Anda di halaman 1dari 21

Perkembangan Islam Pada Zaman Rasulullah

Oleh :

Siti Khoerunnisa

anisaanisa4446@gmail.com

11.2022.1.147

STAI AL AZHARY,CIANJUR,JAWA BARAT

N. Ulfi Alawiah

Ulfialawiah2910@gmail.com

11.2022.1.094

STAI AL AZHARY,CIANJUR,JAWA BARAT

Hesti Nurizkia

Hestinurizkia9@gmail.com

STAI AL AZHARY,CIANJUR,JAWA BARAT

Ririn Rodiah

Ririnrodiah2829@gmail.com

STAI AL AZHARY,CIANJUR,JAWA BARAT


Abstrak

Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW membawa negara


Arab yang awalnya terbelakang, bodoh, tidak beradab dan tidak populer serta
terabaikan menjadi negara maju, dengan cepat ia bergerak mengembangkan dunia,
membangun kebudayaan dan peradaban. hal ini sangat penting dalam
sejarah umat manusia sampai sekarang. Peristiwa penting yang menunjukkan
kebijaksanaan Muhammad terjadi pada usia 35 tahun ketika bangunan Kabah
rusak parah. Renovasi kabah dilakukan secara gotong royong, masyarakat
Makkah secara sukarela berkontribusi dalam pekerjaan tersebut. Namun di saat-
saat terakhir, ketika tugas mengangkat dan mengembalikan hajarul aswad itu ke
tempat semula, timbullah perselisihan karena masing-masing suku merasa berhak
melakukan tugas terakhir dan paling terhormat. shafa menjadi
hakim yang memutuskan sesuatu. Nabi Muhammad SAW masuk terlebih
dahulu. beliau juga di percaya sebagai hakim. Ia kemudian membentangkan
kain dan meletakkan hajar aswad di tengah tengah lalu meminta seluruh
pemimpin suku untuk memegang ujung kain tersebut dan mengangkatnya. Setelah
mencapai ketinggian tertentu, Muhammad meletakkan batu
itu kembali pada tempatnya. Dengan cara ini, perselisihan
dapat diselesaikan dengan bijaksana, dan semua pemimpin suku merasa puas
dengan solusi tersebut. Nabi Muhammad segera kembali ke Madinah. Beliau
mengatur organisasi masyarakat Kabila yang memeluk Islam. Petugas agama
dan dai dikirim ke berbagai daerah dan mereka mengajarkan ajaran Islam,
menegakkan keadilan dan mengumpulkan zakat. Dua bulan setelah itu, Nabi
menderita demam. tenaganya berkurang dengan cepat. Pada hari Senin tanggal 12
Rabiul Awal 11 H/8 Juni 632 M, Nabi Muhammad SAW wafat di rumah istrinya
Aisyah. Dari riwayat Nabi dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW
bukan hanya seorang pemimpin agama tetapi juga seorang negarawan, pemimpin
politik dan administrasi yang terampil. Hanya dalam sebelas tahun menjadi
pemimpin politik, ia mampu menguasai Jazirah Arab.
Abstrak

Islam which was revealed to the Prophet Muhammad SAW brought the Arab
country which was initially backward, ignorant, uncivilized and unpopular and
neglected to become a developed country, he quickly moved to develop the world,
build culture and civilization. this is very important in the history of mankind until
now. An important event that shows the wisdom of Muhammad occurred at the
age of 35 when the building of the Kaaba was badly damaged. The renovation of
the Kaaba was done in mutual cooperation, with the people of Makkah
voluntarily contributing to the work. But at the last moment, when the task of
lifting and returning the hajarul aswad to its original place, a dispute arose
because each tribe felt entitled to do the last and most honorable task. shafa
became the judge who decided something. The Prophet Muhammad (PBUH)
entered first. he was also trusted as a judge. He then spread a cloth and placed
the hajar aswad in the center and asked all the tribal leaders to hold the ends of
the cloth and lift it. After reaching a certain height, Muhammad put the stone
back in place. In this way, the dispute was wisely resolved, and all the tribal
leaders were satisfied with the solution. Prophet Muhammad soon returned to
Medina. He organized the organization of the Kabila people who converted to
Islam. Religious officers and preachers were sent to different areas and they
taught the teachings of Islam, enforced justice and collected zakat. Two months
after that, the Prophet suffered from a fever. His strength diminished rapidly. On
Monday 12 Rabiul Awal 11 AH/8 June 632 AD, the Prophet died at the home of
his wife Aisha. From the history of the Prophet it can be concluded that the
Prophet Muhammad was not only a religious leader but also a statesman, a
skilled political and administrative leader. In just eleven years of being a political
leader, he was able to control the Arabian Peninsula.
PENDAHULUAN

Pada hakikatnya, kehadiran Nabi Muhammad SAW di tengah masyarakat


Arab merupakan kristalisasi pengalaman baru dalam dimensi ketuhanan yang
berdampak pada seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk hukum-hukum
yang berlaku saat itu. Keberhasilan Nabi Muhammad dalam memenangkan
kepercayaan negara-negara Arab relatif berumur pendek. Kemampuannya
mengubah cara hidup orang-orang Arab yang tadinya bodoh menjadi orang-orang
yang berakhlak Islami.

Dalam berdakwahnya, Nabi Muhammad SAW tidak hanya menggunakan


aspek kenabiannya dengan menggunakan tabligh, namun juga menggunakan
strategi politik dengan menonjolkan aspek keteladanannya dalam menyelesaikan
permasalahan. Misalnya dakwah di Makkah terbagi menjadi dua, yaitu dakwah
sembunyi-sembunyi dan dakwah di muka umum. Di sini kita melihat strategi Nabi
untuk menyeru umat Islam agar beribadah kepada Tuhan swt. Meski banyak
tantangan besar dari berbagai pihak untuk menunaikan perintah Allah, namun
dengan izin Allah semua yang dilakukan Rasulullah bisa berjalan dengan baik.

Seiring bertambahnya jumlah pengikut Nabi, semakin besar pula


tantangan yang harus dihadapi Nabi, mulai dari metode persuasi diplomatis
hingga tindakan kekerasan yang dilakukan untuk mengakhiri klaim Nabi. Namun
Rasulullah tetap teguh mengirimkan agama Islam.

Kita dapat melihat dengan jelas sistem administrasi dan strategi politik
Nabi setelah terbentuknya negara Madinah. Di sini Islam diperkuat dan
dikembangkan berkat kesatuan visi dan misi umat Islam. Salah satu peradaban
tersebut adalah Piagam Madinah. Nabi Muhammad melalui Piagam Madinah
mencanangkan konsep negara ideal yang bercirikan visi, keterbukaan, partisipasi,
konsep kebebasan, dan tanggung jawab sosial dan politik kolektif.

A. Arab Sebelum Islam

Mekah adalah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di
dunia Arab, baik karena tradisi maupun lokasinya. Jalur perdagangan sibuk yang
menghubungkan Yaman di selatan dan Suriah di utara melewati kota itu. Karena
Kabah terletak di pusat kota, maka Mekah menjadi pusat agama Arab. Kabah
merupakan tempat ziarah mereka yang terdapat 360 berhala di sekitar
berhala utama Hubal. Agama dan masyarakat Arab pada saat itu mencerminkan
realitas kesukuan penduduk Semenanjung Arab yang luasnya satu juta kilometer
persegi. Sebagian besar daerah jazirah arab adalah padang pasir Sahara yang
terletak di tengah dan memiliki kondisi dan karakteristik yang berbeda-beda.

Kabah sudah menjadi tempat suci pada masa pra-Islam dan banyak
dikunjungi oleh pemeluk agama asli Mekkah dan Yahudi yang tinggal di daerah
tersebut. Untuk melindungi para peziarah yang datang ke kota tersebut, maka
dibentuklah pemerintahan yang semula dimiliki oleh dua suku kuat, yaitu suku
Jurhum (sebagai penguasa politik) dan suku Ismaili (keturunan Nabi Ibrahim).
Setelah itu kekuasaan politik berpindah kepada suku Khuza'ah dan
akhirnya kepada suku Quraisy yang dipimpin oleh Qushai. Suku terakhir ini
mengatur urusan politik dan hal-hal yang berkaitan dengan Ka'bah.

Jika dilihat dari garis keturunannya, penduduk Arab dapat dibedakan


menjadi dua golongan besar, yaitu Qahthaniyu (keturunan Qahthan) dan
Adnaniyu (keturunan Ibnu Ibrahim Islam). Masyarakat, baik masyarakat nomaden
maupun yang menetap, hidup dalam budaya suku Badui. Beberapa keluarga
membentuk kabilah (clan). Perang antar suku sering terjadi, sikap seperti itu sudah
menjadi kebiasaan yang mendarah daging di kalangan masyarakat Arab. Dalam
masyarakat yang suka berperang, nilai perempuan sangatlah rendah. Keadaan ini
berlanjut hingga lahirnya agama Islam.

Akibat peperangan yang terus-menerus, kebudayaan mereka tidak


berkembang sehingga materi sejarah Arab pra-Islam sangat sulit diperoleh dari
dunia Arab. Ahmad syalabi mengatakan, sejarah Arab baru bisa diketahui sekitar
150 tahun sebelum lahirnya Islam.

Kehidupan sosial masyarakat Arab pada masa itu hanya diketahui dari
adanya syair-syair berbahasa Arab. syair adalah salah satu seni terindah yang
dihargai dan dipuji oleh negara Arab. Penyair mempunyai kedudukan yang sangat
tinggi dalam masyarakat Arab. Salah satu pengaruh syair bagi masyarakat Arab
adalah dapat mengangkat derajat seseorang yang tadinya dipandang hina, atau
sebaliknya merendahkan derajat seseorang yang tadinya mulia.

Berkembangnya kebudayaan daerah Arab sebelum bangkitnya Islam


disebabkan adanya pengaruh kebudayaan bangsa-bangsa disekitarnya yang
berkembang lebih awal dibandingkan kebudayaan dan peradaban Arab. Pengaruh
tersebut masuk jazirah Arab melalui banyak jalur, termasuk hubungan dagang
dengan negara lain, protektorat kerajaan, Hira dan Ghassan, serta melalui
masuknya Yahudi dan Kristen.

Meskipun agama Yahudi dan Kristen masuk ke Jazirah Arab, sebagian


besar masyarakat Arab tetap menganut agama aslinya, yaitu kepercayaan kepada
dewa yang diwujudkan dalam berhala dan patung. Masyarakat Arab mempunyai
ciri khas tersendiri lugas, sederhana, keras, yang tercermin pada masyarakat
primitif dan perawan. Namun mereka mempunyai kelebihan terutama dalam hal
peperangan, persaudaraan (suku), bahkan bahasa dan sastra, sehingga mereka
dikenal sebagai bangsa yang memiliki hafalan yang kuat. Menurut Al-Qur'an,
mereka disebut sebagai bangsa Ummi.

B. Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW


1. Sebelum Masa Kerasulan (Kelahiran Nabi Muhammad)
Pada hakikatnya, kehadiran Nabi Muhammad SAW di tengah masyarakat
Arab merupakan kristalisasi pengalaman-pengalaman baru dalam dimensi
ketuhanan yang berdampak pada seluruh aspek kehidupan masyarakat,
termasuk hukum-hukum yang berlaku pada saat itu. Keberhasilan nabi
muhammad dalam memenangkan kepercayaan bangsa arab pada waktu yang
relatif singkat mampu mengubah cara hidup masyarakat Arab. Beberapa nilai
budaya Arab pra-Islam dibentuk oleh masyarakat Muhammad dan sampai
batas tertentu berlanjut dalam tatanan moral Islam.
Nabi Muhammad lahir pada tahun gajah, tahun ketika tentara gajah.
Abraham menyerbu Mekah untuk menghancurkan Ka'bah. Namun pasukan
Abraham mengalami kehancurkan. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 570
Masehi. (12 Rabiul Awal). Halimah dari suku Banu Sa'ad dipercaya
untuk mengasuh dan membesarkan Nabi Muhammad SAW. asuhan Halimah
sampai Nabi berumur 6 tahun.
pada usia 6 tahun. Nabi Muhammad kehilangan kedua orang tuanya.
Ketika Aminah ibu nabi meninggal dunia, maka kakek Nabi Abdul Muthalib,
mengambil alih pengasuhan Nabi. Namun dua tahun kemudian, Abdul
Muthalib meninggal karena rentan. Tanggung jawab kemudian diserahkan
kepada Abu Thalib, paman Nabi. Pamannya sangat dihormati dan disegani
oleh Orang quraisy dan seluruh penduduk Mekah, tapi dia miskin. Di usia
yang muda, Nabi Muhammad hidup sebagai pengembala kambing
keluarganya dan kambing orang Mekah. Melalui kegiatan pengembala
tersebut, nabi menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Perbuatan ini
menjauhkannya dari segala hawa nafsu duniawi, sehingga terhindar dari
segala noda yang dapat mencoreng namanya. Itulah sebabnya Nabi sejak dini
dijuluki al-amin (orang yang dapat dipercaya).
Nabi tidak hanya berjuluk Al-Amin, namun beliau juga seorang yang
bijak. Peristiwa penting yang menunjukkan kebijaksanaan Nabi Muhammad
SAW terjadi saat beliau berusia 35 tahun. Saat itu, bangunan Kabah rusak
parah. Perbaikan Ka'bah berlangsung secara gotong royong. Penduduk
Mekkah dengan senang hati membantu pekerjaan tersebut. Namun di saat-
saat terakhir, ketika tiba pekerjaan mengangkat Hajar Aswad dan
mengembalikannya pada tempatnya, terjadi perselisihan pendapat. Setiap
suku merasa berhak melaksanakan tugas terakhir dan terhormat ini.
Perselisihan meningkat, namun akhirnya para pemimpin Quraisy sepakat
bahwa orang pertama yang memasuki Kabah melalui pintu Shafa akan
ditunjuk sebagai hakim untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ternyata Nabi
Muhammad masuk lebih dulu. Akhirnya, ia dipercayakan pekerjaan sebagai
hakim. Ia kemudian membentangkan kain dan meletakkan hajjar aswad di
tengahnya, lalu meminta seluruh pemimpin suku untuk memegang ujung kain
tersebut dan mengangkatnya. Setelah mencapai ketinggian tertentu, Nabi
Muhammad meletakkan batu tersebut di tempat semula. Dengan cara ini
perselisihan dapat diselesaikan dengan bijaksana dan semua pemimpin suku
merasa puas dengan solusi tersebut.
Saat usianya baru 12 tahun, Nabi Muhammad SAW pertama kali
melakukan perjalanan (bisnis) untuk pertama kali Khafilah untuk berdagang
di Siria (Syam). Khafila dipimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan itu, ia
bertemu dengan seorang pendeta Kristen bernama Buhairah di Bushra di
Suriah selatan. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian nabi Muhammad
menurut cerita Kristen.
Ketika Nabi Muhammad berusia 25 tahun, beliau pergi ke Siria dengan
membawa barang-barang saudagar kaya, Khadijah yang sudah lama
menjanda. Nabi Muhammad mendapat keuntungan yang sangat besar dalam
bisnis ini. Khadijah kemudian melamar Nabi, saat itu Nabi Muhammad
berusia 25 tahun dan Khadijah berusia 40 tahun. Khadijah merupakan wanita
pertama yang masuk Islam dan sangat membantu Nabi dalam perjuangannya
menyebarkan Islam. Pernikahan Nabi dengan Khadijah dikaruniai enam
orang anak, dua putra dan empat putri: Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah,
Ummu Kulsum dan Fatimah. Kedua putranya meninggal saat masih bayi.
Nabi Muhammad tidak menikah lagi hingga Khadijah wafat ketika Nabi
Muhammad berusia 50 tahun.
2. Masa Kerasulan

Beberapa kilometer sebelah utara Mekkah, pada hari ke-17 Ramadhan 611
M, malaikat Jibril menampakkan diri kepada Nabi Muhammad SAW di Gua
Hira untuk memberikan wahyu pertama. Ketika nabi berusia sekitar 40 tahun,
allah memilih Muhammad sebagai nabi. pada wahyu ke dua, Nabi SAW
diperintahkan untuk mengajak manusia kepada satu agama.

a. Fase Mekkah
Fanatisme suku Quraisy terhadap agama nenek moyang
memperlambat perkembangan Islam di Mekkah, padahal Nabi
Muhammad sendiri berasal dari suku yang sama. Secara umum,
kebijakan dakwah Nabi Muhammad pada masa Mekkah adalah untuk
menekankan kepemimpinannya dari pada kenabiannya. Oleh karena itu,
argumentasi dengan strategi politik yang menonjolkan aspek
keteladanan dalam penyelesaian berbagai permasalahan sosial
(kesetaraan) lebih tepat dibandingkan aspek kenabiannya dalam
pelaksanaan tabligh.

1) Dakwah Secara Dian-diam


Dengan perintah ini, nabi mulai berdakwah. Pertama, dia
melakukannya secara diam-diam di lingkungannya dan di antara
rekan-rekannya. Oleh karena itu, keluarga dan teman-
temannyalah yang pertama menerima dakwahnya. Satu demi satu,
mereka diajak untuk meninggalkan penyembahan berhala
dan hanya menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Upaya yang
dilakukan berhasil.
Orang-orang beriman yang pertama adalah :
1. Khadijah istrinya sendiri
2. Kalangan muda Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Harits.
3. Dari kalangan budak , Bilal.
4. Sesepuh/Tokoh Masyarakat, Abu Bakar Al-Siddiq.

Ketika Abu Bakar masuk Islam, banyak orang yang


mengikutinya masuk Islam. Orang-orang tersebut dikenal dengan
sebutan Al-Sabiqun al-Awwalun, yaitu orang-orang yang masuk
Islam lebih awal, seperti: Utsman Ibnu Affan, Zubair Ibn
Awwam, Talhah Ibnu Ubaidillah, Fatimah binti Khathab, Arqam
Ibnu Abd. Al-Arqam dan lain-lain. Mereka menerima agama
Islam langsung dari Nabi sendiri.

2) Dakwah Secara Terbuka


Setelah melakukan dakwah secara individu selama
beberapa waktu, Nabi diperintahkan untuk melakukan
dakwah secara terbuka, dan langkah selanjutnya adalah
melakukan dakwah secara umum. Nabi mulai secara terbuka
mengajak seluruh lapisan masyarakat masuk Islam. Setelah
tuduhan yang jelas itu, para pemimpin Quraisy mulai berusaha
mencegah agar Rasul tidak dituduh. Semakin banyak jumlah
pengikut Nabi, semakin sulit pula tantangan kaum Quraisy.
Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong kaum
Quraisy menolak dakwah Islam :
a. Mereka tidak dapat membedakan antara seorang nabi dan
seorang penguasa.
b. Nabi Muhammad menyeruh kepada hak bangsawan dengan
hamba sahaya.
c. Kaum Quraisy tidak bisa menerima doktrin kebangkitan dan
hukuman di akhirat
d. Taklid kepada leluhur merupakan adat istiadat yang berakar di
negara Arab pada tahun Masehi.
e. Pematung dan penjual patung melihat Islam sebagai
penghalang penghidupan.
Para pemimpin Quraisy menggunakan berbagai cara untuk
mencegah tuduhan terhadap Nabi Muhammad SAW, mulai dari
cara-cara diplomasi dengan aseribujurayu hingga tindakan
kekerasan yang dilakukan untuk mengakhiri tuduhan terhadap
Nabi. Namun Nabi Muhammad SAW terus menyebarkan agama
Islam.
b. Fase Madinah
Di sisi lain, keadaan Medina sangat menggembirakan
karena Medina merupakan oase pertanian. Seperti Mekah,
beberapa klan tinggal di Medina, bukan hanya satu suku. Medina
adalah sebuah desa yang tersiksa oleh permusuhan yang sangat
parah dan anarkis antara kelompok suku terkemuka - suku AWS
dan Khazraj. Permusuhan yang berkepanjangan membahayakan
masyarakat kecil dan mendukung berkembangnya masalah-
masalah eksistensial. Berbeda dengan masyarakat Badui,
masyarakat Madinah hidup berdampingan dan tidak berpindah-
pindah.
Medina juga terus mengalami perubahan sosial yang
menolak model masyarakat Badui yang absolut. Kehidupan sosial
Madinah lambat laun diwarnai oleh unsur kedekatan ruang, bukan
kekeluargaan. Ada juga beberapa orang Yahudi yang tinggal di
Madinah, sebagian besar lebih bersifat monoteistik..
Penduduk Yathsrib (Madinah) sebelum Islam terdiri dari
dua suku yaitu suku Arab dan suku Yahudi yang keduanya saling
bermusuhan. Karena aktivitas bisnis Yathsrib berada di bawah
kendali atau ketundukan Yahudi. Ketika permusuhan dan
kebencian tumbuh antara orang-orang Yahudi dan Arab, orang-
orang Yahudi menggunakan taktik memecah belah, menciptakan
dan menyebarkan permusuhan dan kebencian antara suku Aus dan
Khazraj. Penelitian ini berjalan dengan baik dan mereka
mendapatkan kembali posisi yang kuat, terutama di bidang
keuangan. Faktanya, strategi Yahudi memaksa suku Khazraj
bergabung dengan Banu Qainuqah (Yahudi), sedangkan suku Aus
bergabung dengan Banu Qurayzah dan Banu Nadir. Permusuhan
kedua suku ini memuncak pada Perang Bu'as pada tahun 618
Masehi. Setelah perang, baik Aus maupun Khazraj menyadari
akibat dari permusuhan mereka, sehingga mereka berdamai.
Setelah kedua suku berdamai dan suku Khazraj pergi ke
Mekah dan setelah Nabi Muhammad melihat rombongan mereka di
kamp di Mekah. Beliau memperkenalkan Islam dan menyeru
mereka pada tauhid Allah SWT karena mereka sebelumnya telah
mendengar ajaran Taurat dari orang Yahudi dan tidak
mengetahuinya. Karena asing dengan ajaran Nabi, mereka
mengumumkan masuk Islam dan berjanji akan mengajak
masyarakat Yastrib untuk masuk Islam. Sesampainya di Yathsrib,
mereka menceritakan kepada masyarakat tentang Nabi Muhammad
SAW dan agama yang dibawanya serta mengajak mereka masuk
Islam. Sejak saat itu, nama Nabi dan Islam menjadi bahan
perdebatan di komunitas Arab Yatsrib.
Setelah peristiwa Isra; dan Mi'raj, merupakan kemajuan
penting dalam pengembangan dakwah Islam. Perkembangan
tersebut datang dari beberapa penduduk Yatsrib (Madinah) yang
menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Mereka yang terdiri dari suku
Aus dan Khajraj. Di Yatsrib (Madinah) tanda-tanda kemenangan
sudah terlihat di depan mata Nabi, dan beliau memerintahkan para
sahabatnya untuk pindah ke sana. Dalam waktu dua bulan, hampir
seluruh umat Islam, sekitar 150 orang, meninggalkan kota Mekkah
untuk mencari perlindungan bersama umat Islam yang baru tiba di
Yatsrib.
Kaum Quraisy sangat terkejut ketika mereka mengetahui
bahwa Nabi telah membuat perjanjian dengan Yatsrib sehingga
mereka takut Muhammad akan bergabung dengan para
pengikutnya di Madinah dan membangun basis yang kuat di sana.
Jika hal ini terjadi, bukan hanya masalah agama saja, tapi juga
masalah ekonomi yang bisa mengakibatkan hancurnya usaha
mereka dan runtuhnya rumah tangga mereka, karena kota Yatsrib
terletak di jalur perdagangan antara Mekkah dan Syam.
Jika masyarakat Yatsrib bermusuhan dengan mereka, bisnis
mereka bisa bangkrut. Oleh karena itu, salah satu jalan yang harus
mereka ambil adalah melakukan sesuatu yang tegas untuk
mengakhiri situasi buruk ini danquot; yang mendatangkan bencana
bagi agamanya dan pintu penghidupannya.
Setelah melihat dampak besar yang dapat merugikan
keuangan dan bisnisnya, mereka pun membuat eksperimen
mengenai apa yang harus mereka lakukan. Setelah persidangan,
satu-satunya pilihan akhirnya adalah membunuh Muhammad, tapi
bagaimana cara membunuhnya? Tentu saja keluarga Muhammad
tidak hanya diam saja, mereka tentu saja akan membunuh orang
yang membunuh Muhammad.
Akhirnya Abu Jahl mengemukakan ide yang paling aman
yaitu: setiap suku harus memilih seorang pemuda untuk dibunuh
bersama. Oleh karena itu, seluruh suku bertanggung jawab atas
kematian Muhammad, dan Bani Abu Manaf tidak dapat meminta
perlindungan terhadap seluruh suku. Akirnya Bani Abu Manaf
hanya menerima pembayaran yang diberikan kepada mereka dari
seluruh suku.
Nabi memberitagukan hal ini kepada Abu Bakar dan Abu
Bakar meminta Nabi untuk menemaninya dalam perjalanan
menuju Yatsrib. Nabi menyetujuinya dan Abu Bakar
mempersiapkan perjalanannya. Kemudian Nabi menyuruh Ali bin
Abi Thalib untuk mengambil tempat tidurnya agar orang-orang
musyrik mengira dia masih tidur. Ali bin Abi Thalib pun
diperintahkan untuk mengembalikan barang-barang yang
dititipkannya kepada pemiliknya. Ketika Nabi dan Abu Bakar
meninggalkan rumah, Nabi melemparkan pasir ke hadapan orang-
orang kafir Quraisy seraya bersabda: “Betapa jeleknya wajahmu
sejenak orang-orang kafir Quraisy, dan mereka tidak mengetahui
bahwa Nabi dan Abu Bakar telah meninggalkan rumah.
Nabi Muhammad meninggalkan rumahnya pada malam
tanggal 27 Shafar tahun ke-14 lenabian atau 12 September 622 M
Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke
Madinah merupakan kehendak Allah SWT dan rencana agar Islam
dapat disebarluaskan oleh Rasulullah lebih cepat. Selama 13 tahun
Rasulullah mendakwahkan ajaran Islam di Mekkah, Nabi
Muhammad banyak mengalami pertentangan dan permusuhan.
Namun Madinah merupakan kota yang penduduknya lebih
menerima ajaran Nabi dibandingkan penduduk Mekkah.
Masyarakat Madinah menyambut kedatangan Nabi Muhammad
SAW dengan gembira, masyarakat Madinah pun bergegas
memeluk Islam, sehingga Islam berkembang lebih cepat di
Madinah.
1) Pembentukan Sistem Sosial Kemasyarakatan
Peradaban atau kebudayaan pada zaman Nabi Muhammad SAW. Yang
paling kuat adalah perubahan sosial. Perubahan zaman yang mendasar
dari korupsi moral menjadi moral yang beradab. Tulisan Ahmad Al-
Husairy menjelaskan bahwa peradaban zaman Nabi didasarkan pada
prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Muhammad sendiri sebagai
pedoman wahyu.
Yaitu sebagai berikut:
a. Pembangunan Masjid Nabawi
Konon unta Nabi berhenti di suatu tempat, sehingga Nabi
memerintahkan dibangunnya masjid di tempat tersebut. Nabi ikut
serta dalam pembangunan masjid. Dia mengangkat dan
memindahkan batu-batu masjid dengan tangannya. Saat itu, kiblat
sudah berada di depan Baitul Maqdis. Tiang-tiang masjid terbuat
dari batang kurma dan atapnya dari daun lontar. Kamar istrinya
dibuat bersebelahan dengan masjid. Setelah pembangunannya
selesai, Rasulullah menikah dengan Aisyah pada bulan Syawal.
Sejak saat itu, Yatsrib dikenal dengan nama Madinatur Rasul atau
Madinah Al-Munawwarah.
Umat Islam melakukan berbagai aktivitas di masjid ini,
antara lain beribadah, belajar, menyelesaikan perkara, jual beli, dan
merayakan. Tempat inilah yang menjadi faktor yang menyatukan
mereka.
b. Persaudaraan Antara Kaum Muhajirin dan Ashar
Di Negara Islam yang baru dibentuk, nabi meletakkan dasar
bagi organisasi kehidupan sosial dan politik. Ia memperkuat tali
persaudaraan (Ukhwah lslamiyah) antara Ansar dan Muhajirin
serta mempersatukan suku Aus dan Khazraj yang telah lama
menjadi musuh dan bersaing.
Ikatan persaudaraan antara Ansar dan Muhajirin lebih dari
sekedar persaudaraan sedarah karena ikatan tersebut didasari oleh
kepercayaan. Terbukti, apa yang dimiliki Ansari dipersiapkan
sepenuhnya untuk saudaranya Muhajirin. Nabi membawa
persaudaraan di kalangan umat Islam. Kemudian mereka membagi
rumahnya, bahkan istri dan hartanya. Persaudaraan ini lebih kuat
dari persaudaraan yang berdasarkan keturunan belaka. Dengan
adanya persaudaraan ini, Rasulullah menciptakan kesatuan yang
berdasarkan agama menggantikan kesatuan yang berdasarkan suku.
c. Kesepakatan untuk saling membantu antara kaum muslimin dan
kaum non muslim
Ada tiga kelompok masyarakat di Madinah, yaitu Muslim,
Arab, non-Muslim dan Yahudi (Bani Nadhir, Bani Quraizhah dan
Bani Qainuqa"). Nabi membuat perjanjian dengan mereka untuk
menjamin keamanan dan perdamaian. Juga untuk menciptakan
suasana gotong royong dan toleransi antar kelompok tersebut.
d. Peletakan Asas-asas, politik, ekomomi, dan sosial
Islam adalah agama dan sudah sepantasnya menjadi
landasan Islam di negara ini. Pada masa itu diturunkan ayat-ayat
Al-Qur'an untuk menegaskan keabsahan aspek-aspek tersebut,
sebagaimana dijelaskan Nabi dalam perkataan dan perbuatannya.
Jalani kehidupan yang mulia di Madinah, penuh dengan nilai-nilai
terpenting. Di antara anggota masyarakat terdapat persaudaraan
yang jujur dan kuat, solidaritas yang erat. Artinya, inilah
masyarakat Islam pertama yang dibangun Nabi dengan prinsip-
prinsip kekalnya.
Proses peradaban yang dilakukan nabi Yatsrib pada
masyarakat Islam secara sistematis menjadi Madinah (Madinat Ar-
Rasul, Madinah an-Nabi atau Madinah al-Munawwarah).
Pergantian nama tersebut tidak terjadi secara kebetulan, namun
pergantian nama tersebut mencerminkan cita-cita Nabi Muhammad
SAW yaitu terbentuknya masyarakat yang terorganisir, maju dan
beradab, yang kedua adalah pembangunan masjid. Masjid tidak
hanya dijadikan sebagai pusat ritual salat saja, namun juga menjadi
sarana penting untuk mempersatukan umat Islam dalam
memikirkan permasalahan yang mereka hadapi. Selain itu masjid
juga menjadi pusat kegiatan pemerintahan, ketiga Nabi
Muhammad SAW membentuk kegiatan Mu'akhat (persaudaraan),
yaitu Muhajirin (orang yang hijrah dari Makkah ke Yathrib)
menyatukan Anshar (orang) . yang menerima dan membantu
gerakan Muhajirin di Yatsrib). Persaudaraan diharapkan dapat
mengikat umat Islam menjadi satu persaudaraan dan keluarga.
Nabi Muhammad SAW, selain bentuk persaudaraan yang telah ada
sebelumnya, yaitu persaudaraan berdasarkan darah, dibentuk pula
persaudaraan baru, yaitu persaudaraan seiman; keempat, menjalin
silaturahmi dengan pihak non-Muslim lainnya; dan kelima Nabi
Muhammad SAW membentuk pasukan untuk mencegah gangguan
apa pun yang disebabkan oleh musuh.
2) Bidan politik
Kemudian, Nabi SAW. Membuat piagam yang berlaku bagi seluruh
penghuni Yatsrib, baik Muslim maupun non-Muslim (Yahudi). Ibnu
Hasyim menyebut piagam ini sebagai konstitusi pertama Negara Islam
(Daulah Islamiyah).
a. Setiap kelompok mempunyai kepribadian agama dan politiknya
masing-masing. Ini adalah kelompok yang tepat. menghukum
orang yang berbuat salah, dan memberikan rasa aman bagi orang
yang menaatinya.
b. Kebebasan beragama dijamin bagi semua warga negara.
c. Sudah menjadi kewajiban masyarakat Madinah, baik Muslim
maupun Yahudi, untuk saling membantu baik secara moril
maupun materiil. Setiap orang harus bekerja sama untuk
menghalau segala serangan terhadap kota Madinah. Rasulullah
adalah kepala negara masyarakat Madinah. Segala perkara dibawa
kepadanya dan segala perselisihan besar diselesaikan.
Munawir Syadzali (mantan Menteri Agama RI) mencatat bahwa asas-
asas kenegaraan yang terkandung dalam Piagam Madinah adalah :
Pertama, umat Islam merupakan satu umat (ummah), meskipun
berbeda suku; dan kedua, hubungan antar anggota komunitas Muslim
dan hubungan antara anggota komunitas Muslim dengan komunitas
lainnya harus didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
a) Lingkungan yang Baik.
b) saling membantu dalam menghadapi musuh bersama,
c) melindungi orang yang teraniaya,
d) saling menasihati, dan
e) menghormati kebebasan beragama.
Dengan terbentuknya negara Madinah, Islam semakin kuat. Selain
ketiga prinsip dasar di atas, langkah pertama yang diambil Rasullullah
setelah resmi menguasai Madinah adalah menciptakan kesatuan internal
dengan mempertemukan kaum Muhajirin dan Ansar. Langkah ini
diambil sejak awal untuk menghindari terulangnya konflik lama di
antara mereka. Sehingga mencegah munculnya ancaman-ancaman yang
merugikan persatuan dan koherensi umat Islam. Langkah politik ini
sangat cocok untuk meredam pemerataan sosial berbagai gerakan
Yahudi dan kaum munafik (munafik), yang berusaha mengobarkan api
permusuhan antara Aus dan Khazraj. Antar Muhajirin ka Ansar.
Setelah itu, Rasulullah juga berusaha menyatukan visi para
pengikut Nabi dalam rangka membentuk sistem politik baru dan
mempersatukan seluruh masyarakat Madinah, namun di saat yang sama,
Rasulullah juga melakukan penguatan membangun kerukunan.
persetujuan dengan orang-orang Yahudi. Dalam konteks ini,
kepiawaian Nabi dalam membangun sistem untuk memprediksi masa
depan terlihat jelas. Di Madinah, Nabi dapat membentuk struktur
politik, atau negara Madinah, dengan seluruh elemen penduduk
Madinah.
Untuk mengatur roda pemerintahan, seluruh anggota masyarakat
Madinah secara bersama-sama menandatangani sebuah dokumen yang
menguraikan aturan-aturan hidup berdampingan, yang dikenal dengan
Konstitusi atau Piagam Medina. Piagam Madinah merupakan piagam
tertulis resmi pertama dalam sejarah dunia. Contoh pertama adalah
Piagam Hukum Madinah yang mengatur sistem politik dan sosial
masyarakat pada saat itu. Nabi memperkenalkan konsep ini.
Sejarah mencatat bahwa Islam mengenal sistem kehidupan dalam
masyarakat yang majemuk.

Keberagaman yaitu melalui piagam ini. Saat itu umat Islam mulai
hidup berbangsa setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Yatsrib yang
berganti nama menjadi Madinah. Di Madinah, Nabi SAW meletakkan
landasan yang kuat bagi terbentuknya masyarakat baru di bawah
kepemimpinannya. Masyarakat baru ini merupakan masyarakat
majemuk yang berasal dari tiga kelompok penduduk.
1) Muslim ; Muhajirin dan Ansar. Mereka adalah kelompok
mayoritas.
2) Mushrik, masyarakat suku Aus dan Khazraj yang tidak masuk
Islam. Kelompok ini merupakan kelompok minoritas.
3) Yang ketiga adalah orang Yahudi.
Setelah dua tahun hijrah, Nabi mengumumkan aturan dan
hubungan di antara mereka. Kelompok masyarakat tinggal di Madinah.
Melalui Piagam Madinah, Rasulullah SAW ingin memperkenalkan
konsep negara ideal yang diwarnai dengan terwujudnya transparansi
dan partisipasi. Melalui Piagam Madinah, Rasulullah SAW pun
mencoba menjelaskan konsep kebebasan. Dan tanggung jawab sosial
politik kolektif. Oleh karena itu, konsep masyarakat sipil seperti yang
dikenal saat ini erat kaitannya dengan sejarah kehidupan Nabi di
Madinah. Konsep ini juga mempunyai makna ideal dalam proses
nasionalisme dan kenegaraan. Kami menciptakan masyarakat yang adil,
dan terbuka.
C. Tujuan Dakwah Rasulullah SAW
1. Membentuk Kepribadian Islam
Tugas beliau sebagai Rasulullah adalah membentuk pribadi-pribadi
muslim yang kompeten, handal, amanah, dan berakhlak mulia.
Kepribadian muslim ini disebut juga syakhiyyahRabbaniyyah atau Al-
Qur'an yang berjalan. Karena ayat-ayat Al-Quran diwujudkan dalam
kehidupan nyata. Tidak hanya berupa doktrin dan nilai tertulis yang
dihafal lalu dijadikan dzikir sehari-hari.
Seorang Rabbani sekurang-kurangnya mempunyai 10 sifat utama,
yaitu: saliimul aqidah (imannya aman), ibadah shahiihuli (ibadahnya
benar), matunulkhuluq (akhlak mulia), qawiyyuljism (kuat dan sehat
jasmani), mutsaqving. jihadun lii nafsi (berjuang melawan kejahatan
nafsu), harisun'alaawaqtiha (tahu bagaimana menjaga dan
mengendalikan waktu), qadirum 'alalkasbi (mampu berdiri di atas kaki
sendiri), husnu lii syu' unihi (barang yang baik) dan anfa ulinnaas
(bermanfaat bagi orang lain).
2. Membentuk Keluarga Islam
Keluarga Islam adalah keluarga yang anggotanya adalah kaum
Rabbani. Keluarga itu bisa terbentuk dari perkawinan antara seorang
pemadah dengan gadis Rabban, atau dari keluarga yang sudah ada
yang terus menerus dibangun hingga membentuk keluarga Sakinah,
Mawaddah WaRahmah. Keluarga Sakinah merupakan keluarga
bahagia dan keluarga bahagia antar anggota keluarga.
3. Membentuk masyarakat islam
Masyarakat Islam merupakan masyarakat yang mencintai nilai-
nilai Al-Quran dan Sunnah sehingga berdiri tegak di muka bumi.
Mereka menjauhkan diri dari kemusyrikan, shalat, membayar zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, menunaikan ibadah haji bagi yang
mampu, dan masyarakat sibuk dengan amal shaleh dan shaleh yang
diridhai Allah.
4. Membentuk Khilafah Islam
Khilafah mempunyai dua makna, yaitu kemakmuran bumi dan
penguasa bumi berdasarkan syariat Islam. Islam sebagai sistem
kepercayaan, Syariah dan moralitas tidak dapat dibangun tanpa otoritas
atau khalifah. Oleh karena itu, untuk mendirikan Islam, Nabi harus
mempunyai landasan kekuasaan dan negara. Maka dia pindah ke
Madinah untuk menyelamatkan agama dan umatnya serta menerapkan
syariat Islam.
5. Menjadi Guru Dunia
Islam adalah agama seluruh alam semesta dalam arti seluas-
luasnya. Bukan hanya dalam urusan keimanan dan ibadah, namun juga
dalam pemeliharaan dan kesejahteraan bumi. Islam memimpin dan
menjadi guru dunia, guru peradaban yang penuh keindahan dan
kegembiraan cinta. Sebagaimana sejarah Islam telah menunjukkan
kepada dunia selama berabad-abad. Eropa dan Barat saat ini sudah
maju dan cemerlang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, namun
pengaruh peradaban dan kebudayaan Islam melalui pintu Eropa yaitu
Andalusia (Spanyol). Dari situlah peradaban Islam kemudian
mempengaruhi dunia Barat.

KESIMPULAN

Pada tanggal 17 Ramadhan 611 M, malaikat Jibril menampakkan diri


kepada Nabi Muhammad SAW di gua Hira untuk menyampaikan wahyu dari
Allah SWT. Nabi SAW disuruh mengajak manusia kepada satu agama, yaitu
Islam. Masa dakwah Nabi SAW terbagi menjadi dua fase, yaitu fase Mekkah dan
Madinah.

Pada fase Mekkah, kebijakan dakwah Nabi adalah menonjolkan peran


kepemimpinannya dengan menekankan aspek keteladanannya. Dakwah Nabi pada
tahap ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu sembunyi-sembunyi dan umum.

Fase Madinah memiliki beberapa bidang yang dikembangkan sebagai


wujud upaya Rasulullah membentuk negara Islam, antara lain pembentukan
sistem sosial, militer, politik, dakwah, perekonomian, dan sumber pendapatan
negara. Pada tahap ini Islam menjadi agama yang sangat maju dengan satu visi
dan misi, yaitu menjadi negara Islam yang berpedoman pada Al-Quran dan
Sunnah Nabi. Dan Nabilah yang pertama kali memperkenalkan konsep negara
berdaulah islamiah.

DAFTAR ISI

M. Lapidus, Ira, Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
1999
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Depok : Raja
Grafindo Persada, 1993

Nasution Harun, Teologi Islam. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press) 2015

Anda mungkin juga menyukai