Anda di halaman 1dari 21

RESUME MATERI MATA KULIAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

Dosen Pengampu :

Drs. H. Mamat Saeful Qodir

Nama : Santi Nurbayanti


Nim : 2220210078
Kelas : 3C PAI

SEMESTER 3C
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YAMISA SOREANG
2023

1
BAB 1
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PERADABAN ISLAM
A. Pengertian Peradaban Islam
1) Sejarah
Pengertian sejarah secara etimologi berasal dari kata Arab syajarah artinya “pohon”.
Dalam bahasa Inggris peristilahan sejarah disebut history yang berarti pengetahuan tentang
gejala-gejala alam, khususnya manusia yang bersifat kronologis. Sementara itu, pengetahuan
serupa yang tidak kronologis diistilahkan dengan science. Oleh karena itu dapat dipahami
bahwa sejarah itu adalah aktivitas manusia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian
tertentu yang tersusun secara kronologis. Pengertian sejarah juga berarti ilmu pengetahuan
yang berikhtiar untuk melukiskan atau menjelaskan fenomena kehidupan sepanjang
terjadinya perubahan karena adanya hubungan antara manusia terhadap masyarakatnya.
Pengertian sejarah lainnya adalah yang tersusun dari serangkaian peristiwa masa lampau
keseluruhan pengalaman manusia. Dari beberapa pengertian sejarah di atas dapat diketahui
bahwa sejarah itu adalah ilmu pengetahuan yang berusaha melukiskan tentang peristiwa masa
lampau umat manusia yang disusun secara kronologis untuk menjadi pelajaran bagi manusia
yang hidup sekarang maupun yang akan datang. Itulah sebabnya, dikatakan orang bahwa
sejarah adalah guru yang paling bijaksana.
2) Peradaban
Kata peradaban adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah. Juga Diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia dengan Kebudayaan. Padahal istilah peradaban dipakai untuk
bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah. Peradaban sering juga
dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan,
seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks. Jadi
kebudayaan mencakup juga peradaban, tetapi tidak sebaliknya, sebab peradaban dipakai
untuk menyebut kebudayaan yang maju dalam bentuk ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Dalam pengertian kebudayaan direfleksikan kepada masyarakat yang terkebelakang, bodoh,
sedangkan peradaban terefleksikan kepada masyarakat yang sudah maju. Dalam buku ini
pengertian peradaban adalah seperti disebutkan di atas.
3) Makna Islam
Islam yang diturunkan di Jazirah Arab telah membawa bangsa Arab yang semula
terkebelakang, bodoh, tidak dikenal dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa
yang maju dan berperadaban. Ia sangat cepat bergerak mengembangkan dunia membina suatu
kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga
sekarang. Bahkan kemajuan bangsa Barat pada mulanya bersumber dari Peradaban Islam
yang masuk ke Eropa melalui Spanyol. Islam memang berbeda dengan agama lain. Islam
bukan kebudayaan, akan tetapi menimbulkan kebudayaan. Kebudayaan yang ditimbulkannya
dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam. Landasan “peradaban Islam” adalah
“kebudayaan Islam” terutama wujud idealnya, sementara Landasan “kebudayaan
Islam”adalah agama Islam. Jadi agama Islam melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan
hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama Islam Adalah wahyu dari Tuhan. Penulis
Barat banyak yang mengidentikkan “kebudayaan” dan “peradaban” Islam dengan

2
“kebudayaan” dan “peradaban” Arab. Untuk masa periode klasik, pendapat itu mungkin
dapat dibenarkan. Karena, pada masa itu pusat pemerintahan hanya satu dan untuk beberapa
abad sangat kuat. Peranan bangsa Arab di dalamnya sangat dominan. Semua wilayah
kekuasaan Islam mengunakan bahasa Arab sebagai bahasa administrasi. Akan tetapi pada
masa periode pertengahan dan periode modern sudah terdapat “kebudayaan-kebudayaan” dan
“peradaban-peradaban” Islam non-Arab, seperti peradaban Persia, Turki, Urdu di India. Peran
Arab pada masa ini sudah jauh menurun. Bahkan tiga kerajaan besar Islam pada periode
pertengahan tidak satupun yang dikuasai oleh bangsa Arab. Namun meskipun sejak periode
pertengahan sudah terdapat “kebudayaan-kebudayaan” dan “peradaban-peradaban” Islam
non-Arab, semuanya masih dipersatukan oleh Islam yang menjadi landasannya. Oleh karena
itu, dinamai “kebudayaan” dan “peradaban” Islam, bukan “kebudayaan” Arab dan
“peradaban” Arab.

B. Ruang Lingkup Sejarah Peradaban Islam


Ruang lingkup peradaban Islam dapat dilihat dari periode sejarah peradaban Islam.
Menurut Nourouzzaman Shiddiqy Sejarah peradaban Islam dibagi menjadi tiga
Periode;pertama, periode klasik (+650–1258 M); kedua, periode pertengahan (jatuhnya
Baghdad sampai ke penghujung abad ke-17 M) dan periode modern (mulai abad ke-18
sampai sekarang). Sedangkan menurut Harun Nasution Sejarah peradaban Islam dibagi
menjadi tiga periode: pertama, periode klasik (650–1250 an); kedua, periode pertengahan
(1250 – 1800 an) dan periode modern (1800 sampai sekarang).
1. Periode Klasik
Periode Klasik merupakan masa kemajuan, keemasan dan kejayaan Islam dibagi ke dalam
dua fase, yaitu:
a. Fase ekspansi, integrasi dan pusat kemajuan (650 – 1000 M).
b. Fase disintegrasi (1000 – 1250 M).

2. Periode Pertengahan
Periode pertengahan juga dibagi ke dalam dua fase, yaitu:
a. Fase kemunduran (1250 – 1500 M).
b. Fase tiga kerajaan besar (1500 – 1700 M) dan masa kemunduran (1700 –
1800 M).

3. Periode modern (1800 – sekarang) zaman kebangkitan umat Islam.


Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsafkan dunia Islam akan kelemahannya dan
menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan
merupakan ancaman bagi umat Islam.

3
BAB 2
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH SAW
Islam yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad Saw telah membawak bangsa arab
yang semula terbelakang, bodoh, tidak beradap dan tidak terkenal,dan di abaikan oleh bangsa
lain, menjadi bangsa yang maju, ia dengan cepat bergerak mengembangkan dunia,membina
suatu ke budayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga
sekarang.
Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi pada usia
35 tahun, Waktu itu bangunan Ka’bah rusak berat. Perbaikan ka’bah di lakukan secara
gotong royong, para penduduk Mekkah membantu perkerjaan itu dengan sukarela. Tetapi
pada saat terahir.ketika perkerjaan tinggal mengangkat dan meletakkan hajarul aswad di
tembat semula, timbul perselisihan karena setiap suku merasa berhak melakukan tugas terahir
dan terhormat.perselisihan semangkin memuncak maka pemimpin qurais sepakat bahwa
orang yang pertama masuk ke ka’bah melalui pintu shafa, akan di jadikan hakim untuk
memutuskan perkara. Ternya orang pertama masuk itu adalh Nabi Muhammad Saw.Ia pun di
percaya menjadi hakim, Ia lantas membentangkan kain dan meletakkan hajar aswad di
tengah-tengah, lalu meminta seluruh pemimpin suku memengang tepi kain dan
mengangkatnya secara bersama-sama.setelah sampai pada ketinggian tertentu, Muhammad
meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisihan dapat di
selesaikan dengan bijaksana, dan semua kepala suku merasa puas dengan cara penyelesaian
seperti itu.
Nabi Muhammad segera kembali ke Madina. Beliau mengatur organisasi masyarakat
kabila yang telah memeluk agama islam. Petugas keagamaan dan para dai dikirim ke
berbagai daerah dan kabila mengajarkan ajaran-ajaran islam, mengatur peradilan, dan
memungut zakat. Dua bulan setelah itu, Nabi menderita sakt demam. Tenaganya dengan
cepat berkurang. Pada hari senin 12 Rabi’ul Awal 11 H/8 Juni 632 M., Nabi Muhammad Saw
wafat di rumah isterinya aisyah.
Dari perjalan sejarah Nabi ini, dapat di simpulkan bahwa Nabi Muhammad Saw, di
samping sebagai pemimpin agama, juga seorang negarawan, pemimpin politik dan
administrasi yang cakap. Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau
berhasil menundukkan jazirah Arab ke dalam kekuasaannya.

1. Fase Mekkah
Fanatisme bangsa quraisy terhadap agama nenek moyang telah membuat Islam
berkembang di Mekkah walaupun Nabi Muhammad sendiri berasal dari suku yang sama. Ada
dua cara dakwa Rasulullah Saw ialah:

4
A. Secara Diam-Diam
Pertama-tama, beliau melakukannya secara diam- diam di lingkungan sendiri dan di
kalangan rekan-rekannya. Karena itulah, orang pertama kali yang menerima dakwanya adalah
keluarga dan sahabat. Seorang demi seorang diajak agar mau meninggalkan agama berhala
dan hanya mau menyembah Allah yang Maha Esa. Usaha yang dilakukan itu berhasil. Orang-
orang yang mula-mula beriman adalah:
a) Istri beliau sendiri, Khadijah
b) Kalangan pemuda, Ali Ibn Abi Thalib dan Zaid Ibn Harits.
c) Dari kalangan budak, Bilal.
d) Orang tua/tokoh masyarakat, Abu Bakar Al-Shiddiq.

B. Dakwa Secara Terbuka


Setelah beberapa lama berdakwa secara individual turunlah perintah agar Nabi menjalankan
dakwa secara terbuka dan langkah berikutnya ialah berdakwa secara umum. Nabi mulai
menyeru segenap lapisan masyarakat kepada islam secara terang-terangan.

2. Fase Madinah
Masyarakat Madinah Menyambut kedatangan Nabi Muhammmad dengan suka cita, orang-
orang badinah berbondong-bondong memeluk Islam.Oleh karena itu islam lebih cepat
berkembang di Madinah.
1) Pembentukan Sistem Sosial Kemasyarakatan
Dilandasi dengan asas-asas yang diciptakan sendiri oleh Muhammad di bawah bimbingan
wahyu. Diantaranya sebagai berikut.
a. Pembangunan Masjid Nabawi
b. Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Anshar.
c. Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum Muslimin dan non Muslimin
d. Peletakan Asas-asas Politik, Ekonomi, dan Sosial

2) Bidang Politik

Selanjutnya, Nabi Saw. Merumuskan piagam yang berlaku bagi seluruh pendudukan Yatsrib,
baik orang muslim maupun non muslim (Yahudi). Piagam inilah yang oleh IbnuHasyim
disebut sebagai Undang-undang Dasar Negara Islam (DaulahIslamiyah) yang pertama.

a. Setiap kelompok mempunyai pribadi keagamaan dan politik. Adalah hak kelompok,
menghukum orang yang membuat kerusakan dan memberi keamanan kepada orang
patuh.
b. Kebebasan beragama terjamin buat semua warga Negara.

5
c. Adalah kewajiban penduduk madinah, baik kaum muslimin maupun bangsa Yahudi,
untuk saling membantu, baik secara moril atau materil. Semuanya dengan bahu
membahu harus menangkis setiap serangan terhadap kota Madinah.

BAB 3
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN
A. Pengertian Khulafaur Rasyidin.
Al-Khulafa ar-Rasyidin bermakna pengganti-pengganti Rasul yang cendekiawan.
Adapun pencetus nama Al-Khulafa ar-Rasyidin adalah dari orang-orang muslim yang paling
dekat dari Rasul setelah meninggalnya beliau. Mengapa demikian, karena mereka
menganggap bahwa 4 tokoh sepeninggal Rasul itu orang yang selalu mendampingi Rasul
ketika beliau menjadi pemimpin dan dalam menjalankan tugas.
Dalam Al-Qur'an, manusia secara umum merupakan khalifah Allah di muka bumi
untuk merawat dan memberdayakan bumi beserta isinya. Sedangkan khalifah secara khusus
maksudnya adalah pengganti Nabi Muhammad saw sebagai Imam umatnya, dan secara
kondisional juga menggantikannya sebagai penguasa sebuah edentitas kedaulatan Islam
(negara). Sebagaimana diketahui bahwa Muhammad saw selain sebagai Nabi dan Rasul juga
sebagai Imam, Penguasa, Panglima Perang, dan lain sebagainya.
Adapun yang dimaksud dengan khulafaur Rasyidin adalah para pmimpin pengganti
Rosulullah dalam mengatur kehidupan umat manusia yang adil, bijaksana, cerdik, selalu
melaksanakan tugas dengan benar dan selalu mendapat petunjuk dari Allah. Tugas Khulafaur
Rasyidin adalah menggantikan kepemimpinan Rosulullah dalam mengatur kehidupan kaum
muslimin. Jika tugas Rosulullah terdiri dari dua hal yaitu tugas kenabian dan tugas
kenegaraan. Maka Khulafaur Rasyidin bertugas meggantikan kepemimpinan Rasulullah
dalam masalah kenegaraan yaitu sebagai kepala Negara atau Kepala pemerintahan dan
pemimpin agama. Adapun tugas kerosulan tidak dapat digantikan oleh Khulafaur Rasyidin
karena Rasulullah adalah Nabi dan Rosul yang terakhir. Setelah Beliau tidak ada lagi Nabi
dan Rosul lagi.

B. Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq (11-13 H / 632-634 M)


Namanya ialah Abdullah ibn Abi Quhaifah Attamini. Di zaman pra Islam bernama
Abdullah ibnu Ka’bah, Kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Ia termasuk salah
seorang Sahabat yang utama. Julukannya Abu Bakar (bapak Pemagi) karena dari pqgi-pagi
betul memeluk agama islam, gelarnya ash-Shiddiq karena ia selalu membenarkan Nabi dalam
berbagai peristiwa, terutama Isra’ Mi’raj. Jadi Nabi Muhammad sering kali menunjukkannya

6
untuk mendampinginya di saat penting atau jika berhalangan, dan Rasul tersebut
mempercayainya sebagai pengganti untuk menangani tugas-tugas keagamaan.
Ketika nabi Muhammad wafat, Nabi tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang
akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat islam setelah beliau wafat. Beliau
tampaknya menyerahkna persoalan tersebut pada kaum muslimin sendiri untuk
menentukannya. Krena itulah, tidak lama setelah beliau wafat dan jenazahnya belum
dimakamkan, sejumlah tokoh muhajirin dan anshar berkumpul dibalai kota bani Sa’idah,
Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin.
Masa awal pemerintahan Abu Bakar banyak di guncang oleh pemberontakan orang-
orang murtad yang mengaku-ngaku menjadi Nabi dan enggan membayar zakat, karena hal
inilah khalifah lebih memusatkan perhatiannya memerangi para pemberontak, maka
dikirimlah pasukan untuk memerangi para pemberontak ke yamamah, dalam insiden itu
banyak para khufadhil Quran yang mati syahid kemudian karena khawatir hilangnya Al-
Quran Sayyidina Umar mengusulkan pada khalifah untuk membukukan al-quran, Kemudian
untuk merealisasikan saran tersebut diutuslah Zaid Bin Tsabit untuk mengumpulkan semua
tulisan al-Quran, pola pendidikan khalifah Abu Bakar masih seperti Nabi, baik dari segi
materi maupun lembaga pendidikannya.
Abu bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia.
Selain menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam tubuh umat islam, Abu Bakar juga
mengembangkan wilayah ke luar arab. Dalam kepemimpinannya, Abu Bakar melaksanakan
kekuasaannya sebagaimana pada masa Rasulullah, Bersifat sentral; kekuasaan legislative,
Eksekutif, dan yudikatif terpusat ditangan Khalifah. Meskipun demikian, halifah juga
melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu
Mengajak sahabat-sahabat besarnya Bermusyawarah.

C. Khalifah Umar Ibnu al-Khathab (13-23 H / 634-644 M)


Dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab dan
ibunya bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang
menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna
kulitnya coklat kemerah-merahan. Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah
satu kaum dari suku Quraisy. Beliau merupakan khalifah kedua didalam islam setelah Abu
Bakar As Siddiq.
Sewaktu masih terbaring sakit, Khalifah Abu Bakar secara diam-diam melakukan
tinjauan pendapat terhadap tokoh-tokoh terkemuka dari kalangan sahabat mengenai pribadi
yang layak untuk menggantikannya. Pilihan beliau jatuh pada Umar ibn al-Khaththab.
Khalifah kedua itu dinobatkan sebagai khalifah pertama yang sekaligus memangku
jabatan panglima tertinggi pasukan islam, dengan gelar khusus amir al-mukminin (panglima
orang-orang beriman).
Pada masa umar bin Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasan
wilayah islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah islam pada masa Umar bin Khattab
meliputi Semenanjung Arabiah, Palestina, Syria, Irak, Persia Dan Mesir.

7
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat, Beliau ditikam
ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang majusi yang bernama Abu Lu’luah,
Budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi.
Umar bin Khatta dimakamkan di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat
dalam usia 63 tahun.
Umar dikenal seseorang yang pandai dalam menciptakan peraturan, karena tidak
hanya memperbaiki bahkan mengkaji ulang terhadap kebijakan yang telah ada. Khalifah
Umar juga telah juga menerapkan prinsip demokratis dalam kekuasaan yaitu dengan
menjamin hak yang sama bagi setiap warga Negara.
Khalifah Umar terkenal seorang yang sederhana bahkan ia membiarkan tanah dari
negeri jajahan untuk dikelola oleh pemiliknya bahkan melarang kaum muslimin memilikinya,
Sedangkan para prajurit menerima tunjangan dari Baitul Mal, yaitu dihasilkan dari pajak.

D. Khalifah Ustman ibn Affan (23-35 H / 644-656 M)


Nama lengkapnya ialah Ustman Ibn Affan ibn abdil Ash ibn Umayyah dari pihak
Quraisy. Ia memeluk islam lantaran ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah seorang sahabat
dekat Nabi. Melalui persaingan ketat dengan Ali, tim formatur yang dibentuk oleh Umar ib
Khaththab akhirnya member mandate kekhalifahan kepada Ustman Ibn Affan. Masa
pemerintahannya adalah yang terpanjang dari semua Khalifah di zaman al-Khulafa’ ar-
Rasyidin yaitu 12 tahun.
Tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasaannya menjadi saat yang baik dan
sukses bagi beliau. Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Ustman ibn Affan
menjadi dua periode, enam tahun pertama merupakan masa pemerintahan yang baik dan ena
tahun terakhir adalah merupakan masa pemerintahan yang buruk.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap kepemimpinan
Ustman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang
terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah pada dasarnya yang menjalankan
pemerintahan, sedangkan Ustman hanya menyandang gelar Khalifah.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-kegiatan
yang penting. Ustman berjasa membangun mendungan untuk menjaga arus banjir yang besar
dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-
jembatan, masjid-masjid, dan memperluas masjid di Madinah.
Prestasi yang terpenting bagi Khalifah Ustman adalah menulis kembali al-Quran
yang telah ditulis pada zaman Abu Bakar yang pada waktu itu disimpan oleh Khafsoh binti
Umar. Manfaat dibukukan al-Qur`an Pada masa Ustman adalah :
1. Menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan tulisannya.
2. Menyatukan bacaan, kendatipun masih ada perbedaannya, namun harus tidak
berlawanan dengan ejaan mushaf Ustmani
3. Menyatukan tertib susunan surat-surat menurut tertib urut yang kelihatan pada mushaf
sekarang ini.

8
Stuasi politik pada masa akhir pemerintahan Ustman semakin mencekam dan timbul
pemberontakan-pemberontakan yang mengakibatkan terbunuhnya Ustman. Ustman akhirnya
wafat sebagai syahid pada hari jumat tanggal 17 Dzulhijjah 35 H/ 655 M. Ketika para
pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Ustman saat membaca al-Quran.
Persis seperti yang disampaikan Rasulullah perihal kematian Ustman yang syahid nantinya.
Beliau dimakamkan di pekuburan Baqi di Madinah.

E. Khalifah Ali ibn Abi Thalib (35-40 H / 656-661 M)


Peristiwa pembunuhan Utsman mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia islam
yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang
waktu itu mnguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali Bin Abi thalib menjadi
khalifah. Waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair Bin Awwam dan Thalhah bin
Ubaidillah memaksa beliau sehingga akhirnya Ali menerima baiat mereka. Menjadikan Ali
satu-satunya khalifah yang di baiat secara massal. Karena Khalifah sebelumnya dipilih
melalui cara yang berbeda-beda.
Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahanyya, ia menghadapi
berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam pemerintahannya yang dikatakan
stabil.
Persoalan pertama yang dihadapi Ali adalah pemberontakan yang dilakukan oleh
Thalhah, Zubair, Dan Aisyah. Alasan mereka, ali tidak mau menghukum para pembunuh
Ustman dan mereka menuntut bela terhadap darah Ustman yang telah ditumpahkan secara
zalim. Bersamaan dengan itu, kebijakan-kebijakan Ali juga mengakibatkan timbulnya
perlawanan dari gubernur di Damaskus. Muawiyah yang didukung oleh sejumlah bekas
pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan.
Peristiwa yang terkenal dalam masa Ali adalah terjadinya perang antara kubu Ali dan
kubu Muawiyah. Perang tersebut terjadi di daerah bernama Siffin, sehingga perang ini
disebut sebagai perang Siffin.
Pada saat Mu’awiyah dan tentaranya terdesak Amr bin Ash seebagai penasehat
Mu’awiyah yang dikenal cerdik dan pandai berunding, meminta agar Mu’awiyah
memerintahkan pasukannya mengangkat mushaf al-Qur’an di ujung tombak sebagai isyarat
berdamai dengan cara tahkim (arbitrase) dengan demikian Mu’awiyah terhindar dari
kekalahan total.
Seusai perundingan, Abu Musa sebagai yang tertua dipersilahkan untuk berbicara
lebih dahulu. Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya antara mereka berdua, Abu Musa
menyatakan pemberhentian Ali dari jabatannya sebagai khalifah dan menyerahkan urusan
penggantiannya kepada kaum muslimin. Tetapi ketika tiba giliran Amr bin Ash, ia
menyatakan persetujuannya atas pemberhentian Ali dan menetapkan jabatan khalifah bagi
Mu’awiyah. Ternyata Amr bin Ash menyalahi kesepakatan semula yang dibuat bersama Abu
Musa. Sepak terjangnya dalam peristiwa ini merugikan pihak Mu’awiyah.Ali menolak
keputusan tahkim tersebut, dan tetap mempertahankan kedudukannya sebagai khalifah.

9
Setelah terjadinya peristiwa tersebut kelompok Ali pecah menjadi dua bagian, dan
kelompok yang keluar dari kelompok Ali dinamai sebagai kelompok Khawarij (orang-orang
yang keluar).
Pada 24 Januari 661, ketika Ali sedang dalam perjalanan menuju masjid Kuffah, ia
terkena hantaman pedang beracun di dahinya. Pedang tersebut yang mengenai otaknya,
diayunkan oleh seorang pengikut kelompok Khawarij, Abd al-Rahman Ibn Muljam, yang
ingin membalas dendam atas kematian keluarga seorang wanita, temannya, yang terbunuh di
Nahrawan.

BAB 4
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH
A. Sejarah Berdirinya Bani Umayyah
Nama Dinasti Bani Umayah diambil dari Umayah bin Abd Al-Syam, kakek Abu
Sufyan. Umayah segenerasi dengan Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad Saw dan Ali
bin Abi Thalib. Dengan demikian, Ali bin Abi Thalib segenerasi pula dengan Mu’awiyah bin
Abi Sufyan. Ali bin Abi Thalib berasal dari keturunan Bani Hasyim sedangkan Mu’awiyah
berasal dari keturunan Bani Umayah. Kedua keturunan ini merupakan orang-orang yang
berpengaruh dalam suku Quraisy.
Cikal bakal berdirinya dinasti Umayyah dimulai ketika masa khalifah Ali. Pada saat
itu Mu’awiyah yang menjabat sebagai gubernur di Damaskus yang juga masih kerabat
Utsman menuntut atas kematian Ustman.
Dengan taktik dan kecerdikannya, ia mempermainkan emosi umat islam. mu’awiyah
tidak mau menghormati ali, dan menyudutkannya pada sebuah dilema: menyerahkan para
pembunuh Utsman, atau menerima status sebagai orang yang bertanggung jawab atas
pembunuhan itu, sehingga ia harus diturunkan dari jabatan khalifah.
Dari perselisihan tersebut terjadilah peperangan antara Ali dan Mu’awiyah.
Peperangan tersebut dikenal sebagai perang Siffin, karena terjadi di daerah bernama Siffin.
Dalam pertempuran itu hampir-hampir pasukan Muawiyyah dikalahkan pasukan Ali,
tapi berkat siasat penasehat Muawiyyah yaitu Amr bin 'Ash, agar pasukannya mengangkat
mushaf-mushaf Al Qur'an di ujung lembing mereka, pertanda seruan untuk damai dan

10
melakukan perdamaian (tahkim) dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat
menguntungkan Mu’awiyah.
Bukan saja perang itu berakhir dengan Tahkim Shiffin yang tidak menguntungkan
Ali, tapi akibat itu pula kubu Ali sendiri menjadi terpecah dua yaitu yang tetap setia kepada
Ali disebut Syiah dan yang keluar disebut Khawarij. Sejak peristiwa itu, Ali tidak lagi
menggerakkan pasukannya untuk menundukkan Muawiyyah tapi menggempur habis orang-
orang Khawarij, yang terakhir terjadi peristiwa Nahrawan pada 09 Shafar 38 H, dimana dari
1800 orang Khawarij hanya 8 orang yang selamat jiwanya sehingga dari delapan orang itu
menyebar ke Amman, Kannan, Yaman, Sajisman dan ke Jazirah Arab. Pada Ali terbunuh
oleh seorang anggota khawarij.
Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama
beberapa bulan. Namun, karena Hasan ternyata lemah, sementara Mu’awiyah semakin kuat,
maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat islam
kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu’awiyah ibn Sufyan.
Dengan meninggalnya Ali (661), pemerintahan yang dapat kita sebut sebagai periode
ke khalifahan republic-dimulai sejak ke khalifahan abu Bakar (623)-telah berakhir. Empat
khalifah pada masa ini dikenal oleh para sejarawan Arab sebagai al-Rasyidin. Pendiri
khalifah kedua, Mua’awiyah dari keluarga Umayyah, menunjuk putranya sendiri, Yazid,
sebagai penerusnya sehingga ia menjadi seorang pendiri sebuah dinasti. Dengan demikian,
konsep pewarisan kekuasaan mulai diperkenalkan dalam suksesi kekhalifahan, dan sejak itu
tidak pernah sepenuhnya ditinggalkan. Kekhalifahan Umayyah adalah dinastu (Mulk)
pertama dalam sejarah islam.

B. Peradaban Islam Pada Masa Bani Umayyah


Terbentuknya Dinasti Umayyah merupakan gambaran awal bahwa umat Islam ketika
itu telah kembali mendapatkan identitasnya sebagai negara yang berdaulat, juga merupakan
fase ketiga kekuasaan Islam yang berlangsung selama lebih kurang satu abad (661 - 750 M).
Perubahan yang dilakukan, tidak hanya sistem kekuasaan Islam dari masa sebelumnya (masa
Nabi dan Khulafaurrasyidin) tapi juga perubahan-perubahan lain di bidang sosial politik,
keagamaan, intelektual dan peradaban.
Pemindahan ibukota dari Madinah ke Damaskus melambangkan zaman imperium
baru dengan menggesernya untuk selama-lamanya dari pusat Arabia, yakni Madinah yang
merupakan pusat agama dan politik kepada sebuah kota yang kosmopolitan. Dari kota inilah
Daulah Umayyah melanjutkan ekspansi kekuasaan Islam dan mengembangkan pemerintahan
sentral yang kuat, yaitu sebuah imperium Arab.
Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali, dilanjutkan kembali oleh
dinasti ini. Di zaman Muawiyah,Tuniasia dapat ditaklukan. Disebelah timur, Muawiyah dapat
menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai oxus dan Afghanistan sampai ke Kabul.
Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke Ibukota Binzantium,
Konstantinopel.ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh
khalifah Abd al-Malik. Ia mengirim tentara menyebrangi sungai Oxus dan dapat berhasil
menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Markhand. Tentaranya bahkan
sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.

11
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Walid ibn Abdul Malik.
Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban. Umat
Islam mersa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh
tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua
Eropa,yaitu pada tahun 711 M. Setelah al-Jajair dan Marokko dapat ditaklukan, Tariq bin
ziyad, pemimpin pasukan islam,menyeberangi selat yang memisahkan antara Marokko
dengan Benua Eropa, dan mendapat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama
Gibraltar (Jabal Tariq).
Tentara Spanyol dapat ditaklukkan. Dengan demikian spanyol menjadi sasaran
ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Kordova, dengan cepat dikuasai. Menyusul kota-kota
lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang diijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah
jatuhnya Kordova. Pada saat itu, pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah
karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman
penguasa.
Di zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan
Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abdurahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai
menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia menyerang Tours. Namun dalam peperangan di
luar kota Tours, al-Qhafii terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping
daerah-daerah tersebut pulau-pulau yang terdapat di laut Tengah juga jatuh ke tangan islam
pada zaman Bani Umayyah ini.
Selain keberhasilan bani Umayyah dalam ekspansi wilayah, Bani Umayyah juga
menorehkan prestasi dalam bidang pembangunan Fisik. Pembangunan fisik tersebut Adalah:
1. Membangun pos-pos serta menyediakan kelengkapan peralatannya.
2. Membangun jalan raya.
3. Mencetak mata uang.
4. Membangun panti asuhan.
5. Membangun gedung pemerintahan.
6. Membangun mesjid.
7. Membangun rumah sakit.
8. Membangun sekolah studi kedokteran.

C. Kemunduran dan Runtuhnya Bani Umayyah


Dinasti Bani Umayyah mengalami masa kemunduran, ditandai dengan melemahnya
sistem politik dan kekuasaan karena banyak persoalan yang dihadapi para penguasa dinasti
ini. Diantaranya adalah masalah polotik, ekonomi, dan sebagainya.
Adapun sebab-sebab kemunduran dinasti Bani Umayyah adalah sebagai berikut:
1. Khalifah memiliki kekuasaan yang Absolute. Khalifah tidak mengenal Kompromi.
Menentang khalifah berarti mati. Contohnya adalah peristiwa pembunuhan Husein
dan para pengikutnya di Karbala. Peritiwa ini menyimpan dendam dikalangan para
penentang Bani Umayyah. Sehingga selama masa-masa kekhalifahan Bani Umayyah
terjadi pergolakan politik yang menyebabkan situasi dan kondisi dalam negeri dan
pemerintahan terganggu.

12
2. Gaya hidup mewah para khalifah. Kebiasaan pesta dan berfoya-foya dikalangan
istana, menjadi faktor penyebab rendahnya moralitas mereka, disamping mengganggu
Keuangan Negara. Contohnya, Khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal sebagai
seorang khalifah yang suka berfoya-foya dan memboroskan uang Negara. Sifat-sifat
inilah yang tidak disukai masyarakat, sehingga lambat laun mereka melakukan
gerakan pemberontakan untuk menggulingkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah.

3. Tidak adanya ketentuan yang tegas mengenai sistem pengangkatan Khalifah. Hal ini
berujung pada perebutan kekuasaan diantara para calon khalifah.

4. Banyaknya gerakan pemberontakan selama masa-masa pertengahan hingga akhir


pemerintahan Bani Umayyah. Usaha penumpasan para pemberontak menghabiskan
daya dan dana yang tidak sedikit, sehingga kekuatan Bani Umayyah mengendur.

5. Pertentangan antara Arab Utara (Arab Mudhariyah) dan Arab Selatan (Arab
Himariyah) semakin meruncing, sehingga para penguasa Bani Umayah mengalami
kesulitan untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan serta keutuhan Negara.

6. Banyaknya tokoh agama yang kecewa dengan kebijaksanaan para penguasa Bani
Umayah, karena tidak didasari dengan syari’at islam.

Akhirnya pada tahun 750 M, daulat Umayyah digulingkan Bani Abbasiyah yang
bersekutu dengan Abu Muslim Al-Khurasani. Marwan Bin Muhammad, khalifah terakhir
Bani Umayyah, melarikan diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana.
BAB 5
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH
A. Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah
Sejarah berdirinya Bani Abbasiyah dimulai sejak Umar bin Abd. Aziz (717-720 M /
99-101 H), khalifah ke-8 dari Bani Umayyah naik tahta muncul gerakan oposisi yang hendak
menumbangkan Bani tersebut yang dipimpin oleh Ali bin Abdullah, cucu Abbas bin Abdul
Muthalib, paman Nabi dari kelompok sunni. Kelompok Sunni ini berhasil menjalin kerja
sama dengan kelompok syi’ah, karena mereka sama-sama keturunan Bani Hasyim. Kedua
kelompok di atas juga menjalin kerja sama dengan orang-orang Persia, karena orang-orang
persia dianaktirikan oleh Bani Umayyah, baik secara politik, ekonomi maupun sosial.
Padahal mereka sudah lebih dahulu memiliki peradaban maju. Tujuan aliansi adalah
menegakkan kepemimpinan Bani Hasyim dengan merebutnya ari tangan Bani Umayyah.
untuk mencapai tujuan itu berbagai kelemahan Bani Umayyah, mereka manfa’atkan sebaik-
baiknya. Mereka melantik dan menyebar para propagandis terutama untuk daerah-daerah
yang penduduknya mayoritas bukan orang Arab. Tema propagandis ada dua. Pertama, al-
Musawah (persamaan kedudukan), dan kedua, al-Ishlah (perbaikan) artinya kembali kepada
ajaran al-Qur’an dan Hadits. Tema pertama amat menarik di kalangan muslim non Arab.
Karena mereka selama ini dianaktirikan oleh Bani Umayyah, baik secara politik, sosial dan

13
ekonomi. Sedangkan tema kedua menarik di kalangan banyak ulama Sunni karena mereka
melihat para khalifah Bani Umayyah telah menyimpang dari al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Pada mulanya mereka melakukan gerakan rahasia. Akan tetapi ketika aliansi dipimpin
oleh Ibrahim bin Muhammad, gerakan itu berubah menjadi terang-terangan. Perubahan itu
terjadi setelah mereka mendapat sambutan luas, terutama di wilayah Khurasan yang
mayoritas penduduknya muslim non Arab,dan setelah masuknya seorang Jenderal cekatan ke
dalam gerakan ini, yaitu Abu Muslim al-Khurasany. Dia adalah seorang budak yang dibeli
oleh Muhammad, Ayah Ibrahim. Dia adalah kader yang dididik oleh Muhammad dan tinggal
bersama anaknya Ibrahim. Dia dikirim Ibrahim sebagai propagandis ke tanah kelahirannya
dan mendapat sambutan yang baik dari penduduk. Dia membentuk pasukan militer yang
terdiri dari 2.200 orang infantri dan 57 pasukan berkuda. Pemimpin Daulah Umayyah
berhasil menangkap Ibrahim dan mereka membunuhnya. Pimpinan aliansi dilanjutkan oleh
saudaranya Abdul Abbas yang kelak menjadi khalifah pertama Bani Abbasiyah. Abul Abbas
memindahkan markasnya ke Kufah dan bersembunyi di situ. Dalam pada itu muslim
memerintahkan panglimanya, Quthaibah bin Syahib untuk merebut Kufah. Dalam
gerakannya menuju Kufah, dia dihadang oleh pasukan Bani Umayyah di Karbela.
Pertempuran sengit pun terjadi. Dia memenangkan peperangan itu. Akan tetapi dia tewas.
Anaknya Hasan memegang kendali selanjutnya dan bergerak menuju Kufah, dan melalui
pertempuran yang tidak begitu berarti kota Kufah itu dapat ditaklukkan. Abul Abbas keluar
dari persembunyiannya dan memperoklamirkan dirinya sebagai khalifah pertama, yang diberi
nama dengan Bani Abbasiyah dan dibai’at oleh penduduk Kufah di mesjid Kufah.
Mendengar hal itu, khalifah Marwan menggerakkan pasukan berkekuatan 120.000 orang
tentara menuju Kufah. Untuk itu, Abul Abbas memerintahkan pamannya Abdullah bin Ali
menyongsong musuh tersebut. Kedua pasukan itu bertemu di pinggir sungai Zab, anak sungai
Tigris. Pasukan Umayyah berperang tanpa semangat dan menderita kekalahan. Abdullah bin
Ali melanjutkan serangan ke Syiria. Kota demi kota berjatuhan.

B. Kemajuan Peradaban Islam Pada Masa Bani Abbasiyah

Dalam setiap pemerintahan pada khususnya tentu memiliki perkembangan dan


kemajuan, halnya dalam pemerintahan yang dipegang oleh dinasti Abbasiyah. Dinasti ini
mempunyai kemajuan bagi kelangsungan agama islam, sehingga masa dinasti Abbasiyah ini
dikenal dengan “The Golden Age of Islam”. Sisi kemajuan yang dicapai umat Islam pada
masa dinasti Abbasiyah dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, antara lain:
a. Bidang Politik
Dalam usahanya memantapkan stabilitas dinasti Bani Abbasiyah maka Abul Abbas
as-Safah menyiapkan pasukan elit yang dipimpin oleh Abdullah bin Ali (pamannya sendiri).
Pasukan ini terus maju sampai ke lembah sungai al-Zab (salah satu cabang sungai Tigris),
disini terjadi peperanga yang sangat dahsyat antara pasukan abbassiyah melawan pasukan
umayyah yang berjumlah tidak kurang dari 12.000 orang, tetapi karena semangat perang yang
dimiliki oleh pasukan abbasiyah lebih tinggi maka mereka dapat mengalahkan pasukan
umayyah, seterusnya mereka memasuki kota Damaskus yang menyebabkan khalifah Marwan
II melarikan diri ke Palestina, tetapi pengejaran terhadap Marwan II terus dilakukan dan

14
akhirnya Marwan II wafat di kota Mesir tujuh bulan setelah kekalahannya pada perang di
lembah sungai al-Zab.
b. Administrasi
Masa pemerintahan bani Umayyah, posisi-posisi strategis di isi keluarga Bani
Umayyah sendiri yang notabene adalah dari kalangan arab. Sedangkan pada dinasti
Abbasiah, justru di isi oleh orang-orang non-Arab. Khalifah sebagai kepala pemerintahan,
penguasa tertinggi sekaligus menguasai jabatan keagamaan dan sebagai pemimpin sakral.
Disebut juga, bahwa para khalifah tidak mempunyai aturan baku dalam menetapkan putera
mahkota, dan itu telah bermula sejak masa al-Amin. Pada masa ini, jabatan penting diisi oleh
seorang wazir yang menjalankan tugas sesuai dengan aturan yang digariskan hukum islam
sebagai orang yang berperan mengangkat dan menurunkan para pegawai. Ada dua macam
wazir, yaitu wazir tafwid biasa diistilahkan dengan perdana menteri, memiliki kekusaan yang
sangat tinggi dan wazir tanfiz yang kekuasaannya terbatas.
c. Bidang Ekonomi
Pada periode pertama masa pemerintahan Bani Abbasiyah perhatian yang tinggi pada sector
ekonomi menjadikan negara dapat menghasilkan devisa yang banyak untuk kesejahteraan
umat. Tercatat dalam sejarah bahwa pendapatan negara pada khalifah Harun al-Rasyid
mencapai 272 juta dirham 4 juta dinar pertahun. Prestasi ini pada dinasti bani Abbasiyah
merupakan puncak kemajuan di bidang ekonomi, adapun unsur-unsur yang dikembangkan
pada masa dinasti bani Abbasiyah antara lain:
1. Sector pertanian
2. Perindustrian
3. Perdagangan
4. Bidang sosial
5. Bidang ilmu agama
6. Bidang filsafat
7. Bidang ilmiah

C. Kemunduran Dinasti Abbasiyah


Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Bani Abbasiyah dikategorikan oleh ahli
sejarah kedalam 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal

a) Tekanan Orang Turki


Sejarah masuknya orang-orang Turki ke dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah
diawali dari kebijaksanaan al-Makmun yang menunjuk saudaranya al-Muktashim menjadi
khalifah sepeninggal beliau, ketika itu orang-orang Persia tidak setuju karena mereka
berkeinginan agar al-Makmun mengangkat anaknya yang bernama Abbas menjadi khalifah.
b) Tekanan Bani Buwaihi

15
Khalifah al-Mustakfi (ke-22) memohon bantuan kepada Bani Buwaihi agar menekan
popularitas orang-orang Turki. Sambutan yang begitu meriah yang dilukukan khalifah pada
saat itu dalam rangka menyambut kedatangan Bani Buwaihi. Hal ini tentu dengan harapan
agar terjalin kerja sama yang baik antara Bani Buwaihi dengan Bani Abbasiyah guna
memajukan Daulah Abbasiyah serta mengusir dominasi & popularitas bangsa Turki pada saat
itu.
c) Hadirnya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri
Pemimpin Bani Abbas sangat senang dengan pengakuan yang nyata dan penyetoran upeti.
Alasannya bahwa para pemimpin tidak cukup mampu untuk menundukkan mereka, tingkat
keyakinan bersama di antara para penguasa dan kepala otoritas publik begitu minim dan lebih
jauh lagi para penguasa Abbasiyah lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan budaya
di samping masalah-masalah pemerintahan dan perluasan wilayah.
d) Kemerosotan perekonomian
Sesudah khalifah memasuki masa keruntuhan ini, penghasilan negara berkurang sementara
konsumsi meningkat lebih banyak. Penurunan penghasilan negara diakibatkan oleh
menyempitnya daerah intensitas, kegaduhan timbul dimana-mana sehingga berdampak pada
perekonomian rakyat, dipersedikitnya pungutan dari masyarakat dan banyaknya kerajaan-
kerajaan kecil yang memproklamirkan kemerdekaannya sendiri dan tidak mau membayar
upeti.
e) Munculnya aliran-aliran sesat dan fanatisme keagamaan
Ketidak capaian keinginan Persia untuk menjadi penguasa yang maksimal, akhirnya
menimbulkan rasa kekesalan yang kemudian memotivasi sebagaian diantara mereka untuk
menyiarkan pemahaman Mazdakisme, manuisme, dan Zoroasterisme. Gerakan ini dikenal
dengan gerakan zindiq.Dengan adanya gerakan ini keyakinan para khalifah mulai
tergoyahkan.
2. Faktor Eksternal
Adapun beberapa faktor eksternal kemunduran dinasti Abbasiyah antara lain:
a. Perang salib yang terjadi dalam beberapa gelombang
b. Hadirnya tentara Mongol yang di pimpin oleh Hulagu Khan.

BAB 6
PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA
1. Taiwan
Sejarah masuknya agama Islam ke Taiwan sangat panjang mulai abad ke-17 M seiring
dengan datangnya Dinasti Ming dari China daratan. Pada abad ke-17, suku Hui, yang
mayoritas penganut agama Islam, melakukan migrasi besar-besaran dari China daratan
menyebrang menuju Taiwan. Dinasti Ming saat itu mengirimkan tentara yang kebanyakan
beragama Islam untuk mengusir penjajahan Portugis atas Taiwan. Mereka membuat masjid di
Desa Taixi dan Danshui. Namun sekarang mesjid tersebut sudah tidak ada. Sebagian besar
orang Muslim yang ada di Taiwan sekarang ini adalah pendatang yang tinggal sejak tahun
1949. Meskipun begitu selama 10 tahun sejak kedatangannya tidak ada seorang pun yang
mendirikan masjid. Ada dua Masjid yang besar di Taiwan yaitu Taipei Grand Mosque yang

16
terletak berseberangan dengan Dan Park di Xinsheng South Road dan Taipei Cultural
Mosque. Kedua masjid tersebut setiap jum’at mengadakan shalat Jum’at dengan khutbah 2
bahasa yaitu China dan Arab.
2. Jepang
Sejarah masuknya agama Islam ke Jepang sekitar tahun 1877 dan hampir bersamaan
dengan datangnya agama Kristen yang dibawa oleh Imperialisme Barat. Titik perkembangan
islam di jepang adalah tahun 1890 saat sebuah kapal laut milik Kerajaan Turki Ottoman
singgah di Jepang dalam rangka menjalin hubungan diplomatik. Dari sinilah warga Jepang
jadi lebih mengenal Islam serta kebudayaannya. Akan tetapi dalam perjalanan pulangnya,
kapal bernama ‘Entrugul’ ini karam. Adapun orang Jepang pertama yang memeluk Islam
adalah Mitsutaro Takaoka tahun 1909.
3. China dan Tiongkok
Islam berkembang di China diyakini sejak tahun 651 M. Yaitu pada masa Dinasti
Tang. Dinasti Tang merupakan salah satu dinasti yang paling makmur dalam Sejarah China.
Pada zaman itu, terdapat dua jalan dari ibu negara dinasti Tang ke Negara Arab, kedua-dua
jalan itu dikenali sebagai Jalur SuTera, satu Jalur Sutera Darat, melalui bagian barat China,
satu lagi Jalur Sutera Laut melalui pelabuhan Guangzhou di China selatan.

4. Korea
Islam pertama kali mulai dikenal di Korea sejak tahun 1955 dengan datangnya tentara
Turki untuk misi perdamaian di bawah PBB. Mereka Membangun sebuah tempat sholat
sederhana dari tenda dan mengenalkan tentang islam di Korea. Sejak saat itu, kaum muslimin
mulai ada dan jumlahnya terus bertambah. Meski demikian, sangat berbeda dengan di
Indonesia, jumlah penduduk asli Korea yang beragama Islam sampai saat ini tidak lebih 0,1%
dari sekitar 50 juta jiwa total populasi penduduk. Di samping jumlah tersebut, terdapat sekitar
200.000 Muslim pendatang dari berbagai negara di dunia, baik untuk bekerja, belajar,
ataupun Menetap di Korea.

BAB 7
PERKEMBANGAN ISLAM DI BARAT
1. Amerika Serikat
Sejarah Islam di Amerika Serikat bermula sejak sekitar Abad ke 16, di mana Estevánico dari
Azamor adalah muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara. Walau begitu,
kebanyakan para peneliti dalam mempelajari kedatangan Muslim di AS lebih memfokuskan
pada kedatangan para Imigran yang datang dari Timur Tengah pada akhir abad ke 19.
Migrasi Muslim ke AS ini berlangsung dalam periode yang berbeda, yang sering disebut
gelombang. Populasi penduduk Muslim di AS telah meningkat dalam seratus tahun terakhir,

17
di mana sebagian besar pertumbuhan ini didorong oleh adanya imigran. Pada 2005, banyak
orang dari negara-negara Islam menjadi penduduk AS – hampir 96.000 – setiap tahun
dibanding dua dekade sebelumnya. Estevánico dari Azamor mungkin telah menjadi Muslim
pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara. Estevanico adalah orang Berber dari
Afrika Utara yang menjelajahi Arizona dan New Mexico untuk Kerajaan Spanyol. Estevanico
datang ke Amerika sebagai Seorang budak penjelajah Spanyol pada abad ke 16.
2. Brazil
Proses penyebaran Islam di Brazil, terjadi dalam tiga tahap, yakni sebagai berikut :
Pertama, dimulai saat Brazil ditemukan oleh pelaut Caprao Portugis pada paruh kedua
abad ke-15. Sebagian sejarawan mengatakan, bahwa beberapa muslim lolos dari inkuisisi dan
melarikan diri ke Brazil di mana mereka bisa menjalankan gama mereka lebih terbuka.
Kedua, pada saat bangsa Portugis mulai membawa budak dari Afrika Barat ntuk
dipekerjakan sebagai buruh reklamasi lahan yang luas pada abad 16. Pada saat itu, muslim
Afrika Barat tiba ke Brazil, mereka dibaptis oleh Portugis. Mereka menjalankan ajaran agama
Islam secara sembunyi-sembunyi. Mereka mempertahankan hidup islami di gubuk dengan
mendirikan sekolah dan membacaAl-Qur’an. Menjelang akhir abad ke-18, sekelompok
muslim dari Afrika tengah dikirim ke Brazil.
Ketiga, datangnya gelombang imigran muslim Syiria dan Lebanon pada tahun 1920
M dan mereka berhasil mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat yang diberi Nama
Organisasi Amal Islam pada tahun 1929 M. Organisasi ini bertahan sampai Pertengahan 1950
M. Kaum muslim mulai berpikir untuk membentuk organisasi-organisasi lain di daerah lain
di negeri ini.
3. Argentina
Agama Islam berkembang di wilayah Argentina tidak beda jauh dengan sejarah masuk Islam
di Benua Amerika lainnya, yaitu melalui para imigran. Kedatangan para imigran muslim
pertama di Argentina bersamaan dengan kedatangan para penjelajah berkebangsaan Spanyol
dan Portugis di wilayah Argentina. Jumlah imigran muslim ini terus bertambah setelah
Argentina menjadi wilayah koloni Spanyol. Sejarah masuknya Islam di Argentina dibawa
oleh bangsa Spanyol yang saat itu berada di bawah kekuasaan Ratu Isabel I dan Raja
Ferdinand II.

BAB 8
PERKEMBANGAN ISLAM DI EROPA
1. Belanda
Islam masuk ke Belanda terjadi secara tidak langsung. Misalnya, karena Imporisasi
rempah-rempah dan tenaga kerja, seperti tenaga kerja muslim Indonesia Ke Belanda. Belanda
sangat membutuhkan tenaga kerja untuk bercocok tanam, Penggalian barang tambang, atau
menjadi buruh kasar. Karenaitu, terdapat ribuan orang Jawa muslim yang ditempatkan di
Amerika Latin dan Suriname. Pasca Perang Dunia II, orang Jawa di Suriname mendapatkan

18
legitimasi dari otoritas Kerajaan Belanda, dari seorang ratu yang bernama Ratu Beatrix. Pada
tahun 1951-1952 M, Sekitar 12.000 anggota Koninklijk Nederlandse Indische Leger (KNIL)
berasal dari Maluku, sebanyak 200 orang beragama Islam dikirim ke Belanda. Mereka
Ditempatkan dalam satu kamp dengan non muslim, tetapi kemudian mereka memisahkan diri
dan bergabung dengan sesama muslim di Kampung Wijldemaerk, Desa Balk, Provinsi
Friesland. Mereka membangun masjid pertama di Belanda, yaitu Masjid An Nur yang
dipimpin Haji Ahmad Tan. Semenjak munculnya asas Humans Rights (Hak Asasi Manusia),
berdirinya masjid atau musala tidak dapat dicegah Pemerintah Belanda.
2. Inggris
Islam mulai masuk ke Inggris sekitar abad 16. Awal masuknya Islam ke inggris
berawal dari imigran dari Yaman, Gujarat, dan negara Timur Tengah. Setelah dibukanya
Terusan Suez pada tahun 1869 dan ekspansi kolonial yang lakukan oleh pemerintah Inggris,
para pendatang muslim semakin lama semakin banyak dan mulai membentuk pemukiman
baru di kota-kota pelabuhan, seperti Cardiff Shout Shields (dekat Newcastle), London, dan
Liverpool. Lama kelamaan umat muslim yang berada di Inggris membuat membuat masjid
dan melakukan kegiatan social juga berpartisipasi di universitas di negara ini. Penyebaran
Islam di Inggris terjadi berkat jasa Mozambores. Mozambores merupakan dokter Istana Raja
Henry I. Pada tahun 1951, penduduk muslim di negara Itu diperkirakan baru mencapai
23.000 jiwa.
3. Belgia
Islam telah dikenal luas sejak tahun 1974, namun baru tahun belakangan umat
Muslim memiliki wakil di Dewan Negara. Sebanyak 45 ribu muslim Belgia dari keseluruhan
sekitar 70 ribu memberikan suaranya bagi pemilihan 68 anggota Dewan Muslim Belgia yang
pertama serta 17 orang anggota Eksekutifnya. Agenda utama dewan Islam adalah menentang
diskriminasi terhadap Muslim, terutama di sekolahsekolah dan tempat kerja. Contoh kasus,
hampir Setengah dari populasi Muslim asal Maroko (225 ribu jiwa) di negara tersebut, tidak
Pernah menikmati haknya sebagai warga negara yang sah.
4. Perancis
Sejarah perkembangan Islam tidak bisa dilepaskan atas peran umat Islam di Perang
dunia I dan II, dalam menentang pendudukan Nazi. Meskipun sejak dahulu muslim sudah ada
di Perancis, baik Perancis daratan maupun wilayah kependudukannya di luar Eropa, imigrasi
massal Muslim ke Perancis pada abad 20 dan 21 telah membuat negara ini menjadi salah satu
negara dengan komunitas muslim terbesar di Eropa. Di Prancis, Islam berkembang pada akhir
abad ke-19 dan Awal ke-20 M. Bahkan, pada tahun 1922, telah berdiri sebuah masjid yang
sangat megah bernama Masjid Raya Yusuf di ibu kota Prancis, Paris.
5. Rusia
Islam pertama kali disebarkan di Caucasus Utara pada paruh kedua abad ke-7. Di
wilayah Volga, suku bangsa Tatar memeluk agama Islam pada abad ke-10, Sedangkan suku
bangsa Rus memeluk Kristen pada tahun 988. Ketika prajuritprajurit Rusia bermunculan di
Siberia pada abad ke-16, agama Islam telah Berkembang dan dianut penduduk asli Tatar
Siberia selAma 300 tahun. Islam juga Telah mempererat persahabatan berbagai suku bangsa
Rusia Tatar, Chechnya, Inghus, Kabardin, dan Dagestan, serta membantu suku-suku itu untuk
melestarikan identitas Budaya dan peradaban mereka.

19
6. Italia
Sejarah perkembangan Islam di Italia dimulai pasukan muslim yang berasal Dari
Afrika utara tercatat pernah menguasai kepulauan Sisilia sampai ekspedisi ke Italia utara pada
abad ke 8. Bahkan sampai ke kota Roma. Gereja terbesar umat Katolik, Santo Petrus pernah
terkuasai, namun tak diambil alih. Sayangnya invasi Pasukan Muslim ini kurang intensif,
sehingga daratan Italia lepas dari tangan Pasukan muslim.
7. Jerman
Bangsa Jerman sudah mengenal Islam sejak zaman pendudukan Kekhalifahan Islam
di Spanyol. Pada saat itulah kekuasaan dan kemajuan dunia Islam disegani Oleh bangsa-
bangsa Eropa. Andalusia dijadikan pusat pengembangan ilmu Pengetahuan dibawah
Kekhalifahan Islam. Eropa mulai memasuki abad pertengahan, Mereka menyebutnya sebagai
zaman kegelapan atau The Dark Age. Memang tepat Sekali sebutan tersebut bagi bangsa
Eropa pada zaman itu.
8. Spanyol
Islam masuk ke Spanyol (Cordoba) pada tahun 93 H (711 M) melalui jalur Afrika
Utara di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad yang memimpin angkatan perang Islam
untukmembuka Andalusia. Sebelum umat Islam menaklukan Spanyol, terlebih Dahulu umat
Islam telah menguasaiAfrika Utara dan menjadikannya sebagai salah Satu provinsi dari
dinasti Bani Umayah.Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu Terjadi di zaman Khalifah
Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik Mengangkat Hasan ibn Nu’man al-
Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada Masa Khalifah Al-Walid, Hasan ibn Nu’man
sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman Al-Walid itu, Musa ibn Nushair
memperluas wilayah Kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko.
9. Swedia
Islam di Swedia adalah penganut agama Minoritas dari sisi kwantitas. Orang Baltic
Tatars adalah kumpulan Muslim pertama di Sweden modern. Islam datang di Negara ini
melalui kedatangan orang-orang dari negara-negara dengan berpenduduk Muslim besar
(seperti Bosnia dan Herzegovina, Turki, Iraq, Iran, Somalia) pada abad Ke-20. Kebanyakan
Muslim di Swedia adalah pendatang atau keturunan pendatang Itu. Kebanyakan mereka
orang Arab; berasal dari Iraq.

BAB 9
PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
A. Situasi dan Kondisi Sebelum Kedatangan Islam
Sebelum kedatangan Islam pada abad XV dan XVI di wilayah Nusantara terjadi
perubahan sosial yang luar biasa. Perubahan sosial itu terjadi disebabkan oleh persebaran
agama Islam beserta sistem politiknya yang ditandai dengan Adanya perubahan keyakinan

20
keagamaan dari masa kejayaan Hindu-Budha ke masa Perkembangan agama Islam. Pada saat
bersamaan bermunculan kerajaan-kerajaan Islam menggantikan posisi kerajaan Hindu-
Budha. Perubahan-perubahan tersebut Dilatarbelakangi berbagai faktor diantaranya letak
geografis, keyakinan masyarakat, Perekonomian, pemerintahan dan kesenian dan sastra.
B. Jalur Masuknya Islam di Indonesia
Pertama, penduduk pribumi berhubungan dengan agama Islam kemudian
menganutnya. Kedua, orang-orang Asing Asia, seperti Arab, India, dan Cina yang telah
beragama Islam bertempat tinggal secara permanen di satu wilayah Indonesia melakukan
perkawinan campuran dan mengikuti gaya hidup lokal.Setidak-tidaknya ada empat teori
tentang islamisasi awal di Indonesia, yaitu teori India, teori Arab, teori Persia, dan teori Cina.
C. Strategi dakwah Islam di Indonesia
1) Perdagangan
2) Perkawinan
3) Politik
4) Pendidikan
5) Kesenian
6) Tasawuf
D. Fase Penyebaran Islam di Indonesia
1. Tahap kehadiran Pedagang Muslim (sebelum abad ke-13 M)
Pendapat masuknya masuknya Islam ke Indonesia sejak abad ke-7 M atau ke-1 H,
Dikemukakan oleh Syeh Syamsudin Abu Abdilah Muhammad bin Talib Ad Dimasyqi
(w.1327 M), ia menyatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia melalui Champa
(Kamboja dan Vietnam) sejak zaman khalifah Usman bin Affan yakni sekitar tahun 651 M
Atau abad ke-7
2. Tahap terbentuknya kerajaan Islam (13-16 M)
Pada fase ini ditandai dengan munculnya pusat-pusat kerajaan Islam. makam Malik
al-Shaleh yang terletak di kecamatan Samudra di Aceh utara dengan angka tahun 696 H/
1297 M merupakan bukti yang jelas adanya kerajaan Islam di Pasai. Historiografi tradisional
lokal, hikayat Raja-raja Pasai dan Sejarah Melayu Malik, menyebutkan penguasa Pertama
kerajaan Samudra Pasai adalah Malik al-Shalih. Akan tetapi, di Barus telah ditemukan
makam seorang perempuan yang bernama Tuhar Amisuri dengan angka tahun 602 H. Hal ini
membuktikan bahwa Pada permulaan abad ke-13 M, sudah ada pemukiman masyarakat Islam
Di Barus.
3. Tahap pelembagaan Islam
Pada fase ini para pemangku kerajaan berguru ke pusat pendidikan Islam seperti
ternate yang berguru ke Giri Gresik. Agama Islam yang Berpusat di Pasai tersebar luas ke
Aceh di Pesisir Sumatra, Semenanjung Malaka, Demak, Gresik, Banjarmasin, dan Lombok.

21

Anda mungkin juga menyukai