Anda di halaman 1dari 11

RENCANA KERJA DAN SYARAT

PENGASPALAN

PASAL 01. PEKERJAAN LAPISAN PONDASI AGREGAT (LPA) PENGASPALAN

A. UMUM
1. Uraian
1.1. Pekerjaan ini mencakup Penggalian, pengadaan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan atau bahan berbutir yang disetujui untuk
pembuatan timbunan yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan
sesuai dengan garis kelandaian dan elevasi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui.
1.2. Jenis timbunan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu timbunan biasa dan
timbunan pilihan diatas tanah rawa.
Timbunan pilhan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer )
untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah
saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan
dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilitas lereng
atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam
karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya
dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.

Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi daerah
yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut pendapat Direksi
Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau di keringkan dengan cara yang diatur
dalam Spesifikasi ini.

1.3. Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang dipasang
sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun bahan drainase
porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan atau untuk
mencegah hanyutnya pertikel halus tanah akibat proses penyaringan.

1.4. Secara umum pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat (LPA) dilakukan secara
mekanis

2. Toleransi
2.1. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi
atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau yang ditunjuk dalam
gambar.
2.2. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan
harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan
yang bebas.
2.3. Permukaan air lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari
garis profil yang ditentukan.
2.4. Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari
20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

3. Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-3422-1994 (AASHTO T 88-90 ) : Metode Pengujian Analisis Ukuran
Butir Tanah Dengan Alat Hidrometer
SNI 03-1967-1990 (AASHTO T 89-90 ) : Metode Pengujian Batas Cair dengan
Alat Casagrande
SNI 03-1966-1989 (AASHTO T 90-87) : Metode Pegujian Batas Plastis
SNI 03-1742-1989 (AASHTO T 99-90 ) : Metode Pengujian Kepadatan Ringan
untuk Tanah.
SNI 03-1743-1989 (AASHTO T 180-90) : Metode Pengujian Kepadatan Berat
Untuk Tanah
SNI 03-2828-1992 (AASHTO T 191-86) : Metode Pengujian Kepadatan
Lapangan Dengan Alat
Konus Pasir
SNI 03=1744=1989 (AASHTO T 193=81) : Metode Pengujian CBR
Laboratorium

AASHTO :
AASHTO T 145=73 : Classification of soils and aggregate Mix Tures for
Highway Construction Purpose
AASHTO T 258=78 : Determining Expansive soils and Remedial Action

4. Pengajuan Kesiapan Kerja


4.1. Untuk setiap timbunan yang akan diserah terimakan, penyedia harus
menyerahkan pengajuan kesiapan di bawah ini kepada Direksi Pekerjaan.
a) Gambar detail penampang melintang yang menunjukkan permukaan
yang telah disiapkan untuk penghamparan timbunan.
b) Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan pada
permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan dihampar
cukup memadai.
4.2. Penyedia harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan
paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk Penggunaan
pertama kalinya sebagai bahan timbunan :
a. Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu contoh
harus disimpan oleh Direksi Pekerjaan untuk rujukan selama periode
kontrak.
b. Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang di usulkan
untuk bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian
laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan tersebut
memenuhi ketentuan yang disyaratkan.

5. Kondisi Tempat Kerja


5.1. Penyedia harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering
sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan selama
pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup. untuk
membantu drainase pada timbunan akibat curahan air hujan dan juga harus
menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Bilaman
memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam
system drainase permanen.
5.2. Penyedia harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup Untuk
pengendalian kadar air timbunan selama operasi peng hamparan dan
pemadatan.
6. Perbaikan Timbunan
6.1. Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan harus
diperbaiki dengan menggemburkan permukaanya dan membuang atau
menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan
pembentukan dan pemadatan kembali.
6.2. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam Hal batas-batas kadar
airnya yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan,
harus diperbaiki dengan menggaru bahan kembali, dilanjutkan dengan
menggunakan “motor grader” atau peralatan lain yang disetujui.
6.3. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam
batas-batas kadar air yang disyaratkan atau seperti yang disyaratkan Direksi
Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut dengan
penggunaan motor grader atau alat lainnya secara berulang- ulang dengan
selang waktu istirahat selama penanganan dalam cuaca cerah. Alternatif
lain, bilamana pengeringan yang idak memadai tidak dapat dicapai
menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut, Direksi pekerjaan dapat
memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti
dengan bahan kering yang lebih cocok.
6.4. Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan
dalam spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau hal lain,
biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan
dan permukaan masih memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi ini.
6.5. Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan sifat-
sifat bahan dari spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi kepadatan tambahan, penggemburan
yang diikuti dengan penyesuainan kadar air dan pemadatan kembali, atau
pembuangan dan penggantian bahan.
6.6. Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi lembek
setelah pekerjan tersebut selesai dikerjaan dan diterima oleh Direksi
Pekerjaan haruslah seperti yang disyaratkan dari Spesifikasi ini.

7. Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian


Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan
atau lainnya, harus secepatnya ditutup kembali oleh penyedia dan dipadatkan
sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyarakan oleh
Spesifikasi ini.

8. Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja


Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan,
dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air
bahan berada di luar rentang yang disyaratkan.

B. BAHAN
1. Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai
dengan “Bahan dan Penyimpanan” dari Spesifikasi ini.

2. Timbunan Bahan
2.1. Timbunan yang diklasifikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari
bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan
dalam pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dalam Spesifikasi
ini.
2.2. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak temasuk tanah yang berplastisitas
tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145
atau sebagai CH menurut “Unified atau Casagrande soil Classfication
System”. Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat
dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar
dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan
daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah platis seperti itu
sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di
bawah bagian dasar. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan ini
bila diuji dengan SNI 03- 1744-1989, hurus memiliki CBR tidak kurang
dari 6 % setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan
kering maksimum (MMD) seperti yang ditentukan oleh SNI
031742=1989.
2.3. Tanah sangat expansive yang memiliki sifat lebih besar dari 1,25 atau
derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258
sebagi “very high”, tidak boleh digunakan bahan timbunan. Nilai aktif
adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI= (SNI 03-1966-
1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).

3. Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa


Bahan timbunan pilihan diatas tanah rawa haruslah pasir kerikil atau bahan
berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.

C. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN


1. Penyiapan Tempat Kerja
1.1. Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang
tidak diperlukan harus dibuang sebagai mana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
1.2. Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan
harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau
pembasahan bila diperlukan ), sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar
pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang di
tempatkan diatasnya.
1.3. Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan
di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus
dipotong bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkin
peralatan pemadat dapat beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti
timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.

2. Penghamparan Timbunan
2.1. Timbunan harus ditempatkan dipermukaan yang telah disiapkan dan dalam
lapisan yang merata, dan bilamana dipadatkan akan memenuhi toleransi
tebal lapisan yang disyaratkan. Bilama timbunan dihampar lebih satu lapis,
lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama
tebalnya.
2.2. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke
permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak
diperkenankan, terutama selama musim hujan.

3. Pemadatan Timbunan
3.1. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, lapis demi lapis
harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui
Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
3.2. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air
bahan berada dalam rentang 3 % di bawah air optimum sampai 1 % diatas
kadar air optimum. Kadar optimum harus didefinisikan sebagai kadar air
pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
3.3. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal
20 cm dari bahan bergradisi dan tidak mengandung batu yang lebih besar
dari 5 cm serta mampu mengisi rongga - rongga batu pada bagian atas
timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai
mencapai kepadatan timbunan tanah.
3.4. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatan dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan
sebelum lapisan berikutnya dihampar.
3.5. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke
arah sumbu area timbunan sehingga setiap ruas akan menerima jumlah
pemadatan yang sama.
3.6. Bilamana bahan timbunan pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau
struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar
timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang sama.
3.7. Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi
abutment, tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala
gorong-gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur
tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat menyebabkan
bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada stuktur.
3.8. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gambar
tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis
atau timbris (tamper) manual dengan berat maksimum 10 kg.

D. JAMINAN MUTU
1. Pengendalian Mutu Bahan
1.1. Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan
awal mutu bahan akan ditetapkan oleh direksi Pekerjaan, dan harus
mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dengan paling sedikit tiga
contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili
rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
1.2. Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan harus rutin
dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke
lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, dan untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang
diperoleh dari setiap sumber bahan, harus dilakukan suatu pengujian Nilai
Aktif, seperti yang disyaratkan.

2. Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah


2.1. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar
harus dipadatkan samapi 95 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih
dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan !”, kepadatan kering
maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran
lebih (oversize) tersebut yang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
2.2. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai dengan 100% dari kepadatan kering maksimum
yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
2.3. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap
pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka
Kontraktor harus memperbaiki pekerjaan tersebut. Untuk timbunan, paling
sedikit satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk
setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang dihampar.
3. Percobaan Pemadatan
Penyedia harus bertanggung jawab dalam memilih dan peralatan untuk
mencapai kepadatan yang disyaratkan. Bilaman Penyedia tidak sanggup
mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus
diikuti :

Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan


peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai,
sehingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini
selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis
peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

E. PENGUKURAN TIMBUNAN

1. Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan


sesuai yang diperlukan. Volume yang diukur harus berdasarkan gambar
penampang melintang profil tanah asli yang disetujui atau profil galian
sebelum setiap timbunan ditempatkan dan sesuai dengan garis, kelandain
dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan disetujui oleh
direksi. Metode perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang
ujung, dengan menggunakan penampang melintang pekerjaan yang
berselang jarak tidak lebih dari 25 m.
2. Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang
disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai
akibat penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng lama
atau sebagai akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan
kedalam volume terpasang kecuali bila

a. Timbunan yang diperlukan untuk mengganti bahan tidak memenuhi


ketentuan atau bahan yang lunak sesuai spesifikasi ini, atau untuk
mengganti batu atau bahan Keras lainnya yang digali.
b. Timbunan bahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang
tidak stabil atau gagal bilamana Kontraktor tidak dianggap
bertanggung jawab.
c. Bila timbunan akan ditempatkan di atas tanah rawa yang didapat
diperkirakan terjadinya konsolidasi tanah asli. Dalam kondisi demikian
maka timbunan akan diukur untuk pembayaran dengan salah satu
cara yang ditentukan menurut pendapat Direksi Pekerjaan ini:

• Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur penurunan


(settlement ) yang harus ditempatkan dan diamati besama oleh
Direksi Pekerjaan dengan Konraktor. Kuantitas timbunan dapat
ditentukan berdasarkan elevasi tanah asli setelah penurunan
(settlement ). Dan catatan penurunan (settlement) ini harus
didokumentasikan dengan baik.

• Dengan volume gembur yang diukur pada kendaraan


pengangkut sebelum pembongkaran muatan dilokasi
penimbunan. Kuantitas timbunan dapat ditentukan berdasarkan
penjumlahan kuantitas bahan yang dipasok, yang diukur dan
dicatat oleh Direksi Pekerjaan, setelah bahan di atas bak truk
diratakan sesuai dengan bidang datar horizontal yang sejajar
dengan tepi-tepi bak truk. Pengukuran dengan cara ini akan
diperkenankan bilamana kuantitas tersebut telah disahkan oleh
Direksi Pekerjaan.

3. Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan,


atau untuk mengubur bahan sisa atau tidak terpakai, atau untuk menutup
sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran timbunan.

4. Kuantitas yang diukur untuk timbunan batu pilihan harus dalam jumlah
meter kubik atau ton, diukur di lapangan, dari jenis yang ditunjukkan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga, disediakan, dipasang, dan diterima, tidak
termasuk galian. Pengukuran dalam volume atau tonase akan ditentukan
oleh Direksi Pekerjaan.

PASAL 2. PEKERJAAN PENGASPALAN

3.1. Umum
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan pemasangan material aspal dari AMP
sampai pada permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk penghamparan
Pelaburan Aspal atau Lapisan Campuran aspal. Pada umumnya lapis Resap Pengikat
harus digunakan pada permukaan bukan beraspal (lapis pondasi agregat/batu
pecahan), sedangkan Lapis Perekat harus digunakan pada permukaan yang beraspal
(lapis Aspal beton / AC, ATB, dan lain-lain). Untuk pekerjaan ini, pengaspalan
dimaksudkan untuk pekerjaan pengaspalan lapisan Hotmix setebal 3 cm di atas CTSB
yang telah dipadatkan.

3.2. Standar Untuk Rujukan ( AASTHO )


ASSHTO M 81-75 Aspal yang dilarutkan (cut-back Asphalt) – tipe yang
pengeringannya cepat
ASSHTO M 82-75 Aspal yang dilarutkan (cut-back Asphalt) -
tipe yang pengeringannya sedang
ASSHTO M 140-70 Aspal emulsi (aspal yang diemulsi dengan air)
ASSHTO M 208-72 Aspal emulsi tipe Kationik
ASSHTO M 226-80 Viskositas Aspal semen
ASSHTO T 179-76 Pengaruh dari panas dan udara pada material aspal
(Pengujian lapisan tipis aspal dalam oven).
B.S. 3403 Tachometer industry

T 49 – 76 : Penetrasi dari material aspal


T 50 – 76 : Pengujian daya apung dari material aspal
T 96 – 77 : Daya tahan terhadap gerusan dari agregat kasar berukuran kecil
dengan menggunakan Mesin Los Angeles
T 104 – 77 : Kelapukan Agregat menggunakan Sodium Sulfat atau Magnesium
Sulfat
T 164 – 76 : Quantitative Extraction dari Aspal dalam Campuran Perkerasan Aspal
T 165 – 77 : Pengaruh dari air pada kohesi campuran aspal yang dipadatkan
T 176 – 73 : Plastisitas Partikel Halus Agregat bergradasi dan tanah menggunakan
pengujian Ekuivalen pasir
T 166 – 78 : Berat isi dari campuran aspal yang dipadatkan
T 168 – 55 : Pengambilan campuran perkerasan aspal
T 170 – 73 : Memperoleh kembali aspal dari larutan dengan metode Abson
T 179 – 76 : Pengaruh panas dan udara pada material aspal ( pengujian lapisan
tipis dengan oven / tungku )
T 182 – 70 : Penyelaputan dan pengelupasan aspal pada campuran agregat
T 209 – 74 : Berat jenis maksimum dari campuran perkerasan Aspal
T 245 – 78 : Daya tahan terhadap leleh (flow) plastis dari campuran aspal
menggunakan peralatan Marshall
M 17 – 77 : Bahan pengisi (filler) mineral untuk campuran perkerasan aspal
M 20 – 70 : Tingkat penetrasi Aspal Semen
M 226 – 78 : Tingkat kekentalan (viscosity) aspal

3.3. Persiapan
1) Pekerjaan Pengukuran
Kontraktor Pelaksana diwajibkan melakukan pengukuran sebagai berikut :
a) Titik awal Proyek
Titik tetap yang dipasang pada awal survei yang berfungsi sebagai titik awal
pada route survei ditandai dengan Sta 0+000. Pada titik awal proyek ini juga
harus dipasang BM ganda yang mengapit titik awal proyek, titik referensinya
diambil dari BM yang telah ditentukan dalam gambar.

b) Titik akhir Proyek


Titik tetap yang dipasang pada akhir survei yang berfungsi sebagai titik akhir
pada route survei ditandai dengan Sta ………. Pada titik akhir proyek ini juga
harus dipasang BM ganda yang mengapit titik akhir proyek.

Pengukuran penampang melintang.


Bentuk penampang melintang (cross section), yang mana dapat dipakai
sebagai batasan ≥ 150 m (masing-masing 75 m ke arah kiri dan kanan sumbu
jalan rencana pada jalan lurus).

Apabila lokasi rencana trase jalan yang akan disurvei pada umumnya berupa
semak, maka perlu dilakukan perintisan agar titik-titik bantu yang akan
dipasang mudah terlihat. Dalam melakukan perintisan ini sekaligus
melakukan penandaan jarak dengan patok-patok kayu sesuai dengan
kebutuhan. Jarak antara patok ini maksimal 50 m.

Alat ukur yang digunakan menggunakan T0 dengan ketelitian yang diijinkan


± 10º.

2) Drainage
Cakupan pekerjaan ini adalah pembuatan saluran tepi (side ditch) dan saluran
penangkap (catch ditch), gorong-gorong (culvert), yang merupakan drainase
permukaan dibuat untuk mengendalikan air (limpasan) permukaan akibat hujan.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat saluran sebagai berikut :
a) Ketinggian akhir dari dasar selokan harus tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm
dari yang dipersyaratkan atau disetujui pada tiap titik, dan harus cukup halus
dan merata untuk menjamin aliran yang bebas dari air tanpa tergenang pada
saat aliran yang kecil.
b) Bahan yang digunakan :
a. Batu Kali
b. Semen Portland Jenis I
c. Pasir Pasang
d. Campuran spesi yang digunakan 1Pc : 4 Ps

3) Pekerjaan Pemadatan Tanah Dasar


Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam
rentang 3% kurang dari kadar air optimum sampai 1 % lebih dari kadar air
optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh
kepadatan kering maximum ”modified” yang ditentukan oleh AASHTO T180.
Metoda D.
a) Operasi penggilasan harus dimulai sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi
sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber-
“super elevasi”, penggilasan harus dimulai pada bagian rendah dan bergerak
sedikit demi sedikit ke arah bagian yang tinggi. Operasi penggilasan harus
dilanjutkan sampai seluruh bekas mesin gilas menjadi tak tampak dan lapis
tersebut terpadatkan merata.
b) Bahan dan Alat :
a. Sheep Foot roller atau Vibration Roller Compactor
b. Water tank truck
c. Dump Truck

4) Pembatasan oleh Cuaca dan Musim


Lapisan Resap Pengikat harus dipasang hanya pada permukaan yang kering atau
sedikit lembab, dan lapis perekat harus dipasang hanya pada permukaan yang
benar-benar kering. Pemasangan Lapis Resap Pengikat atau Lapis perekat harus
tidak dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan, kecuali
mendapat persetujuan lain dari Pengawas proyek. Pekerjaan pemasangan
Lapisan Resap Pengikat harus dilakukan selama musim kering.

5) Kualitas Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan Yang Tidak Memuaskan


a) Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang
dilapis dan tampak merata, tanpa lokasi yang tidak tertutup atau beralur atau
berlebihan aspalnya.
b) Dalam hal lapis perekat permukaan harus mempunyai daya lekat yang cukup
pada waktu pengerjaan, pelapisan ulang. Untuk penampilan yang kelihatan
bintik-bintik timbul dari bahan pengikat yang didistribusi sebagai butir-butir
tersendiri boleh diterima untuk lapis perekat yang lebih ringan asalkan
penampilannya kelihatan rata dan keseluruhan takaran pemakaiannya benar.
c) Dalam hal lapis resap pengikat, setelah pengeringan selama 4 (empat) hingga
6 (enam) jam, bahan pengikat harus telah meresap ke dalam lapis pondasi,
meninggalkan sebagai bahan pengikat untuk menunjukkan bahwa
permukaannya berwarna hitam atau abu-abu tua yang merata dan tidak
porous. Tekstur untuk permukaan lapis pondasi agregat, harus rapi dan harus
tidak ada genangan atau lapisan tipis bahan pengikat atau bahan pengikat
yang bercampur dengan agregat halus yang cukup tebal harus dikikis dengan
pisau.
d) Perbaikan dari lapis resap pengikat dan lapis perekat yang tidak memuaskan
harus seperti diperintahkan oleh Pengawas proyek dan termasuk
pembuangan bahan lebihan, penggunaan agregat penutup, atau pengeringan
pelapisan tambahan seperlunya. Lubang kecil dari lapis resap harus ditutup
dengan segera menurut Pengawas proyek mungkin memerintahkan lubang
yang besar atau kerusakan lain dibongkar dengan penggaruk dan dipadatkan
kembali atau penggantian lapisan pondasi diikuti oleh pengerjaan kembali
lapis resap pengikat.
3.4. Material
Bahan-bahan untuk lapis perekat
Bahan aspal untuk lapis perekat harus salah satu dari yang di bawah ini, seperti yang
ditentukan oleh Pengawas proyek. Salah satu jenis aspal semen AC-10 atau AC-20
yang memenuhi AASHTO M226-80, diencerkan dengan 25 sampai 30 bagian minyak
tanah per 100 bagian aspal.

3.5. Bahan dan Peralatan :


1. Asphalt distributor
2. Asphalt finisher
3. Asphalt Mixing Plan
4. Wheel loader
5. Compressor
6. Asphalt pen 60/70
7. Tandem Roller
8. AMP
9. Dump Truck
10. Pneumatic Tired Roller
11. Alat bantu
12. Laboratorium lapangan

3.6. Pelaksanaan Pekerjaan


1) Penyiapan permukaan yang akan disemprot aspal
a) Apabila pekerjaan lapis perekat akan dilaksanakan pada perkerasan jalan
yang ada atau permukaan bahu, semua kerusakan perkerasan atau bahu
harus diperbaiki menurut spesifikasi ini.
b) Apabila pekerjaan lapis perekat akan dilaksanakan pada perkerasan jalan
atau permukaan bahu yang baru, perkerasan atau bahu itu harus telah selesai
dikerjakan sepenuhnya, yang sesuai dengan lokasi dan jenis permukaan baru
itu.
c) Permukaan yang akan dilapisi itu harus dipelihara menurut standar-standar
(a) dan (b) di atas sehingga pekerjaan pelapisan dilaksanakan.
d) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, debu dan bahan kotoran lainnya harus
disingkirkan terlebih dahulu dari permukaan dengan memakai sikat mekanis
atau semprotan angin atau kombinasi kedua-duanya. Jika pemakaian alat ini
tidak menghasilkan permukaan bersih yang rata maka bagian-bagian yang
belum bersih harus dibersihkan lagi dengan sapu ijuk.
e) Pembersihan harus dilanjutkan / melewati 20 cm dari tepi bidang yang akan
disemprot.
f) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan
dari permukaan memakai penggaruk baja atau dengan cara lainnya yang
telah disetujui atau sesuai dengan perintah Pengawas proyek dan bagian
yang telah digaruk tersebut harus dicuci dengan air dan disapu.
g) Untuk pelaksana lapis resap pengikat di atas lapis pondasi agregat kelas A,
permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat, bermosaik agregat
kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat kasar dan
halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan
diterima.
h) Pekerjaan pengaspalan tak dapat sama sekali dimulai, sebelum perkerasan
benar-benar telah dipersiapkan sampai memuaskan Pengawas proyek.

2) Takaran dan Temperatur Pemakaian dari Material Aspal


a) Kontraktor harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan
Pengawas proyek untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat dan
percobaan tersebut akan diulangi, sebagaimana diperintahkan oleh
Pengawas proyek, bila tipe dari permukaan yang akan dilapis, atau jenis dari
material aspal berubah. Biasanya, takaran pemakaian yang didapatkan akan
berada dalam batas-batas sebagai berikut :
Lapis resap Pengikat : 0.4 sampai 1.3 liter per meter persegi untuk
pondasi Agregat Kelas A, dan 0.2 sampai
1.0 liter per meter persegi untuk pondasi
Tanah Semen.
Lapis resap : Sesuai dengan jenis permukaan yang akan
menerima pelapisan dan jenis bahan
pengikat yang akan dipakai. Lihat Tabel
untuk jenis takaran pemakaian Lapis
pengikat.

3.7. Pembatasan oleh Cuaca


1) Campuran hanya bisa dihampar bila permukaannya kering, bila tidak akan hujan
dan bila dengan Persyaratan Sifat Campuran Aspal.
2) Campuran aspal harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Catatan:

1. Apabila di lapangan terdapat pekerjaan yang belum diatur dalam pasal RKS ini,
Kontraktor/Sub Kontraktor diwajibkan segera menghubungi Pengawas/Direksi lapangan
untuk koordinasi lebih lanjut.
2. Apabila di lapangan terdapat kendala dalam pelaksanaan dan atau terjadi
kekurangpahaman terhadap pasal-pasal yang dicantumkan di dalam RKS ini,
Kontraktor/Sub Kontraktor diwajibkan segera menghubungi Pengawas/Direksi lapangan
untuk koordinasi lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai