PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Daerah Irigasi (D.I) Amandit merupakan salah satu pengembangan areal irigasi baru di
Propinsi Kalimantan Selatan dalam upaya peningkatan produksi pertanian dan jaminan
ketahanan pangan khususnya di kabupaten Hulu Sungai Selatan, sekitar 135 km sebelah utara
dari kota Banjarmasin, ibu kota propinsi Kalimantan Selatan. Daerah Irigasi yang secara
topografis dapat diairi dari Bendung Amandit seluas 7.399 Ha, dengan pengambilan irigasi
dari bangunan intake kiri melalui saluran muka panjang 5 km dan dibagi menjadi saluran
induk kiri mengairi areal saluran 3.000 Ha. Sedangkan saluran induk kanan memotong sungai
Amandit dengan konstruksi talang mengairi areal seluas 4.399 Ha.
Sumber air D.I Amandit adalah sungai Amandit yang dibendung di Desa Malutu
kecamatan Padang Batung. Luas Areal yang dapat dialiri mencapai 5472 Ha, yang terbagi
dalam wilayah layanan sebelah kiri dan kanan sungai Amandit tersebar di kecamatan Padang
Batung, Kandangan, Sungai Raya, Simpur, dan Angkinang.
Manajer Proyek dari PT Wijaya Karya (Persero), Agung Budi Waskito menjelaskan,
secara garis besar pekerjaan pembangunan jaringan irigasi Amandit ini terbagi menjadi dua
bagian, yaitu pembangunan weir atau bendung irigasi, dan jaringan irigasinya berupa kanal
primer dan sekunder. Weir atau bendung di desa Malutu, Kecamatan Hulu Sungai Selatan,
dengan spesifikasi teknisnya tinggi bendung 8 meter, lebar 57 meter dan tipe bendung adalah
bendung beton. Sedangkan pembangunan jaringan irigasi berupa saluran kanal primer dan
sekunder dengan lining concrete dibuat sepanjang 28 km untuk saluran primer dan 120 km
untuk saluran sekunder. Kegiatan desain D.I Amandit telah dilaksanakan oleh PT. BPP. TRI
TUNGGAL tahun 1985 dan Studi AMDAL dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian
Universitas Lambung Mangkurat tahun 2000.
Dengan selesainya pembangunan Bendung, Saluran Primer dan sebagian Saluran
Sekunder sampai dengan saat ini, maka air irigasi Amandit sudah dapat mengairi areal
persawahan fungsional (existing) seluas 2096 Ha. Dengan mekanisme pengambilan air
dengan cara menyadap pada bangunan air yang telah dibangun pada saluran primer kiri dan
kanan D.I Amandit. Bangunan Bagi Pada luas layanan sebesar 2096 Ha tersebut telah
dilakukan pembangunan beberapa jaringan tersier oleh Dinas Pertanian Kabupaten Hulu
Sungai Selatan.
BAB II
TUJUAN
II. Tujuan
2.1 Tujuan Proyek
Tujuan dari di dirikannya bendung amandit di kabupaten Hulu Sungai Selatan antara
lain sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
BAB III
PEMBAHASAN
III. Pembahasan
bendung
hendaknya
dipilih
lokasi
yang
paling
menguntungkan dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan, pengamanan,
pelaksanaan, pengoperasian, dampak bangunan dan sebagainya. Dari beberapa pengalaman
memilih lokasi bendung tidak semua persyaratan dapat terpenuhi. Sehingga lokasi bendung
ditetapkan pada persyaratan yang dominan. Pemilihan lokasi bendung didasarkan paa
beberapa faktor, yaitu :
a) Keadaan Topogafi.
b) Keadaan Hidrologi.
c) Kondisi Topografi.
d) Kondisi Hiraulik dan Morfologi.
e) Kondisi Tanah Pondasi.
f) Biaya Pelaksanaan.
3.4 Bagian-Bagian Bendung.
a) Tubuh Bendung (Weir)
Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk membendung laju
aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi awal. Bagian ini
biasanya terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau beton.
Tubuh bendung umumnya dibuat melintang pada aliran sungai. Tubuh bendung
merupakan bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam keadaan normal
maupun air banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap tekanan air, tekanan akibat
perubahan debit yang mendadak, tekanan gempa,dan akibat berat sendiri.
b) Pintu Air (Gates)
Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur, membuka,
dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang
penting dari pintu air, yaitu:
1) Daun Pintu (Gate Leaf)
Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat digerakkan
untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran air.
2) Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang
digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang
direncanakan.
3) Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk
menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari
pintu air ke dalam konstruksi beton.
4) Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup
dengan mudah.
c) Pintu Pengambilan (Intake)
Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan
mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada bendung,
tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kiri, dan bisa juga
hanya sebuah, tergantung dari letak daerah yang akan diairi. Bila tempat pengambilan
dua buah, menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula. Kadang-kadang bila
salah satu pintu pengambilam debitnya kecil, maka pengambilannya lewat goronggorong yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini akan menyebabkan tidak perlu
membuat dua bangunan penguras dan cukup satu saja.
d) Pintu Penguras
Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan bendung dan
kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak daripada
pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kiri bendung, maka
penguras pun terletak pada sebelah kiri pula. Bila pintu pengambilan terletak pada
sebelah kanan bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kanan pula.
Sekalipun kadang-kadang pintu pengambilan ada dua buah, mungkin saja bangunan
penguras cukup satu hal ini terjadi bila salah satu pintu pengambilan lewat tubuh
bendung. Pintu penguras ini terletak antara dinding tegak sebelah kiri atau kanan
bendung dengan pilar, atau antara pilar dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai
2,50 meter tergantung konstruksi apa yang dipakai. Pintu penguras ini berfungsi untuk
menguras bahan-bahan endapan yang ada pada sebelah udik pintu tersebut. Untuk
membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan
dibuka setiap harinya selama kurang lebih 60 menit. Bila ada benda-benda hanyut
mengganggu eksploitasi pintu penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat
pintu menjadi dua bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda
hanyut dapat lewat diatasnya.
e) Kolam Peredam Energi
Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada palung
maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi loncatan air.
Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan setempat
(local scauring). Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi
peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk pertemuan antara
penampang miring, penampang lengkung, dan penampang lurus. Secara garis besar
konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu :
1) Ruang Olak Tipe Vlughter
Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak membawa
batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh tinggi energi di
hulu di atas mercu dan perbedaan energi di hulu dengan muka air banjir hilir.
2) Ruang Olak Tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan
peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis kolam
peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu tinggi energi di atas
mercu dan perbedaan tinggi energi di hulu dengan muka air banjir di hilir.
pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang luas maka bendung gerak (bendung
berpintu) merupakan pilihan yang tepat.
Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang
tidak terlalu luas (misal di daerah hulu ) maka bendung tetap merupakan pilihan yang tepat.
Jika sungai mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka peredam energi yang
sesuai adalah tipe bak tenggelam. Bagian hulu muka pelimpah direncanakan mempunyai
kemiringan untuk mengantisipasi agar batu-batu bongkah dapat terangkut lewat di atas
pelimpah. Jika sungai tidak mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka
peredam energi yang sesuai adalah tipe kolam olakan (stilling basin).
Debit banjir rencana periode ulang 100 tahunan (Q100), diperoleh dari
analisis hidrologi.--> (Q100 = 800 m3/dt)
Cd
Be
H1
Kp =
Jumlah pilar
koefisien kontraksi pilar (untuk pilar dengan penampang bulat, kp = 0.01)
Tinggi mercu bendung (p) dianjurkan tidak lebih dari 4.00 meter dan minimum 0.5 H.
d) Menentukan Tinggi Muka Air di Atas Mercu Bendun
Tinggi muka air di atas mercu bendung dapat dihitung dengan persamaan tinggi
energy debit, yaitu :
Qd = Cd g b H3/2
Dimana :
Qd = debit desain, m3/det
Cd = koefisien debit = Cd = C0 . C1. C2
g = percepatan gravitasi
b = lebar mercu efektif
H = tinggi energy di atas mercu
e) Panjang atau Lebar Mercu Bendung
Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus diperhitungkan terhadap :
Kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup;
Batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit desain.
Sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur
lebar. Bila desain panjang mercu bendung terlalu pendek, akan memberikan tinggi
muka air di atas mercu lebih tinggi. Akibatnya tanggul banjir di udik akan bertambah
tinggi pula. Demikian pula genangan banjir akan bertambah luas. Sebaliknya bila
terlalu lebar dapat mengakibatkan profil sungai bertambah lebar pula sehingga akan
terjadi pengendapan sedimen di udik bendung yang dapat menimbulkan gangguan
penyadapan aliran ke intake.
f) Lebar Efektif Mercu Bendung
Lebar mercu bendung efektif , Be, yaitu panjang mercu bendung bruto, Bb, dikurangi
dengan lebar pilar dan pintu pembilas. Artinya panjang mercu bendung yang efektif
melewatkan debit banjir desain.
Lebar mercu bendung efektif dapat dihitung dengan cara yaitu :
Be = Bb 20% b t
Be = Bb 2 (n . kp + ka)H
Dimana :
Be = lebar mercu efektif (meter)
Bb = lebar mercu bruto (meter)
b = jumlah lebar pembilas
t = jumlah pilar-pilar pembilas
n = jumlah pilar pembilas dan pilar jembatan
kp = koefisien kontraksi pilar
ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H = tinggi energy, yaitu h + k; h = tinggi air; k = v2/2g
Harga koefisien kontraksi pilar dapat dilihat pada Standar Perencanaan Irigasi, KP-02.
g) Menentukan Panjang dan Dalam Kolam Olak
Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi yang
terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari suatu aliran
yang berkecepatan tinggi. Kolam olak sangat ditentukan oleh tinggi loncatan hidraulis,
yang terjadi di dalam aliran.
k) Pintu Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B), sedangkan pada
saat banjir pintu penguras ditutup. Bila banjir lewat di atas pintu, maka tinggi pintu
penguras harus setinggi mercu bendung. Oleh karena itu, tebal pintu juga harus
diperhitungkan untuk tinggi air setinggi air banjir
3.8 Stabilitas Bendung
Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat syarat konstruksi dari bendung,
antara lain:
1) Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir
2) Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran sungai dan
aliran air yang meresap di dalam tanah
3) Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya
4) Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi muka air
minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.
3.9 Data Umum Bendung Amandit (HSS) Kecamatan Malutu
Bendung :
1) Sumber Air
2) Lokasi
3) Tipe Mercu
4) Panjang Bendung
5) Tinggi Bendung
6) Debit Banjir Rancangan
7) Debit Rencana
8) Elevasi Mercu
9) Pintu Pembilas
10) Pintu Pengambilan
11) Pintu Penguras
12) Pintu Luncuran Bambu
: Sungai Amandit
: 20 km hulu kota Kandangan
: Ogee Type with 2R
: 57 m
:8m
: 790 m3/s
: 9.795 m3/s
: + 23.20 m
: 3 nos @ 1.40 m x 4.50 m
: 5 nos @ 1.40 m x 1.95 m
: 5 nos @ 2.20 m x 1.55 m
: 1 nos @ 3.00 m x 3.80 m
Jaringan :
1) Panjang Saluran Induk Utama
2) Panjang Saluran Induk Kiri
3) Panjang Saluran Induk Kanan
4) Panjang Saluran Sekunder Kiri
5) Panjang Saluran Sekunder Kanan
6) Bangunan Bagi dan Sadap
7) Bangunan Pelengkap
8) Saluran Pembuang
9) Saluran Tersier
10) Saluran Suplesi
11) Talang
12) Panjang Jalan Masuk
: 5.000 m
: 10.500 m
: 9.600 m
: 26.843 m
: 21.700 m
: 71 bh
: 228 bh
: 6.500 m
: 7.399 ha
: 1.000 m
: 2 bh
: 11.000 m
Nomor Kontrak
Tanggal Kontrak
Jumlah Kontrak
Periode
Kontraktor
Konsultan
Sumber Dana
: 001/PKK/Ai.17.01f/2005
: May 31, 2005
: Rp 126.507.887.575,26
: August 26, 2005 - April 30, 2009 (1344 hr)
: PT. Wijaya Karya Mirai
: Consultant PTSL II
: Loan JICA (IP.505) dan APBN
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan Pengamatan
Pada bendung Amandit yang berada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan saat pada
pengamatan air debit air yang berada dalam bendung tidak keluar dalam bendung atau
keadaan air tersebut rendah di karenakan saat pengamatan mengalami musim kemarau
panjang, namun air tetap mengalir tetapi hanya melewati pintu air dan terminal bamboo
rafting, dan juga pada saat pengamatan tidak ada orang penjaganya dan kurangnya
pemliharaan yang ada di bendung tersebut.
4.2 Saran
Agar bendung tersebut bisa di pergunakan secara optimal diharapkan untuk
pemerintah agar menjaga dan memelihara bendung tersebut serta operasional nya.
LAMPIRAN
Foto 1.
Bendung amandit tampak
depan.
Foto 2.
Pintu air untuk
menyalurkan air ketika
musim kemarau.
Foto 3.
Foto 4.
Bendung amandit dengan
panjang 47.8m dan tinggi
8m.
Foto 5.
Pos tempat penjagaan
pintu air tidak
digunakan/tidak ada orang
nya.
Foto 6.
Sungai amandit yang
berada di belakang
bendung.
Foto 7.
Saya mengamati tinggi
pintu air dan laju air.
Foto 8.
Tempat penyaring
sampah-sampah untuk
aliran irigasi.
Foto 9.
Saluran irigasi untuk
membagi air ke para
petani.
Foto 10.
Pintu air untuk mengatur
pembagian air pada para
petani.
Foto 11.
Alat pengatur pintu air
bendung amandit
Foto 12.
Gambar bendung amandit
diambil melalui GPS.
Disusun Oleh
Nama
Maulana Al Farisi
NIM
Dosen
Mata Kuliah
Prodi
:
:
:
:
S03130109
Ahmad Norhadi, MT
Rekayasa Bangunan Air
Teknik Sipil / VD