Anda di halaman 1dari 4

NAMA : TRIYA FIKA FARHADDILLAH

KELAS : I-C

NIM : 1232080078

KELOMPOK : 2

LEMBAR JAWABAN UTS SPI

1. Sebelum agama Islam datang, bangsa Arab telah mempunyai berbagai macam agama, adat istiadat,
akhlak, dan peraturan peraturan hidup. Agama islam pun datang membawa akhlak, hukum hukum,
dan peraturan peraturan hidup. Karenanya, maka terjadilah pertarungan antara agama islam dengan
agama jahiliah yang sangat menyita waktu (Ratu suntiah, Maslani : 2019) .Kedatangan Islam tidak
merombak nilai-nilai yang dianut masyarakat secara keseluruhan. Artinya, Islam tidak mengikis
habis nilai-nilai kemuliaan dalam pandangan mereka dan menggantinya dengan nilai-nilai yang sama
sekali baru. Kedermawanan yang sebelumnya diartikan dengan penghamburan harta kepada fakir
miskin diganti dengan memberikan manfaat kepada orang lain, keberanian yang sebelumnya
ditujukan untuk membela kehormatan diri dan suku diganti dengan pembelaan kepada agama.
Demikianlah masyarakat Arab mengalami perubahan hidup yang besar. Dari masa jahiliah menuju
masa Islam .(Tarigan, Lestari, Lubis, & Mita, 2023)

2 .Pada periode Makkah, Nabi Muhammad saw lebih menitik beratkan pembinaan moral dan akhlak
serta tauhid Kepada masyarakat Arab yang bermukim di Makkah.Rasalulloh juga mengajarkan
Pokok-pokok ajaran tauhid yang diajarkan Nabi sebagaimana tercermin dalam surat al-fatihah.
Disamping mengajarkan tauhid Nabi juga mengajarkan al Qur’an kepada umatnya secara utuh dan
sempurna menjadi milik umatnya yang selanjutnya akan menjadi warisan secara turun temurun, dan
menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi kaum muslimin sepanjang zaman. Pada periode Makkah,
Nabi Muhammad saw lebih menitik beratkan pembinaan moral dan akhlak serta tauhid Kepada
masyarakat Arab yang bermukim di Makkah.Rasalulloh juga mengajarkan Pokok-pokok ajaran
tauhid yang diajarkan Nabi sebagaimana tercermin dalam surat al-fatihah. Disamping mengajarkan
tauhid Nabi juga mengajarkan al Qur’an kepada umatnya secara utuh dan sempurna menjadi milik
umatnya yang selanjutnya akan menjadi warisan secara turun temurun, dan menjadi pegangan dan
pedoman hidup bagi kaum muslimin sepanjang zaman. Pada periode Madinah, Nabi Muhammad
SAW sebagai kepala agama dan kepala pemerintahan. Pengangkatan Nabi sebagai kepala negara,
diawali dari pemerintahan kesediaan oleh para wakil suku suku Aus dan Khazraj yang berjumlah 73
orang dalam Baiat Aqabah II, yang pada akhirnya diaklamasikan kepada semua warga Madinah
bahwa dia (Nabi Muhammad) adalah hakam (hakim) mereka. Nabi Muhammad SAW membangun
masyarakat Islam di Yatsrib, adapun langkah langkah yang beliau lakukan : (1) mengubah nama
Yatsrib menjadi Madinah, (2) mendirikan masjid, (3) membentuk kegiatan persaudaraan, (4)
membentuk persahabatan dengan pihak pihak yang lain yang tidak beragama Islam, (5) membentuk
pasukan tentara untuk mengantisipasi gangguan gangguan yang dilakukan oleh musuh. Menurut
Munawir Sadzali, belum cukup dua tahun Nabi tinggal di Madinah, beliau mengumandangkan
Piagam Madinah yang mengatur kehidupan dan hubungan antara komunitas komunitas yang
merupakan komponen komponen masyarakat yang majemuk di Madinah. Beliau membangun Negara
Madinah yang bertujuan seperti yang tertera dalam Al-Quran, yaitu membentuk negara yang baik
dan memperoleh ridha Allah SWT. Serta ampunan-Nya. Adapun pembangunan pembangunan yang
dilakukan Nabi Muhammad SAW : (1) pembangunan internal umat beragama, (2) pembangunan
antarumat beragama, (3) ekspansi, seperti futuh makkah pada tahun 8 H. (Ratu Suntiah, Maslani :
2019)

3.Khulafa Al-Rasyidin adalah pemimpin umat islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yakni
khalifah khalifah yang terpercaya atau yang mendapat petunjuk. Dalam pertemuan di Saqifah itu,
tampilah Sa’ad ibu Ubadah yang berpidato memajukan argumen keutamaan dan peranan golongan
Anshar dalam membela perjuangan Rasulullah. Mendengar pidato ini, orang orang Anshar
mengusulkan Sa’ad ibnu Ubadah menjadi khalifah. Kaum Muhajirin pun mengajukan argumentasi
mereka, yakni karena merekalah yang pertama tama mendukung dakwah Rasulullah sehingga Islam
berkembang dari jumlah yang sangat kecil, lama kelamaan bertambah besar. Di samping argumrn di
atas, Muhajirin juga mengemukakan perkataan NabiSAW: “Pemimpin itu dari suku Quraisy” serta
perbuatn Nabi SAW, yakni mewakilkan pelaksanaan tugas imam shalat kepada Abu Bakar As-shidiq
ketika Nabi SAW sedang sakit. Tokoh tokoh Muhajirin yang hadir di Saqafah itu di antaranya Abu
Bakar, Umar bin Khattab, dan Ubaidah bin Jarrah. Abu bakar menguulkan di antara Umar dan
Ubaida, tetapi keduanya menolak, bahkan sebaliknya Umar bin Khattab menujuk Abu Bakar untuk
menjadi khalifah pengganti Rasulullah, karena beliau dekat dengan Rasulullah, pernah menemani
Rasulullah hijrah, dan pernah menggantikan Rasulullah menjadi imam. Kemudian salah seorang dari
Ansar mengusulkan supaya masing masing golongan ada pemimpin, akan tetapi di tolak oleh Umar
dan mengatakan “Tidak mungkin dalam satu sarung ada dua pedang”. Pada situasi ini Umar tetap
mencalonkan Abu Bakar sebagai khalifah pengganti Rasulullah dan Abu bakar menerimanya.
Kemudian Umar dan orang orang yang ada di Saqifah membaiat Abu Bakar, baiat ini disebut baiat
Khassah. Hari berikutnya Abu Bakar dibaiat oleh umat di Masjid Nabi dan baiat ini disebut baiat
Ammah. Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah melalui penunjukkan sesduah
memusyawarahkan dengan kaum Muslimin. Ketika Abu Bakar sakit, sahabat berkumpul dan Abu
Bakar bertanya: “Apakah kalian akan menerima orang yang saya akan calonkan sebagai pengganti
saya? Saya bersumpah bahwa saya melakukan yang terbaik dalam menentukan ini, dan saya telah
memilih Umar bin Khattab sebagai pengganti saya”. Para sahabat menjawab: “Kami mendengarnya
dan kami akan Menaatinya. Dalam rangka menjaga stabilitas negara, agar umat islam terhindar dari
perpecahan maka peunjukan Umar menjadi khalifah dilakukan oleh Abu Bakar, dan piagam
penunjukkan itu dibuat sebelum beliau wafat. Kebijakan Abu Bakar diterima masyarakat dan segera
membaiatnya secara beramai ramai. Umar menyebut dirinya Khalifah Khalifati Rasulillahi
(pengganti dari pengganti Rasulullah). Beliau Umar Bin Khattab dijuluki Amirul Mukminin
(pemimpin orang orang mukmin). Sebelum wafat, akibat ditikam oleh Abu Lu’luah (Feroz), Umar
Ibn Khattab membentuk tim formatur yang terdiri dari enam terkemuka, yaitu Utsman ibn Affan, Ali
Bin Abi Thali, Thalhah ibnu Ubaidilah, Zubair Bin Awwam, Abdurrahman Bin Auf, dan Saad Bin
Abi Waqash. Untuk menghindari draw, Umar mengankat anaknya, Abdullah menjadi anggota
formatur yang hanya mempunyai jak suara memilih tanpa dipilih. Waktu itu Thalhah tidak ada di
Madinah dan baru kembali ke Madinah setelah pemilihan.Berdasarkan penjajagan pendapat yang
dilakukan Abdurrahman bin Auf terhadap anggota formatur yang ada, diperoleh dua orang calon
khalifah, yaitu Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Pada akhir musyawarah, dewan formatur
mengankat Utsman bin Affan menjadi Khalifah. Setelah terjadinya pembunuhan Utsman Bin Affan,
penduduk ibu kota Madinah yang didukung tiga pasukan dar Mesir, Bashrah, dan Kuffah memaksa
Ali menjadi Khalifah keempat. Pada mulanya Ali bin Abi Thalib menolak untuk dibaiat karena Ali
mengamalkan salah satu hadits Nabi tentang tidak boleh meminta minta jabatan, namun setelah
didesak massa dan memikirkan akibat anarkis tanpa pemimpinan serta tidak ada sahabat lain yang
bersedia menjadi khalifah, akhirnya Ali menerima dibaiat di Masjid Nabawi pada tanggal 25
Dzulhijjah 35 H/ 24 juni 656 M dalam suasana yang masih kacau. Pembaiatan Ali dilakukan oleh para
sahabat dan rakyat. (Ratu Suntiah, Maslani : 2019)

4. Sistem pemerintahan yang dijalankan Abu Bakar bersifat sentralistis, sama seperti zaman Nabi
Muhammad SAW, yakni kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif terpusat di satu tangan.
Selama kepemimpinannya yang berlangsung relatif singkat, Abu Bakar meencapai keberhasilan,
seperti: (1) perang Riddah, setelah wafatnya Rasulullah SAW, suku suku bangsa Arab tidak mau lagi
tunduk kepada pemerintahan Madinah. Beliau berhasil memerangi orang orang murtad, orang orang
yang tidak mau membayar zakat, dan Nabi nabi palsu, (2) melanjutkan rencana Nabi, setelah kondisi
dalam negeri stabil, Abu Bakar meneruskan rencana Rasulullah yang belum terlaksana, yaitu
mengadakan peperangan dengan Persia yang belum terlaksana, yaitu mengadakan peperangan
dengan Persia dan Byzantium, (3) pembagian wilayah, (4) kodifikasi Al-Quran, kofikasi Al-quran
merupakan pengumpulan dan pembukuan ayat ayat Al-Quran yang masih berserakan menjadi satu
naskah pada tahun 11 H. (Ratu Suntiah, Maslani : 2019). Hambatan pada masa khalifah Abu Bakar
adalah munculnya Nabi palsu, kaum muslim banyak yang murtad, dan banyaknya muslim yang
enggan membayar zakat. Selama memegang jabatan khalifah, Umar bin Khattab, tidak bertindak
otoriter. Perlakuannya selalu berdasarkan dengan Al-quran dan hadits yang dimusyawarahkan dengan
para sahabat. Adapun keberhasilan pada masa khalifah Umar di antaranya: (1) penataan administrasi
pemerintahan, (2) melakukan jihad, (3) ekspansi, ekspansi pada masa Umar merupakan ekspansi
pertama, ykani melanjutkan yang telah dilakukan pada masa Abu Bakar. Pada masa ini terjadi
ekspansi besar besaran sehingga leih dikenal Futuhat Al-islamiyyah (perluasan wilayah islam). Mula
mula, tentara Islam menguasai Damaskus pada tahun 635 M, setahun kemudian mengalahkan
Byzantium dipertempuran Yarmuk, sehingga seluruh wilayah syiriah jatuh kepada Islam. Lalu
dilanjutkan ke Mesir yang dipimpin Amr Bin Ash, dan ke irak yang dipimpin Saad bin Abi Waqash,
dan masih banyak lagi, (4) penetapan kalender hijriah, dimulainya kalender hijriah ini adalah ketika
hijrahnya Rasulullah. Pada masa ini dapat dikatakan masa yang tidak memiliki hambatan, masa
kejayaan islam pada khulafu rasyidin, karena beliau Umar Bin Khattab memerintah dengan bijaksana
dan tegas. Ustman ibnu Affan, Peran dan jasa Utsman ibnu Affan adalah melakukan ekspansi wilayah
seperti ke wilayah Kabul, Gaznah, Balkh dan Turkistan bagian timur. Perluasan wilayah islam
dimasa utsman bertambah dengan perluasan wilayah laut, sehingga membentuk angkatan laut.
Selanjutnya Utsman ibju Affan melakukan pengodifikasian al-quran, melalui kebijakan ini, Utsman
berhasil menghapus perbedaan versi bacaan al-quran dan menyusun mushaf al-quran dengan bacaan
standar. Adapun hambatan pada zaman Utsman ibnu Affan yaitu dianggap melakukan nepotisme atau
suatu sikap mental yang mementingkan kelompok sendiri dan kerabatnya dalam jabatan-jabatan
politik penting. Dan yang terakhir pemberontakan yang terjadi di Kuffah, Bashrah dan Mesir. Pada
bulan Dzuqaidah 35 H/ 656 M, berdatangan rombongan dari Mesir, Kufffah dan Bashrah yang
bertujuan untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci dan mengepung kediaman khalifah serta
menuntut agar khalifah Utsman meletakkan jabatanya. Ali ibnu Abi Thalib, Peran dan jasa Ali ibnu
Abi Thalib yaitu mengeluarkan beberapa keputusan berkaitan dengan masalah politik, terjadinya
perang unta yaitu peperangan pertama sesama kaum muslimin dan akhirnya pasukan ali memenangi
peperangan ini. Terjadinya perang shiffin yaitu antara ali ibnu Abi Thalib dengan Muawiyyah yang
diakhiri melalui musyawarah perdamaian. Dan terakhir terjadinya perang Nahrawan yang dilandasi
dengan kaum Khawarij yang menetnang keras penyelesaian perang shiffin melalui takhim atau
musyawarah, mereka inigi perang tetap dilanjutkan terlebih hasil keputusannya sangat
mengecewakan. (Suntiah & maslani, 2017)

5. Link Video Kelompok

https://youtu.be/c9qYRpgoYbk?si=hxqO8Xu31zRpvQj8

Anda mungkin juga menyukai