diimplementasikan dalam bentuk ijtihad, hingga muncullah
beberapa ulama mujtahid dengan berbagai mazhab ( pendapatnya ). Mazhab fiqih yang paling
terkenal masa itu hingga masa sekarang ialah :
a. Mazhab Hanafi yang digagas oleh Imam Abu Hanifah An Nu’mani
b. Mazhab Maliki yang digagas oleh Imam Malik bin Anas Al Mudniy
c. Mazhab Syafi’i yang digagas oleh Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’I Al Qursyi
d. Mazhab Hanbali yang digagas oleh Imam Ahmad bin Hanbal Asy Syaibaniy
D. Kemunduran dan Kehancuran Daulah Abbasiyyah
1) Sebab – Sebab Kemunduran
a. Pemberontakan –pemberontakan diantaranya ;
 Pemberontakan Kaum Zanj
 Pemberontakan Kaum Assasins
 Pemberontakan kelompok Qaramithah
b. Perebutan kekuasaan
c. Keduduka khalifah yang lemah
d. Munculnya kerajaan – kerajaan kecil seperti Dinasti Idrisiyyah,Dinasti
Thahiriyyah, Dinasti Aghlabiyyah dan sebagainya.
2) Sebab – Sebab Kehancuran
Sebab yang paling utama kehancuran daulah Abbasiyyah adalah serangan tentara
Mongol Tartar pada tahun1258 M yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
10 | P a g e Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

BAGIAN 5
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI DAULAH AYYUBIYYAH
( 659 – 750 H / 1174 M –
Ayyubiyah adalah sebuah Dinasti Sunni yang berkuasa di Dyar Bakir hingga tahun 1429 M.
Dinasti ini didirikan oleh Salahuddin al Ayyubi, wafat tahun 1193 M (Glasse, 1996:143). Ia berasal
dari suku Kurdi Hadzbani, putra Najawddin Ayyub, yang menjadi abdi dari putra Zangi bernama
Nuruddin. Keberhasilannya dalam perang Salib, membuat para tentara mengakuinya sebagai
pengganti dari pamannya, Syirkuh yang telah meninggal setelah menguasai Mesir tahun 1169 M. Ia
tetap mempertahankan lembaga–lembaga ilmiah yang didirikan oleh Dinasti Fathimiyah tetapi
mengubah orientasi keagamaannya dari Syiah menjadi Sunni (Yatim, 2003:283).

Penaklukan atas Mesir oleh Salahuddin pada 1171 M, membuka jalan bagi pembentukan madzhab-
madzhab hukum sunni di Mesir. Madzhab Syafi’i tetap bertahan di bawah pemerintahan Fathimiyah,
sebaliknya Salahuddin memberlakukan madzhab madzhab Hanafi (Lapidus, 1999:545).
Keberhasilannya di Mesir tersebut mendorongnya untuk menjadi penguasa otonom di Mesir.

Najmudin Ayub adalah seorang yang berasal dari suku Kurdi Hadzbani dan menjadi panglima Turki
1138 M, di Mosul dan Aleppo, dibawa pemerintahan Zangi Ibnu Aq-Songur. Demikian juga adiknya
Syirkuh, mengabdi pada Nuruddin, putra Zangi 1169 M. Syirkuh berhasil mengusir raja Almaric
beserta pasukan salibnya dari Mesir. Kedatangan Syirkuh ke Mesir karena undangan Khalifah
Fatimiyah untuk menggusir Almaric yang menduduki Kairo. Setelah Syirkuh meninggal 1169 M
digantikan Shalahuddin (kaponakannya) sebagai pemimpin pasukan. Pertama-tama ia masih
menghormati simbol-simbol Syi’ah pada pemerintahan Al-Adil Lidinillah, setelah ia diangkat menjadi
Wazir (Gubernur). Tetapi setelah al-Adil meninggal 1171 M, Shalahuddin menyatakan loyalitasnya
kepada Khalifah Abbasiyah (al-Mustadi) di Bagdad dan secara formal menandai berakhirnya rezim
Fatimiyah di Kairo.

Keberhasilan Shalahuddin di Mesir mendorongnya menjadi penguasa otonom. Dalam


mengkosolidasikan kekuatannya, ia banyak memanfaatkan keluarganya untuk ekspansi ke wilayah
lain, seperti Turansyah. Saudaranya dikirim untuk menguasai Yaman 1173 M. Taqiyuddin,
keponakannya disetting untuk melawan tentara Salib yang menduduki Dimyat. Sedang Syihabuddin,
pamannya, untuk menduduki Mesir Hulu (Nubia). Kematian Nuruddin 1174 M menjadikan posisi
Shalahuddin semakin kuat, yang akhirnya
memudahkan penaklukan Siria, termasuk Damaskus, Aleppo dan Mosul. Akhirnya pada 1175 M, ia
diakui sebagai sultan atas Mesir, Yaman dan Siria oleh Khalifah Abbasiyah.

Di masa pemerintahan Shalahuddin, ia membina kekuatan militer yang tangguh dan perekonomian
yang bekerja sama dengan penguasa Muslim di kawasan lain. Ia juga mambangun tembok kota
sebagai benteng pertahanan di Kairo dan bukit Muqattam. Pasukannya juga diperkuat oleh pasukan
barbar, Turqi dan Afrika. Disamping digalakkan perdagangan dengan kota-kota dilaut tengah, lautan
Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan. Atas dasar inilah, ia melancarkan gerakan ofensif
guna merebut al-Quds (Jerusalem) dari tangan tentara Salib yang dipimpin oleh Guy de Lusignan di
Hittin, dan menguasai Jerusalem tahun 1187 M. Inipun tetap tak merubah kedudukan Shalahuddin,
sampai akhirnya raja inggris Richard membuat perjanjian genjatan senjata yang dimanfaatkannya
untuk menguasai kota Acre. Sampai ia meninggal (1193 M), Shalahuddin mewariskan pemerintahan
yang stabil dan kokoh, kepada keturunan-keturunannya dan saudaranya yang memerintah
diberbagai kota. Yang paling menonjol ialah al-Malik al-Adil (saudaranya), dan keponakannya al-
Kamil, mereka berhasil menyatukan para penguasa Ayubi lokal dengan memusatkan pemerintahan
mereka di Mesir.

Namun pada masa pemerintahan al-Kamil Dinasti Ayubiyah bertempat di Diyarbakr dan al-Jazirah,
mendapat tekanan dari Dinasti Seljuk Rum dan Dinasti Khiwarazim Syah, kemudian al-Kamil
mengembalikan Jerusalem kepada kaisar Frederick II yang membawa damai dan keberuntungan
ekonomi besar bagi Mesir dan Siria. Hiduplah kembali perdagangan dengan kekuatan KRISTEN
Mediterrania. Setelah al-Kamil meninggal (1238 M) Dinasti Ayubiyah terkoyak oleh pertentangan-
pertentangan intern. Pada pemerintahan Ash-Shalih serangan Salib 6 dapat diatasi, yang pemimpinya
raja Prencis St. Louis ditangkap, tetapi kemudian pasukan budak (Mamluk) dari Turki merebut
kekuasaan di Mesir. Ini secara otomatis mengakhiri pemerintahan Ayubiyah keseluruhan.
1. Langkah-Langkah Yang Dilakukan Salahuddin

a. Melancarkan jihad terhadap tentara-tentara Salib di Palestina


11 | P a g e Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

b. Mempersatukan tentara Turki, Kurdi, dan Arab di jalan yang sama.

Dari Mesir, Shalahuddin juga dapat menyatukan Syiria dan Mesopotamia menjadi sebuah kesatuan
negara Muslim. Pada tahun 1174 ia merebut Damascus, kemudian Alippo tahun 1185, dan merebut
Mosul pada 1186. Setelah kukuh kekuasaannya Shalahuddin melancarkan gerakan ofensif guna
mengambil alih al-Quds (Jerussalem) dari tangan tentara tanpa banyak kesulitan. Ini berarti
Jerussalem sekali lagi menjadi Muslim setelah delapan puluh tahun, dan orang-orang Frank
tersingkirkan, meskipun hanya untuk sementara. Usaha besar-besaran telah dilakukan pasukan Salib
dari Inggris, Perancis, dan Jerman antara tahun 1189 – 1192 M, namun tidak berhasil mengubah
kedudukan Salahuddin. Setelah perang berakhir, Salahuddin memindahkan pusat pemerintahan ke
Damascus.

2. Perjuangan Setelah Salahuddin

Perjuangan Shalahuddin dalam merealisasikan tujuan-tujuan utamanya yaitu mengeluarkan kaum


Salib dari Baitul Maqdis dan mengembalikan pada persatuan umat
Islam, telah menghabiskan kekuatannya dan mengganggu kesehatannya. Ia meninggal dan
dimakamkan di Damaskus pada tahun 1193 M, setelah 25 tahun memerintah.

Sebelum meninggal, ia membagikan kekaisaran Ayyubiyah kepada para anggota keluarga. Karena itu
pengendalian dari pusat tetap berada di bawah kekuasaan Al-‘Adl dan Al-kamil, sampai Al-Kamil
meninggal. Di bawah kedua sultan ini, kebijaksanaan aktivis Shalahuddin memberikan tempat
sebagai hubungan detente dan damai dengan orangorang Frank.

Setelah kematian Shalahuddin, Ayyubiyah melanjutkan pemerintahan Mesir dan pemerintahan Syiria
(sampai tahun 1260 M). Keluarga Ayyubiyah membagi imperiumnya
menjadi sejumlah kerajaan kecil Mesir, Damaskus, Alleppo, dan kerajaan Mosul sesuai dengan
gagasan Saljuk bahwa negara merupakan warisan keluarga raja. Meskipun demikian, Ayyubiyah
tidak mengalami perpecahan, karena dengan loyalitas kekeluargaan Mesir diintegrasikan berbagai
imperium. Mereka menata pemerintahan dengan system birokrasi masa lampau yang telah
berkembang di negara-negara Mesir dan Syiria melalui distribusi iqta’ kepada pejabat-pejabat militer
yang berpengaruh.

Ayyubiyah secara khusus enggan melanjutkan pertempuran melawan sisa-sisa kekuatan pasukan
Salib. Mereka lebih memprioritaskan untuk mempertahankan Mesir karena kesatuan mulai
melemah. Pada tahun 1229 M Ayyubiyah menegosiasikan sebuah perjanjian dengan Fedrick II. Ini
adalah puncak kebijaksanaan baru, dan pada periode damai inilah membawa keuntungan ekonomi
yang besar bagi Mesir dan Syiria, termasuk hidupnya kembali perdagangan dengan kekuatan-
kekuatan KRISTEN Mediterania (Bosworth, 1993:87) .

3. Kemunduran Dinasti Ayyubiyah

Sepeninggal Al-Kamil tahu 1238 M, Dinasti Ayyubiyah terkoyak oleh pertentanganpertentangan


intern. Serangan Salib keenam dapat diatasi, dan pimpinannya, Raja Perancis St. Louis ditangkap.
Namun pada tahun 1250 M keluarga Ayyubiyah diruntuhkan oleh sebuah pemberontakan oleh salah
satu resimen budak (Mamluk)nya, yang membunuh penguasa terakhir Ayyubiyah, dan mengangkat
salah seorang pejabat Aybeng menjadi sultan baru. Keruntuhan ini terjadi di dua tempat, di wilayah
Barat Ayyubiyah berakhir oleh serangan Mamluk, sedangkan di Syiria dihancurkan oleh pasukan
Mongol (Glasse, 1996:552). Dengan demikian berakhirlah riwayat Ayyubiyah oleh Dinasti Mamluk.
Dinasti yang mampu mempertahankan pusat kekuasaan dari serangan bangsa Mongol.

4. Kemajuan-Kemajuan Yang dan Peninggalan Dinasti Ayyubiyah

Sebagaimana Dinasti-Dinasti sebelumnya, Dinasti Ayyubiyah pun mencapai kemajuan yang gemilang
dan mempunyai beberapa peninggalan bersejarah. Kemajuan-kemajuan itu mencakup berbagai
bidang, diantaranya adalah :

a. Bidang Arsitektur dan Pendidikan

Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Ini ditandai
dengan dibangunnya Madrasah al–Shauhiyyah tahun 1239 M sebagai pusat pengajaran empat
madzhab hukum dalam sebuah lembaga Madrasah. Dibangunnya Dar al Hadist al-Kamillah juga
dibangun (1222 M) untuk mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai
madzhab hukum sunni. Sedangkan dalam bidang arsitek dapat dilihat pada monumen Bangsa Arab,
12 | P a g e Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

bangunan masjid di Beirut yang mirip gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai gereja.

b. Bidang Filsafat dan Keilmuan

Bukti konkritnya adalah Adelasd of Bath yang telah diterjemahkan, karya-karya orang Arab tentang
astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Di bidang kedokteran ini telah didirikan
sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.

c. Bidang Industri

Kemajuan di bidang ini dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh seorang Syiria yang lebih canggih
dibanding buatan orang Barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.

d. Bidang Perdagangan

Bidang ini membawa pengaruh bagi Eropa dan negara–negara yang dikuasai Ayyubiyah. Di Eropa
terdapat perdagangan agriculture dan industri. Hal ini menimbulkan perdagangan internasional
melalui jalur laut, sejak saat itu Dunia ekonomi dan perdagangan sudah menggunakan sistem kredit,
bank, termasuk Letter of Credit (LC), bahkan ketika itu sudah ada uang yang terbuat dari emas.

e. Bidang Militer

Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda, pedang, panah, dan sebagainya, ia juga memiliki
burung elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Disamping itu, adanya perang Salib
telah membawa dampak positif, keuntungan dibidang industri, perdagangan, dan intelektual,
misalnya dengan adanya irigasi.

E. Catatan Simpul

1 Dinasti Fathimiyah sebuah Dinasti yang dinisbatkan pada Fatimah Az Zahra putrid Nabi SAW dan
istri Ali Bin Abi Thalib. Dinasti ini didirikan oleh al–Mahdi pada tahun 909 M dengan perjalanan
pemerintahan melalui dua fase, yakni konsolidasi dan parlementer. Pada fase kedua inilah terjadi
perang Salib yang berlangsung sampai Dinasti selanjutnya. Kejayaan Dinasti ini mencapai puncaknya
pada masa Khalifah al- Muiz, al-Aziz, dan al-Hakim. Pada masa itu pula telah dibangun sebuah masjid
al- Azhar yang sekarang telah menjadi Univesitas, selain itu Dar al Hikmah sebagai pusat kajian
berbagai ilmu dan tempat bertemunya para pujangga. Adapun aliran yang dianut masyarakat
Fatimiyyah adalah Syi’ah Ismailiyah. Setelah Khalifah al-Aziz berkuasa, pamor Dinasti Fatimiyah
mulai turun, maka berakhirlah riwayat Dinasti ini pada tahun 1171 M pada masa Khalifah Al–‘Adhid.
Kekuasaannya telah berhasil ditumbangkan oleh Dinasti Ayyubiyah yang berkuasa selanjutnya.

2. Dinasti Ayyubiyah akhirnya berhasil merebut Mesir dari tangan Fathimiyyah. Dinasti ini didirikan
oleh Salah Al Din Al-Ayyubi, seorang Kurdi yang beraliran Sunni. Ketika Ayyubiyah dibawah
kekuasaannya perkembagangan yang dialami cukup pesat. Baik dibidang industri, pertanian,
perdagangan, pendidikan, arsitektur, militer, dan filsafat serta keilmuan. Sedangkan peninggalan
yang terpenting adalah Dar al Hadits Al Kamiliyah yang dibangun pada tahun 1222 M untuk
mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai madzhab hukum sunni.
Keberhasilannya yang gemilang adalah dapat menumpas tentara-tentara Salib dan mempersatukan
kembali umat Islam di jalan yang sama. Kondisi ini tidak berlangsung lama, sepeninggal Salahuddin
karena demam yang dideritanya tahun 1193 M, Ayyubiyah mulai menampakkan kemunduran.
Dinasti ini mulai terkoyak oleh perselisihan intern keluarga sepeninggal Al-Kamil. Pada saat itu
pemberontakan yang dilakukan oleh budak (Mamaliknya). Resimen inilah yang akhirnya dapat
menaklukkan Ayyubiyah di bagian Barat pada tahun 1250 M. Sedangkan Ayyubiyah di Syiria
ditaklukan oleh Mongol.

BAGIAN 5

PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

A. Sejarah masuknya islam ke Indonesia


Menurut sejarah, Islam masuk ke Indonesia melalui 3 proses, yaitu :
i. Proses perdagangan
13 | P a g e Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

ii. Proses struktur sosial


iii. Proses pengajaran

Menurut pendapat Prof. Dr. Hamka ( Buya Hamka ) Islam masuk ke Indonesia pada abad ke – 7
masehi dan abad ke – 1 H hal ini berdasarkan sejarah bahwa sahabat Nabi Muawiyyah bin Abu
sufyan pernah menginjakkan kakinya di tanah nusantara ini. Muawiyah yang juga pendiri Daulat
Umayyah ini menyamar sebagai pedagang dan menyelidiki kondisi tanah Jawa kala itu. Ekspedisi ini
mendatangi Kerajaan Kalingga dan melakukan pengamatan. Maka, bisa dibilang Islam merambah
tanah Jawa pada abad awal perhitungan hijriah.

B. Sejarah Beberapa Kerajaan Islam di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi

i. Kerajaan Islam Di Jawa


1. Kerajaan Demak

 Nama – nama Rajanya :

1) Raden Fatah ( 1500 – 1518 M )


2) Adipati Unus ( Pati Unus, yang bergelar Pangeran Sabrang Lor memerintah
dari tahun 1518 sampai dengan 1521 M )
3) Raden Trenggana ( 1521 – 1546 M, Masa puncak kejayaan Kerajaan Demak
sekaligus runtuhnya kerajaan Demak )

2. Kerajaan Pajang

 Nama – nama rajanya :


1) Adiwijaya ( Jaka Tingkir, 1546 – 1587 M )
2) Aria Panggiri ( anak angkat Adiwijaya, 1587 – 1601 M )

3. Kerajaan Mataram Islam


 Nama – Nama Rajanya :
1) Sutawijaya ( Panembahan Senopati )
2) Mas Jolang ( Prabu Hanyokrowati / Panembahan Seda ing Krapyak )
3) Adipati Martoputro
4) Mas Rangsang ( Sultan Agung Hanyorokusumo ) pada masa ini Mataram
mencapai puncak kejayaan.
5) Amangkurat I

4. Kerajaan Islam Cirebon


.
 Nama – Nama Rajanya :
1) Syarif Hidayatullah
2) Panembahan ratu
3) Panembahan Girilaya
4) Martawijaya ( Kasepuhan )
5) Kartawijaya ( Kanoman )

5. Kerajaan islam Banten


 Nama – nama rajanya ;
1) Maualana Hasanuddin
2) Maulana Yusuf
3) Maulana Muhammad
4) Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir
5) Abdul Maali Rahmatullah
6) Sultan Abdul Fatah ( Sultan Ageng Tirtayasa )
7) Sultan Abdul Qahar ( Sultan Haji )

ii. Kerajaan Islam di Sumatera


14 | P a g e Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

1. Kerajaan Aceh Darussalam

 Nama Raja – rajanya :


1) Sultan Ali Mughayat Syah
2) Sultan Iskandar Muda
3) Sultan Iskandar Tsani

2. Kerajaan Samudera Pasai

 Nama raja – rajanya :


1) Sultan Malikus Shaleh ( Marah Silu )
2) Sultan Malik Azzahir
3) Mahmud Malik Azzahhir
4) Mansur Malik Azzahir
5) Ahmad Malik Azzahir
6) Zainal Abidin Malik Azzahhir
7) Nahrasiyah

iii. Kerajaan Islam di Sulawesi

1. Kerajaan Gowa dan Tallo

 Nama Raja – rajanya


1) Daeng Manrabia ( Raja Gowa )
2) Karaeng Matoaya ( Raja Tallo)
3) Daeng Manrabia / Sultan Alauddin (Raja Gowa tallo )
4) Karaeng Matoaya / Sultan Abdullah ( Patih kerajaan Gowa Tallo )
5) Sultan Hasanudin (Ayam jantan dari timur )

2. Kerajaan Ternate dan Tidore


 Nama – nama rajanya :
1) Sultan Zainul Abidin
2) Sultan Hairun
3) Sultan Baabullah

C. TOKOH – TOKOH ISLAM DAN PERANANNYA DALAM PENGEMBANGAN ISLAM DI


INDONESIA

1. Wali Songo

Wali Songo adalah Sembilan ulama / wali yang gigih menyebarkan islam dipulau Jawa.
Wali songo juga dikenal dengan julukan sunan yang berasal dari bahasa Jawa susuhunan yang
artinya orang yang dihormati dan dihargai. Adapun nama – nama wali songo itu ialah :
a. Maulana Malik Ibrahim ( Sunan Gresik )
b. Raden Rahmat ( Sunan Ampel )
c. Raden Makhdum Ibrahim ( Sunan Bonang )
d. Raden ’Ainul Yaqin / R.Paku ( Sunan Giri )
e. Raden Mas Syahid ( Sunan Kalijaga )
f. Raden Syarifuddin/ Qasim ( Sunan Drajat )
g. Raden Prawoto ( Sunan Muria )
h. Raden Ja’far Shadiq ( Sunan Kudus )
i. Raden Syarif Hidayatullah ( Sunan Gunung Jati )

2. Teladan Para Ulama dan Tokoh Pergerakan Nasional


a. KH. Wahid Hasyim, beliau adalah putra pendiri NU yaitu Syeikh Hasyim Asy’ari,
Beliau adalah menteri agama pertama pada masa cabinet Soekarno. Beliau
dikarunia anak dintaranya yaitu Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ).
b. Syamsuddin Sumatrani,beliau adalah seorang ulama besar Sumatera, beliau adalah
seorang murid dari Hamzah Fansuri seorang ulama sastrawan melayu sekaligu ahli
sufi yang menganut faham wahdatul wujud.
15 | P a g e Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

c. Syeikh Nawawi Al Bantani, beliau adalah ulama besar yang terlahir di desa Tanara,
Tirtayasa, Banten. Beliau adalah ulama yang produktif,banyak kitab karangannya
dibaca dan dijadikan referensi di kalangan pesantren.

3. Organisasi- organisasi Islam di Indonesia


a. Nahdhatul Ulama, adalah organisasi yang berarti kebangkitan para ulama.
Organisasi didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari yang dibantu oleh KH Wahhab
Hasbullah,di Jombang, Jawa Timur,pada tanggal 31 Januari 1926. Ciri organisasi NU
adalah mempertahankan adat dan kebiasaan lokal dan mengharuskan bertaqlid
kepada salah satu Imam mujtahid yang empat.
b. Muhammadiyyah, adalah organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan.KH
Ahmad Dahlan termasuk orang –orang yang ingin mengembalikan ajaran islam
pada sumber utama yaitu Al-quran dan Hadits tanpa dicampuri khurafat dan
bid’ah.Muhammdiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta.
c. Persatuan Islam ( Persatuan Islam ) adalah sebuah Organsisai islam yag didirikan
oleh KH Zam zam di Bandung pada tanggal 19 September 1923. Sifat dari organisasi
ini tidak berbeda dengan Muhammdiyyah yaitu mengembalikan agama islam
kepada sumbernya yang utama yaitu Al Quran dan Hadits serta menjauhi khurafat,
bid’ah dan takhayyul. Diantara tokoh Persis yang paling terkenal ialah Ahmad
Hassan.
d. Mathla’ul Anwar, sebuah organisasi kemasyarakatan yang bergerakdi bidang social,
pendidikan dan dakwah. Organisasi ini didirikan oleh KH. E.Muh Yassin di
Menes,Pandeglang,Jawa Barat pada tanggal 10 Juli 1916.

BAGIAN 6
SEJARAH TRADISI ISLAM NUSANTARA

A. Pengertian Budaya

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta (Buddayah), dan bentuk jamaknya adalah Budi dan
Daya.
1. Budi : artinya akal, pikiran, nalar
2. Daya : artinya usaha, upaya, Ikhtiar
Jadi kebudayaan adalah segala akal pikiran dalam berupaya atau berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.

B. Pengertian Seni:

Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim
dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat
sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri
peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah
proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu,
dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat
medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara
seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari
orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan
16 | P a g e Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah
yang bermaksud cinta).

Adapun beberapa teori seni rupa menurut beberapa tokoh :


1. Ki. Hadjar Dewantara

Seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dan bersifat indah, menyenangkan dan
dapat menggerakan jiwa manusia,
2. Herbert Read
Aktivitas menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan,
3. Ahdiat Karta Miharja

Kegiatan rohani yang merefleksi pada jasmani, dan mempunyai daya yang bisa
membangkitkan perasaan/jiwa orang lain.

C. Cabang-cabang Seni ada 5 yaitu :


1. Seni Rupa
2. Seni Tari/gerak
3. Seni Suara/Vocal/Musik
4. Seni Sastra
5. SeniTeater/drama
D. AKULTURASI DAN ASIMILASI BUDAYA ISLAM DENGAN BUDAYA LOKAL

Proses akulturasi dan asimilasi kebudayaan dalam peradaban Islam diawali dengan adanya
gerakan penterjemahan karya-karya dari luar dunia Islam ke dalam bahasa Arab, dan ia mencapai
puncaknya pada era Kerajaan Abbasiah. Pemikiran yang terdapat dalam karya-karya yang
diterjemahkan itu kemudian mempengaruhi pemikiran para intelektual Islam. Pemikiran tersebut
mereka serap untuk diintegrasikan ke dalam pemikiran bagi memperkayakan peradaban Islam.

Era kekuasaan Abbasiah dianggap zaman keemasan peradaban Islam. Berkembangnya


pemikiran intelektual dan keagamaan pada tempoh ini antara lain kerana kesediaan umat Islam
untuk menyerap budaya dan khazanah peradaban besar dan mengembangkannya secara kreatif.
Pada era itu, sikap umat Islam yang terbuka terhadap seluruh umat manusia mendorong orang-orang
bukan Arab (mawali) untuk memeluk Islam. Kelompok ini ikut serta memberikan sumbangan bagi
kemajuan peradaban. Para ilmuwan pada masa itu menduduki posisi penting.
Perluasan Islam tidak saja telah memperbanyakkan penganut Islam, tetapi juga ikut membangun
suatu bentuk peradaban Islam. Perluasan wilayah Islam ini dalam waktu yang begitu singkat
memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk belajar daripada pelbagai kelompok masyarakat
yang telah memiliki tradisi keilmuan yang maju.

Dalam waktu yang bersamaan, hal ini juga menjadi tentangan bagi para ulama untuk
mempertahankan dan membela agamanya. Serangan dan tentangan pelbagai agama yang telah lama
berkembang sebelum Islam, dengan sistem teologi dan tradisi keagamaannya yang khas, telah
mendorong para ulama untuk menyusun dasar-dasar keyakinan (teologi) dan hukum Islam yang
kukuh.

Oleh kerana itu, ilmu tauhid/kalam, fikh, usul fikh mengalami perkembangan. Hubungan
umat Islam dengan umat yang memiliki peradaban lain yang sangat maju, seperti India, Mesir dan
Yunani mendorong umat Islam untuk menyerap khazanah peradaban tersebut.

Selain itu, faktor ajaran Islam sendiri juga menjadi penting bagi pengembangan peradaban.
Al-Quran, sebagai sumber normatif, memiliki kedudukan yang sangat khusus dan memainkan
peranan utama dalam kehidupan kaum Muslim, kerana sentiasa menjadi sumber inspirasi
keagamaan dan keilmuan. Bahkan pihak-pihak yang bertikai merujuk dan menggunakan ayat al-
Quran sebagai alasan pendirian dan tindakan masing-masing. Pada abad kesembilan, hadis juga telah
mendapatkan kedudukan penting dalam kehidupan keagamaan Muslim. Pada masa itu hadis rujukan
telah dibukukan.

Kehidupan intelektual di zaman Dinasti Abbasiyah diawali dengan berkembangnya


perhatian pada perumusan dan penjelasan panduan keagamaan terutama dari dua sumber utama ini,
17 | P a g e Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

ilmu-ilmu lain kemudian berkembang. Ilmu-ilmu al-Quran dan ilmu-ilmu hadis adalah dua serangkai
siri pengetahuan yang menjadi pokok perhatian dan fokus pendidikan ketika itu.

Kemajuan peradaban Islam era Abbasiyah ini juga ditandai dengan berkembangnya ilmu-ilmu
keislaman lain yang meliputi teologi/ilmu kalam dan fikh.

Salah satu ilmu yang sangat menarik perhatian umat Islam di zaman ini adalah ilmu
kedoktoran (at-Tibb). Yayasan latihan perubatan peninggalan zaman Bizantium di Antiokia dan
Harran di Syria serta di Iskandariah, Mesir yang sudah lemah, pada era ini kemudian dibangkitkan
kembali. Di wilayah timur ada sekolah khusus kedoktoran di Jundishapur Susiana, warisan era
keemasan Sasaniah.
Dengan semakin banyaknya kitab kedoktoran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab,
muncullah doktor Muslim yang secara terus-menerus mendalami dan mengembangkannya. Di antara
para doktor tersebut ialah Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Rhazes), yang hidup antara tahun 865-
925M. Ia berjasa besar dalam mempelajari dan mengubati penyakit campak (small pox) dan cacar
(measles).
Pada masa itu, matematik dan astronomi juga berkembang. Karya Claudius Ptolemaeus (ahli
astronomi sekitar 100-178SM), Megale Syntaxis, diterjemahkan atas perintah Khalifah al-Mamun
oleh al-Hajaj bin Yusuf, yang sebelumnya juga menghadiahkan terjemahan kitab Elements karya
Euclides (ahli matematik sekitar 300SM) kepada Khalifah Harun ar-Rasyid.

Pengetahuan umat Islam dalam bidang ini juga diperkaya dengan warisan ilmu dari India.
Muhammad bin Ibrahim al-Fazari, penterjemah pada era Khalifah al-Mamun, misalnya menyadur
buku astronomi India terkenal, Zij as-Sindhind (table astronomi) dan mempersembahkannya kepada
Khalifah al-Mansur.

Setelah menguasai ilmu-ilmu warisan Yunani dan India ini, al-Khawarizmi menuangkan hasil
penelitian dan pemikiran yang gemilang dalam bidang aljabar, yang menabalkan namanya hingga
saat ini dalam istilah algoritma.

Berkembangnya pelbagai cabang ilmu pengetahuan tersebut adalah usaha dan kegigihan khalifah
yang banyak menyediakan kemudahan-kemudahan. Usaha pengumpulan naskhah asing dan
penterjemahannya ke bahasa Arab terus digalakkan.

Meluasnya usaha ini banyak disebabkan oleh dukungan Khalifah al-Ma’mun dan khalifah
sesudahnya. Al-Mamun antara lain, mengembangkan Yayasan Baitulhikmah (Bait al-Hikmah) yang
menjadi pusat segala kegiatan keilmuan. Di yayasan ini para penerjemah berkumpul, baik Muslim
mahupun bukan Muslim, bekerjasama mengalihbahasakan pelbagai naskhah kuno dan menyusun
berbagai-bagai penjelasan serta komentarnya.

Di yayasan ini juga, Abu Yusuf Yaqub al-Kindi (801-869M), misalnya tidak saja menggali dan
menyinarkan kembali filsafat Yunani, tetapi juga memperluas horizon pemikiran umat Islam.
Perhatian keilmuannya mencakupi bidang yang sangat luas, tidak saja masalah logika, tetapi juga
sejarah alam, meteorologi serta kimia, bahkan ilmu ketenteraan.

Kegemilangan peradaban Islam dicapai kerana kebijaksanaan daulah Abassiyah dan juga
faktor terjadinya asimilasi dalam Dinasti Abassiah dan penyerapan unsur-unsur bukan Arab
(terutama bangsa Parsi) dalam pembinaan kemajuan dalam banyak bidang.

E. BUDAYA DAN SYARIAT ISLAM


Di atas sudah diterangkan sebelumnya tentang kebudayaan dan beberapa aspeknya. Hal
penting berikutnya adalah menjelaskan pengertian dari Islam, syariat Islam. Islam sebagaimana
dinyatakan An-Nabhany (2001)[18] adalah ad-dien al-ladziy anzalahu allahu `ala sayyidina
Muhammadin saw li tandzimi alaqati al-insani bi khaliqihi wa bi nafsihi wa bi ghairihy min baniy al-
insan.
Sedangkan syariat Islam adalah khithaabu asy-syaari`al-muta`alliqu bi af`afali al-`ibad. (seruan sang
pembuat hukum (Asy-syari`) yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan seorang hamba). Maka,
sesungguhnya pengaturan yang diberikan kepadanya berupa pedoman oleh Allah swt adalah dalam
rangka mengatur manusia sesuai dengan sifat kemanusiaannya dan selaras dengan fitrah
penciptaannya.
Walhasil, keragaman -dalam selera, kecendrungan dan perkara-perkara kebiasaan lainnya
yang dibolehkan (mubah) - merupakan keniscayaan, sedangkan ketundukan manusia terhadap
seluruh aturan Allah (hukum Islam) secara menyeluruh juga adalah sesuai fitrah penciptaannya.
18 | P a g e Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

Maka budaya orang Islam di Indonesia bisa jadi berbeda dengan budaya Muslim di tempat lain, tetapi
tetap sama-sama terikat dengan hukum Islam dan sejalan dengan koridor syariat Islam.

Jika kita ingin menyinggung istilah Suparlan seperti diterangkan sebelumnya, maka batasan
tegas itu hanya ditemukan pada Islam yang memenuhi syarat serta criteria yaitu bersifat hakiki,
mutlak dan layak jadi patokan kebenaran, yakni rangkaian wahyu yang diturunkan Allah swt.
Sedangkan di luar Islam, pertanyaan tentang batasan apa yang bisa jadi patokan mengenai hal-
hal absolute (world view) untuk membedakannya dengan hal-hal bersfiat ethos tidak mampu
dipenuhi, karena sejatinya semua yang jadi pedoman kehidupan mereka asal dan sumbernya adalah
manusia belaka.
Berdasarkan pemaparan di atas, sesungguhnya menurut perspektif Islam, ada batasan yang
jelas dan tegas tentang hal-hal terkait kehidupan. Secara alamiah, yang bersifat dan berlaku universal
maka Islam membolehkannya, bahkan mendorong untuk meraih manfaat semaksimal mungkin tanpa
memandang lagi sumber dari sains dan teknologi tersebut.

Hal ini sesuai pesan Nabi saw antum a`lamu bi umuri dunyakum. Sebaliknya, jika terkait
perkara yang menyangkut bagaimana menjalani kehidupan, maka diwajubkan untuk hanya
berpedoman kepada dalil-dalil yang bersumberkan al-Qur`an dan As-Sunnah.
Dalam hal ini kita bisa mengatakan bahwa agama Islam adalah sumber budaya bagi umat Muslim di
manapun. Namun demikian terkait fitrah kemanusiaan, bahwa manusia mempunyai selera beragam
soal makanan, warna kesukaan, bentuk arsitektur bangunan, dan seterusnya, selama kesemuanya itu
terikat dengan atau tidak menyalahi kaidah-kaidah hukum Islam, maka tidak menjadi masalah.

Misalnya, Islam mengatur soal berpakaian. Hukum wahyu telah turun menerangkan dengan
prinsip-prinsip hukumnya adalah: wajib menutup aurat; wajib tidak transparan sehingga
memperlihatkan warna kulit si pemakai; wajib tidak ketat sehingga pakaian itu mempertontonkan
bentuk lekuk tubuh si pemakai; jika itu adalah jilbab, maka ia berupa baju luar yang berbentuk
terusan (bukan potongan) dan longgar yang dipakai di atas baju rumahan. Dengan pedoman ini
semua, maka selama seseorang terikat dengan aturan Islam tersebut, urusan selebihnya diserahkan
kepada manusia. Apa; apakah dihiasi ornamen tradisional atau kontemporer dan seterusnya.

Jadi, jilbab dan kerudung tersebut adalah bagian dari hukum Islam. Adapun praktiknya,
sepanjang terikat dengan kaidah hukum Islam, boleh untuk mengenakan busana ala nusantara, Cina,
Timur Tengah, Melayu atau yang lain. Bahwa di setiap tempat mempunyai ciri khas masing-masing,
hal ini pun tidak akan menjadi persoalan dalam kacamata Islam, dengan catatan bahwa kesemuanya
ini diselaraskan dengan prinsip-prinsip hukum Islam.

Dengan paradigma yang sama kita bisa mendudukkan secara tepat dan sesuai syariat,
masalah-masalah antara budaya dan hukum Islam. Wallahu a`lam.

F. Perspektif Islam tentang Tradisi dan Budaya Jawa

Secara umum, ajaran-ajaran dasar Islam yang bersumberkan al-Qur`an dan hadist Nabi
Muhammad S.a.w.. dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak.
Aqidah menyangkut ajaran-ajaran tentang keyakinan atau keimanan; syariah menyangkut ajaran-
ajaran tentang hukum-hukum yang terkait dengan perbuatan orang mukallaf (orang Islam yang
sudah dewasa); dan akhlak menyangkut ajaran-ajaran tentang budi pekerti yang luhur (akhlak
mulia). Ketiga kerangka dasar Islam ini sebenarnya merupakan penjabaran dari beberapa ayat al-
Quran (seperti QS. al-Nur (24): 55, al-Tin (95): 6, dan al-‘Ashr (103): 3) dan satu hadis Nabi
Muhammad S.a.w. yang diriwayatkan oleh Muslim dari Shahabat Umar bin Khaththab yang berisi
tentang konsep iman, islam, dan ihsan. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep iman, syariah
merupakan penjabaran dari konsep islam, dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep ihsan.
19 | P a g e Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

Dengan paparan singkat mengenai Islam di atas, maka dapat dijelaskan di sini bahwa
masalah tradisi dan budaya Jawa sangat terkait dengan ajaran-ajaran Islam, terutama dalam bidang
aqidah dan syariah. Kalaupun ada yang terkait dengan bidang akhlak, hal itu tidak dibicarakan dalam
tulisan ini. Untuk melihat apakah tradisi dan budaya yang sudah mengakar di tengah-tengah
masyarakat Jawa itu sesuai dengan ajaran Islam atau tidak, maka hal itu dapat dikaji dengan
mendasarkan diri pada ajaran-ajaran Islam yang terkait dengan bidang aqidah dan syariah. Sebab
tradisi dan budaya Jawa seperti yang dijelaskan di atas menyangkut masalah keyakinan, seperti
keyakinan akan adanya sesuatu yang dianggap ghaib dan memiliki kekuatan seperti Tuhan, dan juga
menyangkut masalah perilaku ritual, seperti melakukan persembahan dan berdoa kepada Tuhan
dengan berbagai cara tertentu, misalnya dengan sesaji atau dengan berdoa melalui perantara.

Pada prinsipnya masyarakat Jawa adalah masyarakat yang religius, yakni masyarakat yang
memiliki kesadaran untuk memeluk suatu agama. Hampir semua masyarakat Jawa meyakini adanya
Tuhan Yang Maha Kuasa yang menciptakan manusia dan alam semesta serta yang dapat menentukan
celaka atau tidaknya manusia di dunia ini atau kelak di akhirat. Yang perlu dicermati dalam hal ini
adalah bagaimana mereka meyakini adanya Tuhan tersebut. Bagi kalangan masyarakat Jawa yang
santri, hampir tidak diragukan lagi bahwa yang mereka yakini sesuai dengan ajaran-ajaran aqidah
Islam. Mereka meyakini bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan mereka
menyembah Allah dengan cara yang benar. Sementara bagi kalangan masyarakat Jawa yang abangan,
Tuhan yang diyakini bisa bermacam-macam. Ada yang meyakini-Nya sebagai dewa dewi seperti
dewa kesuburan (Dewi Sri) dan dewa penguasa pantai selatan (Ratu Pantai Selatan). Ada juga yang
meyakini benda-benda tertentu dianggap memiliki ruh yang berpengaruh dalam kehidupan mereka
seperti benda-benda pusaka (animisme), bahkan mereka meyakini benda-benda tertentu memiliki
kekuatan ghaib yang dapat menentukan nasib manusia seperti makam orang-orang tertentu
(dinamisme). Mereka juga meyakini ruh-ruh leluhur mereka memiliki kekuatan ghaib, sehingga tidak
jarang ruh-ruh mereka itu dimintai restu atau izin ketika mereka melakukan sesuatu. Jelas sekali apa
yang diyakini oleh masyarakat Jawa yang abangan ini bertentangan dengan ajaran aqidah Islam yang
mengharuskan meyakini Allah Yang Mahaesa. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah
Swt. Orang yang meyakini ada tuhan (yang seperti tuhan) selain Allah maka termasuk golongan
orang-orang musyrik yang sangat dibenci oleh Allah dan di akhirat kelak mereka diharamkan masuk
ke surga dan tempatnya yang paling layak adalah di neraka (QS. al-Maidah (5): 72). Perbuatan seperti
itu dinamakan perbuatan syirik yang dosanya tidak akan diampuni oleh Allah (QS. al-Nisa’ (4): 166).

Tradisi dan budaya masyarakat Jawa yang lain yang perlu dikaji di sini adalah yang terkait
dengan perilaku-perilaku ritual mereka. Masyarakat Jawa yang abangan juga memiliki tradisi ziarah
ke makam orang-orang tertentu dengan tujuan untuk mencari berkah atau memohon kepada para
ruh leluhur atau orang yang dihormati agar memberikan dan mengabulkan apa yang mereka minta.
Mereka juga memiliki tradisi melakukan upacara-upacara keagamaan (ritus) sebagai ungkapan
persembahan mereka kepada Tuhan. Di antara tradisi yang terkait dengan ritus ini adalah upacara
labuhan di pantai Parang Kusuma, upacara ruwatan, upacara kelahiran hingga kematian seseorang,
upacara menyambut tahun baru Jawa yang sama dengan tahun baru Islam, dan bentuk-bentuk
upacara ritual lainnya. Acara-acara ritual yang mereka lakukan seperti itu meskipun bertujuan minta
kepada Tuhan (Allah), tetapi menempuh cara yang bertentangan dengan ajaran syariah Islam.
Mereka meminta berkah atau rizki kepada Tuhan tidak secara langsung, tetapi melalui perantara dan
memakai sesaji. Meminta berkah atau rizki kepada selain Allah jelas dilarang dan bertentangan
dengan al-Quran, karena tidak ada yang dapat memberikan berkah atau rizki kepada siapa pun selain
Allah (QS. al-Zumar (39): 52). Syariah Islam mengatur masalah ibadah (ibadah mahdlah) dengan
tegas dan tidak dapat ditambah-tambah atau dikurangi. Tatacara ibadah kepada Allah ditetapkan
dalam bentuk shalat, zakat, puasa, dan haji yang didasari dengan iman (kesaksian akan adanya Allah
yang satu dan Muhammad sebagai Rasulullah). Semua bentuk ibadah ini sudah diatur tatacaranya
dalam al-Quran dan hadis Nabi Saw. Segala bentuk amalan yang bertentangan dengan cara-cara
ibadah yang ditetapkan oleh al-Quran atau hadis disebut bid’ah yang dilarang. Dengan demikian, apa
yang selama ini dilakuan oleh masyarakat Jawa, khususnya dalam masalah-masalah ritual seperti itu,
jelas tidak sesuai dengan ajaran Islam. Karena itu, hal ini sebenarnya harus diupayakan untuk
ditinggalkan atau diluruskan tatacaranya sehingga tidak lagi bertentangan dengan ajaran Islam.

Penutup

Sebagai catatan penutup perlu ditegaskan bahwa Islam tidak sama sekali menolak tradisi
atau budaya yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dalam penetapan hukum Islam dikenal
salah satu cara melakukan ijtihad yang disebut ‘urf, yakni penetapan hukum dengan mendasarkan
pada tradisi yang berkembang dalam masyarakat. Dengan cara ini berarti tradisi dapat dijadikan
dasar penetapan hukum Islam dengan syarat tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang tertuang
dalam al-Quran dan hadis Nabi Saw. Di Indonesia banyak berkembang tradisi di kalangan umat Islam
yang terus berlaku hingga sekarang, seperti tradisi lamaran, sumbangan mantenan, peringatan hari-
hari besar keagamaan, dan lain sebagainya. Selama ini tidak bertentangan dengan ajaran Islam maka
20 | P a g e Ringkasan SKI VII,VIII,IX By Sumarna,S.Pd.I

tradisi-tradisi seperti itu dapat dilakukan dan dikembangkan. Sebaliknya, jika bertentangan dengan
ajaran Islam, maka tradisi-tradisi itu harus ditinggalkan dan tidak boleh dikembangkan.

‘’ SELAMAT MENEMPUH UAMBN ANAK - ANAKKU “


BE SUCCES AND GOOD POINT

Anda mungkin juga menyukai