PENGASPALAN
A. UMUM
1. Uraian
1.1. Pekerjaan ini mencakup Penggalian, pengadaan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan atau bahan berbutir yang disetujui untuk
pembuatan timbunan yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan
sesuai dengan garis kelandaian dan elevasi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui.
1.2. Jenis timbunan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu timbunan biasa dan
timbunan pilihan diatas tanah rawa.
Timbunan pilhan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer )
untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah
saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan
dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilitas lereng
atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam
karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya
dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.
Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi daerah
yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut pendapat Direksi
Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau di keringkan dengan cara yang diatur
dalam Spesifikasi ini.
1.3. Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang dipasang
sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun bahan drainase
porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan atau untuk
mencegah hanyutnya pertikel halus tanah akibat proses penyaringan.
1.4. Secara umum pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat (LPA) dilakukan secara
mekanis
2. Toleransi
2.1. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi
atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau yang ditunjuk dalam
gambar.
2.2. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan
harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan
yang bebas.
2.3. Permukaan air lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari
garis profil yang ditentukan.
2.4. Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari
20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.
3. Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-3422-1994 (AASHTO T 88-90 ) : Metode Pengujian Analisis Ukuran
Butir Tanah Dengan Alat Hidrometer
SNI 03-1967-1990 (AASHTO T 89-90 ) : Metode Pengujian Batas Cair dengan
Alat Casagrande
SNI 03-1966-1989 (AASHTO T 90-87) : Metode Pegujian Batas Plastis
SNI 03-1742-1989 (AASHTO T 99-90 ) : Metode Pengujian Kepadatan Ringan
untuk Tanah.
SNI 03-1743-1989 (AASHTO T 180-90) : Metode Pengujian Kepadatan Berat
Untuk Tanah
SNI 03-2828-1992 (AASHTO T 191-86) : Metode Pengujian Kepadatan
Lapangan Dengan Alat
Konus Pasir
SNI 03=1744=1989 (AASHTO T 193=81) : Metode Pengujian CBR
Laboratorium
AASHTO :
AASHTO T 145=73 : Classification of soils and aggregate Mix Tures for
Highway Construction Purpose
AASHTO T 258=78 : Determining Expansive soils and Remedial Action
B. BAHAN
1. Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai
dengan “Bahan dan Penyimpanan” dari Spesifikasi ini.
2. Timbunan Bahan
2.1. Timbunan yang diklasifikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari
bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan
dalam pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dalam Spesifikasi
ini.
2.2. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak temasuk tanah yang berplastisitas
tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145
atau sebagai CH menurut “Unified atau Casagrande soil Classfication
System”. Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat
dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar
dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan
daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah platis seperti itu
sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di
bawah bagian dasar. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan ini
bila diuji dengan SNI 03- 1744-1989, hurus memiliki CBR tidak kurang
dari 6 % setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan
kering maksimum (MMD) seperti yang ditentukan oleh SNI
031742=1989.
2.3. Tanah sangat expansive yang memiliki sifat lebih besar dari 1,25 atau
derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258
sebagi “very high”, tidak boleh digunakan bahan timbunan. Nilai aktif
adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI= (SNI 03-1966-
1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).
2. Penghamparan Timbunan
2.1. Timbunan harus ditempatkan dipermukaan yang telah disiapkan dan dalam
lapisan yang merata, dan bilamana dipadatkan akan memenuhi toleransi
tebal lapisan yang disyaratkan. Bilama timbunan dihampar lebih satu lapis,
lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama
tebalnya.
2.2. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke
permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak
diperkenankan, terutama selama musim hujan.
3. Pemadatan Timbunan
3.1. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, lapis demi lapis
harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui
Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
3.2. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air
bahan berada dalam rentang 3 % di bawah air optimum sampai 1 % diatas
kadar air optimum. Kadar optimum harus didefinisikan sebagai kadar air
pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
3.3. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal
20 cm dari bahan bergradisi dan tidak mengandung batu yang lebih besar
dari 5 cm serta mampu mengisi rongga - rongga batu pada bagian atas
timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai
mencapai kepadatan timbunan tanah.
3.4. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatan dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan
sebelum lapisan berikutnya dihampar.
3.5. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke
arah sumbu area timbunan sehingga setiap ruas akan menerima jumlah
pemadatan yang sama.
3.6. Bilamana bahan timbunan pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau
struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar
timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang sama.
3.7. Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi
abutment, tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala
gorong-gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur
tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat menyebabkan
bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada stuktur.
3.8. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gambar
tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis
atau timbris (tamper) manual dengan berat maksimum 10 kg.
D. JAMINAN MUTU
1. Pengendalian Mutu Bahan
1.1. Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan
awal mutu bahan akan ditetapkan oleh direksi Pekerjaan, dan harus
mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dengan paling sedikit tiga
contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili
rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
1.2. Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan harus rutin
dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke
lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, dan untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang
diperoleh dari setiap sumber bahan, harus dilakukan suatu pengujian Nilai
Aktif, seperti yang disyaratkan.
E. PENGUKURAN TIMBUNAN
4. Kuantitas yang diukur untuk timbunan batu pilihan harus dalam jumlah
meter kubik atau ton, diukur di lapangan, dari jenis yang ditunjukkan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga, disediakan, dipasang, dan diterima, tidak
termasuk galian. Pengukuran dalam volume atau tonase akan ditentukan
oleh Direksi Pekerjaan.
3.1. Umum
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan pemasangan material aspal dari AMP
sampai pada permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk penghamparan
Pelaburan Aspal atau Lapisan Campuran aspal. Pada umumnya lapis Resap Pengikat
harus digunakan pada permukaan bukan beraspal (lapis pondasi agregat/batu
pecahan), sedangkan Lapis Perekat harus digunakan pada permukaan yang beraspal
(lapis Aspal beton / AC, ATB, dan lain-lain). Untuk pekerjaan ini, pengaspalan
dimaksudkan untuk pekerjaan pengaspalan lapisan Hotmix setebal 3 cm di atas CTSB
yang telah dipadatkan.
3.3. Persiapan
1) Pekerjaan Pengukuran
Kontraktor Pelaksana diwajibkan melakukan pengukuran sebagai berikut :
a) Titik awal Proyek
Titik tetap yang dipasang pada awal survei yang berfungsi sebagai titik awal
pada route survei ditandai dengan Sta 0+000. Pada titik awal proyek ini juga
harus dipasang BM ganda yang mengapit titik awal proyek, titik referensinya
diambil dari BM yang telah ditentukan dalam gambar.
Apabila lokasi rencana trase jalan yang akan disurvei pada umumnya berupa
semak, maka perlu dilakukan perintisan agar titik-titik bantu yang akan
dipasang mudah terlihat. Dalam melakukan perintisan ini sekaligus
melakukan penandaan jarak dengan patok-patok kayu sesuai dengan
kebutuhan. Jarak antara patok ini maksimal 50 m.
2) Drainage
Cakupan pekerjaan ini adalah pembuatan saluran tepi (side ditch) dan saluran
penangkap (catch ditch), gorong-gorong (culvert), yang merupakan drainase
permukaan dibuat untuk mengendalikan air (limpasan) permukaan akibat hujan.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat saluran sebagai berikut :
a) Ketinggian akhir dari dasar selokan harus tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm
dari yang dipersyaratkan atau disetujui pada tiap titik, dan harus cukup halus
dan merata untuk menjamin aliran yang bebas dari air tanpa tergenang pada
saat aliran yang kecil.
b) Bahan yang digunakan :
a. Batu Kali
b. Semen Portland Jenis I
c. Pasir Pasang
d. Campuran spesi yang digunakan 1Pc : 4 Ps
Catatan:
1. Apabila di lapangan terdapat pekerjaan yang belum diatur dalam pasal RKS ini,
Kontraktor/Sub Kontraktor diwajibkan segera menghubungi Pengawas/Direksi lapangan
untuk koordinasi lebih lanjut.
2. Apabila di lapangan terdapat kendala dalam pelaksanaan dan atau terjadi
kekurangpahaman terhadap pasal-pasal yang dicantumkan di dalam RKS ini,
Kontraktor/Sub Kontraktor diwajibkan segera menghubungi Pengawas/Direksi lapangan
untuk koordinasi lebih lanjut.