Jalan beton yaitu sebutan untuk jalan yang terbuat dari beton bertulang. Jalan ini
diklaim mempunyai kekuatan yang sangat kokoh, baik untuk menahan gaya beban
maupun gaya tarik. Kaprikornus tidak mengherankan apabila ketika ini banyak jalanan
di Indonesia khususnya yang terbuat dari beton. Jalan beton dinilai lebih berpengaruh
dan lebih kekal dibandingkan dengan jalan aspal.
1.1. Galian
A. Uraian
Bilamana tinggi permukaan rencana lebih rendah dari permukaan tanah grading kasar
sebagaimana tertera dalam gambar, maka di daerah itu dinyatakan galian (cutting).
B. Peralatan
Alat-alat yang dapat dipergunakan dengan memperhatikan kebutuhan antara lain :
1. Bull Dozer.
2. Shovel LQader.
3. Dump Truck.
4. Minor Tools.
C. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Dalam galian harus sesuai dengan ketinggian rencana yang tertera pada gambar
rencana dan menurut ketinggian dari patok-patok referensi.
2. Pada batas antara ketinggian rencana yang berbeda dibuat talud dengan
kemiringan 1:1
3. Untuk perbedaan tinggi tanah lebih dari 4 meter harus dibuat talud bertangga
dengan lebar teras minimal 4 meter dan kemiringan 1:1
4. Tanah hasil galian yang bisa dipakai untuk bahan urugan (berdasarkan hasil test
dan atas persetujuan Konsul tan MK) diangkut ke areal yang akan diurug.
5. Tanah bekas galian yang tidak terpakai lagi harus dibuang keluar lokasi.
6. Pekerjaan ini dapat dianggap selesai bila mendapat persetujuan MK.
1.2. Timbunan
A. Uraian
1. Yang dimaksud disini ialah pekerjaan timbunan yaitu dimana permukaan tanah
yang direncanakan lebih tinggi dari permukaan tanah grading kasar sebagaimana
tertera dalam gambar rencana, maka daerah itu dinyatakan sebagai timbunan.
2. Volume yang diperhitungkan dalam kontrak adalah volume padat antara peil asli
dengan peil rencana, jadi kontraktor harus memperhitungkan resiko akibat penurunan
peil tanah asli dan faktor kepadatannya . Pada tepi timbunan harus dibuat talud dengan
kemiringan max 1:1 dan tinggi talud max 4m. Jika tinggi lebih dari 4 m harus dibuat
pengaman talud dan tanah talud harus dipadatkan.
B. Peralatan
Yang dipergunakan sebagai alat pekerjaan disesuaikan dengan kebutuhannya antara
lain :
1. Bull Dozer.
2. Shovel Loader.
3. Motor Grader.
4. Dump Truck.
5. Minor Tools.
C. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Jika mempergunakan bahan timbunan dari material bekas galian, atau dengan
mendatangkan dari lokasi lain, maka harus memenuhi persyaratan :
a. Tanah harus bersih dan tidak mengandung akar, kotoran dan bahan organis lain.
b. Terlebih dahulu diadakan test di laboratorium dan hasilnya harus tertulis serta
diketahui dan disetujui oleh MK.
2. MK berhak menolak material yang tidak memenuhi persyaratan.
Kepadatan yang harus dicapai adalah: 100% standard proctor pada 30 cm lapisan tera
tas, 95% standard proctor JlASHTO T.99. pada lapisan dibawahnya terutama pada tanah
urugan.
3. Pada daerah timbunan yang basah, kontraktor harus membuat saluran-saluran
sementara untuk mengeringkan lokasi tersebut.
4. Lokasi yang diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran, semak-semak, akar-akar
pohon, puing -puing bangunan sampah dan sebagainya.
5. Timbunan / urugan dilakukan lapis, demi lapis dengan ketebalan 30 cm untuk
masing-masing lapis, dipadatkan sampai permukaan tanah yang direncanakan.
6. Untuk test kepadatan pekerjaan pengurugan diambil sample dari setiap lapisan
yang dilakukan pemadatan. Khusus daerah rawa atau tergenang air, test kepadatan
dilakukan terhadap bagian tanah urug yang terdapat di atas permukaan air semula.
7. Pekerjaan timbunan selesai, jika sudah disetuiui oleh MK.
1.3. Pemadatan
A. Uraian
Yang dimaksud adalah pekerjaan pemadatan pada suatu lapisan permukaan tanah
rencana, apakah tanah dasar, galian ataupun timbunan, agar permukaan jadi padat dan
dapat mendukung tapisan bangunan di atasnya.
B. Peralatan
Untuk pemadatan ini dipergunakan alat yang disesuaikan dengan kebutuhannya antara
lain :
1. Sheep foot rolier
2. Vibrator roller
3. Roller tandem
4. Minor Tools
C. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Untuk mencapai kepadatan yang optimal, bahan harus ditest di laboratorium untuk
mendapat nilai standard proctor, berupa optimum dry density & water content
(kepadatan kering optimum & kadar air optimum).
2. Laboratorium yang memeriksa harus laboratorium resmi atau laboratorium yang
ditunjuk oleh MK.
3. Dengan bahan yang sama, tanah yang dipadatkan harus ditest juga dilapangan
dengan sistem Field Density Test berupa metode sand cone dengan hasil kepadatannya
sebagai berikut:
a. Untuk lapisan yang dalamnya sampai dengan 30 cm dari permukaan rencana,
kepadatan-nya 100% dari standard proctor.
b. Untuk lapisan yang dalamnya lebih dari 30 cm dari permukaan rencana
kepadatannya 95% dari standard proctor.
4. Hasil-hasil test di lapangan tertulis, diketahui dan disetujui oleh MK.
5. Semua hasil-hasil pekerjaan diperiksa kembali terhadap patok-patok referensi
untuk mengetahui sampai dimana kedudukan permukaan tanah tersebut.
6. Pemadatan untuk tanah timbunan dilakukan lapis demi lapis maksimal tebal 30
cm, bila perlu disiram dengan air sampai mencapai kadar air optimum.
7. Bagian permukaan yang telah dinyatakan padat harus dipertahankan dan dijaga
jangan sampai rusak akibat pengaruh luar.
8. Pekerjaan pemadatan dianggap cukup setelah mendapat persetujuan MK.
A. Uraian
1. Yang dimaksud sub grade disini ialah lapisan tanah dasar yang mendukung sub
base dan bagian yang lebih atas lainnya, meliputi lebar jalan dari ujung galian / kaki
timbunan diseberangnya.
2. Untuk sub grade yang ketinggian permukaan rencananya lebih tinggi dari
permukaan tanah asli, maka lapisan ini merupakan timbunan yang harus dalam
keadaan padat sebagaimana yang ditetapkan pada persyaratan pemadatan timbunan
(filling).
3. Untuk sub grade yang ketinggian permukaan rencananya lebih rendah dari
permukaan tanah asli, maka lapisan ini merupakan galian yang harus dalam keadaan
padat 100% dari standard proctor.
4. Jalan lama yang akan ditingkatkan, maka jalan lamanya harus dalam keadaan padat
. akan berupa sub grade atau sub base tergantung perencanaan.
B. Peralatan
Alat-alat yang dipergunakan disesuaikan dengan kebutuhannya antara lain
1. Bull Dozer
2. Motor Grader
3. Vibrator Roller (10 - 12 ton)
4. Alat ukur water pass
5. Minor Tools
C. Pelaksanaan
1. Sub grade harus dibentuk sebagai badan jalan dengan kemiringan dan profil
sebagaimana tertera dalam gambar rencana.
2. Kemiringan diukur dengan alat waterpass.
3. Kontraktor harus menjaga agar permukaan sub grade ini tetap rata, tidak rusak
akibat pengaruh luar.
4. Sebelum digelar lapisan sirtu (subbase), lapisan subgrade harus ditest dahulu
minimal 100% kepadatan kering standard proctor (AASHTO T99) dengan nilai CBR
minimal dilapangan sebesar 4%.
5. Pekerjaan dianggap selesai setelah disetujui MK.
a. Umum
Lapisan ini adalah bagian dari konstruksi pekerjaan diantara sub grade dan base
(pondasi atas). Lebar dan tebalnya lapisan ini disesuaikan dengan dalam gambar.
b. Material
Material yang dipergunakan disesuaikan dengan system yang direncanakan, dengan
lapisan sirtu yaitu mempergunakan komposisi material batu pecah bauxite yang
bercampur secara alam serta memenuhi persyaratan gradasi sebagai berikut :
ASTM Standart sieves
% berat yang lewat
11/2”
100 max
No. 10
80 max
No. 200
15 max
Kadar lempung (AASHTO T-176)
25 max
Kehilangan berat akibat abrasi dari partikel yang tertinggal pada ayakan
No. 12 (AASHTO T-96
40 max
Kepadatan kering maximum (AASHTO T-180)
Min. 2,0 g/cu.cm
d. Pelaksanaan
1. Sebelum material sub base dihampar, terlebih dahulu beton jepit / saluran yang
berfungsi sebagai beton jepit harus dipasang.
2. Material subbase setelah dihampar harus dipadatkan dan hasilnya harus kokoh.
a. Umum
Lapisan pondasi atas (Base Course) terletak antara Sub Base dan lapisan permukaan,
yang merupakan bagian dari perkerasan jalan, tebal dan lebarnya ditentukan
berdasarkan gambar rencana.
b. Material
1. Material yang digunakan terdiri dari batu pecah ukuran 5/7 dan 3/5 diberi bahan
pengunci 2/3 yang memenuhi persyaratan gradasi sebagai berikut :
ASTM Standard Sieves
% Berat yang Lewat
21/2”
100
2”
90-100
11/2”
35-70
1”
0-15
1/2”
0-5
Material pencampuran berasal dari saringan batu pecah yang lebih halus atau pasir
alam dan disetujui oleh MK. Material pencampuran ini harus bebas dari unsur unsur
organik, lempung dan material-material yang merugikan.
ASTM Standart sieves
% berat yang lewat
3/8
100
No. 4
85-100
No. 100
10-30
2. Agregat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Kekerasan (ASTM D3)
Min.6
Kehilangan berat dengan
magnesiumsulfate (AASHTO T-104)
Max. 12%
Kehilangan berat akibat abrasi
sesudah 500 putaran (AASHTO T-96)
Max. 40%
Partikel tipis, memanjang, % berat partikel lebih besar 1” dengan tebal kurang dari 1/5
panjang
Max 5%
CBR
80%
3. Bahan-bahan tersebut harus bersih, bersudut tajam dan tidak banyak bercampur
dengan bentuk yang pipih.
4. Abu screening terdiri dari material alam ukuran 0,38" sebagai lapisan penutup
celah- celah / rongga-rongga.
c. Peralatan
1. Three Wheil Rolier berbobot 10-12 ton.
2. Minor Tools.
d. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Setelah material di hampar, dipadatkan dengan mesin gi!as dan hasilnya harus
kokoh satu sama lain.
2. Pengisian abu screening harus menggunakan mesin pengetar seperti vibro roller
untuk mendapatkan permukaan yang padat, kokoh dan tidak goyang lagi.
3. Kemiringan jalan harus sesuai dengan rencana.
4. Setelah selesai dipadatkan, pekerjaan dianggap selesai setelah mendapat
persetujuan Direksi.
5. MK berhak memerintahkan untuk mengulang pekerjaan jika dianggap belum
memenuhi syarat.
6. Inspeksi : lapisan base course (batu pecah) harus diperiksa dan disetujui oleh MK
proyek yang bersangkutan.
7. Bagian atas dari base course harus mempunyai gradasi yang baik dan dipadatkan
untuk mencegah masuknya pasir (back sane) kedalam permukaan base course pada
waktu pengerasan selama jalan ini dipakai. Apabila ada bagian-bagian base course yang
masih belum padat benar, maka bagian base course tersebut harus diisi dengan abu
batu yang kemudian disiram dengan air dan dipadatkan sampai permukaan itu sama
sekali jadi padat.
Pembesian
Pembuatan tulangan untuk batang-batang yang lurus atau dibengkokkan, sambungan
dan kait-kait dan pembuatan sengkang-sengkang harus sesuai dengan persyaratan yang
tercantum pada PBI.1971 .
Pemasangan tulangan beton harus sesuai dengan gambar konstruksi.
Tulangan beton harus diikat dengan kawat beton untuk menjamin besi tersebut tidak
berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan atau lantai kerja
dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam PB1.1 971.
Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja
dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Pemberi Tugas / Konsu!tan
Management Konstruksi.
Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan cukup kokoh dan
dijamin tidak berubah bentuk dan tetap pada kedudukan selama pengecoran .
Acuan harus rapat dan tidak bocor, permukaannya rata, bebas dari kotoran-kotoran
seperti serbuk gergaji, potongan potongan kayu tanah dan sebagainya, sebelum
pengecoran dilakukan diteliti terlebih dahulu bekistingnya dan harus mudah dibongkar
tanpa merusak permukaan beton.
Tiang-tiang acuan di atas papan atau baja untuk memudahkan pemindahan perletakan.
Tiang-tiang tidak boleh disambung lebih dari satu. Tiang-tiang dari dolken Æ 8 -10 cm.
Tiang-tiang satu dengan lain harus diikat dengan palang papan / balok secara
menyilang. Pembukaan acuan baru dibuka setelah memenuhi syarat-syarat yang
dicantumkan dalam PB1.1971
Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak bercacat.
Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam kotak / kemasan aslinya yang masih
disegel dan berlabel pabriknya.
Bahan harus disimpan di tempat terlindung dan tertutup, kering dan tidak lembab dan
bersih, sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh pabrik.
Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan
jenisnya .
Mobilisasi
a. Pembuatan Kantor Kegiatan, yaitu tempat menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan yang
menyangkut kegiatan di lapangan agar tertip administrasi.
b. Pembuatan Papan Nama Proyek. Petunjuk bentuk Papan Nama Proyek mengenai
ukuran, isi dan warnanya menyesuaikan dengan aturan pemerintah setempat. Papan
Nama Proyek dilakukan pada saat mulai pekerjaan dan di cabut kembali setelah
mendapat persetujuan Pipinan Proyek.
c. Menyiapkan Rambu-rambu Lalu-lintas yang memadai, Rambu-Rambu Peringantan
dipasang sebelum pelaksanaan dimulai, membuat dan memasang Rambu-Rambu
Peringatan di lokasi kegiatan, bentuk dan ukuran sesuai dengan peraturan Pemerintah
Daerah setempat.
- Material Sirtu didatangkan dari quary yang telah disetujui kemudian material dibawa
kelokasi pekerjaan menggunakan dump truck.
- Material sirtu dihampar dengan tenaga manusia dan dengan ketebalan rencana.
- Hamparan dibasahi sampai kadar air optimal sesuai hasil pengujian kepadatan
lapangan di lab dengan menggunakan water tank truck dan dipadatkan dengan
menggunakan Plate Vibrator Stamper.
Setelah pekerjaan leveling badan jalan selesai dilaksanakan, pekerjaan akan dilanjutkan
dengan betonisasi.
2. Pekerjaan Betonisasi Jalan
Adapun tahapan Betonisasi jalan dilaksanakan bertahap dengan membagi 2 bidang
jalan agar lalu lintas tidak terganggu apabila penutupan jalan secara total tidak
memungkinkan dan atau dilaksanakan dengan tanpa dibagi 2 bidang apabila ruas jalan
memungkinkan untuk dilakukan penutupan total (dapat dilakukan pengalihan lalu-
lintas).
Pekerjaan betonisasi jalan ini terdiri dari beberapa item berikut :
Lapis Pondasi bawah Beton Kurus (Lantai kerja)
Perkerasan beton semen Fs. 45 tbl. 25 cm
Penulangan besi polos
Penulangan besi dowel Ø19 - 300, (panjang 50 cm)
Tie bar besi D 13
Pas. Pipa dowel PVC Ø 1", (panjang 25 cm)
a. Lapis Pondasi bawah Beton Kurus (Lantai kerja)
Proses pelaksanaan diawali denganmelakukan penentuan/penyesuaian elevasi rencana
ketinggian lantai kerja berdasarkan hasil pengukuran dan pematokan. Setelah itu,
permukaan badan jalan dibersihkan dan dibasahi/disiram dengan air terlebih dahulu
agar tidak terjadi penyerapan air semen dari beton B0 yang akan digelar. Lalu
pemasangan bekesting melintang dengan ukuran selebar jalur lalu-lintas dilakukan
serta memperhatikan panjang lahan pengecoran yang disesuaikan dengan kemampuan
kerja per hari berdasarkan kapasitas concrete mixer. Bentuk akhir atau bagian atas
lantai kerja (B0) harus rata karena diperuntukkan sebagai landasan untuk meletakkan
pelat beton.
Setelah pengecoran lantai kerja selesai dikerjakan maka dilakukanlah proses curing
dengan menebarkan karung goni yang dibasahi selama seminggu (tiga kali sehari
disiram air) guna mencegah terjadinya retakan-retakan sebagai akibat proses
pengerasan/pengeringan beton.
Pekerjaan lantai kerja / Lapis Pondasi bawah Beton Kurus ini dilaksanakan untuk
seluruh badan jalan dengan ketebalan lantai kerja pada pekerjaan ini 7 cm secara
merata.
- Pasang Dowel
Bila tulangan dowel tersebut telah dimeni kemudian akan dipasang dengan cara
terlebih dahulu memasukkan batang besi / tulangan dowel tersebut kedalam
selongsong pipa PVC yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kemudian tulangan dowel
tersebut akan dirakit dan diikat pada besi dudukan tulangan dowel dengan
menggunakan kawat beton sesuai dengan jarak yang tertera dalam gambar kerja.
Kemudian ujung pipa PVC akan dipasang dop penutup lubang untuk menjaga agar
adukan beton tidak akan masuk kedalam selongsong pipa PVC. Jika dowel tersebut telah
terpasang kemudian akan diangkut kelokasi pekerjaan untuk dipasang pada titik-titik
lokasi pemasangan.
- Memperbaiki Permukaan
Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih lembek,
bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru, ditempa,
dikonsolidasi dan di finishing lagi.Daerah yang menonjol / berlebih harus dipotong dan
di-finishing lagi. Sambungan harus diperiksa kerataannya. Permukaan harus terus
diperiksa dan dibetuikan sampai tak ada lagi perbedaan tinggi pada permukaan dan
perkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan tampang melintang yang ditentukan.
Perbedaan tinggi permukaan menurut pengujian mal datar (straight edge) tidak boleh
melebihi toleransi yang ditentukan.
- Finishing
Setelah sambungan dan tepian selesai, dan sebelum bahan perawatan
(curing)dilakukan, permukaan beton harus dikasarkan dengan disikat melintang garis
sumbu (centre line) jalan, atau dengan cara pembuatan alur (grooving) pada arah
melintang atau memanjang jalan. Pengkasaran yang dilakukan dengan menggunakan
sikat kawat selebar tidak kurang dari 45 cm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan
baru adalah 10 cm dengan masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat hams
terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-seling sehingga jarak masing-
masing pusat untaian maksimum 1 cm. Sikat harus diganti bila bulu terpendek
panjangnya sampai 9 cm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 0,75 mm.
- Toleransi Tebal
Semua lapisan permukaan dan lapis pondasi harus dibuat dengan tebal sesuai dengan
Gambar Rencana.Pemeriksaan yang teliti terhadap elevasi acuan dan pengukuran
ketebalan terhadap permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah dengan
menggunakan benang dipandang cukup memadai. Apabila dipandang perlu memeriksa
tebal perkerasan setelah penghamparan, maka tebal perkerasan dapat ditentukan
dengan cara pemboran (core drill). Pemboran harus dilakukan pada interval yang
disyaratkan.
3. Pekerjaan Aspal
Pekerjaan aspal sebagai penutup atas permukaan jalan beton ini meliputi pekerjaan
Lapis Resap Pengikat- Aspal Emulsi dan pekerjaan Sandsheet ( SS-B )
a. Lapis Resap Pengikat Aspal Emulsi,
Sebelumnya Permukaan yang akan disemprot Lapis Resap Pengikat dibersihkan
terlebih dahulu dari kotoran/debu dengan menggunakan Compressor. Penyemprotan
Lapis Resap Pengikat menggunakan Asphalt Sprayer dengan volume perbandingan
sesuai dengan Spesifikasi Teknis.
Kontrol volume dilakukan dengan memasang kertas karton (yang sebelumnya telah
ditimbang beratnya) pada lokasi yang disemptor Lapis Peresap. Kemudian ditimbang
lagi setelah disemprot. Dari situ dapat diketahui volume lapis Peresap per meter persegi
atau dengan cara Kontrol volume dilakukan dengan mengukur tinggi material Lapis
Resap Pengikat dalam tangki sebelum dan sesudah dilakukan penyemprotan. Dari
volume yang disemprotkan dibagi dengan luas bidang semprot akan diketahui volume
untuk tiap meter persegi.