Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“ KHALIFAH UMAR BIN KHATAB DAN AISYAH ”

Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Aqidah Akhlaq :

Oleh :

GISELLA ARGIYANTI LISVIA ANDHANI

MTS NEGERI 1 LAMONGAN


2021/2022

Jl. Raya Plaosan - Babat No.11, Plaosan, Kec. Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa
Timur 62271
1. UMAR BIN KHATTAB

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak dapat diganti
oleh siapapun (khatami al-anbiya’ wa al-mursalin), tetapi kedudukan beliau yang kedua
sebagai pimpinan kaum muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan
“Khalifah” artinya yang menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan
komunitas Islam) dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan hukum-
hukum Agama Islam. Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran,
maka pemerintah Islam dipegang secara bergantian oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Usman bin affan, dan Ali ibn Abi Thalib.
Khulafaurrasidin adalah para pengganti Nabi. Islam sebagai sebuah ajaran dan Islam
sebagai institusi Negara, mulai tumbuh dan berkembang pada masa tersebut. Dalam Islam
kedaulatan tertinggi ada pada Allah SWT, sehingga para pengganti Nabi tidak memiliki
fasilitas “ekstra” dalam ajaran Islam untuk menentukan sebuah hukum baru, namun mereka
termasuk pelaksana hukum.
Pada makalah ini ditekankan pada pembahasan kilafah pada masa Umar bin Khattab
yang dimulai sejak pengangkatanya sampai kontribusi-kontribusi yang telah diberikanya
untuk islam dan masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Masa Khalifah Umar bin Khattab (13 – 23 H = 634 – 644 M)

2.1.1 Masa Awal Pemerintahan Umar bin Khattab

Sebelum Khalifah Abu Bakar wafat, beliau telah menunjuk Umar sebagai pengganti
posisinya dengan meminta pendapat dari tokoh-tokoh terkemuka dari kalangan sahabat
seperti Abdurrahman bin Auf, Utsman, dan Tolhah bin Ubaidillah. Masa pemerintahan Umar
bin Khatab berlangsung selama 10 tahun 6 bulan, yaitu dari tahun 13 H/634M sampai tahun
23H/644M.
Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab
(581 - November 644) (bahasa Arab:‫ )عم==ر ابن الخط==اب‬adalah salah seorang sahabat Nabi
Muhammad yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga merupakan satu
diantara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk
(Khulafaur Rasyidin). Beliau dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya
bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah.
Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy,
suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al
Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh
Muhammad yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan
kebatilan.
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat. Beliau ditikam ketika
sedang melakukan shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah (al Fairus
dari Persia), budak milik al Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan
Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di samping Rasulullah dan Abu Bakar, beliau wafat
dalam usia 63 tahun.
2.1.2. Pengembangan Islam Sebagai Kekuatan Politik

Periode kekhalifahan Umar tidak diragukan lagi merupakan “abad emas” Islam dalam
segala zaman. Khalifah Umar bin Khattab mengikuti langkah-langkah Rasulullah dengan
segenap kemampuannya, terutama pengembangan Islam. Ia bukan sekedar seorang pemimpin
biasa, tetapi seorang pemimpin pemerintahan yang professional. Ia adalah pendiri
sesungguhnya dari sistem politik Islam. Ia melaksanakan hukum-hukum Ilahiyah(syariat)
sebagai code (kitab undang-undang) suatu masyarakat Islam yang baru dibentuk. Maka tidak
heran jika ada yang mengatakan bahwa beliaulah pendiri daulah islamiyah (tanpa
mengabaikan jasa-jasa Khalifah sebelumnya).
Banyak metode yang digunakan Umar dalam melakukan perluasan wilayah, sehingga
musuh mau menerima Islam karena perlakuan adil kaum Muslim. Di situlah letak kekuatan
politik terjadi. Dari usahanya, pasukan kaum Muslim mendapatkan gaji dari hasil rampasan
sesuai dengan hukum Islam. Untuk mengurusi masalah ini, telah dibentuk Diwanul
Jund (Majid, 1978:86). Sedangkan untuk pegawai biasa, di samping menerima gaji
tetap (rawatib), juga menerima tunjangan (al-itha’). Khusus untuk Amr bin Ash, Umar
menggajinya sebesar 200 dinar mengingat jasanya yang besar dalam ekspansi. Dan untuk
Imar bin Yasar, diberi 60 dinar disamping tunjangan (al-jizyaat) karena hanya sebagai kepala
daerah (al-amil).
Dalam rangka desentralisasi kekuasaan, pemimpin pemerintahan pusat tetap dipegang
oleh Khalifah Umar bin Khattab. Sedangkan di propinsi, ditunjuk Gubernur (oramg Islam)
sebagai pembantu Khalifah untuk menjalankan roda pemerintahan. Di antaranya adalah :
1. Muawiyah bin Abu Sufyan, Gubernur Syiria, dengan ibukota Damaskus.
2. Nafi’ bin Abu Harits, Gubernur Hijaz, dengan ibu kota Mekkah.
3. Abu Musa Al Asy’ary, Gubernur Iran, dengan ibu kota Basrah.
4. Mughirah bin Su’bah, Gubernur Irak, dengan ibu kota Kufah.
Dalam masa kekhalifahannya pula, Umar bin Khatab telah membuat masyarakat
semakin makmur. Umar memperlihatkan kegeniusan dalam mengatur administrasi
sipil. Setiap negeri dibagi menjadi propinsi-propinsi, pendataan tanah dan sensus
diadakan, kantor-kantor didirikan,angkatan kepolisian disusun, saluran-saluran digali,
kas negara dimulai. Kalender Hijriyah yang sangat membantu pencatatan sejarah juga
mulai dikenalkan.
2. AISYAH R.A
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah merupakan alur kisah yang sayang sekali untuk dilewatkan, terlebih sejarah terkait
dengan kehidupan para tokoh-tokoh besar yang memiliki sesuatu daya tarik tersendiri untuk
diperhatikan dan dicermati. Terdapat beberapa tokoh besar yang dari padanya kita sering
menjumpai ajaran dan kebiasaannya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kisah dan ilmu
yang dapat kita petik dari tokoh pribadi tersebut, dengan pengaruhnya yang sangat besar
bagi orang-orang yang mempelajarinya. Tak heran, jika banyak pendapat-pendapat yang
berbeda dalam menguraikan kisah atau ilmu yang dapat dipetik dari kebiasaan tokoh-tokoh
tersebut. Dari sinilah diperlukan pola pikir yang kritis dalam menyikapinya. Dalam sejarah
Islam, terdapat banyak tokoh-tokoh penting yang memiliki pengaruh besar dalam
mendukung terbentuknya peradaban manusia, khususnya Islam. 1 Muhammad SAW
merupakan satu contoh dari beberapa tokoh yang perannya sudah banyak diakui mampu
mempengaruhi peradaban dunia. Keeksistensian Muhammad SAW, bukan hanya terlihat
pada sejarah peradaban umat Islam saja, namun sudah diakui hingga tingkat universal.
Segala tingkah laku yang dilakukannya merupakan sesuatu hal yang menarik untuk dibahas
dan dicermati lebih dalam. Dia dikenal sebagai seorang nabi atau pemimpin yang dikenal
dan diakui memiliki pengetahuan yang luas serta mampu mencapai kejayaan yang tinggi
pada masa pemerintahannya.
Dia juga lah yang telah membawa risalah agung dari Sang Pencipta, yaitu Agama Islam.
Namun, siapa sangka dibalik keberhasilan Muhammad SAW dalam mencapai segala
kesuksesannya untuk membimbing umat dan pengikutnya, terdapat peran wanitawanita
yang menyokongnya dari belakang yang tak lain adalah istri-istrinya.
Secara garis besar, sepanjang kehidupan ‘Aisyah dari lahir hingga meninggal dunia, ia
menemui masa perjuangan dakwah Islam yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, menikah
dengan Rasulullah dan hidup bersamanya, hingga perkembangan dakwah Islam setelah
Rasulullah SAW wafat dan dilanjutkan oleh kekhalifaan khalifah Abu Bakar al-shiddiq hingga
‘Ali bin Abi Thalib.
BAB II
PEMBAHASAN

 Nama, Panggilan, pdan Nasabnya


Namanya yang dikenal adalah Aisyah, gelarnya Ash-siddikah, dan biasa dipanggil Ummul
Mukminin, dijulukin juga Ummu Abdillah, dan kadang sering digelari dengan, “Al-
Khumaira”. Nabi sering memanggilnya dengan “Putri Ash-Shiddik.”5 Sebagaimana yang kita
ketahui, orang Arab menganggap julukan adalah lambang kebesaran dan kebanggaan.
‘Aisyah R.A tidak menyandang julukan sama sekali, sebab dia tidak memiliki anak, oleh
karena itu dia tidak memiliki julukan. Rasa sedih atas hal tersebut benarbenar melihat saat
dia berkata kepada nabi penuh kesedihan dan kelesuan, “Wahai Rasulullah! Sahabat-
sahabatku memiliki nama julukan (sedangkan aku tidak memilikinya). Maka Rasulullah SAW
berkata, ‘pakailah nama anakmu;Abdullah’, maksud beliau adalah keponakannya.”
Ayahnya bernama Abdullah, panggilannya Abu Bakar, dan terkenal dengan gelar Ash-
Shiddik, sedangkan ibunya bernama Ummu Ruman. Aisyah R.A adalah wanita Quraisy,
ayahnya berasal dari suku Taima, sedangkan ibunya berasal dari Suku Kinanah.

 Kelahirannya
Sebelum Ummu Ruman Berumah Tangga kepada Abu Bakar AshShiddiq R.A dia adalah istri
Abdullah bin Al-Harits Al-Azdi. Setelah Abdullah meninggal dunia, Abu Bakar menikahinya,
dan darinya dia dikaruniai dua orang putra dan putri, yaitu Abdurrahman dan Aisyah.
Demikianlah, tidak satupun buku biografi dan sejarah yang menyebutkan tanggal kelahiran
Aisyah secara pasti, hanya saja beberapa ahli sejarah yang mengutip perntaan Ibnu Sa’ad
dalam kitab Thabaqat-nya, “pendapat tersebut tidak benar. Sebab, jika lahirnya adalah
awal tahun keempat kenabian, maka pada tahun kesepuluh kenabian usianya adalah tujuh
tahun bukan enam tahun. Sebenarnya, ada beberapa riwayat yang berisi informasi tentang
umurnya, yaitu:
 Aisyah R.A tiga tahun sebelum hijrah, saat itu usianya enam tahun.
 Rasul melakukan bulan madu pada bulan Syawal, tahun pertama hijriyah,
saat itu umurnya sembilan tahun.
 Rasulullah SAW meninggal pada bulan Rabi’ul Awal tahun 11 H, pada waktu
itu usianya 18 tahun.
3. Wafatnya Aisyah r.a
Akhir dari kekuasaan Muawiyah bersama dengan hari terakhir kehidupan Aisyah r.a. Beliau
meninggal dunia pada usia 67 tahun. Beliau merasakan rasa sakit pada bulan Ramadhan
pada tahun ke-58 Hijriyah. Ketika beliau ditanya, “ Bagaiamna keadaan mu wahai Aisyah
r.a?” Aisyah r.a menjawab, “baik-baik, Alhamdulillah.” Setiap orang yang menjenguk dan
memberikan kabar gembira kepadanya, beliau membalas dengan perkataan, “Seandainya
saja aku ini dalah batu, seandainya aku ini adalah tanah.” Aisyah r.a meninggal pada tahun
58 Hijriyah, pada malam 17 Ramadhan setelah Shalat witir, bertepatan dengan bulan juni
tahun 678 Masehi. Berkumpullah manusia, dan belum pernah terkumpul sebanyak itu
sebelumnya.

4. Kedudukan ‘Aiayah r.a Tingginya


Dalam Diri Rasulullah SAW Salah satu pelajaran yang dapat diambil dari kajian tentang hari-
hari terakhir kihidupan Nabi SAW adalah tinginya kedudukan ‘Aisyah ra pada diri Nabi SAW.
Walaupun kedudukan ini telah Nabi SAW jelaskan dalam hadist-hadits yang bnyak ketika
Rasulullah SAW masih hidup, tetapi yang dimaksud kedudukan ini adalah disaat hari-hari
terakhir kehidupan Nabi SAW terlihat jelas dibalik poin-poin berikut.10 a. Candaan Nabi SAW
kepada ‘Aisyah ra Hal tersebut terlihat ketika Nabi SAW mendatangi ‘Aisyah ra, kemudian
Nabi SAW datang mendapatinya sedang merasa sakit dibagian kepalanya, ia berkata:
“kepalaku sakit”, kemudian Rasulullah SAW bersabda “ Jika itu terjadi (kematian’Aisyah) dan
aku masih hidup, maka aku akan meminta ampun untukmu dan akan mendo’akanmu.”
Bahkan Rasulullah SAW akan memintakan ampun bagi seluruh kaum mukminin, karena Allah
telah melarang memintakan ampunan bagi kaum kafir dan kaum munafik. Dalam firman
Allah:
Artinya: “Tidak pantas bagi Nabi dan Orang –orang yang beriman memohonkan ampunan
(kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang itu kaum kerabat(nya),
setelah jelas bagi mereka, bahwa orang yang musyrik itu penghuni neraka jahannam,”( Q.S.
At- Taubah[9]:113)
BAB III

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

1. Umar Bin Khattab

Umar bin Khattab merupakan khalifah kedua setelah Abu bakar, Umar menjadi khalifah yang
ditunjuk langsung oleh Abu Bakar. Periode kekhalifahan Umar tidak diragukan lagi merupakan
“Abad Emas” Islam dalam segala zaman. Khalifah Umar bin Khattab mengikuti langkah-langkah
Rasulullah dengan segenap kemampuannya, terutama pengembangan Islam. Ia bukan sekedar seorang
pemimpin biasa, tetapi seorang pemimpin pemerintahan yang professional.
Pada masa pemerintahan beliau, banyak wilayah-wilayah yang telah ditaklukan Islam, misalnya
dikawasan barat, Islam berhasil menaklukan Damaskus, wilayah pantai Syam, Mesir, Libya.
Sedangkan dikawasan sebelah timur, Islam telah menaklukan Madain, Jalawla’, Nahawand dan ke
berbagai wilayah Persia. Selain itu juga beliau berhasil dalam hal pemerintahan negara, ilmu
keislaman, system pertahanan dan lain sebagainya.
Gagasan Umar mengenai prinsip peradilan dapat dijadikan dasar untuk menjadikan Umar sebagai
“Bapak Peradilan”. Khalifah Umar telah memerintah selama 10 tahun lebih 6 bulan, dan hari
kematiannya sangat tragis, Abu Lu’luah secara tiba-tiba menyerangnya dengan tikaman pisau tajam
ke arah Umar yang sedang melaksanakan shalat subuh.
2. Aisyah r.a
Kajian pustaka tentang Ummul Mukminin Aisyah R.A Potret Wanita Mulia Sepanjang Zaman karya
Sayyid Sulaiman An-Nadawi kepribadian yang tersurat maupun tersirat dalam setiap peristiwanya.
Dari penelitian diatas mampu menggambarkan sosok dan kepribadian beliau secara utuh miskipun
gambaran kesempurnaan kepribadian beliau tidak dapat diketahuinya dalam satu buku saja.
Penelitian biografi ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Keperibadian yang dapat disimpulkan
dalam kajian ini yaitu: Fisik dan Pakaiannya dan Akhlak. Adapun Akhlaknya yaitu (membantu kaum
perempuan, taat kepada suami,bersifat wara’ dan tidak mau menerima hadiah, menghindari pujian
dan sanjungan,baik dan murah hati, banyak beribadah, , membantu fakir dan miskin,). 2. Nilai-nilai
kepribadian Aisyah ra yang terkandung dalam buku Ummul Mukminin Aisyah ra Potret Wanita mulia
Sepanjang Zaman Karya Sayyid Sulaiman An-Nadawi Sangat cocok pada zaman saat ini, untuk
dijadikan Taladan atau contoh bagi kaum hawa untuk menjadi wanita yang mulia.

Anda mungkin juga menyukai