JUDUL
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM MASA
NABI MUHAMMAD SAW
Disusun oleh:
kelompok IV
FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
MARTAPURA
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pertumbuhan dan
Perkembangan Peradaban Islam masa Nabi Muhammad SAW ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Izzuddin,M.Ag pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Martapura
16 maret
2021
Penyusun Kelompok IV
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peristiwa penting yang menghitung anak-anak pada usia 35 tahun, Waktu itu
bangunan Ka'bah rusak berat. Perbaikan ka'bah dilakukan secara gotong royong,
para penduduk Mekkah membantu perkerjaan itu dengan bekerja. Tetapi pada
saat terahir.ketika perkerjaan tinggal mengangkat dan meletakkan hajarul aswad
di tembat semula, timbul perselisihan karena setiap suku yang berhak melakukan
tugas terahir dan terhormat.perselisihan semangkin memuncak maka pemimpin
qurais sepakat bahwa orang yang pertama masuk ke ka'bah melalui pintu shafa,
akan di jadikan hakim untuk memutuskan perkara. Ternya orang pertama masuk
itu adalh nabi Muhammad Saw.
Dari perjalan sejarah Nabi ini, dapat di simpulkan bahwa Nabi Muhammad
Saw, di samping sebagai pemimpin agama, juga seorang negarawan, pemimpin
politik dan administrasi yang cakap. Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi
pemimpin politik, beliau berhasil menundukkan jazirah Arab ke dalam
kekuasaannya.
Muhammad SAW. adalah tokoh besar yang menggagas sejarah Islam. Nabi
yang agung tersebut sangat dikagumi oleh berbagai kalangan, tak terkecuali non-
muslim. Siapapun mengakui kebesaran dan keagungan Muhammad SAW.
melebihi ketokohan nabi-nabi lain sebelumnya. Tulisan ini secara spesifik
membahas tentang ketokohan dan kepemimpinan Muhammad SAW. dalam
realitas sejarah Islam, merujuk kepada sumber-sumber terkait berupa kitab, buku
dan literatur lain. Muhammad SAW. tidak sekedar muballigh (the preecher),
tetapi negarawan (the stateman) yang menggetarkan Jazirah Arab bahkan dunia,
disebut juga sebagai, “The spiritual leader”. Muhammad Saw. adalah nabi akhir
yang telah mengimplementasikan prinsip kebebasan agama dan toleransi
beragam serta koeksistensi sosial sesuai ajaran Islam. Piagam Madinah misalnya
merupakan fakta sejarah atas realisasi kebebasan berpikir dan kebebasan agama
serta toleransi beragama dalam Islam yang diwariskan oleh Nabi Agung, yaitu
Muhammad SAW. Ide baru tentang sistem pemerintahan dan bentuk-bentuk
lembaga politik negara sebagai produk peradaban, selanjutnya terjadi pada
periode khalifah empat, disebut “al-Khulafaa‟ al-Raasyiduun” yang berlangsung
pemerintahanya selama tiga puluh tahun (632-661 M).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
Sejarah Islam dalam banyak hal berkenaan dengan masa lampau Islam dan
umatnya laksana sumber mata air yang tak habis-habisnya ditimba banyak orang.
Sejarah Islam mengandung kadar pengetahuan yang senantiasa berguna bagi
manusia kini maupun masa mendatang. Apalagi di era kontemporer ini, yaitu di
saat modernitas dan teknologi berkembang secara dinamis, memotivasi umat
Islam untuk memperluas wawasan pengetahuannya, maka wacana keislaman
dalam perspektif sejarah tak bisa diabaikan begitu saja. Statemen tersebut
setidaknya menafikan sikap kalangan tertentu yang sepakat mengesampingkan
sejarah Islam. Mereka menganggap sejarah sebagai sesuatu yang usang/
ketinggalan zaman (out of date). Sejarah tidak mampu memberikan kontribusi
langsung kepada siapapun. Bahkan sebagian kalangan menyebutkan bahwa
sejarah secara umum hanyalah masa lalu yang tidak ada kaitannya dengan masa
kini.
Padahal sebenarnya tak akan ada masa kini, bila tidak ada masa lalu. John
Tosch menegaskan dalam buku,”The Pursuit of History”: “History is collective
memory, the storehouse of experience through which people develop a sense of
their social identity and their future prospects”.1 (Sejarah adalah kumpulan
memori, gudang pengalaman dimana orang/ masyarakat mengembangkan rasa
identitas sosial dan gambaran masa depan mereka). Maka perlu objektifikasi
terhadap data dan fakta sejarah masa lalu demi masa depan yang lebih baik. Tentu
sangat erat hubungan antara masa lampau, masa kini dan masa akan datang.
Diperlukan keseimbangan diantara ketiganya demi kesempurnaan peradaban di
tengan masyarakat. Begitu juga sikap kita tentunya terhadap Muhammad SAW.
Sebagai bagian dari sejarah Islam dalam keseluruhan peradaban manusia. Ia
adalah tokoh besar yang menggagas sejarah Islam. Nabi yang agung tersebut
1
John Tosch, The Pursuit of History : Aim Methods and New Directions in The Study of Modern History. (London
and New York:Longmann 1984).hlm 1
sangat dikagumi oleh berbagai kalangan, tak terkecuali non-muslim. Apalagi di
bulan Maulid (Rabi‟ al- Awwal), sebagian besar umat Islam digiring ke arah
situasi diri atau kejiwaan tertentu dengan penuh perasaan, mengakui kebesaran
dan keagungan.
2
Lihat Ziauddin Sardar, Rekayasa Masa Depan Peradaban Islam, terj.Rahmani Astuti, (Bandung: Mizan,
1986),h. 11 Lihat juga dalam Siti Maryam (Ed), Sejarah Peradaban Islam, Dari Masa Klasik Hingga Moderen,
(Yogyakarta: LESFI, 2003), hlm10
Dalam catatan sejarah, peradaban Islam terus tumbuh dan berkembang pesat
mencapai puncak keemasannya (The Golden Age of Islam) pada periode dinasti
Abbasiyah di Bagdad, sebuah pemerintah yang tampilannya secara umum berbeda
dengan dinasti Umayyah yang cenderung bersifat Arab Sentris, berkuasa cukup lama
sampai tahun 1258 M (pasca penyerangan Bangsa Mongol).
Satu prestasi besar yang dicapai waktu itu adalah perkembangan ilmu pengetahuan.
Sebut saja Nizhamiyah, sebuah universitas besar yang menjadi pusat kajian ilmu
pengetahuan dan sastra. Situasi yang sangat dinamis ini mejadi semarak, ditambah
dengan kelahiran ilmuan muslim dalam beberapa disiplin ilmu.3 Walaupun kemudian
abad ketiga belas masehi disebut dengan periode disintegrasi sistem pemerintahan
Islam, namun sisa-sisa hasil peradaban Islam tidak lenyap begitu saja. Kemunculan
Islam di Andalusia dan beberapa dinasti di abad pertengahan, mengingatkan kita akan
bentuk-bentuk peradaban yang dicapai dunia Islam sepanjang sejarah. Dipastikan
bahwa kesemuanya merupakan implikasi sejarah dari perjuangan panjang Nabi
Muhammad SAW. selama berada di Jazirah Arab.
Istilah, “Hijrah”, terderivasi dari kata dalam Bahasa Arab yaitu: ”Haajara-
Yuhaajiru-Hijrah”, berarti pindah, berpindah, bergerak dari satu tempat yang
3
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarata: Bulan Bintang,
1975),hlm13.
yang lain. Hijrah berarti tidak sekedar pindah, pindah tanpa sebab tertentu asal
pindah atau pindah karena pertimbangan pragmatis sekali. Istilah lain yang
sering digunakan untuk hijrah adalah kata, “eksodus”. Pindah dimaksud
adalah pindah karena tujuan tertentu yang diprediksi akan menjadi lebih baik.
Sudah pasti ada idealisme tertentu yang mendorong seseorang untuk pindah
atau pindah karena ada tugas yang lebih berat.
Bila hal tersebut dilakukan, maka seseorang yang hijrah akan menjadi lebih
berpengalaman dalam hidupnya. Berarti hijrah sangat berbeda dengan
kegiatan sekedar pindah. Hijrah selanjutnya tidak sebatas bergerak (to move
atau to remove) bisa juga (to change) berarti berubah atau mengalami
perubahan pasca pindah. Hijrah dimaksud adalah kegiatan hijrah sebagaimana
dicontohkan Nabi Muhammad SAW. dari kota Mekkah dan kemudian
menetap di Yatsrib (Madinah). Beberapa kata dalam Sejarah Islam yang dapat
disinonimkan dengan perubahan peradaban antara lain: Taghyiir (perubahan),
Tajdiid/Modernism (pembaharuan), Tathwiir (peralihan), Ihyaa‟
(menghidupkan kembali), Tabdiil/Change (pergantian), Purification
(pemurnian), Revivalism (kebangkitan) dan semacamnya. Dua dari beberapa
tokoh besar dalam Islam berikutnya yang menginspirasikan pembaharuan
adalah Ibnu Sina (Avenciena) dan Ibnu Rusyd (Averoism). Tak ketinggalan
beberapa pembaharu peradaban Islam di Indonesia. Hijrah juga bermakna
bergantinya satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya (Tabdiil al-„Amal/ al-
Wazhiifah). Misalnya disebutkan,”Raja‟na min Jihaad al-Ashghar ila Jihad al-
Akbar”. Siap berhijrah ke lokasi baru berarti siap menghadapi tantangan baru
dan meninggalkan peradaban lama untuk menjadi lebih baik. Sekali lagi
wujud-wujud kebudayaan dan sekaligus peradaban yang kemudian
membedakan manusia ketika berada diatas biosfer bumi.
Periode klasik ini dibagi ke dalam dua masa yaitu masa Kemajuan Islam
I (650 – 1000 M) dan masa Disintegrasi (1000 – 1250 M). Masa
Kemajuan Islam I merupakan masa ekspansi, integrasi dan keemasan
Islam. Masa ini meliputi zaman pemerintahan Khulafa Al-Rasyidin (632
– 661 M), zaman Dinasti Bani Umayyah (661 – 750 M), dan separuh dari
zaman Dinasti Bani Abbas (750 – 1000 M). Adapun masa Disintegrasi --
dalam bidang politik--, sebenarnya telah mulai terjadi pada akhir zaman
4
.Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja grafindo Persada,
2015), cet.1.,h. 2
5
Harun Nasution, op. cit. h. 50.
Bani Umayyah, namun memuncak di zaman Bani Abbas yaitu ketika
Khalifah-khalifah menjadi boneka dalam tangan tentara pengawal.
Daerah-daerah yang jauh letaknya dari pusat pemerintahan di Damaskus
dan kemudian di Baghdad, melepaskan diri dari kekuasaan Khalifah di
pusat dan bermunculanlah dinasti-dinasti kecil. Dinasti-dinasti kecil itu
antara lain; Dinasti Idrisi yang beribukota Fas (Fez) di Maroko (788 - 974
M), Dinasti Aghlabi di Tunis (800 - 969 M), Dinasti Ibn Tulun di Mesir
(686 - 905 M), Dinasti Ikhsyid di Mesir (935 - 969 M), Dinasti Mamalik
di Mesir (1250 - 1517 M ), Khalifah Fathimiah di Mesir (909 - 1171 M),
Dinasti Ayyubiyah di Mesir (1171 - 1250 M), Dinasti Hamdani di Suria
(944 - 1003 M), Dinasti Tahiri di Khurasan (820 - 872 M), Dinasti Saffari
di Khurasan (872 - 908 M), Dinasti Samani di Transoxania (874 - 999
M), dll.
Dinasti Timur Lenk ini berkuasa sampai pertengahan kedua abad XV.
Pada tahun 1174 M, Khalifah Fathimiah yang beraliran Syi’ah di Mesir
digantikan oleh Dinasti Salah al-Din al-Ayubi yang beraliran Sunni dan
pahlawan Islam dalam Perang Salib. Tahun 1250 M, kekuasaan Dinasti
Ayubiah beralih ke Dinasti Mamluk sampai tahun 1517 M. Dinasti
Ghaznawi di India dapat bertahan sampai tahun 1175 M dan diganti oleh
pengikut Ghaur Khan (berasal dari 21 salah satu suku bangsa Turki)
sampai tahun 1206 M.
Pada fase kemajuan sebagai Masa Kemajuan Islam II, Tiga Kerajaan
Besar yang terdapat di dunia Islam yaitu Kerajaan Usmani di Turki,
Kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India mengalami
kejayaan terutama dalam bentuk literatur dan arsitek. Pada fase
kemunduran sebagai Masa Kemunduran Islam II, ke Tiga Kerajaan Besar
tersebut mengalami kemunduran dan kehancuran setelah mengalami
kekalahan-kekalahan dalam menghadapi pemberon-takan-pemberontakan
di dalam negeri dan peperangan dengan negara tetangga. Kerajaan Turki
Usmani akhirnya lenyap setelah kalah dalam Perang Dunia I dan menjadi
Republik Turki pada tahun 1924 M. Kerajaan Safawi di Persia pada tahun
1750 M dirampas oleh Dinasti Zand lalu tahun 1794 M oleh Dinasti Qajar
sampai tahun 1925 M. Kerajaan Mughal di India pada tahun 1857 M
dijajah Inggris hingga mencapai kemerdekaan tahun 1947 M.
9. Timur Tengah pada Abad ke-19 dan ke-20 Sampai Perang Dunia I
(1798-1914 M)
10. Dunia Islam Sejak Perang Dunia I (1914-1968 M) Di samping itu, Ira
M. Lapidus7 membagi periodisasi sejarah Islam ke dalam tiga bagian,
yaitu:
7
Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societies dalam Sejarah Sosial Umat Islam, 2 Jilid, terj. Ghufron A.
Mas’adi (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2000); lihat pula Siti Maryam, Ibid. h. 12-15.
c. Berperannya nilai-nilai Islam dan kelompok elite Islam yang mengubah
mayoritas masyarakat Timur Tengah.
a. Periode antara akhir abad XVIII sampai awal abad XX, yang ditandai
dengan hancurnya sistem kenegaraan muslim dan dominasi territorial
serta komersial Eropa. Elit politik, agama, dan kesukuan masyarakat
muslim berusaha menetapkan pendekatan keagamaan dan ideologi baru
bagi perkembangan internal masyarakat mereka.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah Islam mengandung kadar pengetahuan yang senantiasa berguna bagi
manusia kini maupun masa meiu ndatang. Apalagi di era kontemporer ini, yaitu
di saat modernitas dan teknologi berkembang secara dinamis, memotivasi umat
Islam untuk memperluas wawasan pengetahuannya, maka wacana keislaman
dalam perspektif sejarah tak bisa diabaikan begitu saja. Islam yang di wahyukan
kepada Nabi Muhammad Saw telah membawa bangsa arab yang semula
terbelakang, bodoh, tidak beradap dan tidak terkenal, dan di abaikan oleh bangsa
lain, menjadi bangsa yang maju.
Hijrah sesungguhnya adalah penguatan peradaban di tempat yang baru atau sebuah
peradaban merupakan refleksi dari hijrah. Hijrah dalam Islam sangatlah penting
keberadaannya. Ia merupakan titik awal pembaharuan Islam. Sudah pasti umat Islam
harus tergerak merubah dirinya dari situasi vakum ke situasi yang lebih dinamis. Bila
tidak, maka mereka akan digilas arus modernitas yang identik dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.