Data Jembatan
Jenis : Jembatan gelagar sederhana
Bentang, L : 20 m
Jumlah gelagar memanjang : 8 buah
Jarak antargelagar, bo : 120 cm
Lebar trotoar : 75 cm
Tinggi trotoar : 25 cm
Tebal pelat lantai : 20 cm
Tebal lapisan aspal : 5 cm
Data Pembebanan
Beban mati primer:
Berat pelat lantai : 0,0025 kg/cm3
Lain-lain : 0.75 kg/cm
Beban mati sekunder:
Berat aspal : 0.0022 kg/cm
Berat trotoar : 0.022 kg/cm3
Tiang sandaran : 0.2 kg/cm3
Air hujan : tebal : 5 cm
berat : 0.00098 kg/cm3
Lain-lain : 0.75 kg/cm
Beban angin : 0.015 kg/cm2
Dicoba gelagar menggunakan profil WF 900 x 300 x 15 x 23
Berat profil : 2.13 kg/cm
Tinggi, d : 89 cm = 890 mm
Lebar sayap, bf : 29.9 cm
Tebal sayap, tw : 15 mm
Tebal badan, tf : 23 mm
Luas, As : 270.9 cm2
Momen inersia, Is : 345000 cm4
Modulus tampang, Ss : 7760 cm3
Mutu baja, fy : 2900 kg/cm2
Modulus elastis, Es : 210000 kg/cm2
Mutu beton, f'c : 30 MPa = 300 kg/cm2
tf =23
ds = 890 tw =15
bf = 299
Es
n =
Ec
210000
=
27691.466
= 7.58
digunakan n = 8
Jarak garis netral terhadap bagian teratas pada sayap atas (top flange) baja adalah:
Ay 9055050
ý= =
A 57090
= 158.610 mm
= 15.86 cm
sehingga :
ytc = -200.00 mm
yts = -158.61 mm
ybs = 731.39 mm
Catatan : y bernilai positif jika terletak dibawah garis netral.
bE/n = 200
ts = 200
yts = 158.61
ybs = 731.39
d=890
bf = 200
Gambar Letak garis netral struktur komposit dengan beban jangka pendek
I xc 1 I 0 A( y yi ) 2
= 3.55E+09 + 3.55E+09
= 7.10E+09 mm4
Ixc1
Stc1 =
Ytc
7.10E+09
=
-200.00
= -3.55E+07 mm3 = -35500.00 cm3
Ixc1
Sts1 =
Yts
7.10E+09
=
-158.61
= -4.48E+07 mm3 = -44763.86 cm3
Ixc1
Sbs1 =
Ybs
7.10E+09
=
731.39
= 9.71E+06 mm3 = 9707.54 cm3
b). Properti potongan melintang struktur komposit untuk beban jangka panjang
(long term) 3n = 24 pada tengah bentang jembatan
Properti potongan melintang struktur ini dihitung pada gelagar dengan lebar
efektif plat beton bE = 1200 mm
Jarak garis netral terhadap bagian teratas pada sayap atas (top flange) baja adalah:
Ay 11055050
ý= =
A 37090
= 298.060 mm
= 29.81 cm
sehingga :
ytc = -200.00 mm
yts = -298.06 mm
ybs = 591.94 mm
Catatan : y bernilai positif jika terletak dibawah garis netral.
bE/n = 200
ts = 200
yts = 298.06
ybs = 591.94
d=890
bf = 200
Gambar Letak garis netral struktur komposit dengan beban jangka panjang
I xc 1 I 0 A( y yi ) 2
= 3.55E+09 + 3.55E+09
= 7.10E+09 mm4
Ixc1
Stc1 =
Ytc
7.10E+09
=
-200.00
= -3.55E+07 mm3 = -35500.00 cm3
Ixc1
Sts1 =
Yts
7.10E+09
=
-298.06
= -2.38E+07 mm3 = -23820.70 cm3
Ixc1
Sbs1 =
Ybs
7.10E+09
=
591.94
= 1.20E+07 mm3 = 11994.46 cm3
Beban lalu lintas harus memperhitungkan terhadap 3 macam yang bekerja yaitu beban
lajur D, beban garis P, dan beban truk. Baban lajur D dan beban garis P bekerja secara
bersama-sama sedangkan beban truk dihitung dengan mengunakan garis pengaruh
untuk memperoleh nilai beban yang memberikan pengaruh paling besar. Beban lalu lintas
diambil sebagai nilai terbesar antara nilai beban truk dan jumlah antara beban lajur D
dan beban garis P.
Dalam peraturan pembebanan RSNI T-02-2005 ditetapkan bahwa untuk jembatan
dengan bentang L < 30 m maka digunakan beban lajur D sebesar q = 9,0 kPa = 9,0
kN/m2 sedangkan untuk beban garis P ditetapkan sebesar 49 kN/m. Penempatan beban
lajur D pada jembatan dengan lebar jalur lalu lintas sebesar, b = 7 m ditunjukkan dalam
Gambar 4.12 berikut ini.
Pada gambar tersebut dapat diketahui bahwa beban lajur D ditempatkan selebar 5,5 m
dengan nilai 100% sedangkan sisanya yaitu selebar 1,5 m diberikan beban D sebesar
50%. Lebar lajur rencana berdasarkan RSNI T-02-2005 ditetapkan sebesar 2,75 m.
Jarak antar gelagar adalah 1200 mm. Besarnya beban D dan beban P yang diterima oleh
1 buah gelagar ditunjukkan dalam gambar
2750
’kN/m 9
1200
1200 1200
1.2
= 9 1 m
2.75
= 3.93 kN.m
Beban lajur D harus memperhitungkan terhadap pengaruh beban dinamis sebesar 40 %
sesuai dengan peraturan SNI sehingga beban qTD menjadi:
qTD = 3.93 + 0.4 3.93
= 5.50 kN.m
Momen yang terjadi akibat interaksi dari beban lajur D dengan beban garis P sebesar:
MTD = (1/8 x qTD x L ) + (1/4 x pTD x L)
2
= 274.91 + 106.91
= 381.82 kN.m
d. Beban angin
Perhitungan beban angin pada jembatan dilakukan pada dua keadaan yaitu
keadaan ultimit dan batas daya layan. Beban ini juga memperhitungkan
apabila terdapat kendaraan yang berada pada jembatan sehingga
mengakibatkan tambahan beban.
Gaya normal ultimit dan gaya layan jembatan akibat angin (TEW1) tergantung
kecepatan angin rencana yang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
Dengan:
TEW1 = gaya nominal akibat angin
Ab = luas bagian samping jembatan (m2)
Cw = koefisien seret
Vw = kecepatan angin rencana (m/s) untuk keadaan batas yang ditinjau
Catatan:
a) b = lebar keseluruhan jembatan dihitung dari sisi luar
d = tinggi bangunan atas termasuk tinggi bangunan sandaran yang masif.
b) Untuk harga antara dari b/d bisa diinterpolasi linear.
c) Apabila bangunan atas mempunyai superelevasi, Cw harus dinaikkan sebesar 3%
untuk setiap derajat superelevasi, dengan kenaikan maksimum 2,5%.
9900
Untuk b/d =
2140
= 4.63
4.63 - 6
Harga Cw = 1.25 + 1.5 - 1.25
2 - 6
= 1.25 + 0.0858645
= 1.336
Jika suatu kendaraan sedang berada di atas jembatan maka beban garis merata
tambahan arah horisontal yang harus ditetapkan pada ketinggian lantai, ditentukan
sebagai berikut:
Cw = 1.336
MET = Δt x εs x Es x Ixcl/h
Dengan:
MET = momen yang terjadi akibat pengaruh temperatur (Nmm)
Δs = koefisien muai suhu baja
Es = modulus elastisitas baja (Mpa)
Ixcl = momen inersia pada beban jangka pendek (mm4)
h= = tinggi struktur komposit (mm)
h = d + ts
= 890 + 200
= 1090 mm
Dengan:
FSR = gaya horisontal akibat susut dan rangkak (kN)
Alantai = luas efekti slab beton pada kondisi beban jangka panjang (mm2)
εcs = regangan yang terjadi akibat susut dan rangkak (210 x 10 -6 mm)
Ec = modulus elastisitas slab beton (MPa)
Momen yang terjadi pada gelagar akibat gaya horisontal dari pengaruh susut dan
rangkak slab beton dihitung dengan Persamaan sebagai berikut:
MSR = FSR x e
Dengan :
MSR = Momen lentur akibat susut dan rangkak (kNm)
e = lengan momen (m)
Alantai = bE/3n x ts
1200
= 200
24
= 10000 mm2
e = Yts3 + ts/2
= 298.060 + 100
= 398.060 mm
MSR = FSR x e
= 58.152 x 0.398
= 23.148 kN
g. Gaya Rem
Gaya rem yang bekerja pada jembatan sebesar 5% dari beban lajur D tanpa dikalikan
faktor beban dinamis. Beban ini bekerja dalam arah horisontal dan dengan titik
tangkap gaya setinggi 1,8 m dari permukaan lantai kendaraan. Gaya rem hanya akan
menimbulkan momen sedangkan gaya geser akibat beban rem tidak akan terjadi.
Besarnya momen yang terjadi akibat gaya rem memiliki nilai yang sama pada tiap titik
sepanjang bentang jembatan.
BR = 5% qTD L
= 5% 3.93 20
= 3.93 kN
Momen yang terjadi akibat gaya rem dihitung dengan cara mengalikan besarnya gaya
rem arah horisontal (BR) dengan tinggi titik tangkap gaya rem tersebut (e) yaitu
setinggi 1,8 m.
MBR = BR x e
= 3.93 1.8
= 7.07 kN.m
h. Gempa Bumi
Digunakan ketentuan sebagai berikut:
a. diambil koefisien geser dasar daerah (C) = 0.15
b. diambil faktor kepentingan (I) = 1
c. diambil Tipe Bangunan (S) = 3
d. Koefisien beban gempa horisontal: Kh = C S
= 0.45
Dengan:
MFR = momen akibat gesekan perletakan (kNm)
cg = koefisien gesekan tumpuan
MMP = momen akibat berat sendiri bangunan atas jembatan (kNm)
MMS = momen akibat beban mati tambahan (kNm)
Kombinasi II
F's = 125% Fs = 1993.8 kg/cm2
F'c = 125% Fc = 168.8 kg/cm2
Kombinasi III
F's = 140% Fs = 2233.0 kg/cm2
F'c = 140% Fc = 189.0 kg/cm2
Kombinasi IV
F's = 150% Fs = 2392.5 kg/cm2
F'c = 150% Fc = 202.5 kg/cm2
fbs a = - fts a
= 556.701 kg/cm2
Setelah Komposit
MMS
ftc = -
ftc = -
Ss