Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

A. ARSITEK PERADABAN

Periode khilafah awal merupakan sebuah periode munculnya tatanan sosial baru sebagai
implikasi ajaran islam yang dibawa Muhammad. Islam yang dibawa Muhammad merupakan
nilai-nilai samawi yang baerisi tentang tatanan kehidupan, bukan hanya terkait dengan aspek
eskatologis (ukhrawi) tetapi juga mengatur kehidupan di dunia. Dalam mendeskripsikan
sejarah penyebarn islam periode khilafah awal maka analisis webering dianggap cukup
relevan. Max Weber menekankan bahwa faktor ide atau gagasan atau pemikiran merupakan
faktor yang sangat menentukan adanya perubahan sosial. Dari melihat generasi awal Islam
yang terdiri dari orang-orang berbasis klan yang yang saling berbeda menunjukan bahwa
komunitas baru yang terbentuk semata-mata karena ikatan dan motivasi moralitas-keagamaan
dan tidak terkait dengan politik kekuasaan antara klan. Begitu juga tidak terkait dengan faktor
peningkatan taraf ekonomi karena posisi Nabi secara politik dan ekonomi sangat terjepit
dalam himpitan sosial-politik Mekkah. Inilah argumen-argumen bahwa komonitas islam awal
terbentuk atas dasar moral dan agama.
Komunitas yang dibentuk Nabi pada awalnya hanyalah komunitas sosial-keagamaan
murni. Pada periode makkah, Nabi belum dapat membentuk basis Islam yang kuat.
Muhammad SAW baru berfungsi sebagai Nabi dan Rasul dan belum berfungsi sebagai
pemimpin negara. Pada periode Makkah ini, Nabi belum dapat membentuk basis Islam yang
kuat. Umat Islam di Makkah sebelum hijrah hanyalah merupakan suatu kelompok masyarakat
agama yang sangat lemah. Dakwah Nabi memperoleh tantangan yang sangat serius dan
memberatkann sehingga peradaban-pun belum dapat dibangun pada periode Makkah ini. Hal
ini disebabkan karena belum adanya infra struktur peradaban. Di Madinah, Muhammad SAW
makin memiliki peran kenabian, disamping peran sosial-politik dan peran dalam
permasalahan legislasi. Dari persfektif inilah Nabi memiliki peran fundamental sebagai
arsitek peradaban islam yang merancang tatanan sosial baru bagi umat manusi menuju
kehidupan yang penuh keadaban dan berperadaban. Di Madinah inilah, Nabi mulai
membangun tatanan sosial yang lebih luas secara serius. Embrio-embrio peradaban islam
telah terbentuk peda era madinah ini.
B. PROSES PEMBENTUKAN PERADABAN

Ketika melakukan dakwah islam di mekkah selama 13 tahun, Nabi memperoleh


perlawanan sengit dari kaum kafir Quraisy. Namun posisi Nabi masih aman karena
dilindungi oleh figur Khadijah (istri Nabi) yang merupakan saudagar kaya yang disegani,
disamping figur abu Thalip (paman Nabi) yang memiliki kehormatan di keluarga Bani
Hasyim dan suku Quraisy yang umumnya. Namun ketika kedua orang yang disayangi yang
sekaligus menjadi figur pelindung Nabi wafat, posisi Nabi menjadi tidak aman sehingga
tahun 622 M Nabi melakukan hijrah ke Yatsrib (Madinah).
Di madinah Nabi SAW membangun sebuah negara. Masyarakat Madinah (kaum Anshor)
dan para muslim pendatang dari Makkah (Kaum Muhajirin) mendukung sepenuhnya negara
Madinah yang dibangun atas dasar prestise religius dan moral Muhammad. Persekutuan
antara kelompok Muhajirin dan Anshor yang berimplikasi pada kegusarab sekaligus
kegelisahan kaum kafir Quraisy. Peran peradaban Nabi Muhammad begitu jelas. Nabi
Muhammad telah membentuk sebuah pemerintahan lokal yang didirikan atas pandangan
kenabiannya. Dalam waktu yang cukup singkat pemerintahan lokal Madinah telah mampu
bersaing dengan kaum Quraisy Makkah, dan bahkan kekaisaran Bizantium dan Sasani. Nabi
Muhammad merupakan peletak pondasi kedaulatan sosial-politik umat Islam yang sekaligus
menjadi peletak dasar bagi pengembangan peradaban Islam.

C. KHULAFAUR RASYIDIN

Nabi Muhammad SAW. tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagia pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau
tampaknya menyerahkan persoalan tersebut pada kaum Muslimin sendiri untuk
menentukannya. Karena itulah tidak lama seetelah beliau wafat, belum lagi jenazahnya
dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul dibalai kota Bani Sa’idah,
Madinah. Mereka memusyawarakan siapa yang akan dimilih menjadi pemimpin.
Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun
Ansar sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat islam. Naum dengan semangat
ukhuwah Islamiah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih. Rupanya semangat keagamaan
Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing
menerima dan membaitnya.
Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabad oleh anaknya Hasan selama beberapa
bulan. Namun karena Hasan ternyata lemah, sementara Muawiyah semakin kuat, maka Hasan
membuat perjanjian damai. Perjanjian itu dapat mempersatukan umat islam kembali dalm
suatu kepemimpinan politik, dibawh Muawiyah ibn Abi Sufyan. Disinilah perjanjian itu
menyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolut dalam islam. Tahun 41 H(661M), tahun
persatuan itu dikenal dengan sejarah sebagai tahun Jama’ah (am jama’ah). Dengan demikian
berakhirlah yang disebut dengan masa Khulafa’ur Rasydin dan dimulai kekuasaan Bani
Umayyah dalam sejarah politik islam.
Ketika itu wilayah kekuasaan islam sangat luas. Ekspansi kenegeri-negeri yang sangat
jauh dari puasat kekuasaan dalam waktu tidak lebih dari setengah abad, merupakan
kemenangan terbesar dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai
pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang mentebabkan ekspansi itu demikian
cepat antara lain adalah :
1. Islam, disamping merupakan ajaran yang mengtur hubungan manusia dengan Tuhan,
juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2. Dalam dada para sahabat Nabi tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban
menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwa) keseluruh penjuru dunia. Disamping itu
suku-suku bangsa Arap gemar berperang. Semangat dakwah dan kegemaran
berperang tersebut membentuk suatu kesatuan yang padu dalam diri umat islam.
3. Bizantium dan Persia, dan kekuatan mengakui Timur Tengah pada waktu itu. Mulai
memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan
antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
4. Pertentangan aliran agamadi wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya
kemerdekaan beragama bagi rakyat.
5. Islam datang kedaerah-daerah yang dimasuki dengan sikap simpatik dan toleran, tidak
memaksa rakyat untu mengubah agamanya dan masuk islam.
6. Bangsa Sami dan Palestina dan bangasa Hami di Mesir memandang bangsa Araf lebih
dekat kepada mereka daripada bangsa eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.
7. Mesir, Syria, dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya.

Mulia dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khalifah Rasyidah.
Para khilafah disebut al-Khulafah’al-Rasydun, (khilafah-khilafah yang mendapat petunjuk).
Mereka dipilih melalui proses musyawarah, yang dalam istilah sekarang disebut demokrasi.
Setelah periode ini, pemerintahan islam berbentuk kerajaan. Kekuasan diwariskan secara
turun-temurun.

D. KHALIFAH ABU BAKAR ASH SHIDDIQ

1. Kelahiran Abu Bakar Ash-Siddiq


Abu ash siddiq ( nama lengkapnya ,Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman bin
Amr bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka’bah bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-
Quraisyi. Berarti silsilanya dengan Nabi bertemu pada Murrah bin Ka’ab). dilahirkan pada
tahun 573 M. Dia dilahirkan di lingkungan suku yang sangat berpengaruh dan suku yang
banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Ayahnya bernama ( Abu Kuhafah ) bin Amir bin Amr
bin Ka’ab bin Saad bin Laym bin Mun’ah bin Ka’ad bin Lu’ay, berasal dari suku Quraisy,
sedangkan ibunya bernama Ummu Al Khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym
bin Murrah. Garis keturunan nya bertemu pada neneknya yaitu Ka’bah bin Sa’ad .
Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai
didakwakan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW, dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal keagungan Muhammad.
Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya
untuk Islam. Pengorbanan Abu Bakar terhadap islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah di
tunjukan Rasul sebagai pengganti nya untuk mengimami shalat ketika nabi sakit. Nabi
Muhammad Saw .pun wapat tak lama setelah kejadian tersebut. Karena tidak ada pesan
mengenai siapa penggantinya di kemudian hari, pada saat jenazah Nabi belum dimakamkan
diantara umat Islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-cepat memikirkan pengganti Nabi.
Aturan-aturan yang jelas tentang pengganti Nabi tidak ditemukan, yang ada hanyalah sebuah
mandat yang diterima Abu Bakar menjelang wafatnya Nabi untuk menjadi badal imam
shalat.
Dalam pertemuan tersebut, sebelum kaum Muhajirin datang golongan Khajraz telah
sepakat mencalonkan Salad bin Ubadah, sebagai pengganti Rasul. Akan tetapi suku Aus
belum menjawab atas pandangan tersebut, sehingga terjadilah perdebatan diantara mereka
dan pada akhirnya, Sa’ad bin Ubadah yang tidak menginginkan perpecahan mengatakan
bahwa ini merupakan awal dari perpecahan. Melihat situasi yang memanas, Abu Ubaidah
mengajak kaum Anshar agar bersikap tenang dan toleran,kemudian Basyir bin Sa’ad Abi An-
Nu’man bin Basyir berpidato agar tidak memperpanjang masalah ini. Baik Umar maupun
Abu Ubaidah merasa keberatan atas ucapan Abu Bakar dengan mempertimbangakan sebagai
alasan, diantara nya adalah di tunjuknya Abu Bakar sebagai pengganti Rasul dalam imam
shalat dan ini membuat Abu Bakar lebih berhak menjadi pengganti Rasulullah SAW.
Pembahasan–pembahasan tentang khalifah ini pada akhirnya menimbulkan berbagai aliran
pemikiran dalam islam,dengan terpilihnya Abu Bakar serta pembaiatan nya, resmilah berdiri
kekhalifahan pertama di dunia islam.

Abu Bakar :Peran Dan Fungsinya


Pidato yang di bacakan oleh Abu Bakar dalam kepemerintahan nya sebagai berikut :
“Wahai manusia sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu percayakan , padahal
aku bukan orang yang terbaik diantara kamu. Apabila aku melaksanakan tugasku dengan
baik, bantulah aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku. Kebenaran adalah satu
kepercayaan dan kedustaan adalah suatu penghianatan. Orang yang lemah diantara kamu
adalah orang kuat bagiku sampai aku memenuhi hak-haknya dan orang kuat diantara kamu
adalah lemah bagiku hingga aku mengambil haknya. Insya Allah janganlah salah seorang
dari kamu meninggalkan jihad. Sesungguhnya kaum yang tidak memenuhi panggilan jihad
maka Allah akan menimpakan atas mereka suatu kehinaan. Patuhlah kepadaku selama aku
taat kepada Allah dan Rasul-Nya . jika aku tidak menaati Allah dan Rasulnya sekali kali
jangan lah kamu mentaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kamu “.
Ucapan pertana ketika di bai’at , ini menunjukan garis besar politik dan kebijaksanaan
Abu Bakar dalam pemerintahan.
Diantara kebijaksanaan nya ialah sebagai berikut :
a) Kebijaksanaan Pengurus Terhadap Agama .
Pada awal pemerintahan nya ia di uji dengan adanya ancaman yang datang dari umat
Islam sendiri yang menentang kepemimpinan nya di antara perbuatan makar tersebut
ialah timbulnya orang-orang yang murtad, orang-orang yang tidak mengeluarkan zakat,
orang-orang yang mengaku jadi Nabi dan pemberontakan dari beberapa kabilah.
b) Kebijaksanaan Kenegaraan
Diantara kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan atau kenegaraan sebagai
pulungan ,di uraikan sebagai berikut :
1. Bidang eksekutif
2. Pendelegasian terhadap tugas tugas pemerintahan di Madinah maupun daerah.
Misalnya untuk pemerintahan pusat menujuk Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan,
dan Zaid bin Tsabit sebagai sekretaris dan Abu Ubaidah sebagai bendaharawan.
2. Pertahanan dan keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan–pasukan yang ada untuk mempertahan kan
eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk memelihara stabilitas
di dalam maupun di luar negeri.
3. Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khathab dan selama masa pemerintahan
Abu Bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti untuk di pecahkan. Hal ini
karena kemampuan dan sifat Umar sendiri, dan masyarakat pada waktu itu dikenal ‘alim.
4. Sosial ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait Al Mal, di dalam nya di kelola harta benda yang di dapat dari
Zakat , Infaq , Sedekah , Ghanimah dan lain lain .

Dari pembahasan–pembahasan di atas, dapat di simpulkan bahwa, pengangkatan


khalifah dalam kekhalifahan pertama berjalan dengan musyawaroh dengan aklamasi
menerima dan mengangkat Abu Bakar, walaupun di antara sahabat, ada yang tidak ikut
dalam pembai’atan dan pada akhirnya mereka melakukan sumpah setia. Dengan demikian,
secara nyata pengengkatan Abu Bakar sebagai khalifah di setujui.

3. Penyebaran Islam Pada Masa Abu Bakar


Setelah pergolakan dalam negeri berhasil di padamkan ( terutama memerangi orang-orang
murtad ) Khalifah Abu Bakar menghadapi kekuatan Persia dan Romawi yang setiap saat
berkeinginan menghancurkan eksistensi islam. Untuk menghadapi Persia, Abu Bakar
mengirim tentara Islam dibawah pimpinan Khalid bin Walid dan Mutsana bin Haritsa dan
berhasil merebut beberapa daerah penting Irak dan kekuasaan Persia. Adapun untuk
menghadapi romawi Abu Bakar memilih empat panglima Islam terbaik untuk memimpin
beribu ribu pasukan di empat front, yaitu Amr bin Al-Ash di fron Palestina, Yazid bin Abi
Sufyan di front Damaskus, Abu Ubaidah di front hims, dan Syurahbil bin Hasanah di front
Yordania. Empat pasukan ini kemudian dibantu oleh Khalid bin Walid yang bertemu di front
Siria.

4. Faktor keberhasilan khalifah Abu Bakar


Faktor keberhasilan Abu Bakar yang lain adalah dalam membangun pranata sosial di
bidang politik dan pertahanan keamanan. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari sikap
keterbukaannya, yaitu memberikan haak dan kesempatan yang sama kepada tokoh-tokoh
sahabat untuk ikut membicarakan berbagai masalah sebelum iya mengambil keputusan
melalui forum musyawarah sebagai lembaga legeslatif. Hal ini mendorong para tokoh
sahabat, khususnya dan umat islam umunya, berpartisipasi aktif untuk melaksanakan
berbagai keputusan yang dibuat. Adapun tugas-tugas eksklusif ia delegrasikan kepada pada
sahabat, baik untuk pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun pemerintahan
di daerah. Untuk menjalankan tugas- tugas pemerintah di Madinah, ia mengangkaat Ali bin
Abi Thalib, Utsman bin Affan, dan Zaid bin Tsabit sebagai katib (sekretaris),dan Abu
Ubaidah sebagai bendahara untuk mengurus Baitul Mal.

5. Peradaban Pada Masa Abu Bakar


Bentuk peradaban paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar yang di
lakukan masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Quran. Abu Bakar Ash
Siddiq memerintah Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-qur’an dari pelepah qurma, kulit
binatang dan dari hapalan kaum muslimin. Hal ini dilakukan sebagai usaha menjaga
kelestarian Al-Qur’an setelah syahidnya beberapa orang penghafal Al-Qur’an pada perang
Yamamah .
Selain itu peradaban islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar terbagi
beberapa tahapan yaitu :
1. Dalam bidang pranata sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan sosial rakyat
2. Praktik pemerintahan khalifah Abu Bakar terpenting lain nya adalah mengenai
suksesi kepemimpinan atas inisiatif nya sendiri dengan menunjukan Umar bin
Khatab untuk menggantikan nya .
Sesuai dengan isi perjanjian tertulis tersebut, dan telah mendapat persetujuan dari
sebagian muslimin, setelah ia meninggal, Umar bin Khatab di kukuhkan oleh kaum muslimin
menjadi khalifah kedua dalam satu bai’at umum yang berlangsung di mesjid nabawi .
Dari penunjukan umar tersebut, ada beberapa hal yang perlu dicatat :
1. Abu bakar dalam menunjukan umar tidak meninggalkan asas musyawarah
2. Abu bakar tidak menunjuk salah seorang putranya atau kerabatnya melainkan
memilih seorang yang mempunyai nama dan mendapatkan tempat di hati masyarakat
serta di segani oleh rakyat karena sifat sifat yang terpuji yang dimilikinya .
Pengukuhan umar menjadi khalifah sepeninggalan abu bakar berjalan dengan baik dalam
satu bai’at umum dan terbuka tanpa ada pertentangan di kalangan kaum muslimin sehingga
obsesi Abu Bakar untuk mempertahankan keutuhan umat Islam dengan cara penunjukan itu
terjamin .
Akhirnya tatkala abu bakar merasa kematian nya telah dekat dan sakitnya semakin parah,
dia ingin untuk memberikan kekhalifahan kepada seseorang sehingga di harafkan manusia
tidak banyak terlibat konflik jatuhlah pilihan nya kepada Umar bin Khathab . dia meminta
pertimbangan dari sahabat-sahabat senior . mereka semua mendukung pilihan Abu Bakar dia
pun menulis wasiat untuk itu , lalu dia mambai’at Umar, beberapa hari setelah itu, Abu Bakar
meninggal ini terjadi pada bulan Jumadil Akhir tahun 13 H /634 M.
Abu Bakar memanggil Utsman dan mendikktekan teks perintah yang menunjuk Umar
sebagai penggantinya. Beliau meninggal dunia pada hari Senin 23 Agustus 624 M. Shalat
jenazah di pimpin oleh Umar, dan beliau di makamkan di rumah Aisyah, di samping makam
Nabi beliau berusia 63 tahun ketika meninggal dunia , dan ke khalifahan nya berlangsung
selama 2 tahun 3 bulan 11 hari .

B. KHALIFAH UMAR IBN AL-KHATHTHAB


1. Kelahiran Umar Ibn Al –Khaththab
Umar ibn Khaththab bin Nufail bin Abd Al-Uzza bin Ribah bin Abdillah bin Qart bin
Razali bin ‘Adi bin Ka’ab bin Lu’ay adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar
Ash-Shiddiq. Dia adalah salah seorang sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah Nabi
Muhammad SAW. Kebesarannay terletak pada keberhasilannya, baik sebagai negarawan
yang bijaksana maupun sebagai mujtahid yang ahli dalam membangun Negara besar yang
ditegakan atas prinsip-pirinsip keadilan, persamaan, dan persaudaraan yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW. Dalam banyak hal, Umar ibn Al-Khaththab di kenal sebagai tokoh
yang sangat bijaksana dan kreatif, bahkan genius .

2. Latar Belakang Kehidupan Umar ibn Al- Khaththab


Umar ibn Al-khaththab dilahirkan di Mekah dari keturunan suku Quraisy yang
terpandang dan terhormat. Ia lahir empat tahun sebelum terjadinya perang Fijar atau
sebagaimana yang ditulis oleh Muhammad Al-Khudari Bek, tiga belas tahun lebih muda dari
Nabi Muhammad SAW . Sebelum masuk Islam, Umar termasuk di antara kaum kafir
Quraisy yang paling di takuti oleh orang orang yang sudah masuk islam. Dia adalah musuh
dan penentang Nabi Muhammad SAW yang paling ganas dan kejam, bahkan sangat besar
keinginanya untuk membunuh Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya . Dia sering
menyebar fitnah dan menuduh Nabi Muhammad sebagai penyair tukang tenung .

3. Pengangkatan Umar ibn Al-Khaththab sebagai Khalifah


Abu Bakar sebelum meninggal pada tahun 634 M./ 13 H.menunjuk Umar ibn Al-
Khaththab sebagai penggantinya. Kendatipun hal ini merupakan perbuatan yang belum
pernah terjadi sebelumnya, tampaknya menunjukan ini bagi Abu Bakar merupakan hal yang
wajar untuk di lakukan. Ada beberapa faktor yang mendorong Abu Bakar untuk menunjuk
Umar menjadi khalifah. Pertama, kekhawatiran peristiwa yang sangat menegangkan di
Tsaqifah Bani Sa’idah yang nyaris menyeret umat Islam kejurang perpecahan akan terulang
kembali, bila ia tidak menunjuka seorang yang akan menggantinya. Kedua, kaum Anshar dan
Muhajirin saling mengklami sebagai golongan yang berhak menjadi khalifah. Ketiga, umat
Islam pada saat itu baru saja selesai menumpas kaum Murtad dan pembangkang. Sementara
sebagian pasukan mujahidin sedang bertempur di luar kota Madinah melawan tentara
Persiadi satu pihak dan tentara Romawi di pihak lain.

4. Ekspansi Islam Masa Pemerintahan Khalifah Umar Ibn Al-Khaththab


Selama sepuluh tahun pemerintah Umar (13 H, /634 M. -23 h. / 644 M.), sebagian besar
ditandai oleh penaklukan-penaklukan untuk melembarkan pengaruh Islam keluar arab.
Sejarah mencatat, Umar telah berhasil membebaskan negri-negri jajahan Imperium Romawi
dan Persia yang di mulai dari awal pemerintahanya, bahkan sejak pemerintahan sebelumnya
Faktor-faktor yang melatar belakangi timbulnya konflik antara umat Islam dengan bangsa
Romawi da Persia yang pada akhirnya mendorong umat Islam mengadakan penaklukan
negeri Romawi dan Persia, serta negeri-negri jajahanya karena: PERTAMA, bangsa Romawi
dan Persia tidak menaruh hormat terhadap maksud baik Islam ; KEDUA , semanjak Islam
masih lemah , Romawi dan Persia selalu berusaha menghancurkan Islam ; KETIGA , bangsa
Romawi dan Persia sebagai Negara yang subur dan terkenal dengan kemakmuranya , tidak
berkenan menjalani hubungan perdagangan dengan Negara-Negara arab ; KEEMPAT,
bangsa Romawi dan Persia bersikap ceroboh menghasut suku-suku Badui untuk menentang
pemerintah Islam dan mendukung musuh –musuh islam ; dan KELIMA , letak geografis
kekuasaan Romawi dan Persia sangat strategis untuk kepentingan keamanan dan pertahanan
islam .
Pada tahun 637 M./ 16H. , Persia bermaksud membalas kekalahannya , sehingga terjadi
peperangan di Jakilah . Namun, maksud tersebut tidak dapat terwujud , bahkan pasukan
Persia terdesak dan kota Hulwan dikuasai juga oleh pasukan Islam-Arab pertempuran terjadi
di Nahawan pada tahun 642 m./21 H. Dalam pertempuran ini, pasuka Persia dapat di
tundukan secara mutlak. Dengan demikian, seluruh Wilayah kekuasaan menjadi wilayah
kekuasaan pemerintah Islam . Kota Damaskus, salah satu pusat Siria yang paling jatuh di
tangan pasukan Islam-Arab pada tahun 635 M./ 14 H. dibawah komando Abu Ubaidah.
Ketika Romawi (bizantium) memutuskan untuk melakukan serangan balasan secara besar
besaran terhadap para penyerang , pasukan Abu Ubaidah mampu menghadapinya dengan
kekuatan penuh pada pertempuran Yarmuk pada tahun 16 H./ 631 M. Mesir secara
keseluruhan berada di bawah kekuasaan Islam-Arab setelah penyerahan Iskandariyah
(Alexsandaria), ibu kota Mesir dan ibukota kedua bagi kekaisaran Romawi timur pada tahun
642 M./21 H. Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola administratif
pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan.

C. KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN


1. Kelahiran Utsman bin Affan
Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayah bin Abd Al
Manaf dari suku Quraisy. Lahir pada tahun 576 M, enam tahun setelah penyerangan Ka’bah
oleh pasukan bergajah atau enam tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW. Ibu khalifah
Utsman bin Affan adalah Urwy bin Kuraiz bin Rubi’ah bin Habib bin Abdi Asy Syams bin
Abd Al-Manaf . Ia dijuluki dzun-nurain, karena menikahi dua putrid Rasulullah, secara
berurutan setelah yang satu meninggal, yakni Ruqayyah dan Ummu Kulsum.

2. Proses Pengangkatan Khalifah Utsman Bin Affan


Sebelum meninggal .’Umar telah memanggil 3 calon penggantinya , yaitu Utsman, Ali
dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Umar berpesan agar penggantinya tidak mengangkat kerabat
sebagai pejabat (Munawir Syadzali,1993:30)
Mekanisme pemilihan khalifah di tentukan sebagai berikut :
a. Yang berhak menjadi khalifah adalah yang di pilih oleh anggota formatur dengan
suara terbanyak .
b. Apabila suara terbagi secara berimbang 3:3 Abdullah bin Umar yang berhak
menentukan nya
c. Apabila campur tangan Abdullah bin Umar tidak di terima calon yang di pilih
oleh Abd Ar Rahman bin Auf harus di angkat menjadi khalifah
d. Jika ada yang menentangnya wajib di bunuh .
3. Peradaban Pada Masa Utsman Bin Affan
Karya besar monumental khalifah Utsman bin Affan adalah membukukan Mushaf AL-
Qur’an. Pembukuan ini di dasarkan atas alasan dan pertimbangan untuk mengakhiri
perbedaan bacaan di kalangan umat islam yang di ketahui pada saat ekspedisi militer ke
Armenia dan Azerbaijian. Pembukuan ini di laksanakan oleh suatu panitia yang di ketuai oleh
Zaid bin Tsabit.

D. KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB


1. Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib
Pengukuhan Ali menjadi khalifah tidak semulus pengukuhan tiga orang sebelumnya. Ali
dibai’at di tengah-tengah susunan berkabung atas meninggalnya Utsman, pertentangan dan
kekacauan, serta kebingungan umat islam Madinah .

2. Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib


Ali adalah putra Abi Thalib ibn Abdul Muthallib, ia adalah sepupu Nabi Muhammad
SAW yang kemudian menjadi menantunya karena menikahi putri Nabi Muhammad SAW,
Fatimah. Iya telah ikut bersama Rasulullah SAW sejak bahaya kelaparan mengancam kota
Mekah dan tinggal di rumahnya. Ia masuk Islam ketika usianya sangat muda dan termasuk
orang yang pertama masuk Islam dari golongan pria. Pada saat Nabi menerima wahyu
pertama, Ali berumur 13 tahun, menurut A.M. Saban, sedangkan menurut Mahmudunnasir,
Ali berumur 9 tahun . Ali termasuk orang yang pandai memainkan pedang dan pena, bahkan
dia dikenal sebagai seorang orator. Ia juga seorang yang pandai dan bijaksana.
Pemerintahan Khalifah Ali dapat dikatakan sebagai pemerintahan yang tidak stabil karena
adanya pemberontakan dari kaum Muslimin. Pemberontakan diawali oleh penarikan bai’at
oleh Thalhah dan Zubair, karena alasan bahwa Ali tidak memenuhi tuntutan mereka untuk
menghukum pembunuh khalifah Ustman. Khalifah Ali telah berusaha untuk menghindari
pertumpahan darah dengan mengajukan kompromi, tetapi beliau tidak berhasil sampai
akhirnya terjadi pertempuran antara khalifah Ali bersama pasukannya dengan Thalhah,
Zubair, dan Aisyah bersama pasukannya. Perang ini terjadi pada tahun 36 H. Thalhah dan
Zubair terbunuh ketika hendak melarikan diri dan Aisyah dikembalikan ke Madinah. Dan
puluhan ribu umat Islam gugur dalam peperangan ini.
Peperangan antar umat Islam terjadi lagi yaitu antara khalifah Ali bersama pasukannya
dan Muawiyah sebagai gubernur Suriah bersama pasukannya. Peperangan ini terjadi di kota
Shiffin pada tahun 37 yang hampir saja dimenangkan oleh khalifah Ali. Namun, atas
kecerdikan Muawiyah, yang mengacungkan Al-Qur’an dengan tombaknya, yang mempunyai
arti bahwa mereka mengajak berdamai. Khalifah Ali mengetahui bahwa hal tersebut adalah
tipu muslihat, namun karena didesak pasukannya, khalifah Ali menerima tawaran tersebut.
Akhirnya terjadi peristiwa tahkim yang secara politis khalifah Ali mengalami kekalahan.

3. Peristiwa Tahkim Pada Masa Ali bin Abi Thalib


Konflik politik antara Ali ibn Abi Thalib dengan Mawiyah ibn Abi sufyan diakhiri
dengan tahkim. Dari pihak Ali ibn Abi Thalib di utus seorang ulama yang terkenal sangat
jujur dan tidak ‘’cerdik ‘’ dalam politik , yaitu Abu Musa Al-Asy’ari sebaliknya, dari pihak
Muawuyah Ibn Abi Sufyan diutus seorang yang terkenal ‘’cerdik ‘’ dalam berpolitik yaitu
Amr ibn Ash . Dalam kisah lain di ceritakan bahwa kematian khalifah Ali di akibatkan oleh
pukulan pedang beracun Abdurrohman ibn Muljah, sebagai mana di jelaskan Philip K hitty
bahwa :
“Pada 24 Januari 661 Ali sedang dalam perjalanan menuju mesjid Kufah ia terkena
hantaman pedang beracun di dahinya. Pedang yang mengenai otaknya tersebut diayunkan
oleh seorang pengikut kelompok khawarij Abd Ar-Rahman ibn Muljah yang ingin membalas
dendam atas kematian keluarga seorang wanita ,temannya yeng terbunuh di Nahrawan.
Suatu tempat terpencil di dekat Kufah yang menjadi makam ali, kini masyad ali di Najaf, ber
kembang menjadi salah satu pusat ziarah terbesar dalam agama Islam”.

Anda mungkin juga menyukai