Anda di halaman 1dari 13

A.

DATA UMUM JEMBATAN


1. Data geometri jembatan
a. Jenis jembatan : Rangka baja (Warren Truss)
b. Lebar jembatan :8m
c. Lebar lantai jembatan :6m
d. Lebar lantai trotoar : 1 m (kiri dan Kanan)
e. Lebar segmen :5m
f. Tinggi Segmen :7m
g. Tebal plat lantai : 0,2 m
2. Data Profil Baja
a. Gelagar memanjang : profil IWF 400.400.13.21
b. Gelagar Melintang 1 : profil IWF 900.300.16.28
c. Gelagar Melintang 2 : profil IWF 800.300.13.24
d. Batang Diagonal : profil IWF 400.400.14.26
e. Batang Horisontal : profil IWF 300.300.10.15
f. Ikatan angin atas : profil L 130.130.9.9
g. Ikatan angin bawah : profil L 130.130.9.9

Tabel 1. Penampang profil baja IWF 900.300.16.28


H= 900 mm
B= 300 mm
t1 = 16 mm
t2 = 28 mm
r= 28 mm
A= 3098 mm2
Ix = 411000 cm4
Iy = 12600 cm4
Zx = 9,140 cm3

Tabel 2. Penampang profil baja IWF 800.300.14.26


H= 800 mm
B= 300 mm
t1 = 14 mm
t2 = 26 mm
r= 28 mm
A= 2355 mm2
Ix = 201000 cm4
Iy = 10800 cm4
Zx = 5,760 cm3
Tabel 3. Penampang profil baja IWF 400.400.13.21
H= 400 mm
B= 400 mm
t1 = 13 mm
t2 = 21 mm
r= 22 mm
A= 2187 mm2
Ix = 66600 cm4
Iy = 224 cm4
Zx = 3,330 cm3

Tabel 4. Penampang profil baja IWF 300.300.10.15


H= 300 mm
B= 300 mm
t1 = 10 mm
t2 = 15 mm
r= 18 mm
A= 1198 mm2
Ix = 20400 cm4
Iy = 6750 cm4
Zx = 1,360 cm3
Zy = 450 cm3

Tabel 5. Penampang profil baja L 130.130.9.9


H= 130 mm
B= 130 mm
t1 = 9 mm
t2 = 9 mm
A= 2274 mm2
Ix = 336 cm4
Iy = 336 cm4
Zx = 38.7 cm3
Zy = 38.7 cm3

B. PEMBEBANAN
Perhitungan pembebanan berdasarkan SNI 1725 : 2016 “Pembebanan Untuk Jembatan”, sedangkan
untuk beban gempa berdasarkan SNI 2833 : 2016 “Perencanaan Jembatan Terhadap Beban Gempa”.

1. Beban Mati Tambahan (DL)


Beban mati adalah beban yang terdiri dari berat masing – masing bagian struktural dan elemen–
elemen non-strukturalnya. Beban mati yang berasal dari bagian jembatan yang sifatnya tetap disebut
beban mati berat sendiri, sedangkan beban mati yang berasal dari bagian jembatan yang sifatnya
bisa dihilangkan atau sementara disebut beban mati tambahan.
Pada program SAP2000, berat sendiri struktur sudah diperhitungkan secara otomatis, sehingga
tidak perlu melakukan input beban ke SAP. Beban mati tambahan, nilainya ditentukan tergantung
dari jenis material yang digunakan dan nilai beban mati tambahan harus diinput secara manual ke
dalam program SAP2000. Perhitungan beban mati tambahan jembatan dapat dilihat pada Tabel 6
dibawah ini:
Tabel 6. Perhitungan Beban Mati Tambahan
No Jenis Beban Mati Tebal Bj W
Tambahan (m) (kN/m3) (kN/m2)
1 Lap. Aspal & overlay 0,05 22 1,10
2 Railing, light, dll 0,1 0,10
3 Air Hujan 0,05 10 0,50
Q DL pada lantai jembatan 1,70

2. Beban Hidup (LL)


Beban hidup adalah semua berat benda yang melintas pada jembatan, yaitu berat kendaraan
Trailer yang melewati jembatan dan juga berat pejalan kaki yang melewati jembatan.
a. Beban Lajur (D)
Beban kendaraan yang berupa beban lajur (D) terdiri dari beban terbagi rata (Uniformly
Distributed Load) UDL dan beban garis (Knife Edge Load) KEL seperti pada Gambar 1. UDL
mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya bergantung pada panjang bentang L yang dibebani
lalu-lintas seperti Gambar 2 atau dinyatakan dengan rumus:
q = 9,0 kPa untuk L ≤ 30 m
q = 9,0 (0,5 + 15/L) kPa untuk L > 30 m

Gambar 1. Beban lajur D

L = 40 m ; maka q = 9,0 (0,5 + 15/40) = 7,88 kN/m


KEL mempunyai intensitas p = 49,0 kN/m
Faktor beban dinamis (Dinamic Load Allowance) untuk KEL diambil sebagai berikut:
DLA = 0,4 untuk L ≤ 50 m
DLA = 0,4 – 0,0025 (L – 50) untuk 50 m < L < 90 m
DLA = 0,3 untuk L  90 m
Jarak antar gelagar (s) = 1,5 m
L = 40 m ; maka DLA = 0,4
Q TD = q . s = 7,88 x 1,5 = 11,82 kN/m
P TD = (1 + DLA) p . s = (1 + 0,4) 49 x 1,5 = 72,03 kN

Gambar 2. Distribusi beban lajur pada gelagar jembatan


b. Beban Kendaraan
Beban hidup yang diperhitungkan adalah beban pejalan kaki dan beban bergerak
(kendaraan). Beban kendaraan yang diperhitungkan adalah truk Sesuai SNI 1725-2016 pasal
8.4.1 seperti ditunjukan pada gambar 3.

Gambar 3. Distribusi Beban Kendaraan Rencana


c. Gaya Rem
Pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang,
dan dianggap bekerja pada jarak 1.80 m di atas lantai jembatan. Besarnya gaya rem arah
memanjang jembatan tergantung panjang total jembatan:
H TB = 250 untuk L ≤ 80 m
H TB = 250 + 2,5 (L – 80) untuk 80 m < L < 180 m
H TB = 500 untuk L  180 m
Gambar 4. Distribusi gaya rem
Panjang gelagar (L) = 40 m
Gaya rem (H TB) = 250 kN
Jumlah gelagar (n) = 7 buah
Jarak gelagar (s) = 1,5 m
Gaya rem = H TB/n = 250/7 = 35,71 kN
Jumlah joint pada gelagar = 9 joint
Maka gaya rem yang bekerja pada joint gelagar = 35,71/9 = 3,97 kN
d. Beban Hidup Pejalan Kaki
Semua komponen trotoar yang lebih dari 600 mm harus direncanakan untuk memikul
beban pejalan kaki dengan intensitas 5 kPa dan dianggap bekerja secara bersamaan dengan
beban kendaraan pada masing – masing lajur kendaraan. Jika trotoar dapat dinaiki maka beban
pejalan kaki tidak perlu dianggap bekerja secara bersamaan dengan beban kendaraan.Trotoar
pada jembatan jalan raya direncanakan mampu memikul beban sebagai berikut:
A = luas bidang trotoar yang dibebani pejalan kaki (m²).
Beban hidup merata pada trotoar:
Untuk A ≤ 10 m² q = 5 kPa
Untuk 10 m2 < A ≤ 100 m2 q = 5 – 0,033 x (A - 10) kPa
Untuk A > 100 m2 q = 2 kPa
Panjang bentang, L = 40 m
Lebar trotoar, bt =1m
Luas bidang trotoar, A = bt x L = 1 x 40 = 40 m²
Beban pada trotoar, Qp = 5 – 0,033 x (A - 10 )
= 5 – 0,033 x (40 - 10) = 4 kN/m2
3. Beban Angin (EW)
Tekanan angin yang diasumsikan disebabkan oleh angin rencana dengan kecepatan dasar (VB)
sebesar 90 hingga 126 km/jam. Beban angin harus diasumsikan terdistribusi secara merata pada
permukaan yang terekspos oleh angin. Luas area yang diperhitungkan adalah luas area dari semua
komponen, termasuk sistem lantai dan railing yang diambil tegak lurus terhadap arah angin. Arah
ini harus divariasikan untuk mendapatkan pengaruh yang paling berbahaya terhadap struktur
jembatan atau komponen-komponennya. (Sumber : SNI 1725-2016 Pasal 9.6 Hal 55).
Perencana dapat menggunakan kecepatan rencana dasar yang berbeda untuk kombinasi
pembebanan yang tidak melibatkan kondisi beban angin yang bekerja pada kendaraan. Arah angin
rencana harus diasumsikan horizontal. Tekanan angin rencana dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut:
𝑉 2
𝑃𝐷 = 𝑃𝐵 ( 𝑉𝐷𝑍 )
𝐵

Dengan,
PB = tekanan angin dasar
Tabel 7. Tekanan angin dasar
Komponen bangunan
Angin tekan (MPa) Angin hisap (MPa)
atas
Rangka, kolom, dan
0,0024 0,0012
pelengkung
Balok 0,0024 N/A
Permukaan datar 0,0019 N/A

Gaya total beban angin tidak boleh diambil kurang dari 4,4 kN/m pada bidang tekan dan 2,2
kN/mm pada bidang hisap pada struktur rangka dan pelengkung, serta tidak kurang dari 4,4 kN/mm
pada balok atau gelagar.
a. Tekanan angin horizontal (VDZ)
V Z
VDZ = 2,5 VO ( V10 ) ln (Z )
B O

Vo = 13,2 km/jam (Tabel 28 hal 56)


Zo = 70 mm (Tabel 28 hal 56)
90 10000
VDZ = 2,5 𝑥 13,2 (90) ln ( ) = 163,74 km/jam
70

b. Beban angin (EWs)


1) Angin Tekan
V 2
PD = PB ( VDZ )
B

163,74 2
= 0,0024 ( ) = 0,008 kN/mm = 8 kN/m > 4,4 kN/m
90

2) Angin Hisap
V 2
PD = PB ( VDZ )
B

163,74 2
= 0,0012 ( ) = 0,004 kN/mm = 4 kN/m > 2,2 kN/m
90

Hasil perhitungan tekanan angin rencana kurang dari 4,4 kN/m, maka beban angin yang
digunakan adalah sebesar 4,4 kN/m pada bidang tekan, dan 2,2 kN/mm pada bidang hisap.
c. Beban angin perjoit rangka jembatan
1) Beban angin tekan
Beban angin tekan = EWs tekan . L = 8 kN/m x 40 m = 320 kN
Jumlah joint rangka (n) = 17 joint
Beban angin tekan perjoint rangka = 320 kN / 17 = 18,82 kN
2) Beban angin hisap
Beban angin hisab = EWs hisap . L = 4 kN/m x 40 m = 160 kN
Jumlah joint rangka (n) = 17 joint
Beban angin hisap perjoint rangka = 160 kN / 17 = 9,41 kN

4. Beban Gempa (EQ)


Jembatan harus direncanakan agar memiliki kemungkinan kecil rintuh namun dapat mengalami
kerusakan yang signifikan dan gangguan terhadap pelayanan akibat gempa dengan kemungkinan
terlampaui 7% dalam 75 tahun. Beban gempa diambil sebagai gaya horizontal yang ditentukan
berdasarkan perkalian antara koefisien respon elastik (Csm) dengan berat struktur ekivalen yang
kemudian dimodofikasi dengan faktor respon (R) dengan formulasi sebagai berikut:
Eq = (Csm / R) x Wt
Dimana:
Eq : Gaya gempa horizontal statis (kN)
Csm : Koefisien respons gempa elastik pada moda getar ke-m
R : Faktor modifikasi respons
Wt : Berat total struktur (kN)
Perhitungan gempa menggunakan SNI 2833-2016 tetang perancangan jembatan terhadap beban
gempa dengan peta gempa 2010. Perhitungan gempa secara statik ekivalen.
Lokasi = Yogyakarta
Jenis Tanah = Tanah Sedang (SD)
a. Menentukan parameter percepatan gempa
Percepatan puncak di batuan dasar (PGA)
PGA = 0,5 g (Gambar 1 hal 11)
Respon spektra percepatan 0,2 detik di batuan dasar (Ss)
Ss = 1,5 g (Gambar 2 hal 12)
Respon spektra percepatan 1 detik di batuan dasar (S1)
S1 = 0,5 g (Gambar 3 hal 13)
b. Menentukan faktor situs
Fakor amplifikasi untuk PGA dan periode 0,2 detik
FPGA = 1,0 (Tabel 3 hal 16)
Fa = 1,0 (Tabel 3 hal 16)
Fakor amplifikasi untuk periode 1 detik
Fv = 1,5 (Tabel 4 hal 16)
c. Gempa statik ekivalen
As = FPGA x PGA = 1,0 x 0,5 = 0,5 g
SDS = Fa x Ss = 1,0 x 1,5 = 1,5 g
SD1 = Fv x S1 = 1,5 x 0,5 = 0,75 g

Waktu getar alami struktur (T)


Ts = SD1/ SDS = 0,75 / 1,5 = 0,5 s
T0 = 0,2 Ts = 0,2 x 0,5 = 0,1 s
Periode alami dari SAP 2000 (T) = 0,35 s (To ≤ T ≤ Ts)
Ketentuan:
Jika T < To , maka Csm = (SDS – As) (T/To) + As
Jika To ≤ T ≤ Ts, maka Csm = SDS
Jika T > TS, maka Csm = SD1/T

Koefisien respon gempa elastik (Csm)


Karena To = 0,1 s ≤ T = 0,35 s ≤ Ts = 0,5 s, maka:
Csm = SDs = 1,5
Berat struktur (Wt)
Wt = 266,27 kN
Faktor modifikasi respon (R)
R = 1,5 (Tabel 6 hal 19)

Beban gempa statik ekivalen pada sruktur (EQ)


EQ = (Csm/R) Wt
= (1,5/1,5) 366,27 = 366,76 kN
C. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi beban adalah penjumlahan jenis beban kerja yang diperkirakan dapat berkerja
bersamaan dengan jenis beban lain dalam waktu yang sama. Kombinasi beban yang digunakan untuk
analisis struktur Jembatan adalah seperti pada Tabel 8.
Tabel 8. Kombinasi Beban
No Kombinasi Beban Keterangan
1 1,4DL Beban mati berat sendiri (DL)
2 1,2DL + 1,6LL Beban mati berat sendiri(DL) + Beban
hidup (LL)
3 1,2DL + 1LL + 1EQX + 0,3EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
Hidup (LL) + Beban gempa arah
sumbu-x (EQX) + Beban gempa arah
sumbu-y (EQY)
4 1,2DL + 1LL + 1EQX + 0,3EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
Hidup (LL) + Beban gempa arah
sumbu-x (EQX) + Beban gempa arah
sumbu-y (EQY)
5 1,2DL + 1LL – 1EQX + 0,3EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
Hidup (LL) + Beban gempa arah
sumbu-x (EQX) + Beban gempa arah
sumbu-y (EQY)
6 1,2DL + 1LL – 1EQX – 0,3EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
Hidup (LL) + Beban gempa arah
sumbu-x (EQX) + Beban gempa arah
sumbu-y (EQY)
7 1,2DL + 1LL + 0,3EQX + 1EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
Hidup (LL) + Beban gempa arah
sumbu-x (EQX) + Beban gempa arah
sumbu-y (EQY)
8 1,2DL + 1LL + 0,3EQX - 1EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
Hidup (LL) + Beban gempa arah
sumbu-x (EQX) + Beban gempa arah
sumbu-y (EQY)
9 1,2DL + 1LL – 0,3EQX + 1EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
Hidup (LL) + Beban gempa arah
sumbu-x (EQX) + Beban gempa arah
sumbu-y (EQY)
10 1,2DL + 1LL – 0,3EQX - 1EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
Hidup (LL) + Beban gempa arah
sumbu-x (EQX) + Beban gempa arah
sumbu-y (EQY)
11 1,2DL + 1LL + 1,6WL Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
Hidup (LL) + Beban angin (WL)
12 1,2DL + 1LL – 1,6WL Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
Hidup (LL) – Beban angin (WL)

Anda mungkin juga menyukai