Anda di halaman 1dari 7

SPESIF IK AS I

METODE PELAKSANAAN

Paket Pekerjaan Konstruksi :

PRESERVASI JALAN DAN JEMBATAN TARENGGE – KAYULANGI –


BTS. SULTENG

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN 2.5 PROV. SULAWESI SELATAN SATUAN

KERJA PELAKSANAAN JALAN NASIONAL


WILAYAH II PROV. SULAWESI SELATAN

PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN


ANGGARAN 2022
SPESIFIKASI METODE PELAKSANAAN

PRESERVASI JALAN DAN JEMBATAN TARENGGE –


KAYULANGI – BTS. SULTENG

Metode pelaksanaan untuk pekerjaan utama yang dilaksanakan pada paket


Preservasi Jalan dan Jembatan Tarengge – Kayulangi – Bts. Sulteng merujuk pada Spesifikasi
Umum 2018 Revisi 2 untuk pekerjaan Kontruksi Jalan dan Jembatan dengan ringkasan
uraian sebagai berikut:

1. Galian Biasa
Metode Pelaksanaan
1. Penggalian tanah dilaksanakan menurut kelandaian, garis dan elevasi yang ditentukan
dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan mencakup pembuangan
material/bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata,
beton, pasangan batu, bahan organik dan bahan perkerasan lama yang sudah tidak
dipakai lagi.
2. Penggalian tanah dilakukan dengan alat berat yaitu Excavator untuk daerah galian tanah
yang dalam. Untuk lahan/daerah yang tidak bisa dijangkau oleh alat berat, lakukan
penggalian secara manual.
3. Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng galian dijaga tetap stabil.
4. Muat hasil galian ke atas Dump Truck, angkut dan buang hasil galian tersebut keluar
area/lokasi kerja.
5. Semua galian terbuka harus diberi rambu peringantan dan penghalang (Barikade) yang
cukup untuk mencegah tenaga kerja atau orang lain terjatuh.
6. Ratakan buangan hasil galian/tanah.
7. Lakukan penggalian dan pembuangan secara berulang, sampai batas galian dan elevasi
yang sudah ditentukan.
8. Permukaan lereng hasil galian/pemotongan agar diusahakan dalam keadaan stabil.

2. Laston Lapis Antara (AC-WC)


Campuran beraspal (AC-WC) adalah campuran panas antara Agregat dengan bahan pengikat
asphalt keras pen 60 bergradasi rapat, yang dicampur di unit pencampuran Asphalt (UPA),
dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu, dengan ketebalan
padat 4 cm
Metode Pelaksanaan
Lokasi pekerjaan ini akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan bersama-sama kontraktor
/ penyedia jasa pada saat dilakukan rekayasa lapangan (field engineering) pada periode
mobilisasi;
1. Pekerjaan ini akan dilaksanakan dengan jadwal sedini mungkin (periode mobilisasi)
sehingga dapat memaksimumkan keuntungan bagi pemakai jalan.
2. Bahan yang digunakan adalah berupa campuran aspal panas spesifikasi Teknik (yang
disetujui Direksi Pekerjaan) yang diproduksi di base camp Jenis campuran aspal panas
yang digunakan adalah AC WC;
3. Agregat yang digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar campuran beraspal
yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumusan yang memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam tabel 6.3.3 1a sampai dengan tabel 6.3.3.1d. agregat tidak boleh
digunakan sebelum disetujui terlebih dahului oleh pengawas pekerjaan;
4. Wheel Loader memuat dari Stock File ke Hot Bin, untuk mencegah penyimpangan gradasi
dan overflow lalu dicampur dengan pada unit pencampuran asphalt dengan komposisi yang
telah disetujui dump truck membawa campuran asphalt panas kelokasi pekerjaan.
Campuran dihampar dengan menggunakan Asphalt Finisher, kemudian pemadatan awal
oleh Tandem Roller, pemadatan utama oleh Type Roller dan pemadatan akhir kembali
dengan Tandem Roller . lintasan pemadatan dilakukan sesuai jumlah lintasan yang telah
disetujui. Semua rentang suhu yang disyaratkan selama proses ini harus tetap dijaga untuk
mendapatkan kepadatan yang optimum. Selama penghamparan, sekelompok pekerja akan
merapihkan tepian sambungan hamparan secara manual, sebagian lagi bertugas mengatur
lalu lintas yang lewat.
5. Peralatan yang digunakan adalah : Wheel Loader, Asphalt Mixing Plant + Genset, Asphalt
Finisher, Tandem Roller, Pneumatic Type Roller, Dump Truck, dan alat bantu.

3. Beton Struktur fc’20 Mpa dan fc’30 Mpa


Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang setara, agregat halus,
agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat.
Metode Pelaksanaan
1. Lokasi pekerjaan ini akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan bersama-sama
kontraktor penyedia jasa pada saat dilakukan rekayasa lapangan (field engineering pada
periode mobilisasi.
2. Pekerjaan ini akan dilaksanakan dengan jadwal sedini mungkin
3. Bahan yang diterima harus diperiksa oleh direksi pengawas dengan mengecek kesesuaian
ketetentuan persyaratan bahan pada pasal 7.1.2.
4. Pekerjaan beton bervolume besar memerlukan pengendalian temperatur beton.
5. Seluruh pekerjaan beton harus memenuhi kelecakan (workability di nyatakan dengan
slump), kekuatan (dinyatakan dengan kuat tekan, strength, dan keawetan durability,
dinyatakan dengan ketahanan terhadap cuaca, abrasi, kekedapan dan kimia) yang
dibutuhkan seb gaimana disyaratkan.
6. Seluruh komponen bahan beton harus di takar menurut berat
7. Beton harus di campur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dengan cara mengisi
alat pencampur dengan agregat dan air yang telah ditakar sebelum memasukkan seman.
Perhatikan durasi waktu pencampuran atau sesuai yang disyaratkan dalam Spesifikasi
Teknik 2018 (7.1.3)
8. Segera sebelum pengecoran dimuai acuan harus di basahi dengan air. Pelaksanaan
pengecoran harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai pekerjaan selesai.
9. Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa sehingga campuran beton
tatap dalam kondisi masih plastis.

4. Lapis Pondasi Agregat Kelas A


Lapisan pondasi Agregat Klas A, biasa kita kenal dengan LPA, digunakan sebagai lapis
pondasi atas, dilaksanakan menyebar sepanjang jalan.
Metode Pelaksanaan
1. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dulu request dan diserahkan kepada
direksi untuk disetujui.
2. Material lapis pondasi berbutir agregat kelas A tersebut akan disiapkan/dicampur
dengan bantuan menggunakan wheel loader dilokasi base camp supplier dan
apabila campuran telah memenuhi persyaratan spesifikasi dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka bahan tersebut akan diangkut dengan menggunakan dump truck ke lokasi
pekerjaan.
3. Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan
lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki
terlebih dahulu sesuai dengan Spesifikasi
4. Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan
lama atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi yang disiapkan, maka
lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya.
5. Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat, sesuai dengan
butir (1) dan (2) di atas, harus disiapkan dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi Pekerjaan paling sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir lokasi
penghamparan Lapis Pondasi pada setiap saat. Untuk perbaikan tempat-tempat yang
kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh formasi itu harus disiapkan dan disetujui
sebelum lapis pondasi agregat dihampar.
6. Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang merata
dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan dalam spesifikasi
umum. Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
7. Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang
disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus.
Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan
yang bergradasi baik.
8. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran
terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20
cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
9. Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan
menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum
modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 1743 : 2008, metode D.
10. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3
% di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar air
optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum
modifikasi (modified) yang ditentukan oleh SNI 1743 : 2008, metode D.
11. Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit
ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber”superelevasi”,
penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit
ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh
bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.

Proses pelaksanaan pondasi agregat harus benar- benar dilakukan sesuai dengan prosedur
karena sangat berpengaruh terhadap kualitas badan jalan.

5. Lapis Pondasi Agregat Kelas S


Lapis pondasi agregat kelas S adalah perkerasan berbutir yang digunakan sebagai bahu jalan.
Bahu jalan terletak di tepi kanan dan kiri badan jalan.
Metode Pelaksanaan Agregat Kelas S
Pelaksanaan lapis pondasi agregat kelas S biasa dilakukan setelah perkerasan aspal AC-WC.
Berikut metode pelaksanaan yang biasa dilakukan.
1. Blending material mulai dari fraksi 1 dan 2 sesuai komposisi JMF. Blending bisa
menggunakan alat blending plant. Jika tidak tersedia, blending bisa menggunakan excavtor
maupun wheel loader
2. Proses pengangkutan dari stockpile menuju lokasi penghamparan menggunakan dump
truck.
3. Penghamparan agregat menggunakan Motor Grader disesuaikan dengan kemiringan bahu
jalan.
4. Proses pemadatan menggunakan alat berat vibro roller. Pada saat pemadatan perlu
menjaga kadar air. Oleh karena itu perlu dilakukan penyiraman menggunakan truck water
tank.
5. Pengujian ketebalan LPS atau tes spit
6. Pengujian kepadatan agregat menggunakan metode sand cone. Tingkat kepadatan sampai
100%.

6. Baja Tulangan Sirip BjTS 420A


Metode Pelaksanaan
1. Terkecuali d itentukan lain oleh P engawas Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus
dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur SNI 03-6816-2002,
menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan,
bengkokan -bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin
bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terla luberubah banyak
2. Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkok-kan
dengan mesin pembengkok.
3. Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran,
lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi
atau merusak pelekatan dengan beton.
4. Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebu-tuhan
selimut beton minimum yang disyaratkan dalam Pasal 7.3.1.5) di atas, atau seperti yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
5. Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup)
terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
6. Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada
Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada Gambar,
tidak akan diizinkan tanpa persetujuan tertulis dari Pengawas Pekerjaan. Setiap
penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan
setiap batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada
titik dengan tegangan tarik minimum.
7. Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang tindih
minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada
ujungnya.
8. Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam Gambar atau
secara khusus diizinkan oleh Pengawas Pekerjaan secara tertulis. Bilamana Pengawas
Pekerjaan menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini
adalah sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari
AWS Dl.4/Dl.4M:2011. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak diperkenankan.
9. Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton sehingga
tidak akan terekspos.
10. Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan bagian
tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman. Anyaman harus
dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan, dan harus dihentikan pada
sambungan antara pelat.

7. Pasangan Batu Mortar


Metode Pelaksanaan
1. Penggalian, penimbunan dan pemengkasan harus dilakukan untuk membentuk selokan
baru sehingga memenuhi kelandaian yang diutunjukkan dalam gambar yang disetjui dan
dilaksanakan sesuai yang disyaratkan dalam spesifikasi umum 2018 revisi 2 seksi 2.2.
2. Seluruh bahan hasil galian harus dibuang dan diratakan.
3. Pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan pemasangan bouwplank
4. Bahan material ditempatkan tidak jauh dan mudah dijangkau dari lokasi pekerjaan.
5. Pembuatan galian untuk pasangan batu sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar
rencana. Pekerjaan dapat dilakukan secara manual atau menggunakan alat berat untuk
menggali seperti excavator.
6. Dasar galian dibuat rata dan diberi landasan dari adukan semen dengan pasir setebal
minimal 3 cm sebelum meletakkan batu pada lapisan yang pertama.
7. Batu dengan ukuran yang besar diletakkan pada lapisan dasar atau lapisan yang pertama
dan pada sudut sudut dari pasangan batu tersebut.
8. Batu dipasang dengan muka terpanjang secara mendatar dan untuk muka batu yang
tampak atau berada paling luar dipasang sejajar dengan muka dinding batu yang
terpasang.
9. Batu yang digunakan dibersihkan dan dibasahi sampai merata selama beberapa saat agar
air dapat meresap
10. Setiap rongga atau celah antar batu diisi dengan bahan adukan dari semen dan pasir
sesuai dengan komposisi campuran yang ditentukan. Bahan adukan atau mortar disiapkan
menggunakan alat concrete mixer.
11. Pelastera dilakukan setelah pasanagan batu selesai dilaksanakan.
8. Bronjong dengan kawat yang dilapisi Galvanis
Bronjong adalah suatu konstruksi dasar yang digunakan untuk mengatasi longsor akibat
pergeseran tanah dan erosi akibat gerusan air.
Metode Pelaksanaan
1. Galian harus memenuhi ketentuan dari Seksi 3.1, Galian, termasuk kunci pada tumit yang
diperlukan untuk pasangan batu kosong dan bronjong. Landasan harus dipasang sesuai
dengan Pasal 2.4.3 dari Spesifikasi. Seluruh permukaan yang disiapkan harus disetujui
oleh Pengawas Pekerjaan sebelum penempatan pasangan batu kosong atau bronjong.
2. Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat untuk memperoleh bentuk serta
posisi yang benar dengan menggunakan batang penarik atau ulir penarik kecil sebelum
pengisian batu ke dalam kawat bronjong. Sambungan antara keranjang haruslah sekuat
seperti anyaman itu sendiri. Setiap segi enam harus menerima paling sedikit dua lilitan
kawat pengikat dan kerangka bronjong antara segi enam tepi paling sedikit satu lilitan.
Paling sedikit 15 cm kawat pengikat harus ditinggalkan sesudah pengikatan terakhir dan
dibengkokkan ke dalam keranjang.
3. Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan maksimum dan
rongga seminimal mungkin. Bilamana tiap bronjong telah diisi setengah dari tingginya,
dua kawat pengaku horinsontal dari muka ke belakang harus dipasang. Keranjang
selanjutnya diisi sedikit berlebihan agar terjadi penumnan (settlement). Sisi luar batu yang
berhadapan dengan kawat harus mempunyai permukaan yang rata dan bertumpu pada
anyaman.
4. Setelah pengisian, tepi dari tutup harus dibentangkan dengan batang penarik atau ulir
penarik pada permukaan atasnya dan diikat.
5. Bilamana keranjang dipasang satu di atas yang lainnya, sambungan vertikal harus dibuat
berselang seling.

9. Galian Perkerasan Beraspal tanpa Cold Milling Machine


a. Daerah lapisan perkerasan yang telah mengalami kerusakan ditandai kemudian Lapisan
perkerasan dibongkar dengan menggunakan Jack Hammer dan selanjutnya hasil bongkaran di
muat kedalam dump truk.
b. Akibat dari pelaksanaan penggalian maka t material yang rusak atau lepas yang harus dipadatkan
atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok sesuai petunjuk pengawas
pekerjaan.

10. Campuran Aspal Panas


Pekerjaan ini diasumsikan sebagai pekerjaan pengembalian kondisi perkerasan yang telah
rusak (lubang-lubang, deformasi dll).
Metode Pelaksanaan
a. Lokasi pekerjaan ini akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan bersama-sama
kontraktor penyedia jasa pada saat dilakukan rekayasa lapangan (field engineering pada
periode mobilisasi.
b. Pekerjaan ini akan dilaksanakan dengan jadwal sedini mungkin (periode mobilisasi)
sehingga dapat memaksimumkan keuntungan bagi pemakai jalan.
c. Bahan yang digunakan adalah berupa campuran aspal panas (yang disetujui Direksi
Pekerjaan) yang diproduksi di base camp.
d. Jenis campuran aspal panas yang digunakan adalah sesuai bahan disekeliling lokasi lubang
(kerusakan aspal) yang akan diperbaiki.
e. Metode kerja untuk pekerjaan campuran aspal untuk pekerjaan penunjang
antaralain:
- Pasang rambu-rambu lalu lintas.
- Marking lokasi pekerjaan.
- Gali lokasi dilakukan dengan asphalt cutter, jack hammer dan air compressor
(penggalian berbentuk segi empat dengan sisi-sisi yang sejajar dan tegak lurussumbu
jalan).
- Kemudian hasil galian diangkut dengan menggunakan dump truck ke luar
lokasipekerjaan
- Lakukan pemadatan dasar galian dengan menggunakan stamper.
- Lapisi tack coat diseluruh lokasi permukaan lubang.
- Masukkan bahan (campuran aspal panas) lapis per lapis dan lakukan pemadatandengan
mini vibro roller.
- Lakukan pemeriksaan elevasi / kerataan permukaan dengan menggunakan mistar
(straightedge).
- Bila diperlukan dan telah disetujui Direksi Pekerjaan lakukan pembersihan.

- Pelaksanaan galian akan dilakukan dengan menggunakan peralatan cold


milling machine, jack hammer + air compressor + asphalt cutter digunakan
untuk membongkar lapisan aspal yang tidak dapat dibongkar dengan alat cold
millin machine.
- Material hasil galian akan diangkut dengan menggunakan dump truck ke luar
lokasipekerjaan.

Secara garis besar pelaksanaan pekerjaan preservasi jalan dan jembatanTarengge –


Kayulangi – Bts. Sulteng terdiri dari proses persiapan, pelaksanaan dan pemeliharaan. Secara
umum, setiap proses/kegiatan dari tahapan tersebut harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Setiap proses/kegiatan harus dilengkapi dengan prosedur kerja, sistem perlindungan terhadap
pekerja, perlengkapan pengaman, dan rambu-rambu peringatan dan kewajiban pekerja
menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan potensi bahaya pada proses
tersebut

2. Setiap jenis proses/kegiatan pekerjaan yang berisiko tinggi, atau pekerjaan yang berisiko tinggi
pada keadaan yang berbeda, harus lebih dulu dilakukan analisis keselamatan pekerjaan (Job
Safety Analysis) dan tindakan pengendaliannya

3. Setiap proses/kegiatan yang berbahaya harus melalui prosedur izin kerja lebih dulu dari
penanggung-jawab proses dan Ahli K3 Konstruksi

4. Setiap proses dan kegiatan pekerjaan hanya boleh dilakukan oleh tenaga kerja dan/atau
operator yang telah terlatih dan telah mempunyai kompetensi untuk melaksanakan jenis
pekerjaan/tugasnya, termasuk kompetensi melaksanakan prosedur keselamatan konstruksi
yang sesuai pada jenis pekerjaan/tugasnya tersebut

5. Selama masa pelaksanaan kegiatan wajib menerapkan protokol kesehatan pencegahan


Covid-19

Adapun spesifikasi metode setiap item pekerjaan dan item pekerjaan lainnya merujuk
pada Spesifikasi Umum 2018 beserta revisinya (Revisi 2 terlampir).

Wotu, November 2021


Pejabat Pembuat Komitmen 2.5
Provinsi Sulawesi Selatan

Muh. Alamsyah. I. K, ST.


Nip. 19860205 201012 1 002

Anda mungkin juga menyukai