Anda di halaman 1dari 23

DRAFT LAPORAN INTERIM

SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

BAB V
PERENCANAAN EMBUNG

5.1. PROYEKSI DAN RENCANA FUNGSI EMBUNG


Perencanaan embung dalam study ini sesuai dengan pedoman bahwa volume
embung maksimum adalah 500.000 m 3, sedangkan tinggi embung adalah 15 m. Fungsi
embung yang kita rencanakan adalah untuk memenuhi kebutuhan air baku didaerah
layanan, sedangkan sisa untuk memenuhi air baku dipergunakan untuk pengairan
pertanian (sawah maeupun kebun). Mengingat potensi sawah atau kebun di daerah layan
tersebut cukup luas, maka embung direncanakan dengan volume tampumngan yang
maksimal yaitu 500.000 m3 dari peta topografi.

5.2. ANALISA KEBUTUHAN VOLUME EMBUNG


Kapasitas tampung embung yang dibutuhkan harus mampu menampungvolume
tampungan hidup ( untuk melayani berbagai kebutuhan ), tampungan mati disediakan
untuk menampung sedimen, namun demikian dalam menentukan kapasitas embung
harus pula mempertimbangkan volume debit air yang tersedia. Jika kapasitas total tidak
memenuhi kebutuhan maka harus dibangun lebih dari 1 embung.

Tampungan
Efektif
½ h Tamp.
Eff

Tampungan
mati

Gambar 5.1 Tampungan Efektif Embung

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

5.3. BASIC DESAIN


Kemantapan perencanaan teknis suatu embung sangat ditentukan oleh ketelitian
dalam pelaksanaan survey dan investigasi, sehingga diperoleh data-data yang akurat dan
andal, yang selanjutnya dipakai dalam melakukan analisa teknis (perencanaan detail) dan
ekonomis. Dari analisa teknis dapat ditentukan :
 Kedudukan as embung yang paling baik
 Tipe embung yang paling sesuai dengan kondisi setempat
 Metode pelaksanaan pembangunan yang paling efektif.

Didasarkan atas penentuan bahwa tipe embung yang paling ekonomis harus dipilih,
maka perlu diperhatikan :
 Kualitas dan kuantitas bahan yang akan digunakan untuk pembentuk tubuh
embung yang terdapat di sekitar tempat kedudukan site embung.
 Jarak pengangkutan dari daerah penggalian ke tempat penimbunan calon
tubuh bendungan.
 Cara penggalian dan pengangkutan yang peling efisien.

5.4. PEMILIHAN TIPE EMBUNG


Penetapan suatu tipe embung yang paling cocok untuk suatu kedudukan,
didasarkan pada beberapa faktor, yaitu :
 Kualitas dan kuantitas bahan yang tersedia di sekitar tempat calon embung.
 Kondisi dan metode pekerjaan bahan tersebut
 Kondisi lapisan tanah pondasi pada tempat kedudukan calon embung
 Kondisi alur sungai, serta lereng, tebing kiri dan kanan yang nantinya
menentukan joint construction dengan calon tubuh embung.

Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengempang air atau pengangkat


permukaan air di dalam suatu embung/tampungan, maka secara garis besar tubuh
embung merupakan penahan rembesan air kearah hilir serta penyangga tandonan air
tersebut. Berdasarkan jenis konstruksinya, embung kecil dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :
 Tipe urugan homogen
Tipe embung dapat didesain sebagai urugan homogen, dimana bahan urugan
seluruhnya atau sebagian besar hanya menggunakan satu macam material yaitu
lempung atau tanah berlempung.

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

 Tipe urugan majemuk


Tubuh embung dapat didesain sebagai urugan majemuk jika tersedia material
urugan lebih dari satu macam. Urugan terdiri dari urugan kedap air, urugan semi
kedap air, dan urugan lulus air.

 Tipe pasangan batu atau beton


Apabila fondasi tubuh embung terdiri dari satuan batu, maka tubuh embung
dapat dibuat dari pasangan batu atau beton. Pada lembah yang sempit dan curam,
berbentuk V, tubuh embung tipe ini umumnya didesain menjadi satu dengan
bangunan pelimpah yang terbuat dari material yang sama. Bangunan pelimpah dapat
berbentuk Ogee dan peredam energi USBR tipe I dengan ketinggian pelimpah
maksimum diambil 7 m dari galian pondasi.

 Tipe komposit
Tipe komposit dibangun pada fondasi yang terdiri dari satuan batu, dengan
lembah yang cukup panjang. Bangunan pelimpah dibangun menjadi satu dengan
tubuh embung. Bangunan pelimpah didesain sebagai pelimpah dari pasangan batu
atau beton, sedang tubuh embung dibangun di kiri kanan pelimpah yang dapat
didesain sebagai urugan homogen atau majemuk.

Dari tipe embung seperti tersebut di atas, masing-masing tipe embung mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Pemilihan tipe diatas tergantung dari jenis pondasi, panjang
tanggul dan bahan bangunan yang tersedia di tempat. Secara umum, embung dengan
konstruksi beton atau pasangan batu, tahan terhadap limpasan di atas mercunya, numun
tipe ini memerlukan pertimbangan-pertimbangan antara lain :
a. Membutuhkan bahan-bahan fabrikan seperti semen dalam jumlah
besar dengan harga yang tinggi dan didatangkan jauh dari tempat lokasi situ.
b. Untuk menahan tubuh embung dibutuhkan pondasi yang kuat, hal ini
berarti harus didukung oleh kondisi geologi yang mapan.
c. Pembangunannya membutuhkan peralatan yang komplek.
d. Nilai ekonomisnya sangat tinggi.

Sedangkan karakteristik pemilihan embung tipe urugan dengan pertimbangan


sebagai berikut :
a. Pembangunannya dapat dilaksanakan pada hampir semua kondisi
geologi dan geofrafi yang dijumpai.

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

b. Bahan untuk tubuh embung kecil dapat digunakan dari bahan yang
terdapat di sekitar calon embung.
c. Nilai ekonomisnya relatif murah

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan embung tipe urugan adalah :
a. Embung tipe urugan tidak mampu menahan limpasan di atas
mercunya, dimana limpasan-limpasan yang terjadi dapat menyebabkan longsoran-
longsoran pada lereng hilir yang dapat mengakibatkan jebolnya embung.
b. Karena tubuh embung tipe urugan terdiri dari timbunan tanah atau
timbunan batu yang berkomposisi lepas sehingga mudah terjadi sufosi (erosi
dalam atau piping), maka peluang bahaya jebolnya situ sangat besar.

Gambar 5.2 Tipikal Embung Urugan Dengan Inti Tegak

KETERANGAN MATERIAL

CL 1. Timbunan tanah homogen


2. Filter drainasi (pasir)
7
3. Rip - Rap (t = 30 cm)
4. Sand (t = 10 cm)
5. Geotextile Woven
6 6. Gebalan Rumput
7. Paving Blok 20 X10 X 8 cm
8. Geotextile Non Woven
9. Rock Toe
9 Drain Ditch
2
8

8 1
1

Gambar 5.3 Tipikal Embung Urugan Homogen

Dari ketersediaan lempung sebagai material kedap air yang sulit ditemukan di lokasi
dan dengan pertimbangan bahwa apabila terjadi kebocoran di bendungan inti tegak lebih
sulit penanganannya daripada bendungan urugan homogen, maka direncanakan
G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

bendungan urugan tanah homogen dengan tirai (geotexite) sebagai penahan


rembesan.

5.5. TINGGI EMBUNG


Perencanaan tinggi embung pada dasarnya ada dua komponen yang akan dikaji
yaitu elevasi crest spillway, dengan menunjukan besarnya tampungan embung dan tinggi
jagaan (freeboard). Penetapan suatu tipe embung yang paling cocok untuk suatu
kedudukan, didasarkan pada beberapa faktor, yaitu :
a. Kualitas dan kuantitas bahan yang tersedia di sekitar tempat calon embung.
b. Kondisi dan metode pekerjaan
c. Kondisi lapisan tanah pondasi pada tempat kedudukan calon embung
d. Kondisi alur sungai, lereng, tebing kiri dan kanan yang nantinya menentukan
joint construction dengan calon tubuh embung.

Kombinasi optimum antara kapasitas tampungan dengan luas genangan merupakan


pertimbangan yang harus diperhatikan, semakin besar volume tampungan embung
dengan luas genangan yang kecil merupakan kondisi ideal dalam penetapan tinggi
embung. Mengacu pada Pedoman kriteria perencanaan embung kecil yang dikeluarkan
oleh Departemen Pekerjaan Umum, 1994 direkomendasikan bahwa tinggi embung
hendaknya tidak lebih dari 10 meter.

Tinggi embung ditentukan oleh perbedaan elevasi antara mercu embung urugan
dengan dasar tubuh embung (termasuk cut off). Persamaan penentuan elevasi mercu
embung adalah :
E mercu = E muka air rencana maksimum + hf + hs

Dimana :
hf = tinggi jagaan (akan diuraikan pada sub bab berikutnya)
hs = tinggi jagaan extra akibat proses konsolidasi

4.5.1. elevasi Muka Air Maksimum


Elevasi muka air maksimum sebuah embung adalah elevasi tampungan maksimum
(spilway ) ditambah dengan tinggi air akibat banjir diatas muka spilway. Untuk embung
waiperan tinggi elevasi tampungan maksimum (spilway) adalah 70,74 m, untuk embung
Kubalahin elevasi maksimum (spilway) adalah 97,01 m. Sedangkan untuk tampungan
banjir diperoleh dari perhitungan penelusuran banjir (fload routing) diatas puncak spilway.

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

Perhitungan penelusuran banjir digunakan untuk mendapatkan hubungan antara


debit keluar dari pelimpah dengan elevasi muka air embung. Sedang tinggi muka air
rencana dihitung dengan cara penelusuran banjir rancangan (Q 100 tahun). Penelusuran banjir
rancangan dihitung dengan periode penelusuran t selama 1 jam dengan metode
persamaan kontinuitas :

Keterangan :
I = Debit yang masuk ke embung (m3/det).
O = Debit yang keluar dari embung (m3/det).
S = Volume tampungan (m3)
t = Waktu

= Perubahan tampungan tiap periode waktu penelusuran (m 3/det).

Penjabaran rumus di atas menjadi :

Jika :

Maka :

Keterangan :
I1 = Debit masukan pada awal t.
I2 = Debit masukan pada akhir t.
O1 = Debit keluaran pada awal t.
O2 = Debit keluaran pada akhir t.
S1 = Tampungan pada awal t.
S2 = Tampungan pada akhir t.

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

t = Periode penelusuran banjir.


4.5.2. Tinggi Jagaan Embung
Tinggi jagaan adalah jarak vertical antara muka air desain (100 tahunan) dan
puncak tubuh embung. Tinggi jagaan pada tubuh embung dimaksudkan untuk
memberikan keamanan tubuh embung terhadap peluap karena banjir. Bila hal itu terjadi
maka akan terjadi erosi kuat pada tubuh embung tipe urugan. Besar nya tinggi jagaan
tergantung dari tipe tubuh embung dan diambil seperti tabel berikut:

Tabel 5.1 Tinggi Jagaan Berdasarkan Tipe Tubuh Embung

no Tipe Tubuh Embung Tinggi Jagaan


Urugan homogen dan
1 0.50
majemuk
2 Pasangan batu / beton 0.00

3 Komposit 0.5
sumber : Pedoman kriteria desain embung kecil

Untuk embung way peran direncanakan tinggi jagaan 0,5m dan Kubalahin
direncanakan tinggi jagaan direncanakan 1m karena debit yang melewati cukup besar.
Dengan demikian tinggi tubuh embung sebesar tinggi muka air kolam pada kondisi penuh
( = kapasitas tamping desain ) ditambah tinggi tampungan banjir, dan tinggi jagaan.

Hd = Hk + Hb + Hf + 0,25
Keterangan sebagai berikut :
Hd = tinggi tubuh embung desain (m)
Hk = tinggi muka air kolam pada kondisi penuh (m)
Hb = tinggi tampungan banjir (m)
Hf = tinggi jagaan (m) pada table

Pada tubuh embung tipe urugan diperlukan cadangan untuk penurunan yang secara
praktis diambil sebesar 0,25 m.

5.6. LEBAR PUCAK


Lebar puncak tubuh embung diambil sebagai berikut :

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

Tabel 5.2 Lebar Puncak Tubuh Embung


Tinggi Lebar Pucak
no Tipe
(m) (m)
≤ 5.00 2.00
1 Urugan
5.00 - 10.00 3.00
Pasangan batu sampai
2 1.00
/ beton maksimal 7.00

Apabila puncak urugan akan digunakan untuk lalu lintas umum, maka di kiri dan
kanan badan jalan diberi bahu jalan masing - masing selebar 1,00 m untuk embung
Kubalahin dan 3 m untuk embung Way peran.
Sedangkan puncak tubuh embung tipe pasangan/beton tidak disarankan untuk lalu
lintas karena biaya konstruksi akan menjadi mahal.

5.7. KEMIRINGAN LERENG BENDUNGAN


Kemiringan lereng urugan ditentukan sdemikian rupa agar stabil terhadap
longsoran. Hal ini sangat tergantung pada jenis material urugan yang hendak dipakai.
Kestabilan urugan diperhitungkan terhadap surut cepat muka air kolam, dan rembesan
langgeng, serta harus tahan terhadap gempa. Dengan mempertimbangkan hal diatas dan
mengambil koefisien gempa sebesar 0,15 g diperoleh kemiringan urugan yang disarankan
seperti tabel 5.2. Stabilitasnya dihitung dengan menggunakan metode A.W. Bishop,
sedangkan parameter urugannya diperoleh dengan pengujian di laboratorium.

Tabel 5.3 Kemiringan Lereng Urugan Untuk Tinggi Maksimum 10,00 m


Kemiringan lereng
no Material Urugan Material Utama Vertikal : horizontal
Udik hilir
1 Urugan homogen CH 1:3 1 : 2,25
CL
SC
GC
GM
SM
2 Urugan majemuk
2.1. Urugan batu Pecahan batu 1 : 1,50 1 : 1,25
dengan inti
lempung atau
dinding diafragma
2.2. Kerikil - kerakal kerikil -kerakal 1 : 2,50 1 : 1,75
dengan inti
lempung atau
dinding diafragma

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

Selanjutnya kemiringan lereng yang sudah ditentukan dikontrol stabilitasnya serta


dianalisa rembesannya.

Timbunan dan bidang kontak antara timbunan dan pondasi harus mempunyai
tahanan gelincir yang dapat dilihat dari nilai-nilai hasil penyelidikan laboratorium mekanika
tanah dari material timbunan dan material tanah asli. Bidang gelincir dari suatu timbunan
pada umumnya diklasifikasikan sebagai keruntuhan lereng dan keruntuhan sepanjang
bidang kontak antara timbunan dan pondasi. Namun demikian, harus dipertimbangkan
juga kemungkinan kegagalan permukaaan di dalam pondasi jika pondasinya
lemah/lembek. Nilai-nilai hasil pengujian Lab. Mekanika Tanah dari material timbunan dan
material pondasi untuk analisis stabilitas harus didapatkan dari pengetesan tanah yang
akurat dan pengawasan yang ketat selama masa pelaksanaan dan masa pemeliharaan.

4.7.1. Metode Analisis Dan Faktor Keamanan


Metode analisis untuk kegagalan akibat geser secara luas dibagi metode geser
permukaan dan analisis tekanan (stress analisis). Pada prinsipnya, kecuali pada kasus-
kasus khusus metode sircular arc dapat digunakan berdasarkan titik-titik pada lengkung
kritis. Namun demikian metode Sliding Wedge juga bisa digunakan apabila perkiraan
bidang luncurnya melalui bagian yang lemah dari tubuh waduk dan pondasi tersebut tidak
berupa busur. Selain itu analisis stabilitas untuk kemiringan permukaan juga harus
ditinjau. Faktor keamanan (safety factor Fs) lebih dari 1,1 dianjurkan untuk kasus di atas.
Kriteria faktor keamanan minimum diambil dari Najoan, "Re-Evaluation Seismics Effect
toward Stability on Large Dams in Indonesia".
Dalam waduk yang terdiri dari susunan tanah yang porus dan intinya relatif tipis,
atau pondasinya tersisip suatu lapisan yang lunak, analisis stabiltas ke arah permukaan
vertikal untuk lapisan dan zona seperti itu juga harus ditinjau. Faktor keamanan untuk
kasus tersebut harus ditinjau dengan menggunakan metode sliding wedge.

4.7.2. Metode Irisan Bidang Luncur


Metode ini adalah salah satu dari metode-metode analisis stabilitas, untuk
menghitung factor keamanan yang ditunjukkan dengan perbandingan dari jumlah dari
momen luncur dan momen penahan, penghitungannya dalam hubungan dari as ke as dari
irisan bidang luncur untuk masing-masing irisan.
Untuk analisis tegangan total digunakan parameter-parameter (c,),

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

Untuk analisis tegangan efektif digunakan parameter-parameter c’ and ’,

Untuk dam yang di konstruksi pada pondasi yang lemah, studi tentang factor
keamanan adalah mutlak sehubungan dengan momen luncur yang bekerja lewat pondasi
tersebut sangat kuat.

4.7.3. Analisa Rembesan


Baik tubuh bendung maupun pondasinya diharuskan mampu mempertahankan diri
terhadap gaya-gaya yang ditimbulkan oleh adanya air filtrasi yang mengalir melalui celah-
celah antara butiran-butiran tanah pembentuk tubuh bendung dan pondasi tersebut.
Untuk mengetahui kemampuan daya tahan tubuh bendung serta pondasinya terhadap
gaya-gaya tersebut, maka perlu dilakukan analisis berikut :
a. Formasi garis depresi (phreatic lines atau seepage line formation ) dalam tubuh
bendung dengan elevasi tertentu permukaan air dalam embung yang
direncanakan.
b. Kapasitas air filtrasi yang mengalir melalui tubuh dan pondasi bendung.
c. Kemungkinan terjadinya gejala sufosi (piping) yang disebabkan oleh gaya-gaya
hidrodinamis dalam aliran air filtrasi.

a) Formasi Garis Depresi (Phreatic Lines)


Formasi garis depresi pada zone kedap air suatu bendung atau bendungan dapat
diperoleh dengan metode Casagrande. Persamaan garis depresi dapat diperoleh
dengan persamaan parabola bentuk dasar sebagai berikut :

atau

dimana besarnya h, d, y0 dapat dilihat dalam Gambar 4.7 berikut.

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

Toe rock

G e otextile

2
1
1 1

Gambar 5.4 Garis Depresi Pada Bendungan Homogen

Dari persamaan diatas akan diperoleh garis parabola bentuk besar yang
sebenarnya bukanlah garis deprasi yang sesungguhnya. Masih diperlukan
penyesuaian-penyesuaian atau modifikasi menjadi garis depresi yang sesungguhnya.
Modifikasi tersebut dilakukan dengan memperhitungkan rumus sebagai berikut :

b) Jaringan Trayektori Aliran Filtrasi (Seepage Flow Net)


Persamaan kontinuitas dalam media yang isotropik mewakili dua kelompok grafik
yang saling tegak lurus satu sama lain yaitu garis-garis aliran ( flow lines) dan garis-
garis ekipotensial (equipotential lines). Garis aliran adalah suatu garis sepanjang
mana butir-butir air akan bergerak dari bagian hulu ke bagian hilir melalui bagian
tanah yang tembus air (permeable). Garis ekipotensial adalah suatu garis sepanjang
dimanan tinggi potensial di semua titik pada garis tersebut adalah sama.

Kombinasi dari beberapa garis aliran dan garis ekipotensial dinamakan jaringan
aliran (flow net). Dalam pembuatan jaringan, garis-garis aliran dan ekipotensial
digambar sedemikian rupa sehingga :
 Garis ekipotensial memotong tegak lurus garis aliran.
 Elemen-elemen aliran dibuat kira-kira mendekati bentuk bujur sangkar.

Apabila banyaknya saluran aliran di dalam jaringan aliran sama dengan N f, dan
banyaknya bidang bagi kehilangan energi potensial adalah N d, maka banyaknya air
yang mengalir di bawah bendung (q) adalah :

Dimana :
k = koefisien rembesan
H = perbedaan tinggi muka air pada bagian hulu dan bagian hilir.

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

Untuk mengetahui besarnya koefisien rembesan, diperlukan penyelidikan tanah


yang mencakup uji permeabilitas. Atau dengan memperkirakan besarnya rembesan
yang didasarkan pada tabel pada Buku Bendungan Type Urugan (Mitsuro Okuda;
Tabel 2-22; 80) mengenai sifat-sifat khusus tanah berdasarkan klasifikasi standar.
Koefisien rembesan/filtrasi berdasarkan pembagian zone-zone timbunan dan jenis
tanahnya disajikan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Koefisien Rembesan / Filtrasi

Perhitungan Rembesan (Seepage)


Besarnya rembesan yang lewat pada tubuh embung dapat dicari dengan rumus:
Qf = K . L . H . Nf / Ne
Dimana :
Qf = Besarnya rembesan (m3/detik/m’)
K = Koefisien permeabilitas (cm/detik)
Nf = Jumlah bidang aliran
Ne = Jumlah ∆h bidang eqiipotensial
L = Panjang profil melintang (m)
H = Muka air normal

Toerock
Geotextile

2
1
1 1

Gambar 5.5 Jaringan Trayektori Aliran Filtrasi Dalam Tubuh Embung

Aliran filtrasi tidak akan menyebabkan sufosi (piping) dan sembulan (boiling) bila
tejadi antara gaya rembesan (seepage force) dengan berat isi tanah zona kedap air.

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

Syarat stabil :
i < (Gs - 1) / (1 + e)
i = h2 / L

Dimana :
Gs = berat jenis material timbunan = 2,65
e = void ratio = 1.076
h2 = tinggi tekanan air rata-rata

5.8. PERENCANAAN PELIMPAH


Bangunan pelimpah dimaksudkan sebagai penyalur kelebihan air banjir jika
tampungan embung tidak mampu lagi menampung air yang masuk. Bangunan pelimpah
direncanakan terbuat dari pasangan batu atau beton. Dimensi bangunan pelimpah
didasarkan pada debit banjir rancangan dengan kala ulang 100 tahun.

4.8.1 Kapasitas Pengaliran Melalui Pelimpah


Debit yang melalui pelimpah dengan ambang tetap pada embung dihitung
berdasarkan rumus (Sosrodarsono, 1989: 181) :
Q = C . L . H3/2

Dengan :
Q = debit yang lewat pelimpah (m3/det)
C = koefisien limpahan
L = lebar efektif ambang pelimpah (m)
H = total tinggi tekan air diatas ambang pelimpah (m)

4.8.2 Koefisien Debit


Koefisien debit (C) pada bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
(Sosrodarsono, 1989: 181) :
 Kedalaman air didalam saluran pengarah aliran
 Kemiringan lereng hulu bendung
 Tinggi air di atas mercu bendung
 Perbedaan antara tinggi muka air rencana pada saluran pengatur aliran yang
bersangkutan.

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

Koefisien debit (C) dari tipe standart suatu pelimpah dihitung dengan persamaan
Iwasaki (Sosrodarsono, 1989: 182) :
Cd = 2,200 – 0,0416 (Hd/W)0,99

Dengan :
C = koefisien debit
Cd = koefisien debit pada saat h = Hd
h = tinggi air diatas mercu bendung (m)
Hd = tinggi tekanan rencana diatas mercu bendung (m)
W = P = tinggi bendung bagian hulu (m)
a = konstanta (diperoleh pada saat h = Hd, yang berarti C = Cd)

4.8.3 Lebar Efektif Pelimpah


Pada saat terjadinya limpahan air melintasi mercu suatu pelimpah terjadi konstraksi
aliran baik pada kedua dinding samping pelimpah maupun disekitar pilar-pilar yang
dibangun diatas mercu pelimpah tersebut, sehingga secara hidrolis lebar efektif suatu
pelimpah akan lebih kecil dari seluruh lebar pelimpah yang sebenarnya. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung panjang efektif pelimpah dari Civil Engineering Departement
U.S. Army adalah (Sosrodarsono, 1989: 183) :
L = L’ – 2(n . Kp + Ka) . H
Dengan :
L = panjang efektif pelimpah (m)
L’ = panjang efektif pelimpah sesungguhnya (m)
n = jumlah pilar
Kp = koeifisien konstraksi pilar
Ka = koefisien konstraksi dinding samping
H = tinggi tekan total diatas mercu (m)

4.8.4 Bentuk Ambang Pelimpah


Kriteria dasar desain penampang pelimpah adalah untuk mendapatkan koefisien
debit yang besar dan menghindari tekanan negatif sewaktu aliran melimpas bebas pada
permukaan crest pelimpah.

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

Untuk bentuk pelimpah Tipe Ogee, metode yang dipakai untuk menentukan bentuk
penampang sebelah hilir dari titik tertinggi crest pelimpah adalah lengkung HARROLD’S
dinyatakan dengan persamaan :

Dengan :
Hd = Tinggi air jatuh di hulu crest pelimpah
X = Jarak horisontal dari titik tertinggi crest pelimpah ke titik di permukaan crest
pelimpah sebelah hilir
Y = Jarak vertikal dari titik tertinggi crest pelimpah ke titik permukaan crest
pelimpah sebelah hilir
Bentuk profil bagian hulu diperoleh dengan persamaan sebagai berikut :
X1 = 0,282 x Hd
X2 = 0,175 x Hd
R1 = 0,5 x Hd
R2 = 0,2 x Hd

Gambar 5.6 Bentuk Profil Bagian Hulu

4.8.5 Tinjauan Hidrolika

4.8.5.1 Kondisi Aliran Di Kaki Pelimpah


Kondisi aliran di kaki pelimpah diperlukan dalam kaitannya dengan penentuan tinggi
dinding samping serta panjang lapisan perkuatan dasar, agar dasar saluran tahan
terhadap erosi.

4.8.5.2 Kecepatan Air Di Kaki Pelimpah

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

Kecepatan aliran di kaki pelimpah (V1) dapat ditentukan dengan menggunakan


persamaan yang direkomendasikan oleh USBR yang dinyatakan sebagai :

4.8.5.3 Kedalaman Air Hilir, Y2


Kedalaman air di hilir dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut

Dimana :

V12/2gH

Hd1
h1

DH

P V22/2gH
Z

y2 Hd2
y1

Gambar 5.7 Pelimpah Tipe Ogee


Sumber : Bendungan Tipe Urugan (Suyono Sosrodarsono, 1977)

4.8.5.4 Kolam Olak


Kolam olakan adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi yang
terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidrolis dari suatu aliran yang
berkecepatan tinggi . terdapat bermacam-macam type kolam olak menurut standar USBR,
dimana pemilihan tipe kolam olak ditentukan oleh bersarnya

Untuk menentukan tipe kolam olak, pertama harus diketahui tipe aliran dengan
menghitung dahulu bilangan froude pada bagian masuk kolam olak. Berdasarkan bilangan
Froude dapat dibuat pengelompokkan dalam merencanakan kolam olak sebagai berikut:

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

1. Untuk Fr ≤ 1.7 tidak diperlukan kolam olak


2. Untuk 1.7 < Fr ≤ 2.5 , diperlukan kolam olak tipe ambang ujung.
3. Untuk 2.5 < Fr ≤ 4.5 dipakai kolam olak USBR type IV.
4. Untuk Fr ≥ 4.5 dipakai kolam olak USBR type III.

Dari hasil perhitungan diatas untuk embung kubahlahin bilangan froude dikaki
pelimpah adalah F= 7,218 Untuk ≥ 4.5 dipakai kolam olak USBR type III. Sedangkan
untuk embung way peran bilangan froud adalah 1,638 Tidak diperlukan kolam olak.

Gambar 5.8 Grafik Hubungan F1 dengan L/Y2 Berdasar Rekomendasi


USBR
5.9. STABILITAS PELIMPAH
Untuk menghitung stabilitas spillway terlebih dahulu harus dihitung desain
pembebanan sebagai berikut :

4.9.1 Beban Mati


Beban mati adalah berat sendiri dari stuktur tersebut termasuk berat material-
material pengisinya. Mengacu pada Standar Indonesia, berat jenis dari berbagai material
yang biasanya digunakan untuk penghitungan beban adalah sebagai berikut.

Tabel 5.5 Berat Jenis dari Berbagai Material

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

No. Material Berat Jenis (t/m3)


1. Baja 7,85
2. Batu galian, batu kali (tidak dipadatkan) 1,50
3. Batu Koral 0,70
4. Besi Cor 7,25
5. Beton Polos (tanpa tulangan) 2,20
6. Beton Bertulang 2,40
7. Kayu Kelas I 1,00
8. Kayu Kelas II 0,80
9. Kerikil 1,65
10. Adonan Semen (Mortar) 2,15
11. Pasangan Batu bata 1,70
12. Pasangan Batu 2,20
13. Pasir kering 1,60
14. Pasir basah 1,80
15. Air 1,00
16. Tanah, lempung, lanau (kering) 1,70
17. Tanah, lempung, lanau (basah) 2,00
Sumber: KP-06, halaman 4 Tabel 2.1

4.9.2 Beban Hidup


Beban hidup yang bekerja pada didnding dapat dihitung dengan mengunakan
rumus berikut tanpa tergantung dari kedalaman tanah yang menyelimuti.

q q q

Pe pe

Gambar 5.9 Beban Hidup yang Bekerja pada Dinding

Pe = Ka . q

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

Dimana,
Pe = beban horizontal akibat beban hidup (t/m 2)
Ka = koef. Tekanan tanah Aktif (Acuan. Kp – 06 hal. 22)
q = beban merata (t/m2)
q = w / (L x A)
w = total berat beban (t)
L = panjang bebanLength
A = lebar dari beban

4.9.3 Tekanan Tanah


Perhitungan dari tekanan tanah yang bekerja pada dinding dihitung dengan rumus
Rankine’s. Rumus di atas tidak mempertimbangkan kohesi tanah.

H1

Ea E
H2
p

Gambar 5.10 Distribusi Tekanan Tanah

Ea = 0.50 X  X Ka X H12
Ep = 0.50 X  X Kp X H22
Dimana :
Ea : Tekanan Tanah Aktif (t)
Ep : Tekanan Tanah Pasif (t)
 : Berat jenis dari Tanah (t/m3)
H 1 & H2 : Ketinggian dari permukaan tanah (m)
Ka : Koeff. Tekanan Tanah Aktif (Acuan. KP-06, hal. 22)
Kp : Koef. Tekanan tanah Pasif (Acuan. KP-06, hal. 22)
4.9.4 Tekanan Hidrolis
Total tekanan hidrolis yang bekerja pada permukaan bidang dihitung dengan
rumusan berikut :

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

Muka air bag. hulu


level

Ph
Muka air bag.
hilir

Gambar 5.11 Distribusi Tekanan Hidrostatik

Ph = 0.50 X w X H2
Dimana,
Ph : Total tekana hidrostatik H : Kedalaman air (m)
w : Berat Jenis Air (= 1.00 t/m3 )

4.9.5 Tekanan Uplift (Gaya Angkat)


Tekanan uplift diakibatkan oleh tekanan air rembesan pada pondasi batuan atau
tanah. Total tekanan uplift yang bekerja pada suatu bangunan dapat dihitung sebagai
berikut :
Muka air bag. hulu

H
A D
Muka air bag. Hilir
B
x C

Gambar 5.12 Distribusi Tekanan Uplift

Ux = Hx - H X L x / L
Dimana :
Ux : Tekanan Uplift pada titik X (t/m2)
Hx : Tinggi tekan dari elevasi muka air bag. Hulu pada titik X (m)
L x : Garis rembesan sampai dengan titik X (m), dihitung berdasarkan metode Lane’s
L : Total panjang dari garis rembesan (m), diihitung berdasarkan metode Lane
H : Perbedaan Tinggi tekan (m)

4.9.6 Gaya Gempa


Gaya gempa yang bekerja pada suatu bangunan dapat dihitung dengan persamaan
berikut .
G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29

G E
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

Gambar 5.13 Distribusi Gaya Gempa


E= Kh x G
Dimana,
E : Gaya gempa (t)
G : Beban Mati/berat sendiri struktur (t)
Kh : Koefisien gempa horisontal (= 0.12)

4.9.7 Tekanan Hidrodinamik


Perhitungan pasti dari gaya hidrodinamik tidak menjadi keharusan, karena gaya ini
kecil untuk ukuran bangunan-banguan irigasi. (KP-06, hal. 26 sub babs 3.3.2.). Tetapi
untuk bangunan tinggi seperti tower, bendungan beton, dsb, adalah perlu
mempertimbangkan tekanan hidrodinamik ini dalam pengecekan analisis stabilitas. Gaya
hidrodinamik yang bekerja pada suatu struktur dihitung dengan rumusan Zanger’s
sebagai berikut (Santosh Kumar Grag, Irrigation Engineering and Hydraulic Structure,
halaman 854 & 855, Khanna Publishers, Delhi).

Elevasi muka air

H Phd

0.412 H 

Gambar 5.14 Distribusi Tekanan Hidrodinamik

Phd = 0.726 X Cm X w X KH X H2
Dimana :

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

Phd : Gaya hidrodinamik (t)


Cm : Nilai Maksimun dari koefisien tekanan untuk kemiringan yang konstan
(= 0.735 X /900 )
 : Sudut antara struktur dengan bidang horisontal
Kh : Koefisien gempa horisontal. (= 0.12)
w : Berat Jenis Air ( = 1.00 t/m3 )

4.10. Kapasitas Tampungan


4.10.1. Kapasitas Tampungan Embung
Kapasitas tampungan embung Mubur dihitung berdasarkan kebutuhan air bersih
penduduk desa Mubur dan fasilitas umum didesa Mubur sampai dengan 20 tahun
mendatang.

5.6 Tabel Perhitungan Kebutuhan Volume Tampungan Desa Mubur

Debit inflow Debit Outflow volume inflow volume outflow Tampungan Minimal
No. Bulan Tampungan (m3)
(m3/dtk) (m3/dtk) (liter) (liter) (m3)
1 Jan 0.067 0.00128 172368.00 3330.09 169037.91 162303.47
2 Feb 0.039 0.00130 101088.00 3378.36 266747.55 260013.11
3 Mar 0.024 0.00132 62208.00 3427.53 58780.47 52046.03
4 Apr 0.046 0.00134 119232.00 3477.62 174534.86 167800.41
5 Mei 0.014 0.00136 36288.00 3528.64 32759.36 26024.92
6 Jun 0.016 0.00138 41472.00 3580.61 70650.75 63916.31
7 Jul 0.004 0.00140 10368.00 3633.56 6734.44 0.00
8 Agust 0.004 0.00142 10368.00 3687.49 13414.95 6680.51
9 Sep 0.028 0.00144 72576.00 3742.43 68833.57 62099.13
10 Okto 0.014 0.00147 36288.00 3798.39 101323.18 94588.73
11 Nov 0.028 0.00149 72576.00 3855.40 68720.60 61986.15
12 Des 0.100 0.00151 259200.00 3913.48 324007.12 317272.68

5.7 Tabel Perhitungan Kebutuhan Volume Tampungan Desa Nyamuk

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29
DRAFT LAPORAN INTERIM
SID PENYEDIAAN AIR BAKU DI KAB. ANAMBAS

Debit inflow Debit Outflow volume inflow volume outflow Tampungan Minimal
No. Bulan Tampungan (m3)
(m3/dtk) (m3/dtk) (liter) (liter) (m3)
1 Jan 0.065 0.0022 168480.00 5629.41 162850.59 0.00
2 Feb 0.039 0.0024 101088.00 6138.51 257800.08 94949.49
3 Mar 0.024 0.0026 62208.00 6647.61 313360.48 150509.89
4 Apr 0.046 0.0028 119232.00 7156.70 425435.77 262585.18
5 Mei 0.014 0.0030 36288.00 7665.80 454057.97 291207.38
6 Jun 0.016 0.0032 41472.00 8174.90 487355.07 324504.48
7 Jul 0.004 0.0034 10368.00 8684.00 489039.08 326188.49
8 Agust 0.004 0.0035 10368.00 9193.09 490213.98 327363.39
9 Sep 0.028 0.0037 72576.00 9702.19 553087.79 390237.20
10 Okto 0.014 0.0039 36288.00 10211.29 579164.50 416313.91
11 Nov 0.028 0.0041 72576.00 10720.39 641020.11 478169.52
12 Des 0.100 0.0043 259200.00 11229.49 888990.63 726140.04

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN V -29

Anda mungkin juga menyukai