Anda di halaman 1dari 12

Rhefa Peradaban Islam

KONTRIBUSI PERADABAN ISLAM PADA MASA ABU


BAKAR AS-SHIDIQ DAN UMAR BIN KHATTAB
Mhd. Abror, M.Ag
Abror1092@gmail.com

Rhefa Riona Putri Alfi


UIN Suska Riau
12070327411@students.uin-suska.ac.id

ABSTRAK

Setelah Nabi Muhammad saw wafat, para Khulafaurrasyidin melanjutkan


kepemimpinannya dari pemerintahan Islam dengan bijak. Meskipun berlalu 30 tahun,
Khulafaurrasyidin berhasil membentuk peradaban Islam, mengkosolidasi, dan
merekonstruksi landasan politik bagi masyarakat Muslim. Khalifah Abu Bakar, misalnya,
mengatasi dan menyelamatkan masyarakat Muslim dari lubang besar ketat murtad yang
menolak zakat. Selain itu, khalifah kedua, Umar bin al-Khattab juga berhasil
mengkonsolidasi komunitas Muslim di Arab, mengubah masyarakat nomaden menjadi
masyarakat yang disiplin patriotik, menghancurkan imperialisme Persia dan Byzantium,
mengembangkan imperialisme yang kuat termasuk Persia, Irak, Caldera, Suriah,
Palestina, dan Mesir. Adapun persamaan dan perbedaan pada masa Rasulullah
dengan masa khulafaur rasyidin yaitu pertama, dilihat dari perbedaan tugas
Rasulullah adalah menyampaikan Tauhid dengan benar, memimpin umat islam
dalam menyebarkan agama Islam, menjalankan tugas kenabiannya, sebagai
pembawa berita gembira, Rasulullah sebagai utusan Allah dan menyampaikan wahyu
yang telah disampaikan Allah melalui malaikat jibril, memperbaiki moral umat Islam.
Sedangkan khulafaur Rasyidin yaitu tidak mendapatkan wahyu dari Allah, sebagai
pengganti Rasulullah menjadi pemimpin, menggantikan tugas kepala negara
pemerintah, menyebar luaskan agama islam.

Kata Kunci: Abu Bakar Assidiq, Umar BinKattab, Masa Peradaban.


Rhefa Peradaban Islam

ISLAMIC CIVILIZATION IN THE TIME OF ABI BAKAR ASSHIDIQ


AND OMAR BIN KHATTAB

Mhd. Abror, M.Ag


Abror1092@gmail.com

Rhefa Riona Putri Alfi


UIN Suska Riau
12070327411@students.uin-suska.ac.id

ABSTRACT

After the Prophet Muhammad's death, the Khulafaurrasyidin continued his leadership of
the Islamic government wisely. Although 30 years have passed, Khulafaurrasydin
succeeded in shaping Islamic civilization, consolidating, and reconstructing the political
foundation for Muslim society. Caliph Abu Bakr, for example, overcame and saved the
Muslim community from the big pit of apostasy who refused zakat. In addition, the second
caliph, Umar bin al-Khattab also succeeded in consolidating the Muslim community in
Arabia, turning nomadic society into a patriotic disciplined society, destroying Persian and
Byzantine imperialism, developing strong imperialism including Persia, Iraq, Caldera,
Syria, Palestine, and Egypt.The similarities and differences between the time of the
Prophet and the period of khulafaur rasyidin are first, judging from the differences in
the tasks of the Prophet, namely conveying monotheism correctly, leading Muslims in
spreading the religion of Islam, carrying out his prophetic duties, as a bearer of good
news, the Messenger of Allah as a messenger of Allah and conveying revelations that
Allah has conveyed through the angel Gabriel, improving the morals of Muslims.
While khulafaur Rasyidin, namely not getting revelation from Allah, as a substitute for
the Prophet to become a leader, replacing the task of the head of state government,
spreading the religion of Islam

Keywords: Abu Bakar Assidiq, Umar Bin Kattab, Civilization Age Islam
Rhefa Peradaban Islam

PENDAHULUAN
Ketika islam diperkenalkan sebagai pola dasar, kaum Muslim telah dijanjikan oleh
Al-Quran akan menjadi komunitas terbaik dipanggung sejarah bagi sesama umat manusia
lainnya. Akibatnya diterimanya dorongan ajaran seperti ini, secara tidak langsung telah
memberikan produk pandangan bagi mereka sendiri untuk melakukan permainan budaya
sebaik mungkin. Terdapat banyak perspektif dalam membaca banyak fakta sejarah,
terutama terhadap sejarah peradaban umat Islam. Perbedaan cara pandang tersebut sebagai
akibat dari khazanah pengetahuan tentang sejarah yang berbeda. Hal itu dipicu dari
keberagaman teori sejarah. Lebih-lebih sejarah islam yang sebagian besar adalah sejarah
tentang polotik dan kekuasaan yang berujung pada kepentingan kelompok maupun
individual semata. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dicintai oleh yang
dipimpinnya, sehingga pikirannya selalu didukung, perintahnya selalu di ikuti dan rakyat
membelanya tanpa diminta terlebih dahulu. Figur kepemimpinan yang mendekati
penjelasan tersebut adalah Rasulullah beserta para sahabatnya (khulafaur Rasyidin).
Wafatnya Nabi Muhammad sebagai pemimpin agama maupun Negara menyisakan
persoalan pelik. Nabi tidak meninggalkan wasiat kepada seorangpun sebagai penerusnya.
Akibatnya terjadilah perselisihan, masing-masing kelompok mengajukan wakilnya
untuk dijadikan sebagai penerus serta pengganti Nabi Muhammad untuk memimpin
umat. Akhirnya muncullah kholifah rasyidiyah, yang terdiri dari Abu bakar, Umar,
Ustman, dan Ali yang memimpin secara bergantian. Dalam prosesnya banyak sekali
peristiwa-peristiwa yang terjadi dan patut dipelajari sebagai landasan sejarah peradaban
islam.

PEMBAHASAN

A. Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq (11-13 H / 632-634 M)


Abu Bakar As Siddiq lahir pada tahun 568 M atau 55 tahun sebelum hijrah. Dia
merupakan khalifah pertama dari Al-Khulafa'ur Rasyidin, sahabat Nabi Muhammad
SAW yang terdekat dan termasuk di antara orang-orang yang pertama masuk Islam (as-
sabiqun al-awwalun). Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abi Kuhafah at-Tamini.
Pada masa kecilnya Abu Bakar bernama Abdul Ka'bah. Nama ini diberikan kepadanya
sebagai realisasi nazar ibunya sewaktu mengandungnya. Kemudian nama itu ditukar oleh
Nabi Muhammad SAW menjadi Abdullah bin Kuhafah at-Tamimi. Gelar Abu Bakar
diberikan Rasulullah SAW karena ia seorang yang paling cepat masuk Islam, sedang
gelar as-Siddiq yang berarti 'amat membenarkan' adalah gelar yang diberikan kepadanya
karena ia amat segera memberiarkan Rasulullah SAW dalam berbagai macam peristiwa,
terutama peristiwa "Isra Mikraj".
Ayahnya bernama Usman (juga disebut Abi Kuhafah) bin Amir bin Amr bin Saad
bin Taim bin Murra bin Kaab bin Luayy bin Talib bin Fihr bin Nadr bin Malik. Ibunya
bernama Ummu Khair Salma binti Sakhr. Garis keturunan ayah dan ibunya bertemu pada
neneknya bernama Kaab bin Sa'd bin Taim bin Muarra. Kedua orang tuanya berasal dari

1
Rhefa Peradaban Islam

suku Taim, suku yang melahirkan banyak tokoh terhormat.1


Sejak kecil ia dikenal sebagai anak yang baik dan sabar, jujur, dan lemah lembut,
dia merupakan lambang kesucian dan ketulusan hati. Sifat-sifat yang mulia itu membuat
ia disenangi oleh masyarakat. la menjadi sahabat Nabi Muhammad SAW semenjak
keduanya masih remaja. Setelah dewasa ia mencari nafkah dengan jalan berdagang dan ia
dikenal sebagai pedagang yang jujur, berhati suci dan sangat dermawan, dan ia dikenal
sebagai pedagang yang sukses. Keberhasilannya dalam perdagangan itu disebabkan oleh
pribadinya dan wataknya, berperawakan kurus, putih, dengan sepasang bahu yang kecil
dan muka lancip dengan mata yang cekung disertai dahi yang agak menonjol dan urat-
urat tangannya yang tampak jelas, begitulah dilukiskan oleh putrinya Aisyah
Ummulmukminin. Begitu damai perangnya, sangat lemah lembut dan sikapnya yang
tenang sekali. Tak mudah ia terdorong oleh hawa nafsu. Ia memiliki pandangan yang
jernih serta pikiran yang tajam dan juga cara bicaranya sedap dan pandai bergaul.
Selain itu, Abu Bakar adalah seorang pemikir Makkah yang memandang
penyembahan berhala itu suatu kebodohan dan kepalsuan belaka, ia adalah orang yang
menerima dakwah tanpa ragu dan ia adalah orang pertama yang memperkuat agama
Islam serta menyiarkannya. Di samping itu ia suka melindungi golongan lemah dengan
hartanya sendiri dan kelembutan hatinya. Di samping itu, Abu Bakar dikenal mahir
dalam ilmu nasab (pengetahuan mengenai silsilah keturunan). la menguasai dengan baik
berbagai nasab kabilah dan suku-suku arab, bahkan ia juga dapat mengetahui ketinggian
dan kerendahan masing-masing dalam bangsa arab. Dalam usia muda itu ia menikah
dengan Qutailah binti Abdul Uzza. Dan perkawinannya ini lahir dua orang putra bernama
Abdur Rahman dan Aisyah. Kemudian setelah di Madinah ia menikah dengan Habibah
binti Kharijah, setelah itu menikah dengan Asma' binti Umais yang melahirkan
Muhammad.2

 Peran Abu Bakar di Makkah dan Madinah


Abu Bakar masuk Islam pada hari-hari pertama Islam didakwahkan. Tidak sulit
baginya meyakini ajaran-ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, karena sejak
usia muda ia sudah kenal betul akan keagungan Nabi Muhammad SAW. Setelah masuk
Islam, ia menumpahkan seluruh perhatiannya untuk pengembangan Islam.[3] Sebagai
orang yang disegani di kalangan bangsawan Arab, keislaman Abu Bakar membuat
banyak orang tertarik masuk Islam, seperti Usman bin Affan, Abdur Rahman bin Aufdan
Zubair bin Awwam.
Perjuangan Abu Bakar dan darmabaktinya bagi pertumbuhan dan perkembangan
Islam banyak sekali yang dapat disebutkan. Di antaranya ia sangat menaruh perhatian
kepada penderitaan yang dialami kaum yang lemah, khususnya para budak yang
menerima dakwah Nabi Muhammad SAW. Sejumlah budak yang disiksa oleh tuannya

1
Ronaldo, R., Zulfikar, A., Saihu, Ismail, & Wekke, I. S. (2020). International relations of the asia pacific in
the age of trump. Journal of Environmental Treatment Techniques, 8(1), 244–246.
2
Saihu, M. M., & Aziz, A. (2020). Implementasi Metode Pendidikan Pluralisme Dalam Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Belajea; Jurnal Pendidikan Islam, 5(1), 131-150.
2
Rhefa Peradaban Islam

karena mereka memeluk Islam ditebus oleh Abu Bakar dengan hartanya kemudian
dimerdekakan. Salah satu dari budak yang dimerdekakan seperti Bilal bin Rabah. 3Peran
yang dimainkan Abu Bakar ketika di Makkah banyak sekali, seperti di bidang materi
segala kekayaan yang dimilikinya digunakan untuk perjuangan dan kejayaan Islam dan
demi kebenaran ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW dalam waktu suka maupun
duka.
Dalam pertempuran yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW Abu Bakar
tidak pemah absen, melainkan selalu berada di dekat Nabi Muhammad SAW. Contoh
dalam perang Tabuk, bukan hanya jiwa yang dipertaruhkannya, namun seluruh harta
bendanya habis dikorbankan untuk memenangkan perjuangan Islam.
4
Pengorbanan dan jasanya ketika di Makkah di samping harta benda ia selalu berusaha
mendampingi dan melindungi Nabi Muhammad SAW ketika banyak orang kafir yang
mengejeknya, bahkan ia adalah yang mendampingi Nabi Muhammad SAW pada saat
hijrah ke Madinah.

 Proses Pengangkatan Abu Bakar


Berita wafatnya Nabi Muhammad SAW, bagi para sahabat dan kaum Muslimin
adalah seperti petir di siang belong karena sangat cinta mereka kepada beliau. Apalagi
bagi para sahabat yang biasa hidup bersama di bawah asuhan beliau. Mereka paling
diperlihatkan adalah beliau, sehingga ada orang tidak percaya akan kabar wafatnya
beliau. Di antaranya adalah sahabat Umar bin Khattab yang dengan tegas membantah
setiap orang yang membawa kabar wafatnya beliau, bahkan Umar bin Khattab
mengancam akan membunuh barang siapa yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad
SAW wafat. Di saat keadaan gempar yang luar biasa ini datanglah sahabat Abu Bakar
untuk menenangkan kegaduhan itu, ia berkata di hadapan orang banyak; "Wahai
manusia, siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad sudah wafat, dan
barang siapa menyembah Allah, Allah hidup tidak akan mati selamanya".
Setelah kaum Muslimin dan para sahabat menyadari tentang wafatnya Rasulullah
SAW, maka Abu Bakar dikagetkan lagi dengan adanya perselisihan faham antara kaum
Muhajirin dan Anshar tentang siapa yang akan menggantikan Nabi sebagai khalifah
kaum Muslimin. Pihak Muhajirin menghendaki dari golongan Muhajirin dan pihak
Anshar menghendaki pihak yang memimpin. Situasi yang memanas inipun dapat diatasi
oleh Abu Bakar, dengan cara Abu Bakar menyodorkan dua orang calon khalifah untuk
memilihnya yaitu Umar bin Khattab atau Abu Ubaidah bin Jarrah. Namun keduanya
justru menjabat tangan Abu Bakar dan mengucapkan baiat memilih Abu Bakar.
Setelah Rasulullah SAW wafat pada 632 M, Abu Bakar terpilih sebagai khalifah
pertama pengganti Rasulullah SAW dalam memimpin negara dan umat Islam. Waktu itu
daerah kekuasaan hampir mencakup seluruh Semenanjung Arabia yang terdiri atas
berbagai suku Arab. Di masa awal pemerintahan Abu Bakar, diwarnai dengan berbagai
kekacauan dan pemberontakan, seperti munculnya orang-orang murtad, aktifnya orang-
3
Muhammad Husain Haekal, Biografi Abu Bakar As Siddiq, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 1995, hlm. 3
4
Muhammad Husain Haekal, Biografi Abu Bakar As Siddiq, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 1995, hlm. 3
3
Rhefa Peradaban Islam

orang yang mengaku diri sebagai nabi (nabi palsu), pemberontakan dari beberapa kabilah
Arab dan banyaknya orang-orang yang ingkar membayar zakat.5
Munculnya orang-orang murtad disebabkan oleh keyakinan mereka terhadap
ajaran Islam belum begitu mantap, dan wafatnya Rasulullah SAW menggoyahkan
keimanan mereka. Mereka beranggapan bahwa kaum Quraisy tidak akan bangun lagi
setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Dan mereka merasa tidak terikat lagi dengan
agama Islam lalu kembali kepada ajaran agama sebelumnya. Tentang orang-orang yang
mengaku diri nabi sebenarnya telah ada sejak masa rasulullah SAW, tetapi kewibawaan
Rasulullah SAW menggetarkan hati mereka untuk melancarkan aktivitasnya. Diantara
nabi palsu seperti Musailamah Al Kadzab dari Bani Hanifah, Tulaihah bin Khuwailid
dari Bani As'ad Saj'ah Tamimiyah dari Bani Yarbu, dan Aswad Al Ansi dari Yaman.
Mereka mengira, bahwa Abu Bakar adalah pemimpin yang lemah, sehingga mereka
berani membuat kekacauan. Pemberontakan kabilah disebabkan oleh anggapan mereka
bahwa perjanjian perdamaian yang dibuat bersama Nabi SAW bersifat pribadi dan
berakhir dengan wafatnya Nabi SAW, sehingga mereka tidak perlu lagi taat dan tunduk
kepada penguasa Islam yang baru. Orang-orang yang enggan membayar zakat hanyalah
karena kelemahan iman mereka. Terhadap semua golongan yang membangkang dan
memberontak itu Abu bakar mengambil tindakan tegas. Ketegasan ini didukung oleh
mayoritas umat.
Untuk menumpas seluruh pemberontakan, ia membentuk sebelas pasukan
masing-masing dipimpin oleh panglima perang yang tangguh, seperti Khalid bin Walid,
Amr bin Ash, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Syurahbil bin Hasanah. Dalam waktu singkat
seluruh kekacauan dan pemberontakan yang terjadi dalam negeri dapat ditumpas dengan
sukses. Meskipun fase permulaan dari kekhalifahan Abu Bakar penuh dengan
kekacauan, ia tetap berkeras melanjutkan rencana Rasulullah SAW untuk mengirim
pasukan ke daerah Suriah di bawah pimpinan Usamah bin Zaid. Pada mulanya keinginan
Abu Bakar ditentang oleh para sahabat dengan alasan suasana dalam negeri sangat
memprihatinkan akibat berbagai kerusuhan yang timbul. Akan tetapi setelah ia
meyakinkan mereka bahwa itu adalah rencana Rasulullah SAW, akhirnya pengiriman
pasukan itu pun disetujui. Langkah politik yang ditempuh Abu Bakar itu ternyata sangat
strategis dan membawa dampak yang positif. Pengiriman pasukan pada saat negara
dalam keadaan kacau menimbulkan interpretasi di pihak lawan bahwa kekuasaan Islam
cukup tangguh sehingga para pemberontak menjadi gentar. 6
Di samping itu, bahwa langkah yang ditempuh Abu Bakar tersebut juga
merupakan taktik untuk mengalihkan perhatian umat Islam dalam perselisihan yang
bersifat intern. Pasukan Usamah berhasil menunaikan tugasnya dengan gemilang dan
kembali dengan membawa harta rampasan perang yang berlimpah. Abu Bakar menjadi
khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu
habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan
oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Madinah.
5
Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1990), hlm. 226
6
Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1990), hlm. 229
4
Rhefa Peradaban Islam

Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama
dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut
Perang Riddah (perang melawan kemurtadan) dan pahlawan yang banyak berjasa dalam
perang tersebut adalah Khalid bin Walid. Bahwa kekuasaan yang dijalankan oleh Abu
Bakar adalah sebagaimana yang dijalankan pada masa Rasulullah Saw yaitu bersifat
sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah.
Meskipun demikian, Abu bakar selalu mengajak para sahabat untuk bennusyawarah.7
Adanya orang murtad disebabkan karena mereka belum memahami benar tentang
Islam, mereka baru dalam taraf pengakuan, atau mereka masuk Islam karena terpaksa.
Sehingga begitu Rasulullah SAW wafat, mereka langsung kembali kepada agama
semula. Karena mereka beranggapan, bahwa kaum Quraisy tidak akan bangun lagi
setelah pimpinannya Nabi Muhammad Saw wafat. Golongan yang tidak mau membayar
zakat banyak timbul dari kabilah yang tinggal di kota Madinah, seperti Bani Gatfan, Bani
Bakar dll. Mereka beranggapan bahwa membayar zakat hanya kepada Nabi Muhammad
SAW, dan setelah beliau wafat maka tidak lagi wajib membayar zakat. Orang yang
mengaku sebagai nabi sebenarnya sudah ada pada hari-hari terakhir kehidupan Nabi
Muhammad SAW, walaupun mereka masih sembunyi-sembunyi. 8
Dari kekacauan yang muncul di awal pemerintahan tersebut, Abu Bakar bekerja
keras untuk menumpasnya. Untuk menumpas kelompok-kelompok tersebut di atas, Abu
Bakar bermusyawarah dengan para sahabat dan kaum Muslimin menentukan apa
tindakan yang harus diambil mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Di dalam kesulitan
yang memuncak inilah terlihat kebesaran jiwa dan ketabahan hati Abu Bakar. Dengan
tegas dinyatakannya, bahwa beliau akan memerangi semua golongan yang telah
menyeleweng dari kebenaran, baik yang murtad, yang mengaku Nabi palsu, maupun
yang enggan membayar zakat, sehingga semuanya kembali kepada kebenaran. Setelah
bermusyawarah Abu Bakar menugaskan antara lain kepada : Usamah bin Zaid, Khalid
bin Walid, Amr bin Ash, Yazid bin Abu Sofyan untuk memerangi golongan tersebut.
Setelah berbagai macam gejolak dan kekacauan dapat ditangani secara tuntas,
maka Abu Bakar selalu berusaha untuk melakukan berbagai langkah demi kemajuan
umat Islam. Kemajuan-kemajuan yang dicapai Abu Bakar, Kemajuan yang telah dicapai
pada masa pemerintahan Abu Bakar selama kurang lebih dua tahun,9 antara lain:
 Perbaikan sosial (masyarakat)
 Perluasan dan pengembangan wilayah Islam
 Pengumpulan ayat-ayat Al Qur'an
 Sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam
 Meningkatkan kesejahteraan umat.

7
Saihu, M. (2019). Urgensi ‘Urf dalam Tradisi Male dan Relevansinya dalam Dakwah Islam di Jembrana-
Bali. Jurnal Bimas Islam, 12(1), 173-201.

8
Prof. Dr. H. Chatibul Umam, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam, (Kudus: Menara Kudus, 2003), hlm. 140
9
Dr. Mohd Fachruddin Fuad, Perkembangan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hlm 112

5
Rhefa Peradaban Islam

 Perbaikan sosial yang dilakukan Abu Bakar ialah usaha untuk menciptakan
stabilitas wilayah Islam dengan berhasilnya mengamankan tanah Arab dari para
penyeleweng (orang-orang murtad, nabi-nabi palsu dan orang-orang yang enggan
membayar zakat).
 Adapun usaha yang ditempuh untuk perluasan dan pengembangan wilayah Islam
Abu Bakar melakukan perluasan wilayah ke luar Jazirah Arab. Daerah yang
dituju adalah Irak dan Suriah yang berbatasan langsung dengan wilayah
kekuasaan Islam. Kedua daerah itu menurut Abu Bakar harus ditaklukkan dengan
tujuan untuk memantapkan keamanan wilayah Islam dari serbuan dua adikuasa,
yaitu Persia dan Bizantium. Untuk ekspansi ke Irak dipimpin oleh Khalid bin
Walid, sedangkan ke Suriah dipimpin tiga panglima yaitu: Amr bin Ash, Yazid
bin Abu Sufyan dan Surahbil bin Hasanah.
 Abu Bakar dengan masa pemerintahannya yang amat singkat (kurang lebih dua
tahun) telah berhasil mengatasi tantangan-tantangan dalam negeri Madinah yang
baru tumbuh itu, dan juga menyiapkan jalan bagi perkembangan dan perluasan
Islam di Semenanjung Arabia.

B. Khalifah Umar Ibnu al-Khathab (13-23 H / 634-644 M)


'Umar bin Khattab (bahasa Arab: ‫ ;عمر بن الخطاب‬sekitar 584 – 3 November 644)
adalah khalifah kedua yang berkuasa pada tahun 634 sampai 644. Dia juga digolongkan
sebagai salah satu Khulafaur Rasyidin. 'Umar merupakan salah satu sahabat utama Nabi
Muhammad dan juga merupakan ayah dari Hafshah, istri Nabi Muhammad. Dalam sudut
pandang Sunni, 'Umar termasuk salah satu pemimpin yang hebat dan suri teladan dalam
masalah keislaman dan beberapa hadits menyebutkan dirinya sebagai sahabat Nabi paling
utama setelah Abu Bakar.'Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad
yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Namun di sisi lain, 'Umar cenderung dipandang negatif dalam perspektif Syi'ah. Pada
masa kepemimpinannya, kekhalifahan menjadi salah satu kekuatan besar baru di wilayah
Timur Tengah. Selain menaklukan Kekaisaran Sasaniyah yang sudah melemah hanya
dalam kurun waktu dua tahun (642–644), 'Umar berhasil mengambil alih kepemimpinan
dua pertiga wilayah Kekaisaran Romawi Timur.10
Perluasan wilayah ini juga diikuti berbagai pembaharuan. Dalam bidang
pemerintahan dan politik, departemen khusus dibentuk sebagai tempat masyarakat dapat
mengadu mengenai para pejabat dan negara. Pembentukan Baitul Mal menjadi salah satu
pembaharuan 'Umar dalam bidang ekonomi. Segala capaiannya menjadikan 'Umar
sebagai salah satu khalifah paling berpengaruh sepanjang sejarah.
Umar dikenal seseorang yang pandai dalam menciptakan peraturan, karena tidak
hanya memperbaiki bahkan mengkaji ulang terhadap kebijakan yang telah ada. Khalifah
umar juga telah juga menerapkan prinsip demokratis dalam kekuasaan yaitu dengan
menjamin hak yang sama bagi setiap warga Negara. Khalifah Umar terkenal seorang yang
sederhana bahkan ia membiarkan tanah dari negeri jajahan untuk dikelola oleh
10
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradban Islam, Jakarta: Amzah, 2009.
6
Rhefa Peradaban Islam

pemiliknya bahkan melarang kaum muslimin memilikinya, sedangkan para prajurit


menerima tunjangan dari Baitul Mal, yaitu dihasilkan dari pajak.11
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam
mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia
(yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina,
Syiria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua
negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan islam pada
jaman Umar. Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan
ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus. 20 ribu pasukan Islam
mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan
Romawi di Asia Kecil bagian selatan.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol daridekat
kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru
ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah
kekuasaan Islam.Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi
Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Ia juga memulai proses
kodifikasi hukum Islam. Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih
mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat
sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar
mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat
peristiwa hijrah. Ada beberapa perkembangan peradaban Islam pada masa khalifah Umar
bin Khatthab, yang meliputi Sistem pemerintahan (politik), ilmu pengetahuan, sosial, seni,
dan agama. Sebagaimana dijelaskan berikut:
a. Perkembangan Politik
Pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik islam dalam keadaan stabil,
usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Karena perluasan daerah
terjadi dengan cepat, Umar Radhiallahu ‘anhu segera mengatur administrasi negara
dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Perluasan
penyiaran Islam ke Persia sudah dimulai oleh Khalid bin Walid pada masa Khalifah Abu
Bakar, kemudian dilanjutkan oleh Umar. Tetapi dalam usahanya itu tidak sedikit tantangan
yang dihadapinya bahkan sampai menjadi 11 peperangan. Kekuasaan Islam sampai ke
Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang
mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika
Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). 12
Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah,
Madinah, Syiria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Pada masa Umar bin khatab
mulai dirintis tata cara menata struktur pemerintahan yang bercorak desentralisasi. Mulai
sejak masa Umar pemerintahan dikelola oleh pemerintahan pusat dan pemerintahan

11
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam. hal. 54.
12
Abdurrahman, Dudung, dkk., Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta:
LESFI, 2009, Cet.ke-3.
7
Rhefa Peradaban Islam

propinsi. Karena telah banyak daerah yang dikuasai Islam maka sangat membutuhkan
penataan administrasi pemerintahan, maka khalifah Umar membentuk lembaga
pengadilan, dimana kekuasaan seorang hakim (yudikatif) terlepas dari pengaruh badan
pemerintahan (eksekutif). Adapun hakim yang ditunjuk oleh Umar adalah seorang yang
mempunyai reputasi yang baik dan mempunyai integritas dan keperibadian yang luhur.
Zaid ibn Tsabit ditetapkan sebagai Qadhi Madinah, Ka’bah ibn Sur al-Azdi sebagai Qadhi
Basrah, Ubadah ibn Shamit sebagai Qadhi Palestina, Abdullah ibn mas’ud sebagai Qadhi
kufah.13
a. Kholifah (Amiril Mukminin)
Berkedudukan di ibu kota Madinah yang mempunyai wewenang kekuasaan.
b. Wali (Gubernur)
Berkedudukan di ibu kota Provinsi yang mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah
Provinsi.
c. Tugas pokok pejabat
Tugas pokok pejabat, mulai dari khalifah, wali beserta bawahannya bertanggung jawab
atas maju mundurnya Agama Islam dan Negara. Disamping itu mereka juga sebagai imam
shalat lima waktu di masjid.
d. Membentuk dewan-dewan Negara
Guna menertipkan jalannya administrasi pemerintahan, Kholifah Umar membentuk
dewan-dewan Negara yang bertugas mengatur dan menyimpan uang serta mengatur
pemasukan dan pengeluaran uang negara, termasuk juga mencetak mata uang Negara.
e. Perkembangan Ekonomi
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, dan setelah Khalifah Umar mengatur
administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di
Persia. Pada masa ini juga mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak
tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga
eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk.
Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa
mata uang, dan membuat tahun hijiah. Dan menghapuskan zakat bagi para Mu’allaf14
f. Perkembangan Pengetahuan
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, sahabat-sahabat yang sangat berpengaruh tidak
diperbolehkan untuk keluar daerah kecuali atas izin dari khalifah dan dalam waktu yang
terbatas. Jadi kalau ada diantara umat Islam yang ingin belajar hadis harus perdi ke
Madinah, ini berarti bahwa penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat
pendidikan adalah terpusat di Madinah. Dengan meluasnya wilayah Islam sampai keluar
jazirah Arab, nampaknya khalifah memikirkan pendidikan Islam didaerah-daerah yang
baru ditaklukkan itu. Untuk itu Umar bin Khatab memerintahkan para panglima
perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan

13
Syuyuti, Jalaluddin al-, Tarikh al-Khulafa, Beirut: Darul Fikr, 1979.
14
Muhammad Husein Haikal, Umar bin Khatthab sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan
kedaulatannya dimasa itu, (Bogor: Pustaka Lintera AntarNusa, 2002), h.45
8
Rhefa Peradaban Islam

Mesjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan. 15

PENUTUP

Kesimpulan
Pemerintahan Abu Bakar punya jati diri sendiri serta pembentukannya yang
sempurna, mencakup kebesaran jiwa yang sungguh luar biasa, bahkan sangat
menakjubkan. Kita sudah melihat betapa tingginya kesadaran Abu Bakar terhadap prinsip-
prinsip yang berpedoman pada Al-Qur'an sehingga ia dapat memastikan untuk
menanamkan pada dirinya batas antara kebenaran untuk kebenaran dengan kebohongan
untuk kebenaran. Prinsip-prinsip dalam Islam, dilukiskan Abu Bakar dengan mendorong
kaum Muslimin memerangi orang-orang yang ingin menghancurkan Islam seperti halnya
orang-orang murtad, orang-orang yang enggan membayar zakat, dan orang-orang yang
mengaku dirinya sebagai nabi. Oleh karena itu Abu Bakar melaksanakan perang Riddah
untuk menyelamatkan Islam dari kehancuran. Perjuangan Abu Bakar tidak hanya sampai
di situ, ia juga melakukan berbagai peperangan demi kemajuan Islam. Bahkan ia tidak
hanya mengorbankan jiwanya, hartanyapun ia korbankan demi Islam. Sampai pada akhir
menjelang wafatnya pun peperangan belum terselesaikan, akan tetapi ia sempat memilih
Umar bin Khatab sebagai penggantinya dengan meminta persetujuan dari kalangan para
sahabat. 'Umar berhasil mengambil alih kepemimpinan dua pertiga wilayah Kekaisaran
Romawi Timur.
Perluasan wilayah ini juga diikuti berbagai pembaharuan. Dalam bidang
pemerintahan dan politik, departemen khusus dibentuk sebagai tempat masyarakat dapat
mengadu mengenai para pejabat dan negara. Pembentukan Baitul Mal menjadi salah satu
pembaharuan 'Umar dalam bidang ekonomi. Segala capaiannya menjadikan 'Umar sebagai
salah satu khalifah paling berpengaruh sepanjang sejarah.

DAFTAR PUSTAKA
1. Amin, Samsul Munir, 2009. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah
2. Abdurrahman, Dudung, dkk., 2009. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik
Hingga Modern, Yogyakarta: LESFI, Cet.ke-3.
3. Amin, Ahmad, 1987. Islam dari Masa ke Masa, terj. Yaumul Islam, Bandung:
Rosda.
4. Syalabi, A., 1983. Sejarah dan Kebudayan Islam, Jilid I, ter. Mukhtar Yahya,
Jakarta: Pustaka al-Husna.
5. Syuyuti, Jalaluddin al Tarikh al-Khulafa, Beirut: Darul Fikr, 1979.
6. Hitti, Philip K., 1970 Dunia Arab Sejarah Ringkas, terj. Ushuludin Hutagalung dan
O.D.P Sihombing, Bandung: Sumur Bandung.
7. Nu’man, Syibli, 1981. Umar yang Agung, Bandung: Penerbit Pustaka.
8. Akkad, Abbas Makmud al, 1978. Kecemerlangan Umar bin Khattab, Jakarta:
Bulan Bintang.
15
Jafri, Syed Hussain Moh., Moralitas Politik Islam, terj. Ilyas Hasan, Jakarta: Pustaka Zahra, 2003.
9
Rhefa Peradaban Islam

9. Mahmudunnasir, Syed, 1988. Islam Konsepsi dan Sejarahnya, terj. Dadang Afandi,
Bandung: CV. Rosida.
10. Jafri, Syed Hussain Moh., 2003. Moralitas Politik Islam,terj. Ilyas Hasan, Jakarta:
Pustaka Zahra.
11. Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Prenada Media, 2004, Cet. ke-2
12. Israr, C., Sejarah Kesenian Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1978, Cet. ke-2, Jilid I.

10

Anda mungkin juga menyukai