Anda di halaman 1dari 12

PERBAIKAN TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN METODE PRELOADING

Materi meliputi:
- DESKRIPSI SINGKAT PERBAIKAN TANAH YANG DILAKUKAN
- ALAT DAN PROSES PENGERJAAN
- KESIMPULAN PENUTUP

PERMASALAHAN PADA TANAH LEMPUNG LUNAK


Karakteristik tanah lempung lunak:
1. Daya dukung relative rendah
2. Pemampatannya relative besar dan berlangsung lama.
Permasalahan pembangunan pada tanah lempung lunak:
1. Desain bangunan yang terbatas, (karena beban bangunan yang mampu dipikul oleh tanah
relative terbatas)
2. Bangunan mengalami kerusakan, (karena bangunan akan mengalami penurunan yang
relative besar dan relative lama)
3. Bangunan atau lingkungan pembangunan akan mengalami potensi gangguan.

Gambar1. Ilustrasi permasalahan pembangunan pada tanah lempung lunak


Gambar 2. Contoh kerusakan tanah pada kontruksi jalan
UPAYA PERBAIKAN TANAH LEMPUNG LUNAK
Mengacu pada SNI No. 8460 – 2017 tentang Standart Perancangan Geoteknik (membahas
mengenai persyaratan umum dan teknis perancangan, pertimbangan lain dalam perancangan
serta persyaratan supervise dan monitoring sistem perbaikan tanah).
Tujuan utama perbaikan tanah adalah untuk meningkatkan kepadatan, kuat geser tanah,
dan/atau ketahanan likuifaksi, serta mengurangi kompresibilitas, permeabilitas dan
penurunan tanah.
Perbaikan tanah diperlukan apabila ditemukan kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Tanah berpotensi likuifaksi (dapat membahayakan keselamatan struktur dan fasilitas
disekitar lokasi pekerjaan)
2. Tanah berpotensi mengalami penyebaran lateral
3. Terjadi potensi perbedaan penurunan yang besar (antara struktur yang berdiri diatas
pondasi dalam dan tanah di sekitar lokasi pekerjaan)
4. Terdapat potensi penurunan total yang tidak bisa ditoleransi
METODE PRELOADING
Pada prinsipnya bangunan tidak bole dibangun pada tanah yang mudah memampat karena
dikawatirkan adanya penurunan tanah yang besar melebihi batas toleransi bangunan tersebut.
Maka, perlu dilakukan pemampatan awal/prakompresi tanah sebelum bangunan didirikan
menggunakan beban awal/prabeban (sebelum bangunan dibangun, tanah dilakukan
pembebanan dengan preload sehingga tanah dasar mengalami pemampatan. Setelah itu,
preload dibongkar lalu dibangun bangunan diatasnya. Hingga bangunan diatasnya tidak akan
mengalami penurunan karena tanah telah dilakukan pemampatan), dengan tujuan:
a. Menghilangkan sebagian besar penurunan konsolidasi yang terjadi akibat beban
bangunan.
b. Meningkatkan daya dukung (tahanan geser) tanah dasar.

Gambar 3. Ilustrasi penggunaan preload dan tanpa preload


Macam2 preload:
1. Beban Awal (preload) eksternal
Bisa menggunakan tanah timbunan, dan air atau bahan yang memiliki beban
2. Beban awal (preload) internal
Bisa menggunakan pompa vacuum, penurunan muka air tanah, dan konsolidasi elektro –
osmosis
3. Kombinasi beban awal eksternal dan beban awal internal
Skenario Pekerjaan Preloading

1. Pasang Pvd untuk mempercepat waktu pemampatan. Lalu ditimbun sesuai dengan tinggi
rencana dengan timbunan tanah untuk menghilangkan pemampatan tanahnya.
2. Lalu ditunggu sampai pemampatannya selesai atau derajat konsolidasi sudah menyatakan
lebih dari 90%.
3. Setelah selesai preload dapat dibongkar dan digantikan dengan beban yang akan
dioperasionalkan.

Untuk merencakan tinggi preload atau timbunan tanah yang harus diperhatikan yaitu
desain elevasi dari proyek tersebut, lalu ditambahkan dengan beban perkerasan, beban
lalulintas, beban tambahan untuk memenuhi persyaratan load ratio dan menimbun
timbunan kompensasi pengganti penurunan. Preload adalah beban perkerasan, beban
lalulintas dan beban tambahan yang akan digantikan dengan beban yang akan
dioperasionalkan.

Load Ratio Pekerjaan Preloading ( Sumber : SNI 8460:2017 : Persyaratan Perancangan


Geoteknik)
 ≥ 1,3 kali beban yang direncanakan pada kondisi layan bila efek gaya angkat
(buoyancy effect) yang diterima beban timbunan pada saat proses prapembebanan
berlangsung tidak diperhitungkan.
 1,2 kali beban yang direncanakan pada kondisi layan bila efek gaya angkat
(buoyancy effect) yang diterima beban timbunan pada saat proses prapembebanan
berlangsung diperhitungkan.
PERENCAAN PRELOADING, dibagi menjadi 2:
1. DATA INPUT atau data data yang perlu disiapkan dalam pekerjaan preloading.
Berikut contoh pada proyek jalan raya atau jalan tol.

Pada proyek ini, lokasi ada di empat STA, berikut disertakan gambar tipikal potongan melintang
Gambar tipikal potongan melintang tersebut digunakan untuk menentukan tipe perkerasan,
seperti pada contoh ini menggunakan perkerasan kaku, dengan tebal 5,55 cm atau 0,55 m. Lalu
diketahui tebal timbunan di elevasi di subgrade berapa, dari semua STA direkap dalam tabel,
untuk mengetahui desain elevasi dalam rangka merancang tinggi timbunan tadi. Berikut tabel
tersebut:

Parameter – parameter geoteknik (Sumber: SNI 8460:2017 : Persyaratan Perancangan


Geoteknik)
Parameter geoteknik yang digunakan untuk merancang perbaikan tanah yaitu:
 N-SPT diambil dari das SPT
 qc atau nilai hambatan konus diambil dari data sondir
 Klasifikasi tanah
 Distribusi ukuran butiran
 Kadar air (wc)
 Batas-batas atterberg (LL, PL, PI) atau konsistensi tanah
 Berat volume (γ)
 Parameter kekakuan tanah (E)
 Kadar organik (OC)
 Parameter konsolidasi (σ’c, Cc, Cs, θ0, Cv, Ch)
 Kekuatan geser tanah (c, ᴓ)
 Permeabilitas (k)
DATA UJI SPT
Contoh hasil uji SPT sebagai berikut:
Dari hasil uji spt ini, berikut dilampirkan tabel konsistensi tanah berdasarkan N-SPT dan qc.

Tanah yang dianggap lunak hanya sampai konsistensi tanah medium. Nilai SPT nya sampai nilai
SPT 10, atau nilai konusnya sampai dengan 40 kg/cm 2. Dari situ didapat kedalaman tanah lunak
berdasarkan nilai N-SPT dan qc. Dari semua data lapangan, dapat ditampilkan data stratigrafi
lapisan tanah dasar sebagai berikut:
Garis merah adalah tanah lunak, yang nilai SPT nya sampai 10. Dari gambar tersebut dapat
dilihat bahwa kedalaman tanah bervariasi. Seperti di STA awal agak dangkal, lalu menuju STA
yang lebih besar menjadi lebih dalam, lalu bisa dangkal lagi. Dapat dilihat bahwa nilai maksimal
tanah lunak pada proyek ini sedalam kira-kira di 18 m. Gunanya untuk mengcollect data
lapangan, data SPT maupun data sondir.
Dari semua data SPT tersebut, juga bisa diketahui ketebalan lapisan tanah kompresibel. Berikut
disertakan gambarnya:

Pada pembuatan grafik tersebut, langkah pertama tarik garis n-spt 10 ketemu dimana, kemudian
ditarik ke kiri untuk mengetahui kedalaman tanah lunaknya. Pada proyek ini kedalaman tanah
lunaknya di 18m.
DATA UJI LABORATORIUM
Berikut rekap hasil uji laboratorium (6 dari 36 sampel) di setiap titik pengambilan. Yang paling
penting disini adalah tes konsolidasi tanahnya.

Dari rekap dan resum uji laboratorium ini, diintepretasikan, kita simplifikasi untuk memudahkan
penginputan dalam perencanaan perbaikan tanah dengan periodik ini.
Sifat-sifat tanah pasir dan kerikil
 Berat volume (γ) = 1,94 – 2,2 t/m3
 Kadar air (wc) = 10% - 29%
 Angka pori (e) = 0,42 - 0,8
 Specific Gravity (Gs) = 2,71 – 2,83
 Permeabilitas (k) = 1 s/d 1 x 10-3 cm/detik

Sifat-sifat tanah lempung lunak (lempung dan lanau)

 Berat volume (γ) = 1,31 – 1,88 t/m3


 Kadar air (wc) = 35% - 163%
 Angka pori (e) = 0,93 – 4,4
 Specific Gravity (Gs) = 2,58 - 2,75
 Permeabilitas (k) = 5 x 10-6 s/d 1 x 10-9 cm/detik
 Kemampuan mampatan tinggi dan waktu konsolidasi lama
 Daya dukung rendah

DATA INPUT PERENCANAAN


Dari data lab yang didapatkan untuk perencanaan perbaikan tanah preloading hanya dibutuhkan
input dari berat volume, angka pori, indeks kompresi, indeks konsolidasi arah vertikal, dan
indeks konsolidasi arah horizontal.

PERENCANAAN TIMBUNAN

1) Menghitung tinggi timbunan dan pemampatan

Mula-mula :
qawal = Hawal x γtimbunan

Setelah mengalami pemampatan konsolidasi, Sc :


Hakhir = Hawal - Sc
qakhir = Hakhir x γtimbunan + Sc (γsat timbunan – γair)
qakhir = (Hawal – Sc) γtimbunan + Sc (γsat timbunan – 1)

karena dianggap γtimbunan = γsat timbunan


maka :
qakhir = (Hawal – Sc) γsat timbunan + Sc (γsat timbunan – 1)
= (Hawal x γsat timbunan - Sc x γsat timbunan) + (Sc x γsat timbunan – Sc)
= Hawal x γsat timbunan - Sc

Jadi :
Hawal = (qakhir + Sc)/ γsat
Tabel perhitungan pemampatan konsolidasi

2) Perancangan tinggi timbunan


1. Tentukan suatu harga q = konstan tertentu, misal: q = 2 ton/m2
2. Dengan asumsi q tersebut dan bentuj timbunan yang dikehendaki, cari penurunan
konsolidasi, misalnya didapatkan penurunan konsolidasi = Sci
3. Cari Hawal dan Hakhir akibat q tersebut
4. Ulangi langkah-langkah di atas untuk q = 4 ton/m 2; 6 ton/m2; 8 ton/m2; 10 ton/m2; dst.
Dapatkan pula harga-harga Sc, Hawal i, dan Hakhir i
5. Buat tabel yang berisi qi, Sc i, Hawal i, dan Hakhir i
6. Buat grafik hubungan antaran Hawal dengan Hakhir (Hawal = Hinitial = Hpelaksanaan; Hakhir =
Hfinal). Buat juga grafik hubungan antara penurunan dengan Hakhir
7. Dari grafik hubungan antara Hawal dengan Hakhir, dapat dicari berapa saja ketinggian Hawal
untuk Hakhir yang telah ditentukan.
3) Perhitungan Load Ratio

Untuk mencari load ratio ini adalah pembagian antara seluruh beban diatas tanah dasar
selama masa proses perbaikan tanah dibagi dengan seluruh beban diatas tanah dasar
selama masa operasional atau setelah perbaikan tanah itu selesai.

KESIMPULAN
 Perbaikan tanah dengan menggunakan preloading bertujuan terutama untuk
mengurangi (menghilangkan) pemampatan tanah dasar setelah suatu konstruksi
dioperasikan. Sehingga penurunan yang masih mungkin terjadi pada saat
konstruksi tersebut dioperasikan, tidak mengakibatkan kerusakan.
 Perbaikan tanah dengan menggunakan preloading hanya cocok diaplikasikan
pada tanah lempung lunak (lempung, lanau, dan lanau kepasiran).
 Penyelidikan tanah dasar dan tes laboraturium yang diperlukan untuk melakukan
perencanaan pekerjaan preloading meliputi N-SPT, qc, γsat, eo, Cc, Cv, Ch dan
analisa saringan. Sedangkan untuk data parameter tanah timbunan yang
diperlukan adalah γbulk.

Anda mungkin juga menyukai