Anda di halaman 1dari 30

Makalah Diskusi

PENGANTAR SEJARAH PERADABAN ISLAM


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

SEJARAH PERADABAN ISLAM

Dosen Pengampu :

Muhammad Amiruddin, Lc., M.Pd.

Disusun oleh :

1. Jihan Maharani (210703110006)


2. Iqbal Ahmad Marzuqi (210703110026)
3. Amanda Milano Andiartama (210703110043)
4. Rahayu Hikmatul Nikmah (210703110060)
5. Faza Ayu Fadhillah (210703110113)

JURUSAN FARMASI

KELAS A

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

GENAP T. A 2021-2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam adalah agama yang lahir ditengah-tengah masyarakat Arab tentu


memiliki latar belakang sejarah yang menarik untuk kita ketahui. Perkembangan Islam
yang begitu pesat dan tidak terlepas dari pengaruh seorang Nabi yang memilik sifat
yang sangat sempurna, yaitu Muhammad SAW. Islam terus berkembang bahkan
setelah kematian Rasulullah, yang selanjutnya memasuki masa khulafa‟ al-Rashidin,
sebagai penentu kelanjutan sejarah Islam sampai saat ini.

Khulafaurrasyidin adalah para khalifah atau pemimpin umat Islam yang sangat
terkenal akan kemuliaan dan keilmuan mereka setelah nabi Muhammad meninggal.
Khulafaurrasyidin adalah empat sahabat Rasulullah yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq,
Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib. Secara etimologi,
Khulafaurrasyidin berasal dari kata Khulafa (bentuk jamak dari kata Khalifa) yang
berarti pemimpin. Sedangkan Ar-Rasyidin bisa diartikan sebagai arif dan bijaksana.
Jadi, Khulafaur Rasyidin adalah para khalifah yang arif dan bijaksana.

Di dalam Islam, jabatan sebagai khalifah merupakan kedudukan yang begitu


agung dan mulia tetapi penuh dengan tanggung jawab yang besar sebab jabatan sebagai
Khalifah tidak hanya mencakup amirul mu‟minin atau pemimpin umat Islam saja,
tetapi juga mencakup tanggung jawab lainnya seperti kepala negara, kepala
pemerintahan, sebagai penerus dakwah Rasulullah yang bersiumber dari Al-Qur‟an
dan As-Sunnah, serta tanggung jawab memperluas wilayah ajaran Islam dengan
melakukan perluasan wilayah (Ramadhan, et. al., 2019).

Tugas khulafaur Rasyidin adalah menggantikan kepemimpinan Rasulullah


dalam mengatur kehidupan kaum muslimin. Semasa hidupnya, Rasulullah mengemban
dua tugas yakni, tugas kenabian dan tugas kenegaraan. Khulafaur Rasyidin bertugas
menggantikan kepemimpinan Rasulullah dalam masalah kenegaraan sebagai kepala
negara atau kepala pemerintahan dan pemimpin agama. Adapun tugas khulafaur
Rasyidin sebagai kepala negara adalah mengatur kehidupan rakyatnya agar tercipta
kehidupan yang damai, adil, makmur, aman, dan sejahtera. Selain itu, tugas Khulafaur
Rasyidin sebagai pemimpin agama adalah mengatur hal-hal yang berhubungan dengan
masalah keagamaan seperti mengambil keputusan bila terjadi perselisihan atau
perbedaan pendapat. Keempat pemimpin tersebut dalam melaksanakan tugasnya selalu
mengutamakan musyawarah sehingga setiap kebijakan yang diambil tidak
bertentangan dengan kaum muslimin. Khulafaur Rasyidin tidak ikut serta dalam tugas
kerasulan karena Rasulullah adalah Nabi dan Rasul terakhir (Zainudin, 2015).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan peradaban islam pada masa khulafaur rasyidin ?
2. Bagaimana tipe kepemimpinan ke 4 khalifah ?
3. Apa saja kontribusi khalifah dalam peradaban islam ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui perkembangan peradaban islam masa khulafaur rasyidin
2. Untuk mengetahui tipe kepemimpinan ke 4 khalifah
3. Untuk mengetahui kontribusi khalifah dalam peradaban islam
D. TINJAUAN PUSTAKA
a. Abu Bakar

Abu Bakar Shiddiq adalah anak Abn Quhafah, khalifah pertama dari rangkaian
al-Khulafa’ al-Rasyidin, memerintah pada 632-634 (11-13 H). Dia termasuk orang
terkemuka Quraisy pertama yang menerima ajaran nabi Muhammad. Khalifah
pertama ini dikenal dalam sejarah, dengan banyak nama dan panggilan (gelar).
Nama aslinya adalah Abdullah Ibn `Uthman (gelar Abu Quhfah) ibn Amir ibn
Ka`ab ibn Sa`ad ibn Taim ibn Murrah al-Taimy. Pada masa Jahiliyah ia bernama
Abdul Ka’bah, lalu ditukar oleh Rasulullah dengan nama Abdullah.

Abu bakar adalah sahabat utama Nabi yang menjadi salah satu pemeluk islam
awal. Abu bakar mendapat gelas as-Siddiq karena beliau membenarkan Rasulullah
dalam banyak peristiwa termasuk Ketika Rasulullah Isra Mi’raj (Rahmatullah,
2014).

Persoalan pertama yang muncul setelah nabi Muhammad SAW wafat adalah
persoalan suksesi yaitu siapa yang akan menjadi pengganti beliau sebagai
pemerintahan karena sejak Rasulullah menjadi pemimpin politik dan pemerintahan
di Madinah, tidak pernah sedikitpun membicarakan siapa yang berhak menjadi
penggantinya.

Abu Bakar memangku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung


secara demokratis dalam pertemuan di tsaqifah Bani Sa’dah. Melalui perdebatan
panjang dengan argumentasi masing-masing, akhirnya Abu Bakar disetujui secara
aklamasi menduduki khalifah (Rafileli, 2016). Dalam kepemimpinannya, Abu
Bakar melaksanakan kekuasaannya sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat
sentral; kekuasaan legislative, eksekutif, dan yudikatif terpusat di tangan Khalifah.
Meskipun demikian, khalifah juga melaksanakan hukum dan selalu mengajak
sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah. Abu bakar menjadi khalifah hanya dua
tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia.
b. Umar bin Khattab (634-644 M)
Nama lengkapnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abd
Al-‘Uzza bin Rabah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adiy bin Ka’ab bin
Luay bin Ghalib Al-Qurasyi Al’Adawi. Umar juga biasa dipanggil Abu Hafsh
dan digelari Al Faruq yaitu pembeda antara yang haq dan yang batil, karena
ia menampakkan keislamannya di Makkah ketika yang lain masih berusaha
menyembunyikan keislaman mereka.(Harddian, Triyuwono, and
Mulawarman 2019) Umar dilahirkan dari seorang Ibu yang mempunyai nama
Hantamah binti Hasyim bin Mughiroh bin Abdullah bin Umar bin Makhzum.
Sedangkan Ayahnya bernama Nufail alQuraisy, dari suku Bani Aidi.
Umar bin Khattab terkenal sebagai sosok yang keras dan pemberani.
Bahkan sebelum masuk islam, umar sangat menentang Nabi Muhammad SAW.
Dia merupakan salah satu tokoh yang paling bertentangan dengan Nabi
Muhammad SAW. Dia ditakuti kaum muslimin karena kerap menyiksa
pengikut Rasulullah. Setelah beberapa lama dan kejadian, Umar Bin Khattab
masuk Islam ketika berumur 27 tahun atau 6 tahun setelah kenabian. Masuknya
Umar bin Khattab ke dalam Islam membawa kekuatan yang sangat besar dan
berharga bagi dakwah Islam. Umar memberikan masukan kepada Nabi
Muhammad Shalaullah Alaihi Wasallam untuk melakukan syi‟ar Islam secara
terang-terangan, bukan secara diam-diam seperti yang selama ini dijalankan
oleh Nabi Muhammad Shalaullah Alaihi Wasallam. Sejak saat itulah Islam
disebarkan secara terang-terangan.
Selang beberapa tahun setelah kekalifahan Abu bakar, Umar dijadikan
khalifah dengan dibai’at di bulan Jumada al-Akhirah tahun 13 Hijriyah, tetapi
Az-Zuhri mengatakan bahwa Umar diangkat menjadi khalifah pada hari
kematian Abu Bakar, delapan hari sebelum bulan Jumada al-Akhirah. Umar bin
Khattab menjadi khalifah selama sepuluh tahun, yaitu pada tahun 634-644
Masehi.
c. Utsman bin Affan

Nama lengkapnya Utsman bin Affan bin Abu al-Ash bin Umayah bin Abd al-
Syams bin Abd al-Manaf bin Qushai. Lahir pada tahun kelima dari kelahiran
Rasulullah s.a.w. Tapi ada yang mengatakan dia lahir pada tahun keenam sesudah
tahun gajah. Kabilahnya Bani Umayyah, merupakan kabilah Quraisy yang
dihormati karena kekayaannya. Kekayaan tersebut mereka peroleh dari usaha
perdagangan. Keluarga Utsman juga kaya raya. Pada usia remaja,Utsman sudah
mulai menjalankan usaha dagangnya ke berbagai negeri. Abu Bakar, salah
satusahabat nabi dan sebagai teman dagang. Lewat Abu Bakar inilah Utsman
masuk Islam

Akhirnya Utsman menerima ajakan Rasulullah memeluk Islam tanpa ragu.


Tidak berapa lama, Utsman menikah dengan Ruqayah, putri Rasululah Saw..
Keimanannya tak pernah goyah bahkan ketika ia disiksa oleh salah seorang
pamannya dari Bani Umayyah untukmeninggalkan Islam dan kembali ke pangkuan
agama nenek moyang. Selain sifatnya lemah lembut dan tutur katanya halus,
Utsman seorang laki-laki pemalu. Suatu ketika, Rasulullah bersabda: “Hai umatku
yang paling malu adalah Utsman bin Affan”. Karena kelembutannya banyak orang
mencintai Utsman. Karena pemalu, Utsman disegani dan dihormati banyak orang.
Gambaran terkenal mengenai Utsman adalah kedermawanannya, sehingga orang
akan mengatakan boros. Yang jelas, dia selalu siap mendermawankan hartanya
yang melimpahsama sekali tidak menjadikan Utsman kikir. Ia pernah
menyumbangkan 300 ekor unta dan uang 1000 dinar ketika Nabi menyeru kaum
muslimin untuk melakukan ekspedisi ke Tabuk menghadapi tentara Byzantium. Di
hadapan Rasulullah Utsman mempunyai kedudukan mulia. Nabi sangat
mengagumi ketampanan Utsman. Dan kemuliaan budi pekertinya. Karena itulah
setelah Ruqayah wafat, Nabi menikahkan Utsman dengan Ummu Kulsum salah
satu putri Rasulullah. Pernikahan nya dengan dua putri Nabi inilah yang
menjadikan Utsman dijuluki Dzun Nurain yang artinya pemilik dua cahaya.
Sayangnya pernikahan dengan Umu Kulsum juga tidak terlalu lama karena Ummu
kulsum meninggal terlebih dahulu. Bagitu sayangnya Nabi kepada Usman maka
Nabi pernah berkata, “Seandainya aku punya putri yang lain lagi, pasti akan aku
nikah kan juga dengan Utsman”. Kedudukan Utsman yang begitu mulia di sisi Nabi
membuatnya sangat dihormati oleh kaum muslimin. Pada masa Abu Bakar dan
Umar, pendapat Usman senantiasa di dengarkan dan diperhatikan.

d. Ali bin Abi Thalib

Ali ibnu Abhi Thalib ibnu Abdul Muthalib ibnu Hasyim ibnu Abdi Manaf ai-
Quraisy al-Hasyimi lahir di Mekkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13
Rajab. Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah salah satu sahabat Rasulullah yang
pertama kali memeluk Islam dan berjuang menegakkan islam bersama Rasulullah
Saw. Ia memiliki kedudukan yang sangat istimewa. Diriwayatkan oleh Abu
Hurairah, sahabat Umar bin Khatab pernah menyatakan bahwa ‚Ali Ibnu Abi
Thalib adalah orang yang paling pandai menghukum di antara kami semuannya‛,
ibnu Mas’ud juga berkata demikian. Ali semanjak kecilnya sudah dididik dengan
adab dan budi pekerti Islam, dia termasuk orang yang sangat fasih berbicara dan
pengetahuannya juga tentang Islam sangat luas sehingga tidak heran dia adalah
salah satu periwayat yang terbanyak meriwayatkan hadits Rasulullah SAW
(Junaidin, 2020). Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah setelah Utsman bin Affan.

e. Tipe Kepemimpinan Khalifah dan Kontribusi Khalifah Dalam Peradaban


Islam

Secara umum, umat islam menjadikan generasi awal muslim sebagai rujukan
ideal dalam bentuk kepemimpinan dalam suatu negara islam. Nabi Muhammad
merupakan sebuah gambaran kepemimpinan yang ideal, beliau dikenal sebagai
pemimpin dunia terbesar sepanjang sejarah. Beliau juga mampu memimpin dan
mendidik para sahabat-sahabatnya menjadi pemimpin besar sepeninggal beliau
yang dikenal dengan zaman khalifah. (Usman, M. 2020)
Al-khulafaur al-Rasyidin merupakan pemimpin islam dari kalangan sahabat,
pasca Nabi Muhammad SAW wafat. Mereka merupakan pemimpin yang dipilih
langsung oleh para sahabat melalui mekanisme yang demokratis. Al-khulafa al-
Rasyidin adalah para pengganti Nabi. Islam sebagai sebuah ajaran dan islam
sebagai institusi negara mulai tumbuh dan berkembang pada masa tersebut.
(Usman, M. 2020)

Sistem penggantian dan pengangkatan khalifah sebagai kepala negara


merupakan pola pemerintahan khulafaur rasyidin yang paling penting. Ke empat
khalifah dipilih melalui cara yang hampir sama. Pola pemilihan tersebut dapat
dikategorikan sebagai pemilihan langsung yang terdiri dari dua tahap . tahap
pertama pemilihan figur khalifah, sedangkan tahap kedua, pengukuhan keabsahan
khalifah terpilih melalui baiat (janji kesetiaan). (Usman, M. 2020).

Zaman khilafah dimulai sejak wafatnya Rasulullah SAW, yakni pada masa
kepemimpinan Khulafa’ al-Rasyidin, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab,
Uthman bin Affan, dan Ali bin Abu Thalib. Rasulullah berwasiat kepada kaum
muslimin agar berpegang teguh pada sunnahnya dan sunnah khulafa’ al-Rashidin.
Pemilihan keempat khalifah tersebut berdasarkan petunjuk al-Quran yang
menegaskan bahwa “dalam memecahkan segala permasalahan yang dihadapi
hendaknya dilaksanakan dengan cara musyawarah” (Harsoyo, R. 2020)

Sebagai halnya pada masa kepemimpinan Rasullah SAW. Kaum muslimin


pada masa kepemimpinan Khulafa’ al-Rashidin (11-40 H/ 632-661 M) mereka
hidup kompak dan berjam’ah dibawah satu pimpinan. Mereka hidup sebaik-
baiknya ummat yang dibangkitkan untuk sekalian manusia, hidup berjama’ah
dengan satu pimpinan (imam) yang memimpin ke arah taqwa kepada allah Swt.
Pada masa kepemimpinan Umar ibn al-Khattab, Uthman bin Affan dan Ali bin Abi
Thalib terjadi peristiwa yang menyebabkan ketiganya menemui syahid. Peristiwa
ini mengandung pelajaran bagin kaum muslimin agar tidak terjadi lagi. (Harsoyo,
R. 2020)
Oleh karena itu, kepemimpinan islam harus bangkit dengan memperbaiki
system kepemimpinannya yang berlandaskan nilai-nilai ilahiyah dan tuntunan
Rasulullah SAW, kemudian meneladani jejak kepemimpinan beliau yang telah
berhasil memimpin dan mendidik para sahabat dan umat islam. Adapun model
kepemimpinan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad ini kemudian disebut
dengan kepemimpinan profetik (kenabian).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Periode Khulafaur Rasyidin (632-661 M)


1. ABU BAKAR (632-634 M)

Nama asli Abu Bakar adalah Abdullah bin Utsman bin Umar bin Amr bin
Ka’ab bin Sa’ad bin Ta’im bin Murrah bin Ka’ab bin Lu.ai bin Ghalib bin Fahr
al-Qurasy at Taimi. Masa kepemimpinan Abu Bakar hanya berlangsung dua
tahun, dalam dua tahun tersebut Abu Bakar menyelesaikan masalah internal
dan masalah eksternal. Masalah internal muncul dari suku arab yang menolak
patuh pada pemerintah Madinah, masalah lainnya yaitu munculnya nabi palsu,
pemberontakkan kaum munafik dan murtad, oposisi kaum penentang zakat.
Masalah eksternal muncul karena adanya campur tangan imperium parsi,
campur tangan imperium romawi.

Munculnya orang-orang murtad disebabkan keyakinan mereka terhadap


ajaran Islam belum begitu mantap, dan wafatnya nabi Muhammad
menggoyahkan keimanan mereka. Masalah nabi palsu sebenarnya telah ada
sejak nabi Saw masih hidup, tetapi kewibawaan Nabi Muhammad SAW
menggetarkan hati mereka untuk melancarkan aktivitasnya. Masalah
pemberontakan kabilah disebabkan oleh anggapan mereka bahwa perjanjian
perdamaian dibuat bersama nabi secara pribadi dan perjanjian tersebut berakhir
dengan wafatnya beliau. Mereka menganggap tidak perlu lagi taat dan tunduk
kepada penguasa Islam yang baru sedangkan orang-orang yang ingkar
membayar zakat hanyalah karena kelemahan iman mereka. Dalam kesulitan
yang memuncak inilah terlihat kebesaran jiwa dan ketabahan hati Abu Bakar,
dengan tegas dinyatakannya seraya bersumpah, bahwa beliau akan memerangi
semua golongan yang telah menyeleweng dari kebenaran, kecuali mereka yang
kembali kepada kebenaran, meskipun beliau harus gugur dalam
memperjuangkan kemuliaan agama Allah.
Beberapa kontribusi Abu Bakar dalam kemajuan pemerintahan, yakni :

a. Melanjutkan rencana Rasulullah SAW untuk mengirimkan pasukan ke


daerah Shiria dibawah pimpinan Usman bin Zaid demi memantapkan
keamanan wilayah islam dari serbuan Persia dan Bizantium.
b. Melakukan ekspansi ke daerah Irak dan Suriah. Ekspansi ke Irak
dipimpin oleh panglima Khalid bin Walid. Sedangkan ke Suria
dipimpin oleh Amru Ibn Ash, Yazid bin Abi Sufyan dan Syurahbil bin
Hasan.
c. Pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an yang selama ini berserakan di
berbagai tempat. Usaha ini dilakukan atas saran Umar bin Khattab.

Abu Bakar memerintah dalam waktu yang singkat. Meskipun demikian


selama waktu dua tahun beliau berhasil melaksanakan tugas utama yang
dihadapinya. Beliau berhasil menegakkah pemerintahan Madinah yang
terancam keruntuhan. Beliau tidak hanya berhasil mempersatukan kembali
suku-suku yang terpecah-pecah, tetapi juga berhasil mengislamkan suku-suku
yang sebelumnya memusuhi Islam. Melalui perang Riddah hasrat untuk bersatu
telah tertanam di seluruh wilayah Arab.

2. UMAR BIN KHATTAB (634-644 M)


Umar Bin Khattab merupakan khalifah kedua setelah kekhalifahan Abu
Bakar ra. Umar Bin Khattab dipilih dikarenakan beliau mempunyai diberi sifat
keras, cerdas dan tegas selain itu Dia juga sesuai dengan karakter-karakter yang
ditentukan oleh khalifah sebelumnya untuk khalifah baru. Abu Bakar pun lalu
membuat bai‟at yang berisi penunjukan Umar bin Khattab sebagai
penggantinya, dan dengan demikian orang-orang mukmin harus patuh
terhadapnya.
Selama masa Umar menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar, Umar
banyak sekali menghadapi persoalan yang menantinya. Seperti perang dan
perdamaian, banyak masyarakat yang tidak mau membayar zakat, dan masalah
sosial lainnya. Permasalahan- permasalahan yang muncul pada masa itu
berkaitan dengan keberagaman bangsa Arab dan perluasan wilayah kekuasaan
Islam.
Masa pemerintahan Umar bin Khattab adalah masa yang gemilang
untuk perkembangan dan kemajuanIslam. Meskipun hanya selama sepuluh
tahun Umar menjabat sebagai khalifah, banyak prestasi yang diraih Umar bin
Khattab yang mencakup banyak bidang seperti halnya bidang ekonomi, bidang
keamanan dll. Karena banyaknya prestasi yang diperoleh oleh Umar, bahkan
ada yang menyebutUmar bin Khattab adalah sebagai pendiri Negara Islam.
Sebutan tersebut bukan berarti bahwa Umar bin Khattab sebagai khalifah
pertama, karena faktanya Abu bakar adalah khalifah pertama setelah Rasulullah
wafat. Penyebutan Umar bin Khattab radhiyallahu anhu sebagai pendiri negara
Islam tidak dikaitkan dengan pendirian sebuah negara dan kekhalifahan.
Namun, tujuan utama dari pendirian Islam adalah untuk memperkuat akidah,
bukan memperluas wilayah semata.
Dalam masa pemerintahannya, Umar telah melakukan banyak usaha
yang memperkuat kedudukan agama Islam. Umar radhiyallahu„anhu juga
disebut sebagai pelopor legislasi negara Islam. membentuk lembaga
pemerintahan, dewan-dewan negara, mengatur peradilan dan pengelolaan
administrasi, mendirikan lembaga keuangan (bait al-maal), dan prestasi
lainnya. Beberapa prestasi yang diperoleh pada masa Umar bin Khattab di
antaranya adalah:
a. Perluasan Wilayah
b. Mendirikan pos militer di daerah perbatasan, membuat buku khusus untuk
mencatat para prajurit dan mengatur secara tertib gaji tetap mereka, dan
bidang kemiliteran lainnya
c. terbentuknya beberapa departemen-departemen pemerintahan

Dalam memimpin Islam ada beberapa sifat yang dipegang oleh Umar bin
Khattab sehingga, Islam benar-benar berkembang dengan pesat. Berikut adalah
prinsip pemimpin yang dipegang oleh Umar bin Khattab :
a. Mengutamakan Keadilan
b. Amanah
c. Hidup bersahaja / sederhana
d. Pemberani dan tegas

3. UTSMAN BIN AFFAN (644-656 M)

Proses Pengangkatan dan Gaya Kepemimpinan Usman bin Affan: Pada hari
rabu waktu Subuh, 4 Dzulhijjah 23 H, khalifah Umar yang hendakmengimami
shalat di masjid mengalami nasib naas. Ditikam oleh seorang budak dari Persia
milik Mughirah bin Syu’bah yang bernama Abu Lu’lu’ah Fairuz. Setelah
penikaman, Umar masih bertahan selama beberapa hari. Dalam keadaan sakit,
ia membentuk sebuah dewan yang beranggotakan enam orang yaitu antara lain
Abdurrahman bin Auf , Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash, Thalhah bin
Ubaidillah, Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan Dewaninilah yang dikenal
dengan sebutan Dewan Syura. Keenam anggota Dewan Syura adalah para
sahabat Nabi paling terkemuka yang masih hidup hingga saat itu. Mereka
semua harus bersidang untuk menentukan siapa di antara mereka yang
menggantikan kedudukan Umar sebagai khalifah. Sepeninggalan Umar bin
Khatab, Dewan Syura mulai bersidang untuk menentukan pengganti Umar.
Abdurrahman bin auf ditunjuk sebagai ketua sidang. Sidang berjalan alot
sehingga selama tiga hari lamanya. Pada hari terakhir, Ab-durrahman bin Auf,
Zubair binAwwan, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah
mengundurkan diri dari pencalonan. Maka calon khalifah yang tersisa hanyalah
Ali bin Abu Thalib dan Utsman bin Affan sebagai khalifah.

Sepeninggalan Umar bin Khatab, Dewan Syura mulai bersidang untuk me-
nentukan pengganti Umar. Abdurrahman bin auf ditunjuk sebagai ketua sidang.
Sidang berjalan a lot sehingga selama tiga hari lamanya. Pada hari terakhir, Ab-
durrahman bin Auf, Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin
Ubaidillah mengundurkan diri dari pencalonan. Maka calon khalifah yang
tersisa hanyalah Ali bin Abu Thalib dan Utsman bin Affan sebagai khalifah.
Ketika dibaiat, usia Usman bin Affan hampir 70 tahun. Ia terpilih mengalahkan
Ali bin Abu Thalib sebagian karena pertimbangan usia.

Setelah dibaiat, Usman berkhutbah di depan kaum muslimin :


“Sesungguhnya kalian berada di tempat sementara, dan perjalanan hidup kalian
pun hanya untuk menghabiskan umur yang tersisa. Bergegaslah sedapat
mungkin kepada kebaikan sebelum ajal datang menjemput. Sungguh ajal tidak
pernah sungkan datang sembarangan waktu dan keadaan baik siang maupun
tidak pernah malam. Ingatlah sesungguhnya dunia penuh dengan tipu daya.
Jangan kalian terpedaya oleh kemilau dunia dan janganlah kalian sekali-kali
melakukan tipu daya kepada Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah lalai dan
melalaikan kalian”.

Selain dermawan, Utsman juga seorang yang lemah lembut. Meskipun


demikian, khalifah Utsman juga seorang yang teguh hati. Misalnya, dia segera
mengirimkan pasukan untuk mengamankan wilayah-wilayah yang
memberontak terhadap kekuasaan Islam.

4. ALI BIN ABI THALIB (656-661 M)

Kelahiran Ali bin Abi Thalib memberi hiburan bagi Nabi Muhammad SAW
karena beliau tidak mempunyai anak laki-laki. Keluarga Abu Thalib memberi
kesempatan bagi Rasulullah SAW bersama istri beliau Khadijah untuk
mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Didikan langsung dari Nabi
Muhammad SAW kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam menggembleng
Ali menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak, serta
merupakan salah satu orang yang paling banyak meriwayatkan hadits
Rasulullah SAW. Ali bin Abi Thalib terbaiat sebagai khalifah menggantikan
Utsman bin Affan.
Kepemerintahan Ali terjadi gebrakan dan kebijakan politik seperti:
1) Menegakkan hukum finansial yang dinilai nepotisme dan hampir
menguasai seluruh sektor bisnis
2) Memecat Gubernur yang diangkat Utsman bin Affan dan menggantinya
dengan gubernur yang baru
3) Mengambil kembali tanah-tanah negara yang dibagi-bagikan Utsman
bin Affan kepada keluarganya, seperti hibah dan pemberian yang tidak
diketahui alasannya secara jelas dan memfungsikan kembali baitul
maal.20.
Peran Khalifah Ali juga dalam perumusan ilmu nahwu. Ilmu nahwu
dipelajari Ad-Duwaly langsung dari Khalifah Ali. Pada masa itu, menantu
Rasulullah tersebut memang dikenal sebagai pakar nahwu. Kemudian, atas
permintaan Ali, Ad-Duwaly pun merumuskan ilmu nahwu serta membuat
peletak dasar kaidah ilmu tersebut. Ali juga kemudian memerintahkan
pemberian tanda baca atau harakat pada tulisan Arab. Usulan Ali tersebut
karena sang khalifah melihat banyaknya Muslim yang salah membaca Alquran.
Ad-Duwaly pun menyanggupi dan memberikan harakat pada mushaf Alquran
(Sugirma, 2019).
Meskipun dalam pemerintahan Ali perluasan Islam yang dilakukan
sedikit mengalami kendala yaitu hanya memperkuat wilayah Islam di daerah
pesisir Arab dan masih tetap peranan penting negara Islam di daerah yang telah
ditaklukkan Abu Bakar di daerah Yaman, Oman, Bahrain, Iran Bagian Selatan.
Umar bin Khattab di Persia, Syiria, Pantai Timur Laut Tengah dan Mesir. Serta
pada masa Utsman di Sijistan, Khurasa, Azarbaijan, Armenia hingga Georgia.
Ali lebih banyak mengurus masalah pemberontakan di berbagai wilayah
kekuasaannya dari pada memikirkan administrasi negara yang teratur dan
mengadakan ekspansi perluasan wilayah (futuhat). Namun demikian, Ali
berusaha menciptakan pemerintahan yang bersih, berwibawa dan egaliter. Ia
ingin mengembalikan citra pemerintahan Islam sebagaimana pada masa Abu
Bakar dan Umar sebelumnya.
Terjadinya perang Jamal adalah Konflik pemerintahan Ali bin Abi
Thalib dengan tiga tokoh Islam yaitu Aisyah, Thalhah dan Abdullah bin Zubair.
Hal ini diakibatkan oleh kepentingan politik yaitu menjadi khalifah khususnya
Abdullah bin Zubair. Perang Shiffin adalah perang khalifah melawan
Mu’awiyah yang juga banyak korban sesama orang Islam yang diakhiri dengan
arbitrase (tahkim) yang sangat merugikan pihak khalifah Ali bin Abi Thalib.
Hal ini menimbulkan perpecahan tentara Ali yang mendukung tahkim dan
menolak. Pihak yang menolak dikenal dengan khawarij.
Dengan terjadinya berbagai pemberontakan dan keluarnya sebagian
pendukung Ali, menyebabkan banyak pengikut Ali gugur dan berkurang serta
hilangnya sumber kemakmuran dan suplai ekonomi khalifah dari Mesir karena
dikuasai oleh Muawiyah menjadikan kekuatan Khalifah menurun, sementara
Muawiyah semakin hari semakin bertambah kekuatannya. Hal tersebut
memaksa Khalifah untuk menyetujui perdamaian dengan Muawiyah. Diakhir
pemerintahan khalifah Ali bin Abhi Thalib muncu khawarij, yang kemudian
menjadi cikal bakal lahirnya perpecahan yang dikenal dalam teologi Islam.
Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama
lima bulan. Namun, karena Hasan tentaranya lemah, sementara Mu’awiyah
semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai.

5. TIPE KEPEMIMPINAN KHALIFAH


• Abu Bakar

Dijelaskan dalam buku Abdul Wahab Najjar yang dikutip oleh Alaiddin
Koto bahwa pada masa pemerintahan Abu Bakar ada tiga kekuatan, pertama,
quwwat al-syariah (legislatif). Kedua, quawwat al-qadhaiyyah (Yudikatif di
dalamnya termasuk peradilan) dan ketiga quwwat al-tanfiziyya (eksekutif).

Adapun, Langkah-langkah yang dilakukan Abu Bakar dalam istinbath


al-ahkam pada kepemimpinannya yakni sebagai berikut :
a. Mencari ketentuan hukum dalam Al-qur’an. Apabila ada, ia putuskan
berdasarkan ketepatan yang ada dalam Al-qur’an.
b. Apabila tidak menemukannya dalam Al-qur’an, ia mencari ketentuan
hukum dalam
sunnah, bila ada ia putuskan berdasarkan ketetapan yang ada dalam
sunnah.
c. Apabila tidak menemukanya dalam sunnah, ia bertanya kepada sahabat
lain apakah
rasulullah saw. telah memutuskan persoalan yang sama pada zamanya.
Jika ada yang tahu, ia menyelesaikannya berdasarkan keterangan dari
yang menjawab setelah memenuhi beberapa syarat.
d. Jika tidak ada sahabat yang memberikan keterangan, ia mengumpulkan
para pembesar sahabat dan bermusyawarah untuk menyelesaikan
persoalan yang dihadapi. Jika ada kesepakatan diantara mereka, ia
menjadikan kesepakatan itu sebagai keputusan.

• Umar Khatthab

Diantara sifat-sifat kepemimpinan Umar ibn Khattab yang terkenal


dikalangan para sahabat maupun rakyatnya sebagai berikut :

1. ‘Abqari

Dikalangan para sahabat Nabi Muhammad Saw, sifat ‘abqari hanya


disematkan kepada Umar ibn Khattab, yang memberinya adalah Nabi
Muhammad Saw sendiri. Sifat ini menunjukkan bahwa yang memiliki
adalah orang kuat, pemberani, berjiwa pemimpin, punya banyak pengikut,
dan mampu berbicara mewakili mereka.

2. Tegas Amanah dan bertanggung jawab

‘Umar ibn Khattab menunjukkan ketegasannya dalam bertindak dan


memutuskan sesuatu. Jika beliau tahu bahwa apa yang diputuskannya benar,
maka tak ada seorangpun yang bisa mengubah keputusannya. ‘Umar ibn
Khattab adalah figur pemimpin yang dikenal berdedikasi tinggi dan penuh
tanggungjawab, telah menggariskan sifat-sifat seseorang pemimpin yang
layak mengemban amanah kepemimpinan bagi umat Islam, beliau pun
pernah berkata yang diriwayatkan oleh Abdurrazaq: “Tidak sepatutnya
memegang urusan (pemerintahan) ini kecuali seseorang lelaki yang pada
dirinya terdapat empat sifat yaitu: lembut tanpa kelemahan, tegas tanpa
kekerasan, menahan tanpa kikir, dan bermurah hati tanpa pemborosan. Jika
salah satu dari keempat sifat ini gugur maka rusaklah ketiga sifat yang
lainnya”.

3. Menerapkan Keadilan

‘Umar ibn Khattab adalah sosok pemimpin yang adil, pandai dan
penyayang terhadap sesama sifat-sifat ini merupakan satu kesatuan dalam
dirinya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Baihaqi dan Ibnu Asakir dari
Thawus, bahwasanya ‘Umar ibn Khattab berkata: “Bagaimana pendapat
kalian, jika aku telah mengangkat seseorang yang terbaik diantara kalian
untuk mengurusi kalian lalu aku memerintahkannya untuk berlaku adil,
apakah aku sudah menunaikan kewajibanku? Mereka menjawab: ya sudah,
beliau berkata: belum, samapai aku melihat kinerjanya, apakah ia telah
melakukan apa yang aku perintahkan kepadanya atau tidak”. (HR. Baihaqi
dan ibn Asakir).

4. Kasih sayang yang tinggi

‘Umar ibn Khattab selain dikenal tegas dan pemberani beliau adalah
sosok pemimpin yang peduli kepada rakyatnya. Khalîfah ‘Umar ibn Khattab
dikenal sebagai pemimpin yang sangat disayangi rakyatnya karena perhatian
dan tanggungjawabnya yang luar biasa pada rakyatnya. Salah satu
kebiasaannya adalah melakukan pengawasan langsung dan sendirian
berkeliling kota mengawasi kehidupan rakyatnya. Dalam banyak hal Umar
bin Khatthab dikenal sebagai tokoh yang sangat bijaksana dan kreatif,
bahkan genius.

5. Amar Ma’ruf nahi munkar

Kepemimpinan ‘Umar ibn Khattab selalu melandaskan segala


keputusan dan kepemimpinannya sesuai tuntunan al-Quran dan sunnah Nabi
Muhammad SAW, yaitu, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Sebagai karakteristik
kepemimpinan yang ideal yang pernah dijalankan oleh Nabi Muhammad
SAW selama di Madinah. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Katsir
dari Amr bin `Ash.

Salah satu sifat kepemimpinan ‘Umar ibn Khattab yang lain adalah
keimanannya kepada Allāh SWT, dan kezuhudannya menjadi pemimpin.
Karenanya, kekuatannya tidak membuatnya menyimpang dari keadilannya,
kekuasaannya tidak membuatnya menyimpang dari kasih sayangnya, dan
kekayaannya tidak membuatnya menyimpang dari sikap rendah hatinya.
‘Umar ibn Khattab benar-benar mewujudkan syarat-syarat kepemimpinan
Islam, mulai dari Ilmu, keikhlasan, ketundukan, setia dan cinta. Beliau
benar-benar memiliki pemahaman yang benar terhadap perubahan-
perubahan yang dimulai oleh semangat satu-dua manusia.

• Utsman bin Affann

Diantara sifat-sifat kepemimpinan Uthman ibn Affan adalah sebagai


berikut :

1. Menekankan aqidah yang lurus dan kesungguhan dalam beribadah

Dalam hal ibadah dan muamalah, khalifah Uthman ibn Affan


memiliki berbagai pengalaman dalam menyelesaikan urusan tersebut.
Diantara pengalaman `Uthman selama menjadi khalifah dalam hal ibadah
dan muamalah adalah: 1) `Uthman ibn `Affan mengerjakan shalat empat
rakaat penuh di Mina dan Arafah; 2) Menambah adhan kedua dalam shalat
jum’at; 3) Mandi setiap hari sejak masuk Islam; 4) Sujud Tilawah; 5) Shalat
jum’at di daerah pantai; 6) Duduk ketika berkhutbah; 7) Menempatkan qunut
sebelum rukuk; 8) Orang yang paling mengerti tentang hukum-hukum
ibadah haji; 9) Melarang berihram sebelum waktunya; dan 10)
Keberangkatan perempuan yang beriddah untuk haji dan umrah.

2. Memberikan teladan akhlak yang baik

Uthman ibn `Affan terkenal sebagai orang yang kaya raya. Namun
meski dia terkenal demikian, beberapa riwayat menyebutkan bahwa dia
termasuk orang-orang yang zuhud di dunia. Diantara hal-hal yang
menunjukkan zuhud dan tawadhu’, `Uthman ibn `Affan adalah apa yang
diriwayatkan Ahmad dari hadits Maimun ibn Mihran. Ia mengatakan, “Al-
Hamadani mengabarkan kepadaku bahwa dia melihat `Uthman ibn `Affan
mengendarai bighal (sejenis keledai) dan memboncengkan pembantunya,
padahal ketika itu ia seorang khalifah.”

3. Melaksanakan ihtisab (amar ma’ruf dan nahi munkar)

Khalifah `Uthman ibn `Affan menangani tugas amar ma’ruf nahi


munkar sendiri, disamping menugaskan kepada orang lain. Ia melakukan
kegiatan ihtisab di berbagai bidang, antara lain : 1) Pengingkarannya
terhadap orang yang memakai baju muasfar; 2) Pengingkarannya terhadap
perempuan-perempuan yang pergi haji dan umrah, padahal sedang dalam
masa iddah; 3) `Uthman ibn `Affan memerintahkan penyembelihan burung
merpati; 4) Larangannya terhadap permainan dadu; 5) Mengusir orang yang
dipandangnya jahat atau mengangkat senjata dari kota Madinah; 6)
Memukul orang yang meremehkan paman Nabi Saw; dan 7) Melarang
khamar, karena khamar merupakan sumber keburukan.
4. Melaksanakan musyawarah dalam kepemimpinannya

Para pimpinan di bawah kekhalifahan `Uthman ibn `Affan senantiasa


melakukan musyawarah dalam urusan-urusan perang. Hal ini sebagaimana
`Uthman ibn `Affan melakukan musyawarah dengan para pembesar sahabat
tentang pengumpulan Al-Qur’an, pembunuhan Ubaidillah ibn Umar
terhadap Harmazan, strategi-strategi untuk menyelesaikan kekacauan,
masalah peradilan dan lain sebagainy

5. Menjunjung tinggi keadilan dan persamaan

Sesungguhnya diantara tujuan hukum Islam adalah menegakkan


prinsip-prinsip sistem Islam dalam masyarakat muslim. Diantara prinsip-
prinsip ini adalah keadilan dan persamaan. Khalifah `Uthman ibn `Affan
telah mengirim surat kepada umat Islam di berbagai negeri secara umum
dengan mengatakan : ”Hendaklah kalian memerintahkan perkara yang
makruf dan mencegah perkara yang mungkar, janganlah orang mukmin
menghinakan dirinya sendiri, sesungguhnya aku bersama dengan orang yang
lemah dalam melawan orang yang kuat ketika orang yang lemah ini
terdzalimi, InsyaAllah.”

• Ali bin Abi Thalib

Karakter kepemimpinan Ali bin Abi Thalib, seperti yang diungkapkan


Dhirar bin Dhamran kepada Muawwiyah bin abu Sufyan yakni :

1. Berpandangan jauh ke depan (visioner)


2. Sangat kuat (fisik)
3. Berbicara dengan sangat ringkas dan tepat
4. Menghukum dengan adil
5. Ilmu pengetahuannya menyemburat dari seluruh isinya (perbuatan
dan perkataannya)
6. Berbicara dengan penuh hikmah (bijaksana) dari segala segi
7. Menyepi dari dunia dan segala perhiasannya
8. Berteman dengan ibadah pada malam dan kegelapan
9. Banyak menangis karena takut kepada allah
10. Banyak bertafakur setelah berusaha

Kepemimpinannya telah teruji. Ia berani menghadapi kaum


musyrikin dalam perang Khandak yang berjumlah 24.000 prajurit. Pasukan
berkuda yang dipimpin oleh Amru Bin Wudd hendak menikamnya. Namun,
Ali berhasil membunuhnya. Tidak heran jika akhirnya ia mendapat sebutan
sebagai orang yang tidak dapat dikalahkan oleh lawan.

6. KONTRIBUSI KHALIFAH dalam PERADABAN ISLAM


• Abu Bakar

Hal yang pertama kali menjadi perhatian beliau saat diangkat menjadi
khalifah adalah mewujudkan keinginan nabi yaitu mengirimkan ekspedisi ke
perbatasan suriah di bawah pimpinan usamah. Hal tersebut dilakukan untuk
membalas pembunuhan ayahnya, zaid dan kerugian yang diderita umat islam
dalam perang mu’tah. Salag satu program penting yang dijalankan Abu
Bakar adalah menjaga dan melindungi Al-Qur’an setelah terbunuhnya
beberapa sahabat penghafal al-Qur’an dalam perang yamamah.
Mengumpulkan catatatan ayat al-Qur’an yang tercecer pada lempeng-
lempeng batu, pada pelepah kurma, dan potongan-potongan kulit hewan.
Menurut jalaludin As-Suyuti bahwa pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk
salah satu jasa besar dari khalifah Abu Bakar.

• Umar bin Khattab

Berikut ini adalah beberapa kebijakan dan kontribusi khalifah umar :

1. Penulisan penanggalan islam


Penulisan penanggalan islam dihitung mulai hijrahnya nabi
Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah.

2. Mendirikan Baitul Mal

Kontribusi Umar bin Khattab yang paling besar dalam menjalankan


roda pemerintahan adalah dibentuknya perangkat administrasi yang baik.
Beliau mendirikan institusi administrasi yang hampir tidak mungkin
dilakukan pada abad ketujuh sesudah masehi. Beliau mendirikan baitul mal
regular dan permanen di ibukota, kemudian dibangun cabang-cabangnya di
ibukota propinsi. Abdullah bin Irqom ditunjuk sebagai pengurus baitul mal
(sama dengan menteri keuangan) bersama dengan Abdurrahman bin Ubaid
Al-Qori serta Muayqob sebagai asistennya

3. Menghukum Peminum Khomr Dengan 80x Deraan

Imam An Nabawi berkata dalam Tahdzibnya: Umar adalah orang


yang pertama kali menjadikan cemeti sebagai alat untuk menghukum
manusia yang melakukan pelanggaran. Imam An Nabawi berkata bahwa:
cemeti Umar sangat ditakuti dari pada pedang

4. Melakukan Perluasan Wilayah

Perluasan daerah Islam pada masa itu begitu pesat, menyebar ke


seluruh Persia, mulai dari kawaasan timur hingga kawasan barat, Palestina ,
Mesir, dan Suria.

• Utsman bin Affan

Peran Utsman bin Affan dalam kemajuan Islam sangatlah


besar,diantaranya yaitu Proses penaskahan kitab suci al-Qur’an yang
dilakukan pada tahun 30 H/651 M. Tujuan penaskahan al-Qur’an yaitu untuk
menghindari kemungkinan pemalsuan isi dari kitab suci alQur’an, dan untuk
menyelaraskan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam
ejaan tulisannya. Selain itu jasa besar khalifah Utsman lainnya yaitu
perluasan mesjid Nabawi di Madinah al-Munawarah dan Masjidil Haram di
Mekkah al-Mukarramah. Bukan itu saja, khalifah Utsman juga meresmikan
pemindahan pelabuhan wilayah Hijaz ke Bandar Jeddah pada tahun 26
H/647 M, karena pelabuhan Hijaz dirasakan sudah tidak sesuai bagi
penampungan lalu lintas armada dagang.

Khalifah Utsman terkenal sebagai seorang khalifah yang dermawan,


ia menghabiskan hartanya demi penyebaran dan kehormatan kaum muslim.
selain menyumbang biaya-biaya perang dengan angka yang sangat besar,ia
juga menyumbangkan hartanya untuk pembangunan kembali masjidil
Haram( Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah). Prestasi terbesar yang
dilakukan khalifah Utsman adalah menulis kembali AlQur’an yang telah di
awali pada zaman Khalifah Abu Bakar atas inisiatif Khalifah Umar bin
Khattab

• Ali bin Abi Thalib


1. Perkembangan di bidang ilmu Bahasa

Pada masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, wilayah kekuasaan Islam
telah sampai Sungai Efrat, Tigris, dan Amu Dariyah, bahkan sampai ke
Indus. Akibat luasnya wilayah kekuasaan Islam dan banyaknya masyarakat
yang bukan berasal dari kalangan Arab, banyak ditemukan kesalahan dalam
membaca teks Al-Qur'an atau Hadits sebagai sumber hukum Islam.

Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib menganggap bahwa kesalahan itu


sangat fatal, terutama bagi orang-orang yang akan mempelajari ajaran islam
dari sumber aslinya yang berbahasa Arab. Kemudian Khalifah Ali Ibnu Abi
Thalib memerintahkan Abu Al-Aswad Al-Duali untuk mengarang pokok-
pokok Ilmu Nahwu ( Qawaid Nahwiyah ).
Dengan adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan sebagai pedoman dasar
dalam mempelajari bahasa Al-Qur'an, maka orang-orang yang bukan berasal
dari masyarakat Arab akan mendapatkan kemudahan dalam membaca dan
memahami sumber ajaran Islam.

2. Perkembangan di bidang pembangunan

Pada masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, terdapat usaha positif yang
dilaksanakannya, terutama dalam masalah tata kota. Salah satu kota yang
dibangun adalah kota Kuffah. Pembangunan kota Kuffah ini dimaksudkan
sebagai salah satu cara Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib mengontrol kekuatan
Muawiyah yang sejak semula tidak mau tunduk terhadap perintahnya.
Karena letaknya yang tidak begitu jauh dengan pusat pergerakan Muawiya
Ibnu Abi Sufyan, maka boleh dibilang kota ini sangat strategis bagi
pertahanan Khalifah.
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN

Adapun Ibrah/pelajaran yang dapat kalian ambil dari sejarah perkembangan


Islam masa Khulafaur Rasyidin adalah sebagai berikut:

1. Abu Bakar adalah seorang figur pemimpin yang memiliki jiwa bersih, jujur,
dan sangat demokratis. Siap dikritik dan diberi saran, peduli terhadap
keselamatan dan kesejahteraan umat.
2. Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang pemberani terhadap yang
benar, tegas menghadapi kebatilan dan pandai berdiplomasi. Beliau telah
merubah anak-anak padang pasir yang liar menjadi bangsa pejuang yang
gagah berani, tangguh, disiplin tinggi.
3. Usman bin Affan adalah seorang pemimpin yang berjuang meneruskan
perjuangan para Khalifah pendahulunya. Beliau mampu melakukan
perluasan wilayah kekuasaan yang patut dikenang. Beliau mampu
membentuk Angkatan Laut Arab. Corak kepemimpinan beliau yang patut
dicontoh dan diterapkan yaitu sifat keterbukaan dan demokratis.
4. Ali bin Abi Thalib adalah seorang pemimpin yang ‘alim, gagah berani,
tangkas, dan pandai bermain pedang. Seluruh potensinya dipergunakan
untuk mengatasi perpecahan dan kekacauan dalam negeri. Beliau dilantik
menjadi khalifah dalam situasi dan kondisi yang kacau balau, akan tetapi ia
mampu menjalankan roda pemerintahan dengan baik.
B. SARAN

Dari kepemimpinan khulafa Al-Rasyidin kita dapat mengambil berbagai


tauladan dari para khalifah salah satunya dari sebuah perjuangan hasil usaha yang
dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar dan para sahabat yang lain yakni dengan
mengumpulkan atau membentuk tim untuk pembukuan al-Qur’an yang berjalan
dengan baik sehingga masa khalifah Usman bin Affan tercipta mushaf yang
sampai sekarang dapat dibaca oleh setiap orang islam. Selain itu menjadi
pemimpin harus yang berkemauan keras serta berwibawa, tegas namun penuh
belas kasih utamanya bagi mereka kaum dhuafa (lemah) dan juga tegas dalam
menjalankan hukum islam dalam pemerintahan.
BAB IV
A. Catatan Diskusi
Hari, tanggal :
Judul Presentasi

Pertanyaan : nama lengkap penanya


Jawaban : nama lengkap penjawab
Tambahan : nama lengkap yang menambahkkan

B. Rekomendasi Diskusi
C. Kisah hikmah/motivasi tokoh inspiratif terkait materi
DAFTAR PUSTAKA

Ramadhan, H. R., Mulyawan, M., Hidayani, I., & Mahdi, I. (2019). Metode Discovery
Learning dalam Pembelajaran Sejarah Khulafaurrasyidin. Edukasi Islami:
Jurnal Pendidikan Islam, 8(01), 143-158.

Rafileli. (2016). Peradaban Islam Periode Al-Khulafa' Al-Rasyidin. Tsaqofah dan


Tarikh: Jurnal Kebudayaan dan Sejarah Islam, 1-14.

Rahmatullah, M. (2014). Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq. Jurnal


Khatulistiwa, 197-204.

Setiyowati, A., Putri, C. J., Jannah, F. M., & As'ad, M. R. (2021). Kepemimpinan Islam
Periode Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan,
Ali bin Abi Thalib. YASIN, 262-274.

Zainudin, E. (2015). Peradaban Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin. Jurnal


Intelegensia, 03(01), 50-58.

Usman, M. (2020). PERADABAN ISLAM PADA MASA AL-KHULAFA AL-


RASYIDIN. Jurnal Studi Islam: Pancawahana, 15(2), 111-126.

Harsoyo, R. (2020). Kepemimpinan Profetik: Telaah Kepemimpinan KhulafaAl-


Rashidin. TABYIN: JURNAL PENDIDIKAN ISLAM, 2(1), 54-72.

Nasution, Syamruddin. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru: Badan Penelitian


dan

Pengembangan Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau

JUNAIDIN, J. (2020). PEMERINTAHAN ALI BIN ABI THALIB DAN


PERMULAAN KONFLIK UMAT ISLAM. FiTUA: Jurnal Studi Islam, 1(1),
33-48.
SUGIRMA, S. (2019). PERAN KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB DALAM
MELETAKAN DASAR-DASAR ILMU NAHWU. Foramadiahi, 11(1), 158-
171.
Ali, Maulana Muhammad. 2007. Early Caliphate. Bambang Dharma P, editor.
Jakarta(ID): Darul Kutubil Islamiyah
Nasution, Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru: Yayasan Pusaka
Riau
Kurniawan, Muhammad Alif, dkk. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Dedi
Wahyudi, editor
Sou’yb, Joesoef. 1979. Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin. Jakarta: Bulan Bintang
Khalid, Muh. Khalid. 1984. Khalifah Rasulullah. Bandung: CV DIPONEGORO
Zubaidah, Siti. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Medan : PERDANA PUBLISHING

Anda mungkin juga menyukai