Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kerja Praktek 2018

Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo


BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

BAB V
TINJAUAN KHUSUS

Dalam bab V ini tinjauan khusus yang dipilih penulis adalah pembahasan tentang cofferdam
permanen bagian hulu pada Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo. Adapun
penjelasan tentang pengerjaan cofferdam permanen bagian hulu adalah sebagai berikut :

5.1 Perencanaan Cofferdam Permanen Bagian Hulu


5.1.1 Alasan Adanya Cofferdam Permanen
Seperti yang sudah dijelaskan di BAB 4 bahwa pada Proyek Pembangunan Waduk Bendo ini
terdapat 2 bangunan pengelak, yang pertama bangunan pengelak sementara (secondary
cofferdam) dan bengunan pengelak permanen (primary cofferdam). Bangunan pengelak
sementara berfungsi untuk mengelakkan air sungai masuk ke inlet terowongan hingga keluar
melalui outlet, hal tersebut bertujuan untuk mempermudah pembangunan cofferdam permanen
yang ada di bagian hulu. Karena pada dasarnya bangunan pengelak sementara hanya digunakan
untuk mengelakkan aliran air sungai pada saat musim kemarau saja, tetapi ketika musim hujan
bangunan pengelak sementara tidak dapat membendung air sungai yang lewat maka di buatlah
bangunan pengelak permanen dengan debit banjir Q50 tahunan. Selain itu volume timbunan
bendungan utama sendiri + 2.725.000 m3 maka seperti yang tertulis dalam pedoman kriteria
umum desain bendungan dari direktorat jendral sumber daya air halaman 77 bahwa “bangunan
pengelak harus didesain untuk menghalangi rembesan selama pekerjaan dilaksanakan dengan
menggunakan lapisan kedap air. Biasanya bangunan pengelak dibuat menjadi satu dengan
bendungan utama agar lebih ekonomis karena dapat menambah kestabilan konstruksi
bendungan. Apabila volem bendungan urugan lebih dari 2.000.000 m 3, dianjurkan untuk
membangun primary cofferdam.”

5.1.2 Desain Cofferdam Permanen Bagian Hulu


Bendungan pengelak permanen bagian hulu ini memilik tipe bendungan zonal inti miring
seperti yang terdapat pada SNI 8062:2015 tentang Tata Cara Desain Tubuh Bendungan Tipe
Urugan.

55
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

Gambar 5.1 Tipe Zonal Bendungan Urugan (Sumber : SNI 8062:2015)

Bendungan pengelak hulu ini di bangun dibelakang bendungan pengelak sementara sejauh
85,032 m dan berjarak 167,003 m dari as bendungan utama. Bendungan pengelak sementara
hulu sendiri terbentang kurang lebih dari STA-3 hingga STA-14, dengan panjang +194,5 m,
lebar puncak 6 m, dan tinggi 12 m. dengan desain seperti yang sudah disampaikan maka didapat
volume timbunan yang diperlukan yaitu +200.578,00 m3.

Gambar 5.2 Denah Bendungan

56
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

Gambar 5.3 Cofferdam Hulu

Pada bendungan pengelak bagian hulu terdapat 4 zona, yaitu :

1. Material Clay (Zona inti)


2. Material Random
3. Material Rock
4. RIP-RAP

Gambar 5.3 Potongan Melintang Cofferdam Hulu Sta-11

Dengan desain tiap-tiap zona yang ada, seperti kemiringan dan tebal masing-masing zona yang
berbeda-beda maka jumlah volume timbunan masing-masing zona juga berbeda, seperti pada
Material Clay dengan volume timbunan +37.660,66 m3 , pada Material Random +49.232,16
m3 , lalu pada Material Batu +99.815,98 m3, dan pada Material Rip-Rap +13.868,89 m3.
Dengan berbagai macam material yang membentuk bendungan pengelak hulu ini, masing-
masing mterialnya memiliki fungsi yang berbeda-beda, yaitu :
57
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

a. Rip-Rap : Berfungsi untuk peredam energi dan sebagai lapisan perisai untuk mengurangi
penggerusan zona di dalamnya.
b. Material Clay : Sebagai lapisan inti yang berfungsi untuk membendung air, maka
diharuskan memiliki koefisien permeabilitas yang sesuai dengan syarat
agar tidak terjadi rembesan yang melampaui batas.
c. Material Random : Sebagai zona lolos air, tetapi tingkat kelolosan airnya juga dibatasi
dengan syarat tertentu dan selain itu berfungsi untuk menjaga
stabilitas bendungan.
d. Material Batu : Sebagai zona lolos air dan berfungsi sebagai stabilitas bendungan dengan
gaya gravitasi yang besar.

5.2 Quarry dan Borrow Area


Pekerjaan timbunan terbesar yang akan dilaksanakan adalah pelaksanaan bendungan utama,
Cofferdam hulu dan Cofferdam hilir; selain itu ada pula pekerjaan timbunan di pelaksanaan
jalan masuk. Pada bagian ini penulis akan membahas tentang Quarry dan borrow area material
timbunan pada Cofferdam hulu.

Material yang dipakai sebagai timbunan pada Cofferdam Hulu adalah sebagai berikut:

1. Timbunan Inti/clay (Zona 1), dari Borrow Area, pada elevasi+165.000


2. Timbunan Random (Material-Zona 3), pada elevasi+165.000
3. Timbunan Batu (Zona 4) dari Stock pile, pada elevasi+165.000
4. Timbunan Rip-rap (Material-Zona 5), pada elevasi+165.000

58
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

Gambar 5.4 Potongan Melintang Timbunan Cofferdam Hulu Sta. 4

Material-material tersebut diambil dari Borrow Area dan juga Quarry yang sudah ditunjuk oleh
direksi. Perbedaan antara Borrow Area dan Quarry adalah jenis materialnya, yang dimaksud
dengan Borrow area adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengambil material tanah yang
akan digunakan pada proyek tersebuut, sedangkan yang dimaksud dengan Quarry adalah suatu
tempat yang digunakan untuk mengambil material batuan.

1. Material Inti/Clay

Ada beberapa alternatif lokasi borrow area bahan material untuk inti timbunan tanah yang
telah diselidiki mulai penyelidikan terdahulu sampai sekarang antara lain :

- Borrow area Bondrang


Telah diselidiki pada
- Borrow area Ngindeng 1
penyelidikan terdahulu
- Borrow area Centong
- Borrow area Bendo
Diusulkan untuk dipergunakan
- Borrow area Ngindeng 2
- Borrow area Nglegaran
Sebagai alternatif kalau ada
- Borrow area Kleco
kekurangan

Borrow Area Ngindeng 2 yang diusulkan untuk dipergunakan ini terletak sekitar 2.5 km
disebelah kanan rencana Bendungan Bendo. Daerahnya berupa hutan kayu putih milik
Perum Perhutani, bisa dilalui kendaraan truck untuk menuju lokasi ini. Cadangan tanah
yang tersedia sekitar 600 ribu meter kubik. Cadangan tanah ini bisa lebih besar lagi,
karena ke arah barat maupun ke arah selatan lapisan tanahnya masih sama dan bisa
59
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

dimanfaatkan pula untuk material tambahan timbunan tanah kalau kekurangan. Material
ini disarankan sebagai prioritas untuk lokasi Borrow Area Timbunan clay pada bendungan
Bendo.

2. Material Random
Material random dapat diperoleh dari hasil galian pondasi bendungan, spillway, dan
pengelak, sedang kekurangannya dapat diperoleh dari tebing sungai Kali Ngindeng
sebelah kiri atau kanan. Secara umum maka daerah di sekitar dam site terdiri dari breksi
volkanik dimana fragmen andesit umumnya tersemen kurang kompak pada matrik sandy
tuff.dengan butiran relatif halus (pada tebing K. Ngindeng bagian kanan) dan berbutir
halus sampai kasar di sebelah kiri K. Ngindeng. Bila digali dengan alat berat biasa
(excavator dan bulldozer) mungkin masih agak kesulitan, harus dibantu dengan bahan
peledak. Akibatnya matrik akan hancur, tetapi fragmen yang umumnya andesit akan
lepas. Butiran fragmen yang berukuran lebih besar 40 cm dipisahkan untuk tambahan
material timbunan batu ataupun untuk rip-rap, sedang sisanya untuk material random.
Bahan semacam ini dijumpai sangat melimpah di sekitar K, Ngindeng, Dari lokasi quarry
Bendo yang terletak di sebelah kiri K. Ngindeng sekitar 500 m dari rencana Bendungan
Bendo, mempunyai penyebaran lebih dari 1 km x 300 m x 10 m sehingga cadangannya
lebih dari 1,5 juta meter kubik. Bila kandungan matrix sebesar 70%, maka bahan material
random yang tersedia lebih dari 2.1 juta meter kubik.
3. Material Batu dan Rip-Rap

Bahan material batu untuk material timbunan batu dan rip-rap dapat diperoleh dari
beberapa cara antara lain :

- Memanfaatkan fragmen andesit yang berukuran besar ( > 40 cm) hasil galian material
random. Tetapi cadangan material batu dengan cara ini tentunya tidak besar diperkirakan
hanya sekitar 100 ribu meter kubik.
- Memanfaatkan butiran batu umumnya andesit, dari endapan sungai K. Ngindeng yang
berukuran .antara 10 sampai 40 cm cadangannya diperkirakan ada 240 ribu meter kubik.
- Kekurangannya dapat diperoleh dari Quarry Bondrang. Terletak 3,5 km sebelah barat
Bendungan Bendo, memanfaatkan fragmen andesit abu-abu keras 5 sampai 50 cm dari
lapisan konglomerat yang tersemen kurang baik pada matrik pasir tufaan. Dengan
penyebaran sekitar 1 km x 400 m dan ketebalannya 10 m (titik bor Q-1 dan Q2 oleh PT
60
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

Multimera Harapan – 1995) serta prosentase batu ukuran 30 sampai 40 cm sebesar 40%
maka cadangannya diperkirakan mencapai 1.6 juta m3. Areal ini masih bisa berkembang
lagi karena lapisan batuan konglomerat ini masih terus melampar pada elevasi yang sama
di daerah ini. Jadi cadangan material untuk timbunan batu secara total ada 1.94 juta meter
kubik.

Material untuk timbunan batu ini umumnya terdiri dari andesit, keras sampai sangat keras
dengan hasil pengujian pada batu andesit endapan sungai di K. Ngindeng yang
dilaksanakan PT Ika Adya tahun 2003 adalah sebagai berikut :

- Kuat tekan batuan > 700 kg/ cm2 yaitu sebesar 721 kg/cm2
-Specific Gravity > 2.5 yaitu sebesar 2.760

Gambar 5.5 Sumber Material Timbunan

5.3 Alat Berat


Pada subbab ini akan dijelaskan alat berat apa saja yang digunakan dalam pembangunan
cofferdam permanen bagian hulu, dan berapa kuantitas alat berat yang digunakan.

61
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

5.3.1 Jumlah Alat


Pada pembangunan cofferdam permanen bagian hulu ini memerlukan beberapa alat berat yang
berbeda-beda dengan kegunaan masing-masing, berikut akan dipaparkan apa saja alat berat
yang digunakan :

a. Dump Truck : 15 unit


b. Breaker : 1 unit
c. Excavator : 4 unit
d. Bulldozer : 1 unit
e. Vibro Roller : 1 unit
f. Stamper : 1 unit
g. Water Tank : 1 unit

5.3.2 Deskripsi Alat Berat


Deskripsi alat berat yang digunakan pada pembangunan cofferdam hulu adalah sebagai berikut.

1. Dump Truck

Merupakan truk yang isinya dapat dikosongkan tanpa penanganan. Dump truk biasa digunakan
untuk mengangkut barang semacam pasir, kerikil atau tanah untuk keperluan konstruksi.
Secara umum , dump truk dilengkapi dengan bak terbuka yang dioperasikan dengan bantuan
hidrolik, bagian depan dari bak itu bisa diangkat keatas sehingga memungkinkan material yang
diangkut bisa melorot turun ke tempat yang diinginkan.

Dump Truck yang ada di Indonesia kini sudah diproduksi banyak usaha menengah karoseri,
dimana usaha industri menengah ini bermitra kerja dengan usaha industri otomotif bermesin
besar. Itulah sebabnya kini semakin bertambah usaha karoseri di Indonesia seiring dengan
kebutuhan moda transportasi industri. Penggunaan dump truk pada proyek pembangunan
waduk Bendo Ponorogo khususnya pada pembangunan cofferdam sendiri, digunakan untuk
mengangkut material clay, random, dan stone dari quarry dan borrow area masing-masing.

62
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

Gambar 5.6 Dump Truck

2. Breaker
Breaker atau yang bias disebut penghancur hidrolik adalah mesin yang digunakan untuk
menghantam sebuah benda hingga hancur dengan prinsip hidrolik. Satu jenis penghancur
hidrolik yang umum adalah yang dapat dipasang pada sistem hidrolik penolong (auxiliary
hydraulic system) pada traktor dan pada lengan ekskavator. Mesin ini digunakan ketika
jackhammer tidak cukup untuk melakukannya dan penghancuran dengan dinamit tidak
dimungkinkan karena lokasi maupun alasan keselamatan. Penggunaan Breaker dalam
pembangunan cofferdam sendiri digunakan untuk melakukan pembersihan tanah di lahan
tersebut hingga mencapai tanah keras atau mencapai elevasi rencana.

Gambar 5.7 Breaker

63
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

3. Excavator
Ekskavator atau Mesin pengeruk adalah Alat berat yang terdiri dari batang, tongkat, keranjang
dan rumah rumah dalam sebuah wahana putar dan digunakan untuk penggalian (akskavasi).
Rumah rumah diletakan di atas kereta bawah yang dilengkapi Roda rantai atau Roda.
Ekskavator kabel menggunakan Winch dan Tali besi untuk bergerak. Ekskavator kabel adalah
perkembangan alami dari Penggaruk Uap dan sering disebut Power shovel. Semua gerakan dan
fungsi dari ekskavator hidrolik menggunakan aksi cairan hidrolik , dengan silinder hidrolik dan
motor hidrolik. Dikarenakan pengaktifan secara linear oleh silinder hidrolik, maka mode
operasi mereka berbeda dengan ekskavator kabel. Penggunaan ekskavator dalam pembangunan
cofferdam, digunakan untuk membantu memindah kan material yang ada kedalam dump truk,
jadi ekskavator sendiri ditempatkan di quarry dan borrow area serta di tempatkan di dekat
cofferdam itu sendiri. Ekskavator terkadang digunakan untuk membantu melakukan pekerjaan
dari bulldozer, yaitu meratakan permukaan tanah.

Gambar 5.8 Excavator

4. Bulldozer
Bulldozer adalah jenis peralatan konstruksi (biasa disebut alat berat atau construction
equipment) bertipe traktor menggunakan Track/ rantai serta dilengkapi dengan pisau (dikenal
dengan blade) yang terletak di depan. Bulldozer diaplikasikan untuk pekerjaan menggali,
mendorong dan menarik material (tanah, pasir, dsb). Istilah bulldozer sering kali digunakan
untuk menggambarkan semua tipe alat berat (Eksavator, Loader, dsb) meskipun istilah ini
tepatnya hanya menunjuk ke traktor berantai yang dilengkapi dengan blade.

64
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

Selain blade sebagai perlengkapan standar Bulldozer, pada sisi belakang Bulldozer bisa
dipasang perlengkapan tambahan berupa :

 Ripper untuk membongkar material yang tidak dapat digali menggunakan blade,
biasanya untuk pekerjaan pembuatan jalan atau pertambangan.
 Winch untuk menarik material, sering digunakan pada pekerjaan pengeluaran kayu di
hutan.

Umumnya bulldozer banyak digunakan dipekerjaan pertambangan, terutama untuk


pertambangan batubara. Bulldozer ini digunakan untuk meratakan tanah, menggali dan
menumbangkan pohon saat proses land clearing. Penggunaan buldoser pada pembangunan
cofferdam digunakan untuk membantu meratakan atau menghamparkan dan mendorong
material yang ada hingga mencapai elevasi yang telah ditentukan sebelum dipadatkan.

Gambar 5.9 Bulldozer

5. Vibro Roller

Vibration Roller adalah Merupakan alat berat yang digunakan untuk menggilas, memadatkan
hasil timbunan, sehingga kepadatan tanah yang dihasilkan lebih sempurna. Efek yang
ditimbulkan oleh Vibration Roller adalah gaya dinamis terhadap tanah, dimana butir-butir
tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong yang terdapat diantara butir-butirnya.
Secara Umum Vibratory roller adalah suatu alat pemadat yang menggabungkan antar tekanan
dan getaran. Vibratory roller mempunyai efisiensi pemadatan yang baik. alat ini
memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan.

65
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

Alat Berat Vibration roller termasuk dalam kategori tandem roller, yang berfungsi untuk
menggilas, memadatkan hasil timbunan dimana cara pemampatanya menggunakan efek
getaran, dan sangat cocok digunakan pada jenis tanah pasir atau kerikil berpasir. Sebab
Efisiensi pemampatan yang dihasilkan sangat baik, karena adanya gaya dinamis terhadap
tanah. Butir butir tanah cenderung akan mengisi bagian bagian yang kosong yang terdapat
diantara butir- butirnya. Factor - factor yang mempengaruhi proses pemampatan dengan
vibration roller ialah Frekuensi getaran, amplitude dan gerak sentrifugal. Pengunaannya pada
pembangunan cofferdam digunakan sebagai alat pemadat material, tetapi pemadatan material
clay pada cofferdam masih menggunakan vibration roller ini sehingga pemadatan kurang
maksimal. Dalam melakukan pemadatan juga dilakukan terlebih dahulu trial embankment.

Gambar 5.10 Vibro Roller

6. Stamper
Stamper atau istilah umum lainnya disebut stamping rammer adalah alat mesin yang
dipergunakan untuk pemadatan tanah. Alat ini merupakan alat yang sangat membantu untuk
mempercepat proses pemadatan tanah timbun maupun pemadatan tanah asli kohesif.
Disamping sebagai alat untuk pemadatan untuk bangunan gedung alat ini juga sering
dipergunakan dalam pekerjaan pemadatan jalan , halaman dan juga untuk pekerjaan pemadatan
timbunan lainnya. Pengunaanya pada pembangunan cofferdam digunakan untuk memadatkan
area tepi cofferdam yang tidak dapat dipadatkan oleh vibro roller.

66
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

Gambar 5.11 Stamper


7. Water Tank
Water Tank disini berfungsi untuk melakukan penyiraman pada material yang dihamparkan
oleh buldoser, sebelum material tersebut dipadatkan bertujuan agar pemadatannya lebih
optimum.

Gambar 5.12 Water Tank

5.4 Langkah Kerja


Pada subbab langkah kerja ini akan dijelaskan langkah-langkah pengerjaan cofferdam dalam
hal ini pengerjaan galiaan dan timbunan, dan selain itu dijelaskan langkah pengujian tanah di
lapangan.
67
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

5.4.1 Langkah Kerja Galian Timbunan Cofferdam Hulu


Sebelum dilakukannya pekerjaan galian sudah dilakukan pekerjaan pembersihan dan
pengupasan terlebih dahulu. Tetapi pada subbab ini penulis hanya akan membahas dari
pekerjaan galian hingga pekerjaan timbunan. Pekerjaan galian sendiri berfungsi untuk
membantu mencapai datum atau garis referensi yang telah ditentukan sesuai desain yang ada,
atau bias digunakan untuk mencari tanah keras pada daerah tersebut, sebelum dilakukannya
penimbunan. Lokasi galian pada cofferdam hulu proyek pembangunan Waduk Bendo ini
terdapat pada gambar plan galian pada Gambar 5.13

Gambar 5.13 Plan Galian Cofferdam Hulu

1. Pekerjaan Galian Tanah

Galian tanah mrupakan galian terbuka dari semua material yang meliputi, tapi tidak terbatas
pada tanah, lempung, lumpur, batuan pasir, kerikil, batuan lepas dan sebagainya yang bukan
termasuk batuan lapuk dan batuan yang dapat digali secara efisien tanpa menggunakan bahan
peledak atau bulldozer dengan ripper dan penggali hidrolis seperti yang ditetapkan direksi.

Galian tanah pondasi dilakukan dalam keadaan kering, Luas dan kedalaman penggalian terbuka
untuk mencapai pondasi yang sesuai akan disesuaikan pada pada batas, tingkatan dan ukuran
yang ditunjuk gambar atau sesuai dengan petunjuk direksi. Hasil akhir galian pondasi harus

68
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

dapat diterima, yang bebas dari pelapukan yang berlebihan, retakan terbuka atau kerusakan
lainnya. Untuk mencapai kondisi ini, seluruh formasi material yang berpotensi tidak stabil akan
dipindahkan sesuai dengan petunjuk direksi. Semua material formasi yang digali akan diangkut
ke stockpile atau ke daerah spoil bank yang telah ditetapkan oleh direksi.

Galian tanah pondasi dimulai dengan proses scrapping dan gathering dengan menggunakan
Buldozer kemudian diangkut ke atas dump truck dengan menggunakan excavator yang
selanjutnya dibawa ke lokasi Stockpile atau Spoilbank.

Gambar 5.13 Galian Tanah

2. Galian Batu Keras (Mekanik)

Galian batuan merupakan penggalian terbuka (open-cut) dari material batu yang dihancurkan
(biasanya disebabkan oleh cuaca) yang memerlukan pelonggaran dengan bulldozer kelas 300
kN dengan ripper atau penggali hidrolis yang memakai bucket backator 1.0 m3.

Galian tanah pondasi dilakukan dalam keadaan kering, Luas dan kedalaman penggalian terbuka
untuk mencapai pondasi yang sesuai akan disesuaikan pada pada batas, tingkatan dan ukuran
yang ditunjuk gambar atau sesuai dengan petunjuk direksi. Hasil akhir galian pondasi harus
dapat diterima, yang bebas dari pelapukan yang berlebihan, retakan terbuka atau kerusakan
lainnya. Untuk mencapai kondisi ini, seluruh formasi material yang berpotensi tidak stabil akan
dipindahkan sesuai dengan petunjuk direksi. Semua material formasi yang digali akan diangkut
ke stockpile atau ke daerah spoil bank yang telah ditetapkan oleh direksi.

Galian batu dimulai dengan pelonggaran formasi batuan dengan menggunakan ripper, material
batuan yang telah longgar ini kemudian dipotong dan dikumpulkan dengan menggunakan

69
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

bulldozer. Hasil dari ripping berupa batuan lepas ini lantas diangkut ke dalam dump truck
dengan menggunakan excavator untuk kemudian dibawa ke stockpile atau spoilbank.

Gambar 5.16 Galian Batu

3. Timbunan Inti (Zona 1)

Material timbunan inti (zona 1) merupakan highly weathered material , maka ketika
menemukan borrow area baru, pertama – tama herus dilakukan pengujian tanah terlebih dahulu
apakah borrow area tersebut layak untuk digunakan sebagai material timbunan clay
cofferdam,. Gradasi untuk material zona 1 haruslah sebagai berikut:

Gambar 5.15 Gradasi untuk material zona 1

Gambar 5.16 Lokasi Timbunan Clay

Sebelum dilakukannya timbunan inti, biasanya terlebih dahulu dilakukan pekerjaan kontak
clay, pekerjaan ini dilakuakn disetiap dinding batu pada area timbunan clay yang bertujuan
untuk membantu merekatkan clay dengan dinding batu tersebut. Selanjutnya barulah dilakukan

70
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

penghamparan timbunan clay. Untuk timbunan zone 1, harus dihampar secara


berkesinambungan dengan tebal lapisan mendatar tidak lebih dari 30 cm sebelum dipadatkan.
Lapisan tiap zona harus dihampar membentang penuh ke arah lebar dan panjang zona sesuai
dengan kapasitas alat.

Pengaturan Kadar Air material timbunan inti kecuali ditentukan direksi, kadar air selama dan
sesudah pemadatan berada antara minus 3% sampai plus 1% dari kadar air optimal yang
diperoleh dari hasil test pemadatan standar di lab, kadar air harus seragam di setiap lapis
timbunan yang dipadatkan.

Karena pemadatan dilakukan dengan Vibratory Roller maka sebelum penghamparkan


dilakukan, lapisan timbunan clay dibawahnya harus dilakukan pengkasaran / regrooving
terlebih dahulu. Jumlah lintasan pemadatan sebenarnya yang dibutuhkan untuk alat pemadatan
akan ditentukan berdasarkan pada uji trial embankment, hasil ini dibuat sedemikian hingga
direksi berhak untuk menentukan variasi jumlah lintasan alat pemadat. Uji trial embankment
ini dilakukan setiap pergantian borrow area baru. Setelah pemadatan selesai, dilakukan Test
Kepadatan dan atau Test Permeability. Nilai kepadatan yang harus dicapai adalah 95 % dari
kepadatan kering maksimum lab.

Gambar 5.16 Timbunan material zona 1


71
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

4. Timbunan Random (Zona 3)

Material zona 3 diambil dari hasil galian bendungan utama, galian spillway, terowong
pengelak, galian tebing kiri dan kanan bagian hulu K. Ngindeng yang ditaruh di stockpile, dari
stockpile kemudian diangkut ke lokasi bendungan. Sama seperti timbunan clay pada borrow
area baru timbunan random ini juga harus dilakukan pengujian terlebih dahulu apakah borrow
area tersebut dapat digunakan sebagai bahan timbunan atau tidak. Material yang digunakan
harus bersih, tidak berkohesi, terdiri dari andesit dengan ukuran butiran sebagai berikut:

Gambar 5.17 Ketentuan material zona 3

Gambar 5.18 Lokasi Timbunan Random

Material zona 3 dihampar dan dipadatkan setiap lapis tidak boleh lebih dari 40 (empat puluh)
cm sebelum dipadatkan, timbunan material secara berurutan harus dilakukan sehingga
menghasilkan distribusi material yang paling baik. Lapisan tiap zona harus dihampar
membentang penuh ke arah lebar dan panjang zona sesuai dengan kapasitas alat.

Sebelum dan selama pemadatan, material zona 3 harus dalam keadaan basah untuk mencapai
pemadatan dan pengangkutan yang memuaskan.

Pemadatan akan dilakukan dengan Vibratory Roller. Jumlah lintasan pemadatan sebenarnya
yang dibutuhkan untuk alat pemadatan akan ditentukan berdasarkan pada uji timbunan (test
fill), hasil ini dibuat sedemikian hingga direksi berhak untuk menentukan variasi jumlah
lintasan alat pemadat. Setelah pemadatan selesai, dilakukan Test Kepadatan dan atau Test
Permeability. Tiap lapis material zona 3 harus dipadatkan sampai kepadatan relative (relative

72
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

density) paling sedikit 70% dan rata-rata 80%, juga kepadatan relative yang lebih kecil dari
75% tidak boleh lebih dari 20%.

Gambar 5.18 Timbunan material zona 3

5. Timbunan Batu (Zona 4)

Material zona 4 diambil dari Quarry Bondrang untuk timbunan batu upstream dan downstream
bendungan, ditambah dari Quarry K. Ngindeng. Untuk material zona 4 akan digali di tempat
Quarry dan diangkut langsung ke tempat timbunan untuk dihampar dan dipadatkan.

Material yang dipergunakan harus berupa campuran batu yang cukup keras, awet, bergradasi
baik, dengan ukuran butiran sebagai berikut:

Gambar 5.19 Ketentuan material zona 4

Gambar 5.18 Lokasi Timbunan Batu

73
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

dihampar dan dipadatkan dengan tebal tiap lapis tidak lebih dari 100 (seratus) cm untuk ukuran
batu max 50 (lima puluh) cm, dan 150 (seratus lima puluh) cm untuk ukuran batu max 100
(seratus) cm sebelum dipadatkan. Lapisan tiap zona harus dihampar membentang penuh ke
arah lebar dan panjang zona sesuai dengan kapasitas alat.

Sebelum dan selama pemadatan, tiap lapis material zona 4 harus terus menerus dibasahi sampai
seluas ditunjukkan direksi dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang diperlukan.

Pemadatan akan dilakukan dengan Vibratory Roller. Jumlah lintasan kurang lebih 4 lintasan
untuk lapisan yang mengandung ukuran batu max 50 cm dan 6 lintasan untuk lapisan yang
mempunyai ukuran batu max 100 cm pada setiap jalur lapisan material zona 4 hingga seluruh
lapisan-lapisan selesai dipadatkan.

Gambar 5.20 Timbunan material zona 4

6. Timbunan Rip-Rap (Zona 5)

Material zona 5 diambil dari Quarry K. Ngindeng untuk bagian upstream bendungan dan
Quarry Bondrang untuk bagian downstream bendungan.

Material yang dipergunakan harus berupa campuran batu yang cukup keras, awet, bergradasi
baik yang dengan ukuran butiran sebagai berikut:

Gambar 5.21 Ketentuan material zona 5

74
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

Gambar 5.22 Lokasi Timbunan Rip-Rap

Material zone 5 dihampar terus menerus berupa lapisan mendatar untuk mencegah segregasi
dan rongga besar yang membahayakan tebal tiap lapis tidak melebihi 100 (seratus) cm, untuk
zona 5 ini tidak perlu dipadatkan.

Penghamparan dan penyelesaian permukaan kemiringan harus sedemikian hingga


menghasilkan fragmen batu besar menyebar merata dengan ukuran maksimum membesar ke
arah luar kemiringan dan fragmen batu yang lebih kecil akan mengisi tempat-tempat di antara
fragmen batu yang lebih besar agar dihasilkan ikatan yang saling mengunci dengan baik serta
menghasilkan permukaan yang cukup kasar.

Material rip-rap dilakukan kontrol secara visual terhadap ukuran terbesar dan terkecil dari
material rip-rap, kontrol ini dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan rip-rap di lapangan bila
terjadi penyimpangan langsung memberikan pengertian kepada pengawas pelaksana yang akan
diteruskan ke operator.

Setelah diadakan pemeriksaan dan dinyatakan memenuhi spesifikasi maka pekerjaan


dilanjutkan ke lapis berikutnya dengan ketebalan tidak melebihi 100 (seratus) cm. Lapisan zona
5 harus dihampar membentang penuh kearah lebar dan panjang zona 5 sesuai dengan kapasitas
alat.

Gambar 5.22 Timbunan material zona 5


75
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

5.4.2 Langkah Kerja Uji Kepadatan dan Permeabilitas Lapangan


1. Uji Kepadatan Timbunan Clay
Pada uji kepadatan ini menggunakan pengujian sandcone dengan menggunakan pasir kuarsa.
Proses pengujiaannya sama seperti yang pernah dilakukan penulis ketika mengikuti praktikum
mekanika tanah, dengan langkah sebagai berikut :

a. Menentukan berat pasir dalam corong.

1. Botol diisi plan-pelan dengan pasir sampai secukupnya dan ditimbang beratnya.
2. Meletakkan alat dengan corong di bawah pada pelat corong pada dasar yang rata dan
bersih.
3. Keran dibuka pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir.
4. Keran ditutup dan alat berisi sisa pasir ditimbang.
b. Menentukan berat isi tanah.

1. Mengisi botol dengan air secukupnya.


2. Meratakan permukaan tanah yang akan diperiksa dan meletakkan pelat corong pada
permukaan yang telah rata tersebut dan dikokohkan agar tidak goyah atau tergeser.
3. Menggali tanah yang terletak dalam lubang dalam pelat minimal 10 cm dan tidak
melampaui tebal hamparan padat.
4. Seluruh tanah hasil galian dimasukkan ke dalam kaleng yang tertutup yang telah
diketahui beratnya.
5. Menimbang kaleng + tanah hasil galian.
6. Menimbang alat corong + pasir didalamnya.
7. Meletakkan alat dengan corong ke bawah diatas pelat corong dan keran dibuka pelan-
pelan sehingga pasir masuk ke dalam lubang. Setelah pasir berhenti mengalir keran
ditutup kembali dan alat dengan sisa pasir ditimbang.
8. Mengambil sedikit tanah dari kaleng untuk menentukan kadar air.

76
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

Gambar 5.23 Uji Kepadatan Timbunan Clay

2. Uji Permeabilitas Timbunan Clay


a. Pada pengujian ini terlebih dahulu dilakukan galian pada timbunan clay berbentuk
silinder dengan diameter 16.51 cm seperti diameter untuk uji sandcone dengan
kedalaman 24 cm.
b. Lalu lubang diisi dengan kerikil yang sudah direndam air terlebih dahulu jadi bersifat
jenuh, hingga sedikit penuh.

77
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

Gambar 5.24 Mengisi Lubang dengan Kerikil

c. Lalu lubang diisi air hingga sedikit penuh

Gambar 5.25 Mengisi Lubang dengan Air


d. Dilanjutkan dengan menumpangkan botol berisi air dan dicatat waktu yang diperlukan
air untuk turun 1cm.

Gambar 5.26 Mengamati Penurunan Air


78
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

3. Uji Kepadatan Timbunan Random


a. Pada Pengujian kepadatan timbunan random dilakukan menggunakan air, pertama
memasang ring dan mencari tau volumenya dengan menuang air pada ring tersebut
yang telah dilapisi plastik lalu air ditimbang.

Gambar 5.27 Memasang Ring dan Mencari Volumennya

b. Setelah itu lubang berdiameter 45 cm digali sedalam 36 cm dan hasil galian tersebut
ditimbang.

Gambar 5.28 Menggali Lubang


c. Selanjutnya lubang yang sudah dilapisi plastik tersebut diisi air hingga penuh lalu dicek
ditimbangan berapa berat air yang mengisi lubang.

79
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

Gambar 5.29 Mengisi Lubang dengan Air


4. Uji Permeabilitas Timbunan Random
a. Pada pengujian ini dilakukan setelah pengujian kepadatan random selesai dilakukan,
pertama pada lubang yang telah digali dipasang sebuah alat ukur berupa meteran.

Gambar 5.30 Memasang Alat Ukur


b. Lalu lubang diisi air hingga sedikit penuh

Gambar 5.31 Mengisi Lubang dengan Air


80
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

c. Lalu setelah itu langsung dicatat berapakah waktu yang diperlukan air untuk turun 1
cm.

Gambar 5.32 Membaca Penurunan Air

5.5 Stabilitas Lereng Cofferdam Hulu


Pada subab ini akan dibahas tentang stabilitas lereng cofferdam, dari pertama didapatnya
ketinggian cofferdam lalu dilakukan pengecekkan stabilitas lereng cofferdam dengan bantuan
software GeoSlope. Perhitunggan ketinggian cofferdam didapat dari laporan akhir proyek.

5.5.1 Perhitungan Kebutuhan Tinggi Cofferdam Hulu


Puncak bendungan pengelak ditempatkan setinggi kebutuhan jagaan diatas muka air tertinggi
dari hasil perhitungan analisa muka air tertinggi didepan saluran pengelak. Sehingga kebutuhan
tinggi bendungan pengelak dapat dirumuskan sebagai berikut:
H = HWL (Q25) + hf
dimana,
H = Elevasi puncak bendungan pengelak
HWL (Q25) = Muka Air Tertinggi didepan terowongan untuk Q25
hf = Tinggi jagaan
Dari penelusuran banjir pada terowongan pengelak diperoleh tinggi muka air pada El. 162.015
m.
Kebutuhan tinggi jagaan
Kebutuhan tinggi jagaan dihitung berdasarkan kebutuhan tinggi jagaan untuk muka air normal
sebagai berikut:
hf = ¾ Hw + Hs + Hr + He + hn
81
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

dimana,
hf = Tinggi jagaan total
Hw = Tinggi gelombang karena angin
Hs =Peningkatan tinggi muka air karena angin (wind set-up)
Hr = Tinggi rayapan gelombang (wave run-up)
He = Tinggi gelombang akibat gempa
hn = Tinggi cadangan untuk ketidakpastian.
Tinggi gelombang karena angin (Hw) dihitung dengan menggunakan rumus Molitor Stevensen
(PPBU, 1999) yang sudah dikonversikan ke dalam satuan SI, sebagai berikut:
H w  0.0322 vF  0.762  0.2706 4 F
dimana,
Hw = Tinggi gelombang karena angin (m)
v = kecepatan angin (km/jam)
F = panjang efektif “fetch” (km)
H w  0.0322 80.5 x0.497  0.762  0.2706 4 0.497
= 0.74 m.
Tinggi gelombang karena angin (Hs) dihitung dengan menggunakan rumus:
v2F
Hs  D cos A dalam ft (Zuider Zee)
1400
dimana,
Hs= Peningkatan tinggi muka air karena angin (wind set-up) (ft).
v= kecepatan angin (miles/jam)
F= panjang efektif “fetch” (miles)
D= kedalaman air rata-rata (miles)
50.022 0.309
Hs  0.031 cos8.66O
1400
= 0.017 ft ~ 0.0052 m
Tinggi rayapan gelombang (Hr) dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan sebagai
berikut,
V g2
Hr 
2g
Hd = 1.3 Hw (feet)
82
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

= 1.3 x 2.42 = 3.146 ft


Vg = 5 + 2Hd (Gaillard)
= 11.3 (ft/det)
11.3 2
Hr 
2 x32.15
= 1.986 ft ~ 0.61 m
Tinggi gelombang akibat gempa (He) dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut,
K .T
He  x gH O
2
dengan K = 0.124 dan T = 1 detik, dan kedalaman air 5m, maka
0.124
He  x 9.81 x5
2
= 0.14 m
Tinggi cadangan untuk ketidak pastian (hn) pada keadaan muka air normal adalah lebih besar
sama dengan 1 (hn > 1) diambil 1.383m
Sehingga kebutuhan tinggi jagaan total adalah,
Hf = ¾ 0.74 + 0.052 + 0.61 + 0.14 + 1.383
= 2.74 m.
Dengan demikian elevasi puncak bendungan pengelak di bagian hulu adalah :
162.015 + 2.74 = 164.755 m ~ 165.00 m
Untuk banjir dengan kala ulang 50 tahun sebesar 347.36 m 3/det tinggi muka air dimuka
terowongan pada mencapai El. 164.54m, sehingga apabila elevasi bendungan pengelak terletak
pada El. 165 m, maka muka air banjir Q50 berada 0.46m dibawah puncak bendungan pengelak.

5.5.2 Cek Stabilitas Lereng Cofferdam Hulu


Perhitungan stabilitas lereng dilbantu dengan software GeoSlope dengan melakukan input data
yang diperlukan yang diadaptasikan sehingga mendekati dengan bentuk dan kondisi lapangan
yang asli, setelah itu dilakukan solve program yang bertujuan untuk mendapatkan hasil safety
factor lereng cofferdam. Berikut hasil safety factor dari bantuan software GeoSlope :

83
Heribertus Alvian Putera L
I0115053
Laporan Kerja Praktek 2018
Proyek Pembangunan Waduk Bendo Ponorogo
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

Gambar 5.33 Hasil Safety Factor Cofferdam Hulu dengan software GeoSlope

Dari hasil safety factor yang didapat sebesar 5,996 maka dapat dikatakan bahwa stabilitas
lereng cofferdam hulu sangat aman terhadap longsor.

84
Heribertus Alvian Putera L
I0115053

Anda mungkin juga menyukai