Anda di halaman 1dari 15

2. Memahami Masalah Kepemimpinan Umat Islam Pasca Nabi Wafat 2.

1 Pengertian Khulafaur Rasyidin Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir, artinya tidak ada lagi Nabi sesudah beliau, dengan demikian tugas kenabian tidak dapat diwariskan kepada siapapun di dunia ini sesudah beliau wafat. Dalam sejarah, tugas Nabi Muhammad SAW sebagai kepala pemerintahan dan kepala Negara diemban oleh empat sahabat terdekatnya secara berturut-turut termasuk dalam tugas tersebut adalah mengurus masalah keagamaan umat Islam, keempat penggantinya inilah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Secara kebahasaan, Khulafaur Rasyidin berarti para khalifah yang mendapat petunjuk, keempatnya adalah Abu Bakar (memerintah 632-634 M), Umar bin Khattab (634-644 M), Utsman bin Affan (644-656 M), dan Ali bin Abi Thalib (656-661 M). Khulafaur Rasyidin tidak lama menjadi penerus Nabi, hanya 31 tahun, dimulai 632 M dan berakhir 661 M, selama 31 tahun tersebut sangat menentukan bagi keberadaan Islam. Masa itu adalah masa konsolidasi dan pemantapan dasar-dasar Islam dan peradabannya. Khulafaur Rasyidin lah yang berhasil menyelamatkan aqidah Islam kaum muslim dari pembangkangan kaum murtad dan para Nabi palsu. Khulafaur Rasyidin pula yang pertama kali berhasil membawa Islam keluar dari kungkungan padang pasir jazirah arab untuk menakhlukkan Persia, Syam, dan Mesir. Sejarah tentu akan lain jika pada saat itu Khulafaur Rasyidin gagal menunaikan tugasnya.

2.2 Mengenal Khalifah-Khalifah Khulafaur Rasyidin Abu Bakar As Siddiq

Nama Abu Bakar adalah julukan yang diberikan kepada seseorang bernama Abdul Kabah bin Abi Quhafah dari Bani Taim. Setelah masuk Islam, Nabi mengganti namanya menjadi Abdullah bin Abi Quhafah, namun orang-orang memanggilnya Abu Bakar. Nama ini diberikan karena ia adalah orang yang paling dini memeluk Islam. Dalam bahasa Arab bakar berarti dini atau pagi,

Selain itu Abu Bakar seringkali dipanggil Atiq atau yang tampan karena ketampanan wajahnya. Nabi memberikan Abu Bakar gelar Ash Siddiq yang artinya yang berkata benar. Gelar ini diberikan kepada Abu Bakar karena dia membenarkan kisah Isra Miraj Nabi ketika banyak penduduk Mekah mengingkarinya. Abu Bakar lahir 572 M di Makah, Abu Bakar seorang sahabat Nabi yang terkenal cerdas, berwawasan luas dan kedermawaannya. Abu Bakar juga telah menebus Bilal bin Rabah dari tangan majikannya, melalui perantara Abu Bakar pula banyak penduduk Makah yang menyatakan diri masuk Islam seperti Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf yang kemudian disebut Assbiqunal Awwalun. Abu Bakarlah yang menemani Nabi hijrah ke Yatsrib (Madinah). Umar bin Khattab Al Faruq

Umar bin Khattab berasal dari Bani Adi, salah satu kabilah suku Quraisy. Ia besar layaknya anak-anak biasa lainnya, selain bergulat, berkuda merupakan keahlian umar lainnya. Secara fisik tubuh umar kekar, kulitnya putih kemerahmerahan, dan kumisnya lebat. Umar sangat gigih membela agama nenek moyangnya. Umar merupakan tokoh Quraisy yang ditakuti oleh kaum muslimin. Begitu berbahayanya kedua orang (Umar bin Khattab dan Abdul Hakam) itu sampai-sampai Rosulullah pernah berdoa kepada Allah SWT agar salah satu dari keduanya masuk Islam. Karena ketegasannya Umar mendapat julukan Al Faruq pemisah antara yang baik dan buruk. Usman bin Affan

Usman bin Affan enem tahun lebih muda dari pada Nabi. Kabilahnya Bani Umayah, merepakan kabilah Quraisy yang dihormati karena kekayaannya. Akhirnya, Usaman bin Affan menerima ajakan Rosulullah memeluk Islam tanpa ragu. Ali bin Abi Tholib Ali lahir pada Jumat 13 Rajab di Mekah sekitar tahun 600 M. ia lahir dari pasangan Abu Thalib bin Abdul Mutholib dan Fatimah bin Asad. Ketika lahir Ibunya memberi nama Haldar yang artinnya singa. Namun sang ayah lebih suka menamainya Ali yang artinya tinggi dan luhur. Ali memutuskan untuk

10

memeluk Islam pada usia sekitar 10 tahun. Kecerdasan Ali sangat menonjol. Ia merupakan salah satu sohabat terdekat Nabi yang paling paham tentang AlQuran dan Sunah. Dua tahun setelah hijrah, Ali menikah dengan Fatimah Az Zahra, putri kesayangan Rosulullah. Dari pasangan ini lahir dua cucu Rosulullah, Hasan dan Husain. Dalam hidup keseharian, Ali hidup bersahaja. Melihat berbagai keulamaannya, tidaklah mengherankan jika Kholifah Abu Bakar sering kali memintak Ali sebelum tindakan.

2.3 Proses Pengangkatan dan Gaya Kepemimpinan Khulafaur Rosyidin 1. Abu Bakar Sepeningal Rosulullah, kaum muslim di landa kebingungan. Sekelompok sahabat dari golongan Anshar berkumpul di Saqifah Bani Saidah, sebuah tenpat pertemuan dan musyawarah penduduk Madinah. Saad bin Ubadah menyatakan, seorang sahabat dekat nabi yang juga merupakan tokoh terkemuka Suku Khazraj. Saad bin Ubadah menyatakan bahwa kaum Anshar lah yang pantas memimpin kau muslimin sepeninggal. Sebab, kaum Anshar telah menolong Nabi dan kaum Muhajirin dari kejaran orang-orang kafir Quraisy. Mengetahui pertemuan, beberapa tokoh Muhajirin yaitu Abu Bakar, Umar bin khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah segera menuju ke Soqifah Bani Saidah, Abu Bakar mengatakan kepada kaum Anshar bahwah jabatan khalifah semestinya diberikan kaum Muhajirin, sebab, merekalah yang lebih dulu masuk Islam. Kaum Muhajirin yang juga selama 13 tahun membantu Nabi mempertahankan Islam dari ganguan kafir Quraisy di Mekah. Melihat hal itu satu persatu kaum Anshar yang sebelumnya hampir sepakat mengangkat Saad bin Ubadah turut membela Abu Bakar. Keesokan harinya, balat terhadap Abu Bakar di lakukan secara umum. Hampir seluruh kaum muslimin di Madinah turut serta dalam balat tersebut mengiringi pembalatanya Abu Bakar berpidato sebagai berikut: saudarasaudara, saya sudah dipilih untuk memimpin kalian sementara saya

11

bukanlah orang terbaik di antara kalian. Jika saya berlaku baik, bantulah saya. Kebenaran merupakan suatu kepercayaan dan dusta merupakan penghianatan. Taatilah asya selama saya taat kepada Allah dan Rosul-Nya. Tetapi bisa saya melangar perintah Allah dan Rosull-Nya, gugurkan ketaatan mu kepada saya. Demikianlah, akhirnya secara resmi Abu Bakar menjadi Khalifah Rosulillah atau pengati Rosullullah. 2. Umar bin Khattab. Pada tahun 634 M, ketika pasukan muslim sedang bergerak menaklukan syam, Abu Bakar jatuh sakit. Ketika itulah, Abu Bakar berpikir untuk menunjuk salah satu sebagai pengantinya. Pilihanya jatuh pada Umar bin Khattab. Pandangannya yang jauh membuat Abu Bakar yakin bahwa Umar lah pemimpin yang tepat untuk mengantinya. Sebelum menetukan orang yang akan menjadi pengantinya, Abu Bakar meminta penilain para sahabat besar mengenai Umar. Setelah tampak semuanya sepakat mengenai Umar. Khalifah Abu Bakar lantas memangil Usman, kepada Usman, Abu Bakar menditekan teks perintah yang menunjukan Umar sebagai pengantinya. Maka demikian lah, kaum muslimin pada tahun 643 M (13 H) membalat Umar sebagai khalifah. 3. Usman bin Affan Pada hari Rabu waktu subuh, 4 Zulhijjah 23 H, khalifah Umar yang hendak mengimami solat di masjid mengalami nasib naas. Perutnya ditikam oleh Abu Luluah Fairuz, seorang budak dari Persia milik Muqihrah bin Syubah. Setelah penikaman itu, Umar masih bertahan beberapa hari. Dalam keadaan sekarat. Ia membentuk sebuah dewan beranggotaan enam orang Abdurrahman bin Auf, Zubaiar bin Awwain, Saad bin Abi Waqos, Thalhah bin Ubaidillah, Ali bin Abi Thalib, dan Usman bin Affan. Dewan inilah yang dikenal dengan Dewan Syura mulai bersidang untuk menentukan pengganti Umar. Abdurahman bin Auf di tunjuk sebagai ketua sidang. Sidang berjalan alot selama 3 hari.

12

Akhirnya Abdurrahman bin Auf yang menjadi pemimpin sidang menunjuk Usman bin Affan sebagai khalifah. Ketika di balat usia Usman hampir 70 tahun. Ia terpilih mengalahkan Ali bin Abi Thalib. 4. Ali bin Abi Thalib Pada saat kaum pemberontak mengepung rumah khalifah Usman, Ali mengutus dua putra laki-lakinya Hasan dan Husain, untuk ikut melindungi khalifah Usman, namun itu tak mampu mencegah bencana yang menimpa khalifah usman dan juga kaum muslim. Khalifah usamn terbunuh secara keji menyisakan suasana mencekam, terutama di Madinah. Keadaan begitu kacau dam mengkahwatirkan sampai-sampai ali ragu untuk membuat suatu keputusan dn tindakan. Setelah terus menerus di desak Ali akhirnya bersedia di barat sebagai khalifah pada 24 juni 656 m, bertempat di Masjid Nabawi. Namun sayangnya tidak seluruh kaum muslim membalat Ali.

2.4 Kebijakan dan Strategi Khulafaur Rosyidin Selama kurag lebih 30 tahun memimpin umat Islam, ada banyak kebijakan yang telah di ambil Khulafaur Rosyidin. Kebijakan-kebijakan inilah akhirnya menyelamatkan kaum muslimin. 1. Memerangi kaum murtad Kematian Rosulullah mengancam keimanan kaum muslim, lebih-lebih mereka yang baru masuk Islam. Guncangan inilah yang melahirkan orangorang murtad dan enggan membayarkan zakat. Selain itu, guncangan tersebut juga memunculkan orang-orang yang mengaku sebagai Nabi. Mereka inilah para nabi palsu. Terhadap kaum murtad dan para nabi palsu tersebut, abu bakar bersikap sangat tegas. Pertama-tama mereka diminta bertobat. Setelah usaha ini gagal, abu bakar mengirim pasukan muslim untuk memerangi mereka. Pasukan muslim dipimpin panglima-panglima terbaiknya, diantaranya Khalid bin Walid. Peperangan ini disebut sebagai Perang Riddah, berlangsung pada tahun 633 M.

13

Akhirnya, Abu Bakar berhasil memerangi orang-orang murtad dan para nabi palsu tersebut. Sebagian terbunuh, sementara sebagian yang lain bertobat. Musailamah, Sajah dan Aswad beserta para pengikutnya mengadakan perlawanan sampai titik darah terakhir. Sementara, Thulaihah menyatakan bertobat dan berjanji untuk setia terhadap Islam. Dengan keberhasilan dalam Perang Riddah, kedudukan Islam semakin mantap di Jazirah Arab. Kemantapan posisi ini merupakan bekal yang sangat berharga bagi dakwah Islam selanjutnya. 2. Pembukuan Alquran Perang Riddah menimbulkan banyak korban, termasuk sebagian paara penghafal Al-Quran. Kenyataan ini sangat merugikan sekaligus menghawatirkan. Jika semakin banyak penghafal Al-Quran gugur, bisabisa penghafal Al-Quran menghilang. Menyadari hal itu, Umar bin Khatab mengusulkan kepada Abu Bakar agar mencatat semua hafalan Al-Quran pada sahabat yang masih hidup. Dengan demikian, Al-Quran dapat diwariskan oleh generasi mendatang. Abu Bakar menugaskan Zaid bin Tsabit untuk memimpin pengumpulan Al-Quran. Zaid ditunjuk karena ia pemuda yang cerdas dan berpengalaman mencatat ayat-ayat Al-Quran. Dengan baik, zait menunaikan tugas yang di embankan kepadanya. Dengna menyusun cara baca Al-Quran resmi ini, Khalifah Usman melakukannya berdasarkan car abaca yang di pakai dalam Al-Quran yang disusun Abu Bakar dulu. Setelah pembukuan selesai, dibuatlah beberapa salinannya untuk dikirim kemesir, Syam, Yaman, Kulaf, Basrah, dan Mekah. Satu mushaf di simpan di madinah. Mushaf-mushaf inilah yang kemudian dikenal denagan nama Mushaf Usmani. 3. Keberhasilan-Keberhasilan Ekspedisi Militer Dengan keberhasilan dalam Perang Riddah, acaman dari dalam jzirah Arab bisa dikatakan tertasi. Namun, ancaman dari luar sedang bergerek. Kini kaum muslim harus mengahadapi dua kekuatan dari luar, yakni Byzantium dan Sasaniah. Tidakan pertama kaum muslim terhadap Sasaniah diwakili oleh Musanna bin haritsah yang menyerbu Irak. Di bawah kepemimpinan

14

Khalid kaum muslim dapat menaklukan Hirah, kota terpenting di Irak pada tahun 633 M. sasaniah baru sepenuhnya di katakana pada masa Khalifah Umar bin Khattab dengan taklukan Ctesiphon (madain) ibu kota Sasaniah pda taun 637 M. Ke arah utara (wilayah Byzantium di syam), keberhasilan pertama di lakukan oleh Usman bin Zaid dan pasukannya pada masa awal Khalifah Abu Bakaar. Setelah sukses menaklukan Persia dan Syam, kaum muslim bergerak ke arah barat untuk menaklukan Mesir. Kali ini, pasukan muslim dipimpin oleh Amr bin Ash. Kota di mesir satu persatu takluk. Puncaknya, Iskandariah sebagai pusat kekuatan takluk pada tahun 641 M. dari mesir inilah, pasukan muslim menaklukan Afrika Utara. Kesukesan ekspedisi militer kaum muslim, salah satunya, didukung oleh angkatan laut. Angkatan laut didirikan pada masa khalifah Usman oleg Gubernur Syam, Muawiyah bin Abi Syufyan. Selanjutnya angkatan laut muslim dapat menaklukan pulau Cyprus dan dan beberapa pulau lain di laut Mediterania. 4. Penetaan Pemerintah Sepeninggal Rasulullah, para khalifah juga melakukan hal yang serupa, memusatkan segala kegiatan di Masjid Nabawi di Madinah, termasuk pemerintahan. Madinah menjadi ibu kota Negara dan pemerintahan kaum muslim. Namaun ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib menjabat, ibu kota pemerintahan kaum muslim di pindahkan ke Kufah di Irak. Seiring meluasnya wilayah kekuasaan Islam, penataan yang lebih cangih dilakukan. Nama dan wilayah kekuasaannya tidak sama dengan yang ada pada masa Rasul. Pada masa Khalifah Abu Bakar, wilayah kekuasaan Islam di bagi menjadi beberapa perovinsi : Mekah, Madianahm Thaif, Shanaa, Hadramaut, Khaulanm Zubaid, Rima, Al-Jandal, Jarsy, dan Bahrain. Seiring penaklukan yang terus barjalan, pembagian wilayah perovinsial pun ikut berubah. Pada tiap-tiap provinsi, di angkat seorang gubernur yang

15

berkauasa atas nama Khalifah. Gelar gubernur provinsi adalah amil, wali atau Amil. 5. Pengeloalaan keuangan Pada masa Khalifah Usman, di bentuk lembaga pajak yang terpisah dari kekuasaan. Pemisaan ini bertujuan menghindarkan penumpukan harta yang terpisah dari kekuasaan. Kepada para pemungut pajak di tunjuk langsung oleh Khalifah. Kepada pemungut pajak Usman berpesan, Ambillah kebenaran dan dengan itu berikan kebenaran. Amanat tetap menjadi amanat, maka berpegang teguhlah kepada amanat itu. Jangan menjadi orang pertama yang melangarnyakarena apa yang kalian lakukan itu akan dicontoh orang-orang sesudah kalian. Tepatilah perjanjian. Sekali lagi, tepatilah perjanjian.

16

3. Memahami Perkembangan Islam Periode Klasik 3.1 Perkembangan Islam pada Periode Klasik Harun Nasution membagi sejarah perkembangan peradaban Islam ke dalam tiga periode yaitu: 1. Periode klasik (650-1250 M) 2. Periode pertengahan (1250-1800) 3. Periode modern ( 1800 M) Periode klasik ini dapat dibagi ke dalam dua masa, yaitu masa kemajuan Islam I dan masa disintegrasi. Dan pada bab kali ini akan dibahas mengenai periode klasik masa kemajuan Islam. Masa ini merupakan masa ekspansi, integrasi dan keemasan Islam. Dalam hal ekspansi, sebelum Nabi Muhammad wafat ditahun 632 M, seluruh semenanjung Arabia telah tunduk di bawah kekuasaan Islam, dan ekspansi ke daerah-daerah di luar Arabia dimulai pada zaman khalifah pertama Abu Bakar As-Sidiq (Masa Khulafaur Rasyidin). 1. Masa Khulafaur Rasyidin Dimasa Khulafaur Rasyidin, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai perkembangan pemikiran dan peradaban Islam, yaitu: a. Setelah Rasul wafat muncul sistem pemerintahan Islam yang disebut dengan khalifah. b. Sistem pemilihan khalifah, yaitu Abu Bakar dipilih melalui

musyawarah, Umar Bin Khatab melalui wasiat dari Abu Bakar, Usman Bin Affan melalui musyawarah enam orang sahabat untuk memilih, dan Ali Bin Ibn Abi Talib dibaiat langsung oleh masyarakat Islam. c. Kemajuan dari aspek perluasan kakuasaan dan dakwah serta aspek peradaban Islam. d. Ekspansi dan dakwah Islam ke Negara-negara yang sangat jauh dari pusat kekuasaan Islam dalam waktu tidak lebih dari setengah abad, merupakan kemenangan yang menakjubkan dari suatu bangsa yang

17

belum memiliki pengalaman politik yang memadai. Tetapi ada hal yang sangat menyedihkan dari periode Khulafaur Rasyidin ini adalah Khalifah Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan, Dan Ali Bin Abi Talib meninggal dalam keadaan terbunuh oleh lawan-lawan politik mereka pada masa pemerintahan mereka. Kemudian setelah periode ini pemerintah islam berbentuk kerajaan dan kekuasaan diwariskan secara turun temurun. Khalifah pada masa Khilafah Rasyidin tidak pernah bertindak sendiri ketika Negara menghadapi kesulitan, tetapi mereka selalu bermusyawarah dengan para sahabat dan pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan pada masa kerajaan islam, rajanya sering bertindak otoriter. 2. Masa Dinasti Umayyah Memasuki kekuasaan Muawiyyah menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah dalam bentuk yang berbeda dengan masa Khilafah Rasyidin. Pemerintah yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchi heriditis. Artinya, ada perubahan pemikiran poliitik dalam sistem pemerintahan islam. Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyyah mewajibkan seluruh rakyat untuk menyatakan setia terhadap anaknya Yazid. Muawiyyah bermaksud mencontoh moraki ala Persia dan Bizantium. Walaupun disatu sisi Muawiyyah tetap mnempertahankan istilah khalifah, namun dia memberikan intepretasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Muawiyyah menyebutkan Khalifah Allah dalam pengertian penguasa yang diangkat oleh Allah. Kekuasaan bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota Negara dipndahkan Muawiyah dari ke Damaskus, tempat ini berkauasa sebagai gubernur sebelumny. Khalifah-khalifah besar dinasti bani umayah adalah muawiyah Ibn Abi Syufyan (661-680 M), Abd al-Malik Ibn Abi Syufyan (705-715 M), umar Lbn Abd al-Aziz (717-720 M), dan Hasyim Ibn Abd al-Malik (724-743 M). Dari perjalanan sejarah pemerintahan dan kekuasaan dinasti bani Umayyah ini, menyebabkan dan membawa kehancuran dinasti tersebut, antara lain:

18

a. Sistem pemerintahan melalui garis keturunan adalah suatu yang baru bagi tradisi arab yang lebih menekankan senioritas. Ketidak jelasan sistem pergantian khalifah, menyebabkan terjadinya persaingan tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana b. Latar belakang terbentuknya dinasti bani umayyah tdak dapat di pisahkan dengan konflik-konflikpolitik yang terjadi di masa Ali bin Abi Talib . sisa-sisa mengikuti ali (syiah) dan khawarij terus menjadi

gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti dimasa pertengahan kekuasaan bani umayyah. Penumpasan terhadap gerakan ini banyak menyedot kekuasaan pemerintah. c. Pada masa kekuasaan bani umayyah, pertentangan etis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada pada sejak zama sebelum islam makin meruncing. Perselisian sukusuku ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapatkan kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Selain itu, sebagaian besar golongan Mawali (non-Arab), terutama irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena karena setatus mawali mengambarkan suatu inferioritas, di tambah dengan keangkuan bangsa arab yang di perlihatkan pada masa bani Umayyah. d. Penyebab utama tergulingnya kekuasaan dinasti bani umayyah adanya munculnya kekuatan baru yang di pelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abd Al-Mutalib. Gerakan ini mendapatkan dukungan penuh dari bani hasyim dan golongan syiah dan kaum mawali yang merasa kelas duakan oleh pemerintah bani umayyah.

3. Khilafah Bani Abbas Khilafah bani abbas melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah, pendiri dan penguasa ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW sehingga di namakan Khalifah Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh abdulah Al-Saffah Bin Muhammad Bin Ali Bin

19

Abdullah Bin Al-Abbas dan kekusaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) sampai dengan perubahan politik, sosial, budaya. Pemerintahan Abu Al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat yaitu dari tahun 750 M sampai 754 M. Pembina sebenarnya adalah Abu Jafar Al-Mansur (754-775 M). Al Mansur sangat keras menghadapi lawanlawannya dari Bani Umayyah Khawarij, dan juga Syiah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan. Untuk mengamankan kekuasaannya, tokohtokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya satu persatu disingkirkannya bahkan pamannya sendiri yaitu Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali sebagai gubernur yang ditunjuk oleh Khalifah sebelumnya di Syiria dan Mesir, karena tidak bersedia membaiatnya, keduanya dibunuh oleh abu muslim Al-Khurasani atas perintah Al-Mansur dan Abu Muslim sendiri karena dikhawatirkan akan menjadi pesaing dan membahayakan baginya, dihukum mati pada tahun 755 M. Dasar-dasar pemerintahan daulat Bani Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu Abbas dan Abu Jafar Al Mansur. Puncak keemasan dari dinasti Bani Abbasiyah berada pada 7 khalifah sesudahnya, yaitu: 1. Al Mahdi (775-785 M) 2. Al Hadi (785-786 M) 3. Harun Ar Rasyid (786-809 M) 4. Al Mamun (813-833 M) 5. Al Mutashim (833-842 M) 6. Al Wasiq (842-847 M) 7. Al Mutawakkil (847-861 M) Popularitas daulat Bani Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al Mamun (813833 M). pada masa ini kekayaan Negara banyak dimanfaatkan Harun Ar Rasyid untuk keperluan sosial, rumah sakit dan lembaga pendidikan dan farmasi.

20

Ciri-ciri menonjol dari dinasti Bani Abbasiyah yang tak terdapat pada zaman Bani Umayyah adalah: 1. Berpindahnya ibu kota ke Baghdad. 2. Dalam penyelenggaraan Negara, pada masa Bani Abbasiyah ada jabatan wazir yang membawahi kepala-kepala departemen, sedangkan jabatan ini tidak ada dalam pemerintahan Bani Umayyah. 3. Ketentaraan professional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah. Sebelumnya pada masa Bani Umayyah belum ada tentara khusus yang professional. 4. Pada masa Bani Umayyah merupakan masa ekspansi daerah kekuasaan islam, sedangkan pada masa Bani Abbasiyah adalah masa pembentukan dan perkembangan kebudayaan dan

peradaban Islam.

3.2 Mengidentifikasi Peristiwa-Peristiwa Penting dan Tokoh-Tokoh yang Berprestasi dalam Perkembangan Islam pada Periode Klasik 1. Penakhlukan Eropa (Andalusia) atas jasa 3 pahlawan Islam, yakni Musa Bin Nushair (gubernur Afrika Utara), Tharif bin Malik (perintis) dan Thariq bin Ziyad yang dikenal sebagai sang penakhluk Andalusia. 2. Abdurrahman Ad Dakhil yang disebut faunding father, peletak dasar kebangkitan kebudayaan di Andalusia dengan pendirian perguruan tinggi dan lembaga ilmiah. 3. Abdurrahman An Nashir, khalifah bani umayyah di Andalusia yang dapat membawa kejayaan islam di dunia menjadikan cordova sebagai pusat intelektual terbesar di eropa, dan didirikannya perguruan tinggi cordova dilengkapi dengan perpustakaan dengan ratusan ribu buku karya umat islam, serta digiatkannya gerakan penerjemahan buku-buku dari bahasa yunani kedalam bahasa latin dan arab. 4. Khalifah Harun Ar Rasyid dan Khalifah Al Mamun mendirikan akademi/perguruan tinggi dengan fasilitas perpustakaan, sarana

21

peneropongan bintang, dan forum penerjemahan buku-buku berbahasa yunani kedalam bahasa Arab.

3.3 Ibrah dari Perkembangan Islam pada Periode Klasik untuk Kepentingan Masa Kini dan yang Akan Datang 1. Ibrah yang dapat diambil dari Dinasti Umayyah I antara lain: a. Sistem monarchi yang digunakan Dinasti Umayyah menyebabkan terjadinya persaingan antar anggota keluarga istana. b. Adanya persaingan antara Arab Mudariya (Arab Utara) dan Arab Himyariyah (Arab Selatan) menambah permasalahan negeri. c. Adanya diskriminasi terhadap Kaum Mawali (muslim non Arab) dan Kaum Syiah menyebabkan dendam yang berkepanjangan dan perlawanan terhadap pemerintah. 2. Adapun ibrah masuknya Islam di Andalusia antara lain: Terjadinya asimilasi yang tidak hanya di wilayah Andalusia, tetapi juga diseluruh dataran eropa dan terus berkembang diseluruh dunia, diiringi kemajuan-kemajuan diberbagai bidang, terutama dibidang ilmu

pengetahuan, sains dan teknologi dan bangunan. 3. Kemajuan yang begitu pesat pada masa Dinasti Abbasiyah diberbagai bidang kehidupan tidak bisa lepas dari perhatian para khalifah yang begitu besar terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemakmuran rakyatnya sehingga Baghdad sebagai ibu kota menjadi pusat kebudayaan dan perdagangan dunia. Memperhatikan kemajuan yang begitu pesat, umat Islam sekarang harus merasa tertantang untuk berpacu dengan prestasi, semangat dan perjuangan umat islam masa klasik. Jangan sampai Islam yang dicitrakan oleh orang-orang barat sebagai umat yang malas, senang perang, terbelakang, kumuh, teroris dan miskin menjadi suatu kenyataan.

22

3.4 Sikap yang Perlu Diteladani dari Para Tokoh dan Cendekiawan pada Periode Klasik Adapun sikap yang perlu diteladani dari para tokoh dan cendekiawan masa klasik sebagai berikut: 1. Ketekunan, kecerdasan dan kreatifitas mereka dalam menntut ilmu, mengolah dan mengembangkannya menjadi beberapa karya mereka. 2. Kemampuan menuangkan ilmunya dalam tulisan yang dapat diakses oleh masyarakat luas dan dari generasi ke generasi termasuk generasi sekarang sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh umat sepanjang zaman. 3. Para filosof dan cendekiawan tesebut selain menguasai ilmu dibidangnya masing-masing, juga sangat menguasai ilmu agama, minimal ilmu Alquran dan Hadits, disamping ilmu agama lainnya. Hal ini yang sekarang jarang kita temui, seorang tokoh yang ahli dibidang agama sekaligus ahli dibidang ilmu lainnya atau sebaliknya. Hal ini mendasari arah ilmu yang dikembangkannya yang senantiasa terbimbing oleh sinar Alquran sehingga ilmu tersebut bermanfaat bagi umat. Secara umum tokoh-tokoh di atas telah berjasa menyemarakkan khasanah ilmu pengetahuan dunia dan menunjukkan Islam sebagai agama yang berkemajuan, tidak seperti yang dicitrakan selama ini.

23

Anda mungkin juga menyukai