Anda di halaman 1dari 10

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

Ujian Tengah Semester Konstruksi Bendungan II

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konstruksi Bendungan II

Dosen Pengampu:

Dr. Ir. Aniek Masrevaniah, Dipl.HE.

Disusun Oleh:

Muhammad Naufal Rizaldy 195060407111055


Faris Rifqi Himawan 195060400111059
Agung Ayu Gayatri Devi 195060400111054

KELAS C

JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021/2022
1. Jelaskan mengenai Bendungan Tanah, antara lain tentang:
a. Bendungan Tanah juga disebut bendungan homogen, jelaskan!
Suatu bendungan tanah / urugan digolongkan dalam type homogen karena bahan
yang membentuk tubuh bendungan tersebut terdiri dari tanah yang hampir sejenis
dan gradasinya (susunan ukuran butirannya) hampir seragam.

b. Bilamana bendungan homogen menjadi pilihan tipe bendungan?


Jika di daerah sekitar tempat kedudukan suatu calon bendungan hanya terdapat
bahan-bahan kedap air, semi kedap air atau bahan Iempungan, sedangkan pasir dan
kerikil tidak dapat diperoleh sesuai jumlah yang dibutuhkan, maka bendungan
homogen merupakan pilihan vang terbaik. Dari sudut pelaksanaan
pembangunannya, bendungan homogen merupakan vang paling sederhana
dibandingkan dengan tipe-tipe lainnya, akan tetapi sering dihadapi masalah yang
menyangkut dengan tubuh bendungan. Hal ini disebabkan karena diseluruh tubuh
bendungan terletak di bawah garis rembesan (seepage line), senantiasa dalam
kondisi jenuh , sehingga daya dukung, kekuatan geser serta susut luncur alamiahnya
menurun pada tingkat yang rendah

c. Bagaimana persyaratan material timbunan untuk bendungan tanah ini?


Syarat pokok yang perlu diperhatikan. pada pondasi bendungan tipe urugan adalah
rnampu mendukung bahan timbunan dalam keadaan basah (saturated) dan beban di
atasnya, kedap terhadap rembesan untuk moncegah aliran buluh (piping) serta
mampu mencegah kehilangan air yang berlebihan. Bila timbunan dibangun di atas
pondasi yang terdiri atas batuan yang rapuh, lempung yang plastisitasnya tinggi atau
konsolidasinya berlebihan, diperlukan penyelidikan yang lebih teliti mengingat
pondasi tersebut dapat menyebabkan deformasi yang berlebihan. Dalam hal ini
disain timbunan harus dikontrol dengan tegangan yang terjadi pada pondasi.
Apabila terdapat lanau dan lempung yang sangat dalam, maka tidak diperlukan lagi
perbaikan pondasi untuk mencegah rembesan dan erosi buluh Masalah utama pada
pondasi inii adalah stabilitas, untuk mengatasi hal. tersebut pada umumnya lereng
timbunan dibuat lebih handal atau dibuat berm pada kedua sisinya.

d. Kenapa timbunan tanah harga koefisien rembesan (k) harus mendekati 10 cm/detik?
Apa akibatnya jika hraga (K) terlalu tinggi dan terlalu rendah?
Koefisien rembesan untuk tanah yang tidak jenuh air adalah rendah, harga tersebut
dapat bertambah secara cepat dengan meningkatnya derajat kejenuhan tanah yang
bersangkutan. Pada umumnya, bertambah kecil ukuran partikel tanah, bertambah
rendah koefisien kelulusan airnya, sehingga air akan sulit mengalir. Bertambah
besar ukuran partikel tanah, bertambah tinggi pua koefisisen kelulusan air dan
menyebabkan air mudah mengalir. Pengaturan nilai permeabilitas ini harus
reasonable atau model akan salah

e. Jelaskan tentang persyaratan bahan timbunan tanah


Timbunan atau urugan dibagi dalam 2 macam sesuai dengan maksud
penggunaannya yaitu :
• Timbunan biasa, adalah timbunan atau urugan yang digunakan untuk
pencapaian elevasi akhir subgrade yang disyaratkan dalam gambar
perencanaan tanpa maksud khusus lainnya. Timbunan biasa ini juga
digunakan untuk penggantian material existing subgrade yang tidak
memenuhi syarat.Bahan timbunan biasa harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagai berikut :
• Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari
tanah yang disetujui oleh Pengawas yang memenuhi syarat untuk digunakan
dalam pekerjaan permanen.
• Bahan yang dipilih tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi, yang
diklasifikasi sebagai A-7-6 dari persyaratan AASHTO M 145 atau sebagai
CH dalam sistim klasifikasi “Unified atau Casagrande”. Sebagai tambahan,
urugan ini harus memiliki CBR yang tak kurang dari 6 %, bila diuji dengan
AASHTO T 193.
• Tanah yang pengembangannya tinggi yang memiliki nilai aktif lebih besar
dari 1,25 bila diuji dengan AASHTO T 258, tidak boleh digunakan sebagai
bahan timbunan. Nilai aktif diukur sebagai perbandingan antara Indeks
Plastisitas (PI) – (AASHTO T 90) dan presentase ukuran lempung
(AASHTO T 88).
• Timbunan pilihan, adalah timbunan atau urugan yang digunakan untuk
pencapaian elevasi akhir subgrade yang disyaratkan dalam gambar
perencanaan dengan maksud khusus lainnya, misalnya untuk mengurangi
tebal lapisan pondasi bawah, untuk memperkecil gaya lateral tekanan tanah
dibelakang dinding penahan tanah talud jalan.Bahan timbunan pilihan harus
memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
• Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai “Timbunan Pilihan” bila
digunakan pada lokasi atau untuk maksud yang telah ditentukan atau
disetujui secara tertulis oleh Pengawas.
• Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari
bahan tanah berpasir (sandy clay) atau padas yang memenuhi persyaratan
dan sebagai tambahan harus memiliki sifat tertentu tergantung dari maksud
penggunaannya. Dalam segala hal, seluruh urugan pilihan harus memiliki
CBR paling sedikit 10 %, bila diuji sesuai dengan AASHTO T 193.

f. Bagaimana cara menahan rembesan?


Pondasi dari lanau dan lempung yang sangat tebal atau dalam, cukup kedap untuk
menahan rembesan dan aliran buluh. Apabila terdapat lanau dan lempung yang
sangat dalam, maka tidak diperlukan lagi perbaikan pondasi untuk mencegah
rembesan dan erosi buluh.

2. Jelaskan sistem pemadatan Batu dan tanah dengan mempertimbangkan hal-hal


dibawah ini:
a. Tata cara penimbunan tanah
Bila kadar air material ditempat pengambilan lebih rendah dari kadar air optimum,
maka harus dilakukan pembahasan material timbunan dilokasi pengambilan atau
tempat dimana material timbunan dihampar sebelum dipadatkan. Gaya-gaya
penahan berupa gaya gesekan, geseran ,lekatan,kekuatan geser tanah , dan harus
kita periksa apakah ada permukaan gelincir yang dapat menggerakkan lereng
tersebut, untuk mengukur stabilitas lereng, (Cannonica,L,1991) Proses
pelaksanaan: material diangkut/ditimbun kelokasi timbunan menggunakan tenaga
manual. Material hasil galian yang oleh direksi dinyatakan tidak layak, tidak akan
digunakan dan disingkirkan dari lokasi timbunan penghamparan/penimbunan
digunakann lerlapis/perlayer dengan ketentuan min 20cm tebal lapisan timbunan.
Dilanjutkan dengan menyiramkan air dengan mesin pompa air disemburkan secara
sporadis ke area timbunan sampai tingkat kepadatan sesuai permintaan direksi.
Setelah dinyatakan cukup kering/air sudah benar-benar meresap diadakan
pemadatan menggunakan hand stamper. Proses pemadatan dilakukan secar roll
back baik dengan arah vertical atau horizontal bidang timbunan min system roll
back (bolak-balik) dilanjutkan kelapisan berikutkan dengan system yang sama.
Metode pelaksanaan timbunan untuk bendungan antara lain sebagai berikut :
➢ Sebelum menimbun, permukaan pondasi harus dipadatkan dan dikasarkan
dengan menggunakan bulldozer
➢ Setelah lapisan pondasi bersih dari kotoran khususnya pada lokasi inti,
dilakukan penimbunan dengan tanah lempung setebal 10-15 cm untuk
lapisan perekat (contact zone) termasuk pada bagian lereng bukit dan
dipadatkan. Apabila tidak dilaksanakan dengan alat berat pemadatan dapat
dilakukan dengan tamping rammer namun ketebalannya dikurangi dan
harus dilakukan dengan hati-hati.
➢ Material timbunan dihampar dengan ketebalan + 20-30 cm lapis demi lapis
dengan menggunakan dozer
➢ Material tanah lempung harus dibasahi dengan menggunakan tangki air
apabila moisture content (kurang) dan dijemur dulu apabila moisture
content terlalu tinggi, untuk mencapai moisture content yang optimum
➢ Lapisan timbunan harus dipadatkan dengan vibro roller atau sheep foot
roller untuk mencapai kepadatan yang direncanakan
➢ Jumlah lintasan compactor diputuskan sebelumnya pada pelaksanaan trial
embankment
➢ Setelah top elevasi dari timbunan tercapai, finishing slope timbunan atau
trimming dilakukan dengan exacavato

b. Tata cara penimbunan batu, kenapa pada lembah yang curam lebih disarankan tipe
Bendungan Batu daripada Bendungan Tanah.
• Pengadaan Timbunan Batu dimulai dengan proses peledakan untuk
membongkar formasi batuan yang ada.
• Galian batu dimulai dengan pelonggaran formasi batuan dengan
menggunakan ripper, material batuan yang telah longgar ini kemudian
dipotong dan dikumpulkan dengan menggunakan bulldozer.
• Hasil dari ripping berupa batuan lepas ini lantas diangkut ke dalam dump
truck dengan menggunakan excavator untuk kemudian dibawa ke lokasi
penimbunan timbunan batu atau jika belum segera digunakan akan dibawa
ke stockpile.
Pada saat pengangkutan material dari tempat penggalian bahan atau tempat
penyimpanan (stockpile) menuju ke tempat penimbunan calon bendungan,
kadar air tanah yang diangkut dijaga agar sesuai dengan rencana. Untuk
melingdungi tanah dari hujan, dump truck dapat ditutup menggunakan trepal
atau alat penutup lainnya yang memadai. Bak pengangkut dump truck harus
bersih dari material lainnya supaya material yang diangkut tidak terkontaminasi.
Pada daerah lembah disarankan tipe bendungan batu karena Kestabilan
karakteristika bahan, merupakan faktor yang mutlak diperlukan, karena pada
tubuh bendungan, bahan ini harus mampu bertahan sepanjang umur exploitasi
yang biasanya melebihi lima puluh tahun. Karenanya pada setiap butiran batu
dan mempunyai daya tahan yang tangguh terhadap pengaruh air maupun
pengaruh atmosfir lainnya.
c. Bagaimana cara merealisasikan kualitas timbunan di lapangan dengan hasil uji
pemadatan di laboratorium, antara lain, berat jenis, koefisien geser dan koefisien
rembesan, dll.
Uji laboratorium umumnya digunakan untuk mendapatkan berat kering unit
pemadatan maksimum dan kadar air optimum disebut tes pemadatan. Permasalahan
utama yang sering terjadi dalam kegagalan pelaksanaan pemadatan di lapangan
diakibatkan desain pemadatan yang dirancang di laboratorium tidak sesuai dengan
kondisi lapangan serta prosedur pelaksanaannya tidak sesuai dengan standar yang
berlaku, sehingga menimbulkan masalah penurunan. Untuk menentukan tingkat
akurasi pelaksanaan pemadatan lapangan maupun laboratorium dilakukan simulasi
model menggunakan pendekatan numerik berbasis elemen hingga. Pemadatan
laboratorium akan menyimpulkan tentang pengaruh variasi energi terhadap berat isi
kering dan pemadatan lapangan akan menyimpulkan tentang pengaruh dari variasi
beban dan tebal lapis pemadatan terhadap jumlah lintasan serta parameter di setiap
posisi tebal lapis pemadatan. Pemadatan Laboratorium akan menganalisis dan
membahas mengenai hasil berat isi kering yang didapat dengan menggunakan
numerik dan membahas mengenai penurunan dan variasi energi terhadap berat isi
kering. Pemadatan lapangan akan membahas mengenai parameter seperti modulus
elastisitas dan kohesi di setiap poisisi tebal lapis pemadatan serta jumlah
lintasannya.

d. Bagaimana cara mengontrol hasil penimbunan agar sesuai persyaratan hasil


timbunannya.
Sebelum melakukan pekerjaan penimbunan, ada beberapa tes yang harus dilakukan,
yaitu :
1. Kepadatan Lapangan (Field Density)
2. Permeabilitas Lapangan (Field Permeability)
3. Berat Jenis (Sppesific Grafity)
4. Kadar Air (Water Content)
5. Konsistensi (Consistency/Atterberg Limit)
6. Gradasi (Gradation) Lapangan dan Laboraturium
7. Kepadatan Laboraturium (Proctor Compaction)
penimbunan tanah urugan biasanya sulit dilakukan untuk mencapai hasil yang
memadai. Namun, upaya tetap perlu dilakukan. Pengawas harus mengamati
angkutan, tempat penimbunan, dan operasi penghamparan, terutama jika urugan
lulus air terdiri dari material bergradasi baik, untuk menjamin tidak terjadi
pemisahan butiran yang tidak diinginkan akibat kegiatan operasi tersebut. Jika
penimbunan dilakukan dari truk, diperlukan alat angkut putar agar material
meluncur ke bawah lereng sampai ke lokasi penimbunan. Penimbunan harus
berlangsung sepanjang baris horizontal dan meningkat sampai ke atas lereng.
Material tidak boleh ditimbun sehingga membentuk baris sampai ke atas lereng.
Jika batuan sangat besar (diameter 1,2 m sampai dengan 1,5 m), dapat digunakan
derek dengan penghubung yang beroperasi pada landasan di atas lereng. Peralatan
lain untuk memasang riprap antara lain Gradalls, derek dengan wadah berbentuk
kulit kerang, dan alat angkut dengan ban karet, yang sering digunakan dibandingkan
penimbunan dengan alat angkut biasa. Besarnya volume timbunan zona random
yang harus dikerjakan, dimungkinkan adanya kelengahan dalam proses
penimbunan di lapangan, serta kelengahan dalam mengontrol kualitas timbunan.
Oleh karena itu diperlukan adanya identifikasi terhadap pelaksanaan penimbunan
di lapangan, pengujian terhadap material timbunan zona random, serta pengujian
terhadap timbunan zona random cofferdam hulu yang telah selesai ditimbun, untuk
menjaga kualitas timbunan tersebut. Metode yang digunakan dalam penyusunan
laporan ini adalah menggunakan Metode Pengamatan, yaitu dengan melakukan
proses pengamatan atau monitoring langsung di lapangan, dan Metode Deskriptif,
yaitu dengan menggunakan literatur dan pengarahan.

Flowchart kontrol kualitas timbunan


3. Jelaskanlah cara menentukan debit rembesan yang melalui timbunan bendungan
homogen. Gambarkan sketsanya untuk bendungan homogen tinggi 60m, kemiringan
hulu:1 : 3,5, kemiringan hilir 1 : 3. Drainasi adalah drainasi tegak dengan panjang ¼
lebar dasar bendungan. Tidak perlu dihitung tetapi jelaskan rumusan yang sesuai
dengan sketsa gambarnya.
Jawab :

𝑘2 ℎ2 𝑤
Debit Rembesan (𝑄2 ) = 𝐿2
𝐾2 = Permeabilitas vertical drain pada ℎ2
𝐿2 = Panjang horizontal drain
W = Lebar drainase

Untuk menentukan besarnya rembesan secara grafis, lebih dahulu harus


dikenali apa yang disebut dengan garis aliran dan garis ekipotential. Garis aliran
adalah garis yang akan dilalui oleh air yang merembes masuk ke dalam tanah dari
bagian hulu ke bagian hilir. Garis aliran dapat digambar pada setiap titik dimana air
mulai merembes. Setiap garis aliran mempunyai nilai k yang sama.
Didalam tanah yang dirembesi air dapat diukur tinggi potential pada setiap
titik. Garis yang menghubungkan titik-titik dengan tinggi potential yang sama
dinamakan garis ekipotential. Pisometer yang dipasang pada setiap titik yang terletak
pada garis ekipotential yang sama akan menunjukan tinggi permukaan air yang sama
( h sama).
Grafik yang menggambarkan garis-garis aliran dan ekipotential dinamakan
jaringan aliran (flow net). Jaringan aliran dipergunakan untuk menghitung banyaknya
rembesan yang mungkin terjadi.

4. Pelimpah

Pelimpah adalah bangunan untuk membuang kelebihan air di waduk. Dan dirancang
dengan debit banjir rancangan.
Pertanyaan:
- Bagaimana menetapkan tempat kedudukan Pelimpah?
- Bagaimana menetapkan puncak ambang pelimpah dan tinggi ambang pelimpah?
- Bagaimana menetapkan type pelimpah?
- Kebanyakan Pelimpah menggunakan ambang Ogee, apa keunggulannya dengan tipe lain.
- Berilah penjelasan secara rinci cara merencananan ambang pelimpah.

Jawab:
- Menetapkan kedudukan pelimpah:
• Pelimpah harus berdiri diatas pondasi yang kukuh dan tidak boleh di atas
timbunan
• Jika pondasi tebing kiri dan kanan sama baiknya maka dipilih pelimpah yang
mempunyai volume kecil
• Jika pada kedua tebing pondasinya tidak baik untuk pelimpah, maka
kemungkinan pertama yaitu as bendungan dibelokkan
• Namun bila tidak memungkinkan, pelimpah diletakkan di luar as bendungan

- Menetapkan puncak ambang pelimpah dan tinggi ambang pelimpah:


1. Puncak ambang pelimpah:
Puncak mercu ambang pelimpah diatur sama dengan muka air normal pada
bendungan (NWL). Muka air normal ini adalah batas atas tampungan efektif
bendungan.
2. Tinggi ambang pelimpah:
• Tinggi Ambang Pelimpah tidak melebihi 4.0 m dan minimum 0.5 m.
• Jika lebih dari 4,0 m, maka beban yang diterima akan sangat besar dan berat
serta berpengaruh pada kestabilan.

- Menetapkan tipe pelimpah:


Penetapan tipe pelimpah didasarkan pada keadaan atau kondisi dimana tipe
bendungan dan kondisi bendungan akan dibangun. Macam – macam pelimpah
antara lain:
• Pelimpah Luncur (Chute)
Di gunakan dalam kaitannya dengan bendungan tipe urugan tanah atau batu,
meskipun pelimpah luncur juga digunakan pada bendungan beton gravity.
Bendungan umumnya terletak di lembah (canyon) yang sempit dan tidak
tersedia ruang cukup untuk pelimpah bebas. Pelimpah luncur umumnya di
tempatkan pada tumpuan yang berdekatan dengan bendungan, meskipun dapat
pula di tempatkan pada lokasi pelana yang jauh dari lokasi struktur bendungan.
• Pelimpah Samping (Side Channel Spillway)
Tipe ini digunakan pada kondisi yang sama seperti pelimpah luncur. Disebabkan
bentuknya yang unik, maka pelimpah samping dapat di tempatkan pada
tumpuan bendungan yang sempit. Pelimpah samping umumnya tanpa pintu.
• Pelimpah Corong (Shaft)
Termasuk salah satu dari berbagai konfigurasi desain mercu, merupakan transisi
ke sistem konduit atau terowongan di hilir mercu. Sistem konduit tertutup pada
pelimpah corong merupakan pengganti saluran luncur pelimpah yang digunakan
pada pelimpah konvensional
• Pelimpah Sipon (Siphon)
Pelimpah sipon dibangun dengan satu atau lebih sipon pada ketinggian mercu,
kadang-kadang digunakan untuk menyediakan pengaturan muka air otomatis
dalam batas yang pendek atau bila kapasitas debit hanya diperlukan pada
periode waktu yang singkat.
• Pelimpah Labirin
Karakteristik pelimpah labirin yaitu adanya perubahan alinyemen dari tata letak
untuk memperpanjang mercu dibanding dengan mercu konvensional pada
ruang lateral yang sama. Perubahan alinyemen membentuk satu seri dari weir
bentuk V yang terhubung satu sama lain.
• Pelimpah Bak Terjun Dengan Inlet (Box Inlet Drop Spillway)
Pelimpah tipe drop vertikal atau tipe jatuh bebas merupakan salah satu dari
bentuk aliran yang jatuh bebas dari daerah waduk. Tipe ini sesuai untuk
bendungan tipe busur yang tipis, aliran air dapat mengalir bebas, atau sepanjang
bagian mercu yang sempit.

- Keunggulan tipe ambang Ogee:


Mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi.
Oleh karena itu mercu ini tidak akan memberikan tekanan subatmosfir pada permukaan
mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana. Untuk debit yang lebih
rendah air akan memberikan tekanan ke bawah pada mercu (Dirjen Pengairan DPU
KP–02, 1986).
Untuk bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir.
Salah satu alasan dalam perencanaan digunakan tipe ogee adalah karena tanah
disepanjang kolam olak, tanah berada dalam keadaan baik, maka tipe mercu yang
cocok adalah tipe mercu ogee karena memerlukan lantai muka untuk menahan
penggerusan, digunakan tumpukan batu sepanjang kolam olak sehingga lebih hemat.
- Cara merencanakan ambang pelimpah:
Dari ambang pelimpah ditentukan ujung hilir ambang pelimpah. Letak ujung hilir
ditentukan berdasarkan kondisi topografi dan geologi, yaitu harus bertumpu pada
pondasi yang kukuh dan aliran dijaga dalam kondisi aliran bebas. Ujung hilir ambang
ini akan berhubungan langsung dengan saluran transisi. Pada perencanaan ambang
bangunan pelimpah ini juga harus memperhatikan pertimbangan bahwa akan
didapatkan koefisien debit besar yang diperoleh dari flood routing di bawah kondisi
aliran yang melimpah bebas sehingga menghindari tekanan negatif pada mercu. Dalam
menentukan bentuk terutama tinggi ambang pelimpah harus mempertimbangkan
beberapa hal berikut :
1. Besar debit yang lewat
2. Tinggi muka air genangan yang terjadi
3. Kesempurnaan aliran
4. Panjang spillway
5. Kebutuhan pengendalian yang terjadi di waduk

Penampang melintang ambang pelimpah yang terletak di sebelah hilir titik tertinggi
mercu bendung atau dikenal dengan lengkung Harold. Lengkung ini ditentukan
dengan metode USCE sebagai berikut :
X1.85 = 2 Hd0.85. Y
Keterangan :
X = jarak horisontal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik di permukaan mercu
di sebelah hilirnya
Hd = tinggi tekanan rencana
Y = jarak vertikal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik di permukaan mercu
di sebelah hilirnya

Tipe ambang pelimpah direncanakan sesuai kondisi dan tipe bendungan.


Penentuan lengkung spillway ada dua bagian yaitu bagian downstream dan
upstream. Adapun perencanaan lengkung ini sebagai berikut :
1. Lengkung upstream, diperoleh dari grafik hubungan antara Ha/Hd dan Xc/Hd,
Yc/Hd, R1/Hd, R2/Hd
2. Lengkung Downstream, diperoleh dari persamaan Y/Hd = - k (X/Hd)n
dimana X dan Y adalah koordinat permukaan hilir dan Hd adalah tinggi energi
rencana di atas mercu. Nilai koefisien K dan n bergantung pada kemiringan
permukaan hilir seperti terlampir pada tabel 2.5 di bawah ini :

Tabel Harga K dan n


Kemiringan permukaan K N
hilir
Vertikal 2 1.85
3:1 1.936 1.836
3:2 1.939 1.81
1:1 1.873 1.779

Anda mungkin juga menyukai