Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Daerah Irigasi (D.I) Amandit merupakan salah satu pengembangan areal irigasi baru di
Propinsi Kalimantan Selatan dalam upaya peningkatan produksi pertanian dan jaminan
ketahanan pangan khususnya di kabupaten Hulu Sungai Selatan, sekitar 135 km sebelah utara
dari kota Banjarmasin, ibu kota propinsi Kalimantan Selatan. Daerah Irigasi yang secara
topografis dapat diairi dari Bendung Amandit seluas 7.399 Ha, dengan pengambilan irigasi
dari bangunan intake kiri melalui saluran muka panjang 5 km dan dibagi menjadi saluran
induk kiri mengairi areal saluran 3.000 Ha. Sedangkan saluran induk kanan memotong sungai
Amandit dengan konstruksi talang mengairi areal seluas 4.399 Ha.
Sumber air D.I Amandit adalah sungai Amandit yang dibendung di Desa Malutu
kecamatan Padang Batung. Luas Areal yang dapat dialiri mencapai 5472 Ha, yang terbagi
dalam wilayah layanan sebelah kiri dan kanan sungai Amandit tersebar di kecamatan Padang
Batung, Kandangan, Sungai Raya, Simpur, dan Angkinang.
Manajer Proyek dari PT Wijaya Karya (Persero), Agung Budi Waskito menjelaskan,
secara garis besar pekerjaan pembangunan jaringan irigasi Amandit ini terbagi menjadi dua
bagian, yaitu pembangunan weir atau bendung irigasi, dan jaringan irigasinya berupa kanal
primer dan sekunder. Weir atau bendung di desa Malutu, Kecamatan Hulu Sungai Selatan,
dengan spesifikasi teknisnya tinggi bendung 8 meter, lebar 57 meter dan tipe bendung adalah
bendung beton. Sedangkan pembangunan jaringan irigasi berupa saluran kanal primer dan
sekunder dengan lining concrete dibuat sepanjang 28 km untuk saluran primer dan 120 km
untuk saluran sekunder. Kegiatan desain D.I Amandit telah dilaksanakan oleh PT. BPP. TRI
TUNGGAL tahun 1985 dan Studi AMDAL dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian
Universitas Lambung Mangkurat tahun 2000.
Dengan selesainya pembangunan Bendung, Saluran Primer dan sebagian Saluran
Sekunder sampai dengan saat ini, maka air irigasi Amandit sudah dapat mengairi areal
persawahan fungsional (existing) seluas 2096 Ha. Dengan mekanisme pengambilan air
dengan cara menyadap pada bangunan air yang telah dibangun pada saluran primer kiri dan
kanan D.I Amandit. Bangunan Bagi Pada luas layanan sebesar 2096 Ha tersebut telah
dilakukan pembangunan beberapa jaringan tersier oleh Dinas Pertanian Kabupaten Hulu
Sungai Selatan.

BAB II
TUJUAN
II. Tujuan
2.1 Tujuan Proyek
Tujuan dari di dirikannya bendung amandit di kabupaten Hulu Sungai Selatan antara
lain sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Sebagai pengendali pembagian air.


Meningkatakan produksi padi melalui pengelolaan sumber daya air.
Meningkatkan taraf atau kesejahteraan kehidupan masyarakat disekitar proyek.
Meningkatkan standar hidup petani.
Meningkatkan kesempatan kerja disekitar area proyek.
Pendistribusian air irigasi yang merata berguna untuk pengendalian banjir.

2.2 Tujuan Pengamatan


Adapun tujuan pengamatan bendung amandit di kabupaten Hulu Sungai Selatan yg di
lakukan mahasiswa antara lain :
1) Untuk Mengetahui masih berfungsi tidak nya bendung tersebut.
2) Mengetahui data-data teknis bendung dan dimensinya.
3) Melihat secara langsung bendung tersebut dan memaparkan nya.
2.3 Permasalahan
Adapun permasalahan yang diangkat pada penelitian ini yaitu apa itu bendung,
bagian-bagian bendung serta fungsinya dalam kehidupan manusia ?

BAB III
PEMBAHASAN
III. Pembahasan

3.1 Pengertian Bendung


Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk meninggikan muka
air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah satu bagian dari bangunan utama.
Bangunan utama adalah bangunan air (Hydraulic structure) yang terdiri dari bagian bagian :
Bendung (Weir structure), bangunan pengelak (Diversion structure), bangunan pengambilan
(intake structure), bangunan pembilas (flushing structure), dan bangunan kantong lumpur
(sediment trap structure).
Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk meninggikan elevasi muka
air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadapdan dialirkan ke saluran lewat
bangunan pengambilan (intake structure).
3.2 Jenis-jenis bendung
a) Bendung tetap (fixed weir, uncontrolled weir).
Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungnya tidak dapat diubah,
sehingga muka air dihulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang di kehendaki. Pada
bendung tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah sesuai dengan debit sungai
yang sedang melimpas (muka air tidak bisa diatur). Bendung tetap biasanya dibangun
pada daerah hulu sungai, karena pada daerah hulu sungai kebanyakan tebing-tebing
sungai yang curam dari pada daerah hilir. Pada saat kondisi banjir maka elevasi muka
air dibendung tetap yang di bangun didaerah hulu tidak meluber kemana-mana karena
terkurung oleh tebing-tebing yang curam.
b) Bendung gerak/bendung berpintu (gated weir, barrage).
Bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pembendungnya dapat diubah sesuai
dengan yang dikehendaki. Pada bendung gerak, elevasi muka air dihulu bendung dapat
dikendalikan naik atau turun sesuai yang dikehendaki dengan membuka atau menutup
pintu air (gate). Bendung gerak biasanya dibangun pada daerah hilir sungai atau
muara. Pada daerah hilir sungai atau muara sungai kebanyakan tebing-tebing sungai
relative lebih landai atau datar. Pada kondisi banjir, maka elevasi muka air sisi hulu
bendung gerak yang dibangun di daerah hilir bisa digunakan dengan membuka pintupintu air (gate) sehingga air tidak meluber kemana-mana, karena air akan mengalir
lewat pintu air yang telah dibuka.
3.3 Pemilihan lokasi bendung
Dalam pemilihan lokasi

bendung

hendaknya

dipilih

lokasi

yang

paling

menguntungkan dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan, pengamanan,
pelaksanaan, pengoperasian, dampak bangunan dan sebagainya. Dari beberapa pengalaman
memilih lokasi bendung tidak semua persyaratan dapat terpenuhi. Sehingga lokasi bendung

ditetapkan pada persyaratan yang dominan. Pemilihan lokasi bendung didasarkan paa
beberapa faktor, yaitu :
a) Keadaan Topogafi.
b) Keadaan Hidrologi.
c) Kondisi Topografi.
d) Kondisi Hiraulik dan Morfologi.
e) Kondisi Tanah Pondasi.
f) Biaya Pelaksanaan.
3.4 Bagian-Bagian Bendung.
a) Tubuh Bendung (Weir)
Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk membendung laju
aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi awal. Bagian ini
biasanya terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau beton.
Tubuh bendung umumnya dibuat melintang pada aliran sungai. Tubuh bendung
merupakan bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam keadaan normal
maupun air banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap tekanan air, tekanan akibat
perubahan debit yang mendadak, tekanan gempa,dan akibat berat sendiri.
b) Pintu Air (Gates)
Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur, membuka,
dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang
penting dari pintu air, yaitu:
1) Daun Pintu (Gate Leaf)
Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat digerakkan
untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran air.
2) Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang
digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang
direncanakan.
3) Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk
menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari
pintu air ke dalam konstruksi beton.
4) Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup
dengan mudah.
c) Pintu Pengambilan (Intake)
Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan
mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada bendung,
tempat pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kiri, dan bisa juga
hanya sebuah, tergantung dari letak daerah yang akan diairi. Bila tempat pengambilan

dua buah, menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula. Kadang-kadang bila
salah satu pintu pengambilam debitnya kecil, maka pengambilannya lewat goronggorong yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini akan menyebabkan tidak perlu
membuat dua bangunan penguras dan cukup satu saja.
d) Pintu Penguras
Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan bendung dan
kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak daripada
pintu pengambilan. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kiri bendung, maka
penguras pun terletak pada sebelah kiri pula. Bila pintu pengambilan terletak pada
sebelah kanan bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kanan pula.
Sekalipun kadang-kadang pintu pengambilan ada dua buah, mungkin saja bangunan
penguras cukup satu hal ini terjadi bila salah satu pintu pengambilan lewat tubuh
bendung. Pintu penguras ini terletak antara dinding tegak sebelah kiri atau kanan
bendung dengan pilar, atau antara pilar dengan pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai
2,50 meter tergantung konstruksi apa yang dipakai. Pintu penguras ini berfungsi untuk
menguras bahan-bahan endapan yang ada pada sebelah udik pintu tersebut. Untuk
membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan
dibuka setiap harinya selama kurang lebih 60 menit. Bila ada benda-benda hanyut
mengganggu eksploitasi pintu penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat
pintu menjadi dua bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda
hanyut dapat lewat diatasnya.
e) Kolam Peredam Energi
Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada palung
maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi loncatan air.
Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan setempat
(local scauring). Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi
peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk pertemuan antara
penampang miring, penampang lengkung, dan penampang lurus. Secara garis besar
konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu :
1) Ruang Olak Tipe Vlughter
Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak membawa
batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh tinggi energi di
hulu di atas mercu dan perbedaan energi di hulu dengan muka air banjir hilir.
2) Ruang Olak Tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan
peredam energi tipe Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis kolam
peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu tinggi energi di atas
mercu dan perbedaan tinggi energi di hulu dengan muka air banjir di hilir.

3) Ruang Olak Tipe Bucket


Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket, slotted
rooler bucket atau dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini
mempunyai bentuk hampir sama dengan tipe Vlughter, namun perbedaanya
sedikit pada ujung ruang olakan. Umumnya peredam ini digunakan bilamana
sungai membawa batuan sebesar kelapa (boulder). Untuk menghindarkan
kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai yang melengkung sehingga
bilamana ada batuan yang terbawa akan melanting ke arah hilirnya.
4) Ruang Olak Tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter.
Ruang olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenting ada empat tipe
yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan konstruksinya. Tipe-tipe
tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I merupakan ruang olakan datar
dimana peredaman terjadi akibat benturan langsung dari aliran dengan
permukaan dasar kolam, ruang olakan tipe USBR II merupakan ruang olakan
yang memiliki blok-blok saluran tajam (gigi pemencar) di ujung hulu dan di
dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok untuk aliran dengan tekanan
hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan tipe USBR III merupakan ruang
olakan yang memiliki gigi pemencar di ujung hulu, pada dasar ruang olak
dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir dibuat perata aliran, dan tipe ini
cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan ruang
olakan tipe USBR VI merupakan ruang olakan yang dipasang gigi pemencar di
ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan air
dengan tekanan hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5.
5) Ruang Olak Tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint Anthony Falls)
Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan bentuk
ruang olakan lain dimana ruang olakan lain berbentuk melebar. Bentuk hidrolis
tipe ini mensyaratkan Fr (Bilangan Froude) berkisar antara 1,7 sampai dengan
17. Pada pembuatan kolam ini dapat diperhatikan bahwa panjang kolam dan
tinggi loncatan dapat di reduksi sekitar 80% dari seluruh perlengkapan. Kolam
ini akan lebih pendek dan lebih ekonomis akan tetapi mempunyai beberapa
kelemahan, yaitu faktor keselamatan rendah (Open Channel Hidraulics,
V.T.Chow : 417-420)
f) Kantong Lumpur
Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih
besar dari fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan biasanya ditempatkan persis
disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap dalam

kantung lumpur kemudian dibersihkan secara berkala melalui saluran pembilas


kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan endapan-endapan itu
ke sungai sebelah hilir.
g) Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke bangunan
utama untuk keperluan :
1) Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.
2) Pengoperasian pintu.
3) Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga
eksploitasi dan pemeliharaan.
4) Jembatan diatas bendung agar seluruh bagian bangunan utama mudah
dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.
3.5 Tipe-Tipe Mercu Bendung
a) Tipe Mercu Bulat
Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih
tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai sungai,
type ini banyak memberikan keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air hulu
selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung stream line
dan tekanan negatif pada mercu. Untuk bendung dengan 2 jari jari hilir akan
digunakan untuk menemukan harga koefisien debit.
b) Tipe Mercu Ogee
Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam
aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada
permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencananya. Untuk
bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir. Salah satu
alasan dalam perencanaan digunakan Tipe Ogee adalah karena tanah disepanjang
kolam olak, tanah berada dalam keadaan baik, maka tipe mercu yang cocok adalah
tipe mercu ogee karena memerlukan lantai muka untuk menahan penggerusan,
digunakan tumpukan batu sepanjang kolam olak sehingga dapat lebih hemat.
c) Tipe Mercu Vlughter
Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak membawa
batuan-batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia.
d) Tipe Mercu Schoklitsch
Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang mengakibatkan
galian atau koperan yang sangat besar.
3.6 Pemilihan Tipe Bendung
Pemilihan tipe bendung ( bendung tetap ataupun bendung gerak) didasarkan pada
pengaruh air balik akibat pembendungan (back water). Jika pengaruh air balik akibat

pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang luas maka bendung gerak (bendung
berpintu) merupakan pilihan yang tepat.
Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang
tidak terlalu luas (misal di daerah hulu ) maka bendung tetap merupakan pilihan yang tepat.
Jika sungai mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka peredam energi yang
sesuai adalah tipe bak tenggelam. Bagian hulu muka pelimpah direncanakan mempunyai
kemiringan untuk mengantisipasi agar batu-batu bongkah dapat terangkut lewat di atas
pelimpah. Jika sungai tidak mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka
peredam energi yang sesuai adalah tipe kolam olakan (stilling basin).

3.7 Perencanaan Tubuh Bendung


Bangunan tubuh bendung (weir) terdiri dari: pelimpah (spilway), peredam energi
(energy dissipator), pondasi bendung dan lantai hulu bendung.
a) Pelimpah (spilway).
Pelimpah berfungsi untuk menaikkan elevasi muka air. Elevasi puncak pelimpah
direncanakan berdasarkan banyak hal antara lain : elevasi muka air rencana di
bangunan bagi paling hulu, kehilangan tinggi energi pada alat ukur, kehilangan tinggi
energi pada pengambilan saluran primer, kehilangan tinggi energi pada pengambilan,
faktor keamanan dan kemiringan saluran antara bangunan intake dengan bangunan
bagi paling hulu.
Ada beberapa macam profil pelimpah antara lain : pelimpah profil bulat, pelimpah
profil Bazin, pelimpah profil Modified Creager, pelimpah menurut standard WES
(Waterways Experiment Station) serta banyak lagi bentuk profil lainnya.
Rumus debit melalui pelimpah :
Dengan :
Q

Debit banjir rencana periode ulang 100 tahunan (Q100), diperoleh dari
analisis hidrologi.--> (Q100 = 800 m3/dt)

Cd

= Koefisien debit, hasil perkalian antara C1xC2xC3

Be

H1

Lebar efektif bendung (m)

= Tinggi energi di hulu pelimpah (m)

= Lebar pelimpah, tidak termasuk pilar dan bangunan pembilas (m)

Kp =

Jumlah pilar
koefisien kontraksi pilar (untuk pilar dengan penampang bulat, kp = 0.01)

Ka = koefisien konstraksi abutment/dinding (ka = 0.1)


b) Menentukan Tinggi Muka Air Maksimum Pada Sungai
Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi oleh:
Kemiringan dasar sungai ( I );
Lebar dasar sungai (b);
Debit maksimum (Qd).
c) Menentukan Tinggi Mercu Bendung
Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh;
Elevasi kedalaman air di sawah;
Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah;
Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke saluran tersier;
Kehilangan tekanan dari saluran primer ke saluran sekunder;
Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran;
Kehilangan tekanan di alat alat ukur;
Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer;
Persediaan tekanan untuk eksploitasi;
Persediaan untuk bangunan lain.
Tinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik atau dasar sungai
di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam menentukan tinggi mercu bendung maka
harus dipertimbangkan terhadap :

Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan;


Kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan;
Tinggi muka air genangan yang akan terjadi;
Kesempurnaan aliran pada bendung;
Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung;
Tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan minimum
0,5 H (H = tinggi energi di atas mercu).

Tinggi mercu bendung (p) dianjurkan tidak lebih dari 4.00 meter dan minimum 0.5 H.
d) Menentukan Tinggi Muka Air di Atas Mercu Bendun
Tinggi muka air di atas mercu bendung dapat dihitung dengan persamaan tinggi
energy debit, yaitu :
Qd = Cd g b H3/2
Dimana :
Qd = debit desain, m3/det
Cd = koefisien debit = Cd = C0 . C1. C2
g = percepatan gravitasi
b = lebar mercu efektif
H = tinggi energy di atas mercu
e) Panjang atau Lebar Mercu Bendung
Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus diperhitungkan terhadap :
Kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup;

Batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit desain.

Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan, yaitu

Sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur

(bank full discharge);


Umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada ruas sungai yang
telah stabil.
Pengambilan lebar mercu tidak boleh terlalu pendek dan tidak pula terlalu

lebar. Bila desain panjang mercu bendung terlalu pendek, akan memberikan tinggi
muka air di atas mercu lebih tinggi. Akibatnya tanggul banjir di udik akan bertambah
tinggi pula. Demikian pula genangan banjir akan bertambah luas. Sebaliknya bila
terlalu lebar dapat mengakibatkan profil sungai bertambah lebar pula sehingga akan
terjadi pengendapan sedimen di udik bendung yang dapat menimbulkan gangguan
penyadapan aliran ke intake.
f) Lebar Efektif Mercu Bendung
Lebar mercu bendung efektif , Be, yaitu panjang mercu bendung bruto, Bb, dikurangi
dengan lebar pilar dan pintu pembilas. Artinya panjang mercu bendung yang efektif
melewatkan debit banjir desain.
Lebar mercu bendung efektif dapat dihitung dengan cara yaitu :
Be = Bb 20% b t
Be = Bb 2 (n . kp + ka)H
Dimana :
Be = lebar mercu efektif (meter)
Bb = lebar mercu bruto (meter)
b = jumlah lebar pembilas
t = jumlah pilar-pilar pembilas
n = jumlah pilar pembilas dan pilar jembatan
kp = koefisien kontraksi pilar
ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H = tinggi energy, yaitu h + k; h = tinggi air; k = v2/2g
Harga koefisien kontraksi pilar dapat dilihat pada Standar Perencanaan Irigasi, KP-02.
g) Menentukan Panjang dan Dalam Kolam Olak
Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi yang
terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari suatu aliran
yang berkecepatan tinggi. Kolam olak sangat ditentukan oleh tinggi loncatan hidraulis,
yang terjadi di dalam aliran.

h) Menentukan Panjang Lantai Muka


Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan tekanan, selanjutnya
akan terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena sifat air mencari jalan dengan
hambatan yang paling kecil yang disebut Creep Line, maka untuk memperbesar
hambatan, Creep Line harus diperpanjang dengan memberi lantai muka atau suatu
dinding vertical. Untuk menentukan Creep Line, maka dapat dicari dengan rumus atau
teori :
1) Teori Bligh
Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran adalah
sebanding dengan panjang jalan Creep Line.
2) Teori Lane
3) Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi yang
diperlukan oleh air untuk mengalir ke arah vertical lebih besar daripada arah
horizontal dengan perbandingan 3:1.
i) Menentukan Stabilitas Bendung
Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung sesuai dengan
yang direncanakan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Stabilitas bendung
ditentukan oleh gaya gaya yang bekerja pada bendung, seperti:
1) Gaya berat
2) Gaya gempa
3) Tekanan Lumpur
4) Gaya hidrostatis
5) Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat).
j) Perencanaan Pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk ke saluran dan
mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran (pintu
pengambilan atau intake gate). Pada bendung tempat pengambilan bisa terdiri dari 2
pintu yaitu kanan dan kiri, bisa juga hanya satu tergantung letak daerah yang akan
dialiri. Tinggi ambang tergantung pada material yang terbawa oleh sungai. Ambang
makin tinggi makin baik, untuk mencegah masuknya benda padat dan kasar ke
saluran, tapi tinggi ini ditentukan atau dibatasi oleh ukuran pintu. Pada waktu banjir,
pintu pengambilan cukup ditutup untuk mencegah masuknya benda kasar ke saluran.
Penutupan pintu tidak berakibat apa apa karena saat banjir di sungai biaanya tidak
lama. Maka yang dianggap air normal pada sungai adalah setinggi mercu. Ukuran
pintu ditentukan dari segi praktis dan estetika. Lebar pintu biasanya maksimal 2 m
untuk pintu dari kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih besar dari 2 m, harus dibuat
lebih dari satu pintu dengan pilar-pilar diantaranya.

k) Pintu Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B), sedangkan pada
saat banjir pintu penguras ditutup. Bila banjir lewat di atas pintu, maka tinggi pintu
penguras harus setinggi mercu bendung. Oleh karena itu, tebal pintu juga harus
diperhitungkan untuk tinggi air setinggi air banjir
3.8 Stabilitas Bendung
Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat syarat konstruksi dari bendung,
antara lain:
1) Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir
2) Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran sungai dan
aliran air yang meresap di dalam tanah
3) Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya
4) Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi muka air
minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.
3.9 Data Umum Bendung Amandit (HSS) Kecamatan Malutu
Bendung :
1) Sumber Air
2) Lokasi
3) Tipe Mercu
4) Panjang Bendung
5) Tinggi Bendung
6) Debit Banjir Rancangan
7) Debit Rencana
8) Elevasi Mercu
9) Pintu Pembilas
10) Pintu Pengambilan
11) Pintu Penguras
12) Pintu Luncuran Bambu

: Sungai Amandit
: 20 km hulu kota Kandangan
: Ogee Type with 2R
: 57 m
:8m
: 790 m3/s
: 9.795 m3/s
: + 23.20 m
: 3 nos @ 1.40 m x 4.50 m
: 5 nos @ 1.40 m x 1.95 m
: 5 nos @ 2.20 m x 1.55 m
: 1 nos @ 3.00 m x 3.80 m

Jaringan :
1) Panjang Saluran Induk Utama
2) Panjang Saluran Induk Kiri
3) Panjang Saluran Induk Kanan
4) Panjang Saluran Sekunder Kiri
5) Panjang Saluran Sekunder Kanan
6) Bangunan Bagi dan Sadap
7) Bangunan Pelengkap
8) Saluran Pembuang
9) Saluran Tersier
10) Saluran Suplesi
11) Talang
12) Panjang Jalan Masuk

: 5.000 m
: 10.500 m
: 9.600 m
: 26.843 m
: 21.700 m
: 71 bh
: 228 bh
: 6.500 m
: 7.399 ha
: 1.000 m
: 2 bh
: 11.000 m

3.10 Periode Konstruksi Bendung Amandit


1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Nomor Kontrak
Tanggal Kontrak
Jumlah Kontrak
Periode
Kontraktor
Konsultan
Sumber Dana

: 001/PKK/Ai.17.01f/2005
: May 31, 2005
: Rp 126.507.887.575,26
: August 26, 2005 - April 30, 2009 (1344 hr)
: PT. Wijaya Karya Mirai
: Consultant PTSL II
: Loan JICA (IP.505) dan APBN

3.11 Peta DI Amandit

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan Pengamatan
Pada bendung Amandit yang berada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan saat pada
pengamatan air debit air yang berada dalam bendung tidak keluar dalam bendung atau
keadaan air tersebut rendah di karenakan saat pengamatan mengalami musim kemarau
panjang, namun air tetap mengalir tetapi hanya melewati pintu air dan terminal bamboo
rafting, dan juga pada saat pengamatan tidak ada orang penjaganya dan kurangnya
pemliharaan yang ada di bendung tersebut.

4.2 Saran
Agar bendung tersebut bisa di pergunakan secara optimal diharapkan untuk
pemerintah agar menjaga dan memelihara bendung tersebut serta operasional nya.

LAMPIRAN

Foto 1.
Bendung amandit tampak
depan.

Foto 2.
Pintu air untuk
menyalurkan air ketika
musim kemarau.

Foto 3.

Bamboo rafting tercipta


karena aktivitas para
petani bambu yang
mengirimkan hasil
bambunya ke kota
Kandangan dengan cara
menghanyutkan batangbatang bambu di Sungai
Amandit.

Foto 4.
Bendung amandit dengan
panjang 47.8m dan tinggi
8m.

Foto 5.
Pos tempat penjagaan
pintu air tidak
digunakan/tidak ada orang
nya.

Foto 6.
Sungai amandit yang
berada di belakang
bendung.

Foto 7.
Saya mengamati tinggi
pintu air dan laju air.

Foto 8.
Tempat penyaring
sampah-sampah untuk
aliran irigasi.

Foto 9.
Saluran irigasi untuk
membagi air ke para
petani.

Foto 10.
Pintu air untuk mengatur
pembagian air pada para
petani.

Foto 11.
Alat pengatur pintu air
bendung amandit

Foto 12.
Gambar bendung amandit
diambil melalui GPS.

TUGAS REKAYASA BANGUNAN AIR

PENGAMATAN BENDUNG AMANDIT DI KABUPATEN HULU


SUNGAI SELATAN KEC. PADANG BATUNG

Disusun Oleh

Nama

Maulana Al Farisi

NIM
Dosen
Mata Kuliah
Prodi

:
:
:
:

S03130109
Ahmad Norhadi, MT
Rekayasa Bangunan Air
Teknik Sipil / VD

KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI


POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL
BANJARMASIN
2015

Anda mungkin juga menyukai