Anda di halaman 1dari 18

Metode Pelaksanaan Jalan Beton Yang Lengkap

Jalan beton yaitu sebutan untuk jalan yang terbuat dari beton bertulang. Jalan ini
diklaim mempunyai kekuatan yang sangat kokoh, baik untuk menahan gaya beban
maupun gaya tarik. Kaprikornus tidak mengherankan apabila ketika ini banyak jalanan
di Indonesia khususnya yang terbuat dari beton. Jalan beton dinilai lebih berpengaruh
dan lebih kekal dibandingkan dengan jalan aspal.

Pada dasarnya, pembuatan jalan beton dilakukan dengan menggunakan metode


perkerasan kaku. Perkerasan ini tersusun atas lapis pondasi bawah yang ada di atas
tanah dasar (opsi), plat/slab beton sebagai lapis pondasi, dan lapisan beton di bab
teratas sebagai lapis permukaan. Perkerasan kaku dengan modulus elastisitas yang
tinggi memungkinkan beban sanggup didistribusikan ke bidang tanah dasar yang cukup
luas sehingga kapasitas struktur perkerasan terbesar diperoleh dari plat beton.
Bandingkan dengan metode perkerasan lentur yang menciptakan kekuatan perkerasan
didapatkan dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi, dan lapis permukaan.
Penerapan jalan raya beton yang dibuat menggunakan metode perkerasan kaku bisa
menjadi pilihan yang paling tepat. Biasanya perkerasan ini dibangun menggunakan
beton berkualitas tinggi yang mempunyai ketebalan paling tidak 20 cm (K-300).
Dukungan beton bermutu elok tersebut ditujukan biar jalan raya mempunyai kekuatan
yang lebih baik ketika bergesekan dengan roda kendaraan, tahan terhadap cuaca yang
ekstrim, dan perawatannya pun lebih gampang dikerjakan.
Di bawah ini tahap-tahap pembuatan jalan beton di antaranya :
1. Padatkan permukaan tanah urugan yang akan dibuat jalan raya. Kemudian atur
ketinggiannya sedemikian rupa biar permukaan tanah tersebut benar-benar
rata.
2. Lapisan di atas tanah urugan yaitu lapisan kerikil makadam yang mempunyai
ketebalan sekitar 30 cm. Lapisan ini terbuat dari penggalan kerikil belah yang
berukuran lebih kecil daripada kerikil untuk pondasi.
3. Selanjutnya lapisan di atas makadam yaitu lapisan sirdam yang juga dibuat
dengan ketebalan sekitar 30 cm. Lapisan ini terdiri atas kerikil kerikil dan
pasir, di mana pasir dipakai pula untuk mengisi celah-celah kerikil di lapisan
makadam sehingga tertutup rapat.
4. Lapisan sirdam yang sudah diratakan kemudian ditutup dengan hamparan
plastik sebagai landasan cor beton. Hal ini dimaksudkan supaya air dari cor
beton tidak cepat meresap habis ke dalam tanah sehingga pengeringan beton
bisa berjalan sempurna.
5. Di atas plastik ini selanjutnya dipasangi dengan beton decking sebagai
penyangga wiremesh alias besi tulangan beton. Sebagai alternatif bisa juga
menggunakan besi beton 8 mm yang dibuat S kemudian diikatkan pada
wiremesh atau tulangan cor.
6. Tulangan S tersebut lantas dipasang sebagai pengikat sekaligus pembatas antara
wiremesh pada lapisan bawah dan lapisan atas, kemudian diikatkan lagi ke
kawat beton/bendrat. Hal yang sama juga berlaku jikalau Anda menggunakan
besi beton anyaman manual.
7. Proses berikutnya ialah pengecoran menggunakan adukan beton dengan kualitas
yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Sebagai contoh, beton K-450
berketebalan 20 cm bisa menopang beban dengan bobot hingga mencapai 40
ton.
8. Segera tutup kembali hasil pengecoran ini menggunakan hamparan plastik atau
sarung goni secara merata. Tujuannya biar proses pengerasan cor beton sanggup
berjalan tepat sehingga kualitasnya tidak menurun.
9. Sebelum jalan beton tersebut sanggup dipakai atau dilintasi
kendaraan, diharapkan perawatan terlebih dahulu hingga jalan benar-benar
mengeras dengan maksimal. Adapun caranya yaitu siram jalan beton mentah
tersebut menggunakan air selama 23 hari berturut-turut sehingga tidak
mengalami kehilangan cairan tubuh alias kekurangan air. Beton yang mengeras
secara lambat hingga normal terbukti mempunyai kualitas dan kekuatan yang
lebih elok dibandingkan beton yang mengeras
terlalu cepat.

METODE PEKERJAAN PERKERASAN BETON


PEKERJAAN PERKERASAN BETON

1.0. PEKERJAAN TANAH

1.1. Galian

A. Uraian
Bilamana tinggi permukaan rencana lebih rendah dari permukaan tanah grading kasar
sebagaimana tertera dalam gambar, maka di daerah itu dinyatakan galian (cutting).

B. Peralatan
Alat-alat yang dapat dipergunakan dengan memperhatikan kebutuhan antara lain :
1. Bull Dozer.
2. Shovel LQader.
3. Dump Truck.
4. Minor Tools.

C. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Dalam galian harus sesuai dengan ketinggian rencana yang tertera pada gambar
rencana dan menurut ketinggian dari patok-patok referensi.
2. Pada batas antara ketinggian rencana yang berbeda dibuat talud dengan
kemiringan 1:1
3. Untuk perbedaan tinggi tanah lebih dari 4 meter harus dibuat talud bertangga
dengan lebar teras minimal 4 meter dan kemiringan 1:1
4. Tanah hasil galian yang bisa dipakai untuk bahan urugan (berdasarkan hasil test
dan atas persetujuan Konsul tan MK) diangkut ke areal yang akan diurug.
5. Tanah bekas galian yang tidak terpakai lagi harus dibuang keluar lokasi.
6. Pekerjaan ini dapat dianggap selesai bila mendapat persetujuan MK.
1.2. Timbunan

A. Uraian
1. Yang dimaksud disini ialah pekerjaan timbunan yaitu dimana permukaan tanah
yang direncanakan lebih tinggi dari permukaan tanah grading kasar sebagaimana
tertera dalam gambar rencana, maka daerah itu dinyatakan sebagai timbunan.
2. Volume yang diperhitungkan dalam kontrak adalah volume padat antara peil asli
dengan peil rencana, jadi kontraktor harus memperhitungkan resiko akibat penurunan
peil tanah asli dan faktor kepadatannya . Pada tepi timbunan harus dibuat talud dengan
kemiringan max 1:1 dan tinggi talud max 4m. Jika tinggi lebih dari 4 m harus dibuat
pengaman talud dan tanah talud harus dipadatkan.

B. Peralatan
Yang dipergunakan sebagai alat pekerjaan disesuaikan dengan kebutuhannya antara
lain :
1. Bull Dozer.
2. Shovel Loader.
3. Motor Grader.
4. Dump Truck.
5. Minor Tools.

C. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Jika mempergunakan bahan timbunan dari material bekas galian, atau dengan
mendatangkan dari lokasi lain, maka harus memenuhi persyaratan :
a. Tanah harus bersih dan tidak mengandung akar, kotoran dan bahan organis lain.

b. Terlebih dahulu diadakan test di laboratorium dan hasilnya harus tertulis serta
diketahui dan disetujui oleh MK.
2. MK berhak menolak material yang tidak memenuhi persyaratan.
Kepadatan yang harus dicapai adalah: 100% standard proctor pada 30 cm lapisan tera
tas, 95% standard proctor JlASHTO T.99. pada lapisan dibawahnya terutama pada tanah
urugan.
3. Pada daerah timbunan yang basah, kontraktor harus membuat saluran-saluran
sementara untuk mengeringkan lokasi tersebut.
4. Lokasi yang diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran, semak-semak, akar-akar
pohon, puing -puing bangunan sampah dan sebagainya.
5. Timbunan / urugan dilakukan lapis, demi lapis dengan ketebalan 30 cm untuk
masing-masing lapis, dipadatkan sampai permukaan tanah yang direncanakan.
6. Untuk test kepadatan pekerjaan pengurugan diambil sample dari setiap lapisan
yang dilakukan pemadatan. Khusus daerah rawa atau tergenang air, test kepadatan
dilakukan terhadap bagian tanah urug yang terdapat di atas permukaan air semula.
7. Pekerjaan timbunan selesai, jika sudah disetuiui oleh MK.

1.3. Pemadatan

A. Uraian
Yang dimaksud adalah pekerjaan pemadatan pada suatu lapisan permukaan tanah
rencana, apakah tanah dasar, galian ataupun timbunan, agar permukaan jadi padat dan
dapat mendukung tapisan bangunan di atasnya.

B. Peralatan
Untuk pemadatan ini dipergunakan alat yang disesuaikan dengan kebutuhannya antara
lain :
1. Sheep foot rolier
2. Vibrator roller
3. Roller tandem
4. Minor Tools

C. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Untuk mencapai kepadatan yang optimal, bahan harus ditest di laboratorium untuk
mendapat nilai standard proctor, berupa optimum dry density & water content
(kepadatan kering optimum & kadar air optimum).
2. Laboratorium yang memeriksa harus laboratorium resmi atau laboratorium yang
ditunjuk oleh MK.

3. Dengan bahan yang sama, tanah yang dipadatkan harus ditest juga dilapangan
dengan sistem Field Density Test berupa metode sand cone dengan hasil kepadatannya
sebagai berikut:
a. Untuk lapisan yang dalamnya sampai dengan 30 cm dari permukaan rencana,
kepadatan-nya 100% dari standard proctor.
b. Untuk lapisan yang dalamnya lebih dari 30 cm dari permukaan rencana
kepadatannya 95% dari standard proctor.
4. Hasil-hasil test di lapangan tertulis, diketahui dan disetujui oleh MK.
5. Semua hasil-hasil pekerjaan diperiksa kembali terhadap patok-patok referensi
untuk mengetahui sampai dimana kedudukan permukaan tanah tersebut.
6. Pemadatan untuk tanah timbunan dilakukan lapis demi lapis maksimal tebal 30
cm, bila perlu disiram dengan air sampai mencapai kadar air optimum.
7. Bagian permukaan yang telah dinyatakan padat harus dipertahankan dan dijaga
jangan sampai rusak akibat pengaruh luar.
8. Pekerjaan pemadatan dianggap cukup setelah mendapat persetujuan MK.

2.0. PEKERJAAN PERKERASAN BETON

2.1. Tanah Dasar (Sub Grade)

A. Uraian
1. Yang dimaksud sub grade disini ialah lapisan tanah dasar yang mendukung sub
base dan bagian yang lebih atas lainnya, meliputi lebar jalan dari ujung galian / kaki
timbunan diseberangnya.
2. Untuk sub grade yang ketinggian permukaan rencananya lebih tinggi dari
permukaan tanah asli, maka lapisan ini merupakan timbunan yang harus dalam
keadaan padat sebagaimana yang ditetapkan pada persyaratan pemadatan timbunan
(filling).

3. Untuk sub grade yang ketinggian permukaan rencananya lebih rendah dari
permukaan tanah asli, maka lapisan ini merupakan galian yang harus dalam keadaan
padat 100% dari standard proctor.
4. Jalan lama yang akan ditingkatkan, maka jalan lamanya harus dalam keadaan padat
. akan berupa sub grade atau sub base tergantung perencanaan.

B. Peralatan
Alat-alat yang dipergunakan disesuaikan dengan kebutuhannya antara lain
1. Bull Dozer
2. Motor Grader
3. Vibrator Roller (10 - 12 ton)
4. Alat ukur water pass
5. Minor Tools

C. Pelaksanaan
1. Sub grade harus dibentuk sebagai badan jalan dengan kemiringan dan profil
sebagaimana tertera dalam gambar rencana.
2. Kemiringan diukur dengan alat waterpass.
3. Kontraktor harus menjaga agar permukaan sub grade ini tetap rata, tidak rusak
akibat pengaruh luar.
4. Sebelum digelar lapisan sirtu (subbase), lapisan subgrade harus ditest dahulu
minimal 100% kepadatan kering standard proctor (AASHTO T99) dengan nilai CBR
minimal dilapangan sebesar 4%.
5. Pekerjaan dianggap selesai setelah disetujui MK.

2.2. Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course)

a. Umum
Lapisan ini adalah bagian dari konstruksi pekerjaan diantara sub grade dan base
(pondasi atas). Lebar dan tebalnya lapisan ini disesuaikan dengan dalam gambar.

b. Material
Material yang dipergunakan disesuaikan dengan system yang direncanakan, dengan
lapisan sirtu yaitu mempergunakan komposisi material batu pecah bauxite yang
bercampur secara alam serta memenuhi persyaratan gradasi sebagai berikut :
ASTM Standart sieves
% berat yang lewat
11/2”
100 max
No. 10
80 max
No. 200
15 max
Kadar lempung (AASHTO T-176)
25 max
Kehilangan berat akibat abrasi dari partikel yang tertinggal pada ayakan
No. 12 (AASHTO T-96

40 max
Kepadatan kering maximum (AASHTO T-180)
Min. 2,0 g/cu.cm

c. Peralatan Disesuaikan dengan kebutuhannya antara lain :


1. Three Wheel Roller berbobot 8 - 10 ton.
2. Vibrator roller berbobot 10 - 12 ton.
3. Motor grader.
4. Minor Tools.

d. Pelaksanaan
1. Sebelum material sub base dihampar, terlebih dahulu beton jepit / saluran yang
berfungsi sebagai beton jepit harus dipasang.
2. Material subbase setelah dihampar harus dipadatkan dan hasilnya harus kokoh.

3. Untuk memperoleh kepadatan yang optimal, hasil pemadatan diperiksa di


laboratorium, yaitu :
4. Sirtu harus ditest dengan density test di lapangan dengan dengan kepadatan 100%
menurut AASHTO T 180, minimal CBR lapangan 40% setiap luas 500m2
5. Dalam pelaksanaannya harus dicapai kemiringan jalan sesuai dengan gambar
rencana dan dicek di lapangan dengan alat pengukur / lnstrument.
6. Apabila belum diperoleh hasil yang memuaskan, baik kepadatan maupun
kemiringan dan laln-lainnya, MK berhak memerintahkan untuk melakukan ulangan
pekerjaan agar diperoleh hasil yang baik dan memenuhi syarat.
7. Pekerjaan dianggap selesai bila MK telah menyetujuinya.

2.3. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)

a. Umum
Lapisan pondasi atas (Base Course) terletak antara Sub Base dan lapisan permukaan,
yang merupakan bagian dari perkerasan jalan, tebal dan lebarnya ditentukan
berdasarkan gambar rencana.
b. Material
1. Material yang digunakan terdiri dari batu pecah ukuran 5/7 dan 3/5 diberi bahan
pengunci 2/3 yang memenuhi persyaratan gradasi sebagai berikut :
ASTM Standard Sieves
% Berat yang Lewat
21/2”
100
2”
90-100
11/2”
35-70
1”
0-15
1/2”
0-5

Material pencampuran berasal dari saringan batu pecah yang lebih halus atau pasir
alam dan disetujui oleh MK. Material pencampuran ini harus bebas dari unsur unsur
organik, lempung dan material-material yang merugikan.
ASTM Standart sieves
% berat yang lewat
3/8
100
No. 4
85-100
No. 100
10-30
2. Agregat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Kekerasan (ASTM D3)
Min.6
Kehilangan berat dengan
magnesiumsulfate (AASHTO T-104)
Max. 12%
Kehilangan berat akibat abrasi
sesudah 500 putaran (AASHTO T-96)
Max. 40%
Partikel tipis, memanjang, % berat partikel lebih besar 1” dengan tebal kurang dari 1/5
panjang
Max 5%
CBR
80%

3. Bahan-bahan tersebut harus bersih, bersudut tajam dan tidak banyak bercampur
dengan bentuk yang pipih.
4. Abu screening terdiri dari material alam ukuran 0,38" sebagai lapisan penutup
celah- celah / rongga-rongga.

c. Peralatan
1. Three Wheil Rolier berbobot 10-12 ton.
2. Minor Tools.

d. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Setelah material di hampar, dipadatkan dengan mesin gi!as dan hasilnya harus
kokoh satu sama lain.
2. Pengisian abu screening harus menggunakan mesin pengetar seperti vibro roller
untuk mendapatkan permukaan yang padat, kokoh dan tidak goyang lagi.
3. Kemiringan jalan harus sesuai dengan rencana.
4. Setelah selesai dipadatkan, pekerjaan dianggap selesai setelah mendapat
persetujuan Direksi.
5. MK berhak memerintahkan untuk mengulang pekerjaan jika dianggap belum
memenuhi syarat.
6. Inspeksi : lapisan base course (batu pecah) harus diperiksa dan disetujui oleh MK
proyek yang bersangkutan.
7. Bagian atas dari base course harus mempunyai gradasi yang baik dan dipadatkan
untuk mencegah masuknya pasir (back sane) kedalam permukaan base course pada
waktu pengerasan selama jalan ini dipakai. Apabila ada bagian-bagian base course yang
masih belum padat benar, maka bagian base course tersebut harus diisi dengan abu
batu yang kemudian disiram dengan air dan dipadatkan sampai permukaan itu sama
sekali jadi padat.

3.0. LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN BETON

3.1. Lingkup Pekerjaan


Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan perkerasan beton seperti yang dinyatakan dalam gambar,
dengan hasil yang baik dan rapi.

3.2. Bahan-bahan untuk Adukan Beton dan Ketentuan


ü Portland Cement (Lihat syarat-syarat teknis bahan)
ü Pasir Beton (Lihat syarat-syarat teknis bahan)
ü Split / Koral Beton (Lihat syarat-syarat teknis bahan) Penyimpanan / penimbunan
pasir dan split harus dipisahkan satu dengan yang lain hingga dapat dijamin kedua
bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan perbandingan adukan beton yang
tepat .
ü Air yang digunakan (Lihat syarat-syarat teknis bahan)
ü Besi Beton (Lihat syarat-syarat teknis bahan)

3.3. Syarat-syarat Pelaksanaan


Kualitas Pekerjaan
Kualitas beton yang digunakan adaiah K.300 dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan
lain sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang 1971 (PBI .1971).

Pembesian
Pembuatan tulangan untuk batang-batang yang lurus atau dibengkokkan, sambungan
dan kait-kait dan pembuatan sengkang-sengkang harus sesuai dengan persyaratan yang
tercantum pada PBI.1971 .
Pemasangan tulangan beton harus sesuai dengan gambar konstruksi.

Tulangan beton harus diikat dengan kawat beton untuk menjamin besi tersebut tidak
berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan atau lantai kerja
dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam PB1.1 971.

Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja
dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Pemberi Tugas / Konsu!tan
Management Konstruksi.

3.4. Pengecoran Beton


Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
Takaran untuk semen, pasir dan split harus disetujui terlebih dahulu oleh Pemberi
Tugas / Konsultan Management Konstruksi . Pengecoran harus dilakukan sebaik
mungkin dengan menggunakan alat penggetar untuk merjamin beton cukup padat dan
haws dihindarkan terjadinya cacad pada beton seperti kropos dan sarang spilt yang
dapat memperlemah konstruksi. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan
diteruskan pada hari berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh
Pemberi Tugas / Konsultan Management Konstruksi.

3.5. Pekerjaan Acuan I Bekisting


Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan /
diperlukan dalam gambar.

Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan cukup kokoh dan
dijamin tidak berubah bentuk dan tetap pada kedudukan selama pengecoran .
Acuan harus rapat dan tidak bocor, permukaannya rata, bebas dari kotoran-kotoran
seperti serbuk gergaji, potongan potongan kayu tanah dan sebagainya, sebelum
pengecoran dilakukan diteliti terlebih dahulu bekistingnya dan harus mudah dibongkar
tanpa merusak permukaan beton.

Tiang-tiang acuan di atas papan atau baja untuk memudahkan pemindahan perletakan.
Tiang-tiang tidak boleh disambung lebih dari satu. Tiang-tiang dari dolken Æ 8 -10 cm.

Tiang-tiang satu dengan lain harus diikat dengan palang papan / balok secara
menyilang. Pembukaan acuan baru dibuka setelah memenuhi syarat-syarat yang
dicantumkan dalam PB1.1971

3.6. Pekerjaan Pembongkaran Acuan Bekisting


Pembongkaran bekisting hanya boleh dilaksanakan dengan izin tertulis dari Pemberi
Tugas / Konsultan Manajemen Konstruksi.
Setelah bekisting dibuka, tidak diizinkan mengadakan perubahan apapun pada
permukaan beton tanpa persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas / Konsultan
Management Konstruksi.

3.7. Contoh Bahan


Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus memberikan contoh-contoh
material: besi, koral / split pasir, PC , untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi
Tugas / Konsultan Manajemen Konstruksi. Contoh-contoh yang teiah disetujui oleh
Pemberi Tugas / Konsultan Management Konstruksi akan dipakai sebagai standard /
pedoman untuk memeriksa / menerima material yang dikirim oleh Pemborong ke site.
3.8. Syarat Pengiriman dan Penyimpanan

Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak bercacat.

Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam kotak / kemasan aslinya yang masih
disegel dan berlabel pabriknya.
Bahan harus disimpan di tempat terlindung dan tertutup, kering dan tidak lembab dan
bersih, sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh pabrik.

Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan
jenisnya .

Pemborong bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan


penyimpanan. Bila ada kerusakan Pemborong wajib mengganti atas biaya Pemborong.

3.9. Pengujian Kualitas Pekerjaan


Sebelum dilaksanakan pemasangan Pemborong diwajibkan memberikan pada Pemberi
Tugas / Konsultan Management Konstruksi "Certificate Test" bahan besi dari
produsen / pabrik. Bila tidak ada Certificate Test, maka Pemborong harus melakukan
pengujian atas besi / kubus beton di laboratorium yang akan ditunjuk kemudian atas
biaya Pemborong sendiri.
Kualitas beton tersebut harus dibuktikan oleh Pemborong dengan mengambil benda uji
berupa kubus / silinder yang ukurannya sesuai dengan syarat-syarat / ketentuan
dalam PBI. 1971.

Pembuatannya harus disaksikan oleh Pengawas dan diperiksa di laboratorium


konstruksi beton yang ditunjuk Pemberi Tugas / Konsultan Management Konstruksi.
Jumlah dan frekuensi pembuatan kubus beton serta ketentuan-ketentuan lainnya sesuai
dengan PBI.1 971.
Pemborong diwajibkan membuat trial mix terlebih dahulu sebelum memulai pekerjaan
beton.
Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Pemberi Tugas / Konsultan
Management Konstruksi secepatnya.
Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut. Menjadi
tanggungjawab Pemborong.
3.10. Syarat Pengamanan Pekerjaan
Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras minimal selama 3 x 24
jam setelah pengecoran.
Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-
pekerjaan lain.
Bila terjadi kerusakan Pemborong diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak
mengurangi kualitas pekerjaan, seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab
Pemborong.
Bagian beton setelah dicor selama dalam masa pengerasan harus selalu dibasahi dengan
air terus menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih (sesuai ketentuan dalam Peraturan
Beton bertulang, PBI.1971)

Peningkatan Jalan Rigid Pavement


Uraian Metode Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Rigid Pavement

I. Tahapan Persiapan Kerja meliputi :

Mobilisasi
a. Pembuatan Kantor Kegiatan, yaitu tempat menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan yang
menyangkut kegiatan di lapangan agar tertip administrasi.

b. Pembuatan Papan Nama Proyek. Petunjuk bentuk Papan Nama Proyek mengenai
ukuran, isi dan warnanya menyesuaikan dengan aturan pemerintah setempat. Papan
Nama Proyek dilakukan pada saat mulai pekerjaan dan di cabut kembali setelah
mendapat persetujuan Pipinan Proyek.
c. Menyiapkan Rambu-rambu Lalu-lintas yang memadai, Rambu-Rambu Peringantan
dipasang sebelum pelaksanaan dimulai, membuat dan memasang Rambu-Rambu
Peringatan di lokasi kegiatan, bentuk dan ukuran sesuai dengan peraturan Pemerintah
Daerah setempat.

d. Mobilisasi peralatan terkait dan personil penyedia barang/jasa dapat dilakukan


secara bertahap sesuai dengan ketentuan.

e. Laboraturium Lapangan, yaitu tempat meletakan peralatan laboraturium yang setiap


saat diperlukan di lapangan agar mutu terjamin, seperti alat Sand Cone, timbangan dan
alat lainnya

f. Pembuatan Gudang yaitu tempat menyimpan peralatan pekerjaan dan Material On


Site.

g. Lokasi Stockpile material, yaitu untuk penyimpanan sementara material pekerjaan.

h. Bengkel, yaitu tempat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan seperti memotong dan


merangkai besi, mengelas dan lain-lain.
Mengetahui kondisi riil lapangan dengan melakukan pengukuran pada lokasi pekerjaan,
yaitu berupa situasi, potongan memanjang, potongan melintang, yang dituangkan dalam
gambar, termasuk gambar konstruksi, yang disesuaikan dengan lapangan, dan disertai
dengan foto dokumentasi 0%, juga gambar – gambar kerja (shop Drawing ).

II. Tahapan Pelaksanaan:


Pekerjaan akan diawali dengan Pelaksanaan Levelling pembentukan badan jalan
menggunakan sirtu dipadatkan. Dalam pelaksanaan ini tentunya telah terlebih dahulu
melakukan pengukuran dan pemasangan bowplank.

1. Pekerjaan Levelling pembentukan badan jalan sirtu dipadatkan akan kami


laksanakan sebagai berikut : 
a. Pengukuran Badan Jalan 
Sebelum dilaksanakan pekerjaan leveling badan jalan terlebih dahulu dilaksanakan
pengukuran badan jalan yaitu pengukuran vertical maupun horizontal, Hasil dari
pengukuran dicatatkan serta dibuat laporan hasil pengukuran untuk persetujuan dalam
pelaksanaan pekerjaan, Selanjutnya dibuatkan patok-patok referensi sebagai acuan
dalam pelaksanaan pekerjaan nantinya.

b. Pekerjaan Levelling pembentukan badan jalan menggunakan sirtu dipadatkan 


Pekerjaan ini dilaksanakan diatas permukaan existing dan badan jalan sesuai ketebalan
yang direncanakan. Penghamparan sirtu dilaksanakan step by step untuk seluruh badan
jalan yang perlu dilakukan levelling. Dalam pelaksanaannya usahakan untuk senantiasa
selalu menempatkan Petugas lalu-lintas dan juga berkoordinasi dengan aparat terkait
secara resmi.

Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut : 


- Sebelum melaksanakan pekerjaan ini terlebih dahulu dibuatkan pengujian material
agregat / sirtu yang akan digunakan pada saat pelaksanaan sesuai spesifikasi teknik
yang disyaratkan.

- Material Sirtu didatangkan dari quary yang telah disetujui kemudian material dibawa
kelokasi pekerjaan menggunakan dump truck.

- Material sirtu dihampar dengan tenaga manusia dan dengan ketebalan rencana.

- Hamparan dibasahi sampai kadar air optimal sesuai hasil pengujian kepadatan
lapangan di lab dengan menggunakan water tank truck dan dipadatkan dengan
menggunakan Plate Vibrator Stamper.

- Selama pemadatan, sekelompok pekerja merapihkan tepi hamparan dan level


permukaan dengan menggunakan alat bantu.

- Setelah pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan pengetesan kepadatan lapangan dengan


test sand cone untuk mengetahui kepadatan yang disyaratkan dalam spesifikasi teknik.

Setelah pekerjaan leveling badan jalan selesai dilaksanakan, pekerjaan akan dilanjutkan
dengan betonisasi. 
2. Pekerjaan Betonisasi Jalan
Adapun tahapan Betonisasi jalan dilaksanakan bertahap dengan membagi 2 bidang
jalan agar lalu lintas tidak terganggu apabila penutupan jalan secara total tidak
memungkinkan dan atau dilaksanakan dengan tanpa dibagi 2 bidang apabila ruas jalan
memungkinkan untuk dilakukan penutupan total (dapat dilakukan pengalihan lalu-
lintas). 
Pekerjaan betonisasi jalan ini terdiri dari beberapa item berikut : 
 Lapis Pondasi bawah Beton Kurus (Lantai kerja)
 Perkerasan beton semen Fs. 45 tbl. 25 cm
 Penulangan besi polos
 Penulangan besi dowel Ø19 - 300, (panjang 50 cm)
 Tie bar besi D 13
 Pas. Pipa dowel PVC Ø 1", (panjang 25 cm)
a. Lapis Pondasi bawah Beton Kurus (Lantai kerja)
Proses pelaksanaan diawali denganmelakukan penentuan/penyesuaian elevasi rencana
ketinggian lantai kerja berdasarkan hasil pengukuran dan pematokan. Setelah itu,
permukaan badan jalan dibersihkan dan dibasahi/disiram dengan air terlebih dahulu
agar tidak terjadi penyerapan air semen dari beton B0 yang akan digelar. Lalu
pemasangan bekesting melintang dengan ukuran selebar jalur lalu-lintas dilakukan
serta memperhatikan panjang lahan pengecoran yang disesuaikan dengan kemampuan
kerja per hari berdasarkan kapasitas concrete mixer. Bentuk akhir atau bagian atas
lantai kerja (B0) harus rata karena diperuntukkan sebagai landasan untuk meletakkan
pelat beton. 

Setelah pengecoran lantai kerja selesai dikerjakan maka dilakukanlah proses curing
dengan menebarkan karung goni yang dibasahi selama seminggu (tiga kali sehari
disiram air) guna mencegah terjadinya retakan-retakan sebagai akibat proses
pengerasan/pengeringan beton.
Pekerjaan lantai kerja / Lapis Pondasi bawah Beton Kurus ini dilaksanakan untuk
seluruh badan jalan dengan ketebalan lantai kerja pada pekerjaan ini 7 cm secara
merata.

b. Perkerasan Beton semen Fs.45 tebal 25 cm


- Pasang Bekisting
Bila pekerjaan persiapan telah selesai dilaksanakan dengan segera akan dilakukan
pekerjaan pabrikasi bekisting (form work plate), dimana ukuran dan bentuk bekisting
tersebut akan disesuaikan dengan gambar kerja. Bila bekisting tersebut telah selesai
dipabrikasi kemudian akan dipasang pada lokasi pengecoran badan jalan.

- Pekerjaan Polytene (plastik cor) / Bond Breaker 


Sebelum melakukan pemasangan besi tulangan untuk dudukan tie bar dan dowel
terlebih dahulu dilakukan pemasangan Polytene (plastik cor) yang akan dihamparkan
memanjang sejajar bekisting dimana sebagian dari plastik tersebut akan menutup
bekisting sehingga celah-celah pada bagian bawah bekisting tertutup. Sehingga pada
waktu pelaksanaan pengecoran air semen tidak akan keluar dari adukan beton yang
baru dicor.
- Pasang Tulangan Untuk Dudukan : 
Bila Polytene (plastic cor) telah terpasang kemudian akan dilanjutkan dengan pekerjaan
pemasangan tulangan untuk dudukan dowel dan tie bar. Pemasangan ini akan
dilakukan sesuai dengan bentuk dan jarak yang tertera dalam gambar kerja. Dimana
tulangan untuk dudukan dowel dan tie bar tersebut telah dipabrikasi sebelumnya
sesuai dengan bentuk dan diameter tulangan yang tertera dalam gambar kerja.

- Pasang Dowel 
Bila tulangan dowel tersebut telah dimeni kemudian akan dipasang dengan cara
terlebih dahulu memasukkan batang besi / tulangan dowel tersebut kedalam
selongsong pipa PVC yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kemudian tulangan dowel
tersebut akan dirakit dan diikat pada besi dudukan tulangan dowel dengan
menggunakan kawat beton sesuai dengan jarak yang tertera dalam gambar kerja.
Kemudian ujung pipa PVC akan dipasang dop penutup lubang untuk menjaga agar
adukan beton tidak akan masuk kedalam selongsong pipa PVC. Jika dowel tersebut telah
terpasang kemudian akan diangkut kelokasi pekerjaan untuk dipasang pada titik-titik
lokasi pemasangan.

- Pekerjaan Beton Fs.45


Setelah tulangan dudukan, tie bar dan dowel telah terpasang kemudian akan
dilanjutkan dengan pengececoran. Sebelum melakukan pengecoran akan diajukan Surat
Pemberitahuan Pengececoran / membuat Request Pekerjaan kepada pengawas/direksi
untuk mendapatkan izin untuk melakukan pengecoran. Bila telah mendapat izin
pengecoran dari pengawas/direksi maka dengan segera akan dilakukan pengecoran,
dengan beton readymix yang akan didatangkan dari supplier. Sebelum melakukan
pengecoran terlebih dahulu akan dipersiapkan segala peralatan dan perlengkapan yang
dibutuhkan pada saat pengecoran antara lain genenator set, concrete vibrator, garukan,
jidar dan kabel-kabel serta lampu-lampu penerangan. Beton ready mix yang berasal
dari truk mixer dituang ke dalam kotak (mal) yang telah disiapkan lalu diratakan secara
manual kemudian selanjutnya diratakan dan diadakan dengan menggunakan vibrating
screed yang sistem operasinya bergerak di atas mal memanjang (sepanjang mal
memanjang) yang ditarik dengan tenaga manusia bolak balik sebanyak 4 lintasan.
Proses perataan dan pemadatan terjadi karena alat vibrating screed tersebut selain
meratakan juga bergetar sehingga terjadi pemadatan sedangkan pada bagian ujung
(dekat) mal, pemadatan dibantu dengan menggunakan vibrator beton. Pada saat
pengecoran truk mixer akan dipandu untuk mundur hingga mencapai awal dari
pengecoran/opritan dan jika telah mencapai lokasi pengecoran kemudian adukan beton
tersebut dituang dari truk mixer secara berlahan-lahan kemudian bahan adukan coran
tersebut akan diambil sebagian untuk melakukan pengujian slump beton kemudian dan
sampel benda uji silinder/kubus beton. Kemudian dilanjutkan dengan pengecoran
dimana adukan beton tersebut akan dituang dari truk mixer dan kemudian ditarik
dengan mengunakan alat bantu sambil dipadatkan dengan menggunakan concrete
vibrator kemudian diratakan dengan menggunakan jidar hingga mendapatkan
permukaan yang rata. 

- Pekerjaan Cutter Joint Beton + Joint Sealent


Bila beton coran tersebut telah mengering dan sudah mengeras maka akan dilakukan
pemotongan beton pada lokasi pemasangan tie bar dan dowel sesuai jarak yang telah
ditentukan. Pemotongan ini akan dilakukan dengan menggunakan alat mesin pemotong
beton hingga mencapai kedalaman yang telah ditentukan dimana terlebih dahulu telah
dilakukan penggarisan pada permukaan beton sebagai acuan untuk melakukan
pemotongan. Bila pemotongan beton ini telah selesai dikerjakan kemudian dilanjutkan
dengan pemasangan joint sealent pada lubang bekas pemotongan beton hingga lubang
tersebut tertutup rata dengan permukaan beton. 

- Memperbaiki Permukaan
Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih lembek,
bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru, ditempa,
dikonsolidasi dan di finishing lagi.Daerah yang menonjol / berlebih harus dipotong dan
di-finishing lagi. Sambungan harus diperiksa kerataannya. Permukaan harus terus
diperiksa dan dibetuikan sampai tak ada lagi perbedaan tinggi pada permukaan dan
perkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan tampang melintang yang ditentukan. 
Perbedaan tinggi permukaan menurut pengujian mal datar (straight edge) tidak boleh
melebihi toleransi yang ditentukan.

- Finishing 
Setelah sambungan dan tepian selesai, dan sebelum bahan perawatan
(curing)dilakukan, permukaan beton harus dikasarkan dengan disikat melintang garis
sumbu (centre line) jalan, atau dengan cara pembuatan alur (grooving) pada arah
melintang atau memanjang jalan. Pengkasaran yang dilakukan dengan menggunakan
sikat kawat selebar tidak kurang dari 45 cm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan
baru adalah 10 cm dengan masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat hams
terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-seling sehingga jarak masing-
masing pusat untaian maksimum 1 cm. Sikat harus diganti bila bulu terpendek
panjangnya sampai 9 cm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 0,75 mm.

- Pengujian Kerataan Permukaan


Begitu beton mengeras, permukaan jalan harus diuji memakai mal datar (straight edge)
3 m. Daerah yang menunjukkan ketinggian lebih dari 3 mm tapi tidak lebih dari 12,5
mm sepanjang 3 m itu harus ditandai dan segera diturunkan dengan alat gerinda yang
telah disetujui sampai bila diuji lagi, ketidakrataannya tidak lebih dari 3 mm. Bila
penyimpangan dari penampang melintang yang sebenarnya lebih dari 12,5 mm, lapisan
jalan harus dibongkar dan diganti. Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3 m
ataupun kurang dari lebar lajur yang kena bongkaran. Bagian yang tersisa dari
pembongkaran pada perkerasan beton dekat sambungan yang panjangnya kurang dari
3 m, harus ikut dibongkar dan diganti.

- Perawatan dan Perlindungan Beton


Perawatan 
Setelah penyelesaian akhir selesai dan lapisan air menguap dari permukaan atau segera
setelah pelekatan dengan beton tidak terjadi maka seluruh permukaan beton harus
segera ditutup dan dirawat sesuai dengan metode yang disetujui. Dalam semua hal,
dimana perawatan memerlukan penggunaan air, maka operasi perawatan harus dititik
beratkan pada penyediaan air. Biasanya masa perawatan dilakukan selama 7 hari, tetapi
waktu tersebut dapat diperpendek bila 70 % kekuatan tekan atau lentur beton dapat
dicapai lebih awal.

Perawatan dengan Geotekstil, Lembar Goni atau Terpal 


Permukaan dan bidang tegak beton harus seluruhnya ditutup dengan lembar goni /
terpal. Sebelum ditutup, lembar penutup harus dibuat jenuh air. Lembar penutup harus
diletakkan sedemikian rupa sehingga menempel dengan permukaan beton, tetapi tidak
boleh diletakkan sebelum beton cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Selama
masa perawatan, lembar penutup harus tetap dalam keadaan basah dan tetap pada
tempatnya.

Perawatan Celah Gergajian 


Selama perawatan celah gergajian perkerasan harus dilindungi dari pengeringan yang
cepat.Hal ini seringkali dilakukan dengan kertas pilihan atau bahan lainnya yang sesuai.

Perlindungan Perkerasan Yang Sudah Selesai 


Perkerasan yang sudah selesai dan perlengkapannya harus dilindungi dari lalu-lintas
umum dan lalu-lintas pelaksanaan. Perlindungan ini termasuk penyediaan petugas
untuk mengatur lalu-lintas, memasang dan memelihara rambu peringatan, lampu-
lampu, rintangan, dan jembatan penyeberangan. Setiap kerusakan yang terjadi pada
perkerasan sebelum dibuka untuk lalu-lintas umum harus diperbaiki atau diganti.

Perlindungan terhadap hujan 


Untuk melindungi beton yang belum cukup keras terhadap pengaruh hujan, maka setiap
saat harus tersedia bahan untuk melindungi beton tersebut, seperti lembar goni, terpal,
kertas perawat atau lembar plastik. Disamping itu apabila digunakan metoda acuan
gelincir maka harus direncanakan penanggulangan darurat untuk melindungi
permukaan dan tepi. Apabila diperkirakan akan segera turun hujan maka semua
petugas harus mengambil tindakan yang perlu guna memberikan perlindungan
menyeluruh kepada beton yang belum keras.

- Toleransi Tebal
Semua lapisan permukaan dan lapis pondasi harus dibuat dengan tebal sesuai dengan
Gambar Rencana.Pemeriksaan yang teliti terhadap elevasi acuan dan pengukuran
ketebalan terhadap permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah dengan
menggunakan benang dipandang cukup memadai. Apabila dipandang perlu memeriksa
tebal perkerasan setelah penghamparan, maka tebal perkerasan dapat ditentukan
dengan cara pemboran (core drill). Pemboran harus dilakukan pada interval yang
disyaratkan.

- Pembukaan dan Pembatarasan Lali-lintas


Perkerasan yang sudah jadi harus dilindungi terhadap kerusakan akibat operasi dan
lalu-lintas pelaksanaan sampai saat penyerahan hasil pekerjaan. Perkerasan yang
dilewati peralatan pelaksanaan harus tetap bersih, dan ceceran beton atau bahan
lainnya harus segera disingkirkan. Lalu-lintas umum harus dicegah masuk dengan
memasang rintangan dan rambu-rambu sampai beton berumur paling sedikit 14 hari
atau lebih lama bila diperlukan untuk memperoleh kekuatan cukup. Lalu-lintas tidak
diijinkan masuk selama sambungan belum ditutup.

3. Pekerjaan Aspal
Pekerjaan aspal sebagai penutup atas permukaan jalan beton ini meliputi pekerjaan
Lapis Resap Pengikat- Aspal Emulsi dan pekerjaan Sandsheet ( SS-B )
a. Lapis Resap Pengikat Aspal Emulsi, 
Sebelumnya Permukaan yang akan disemprot Lapis Resap Pengikat dibersihkan
terlebih dahulu dari kotoran/debu dengan menggunakan Compressor. Penyemprotan
Lapis Resap Pengikat menggunakan Asphalt Sprayer dengan volume perbandingan
sesuai dengan Spesifikasi Teknis.
Kontrol volume dilakukan dengan memasang kertas karton (yang sebelumnya telah
ditimbang beratnya) pada lokasi yang disemptor Lapis Peresap. Kemudian ditimbang
lagi setelah disemprot. Dari situ dapat diketahui volume lapis Peresap per meter persegi
atau dengan cara Kontrol volume dilakukan dengan mengukur tinggi material Lapis
Resap Pengikat dalam tangki sebelum dan sesudah dilakukan penyemprotan. Dari
volume yang disemprotkan dibagi dengan luas bidang semprot akan diketahui volume
untuk tiap meter persegi.

b. Pekerjaan Sandsheet (SS-B)


Sandsheet dihampar di atas permukaan jalan beton (yang telah diberi Lapis Resap
Pengikat), Sandsheet (SS-B) diproduksi dengan menggunakan AMP ( Asphalt Mixing
Plant ) dan diangkut ke lokasi pekerjaan menggunakan Dump truck. 
Sandsheet (SS-B) dihampar dengan ketebalan sesuai dengan gambar rencana, dihampar
pada seluruh permukaan jalan dan dipadatkan dengan menggunakan Tandem Roller
dan Pneumatic Tyre Roller dengan jumlah passing sesuai dengan hasil Job Mix Formula
yang disahkan direksi teknis.
Alat-alat yang dipergunakan untuk pekerjaan Penghamparan dan pemadatan
dilapangan adalah sebagai berikut :
 Asphalt Finisher
 Tandem Roller
 Pneumatic Tyre Roller
 Water Tank Truck
 Dump Truck
4. Pekerjaan Membentuk bahu jalan keras (berem sirtu)
Bahan yang dipergunakan adalah sirtu dengan ketentuan sesuai spesifikasi material
bahan bahu jalan yang disyaratkan dalam pekerjaan ini,
Penghamparan dan pemadatan material sesuai dengan spesifikasi, penghamparan
dengan menggunakan tenaga manusia dan pemadatan dengan Plate Vibrator Stamper

Anda mungkin juga menyukai