Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam datang terlihat asing dan akan asing pula pada akhir zaman. Islam yang
pertama kAli muncul dibumi jazirah Arab yang penduduknya mayoritas penyembah
berhala membuat misi mengemban agama Allah azza wa jalla sangat susah dan
kepayahan. Muhammad saw merupakan Nabi sekAligus Rasul yang mengemban
amanah untuk menyebarkan agama Tauhid ini. Pada kala itu Rasul sangat berhati-hati
dalam menyebarkan agama ini mulai dari istri keluarga dan kerabat dekat serta orang-
orang yang lemah/terdzolimi. Sepeninggal Rasul misi ini dilanjutkan oleh para
Sahabat Nabi saw. 

Meninggalnya Rasul saw memaksa kaum muslimin untuk memilih salah satu
sahabat untuk pemimpin melanjutkan misi yang telah dibawa Rasul, yang diberi gelar
khalifah. Penyebaran Islam pada masa khalifah mulai dari khalifah pertama Abu
Bakar sampai pada Ali. Keadaan sosial politik pada awal kepemimpinan Ali sangat
tidak stabil karena terjadi pemberontakan dimana-mana. Pemberontakan-
pemberontakan itu tidak dapat diselesaikan hingga akhir kepemimpinan Ali, sehingga
hal tersebut menyebabkan pecahnya umat Islam menjadi beberapa golongan dan
sangat tidak menguntungkan bagi Ali.

Setelah pembunuhan kholihaf usman, kebingunan dan kekacauan terjadi selama 5


hari. Pada waktu itu masyarakat beramai-ramai membaiat Ali sebagai kholifah. Ali
mula-mula tidak mau menerima kekhalifahan itu, pada saat dan keadaan seperti itu.
Akan tetapi, mengingat kepentingan-kepentingan Islam, akhirnya dia setuju untuk
menerima tanggung jawab ke kholifahan. Tidak lama setelah itu Ali menghadapi
banyak pemberontakan sehingga Ali lengser dengan dibunuhnya Ali dan
didudukikannya kursi kepemimpinan oleh muawiyah yang pada akhirnya munculnya
dinasti Bani Umayyah. Pada makalah ini membahas tentang “SEJARAH
PERADABAN ISLAM MASA BANI UMAYYAH”.
B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Siapakah sosok khulafa ur rasyidin ?

2. Bagaimana peradapan islam pada masa Khulafa Ar- Rasyidin?

3. Bagaimana peradapan islam pada masa khalifah Abu bakar ash-shiddiq

4. Bagaimana peradapan islam pada masa khalifah Umar Bin Al-Khaththab?

5. Bagaimana peradapan islam pada masa khalifah Utsman Bin Affan?

6. Bagaimana peradapan islam pada masa khalifah Ali Bin Abi Thalib?

7. Bagaimana sejarah perkembangan Islam dinasti Bani Umayyah?

8. Bagaimana pada masa keemasan dinasti Bani Umayyah?

9. Bagaimana faktor yang mempengaruhi kemunduran dinasti Bani Umayyah?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sosok Khulafa al-Rasyidin


Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: ‫)الخلف@@@@اء الراش@@@@دون‬ atau Khalifah Ar-
Rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang
dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi Muhammad
wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat
paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa
kerasulan Muhammad.
Para Khulafaur Rasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan bijaksana. Mereka itu
terdiri dari para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berkualitas tinggi dan baik
adapun sifat-sifat yang dimiliki Khulafaur Rasyidin sebagai berikut: 
1. Arif dan bijaksana
2. Berilmu yang luas dan mendalam
3. Berani bertindak
4. Berkemauan yang keras
5.  Berwibawa
6.  Belas kasihan dan kasih saying
7. Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum Islam.
Dalam sejarah Islam, empat orang pengganti Nabi yang pertama adalah para
pemimpin yang adil dan benar. Mereka menyelamatkan dan mengembangkan dasar-
dasar tradisi dari sang Guru Agung bagi kemajuan Islam bagi kemajuan Islam dan
umatnya. Karena itu gelar “yang mendapat bimbingan dijalan lurus” (al-khulafa ar-
rasyidin) diberikan pada mereka.1
Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan
berdasarkan konsensus bersama umat Islam. Sistem pemilihan terhadap masing-
masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut terjadi karena para sahabat
menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad
tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan berlangsung. Namun penganut
paham Syi'ah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas menunjuk Ali bin Abi
Thalib, khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan keturunannyalah yang akan
meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam. Sahabat yang disebut Khulafaur
Rasyidin terdiri dari empat orang khalifah yaitu Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin
Khatab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

B.  Peradaban Islam pada Masa Khalifah Abu Bakar As-Shidiq (11–13 H /632–634
M)
Abu bakar ash-siddiq lahir pada tahun 173 Masehi, nama lengkapnya adalah
Abdullah bin Usman bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim yang termasuk dari suku
Qurasyi. Namun bani itu bukanlah kelompok yang besar. Dia diberi kunyah
(panggilan) abu bakar. Kemudian lebuh di kenal dengan gelar Al- Ashiddiq ( orang
yang selalu membernarkan). Pada masa jahiliyah, dia merupakan salah satu seorang
1 ] Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997).
Hal. 46
yang sangat terpandang di kalangan Quraisy, dikenal sebagai orang yang benar-benar
mengerti tentang silsilah keturunan dan sebagai pelaku bisnis yang sukses. Selain itu
abu bakar telah mengharamkan minuman keras untuk dirinya pada masa jahiliyah.
Bahkan dia tidak pernah menyembah dan bersujud pada sebuah berhala pun. Dia
adalah sahabat Rasulullah pada masa jahiliyah dan orang yang pertama kali masuk
islam dari kalngan generasi tua. Dia dianggap sebagai orang kedua dalam islam
setalah Rasulullah.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya saya tidak pernah mengatakan kepadanya
sesuatu, kecuali dia akan menerima apa yang saya lakukan dan dia tetap konsisten
dengan keyakinannya”. Abu bakar selalu setia menemani Rasulullah sampai beliau
wafat. Dia berhijrah bersama Rasulullah kemadinah dan orang menemani Rasulullah
di dalam gua Tsur pada saat hijrah, sebagaimna di abadikan Al Qur’an dala surah At-
Taubah (9) ayat 40.2 Abu bakar selalu terlebat dal semua peristiwa yang dialami
Rasulullah. Dia adalah orang yang tidak lari dan tetap tegar ketika banyak pasukan
melarikan diri pada saat perang haunain. Abu bakar di kenal sebagai seorang
pemberani yang selalu gagah di segala medan perang. Dia tidak akan bergeser dari
sisi Rasulullah untuk selalu membela dan membentengi bbeliau. Abu bakar dikenal
sebagai ssosok yang dermawan dan menginfaqkan sebagian besar hartanya di jalan
Allah. Pada mas enam bulan pertama pemerintahannya, abu bakar melakukan
perjalanan bolak balik dari al-sunh ( tempat tinggalnya yang sederhana denga istrinya,
habibah ) kekota Madinah tanpa menerima gaji sedikit pun.3 Abu bakar
menyedekahkan semua hartanya untuk bekal pasukan Islam pada sat prerang tabuk,
sedangakan panji islam dalam perang ini berada di tangannya. Banyak sahabat yang
masuk islam melalui jasanya, di antaranya adalah Ustman bi Affan, Zubair bin
Awwam dan Abdurrahman bin Auf. Dia telah membeli dan membebaskan sejumlah
budak yang mendapat siksaan keras dari majikannya, diantaranya Bilal bin Rabbah,
Amir bin Fuhairah, Zinnirah dan yang lainnya. Rasulullah mengutus abau bakar
sebagai ketua rombongan haji pada tahun 9 H ? 630 M. Tatkala Rasulullah di timpa
sakit menjelang wafatnya, beliau bersabda, “Mohonkan Abu Bakar supaya menjadi
imam sholat.”4

2 Sedang dia salah satu seorang dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua, di waktu dia berkata
kepada temannaya,”Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.”
3 Hitti,History, 218
4 Al-Usairy, Sejarah, 142-144
Abu bakar memimpin pemerintahan hanya dalam waktu singkat, yakni sekitar dua
tahun lebih tiga bulan. Namun meskipun sangat singkat, masa kepemimpinannya
penuh dengan jasa-jasa penting bagi umat islam di antaranya adalah :
1. Memberangkatkan pasukan Usamah bin Zaid menuju Balqa’ di palestina
sesuai dengan perintah Rasulullah ( yang akhirnya pasukan tersebut berhasil
menang secara gemilang).
2. Menumpas orang-orang murtad
3. Memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat dari suku-suku
yaman
4. Menghancurkan nabi-nabi palsu
5. Mengumpulkan Al-Qur’an atas usulan umar bin khaththab setilah banyak
penghafal Al-Qur’an yang meninggal dalam perang yamamah memerangi
orang-orang murtad
6. Melakukan perluasan wilayah islam , baik di wilayah timur ( Persia ) maupun
di barat ( Romawi ).
Setilah perang riddah melawan kaum murtad berakhir, umat Islam dalam
memperluas wilayah kekuasaannya. Di wilayah timur, abu bakar mengangkat Khalid
bin Al-Walid dan Mutsana bin Haritsah sebagai panglima perang yang pada 12 H /
633 M berhasil mengusai Hirah dan beberapa kota Irak, seperti ambar, daumatul
jandal dan faradh. Pasukan ini berhasil memenangkan pertempuran di Yarmuk,
sebuah daerah di pinggiran sungai yordania, pada 14 H / 635 M, setelah Abu Bakar
meninggal dan kekhalifahan telah di serahkan kepada Umar bin Khaththab. Tidak
hanya itu, Abu Bakar juga telah memberangkatkan pasukan-pasukan Islam ke
beberapa daerah. Di antaranya adalah ke Damaskus di pimpin Yazid bin Abi Sufyan,
Palestina dipimpin Amr bin Al-Ash dan Hims dipimpin Abu Ubaydah ibn Al-Jarrah.5
Dalam pemerintahannya Abu Bakar memiliki tipologi kebijakan yang sangat baik
diantaranya:
1. Kebijaksanaan pengurusan terhadap agama
Pada awal pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang
datang dari umat Islam yang menentang kepemimpinannya. Di antara
perbuatan ingkar tersebut ialah timbulnya orang-orang yang murtad, orang-
orang yang tidak mau mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku
menjadi Nabi, dan pemberontakan dari beberapa kabilah.
5 Ibid., 145-150 dan Hitti, History, 175-176
Ketika Rasulullah SAW wafat, maka banyak orang Arab yang kembali
murtad. Seiring dengan itu, banyak pula utusan orang-orang Arab berdatangan
ke Madinah mengakui kewajiban sholat namun mengingkari kewajiban zakat.
Abu Bakar bersikap tegas kepada mereka, dan merekapun ditumpasnya.
Melihat hal ini, Umar pun berkata: “Akhirnya aku sadari bahwa Allah telah
melapangkan hati Abu Bakar untuk memerangi mereka dan aku yakin itulah
yang benar”.
Disamping banyak umat yang murtad dan menolak bayar zakat, ada pula
beberapa orang yang mengaku menjadi nabi, diantaranya yang paling
berpengaruh adalah Musailamah Al-Kadzab. Ia memiliki pengikut mencapai
40.000 personil dari kalangan Bani Hanifah. Abu Bakar mengirim pasukan
yang dipimpin Khalid bin Walid untuk menumpas mereka. Dalam perang
Yamamah yang hebat, Khalid bin Walid memperoleh kemenangan yang besar.
Di samping itu, Jasa Abu Bakar yang abadi ialah atas usulan Umar, ia
berhasil membukukan al-Qur’an dalam satuan mushaf, sebab setelah banyak
penghafal al-Qur’an gugur dalam perang Riddah di Yamamah. Oleh karena
itu, khalifah menugaskan Zaid ibn Tsabit untuk membukukan al-Qur’an
dibantu oleh Ali ibn Abi Thalib. Naskah tersebut terkenal dengan naskah
Hafsah yang selanjutnya pada masa khalifah Usman membukukan al-Qur’an
berdasarkan mushaf itu, kemudian terkenal dengan Mushaf Utsmani yang
sampai sekarang masih murni menjadi pegangan kaum muslim tanpa ada
perubahan atau pemalsuan.
2.   Kebijaksanaan politik kenegaraan
Di antara kebijakan politik Abu Bakar yang cukup menonjol adalah
melanjutkan ekspedisi pasukan Usamah. Sebelum Rasulullah SAW. wafat,
beliau telah memerintahkan sepasukan perang yang dipimpin oleh seorang
anak muda, Usamah, untuk berjalan menuju tanah Al-Balqa yang berada di
Syam, persisnya di tempat terbunuhnya Zaid bin Haritsah, Ja’far dan Ibnu
Rawahah. Namun di tengah perjalanan terdengar berita wafatnya Rosulullah
SAW, sehingga pasukan tersebut kembali ke kota Madinah.
Begitu Abu Bakar menjadi kholifah, maka ekspedisi ini dilanjutkan
kembali. Semula banyak sahabat yang mengusulkan termasuk Umar bin
Khattab, agar ekspedisi ini ditunda mengingat banyaknya persoalan di kota
Madinah. Namun Abu Bakar tetap pada pendiriannya. Ternyata berangkatnya
pasukan Usamah membawa kemaslahatan besar waktu itu. Disamping pulang
dengan membawa kemenangan, juga sekaligus telah menimbulkan kegentaran
besar pada perkampungan Arab yang dilewati sehingga tidak berani
memberontak.
Setelah berhasil melakukan ekspedisi pasukan Usamah, Abu Bakar
meyakinkan kesungguhannya untuk menaklukkan negeri Iraq, pada periode ini
merupakan langkah awal menaklukkan wilayah-wilayah timur pada masa
khulafaur rasyidin berikutnya. Dan pada periode perdana ini pasukan dipimpin
oleh Panglima Perang Khalid bin Wahid.
3. Sedang diantara kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan atau
kenegaraan, diuraikan oleh Suyuthi Pulungan, sebagai berikut:6
a. Bidang eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah
ataupun daerah. Misalnya untuk pemerintahan pusat menunjuk Ali bin
Abi Thalib, Utsman bin Affan, dan Zaid bin Tsabit sebagai sekretaris
dan Abu Ubaidah sebagai bendaharawan.
b. Bidang pertahanan dan keamanan
Dengan mengorganisasi pasukan-pasukan yang ada guna
mempertahankan eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Dari
pasukan itu disebarkan untuk memelihara stabilisasi di dalam atau di
luar negeri. Di antara panglima yang ada ialah Khalid bin Walid,
Musanna bin Harisah, Amr bin ‘Ash, Zaid bin Sufyan, dan lain-lain
c.  Bidang yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khattab dan
selama masa pemerintahan Abu Bakar tidak ditemukan suatu
permasalahan yang berarti untuk dipecahkan. Hal ini didorong atas
kemampuan dan sifat Umar, dan masyarakat pada waktu itu dikenal
‘alim.
4.  Kebijaksanaan Bidang Sosial Ekonomi
Faktor keberhasilan Abu Bakar dalam membangun pranata sosial di
bidang ekonomi tidak lepas dari faktor politik dan pertahanan keamanan,
Keberhasilan tersebut tidak pula lepas dari sikap keterbukaannya, yaitu
6 Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam.,Hal. 78-79.
memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada tokoh-tokoh sahabat
untuk ikut membicarakan berbagai masalah sebelum ia mengambil keputusan
melalui forum musyawarah sebagai lembaga legislatif. Hal ini mendorong
para tokoh sahabat khususnya dan umat Islam umumnya, berpartisipasi aktif
untuk melaksanakan berbagai keputusan yang dibuat.
Dalam usaha meningkatkan kesejahteraan umat Islam, Khalifah Abu
Bakar ash-Shiddiq melaksanakan berbagai kebijakan ekonomi seperti yang
telah dipraktikkan Rasulullah SAW. Ia sangat memerhatikan keakuratan
penghitungan zakat sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan
pembayarannya. Abu Bakar pernah berkata kepada Anas, “Jika seseorang
mempunyai kewajiban untuk membayar zakat berupa seekor unta betina
berumur 1 tahun, tetapi dia tidak mempunyainya lalu menawarkan seekor unta
betina berumur 2 tahun, hal seperti itu dapat diterima dan petugas zakat akan
mengembalikan kepada orang tersebut sebanyak 20 dirham atau 2 ekor domba
sebagai kelebihan dari pembayaran zakatnya. Hasil pengumpulan zakat
tesebut dijadikan sebagai pendapatan negara dan disimpan dalam Baitul
Mal untuk langsung didistribusikan seluruhnya  kepada kaum  muslim hingga
tidak ada yang tersisa. Selain dari dana zakat, di dalam Baitul Mal dikelola
harta benda yang didapat dari infak, sedekah, ghanimah dan lain-lain.
Penggunaan harta tersebut digunakan untuk gaji pegawai negara dan untuk
kesejahteraan umat sesuai dengan aturan yang ada.7
Dalam kegiatan ekonominya, setiap hari mereka disibukkan sengan
persoalan air dan rumput. Pada hari ke-dua Setelah pengangkatannya sebagai
khafilah, Abu Bakar membawa bahan-bahan pakaian dagangan di atas
pundaknya dan pergi untuk menjualnya. Salah satu aspek penting
perekonomian arab pra-islam adalah pertanian. Perdagangan adalah unsur
penting dalam perekonomian arab. Komoditas exspor arab selatan dan yaman
adalah dupa, kemenyan, kopi, gaharo, minyak wangi, kulit binatang, buah
kismis, anggur dan lainnya. lomoditas yang mereka impor dari dari afrika
timur antara lain: kayu untuk bangunan, bulu burung unta, lantakan logam
mulia dan badak. dari asia selatan dan cina berupa daging, batu mulia, sutra,
pakaian, pedang, rempah-rempah. sedangkan dari negara teluk Persia mereka
mengimpor intan.
7 Ibid., Hal. 72
C.  Peradaban Islam pada Masa Khalifah Umar bin Khatab (13-23 H/634 - 644 M)
Umar bin Khattab adalah khalifah ke-2 dalam sejarah Islam. pengangkatan umar
bukanberdasarkan konsensus tetapi berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan oleh
Abu Bakar. Hal ini tidak menimbulkan pertentangan berarti di kalangan umat islam
saat itu karena umat Muslim sangat mengenal Umar sebagai orang yang paling dekat
dan paling setia membela ajaran Islam. Hanya segelintir kaum, yang kelak
menjadi golongan Syi'ah, yang tetap berpendapat bahwa seharusnya Ali yang menjadi
khalifah. Umar memerintah selama sepuluh tahun dari tahun 634 hingga 644.8.
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah
dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar bin Khatthab sebagai
penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan
dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut
ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar.
Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dariRasulullah). Ia juga
memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin (petinggi orang-orang yang beriman).
Peranan Umar dalam sejarah Islam pada masa permulaan tampak paling
menonjol diantaranya yaitu:9
1. Penyebaran Agama
Khalifah Umar memiliki peranan yang sangat menonjol salah satunya
karena perluasan wilayahnya, di samping kebijakan-kebijakan politiknya
yang lain. Adanya penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan
Umar merupakan fakta yang diakui kebenarannya oleh para sejarawan.
Bahkan, ada yang mengatakan, kalau tidak karena penaklukan-penaklukan
yang dilakukan pada masa Umar, Islam belum akan tersebar seperti
sekarang.
Sebagaimana Rasulullah SAW dan Abu Bakar, Khalifah Umar juga
sangat condong menanamkan semangat demokrasi secara intensif di

8 Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX (Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana, 2003). Hal. 152.

9 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam., Hal. 80.


kalangan rakyat, para pemuka masyarakat, dan para pejabat atau para
administrator pemerintahan. Ia selalu mengadakan musyawarah dengan
rakyat untuk memecahkan masalah-masalah umum dan kenegaraan yang
dihadapi. Ia tidak bertindak sewenang-wenang dan memutukan suatu
urusan tanpa mengikutsertakan warga negara, baik warga negara muslim
maupun warga negara non-muslim.
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan)
pertama terjadi di ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan
setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran
Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan
memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah
pimpinan 'Amr bin 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad bin Abi
Waqqash. Iskandariah (Alexandria), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641
M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam.
Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637
M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang
jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai.
Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar R.a., wilayah
kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian
besar wilayah Persia, dan Mesir.
2.  Segi Politik10
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur
administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah
berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi
delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah,
Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu
didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran
gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan
lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan
dan ketertiban, akademi kemiliteran dibentuk. Umar bin Khattab adalah
khalifah yang pertama kali membentuk tentara resmi. Demikian pula
jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa
10 Ibid., Hal. 82.
mata uang, membuat tahun hijriah, membuat undang-undang perpajakan,
membuat sekretariat, menentukan gaji tetap, menempatkan para godhi,
membagi-bagi wilayah yang ditaklukkan menjadi beberapa gubernuran
(propinsi) dan ada majlis syura.
Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola
adinistratif pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman
dalam peradilan. Pemikiran khalifah Umar bin Khattab khususnya dalam
peradilan yang masih berlaku sampai sekarang adalah sebagai berikut:
Naskah Asas-asas Hukum Acara
Dari Umar Amirul Mu’minin kepada Abdullah bin Qais, mudah-
mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan dan rahmat-Nya kepada
engkau:11

a. Kedudukan lembaga peradilan


Kedudukan lembaga peradilan di tengah-tengah masyarakat
suatu negara hukumnya wajib (sangat urgen) dan sunnah yang
harus diikuti/dipatuhi.
b.  Memahami kasus persoalan, baru memutuskannya
Pahami persoalan suatu kasus gugatan yang diajukan kepada
anda, dan ambillah keputusan setelah jelas persoalan mana yang
benar dan mana yang salah. Karena sesungguhnya, suatu kebenaran
yang tidak memperoleh perhatian hakim akan menjadi sia-sia.
c. Samakan pandangan anda kepada kedua belah pihak dan
berlakulah adil.
Dudukkan kedua belah pihak di majelis secara sama, pandang
mereka dengan pandangan yang sama, agar orang terhormat tidak
melecehkan anda, dan orang yang lemah tidak merasa teraniaya.
d. Kewajiban pembuktian
Penggugat wajib membuktikan gugatannya, dan tergugat wajib
membuktikan bantahannya.
11 Ibid., Hal. 83.
e.  Lembaga damai
Penyelesaian perkara secara damai dibenarkan, sepanjang tidak
menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
f.  Penundaan persidangan
Barang siapa menyatakan ada suatu hal yang tidak ada
ditempatnya atau suatu keterangan, berilah tempo kepadanya untuk
dilaluinya. Kemudian, jika dia memberi keterangan, hendaklah
anda memberikan kepadanya haknya. Jika dia tidak mampu
memberikan yang demikian, anda dapat memutuskan perkara yang
merugikan haknya, karena yang deikian itu lebih mantap bagi
keudzurannya (tak ada jalan baginya untuk mengatakan ini dan itu
lagi), dan lebih menampakkan apa yang tersembunyi.
g.  Kebenaran dan keadilan adalah masalah universal
Janganlah anda dihalangi oleh suatu putusan yang telah anda
putuskan pada hari ini, kemudian anda tinjau kembali putusan itu
lalu anda ditunjuk pada kebenaran untuk kembali pada kebenaran,
karena kebenaran itu suatu hal yang qadim yang tidak dapat
dibatalkan oleh sesuatu. Kembali pada yang hak, lebih baik dari
pada terus bergelimang dalam kebatilan.
h. Kewajiban menggali hukum yang hidup dan melakukan penalaran
logis
Pergunakanlah kekuatan logis pada suatu kasus perkara yang
diajukan kepada anda dengan menggali dan memahami hukum
yang hidup, apabila hukum suatu perkara kurang jelas dalam Al-
Qur’an dan sunnah. Kemudian bandingkanlah permasalahan
tersebut satu sama lain dan ketahuilah (kenalilah) hukum yang
serupa, kemudian ambillah mana yang lebih mirip dengan
kebenaran.
i.  Orang Islam haruslah berlaku adil
Orang Islam dengan orang Islam lainnya haruslah adil,
terkecuali orang yang sudah pernah dijatuhi hukuman had atas
orang yang diragukan tentang asal usulnya, karena sesungguhnya
Allah yang mengendalikan rahasia hamba dan menutup hukuman
atas mereka, terkecuali dengan ada keterangan dan sumpah.
j.  Larangan bersidang ketika sedang emosional
k. Jauhilah diri anda dari marah, pikiran kacau, perasaan tidak senang,
dan berlaku kasar terhadap para pihak. Karena kebenaran itu hanya
berada di dalam jiwa yang tenang dan niat yang bersih.
3.  Segi Ekonomi
Dalam pemerintahannya, khalifah Umar bin Khattab memiliki
gebrakan yang yang sangat besar diantaranya yaitu:12 
a. Pembaruan Baitul Mal
Sama seperti Abu Bakar dan seiring dengan semakin
meluasnya wilayah kekuasaan Islam pada masa pemerintahan
Umar bin Khattab serta pendapatan negara mengalami
peningkatan yang sangat signifikan maka diberdayakan
kembali Baitul Mal. HartaBaitul Mal dianggap sebagai harta
kaum muslim, sedangkan khalifah dan para amil hanya
berperan sebagai pemegang amanah. Khalifah Umar bin
Khattab juga membuat ketentuan bahwa pihak eksekutif tidak
boleh turut campur dalam mengelola harta Baitul Mal.
b. Status Kepemilikan Tanah
Dalam hal status kepemilikan tanah, Khalifah Umar
menerapkan beberapa peraturan sebagai berikut:
1) Wilayah Irak yang ditaklukkan dengan kekuatan menjadi
milik muslim dan kepemilikan ini tidak dapat diganggu
gugat, sedangkan bagian wilayah yang berada di bawah
perjanjian damai tetap dimiliki oleh pemilik sebelumnya
dan kepemilikan tersebut dapat dialihkan.
2)   Kharaj dibebankan pada semua tanah yang berada di
bawah kategori pertama, meskipun pemilik tanah tersebut
memeluk agama Islam. Dengan demikian, tanah seperti itu
tidak dapat dikonversi menjadi tanah ushr.
3)  Bekas pemilik tanah diberi hak kepemilikan selama mereka
membayar kharaj danjizyah.

12 Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam., Hal. 92-93.


4) Tanah yang tidak ditempati atau ditanami (tanah mati) atau
tanah yang diklaim kembali (seperti Bashrah) bila diolah
oleh kaum muslim diperlakukan sebagai tanah ushr.
5)  Di Sawad, kharaj dibebankan sebesar satu dirham dan
satu rafiz (satu ukuran lokal) gandum dan barley (sejenis
gandum) dengan asumsi tanah tersebut dapat dilalui air.
Harga yang lebih tinggi dikenakan pada ratbah (rempah
atau cengkeh) dan perkebunan.
6)  Di Mesir, berdasarkan perjanjian Amar, setiap pemilik
tanah dibebankan pajak sebesar dua dinar, di samping
tiga irdabb gandum, dua qist untuk setiap minyak, cuka, dan
madu, dan rancangan ini telah disetujui khalifah.
7) Perjanjian Damaskus (Syiria) berisi pembayaran tunai,
pembagian tanah dengan kaum muslim, beban pajak untuk
setiap orang sebesar satu dinar dan satu bebanjarib (unit
berat) yang diproduksi per jarib (ukuran) tanah.

4.  Manajemen Zakat13
Pada masa Rasulullah SAW, jumlah kuda di Arab masih sangat
sedikit, terutama kuda yang dimiliki oleh kaum muslim karena
digunakan untuk kebutuhan pribadi dan jihad. Pada Perang Badar,
pasukan kaum muslim yang berjumlah 313 orang hanya memiliki dua
kuda. Pada saat pengepungan suku bani Quraizhah (5H), pasukan
kaum muslim memiliki 36 kuda. Pada tahun yang sama, di
Hudaibiyah, mereka mempunyai sekitar dua ratus kuda. Karena zakat
dibebankan terhadap barang-barang yang memiliki produktivitas,
seorang budak atau seekor kuda yang dimiliki kaum muslim ketika itu
tidak dikenakan zakat.
Pada periode selanjutnya, kegiatan beternak dan
memperdagangkan kuda dilakukan secara besar-besaran di Syiria dan
di berbagai wilayah kekuasaan Islam lainnya. Beberapa kuda
mempunyai nilai jual yang tinggi, bahkan pernah diriwayatkan bahwa
seekor kuda Arab Taghlabi diperkirakan bernilai 20.000 dirham dan
13 Ibid., Hal. 93-94.
orang-orang Islam terlibat dalam perdagangan ini. Karena maraknya
perdagangan kuda, mereka menanyakan kepada Abu Ubaidah,
Gubernur Syiria ketika itu, tentang kewajiban membayar zakat kuda
dan budak. Gubernur memberitahukan bahwa tidak ada zakat atas
keduanya. Kemudian, mereka mengusulkan kepada khalifah agar
ditetapkan kewajiban zakat atas keduanya, tetapi permintaan tersebut
ditolak. Kemudian, mereka mendatangi kembali Abu Ubaidah dan
bersikeras untuk membayar zakat kuda dan budak. Akhirnya, Gubernur
menulis surat kepada khalifah dan khalifah Umar menanggapinya
dengan sebuah instruksi agar Gubernur menarik zakat dari mereka dan
mendistribusikannya kepada para fakir miskin serta budak. Sejak itu,
zakat kuda ditetapkan sebesar satu dinar atau atas dasar ad valorem,
seperti satu dirham untuk setiap empat puluh dirham.
Diantara beberapa barang, Abu Bakar membebani zakat
terhadap war, sejenis rumput herbal yang digunakan untuk membuat
bedak dan parfum. Sementara itu, Umar mengenakan hums zakat atas
karet yang ditemukan di Semenanjung Yaman, antara Aden dan
Mukha, dan hasil laut karena barang-barang tersebut dianggap sebagai
hadiah dari Allah. Thaif dikenal sebagai tempat peternakan lebah dan,
menurut beberapa riwayat, Bilal datang kepada Nabi dengan ushr atas
madunya dan memintanya agar Lembah Salba dicadangkan untuknya.
Permintaannya ini diterima oleh Nabi.
Pada masa Umar, Gubernur Thaif melaporkan bahwa pemilik
sarang lebah tidak membayar ushr, tetapi menginginkan sarang-sarang
lebah tersebut dilindungi secara resmi. Umar mengatakan bahwa bila
mereka mau membayar ushr, sarang lebah mereka akan dilindungi.
Jika menolak, mereka tidak akan memperoleh perlindungan. Menurut
riwayat Abu Ubaid, Umar membedakan madu yang diperoleh dari
pegunungan dengan madu yang diperoleh dari ladang. Zakat yang
ditetapkan adalah seperdua puluh untuk madu yang pertama dan
sepersepuluh untuk madu jenis kedua.
a. Penetapan Ushr14
14 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010). Hal. 85.
Ushr dibebankan pada suatu barang hanya sekali dalam
setahun. Seorang Taghlibi datang ke wilayah Islam untuk menjual
kudanya. Setelah dilakukan penaksiran oleh Zaid, seorang asyir,
kuda tersebut bernilai 20.000 dirham. Oleh karena itu, Zaid
memintanya untuk membayar 1000 dirham (5%) sebagai ushr.
Jumlah tersebut dibayarkan, tetapi kuda tersebut tidak terjual
sehingga ia mengambil kembali kudanya. Setelah beberapa waktu,
ia datang kembali dengan kudanya dan pemungut pajak kembali
meminta ushr kepadanya. Orang tersebut menolak membayar apa
pun dan mengadukan masalahnya kepada Umar. Setelah
mendengarkan kasusnya, Umar menginstruksikan para pegawainya
agar tidak menarik ushr dua kali dalam setahun walaupun barang
tersebut diperbarui.
Pos pengumpulan ushr terletak di berbagai tempat yang
berbeda-beda, termasuk di ibukota. Menurut Saib bin Yazid,
pengumpul ushr di pasar-pasar Madinah, orang-orang Nabaetean
yang berdagang di Madinah juga dikenakan pajak pada tingkat
yang umum, tetapi setelah beberapa waktu, Umar menurunkan
persentasenya menjadi 5% untuk minyak dan gandum untuk
mendorong impor barang-barang tersebut di kota.
b. Pemberdayaan Sedekah dari Nonmuslim15
“Tidak ada Ahli Kitab yang membayar shadaqah atas ternaknya
kecuali orang kristenBanu Taghlibi yang keseluruhan kekayaannya
terdiri dari ternak. Mereka membayar dua kali lipat dari yang
dibayar orang Muslim.” Banu Taghlibi adalah suku Arab Kristen
yangmenderita akibat peperangan. Umar
mengenakan jizyah kepada mereka, tetapi mereka terlalu gengsi
sehingga menolak membayar jizyah dan malah membayar
shadaqah. Umarpun memanggil mereka dan mengadakan shadaqah
yang harus mereka bayar, dengan syarat mereka setuju untuk tidak
membaptis seorang anak atau memaksa untuk menerima

15 Ibid., Hal. 87.
kepercayaan mereka. Merekapun menyetujui dan menerima
membayar shadaqah ganda.
c.  Sumber dan Distribusi Pendapatan Negara16
Pada masa pemerintahannya, Khalifah Umar ibn Al-Khaththab
mengklasifikasi pendapatan negara menjadi empat bagian.
1) Pendapatan zakat dan ushr. Pendapatan ini didistribusikan
di tingkat lokal dan jika terdapat surplus, sisa pendapatan
tersebut disimpan di Baitul mal pusat dan dibagikan kepada
delapan ashnaf, seperti yang telah ditentukan dalam Al-
Qur’an.
2)  Pendapatan khums dan sedekah. Pendapatan ini
didistribusikan kepada para fakir miskin atau untuk
membiayai kesejahteraan mereka tanpa membedakan
apakah ia seorang muslim atau bukan.
3)  Pendapatan kharaj, fai, jizyah, ushr (pajak perdagangan),
dan sewa tanah. Pendapatan ini digunakan untuk membayar
dana pensiun dan dana bantuan serta untuk menutupi biaya
operasional administrasi, kebutuhan militer, dan
sebagainya.
4)  Pendapatan lain-lain. Pendapatan ini digunakan untuk
membayar para pekerja, pemeliharaan anak-anak terlantar,
dan dana sosial lainnya.
Sumber pendapatan negara tersebut, selanjutnya didistribusikan
melalui harta Baitul mal untuk dana pensiun, dana pertahanan negara, dan
dana pembangunan.
5.   Segi Reformasi dalam Budaya
Umar bin Khattab adalah khalifah yang pertama kali digelari Amirul
Mukminin, yang menetapkan penanggalan hijriyah mengumpulkan
manusia untuk sholat taraweh berjamaah, mendera peminum khomer 80x
cambukan, dan berkeliling di malam hari menghontrol rakyatnya di
Madinah. Khalifah bin Umar bin Khattab menetapkan perhitungan tahun
baru, yaitu tahun hijriayah yang dimulai dari hijrahnya Rasulullah SAW

16 Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam., Hal. 97-98.


dari Makkah ke Madinah (16 Juli 622 M). Saat itulah dimulainya tahun
hijriayah yang pertama.
Disamping itu, Khalifah Umar menetapkan lambang bulan sabit
sebagai lambang negara. Hal ini diilhami oleh bendera pasukan khusus
Rasulullah SAW yang menggambarkan bulan sabit. Karya-karya besar
Khalifah Umar yang lain adalah membangun dan merenovasi masjid-
masjid, seperti masjid haram (Mekah), masjid Nabwi ( Madinah ), Masjidil
Aqsa dan masjid Umar (Yerussalem ), dan masjid Amru bin ash (Fusthtf-
Mesir). Memperluas wilayah-wilayah islam seperti, Romawi (13 H=634
M), Damaskus (14H=635 M), Baitul Makdis–Syiriah (18 H=639 M),
Mesir (19 H = 640M), Babilon (20 H 641 M), Nahawan–Persia (21 H=642
M), dan Iskandariah (22 H=643 M).

D. Peradaban Islam pada Masa Khalifah Utsman bin Affan (23-35 H/644-656 M)
Utsman bin Affan dilahirkan pada tahun 573 M pada sebuah keluarga dari suku
Quraisy bani Umayah. Nenek moyangnya bersatu dengan nasab Nabi Muhammad
pada generasi ke-5. Sebelum masuk islam ia dipanggil degan sebutan Abu Amr. Ia
begelar Dzunnurain, karena menikahi dua putri nabi (menjadi khalifah 644-655 M)
adalah khalifah ke-3 dalam sejarah Islam.17
Umar bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik menentukan
khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman dirinya oleh Fairuz,
seorang majusi Persia, Umar mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti
sebagaimana dilakukan rasulullah. Namun Umar juga berpikir untuk meninggalkan
Utsman bin Affan wasiat seperti dilakukan Abu Bakar. Sebagai jalan keluar, sebelum
khalifah Umar wafat, beliau sempat berwasiat dan menunjuk tim yang terdiri dari 6
orang sahabat terkemuka, sekaligus telah dijamin Nabi masuk surga, sebagai calon
ganti kekhalifaannya. Ke-6 orang tersebut adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi
Tholib, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam dan Sa’ad
bin Abi Waqash.
Kepada tim, Umar menganjurkan agar putranya, Abdullah bin Umar ikut sebagai
peserta musyawarah dan tidak boleh dipilih menjadi khalifah.awalnya hasil
musyawarah yang diketuai oleh Abdurrahman bin Auf menunjukkan bahwa suara

17 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam., Hal. 86.


pada posisi seimbang, antara Ali dan Usman. Karena Usman lebih tua, Abdurrahman
menetapkan Usman bin Affan sebagai khalifah.
Ketetapan itu disetujui oleh anggota tim dengan berbagai pertimbangan yang
matang. Disamping Usman sebagai salah seorang sahabat yang terdekat dengan Nabi,
beliau juga seorang Assabiqunal Awwalun yang terkenal kaya dan dermawan, jiwa
dan hartanya dikorbankan demi kejayaan Islam. Utsman bin Affan dibaiat sebagai
khalifah pada tahun 23 H/644 M.
Dalam pemerintahannya, ada beberapa hal menarik dari kepemimpinan Khalifah
Utsman bin Affan, diantaranya yaitu:18
1. Segi Agama, Pengetahuan dan Budaya
Di masa pemerintahan Utsman, Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan
bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut.
Utsman ibn Affan adalah khalifah pertama yang memperluas masjid nabi di
Madinah dan masjid Al-Haram di Mekkah. Utsman juga khalifah pertama
yang menentukan adzan awal menjelang salat jumat.
Pekerjaan berat yang dilakukan oleh Utsman adalah kodifikasi Al-
Qur’an, lanjutan kerja yang telah diawali oleh Abu Bakar atas inisiatif Umar.
Pengumpulan Al-Qur’an yang dilakukan pada zaman Abu Bakar di latar
belakangi oleh peristiwa meninggalnya 70 sahabat yang hafal Al-Qur’an
dalam perang Yamamah. Sedangkan latar belakang pembukuan Al-Qur’an
pada zaman Utsman adalah perbedaan qira’at (bacaan) Al-Qur’an yang
menimbulkan percekcokan antara murid dan gurunya.
Pada saat penyalinan Al-Qur’an yang kedua kalinya, panitia (lajnah)
penyusunan Mushaf yang di bentuk oleh Utsman melakukan pengecekan
ulang dengan meneliti kembali mushaf yang sudah di simpan di rumah
Hafsash, dengan membandingkan dengan mushaf-mushaf yang lain.
2.  Segi Politik
Ada beberapa kebijakan politik Utsman yang cukup menonjol, antara
lain:19
a. Melanjutkan Ekspansi Wilayah Islam

18 Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam., Hal. 104.

19 Ibid., Hal. 106.


Pada masa pemerintahannya, berkat jasa para panglima yang ahli
dan berkualitas, di mana peta Islam sangat luas dan bendera Islam
berkibar dari perbatasan Aljazair (Barqah dan Tripoli, Syprus di front
al-Maghrib bahkan ada sumber menyatakan sampai ke Tunisia) di al-
Maghrib, di Utara sampai ke Aleppo dan sebagian Asia Kecil, di
Timur Laut sampai ke Ma Wara al-Nahar – Transoxiana – dan di
Timur seluruh Persia, bahkan sampai di perbatasan Balucistan
(wilayah Pakistan sekarang), serta Kabul dan Ghazni.
b.  Membentuk Armada Laut yang Kuat
Pada masa pemerintahannya, Utsman berhasil membentuk armada
laut dengan kapalnya yang kokoh sehingga berhasil menghalau
serangan-serangan di Laut Tengah yang dilancarkan oleh tentara
Bizantium dengan kemenangan pertama kali di laut dalam sejarah
Islam.
c.  Menggiatkan Pembangunan
Utsman berjasa membangun banyak bendungan untuk menjaga
arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota.
Beliau juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid
dan memperluas masjid Nabi di Madinah.
Pemerintahan Utsman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa
kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam
terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan
Umar. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin Saba’ Al-Yamani salah
seorang yahudi yang berpura-pura masuk islam. Ibnu Saba’ ini gemar berpindah-
pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk menyebarkan fitnah kepada kaum
muslimin yang baru masa keislamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/1655 M, Utsman
dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang berhasil dihasut
oleh Abdullah bin Saba’.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap
kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam
kedudukan tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah Marwan ibn Hakam
rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh orang-orang tersebut yang
menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman hanya menyandang gelar khalifah.
Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting,
Utsman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak
dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan
bawahan.
Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh
Utsman sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin Saba’,
meskipun Utsman tercatat paling berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus
banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun
jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di
Madinah.

E. Peradaban Islam pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib


Para pemberontak terus mengepung rumah Utsman. Ali memerintahkan ketiga
puteranya, Hasan, Husain dan Muhammad bin Ali al-Hanafiyah mengawal Utsman
dan mencegah para pemberontak memasuki rumah. Namun kekuatan yang sangat
besar dari pemberontak akhirnya berhasil menerobos masuk dan membunuh Khalifah
Utsman.20
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membai’at Ali bin Abi Thalib
sebagai khalifah. Ali bin Abi thalib lahir pada tahun 603 M disamping Ka’bah kota
Makkah, lebih muda 32 tahun dari Nabi Muhammad SAW. Ali termasuk keturunan
Bani Hasyim. Abu Thalib memberi nama Ali dengan Haidarah, mengenang kakeknya
yang bernama Asad. Haidarah dan Asad dalam Bahasa Arab artinya singa. Sedangkan
Nabi Muhammad memberi nama “Ali” yang menakutkan musuh-musuhnya. Pada
usia 6 tahun, Ali bin Abi Thalib diasuh oleh Nabi Muhammad sebagaimana Nabi
diasuh oleh ayahnya, Abu Thalib. Karena mendapat didikan dan asuhan langsung dari
Nabi Muhammad SAW, maka Ali tumbuh sebagai anak yang berbudi luhur, cerdik,
pemberani, pintar dalam berbicara dan berpengetahuan luas.
Banyak hal yang terjadi selama pemerintahan yang dipimpin khalifah Ali bin Abi
Thalib, diantaranya yaitu:21
1.  Segi Politik
Dalam periode khalifah Abu Bakar dan Umar, kehidupan masyarakat
masih dalam taraf kesederhanaan seperti periode Nabi Muhammad SAW.
Rakyat masih bersatu padu dan kokoh dibawah ikatan tali persaudaraan Islam.

20 Ibid., Hal. 110.


21 Ibid., Hal. 119.
Mereka selalu kompak dalam semangat jihad yang ikhlas demi kelulusan
agama Islam. Keadaan ini mulai berubah sejak periode Khalifah Usman bin
Affan. Mereka mulai terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi, apalagi
saat gubernur yang diangkat Khalifah Utsman banyak yang tidak mampu
memimpin umat dan tidak disenangi masyarakat. Oleh karena itu Khalifah Ali
bin Abi Tholib menanggung beban yang berat dalam memimpin kaum
muslimin dengan wilayah kekuasaan yang semakin meluas.
Kebijakan-kebijakan Khalifah Ali dalam menanggulangi hal-hal tersebut
adalah:
a. Tanah-tanah atu pemberian-pemberian yang dilakukan Khalifah
Usman
b. bin Affan kepada famili, sanak kerabatnya dan kepada siapa saja
yang tanpa alasan yang benar atu tidak syah, ditarik kembali dan
menjadi milik Baitul Mal sebagai kekayaan negara. Hal ini dilakukan
Khalifah untuk membersihkan pemerintahan.
c.  Wali/Amir atau gubernur-gubernur penguasa wilayah yang diangkat
Khalifah Utsman diganti dengan orang-orang baru.
1) Kuwait, Abu Musa Al Asy’ari diganti Ammarah bin Syahab.
2) Mesir, Abdullah bin Sa’ad diganti Khais bin Tsabit.
3)  Basyrah, Abdullah bin Amr diganti Usnab bin Hany Al
Anshori.
4)  Syam (Syiria), Muawwiyah bin Abi Sofyan diganti Shal bin
Hanif.
Hal ini dilakukan Khalifah Ali, karena mereka banyak yang tidak
disenangi oleh kaum muslimin, bahkan banyak yang menganggap bahwa
mereka itulah yang menyebabkan timbulnya pemberontakan-pemberontakan
pada masa Khalifah Utsman.
2.  Segi Pengetahuan
Sebagai upaya untuk mencerdaskan umat, Khalifah Ali meningkatkan
dalm Ilmu pengetahuan, khususnya ilmu yang berkaitan dengan Bahasa Arab
agar umat Islam mudah dalam mempelajari Al-Qur’an dan Hadits.
3.  Segi Agama
Dari segi agama, khalifah Ali bin Abi Thalib berusaha untuk
mengembalikan persatuan dan kesatuan umat Islam. Akan tetapi usahanya ini
kurang berhasil, karena api fitnah dikobarkan kaum munafik Yahudi yang
tidak menyukai Islam. Mengatur tata pemerintahan untuk mengembalikan
kepentingan umat, seperti memberikan kepada kaum muslimin tunjangan
yang diambil dari Baitul Mal sebagaimana yang telah dilakukan Abu Bakar
dan Umar.
4. Segi Peristiwa22
Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan
Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman,
dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan
secara zhalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim
surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk
menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak.
Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan
nama PerangJamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang
unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh,
sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga
mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus,
Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa
kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan
pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kuffah menuju
Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan
pasukan Mu’awiyah di Shifin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal
dengan nama Perang Shifin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase),
tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan
timbulnya golongan ketiga, kaum Khawarij orang-orang yang keluar dari
barisan Ali.
Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam
terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu’awiyah, Syi’ah (golongan
yang tetap setia mendukung Ali sebagai Khalifah) yang menyusup pada
barisan tentara Ali, dan al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan
Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij
menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu’awiyah
22 Ibid., Hal. 127
semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh
salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam. Pembalasan
kematian Utsman menjadi alasan, meskipun Muawiyah tahu persis bahwa Ali
tidak bersalah dan tidaklah mudah untuk mencari para pelakunya dan
menghukum mereka.
Muawiyah juga tahu betul bahwa Ali adalah pribadi yang mempunyai
integritas tinggi dan bahkan jika diberi kesempatan ia bisa menyeret para
pelaku pembunuhan itu. Tetapi Muawiyah, tidak begitu berminat menuntut
balas kematian Utsman kecuali menjadikannya sebagai isu politik untuk
memojokkan Ali. Beberapa sahabat Nabi seperti Talhah, Zubair dan yang
lain, yang telah banyak mengumpulkan banyak kekayaan baik berupa harta
bergerak maupun tidak, mempunyai ambisi tersendiri dan mereka ingin
mengontrol kebijakan negara dengan tujuan melindungi kepentingan pribadi
mereka. Motif mereka adalah untuk merongrong kekuasaan Ali. Bahkan
Zubair sendiri berhasrat menjadi khalifah dengan dukungan Aisyah, istri
Nabi.
Akibat terjadinya perselisihan pendapat dalam pasukan Ali, maka
timbullah golongan Khawarij dan Syi’ah. Khawarij adalah golongan yang
semula pengikut Ali, setelah berhenti perang Siffin mereka tidak puas, dan
keluar dari golongan Ali, karena mereka ingin melanjutkan peperangan yang
sudah hampir menang, dan mereka tidak setuju dengan
perundingan Daumatul Jandal. Mereka berkomentar mengapa harus
bertahkim kepada manusia, padahal tidak ada tempat bertahkim kecuali allah.
Maksudnya tidak ada hukumselain bersumber kepada Allah. khawrij
menganggap Ali telah keluar dari garis Islam. Karena itu orang-orang yang
melaksanakan hukum tidak berdasarka Kitab Allah maka ia termasuk orang
kafir.
Sebaliknya golongan kedua Syi’ah (golongan yang tetap setia
mendukung Ali sebagai Khalifah) memberi tanggapan bahwa tidak menutup
kemungkinan kepemimpinan Muawiyah bertindak salah, karena ia manusia
biasa, selain itu golongan Syi’ah beranggapan bahwa hanya Ali satu-satunya
yang berhak menjadi Khalifah. 
5.  Segi Bahasa dan Ilmu Pengetahuan23
23 Ibid., Hal. 130
Di antara perkembangan yang ada pada masa Khalifah Ali adalah
pertama, terciptanya ilmu bahasa / nahwu (Aqidah nahwiyah),
berkembangnya ilmu Khatt al-Qur’an serta berkembangnya Sastra.
Dari semua penjelasan yang telah disampaikan sebelumnya secara garis
besar sistem perekonomian pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin
adalah bertani dan berdagang setiap hari mereka disibukkan dengan pesoalan
air dan rumput. Hasil pertanian yang mereka ekspor antara lain, kurma, kayu
gaharu, buah kismis anggur dan lainnya selain bertani, unsur terpenting dalam
perekonomian mereka adalah berdagang.
Masyarakat arab waktu itu sudah mengenal ekspor impor. Komoditas
ekspor Arabselatan dan yaman adalah dupa, kemenyan, kayu gaharu, minyak
wangi dan kulit binatang. Buah kismis anggur dan lainnya . Komoditas yang
mereka impor dari afrika timur antara lain kayu untuk bangunan, bulu burung
unta, lantakan logam mulia dan badat. Dari Asia Selatan dan China adalah
daging, batu mulia, sutra, pakaian, pedang, rempah-rempah. Sedangkan dari
negara teluk Persia mereka mengimpor intan. Mereka memperoleh pedang
dan pakaian dari asia selatan dan china, ekspor-impor sudah dikenal sejak
masa Khulafaur Rasyidin, mereka membuka hubungan dengan negara-negara
disekitar mereka.
Secara giografis Arab bertanah tandus dan didominasi oleh gurun pasir,
kendaraan yang mereka gunakan adalah unta. masyarakat menggunakan
cadar (penutup hidung) agar tidak menghirup pasir, wilayah Arab yang kering
berbatu dan sebagian besar adalah gurun pasir mempengaruhi eatak orang
Arab. Orang Arab memiliki solidaritas internal yang sangat kuat dan
sebaliknya ganas terhadap suku dan kabilah lain. Pada masa Nabi, sifat
kesukuan ini berhasil dirubah menjadi sifat nasionalisme kenegaraan, yang
awalnya mereka bangga menyebut-nyebut semboyan kesukuannya menjadi
berubah menjadi semboyan islam. Pada masa Abu bakar, Umar, sifat ini
timbul kembali sehingga menimbulkan perpecahan dalam golongan Islam
terutama pada masa Ustman dan Ali. Sifat kesukuan ini yang menghancurkan
umat Islam.
Pada masa Ustman, dia merangkul dan mengangkat mereka menjadi
pejabat pemerintahan, Rasulullah juga tidak pernah mengangkat salah seorang
dari Bani Hasyimuntuk menduduki jabatan. Demikian pula masa Abu
Bakar dan Umar, Hal ini untuk menghindari kecemburuan politik.24
Agama yang dianut masyarakat Arab pada masa Khulafaur Rasydin
selain Islam adalah Paganisme, yakni penyembahan terhadap berhala yakni
agama yang di anut secara turun temurun sejak jamannya Nabi Musa.
Mereka tidak mudah melepaskan agama dari bapak dan ibu mereka, selain itu
sebagian ada yang menganut gabungan antara agama nenek moyang mereka
yakni vetersme (menyembah batu atau kayu) mereka menyembah batu-batu
besar atau pohon-pohon besar yang di anggap keramat dan bisa memberikan
perlindungan bagi mereka. Serta tetoisme (yakni pengkultusan terhadap
hewan dan tumbuhan yang di anggap suci) seperti halnya mereka menyembah
sapi betina, karena mereka anggap suci. Dan Anemisme yakni: kepercayaan
terhadap roh. Namun tidak sedikit yang menganut ajaran hanif Nabi Ibrahim
seperti paman Nabi, yaitu Abu Thalib. Banyaknya agama yang dianut pada
masa Khulafaur Rasyidin ini di karenakan sifat orang arab yang keras
sehingga mereka tidak mudah menerima sesuatu yang baru.
Sejarah sastra Arab, mencatat banyak penyair-penyair Mu’allaqat,
diantaranya adalah tujuh orang yaitu yang terkenal dengan sebutan (seven
suspendeds poems) mereka adalah Ibnu al-Qais bin Haris al-Kindi (500-
540), Zuhair bin Abu Sulma Al-Muzani (530-627), Al Nabiqah al Zubiani
(sekitar 604), Labid bin Rabiah al-Amiri (560-661), Tarafah bin Abdul Bakri
(543-569), Antarah bin Syaddad Al-Bakri ( sekitar 580). Banyaknya
sastrawan-sastrawan Arab ini menunjukkan bahwa sastra pada saat itu sudah
sangat terkenal dan menjadi budaya orang Arab, orang Arab sangat
menghormati sastrawan. Sehingga Allah menurunkan Al-Qur’an dengan
segala keindahan syair yang terkandung dan tak ada yang dapat menandingi
syair Al-Qur’an dan kepadatan makna yang terkandung di dalamnya. Al-
Qur’an adalah kitab Allah yang memiliki nilai sastra yang sangat tinggi
dimana didalamnya terdapat makna yang sangat padat dan mudah dipahami
sehingga Al-Qur’an mudah dihafal. Hal ini menjadi salah satu keistimewaan
Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan kepada umat Islam dengan syair dan
bahasa yang khas yang dapat melemahkan hasil karya sastra padamasa itu.
24 Ibid., Hal. 135
F. Peradapan Islam Pada Masa Bani Umayyah (661-680 M.)
Hampir semua sejarawan membagi Dinasti Umayyah ( Muawiyah) menjadi dua,
yaitu pertama, Dinasti Umayyah yang dirintis dan didirikan oleh Muawiyah bin Abi
Sufyan yang berpusat di Damaskus (Siria). Fase ini berlangsung sekitar satu abad dan
mengubah system pemerintahan dari system khilafah pada system mamlakat (kerajaan
atau monarki)25 dan krdua, Dinasti Umayyah di Andalusia (Siberia) yang pada
awalnya merupakan wilayah taklukan Umayyah di bawah pimpinan seorang gebernur
pada zaman Walid Bin Ibd Al-Walik; kemudian diubah menjadi kerajaan yang
terpisah dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas setelah berhasil menaklukkan Dinasti
Umayyah di Damaskus26.
Peritisan Dinasti Umayyah di lakukan oleh Muawiyah dengan cara menolak
membai’at Ali, berperang melawan Ali, dan melakukan perdamaian (tahkim)’ dengan
pihak Ali yang secara politik sangat menguntungkan Muawiyah.
Keberuntungan Muawiyah berikutnya berikutnya adalah keberhasilan pihak
Khawarij membunuh khalifah Ali r.a. jabatan khaliafah setelah Ali r.a. wafat,
dipegang oleh putranya, Hasan Bin Ali selama beberapa bulan. Akan tetapi, karena
tidak didukung oleh pasukan yang kuat, sedangkan pihak muawiyah semakin kuat,
akhirnya Muawiyah melakukan perjanjian dengan Hasan Bin Ali. Isi perjanjian itu
adalah bahwa penggantian pemimpin akan diserahkan kepda umat Islam setelah masa
Muawiyah berakhir. Perjanjian ini dibuat pada tahun 661 M. (41 H.) dan tahun
tersebut disebut am jama’ah karena perjanjian ini mempersatukan umat Islam kembali
menjadi satu kepemimpinan politi, yaitu Muawiyah mengubah system khilafah
menjadi kerajaan.
Pada masa itu, Umat Islam telah bersentuhan dengan peradapan Persia dan Bizantium.
Oleh karena itu, Muawiyah juga bermaksud meniru cara sukses kepemimpinan
yang adap di Persia dan Bizantium, yaitu monarki (kerajaan). Akan tetapi, gelar
pemimpin pusat tidak disebut raja (malik). Muawiyah tetap menggunakan gelar
khlifah dengan makna konotatif yang di perbaharui. Jika pada zaman khalifah empat,
khlifah (pengganti) yang dimaksudkan adalah Khalifah Rasul SAW. (Khalifah Rasul)
adalah pemimpin masyarakat; sedangkan pada zaman Bani Uamyyah, yang dimaksud

25 Siti Maryam, dkk. (ed.). Sejarah Peradapan Islam dari Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Jurusan SPI
Fakultas Adap IAIN Kalijaga dan LESFI, 2003, hlm. 79; Lihat pula Jaih Mubarok, op cit. hlm 95.
26 Siti Maryam, dkk. (ed.). Sejarah Peradapan Islam dari Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Jurusan SPI
Fakultas Adap IAIN Kalijaga dan LESFI, 2003, hlm. 79; Lihat pula Jaih Mubarok, op cit. hlm 95.
dengan khalifah adalah Khalifah Allah, (Khalifah Allah) adalah pemimpin atau
penguasa yang diangkat oleh Allah. Langkah awal dalam rangka memperlancar
pengangkatan Yazid sebagai pengganti nya adalah menjadi Yazid Bin Muawiyah
sebagai putra mahkota (tahun 53 H.)27.
Pemerintah Bani Uamyyah di nisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin
Abdi Manaf. Dia adalah salah seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada masa
jahiliyah. Dia dan pamannya Hasyim Bin Abdu Manaf selalu bertarung dalam
memperebutkan kekuasaan dan kedudukan.
Setelah islam datang, petarungan menduduki kekuasaan ini menjelma menjadi
sebuah permusuhan yang transparan dan terbuka. Bani Umayyah melakukan
perlawanan terhadap Rasulullah dan dakwahnya, sedangkan Bani Hasyim mendukung
Rasulullah dan pengekutinya. Bani Umayah tidak masuk Islam, kecuali ketika tidak
ada jalan lain, yang mengharuskan mereka masuk Islam. Ini terjadisetelah penahlukan
kota Mekah.
G. Masa Keemasan Dinasti Bani Umayyah
1. Sejarah Kemajuan Dinasti Bani Umayyah
Masa keemasan atau kejayaan dinasti Bani Umayyah dimulai pada masa
pemerintahan Abdul Malik (685-705M). Dia dianggap sebagai pendiri Daulah
Bani Umayyah kedua, karena mampu mencegah disintegrasi yang telah terjadi
sejak masa Marwan. Sebagai seorang ahli tata negara dan adminitrator ulung,
Abdul Malik berhasil menyempurnakan adminitrasi Bani Umayyah. Masa
pergantian Walid merupakan perode kemenangan, kemakmuran, dan kejayaan.
Negara Islam meluas kedaerah Barat dan Timur yakni Indus hingga Andalus.
Beban hidup masyarakat mulai ringan, pembangunan kota dan pendidirian
gedung-gedung umum seperti masjid dan perkantoran mendapatkan perhatian
yang cukup serius. 
Perkembangan daerah umat Islam pada masa Bani Umayyah diikuti pula dengan
kemajuan diberbagai bidang, pembangunan berjalan pesat , baik dalam segi
dakwah maupun pembangunan material. Umat Islam memahami isi al-Quran yang
merupakan pedoman hidup. Dari al-Quran umat Islam menjabarkan berbagai
cabang ilmu yang terknadung didalamnya. Kemajuan umat Islam dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kemajuan Dibidang Dakwah
27 Jaih, Mubarok, op. cit, hlm 97.
Umat Islam mampu menyebarkan agama Islam ke Tiongkok, India,
Maroko dan Spayol (Andalusia), disamping umat Islam menyiarkan agama
didalam negri sendiri dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan,
madrasah, pembangunan majelis menulis ilmu-ilmu agama dll. Pada masa
Bani Umayyah dimulai pelebaran masjid nabawi, masjid jami’ umar,
masjid Damaskus dll. Khalifah umar bin Abdul Aziz memperbaiki dan
memperlebar masjid nabawi dengan mendapat bantuan dari kaisar romawi
berupa tenaga ahli dan material. Setelah dibangun masjid tersebut dan
indah, tidak hanya untuk tempat solat saja, akan tetapai dapat juga dapat
menjadi penginanapan para musyafir dan orang-orang yang menuntut
ilmu. Khalifah Walid bin abdul Malik membangun masjid Damaskus yang
sangat indah. Selain itu juga dibangun masjid disetiap kota dimana
pembangunannya bersamaan dengan pembangunan kota. 

b. Kemajuan dalam Bidang Politik


Pertama, dilihat dari sistem pemerintahannya terdapat perbedaan yang
sangat mencolok antara pemilihan pada masa khulafaur rasyidin dengan
masa Bani Umayyah yakni pemilihan khalifah dengan cara khalifah
sebelumnya menunjuk salah seorang putra mahkota yang akan
menggantikan kedudukan ayahnya sebagai khalifah. Berbagai lembaga
negara yang dibentuk pemerintahan Bani Umayyah, merupakan hal baru
dalam sistem pemerintahan Islam, dengan ini para khalifah masa Bani
Umayyah dapat menjalankan pemerintahannya dengan efektif dan
menimbulkan dampak positif dalam perkembangan peradaban Islam pada
masa itu.
Kedua, pembentukan wasir dan perdana mentri. Wasir adalah
pendamping khalifah, yang memiliki wewenang untuk menggantikan
khalifah dalam menjalankan pemerintahannya sehari-hari jika khalifah
tengah halangan atau karna ada sesuatu dan wasir harus bertanggung
jawab kepada khalifah.
Ketiga, pembentukan kelembagaan Negara. Pada masa Bani Umayyah
pembentukan kelembagaan Negara ini ada tiga yakni khalifah(kepala
negara dan penguasa tertinggi) , ahlu halli wal aqdi(para anggota dewan,
seperti parlemen sekarang), qadli al-qudlat(kelembagaan kehakiman).
Keempat, pembentukan tata usaha. Lembaga tata usaha ini membawahi
beberapa departemen, yakni perpajakan, pos dan perhubungan, pekerjaan
umum,keasripan.
d. Kemajuan Dalam Bidang Mili
Pasukan pengintai atau talaiah yang dibentuk pemerintah Bani
Umayyah untuk mengintai kekuatan musuh. Salah seorang panglima
intelijen yang dikirim untuk memata-matai pasukan dan kekuatan
musuh adalah Tharif bin Malik. Pasukan inilah yang kemudian
menjadi ujung tombak penyebaran kekuatan pasukan Islam Bani
Umayyah, yang wilayah kekuasaannya meliputi Asia, Afrika dan
Eropa.
e. Kemajuan Dalam Bidang Sosial Budaya
Kemajuan dalam bidang bahasa dan sastra, kemajuan dalam
bidang seni rupa, seni bangunan atau arsitektur. Kemajuan dibidang
seni umat Islam sangat mencintai yang indah. Maka pada masa
kholifah-kholifah Bani Umayyah, masalah seni tidak ketinggalan,
bahkan mengalami kemajuan yang sangat pesat sekAli. Bangunan-
bangunan masjid yang sangat indah terbuat dari marmer, batu pualam
dan dilengkapi dengan kAligrafi arab.
f. Kemajuan Dalam Ilmu Pengetahuan
Ilmu berkembang sangat pesat. Berbagai jenis ilmu ditemukan,
baik yang bersumber dari al-Quran maupun ilmu yang bersumber dari
akal. Ilmu-ilmu yang berkembang pesat seperti:
1) Ilmu Qiro’at, suatu ilmu membaca al-Quran dengan
benar dan untuk mengetahui pengetahuan yang
tersembunyi didalamnya.
2) Ilmu tafsir, yaitu ilmu yang mempelajari makna ayat-
ayat al-Quran dan maksudnya. 
3) Ilmu hadits, untuk mengetahui sah tidaknya suatu hadits
dan hubungannya dengan al-Quran.
4) Tata bahasa arab, seperti nahwu, shorof, balaghoh, dll.
5) Ilmu kimia yang bersal dari orang-orang yunani.
6) Ilmu kedokteran, untuk mengetahui berbagai macam
penyakit dan pengobatannya.
7) Ilmu sejarah yang banyak diterangkan dalam ayat-ayat
al-Quran, mengisahkan perjalanan hidup manusia pada
zaman dahulu.
8) Ilmu seni arsitektur, suatu ilmu yang mempelajari
keindahan bangunan.
9) Berdiri juga berbagi macam sekolah.
g. Kemajuan dibidang pemerintahan 
menggali sumber pendapatan negara dari berbagai sektor,
pertanian, perdagangan dan industri. Daerah umat Islam pada zaman
Bani Umayyah sangat luas. Karenanya sangat perlu sistem
pemerintahan yang maju. Maka dibentuklah berbagai pegawai.
Didirikan kota-kota pusat pemerintahan, pusat-pusat pengadilan yang
dibentuk pula polisi-polisi penjaga keamanan dll.

H. Faktor yang mempengaruhi kemunduran dinasti Bani Umayyah

Kejayaan Bani Umayyah berakhir pada masa pemerintahan Umar bin Abdul
Aziz. Dia terpelajar dan taat beragama. Dia juga merupakan pelopor penyebaran
agama Islam. Beberapa sejarawan mengatakan bahwa pemerintahannya termasyhur
seperti halnya pemerintahan ortodox yaitu pemerintahan Abu Bakar dan Umar. Akan
tetapi pemerintahannya hanya bertahan selama 2 tahun 5 bulan. 

Sepeninggalan Umar kekhalifahan mulai melemah dan akhirnya hancur. Para


khalifah pengganti Umar selalu mengorbankan kepentingan umum untuk kesenangan
pribadi. Perselisihan antara para putera mahkota, serta perselisihan diantara para
pemimpin daerah (gubernur) merupakan sebab-sebab lain yang membawa kehancuran
kekuasaan Bani Hasyim. Abu al-Abbas mengadakan kerja sama dengan kaum Syi’ah.
Orang-orang yang memeluk Islam (mawali:tawanan) keberatan terhadap status kelas
kedua mereka. Ada pembagian-pembangin suku diantara muslim arab, beberapa
diantara mereka ingin meneteap dan berintegrasi dengan masyarakat utama dan yang
lain melanjutkan perang ekpansionis kuno. Tapi sentimen Islam telah menjadi
tersebar luas sehingga pemberontakan orang-orang yang berbeda pendapat hampir
semuanya menggunakan idoelogi religius inilah yang terjadi dari pemberontakan yang
akhirnya menggulingkan dinasti umayyah. Pada tahun 750M pertempuran terakhir
antara pasukan Abbasyiah yang dipimpin oleh Abu Muslim al-Khurasani dan pasukan
Mu’awiyah terjadi di Irak. Tidak lama kemudian Damaskus jatuh ke tangan
kekuasaan Bani Abbas.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah yang lemah dan
membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:

1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang


baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas.
Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini
menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota
keluarga istana.

2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan


dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa -sisa Syi’ah (para
pengikut Ali) dan khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara
terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti
di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap
gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.

3. Pada masa kekuatan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku


Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada
sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini
mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapatkan kesulitan
untuk menghalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar
golongan mawAli (non Arab), terutama di irak dan wilayah timur lainnya,
merasa tidak puas karena status mawAli, itu menggambarkan suatu
inferiotas, ditambah dengan keangkuhan bangsa arab yang diperlihatkan
pada masa Bani Umayyah.

4. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh


sikap hidup mewah dilingkungan istana, sehingga anak-anak kholifah
tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi
kekuasaan. Disamping itu, golongan agama banyak yang kecewa karna
perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang

Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah


munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas ibn
Abd al-MutAlib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh oleh Bani
Hasyim dan golongan Syi’ah, dan kaum mawAli, yang merasa dikelas
duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: ‫ )الخلفاء الراشدون‬atau Khalifah Ar-Rasyidin adalah
empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam
sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi Muhammad wafat. Keempat khalifah tersebut
dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat
Islam. Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut
terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan oleh
Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan berlangsung.
Sistem perekonomian pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin adalah bertani dan
berdagang setiap hari mereka disibukkan dengan pesoalan air dan rumput. Hasil pertanian
yang mereka ekspor antara lain, kurma, kayu gaharu, buah kismis anggur dan lainnya selain
bertani, unsur terpenting dalam perekonomian mereka adalah berdagang. Masyarakat Arab
waktu itu sudah mengenal ekspor impor.
Orang Arab memiliki solidaritas internal yang sangat kuat dan sebaliknya ganas
terhadap suku dan kabilah lain. Pada masa Nabi, sifat kesukuan ini berhasil dirubah menjadi
sifat nasionalisme kenegaraan, yang awalnya mereka bangga menyebut-nyebut semboyan
kesukuannya menjadi berubah menjadi semboyan Islam. Pada masa Abu bakar, Umar, sifat
ini timbul kembali sehingga menimbulkan perpecahan dalam golongan Islam terutama pada
masa Ustman dan Ali. Sifat kesukuan ini yang menghancurkan umat Islam. Pada masa
Ustman, dia merangkul dan mengangkatmereka menjadi pejabat pemerintahan, Rasulullah
juga tidak pernah mengangkat salah seorang dari Bani Basyim untuk menduduki jabatan.
Demikian pula masa Abu Bakar dan Umar, Hal ini untuk menghindari kecemburuan politik.
Agama yang dianut masyarakat Arab pada masa Khulafaur Rasydin selain Islam
adalah Paganisme, yakni penyembahan terhadap berhala yakni agama yang di anut secara
turun temurun sejak jamannya nabi musa. Sebagian ada yang menganut gabungan antara
agama nenek moyang mereka yakni vetersme (menyembah batu atau kayu) mereka
menyembah batu-batu besar atau pohon-pohon besar yang di anggap keramat dan bisa
memberikan perlindungan bagi mereka. Serta tetoisme (yakni pengkultusan terhadap hewan
dan tumbuhan yang di anggap suci) seperti halnya mereka menyembah sapi betina, karena
mereka anggap suci. Dan Anemisme yakni: kepercayaan terhadap roh. Namun tidak sedikit
yang menganut ajaran hanif Nabi Ibrahim seperti paman Nabi, yaitu Abu Thalib. Banyaknya
agama yang dianut pada masa Khulafaur Rasyidin ini di karenakan sifat orang arab yang
keras sehingga mereka tidak mudah menerima sesuatu yang baru.
Sejarah sastra Arab, mencatat banyak penyair-penyair Mu’allaqat, diantaranya adalah
tujuh orang yaitu yang terkenal dengan sebutan (seven suspendeds poems) mereka adalah
Ibnu al-Qais bin Haris al-Kindi (500-540), Zuhair bin Abu Sulma Al-Muzani (530-627), Al
Nabiqah al Zubiani (sekitar 604), Labid bin Rabiah al-Amiri (560-661), Tarafah bin Abdul
Bakri (543-569), Antarah bin Syaddad Al-Bakri ( sekitar 580).

Dari uraian dalam pembahasan ini sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sejarah munculnya dinasti Bani Umayyah dimulai pada saat terjadinya perang siffin yang
mengakibatkan pertumpahan darah sesama kaum muslimin. Hal ini pada masa kekhalifahan
Ali, Ali melihat keadaan demikian sehingga memaksa Ali berdamai dengan kaum yang
bersengkongkol menglenser kursi kedudukan Ali dari kekhalifahan. Kaum itu adalah
Mu’awiyah, dengan liciknya Mu’awiyah ia membuat perjanjian damai dengan syarat yang
merugikan Ali dan termasuk memperpecah belahkan Islam. Setelah terbunuhnya Ali
sehingga umat Islam membutuhkan pemimpin tapi kepemimpinan setelah Ali (khulafaur
rasyidin) ini cara pemilihannya sudah berbeda dari cara pemilihan keempat khalifah.
Pemimpin ini dengan cara di tunjuk dan ini merupakan langkah awal munculnya dinasti Bani
Umayyah.
2. Masa keemasan dinasti Bani Umayyah adalah pada masa kepemimpinan kedua dari
keturunan Mu’awiyah yakni pemerintahannya Abdul Malik mulai ada kesejahteraan pada
masyarakat dan umat. Hingga pada kepemimpinan Walid kemajuan disegala bidang, dan
perluasan wilayah yang ini merupakan kejayaan umat Islam dalam menyebarluaskan dakwah
Rasul kepada seluruh umat penjuru timur dan barat (Indus dan Andalus)
3. Penyebab runtuhnya dinasti Bani Umayyah adalah kemunduran dinasti Bani Umayyah
dimulai dengan gugurnya Umar bin Abdul Aziz, meskipun beliau orang yang taat beragama
tetapi banyak fakor yang membuat runtuhnya dinasti Bani Umayyah. Salah satunya kurang
ada dukungan dari Rakyat sendiri karena ada yang merasa dipojokkan dan terabaikan.
Membuat gejolak kepemerintahan Umar ini dan pertempuran terakhir antara pasukan
Abbasyiah yang dipimpin oleh Abu Muslim al-Khurasani dan pasukan Mu’awiyah terjadi di
Irak. Tidak lama kemudian Damaskus jatuh ke tangan kekuasaan Bani Abbas.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Boedi. Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2010.


Al-‘Usairy, Ahmad. Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta: Akbar
Media Eka Sarana, 2003.
Chamid, Nur. Jejak Langkah dan Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010.
Mufrodi, Ali. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Ahmad Syalaby. 1983. Sejarah Dan Kebudayaan Islam. Pustaka Al-Husna: Jakarta.
Ali Sodiqin. 2003. Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern. Lesfi
Yogyakarta: Yogyakarta.
Ali Sodiqin. 2003. Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern. Lesfi
Yogyakarta: Yogyakarta.
Badri Yatim. 2003. Sejarah Peradaban Islam. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Fatah Syukur. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Pustaka Riski Putra: Semarang.
Karen Armstrong. 2002. Islam Sejarah Singkat. Jendela: Yogyakarta
Ma’ruf Al-Misbah. 2001. Sejarah Kebudayaan Islam. CV. Wicaksana: Semarang.

Anda mungkin juga menyukai