Anda di halaman 1dari 9

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Sub Kegiatan : Pemeliharaan Berkala Jalan


Pekerjaan : Pemeliharaan Jalan Lingkungan Kelurahaan Cipageran XV
Sumber Anggaran : APBD Kota Cimahi TA. 2021
Waktu Pelaksanaan : 21 (Dua Puluh Satu) Hari Kalender

URAIAN :
DIVISI 1. UMUM
 Mobilisasi & Demobilisasi
Sebelum memulai pekerjaan, atas persetujuan direksi terlebih
dahulu dilakukan mobilisasi alat yang digunakan dalam pekerjaan
pemeliharaan jalan baik pekerjaan hotmix maupun beton. Selain itu pada
pekerjaan persiapan awal ini yang paling penting adalah mempelajari situasi
lapangan dan melengkapi persyaratan yang sudah ditentukan dalam bestek,
untuk pertama pemasangan plang proyek selanjutnya memulai pengukuran
pada lokasi pekerjaan, yaitu berupa situasi, potongan memanjang, potongan
melintang, yang dituangkan dalam gambar, termasuk gambar konstruksi,
yang disesuaikan dengan lapangan, dan disertai dengan foto dokumentasi,
juga gambar-gambar kerja (shop Drawing). Pada bagian-bagian
konstruksi yang kurang jelas harus diperjelas. Kemudian perlu diadakan
koordinasi dengan pihak proyek beserta masyarakat setempat (pemuka
masyarakat setempat), guna dapat membicarakan masalah-masalah yang
mungkin timbul apabila pekerjaan ini dimulai, baik menyangkut teknis
maupun non teknis.

 Manajemen Dan Keselamatan Lalu Lintas


Dalam melaksanakan pekerjaan Peningkatan Jalan setiap tahapan
pekerjaan yang akan dilaksanakan mulai dari awal. Pelaksanaan Pekerjaan
sampai dengan akhir kegiatan di lapangan diusahakan tidak mengganggu
arus lalu lintas. Aktifitas arus lalu lintas yang terhambat akibat adanya
kegiatan proyek akan merugikan pengguna jalan raya.
- Menyiapkan perlengkapan keselamatan jalan selama periode
kontruksi sesuai ketentuan.
- Membuat rencana kerja manajemen lalu lintas sesuai schedule
pekerjaan dan dikoordinasikan dengan seluruh personil yang terkait.
- Mengatur secara tepat jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan
di lapangan.
- Memasang rambu-rambu di sekitar lokasi pekerjaan, dan
menempatkannya secara tepat dan benar.
- Menempatkan petugas pengatur lalu lintas untuk mengatur dan
mengarahkan arus lalu lintas.
Peralatan Keselamatan Lalu Lintas
- Rambu penghalang lalu lintas jenis plastik
- Rambu peringatan
- Peralatan komunikasi dan lainnya
Tenaga yang terdiri dari:
- Pekerja
- Koordinator
Pada saat pekerjaan, rambu-rambu diletakkan sepanjang daerah galian,
tujuannya agar lalu lintas tidak masuk atau terperosok ke dalam daerah
galian. Rambu-rambu yang dipasang haruslah mempunyai cat dengan
pantulan cahaya, guna menghindari kecelakaan di malam hari.

 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Seksi ini mencakup ketentuan-ketentuan penanganan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) konstruksi kepada setiap orang yang berada di tempat
kerja yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan
peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat
kerja. Sistem Manajemen K3 Konstruksi Penyedia Jasa harus membuat,
menerapkan, dan memelihara prosedur untuk identifikasi bahaya, penilaian
risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan sesuai dengan
Rencana K3 Konstruksi (RK3K) yang telah disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan sebagaimana dijelaskan dalam spesifikasi umum 2020.
Dalam melaksanakan pekerjaan Peningkatan Jalan setiap tahapan
pekerjaan yang akan dilaksanakan mulai dari awal. Pelaksanaan Pekerjaan
sampai dengan akhir kegiatan di lapangan prosedur K3 harus terus
diterapkan, untuk meminimalisir kemungkinan-kemungkinan akan
terjadinya kecelakaan kerja. Untuk kelancaran pekerjaan K3, penyedia jasa
harus menyediakan beberapa perlengkapan dalam kegiatan ini, seperti :
- Topi Pelindung (Safety Helmet)
- Sarung Tangan (Safety Gloves)
- Sepatu Keselamatan(safety Shoes)
- Rompi Keselamatan(Safety Fest)
Dan dalam masa sekarang dimana terdapat pandemi, maka pemerintah
menambahkan item pada K3 ini berdasarkan Instruksi Menteri (Inmen)
No.02/IN/M/2020 diantaranya :
- Pelindung Pernafasan dan Mulut (masker)
- Pengukur suhu nir sentuh (infrared thermometer)
- Hand Sanitizer
- Sabun Cuci Tangan
Pada saat pekerjaan, perlengkapan harus dikenakan pekerja lapangan,
dan untuk protocol COVID-19 disediakan di satu titik.

DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR


 Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat di atas permukaan
yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detail yang
ditunjukkan dalam Gambar, dan memelihara lapis fondasi agregrat yang
telah selesai sesuai dengan yang disyaratkan. Pemrosesan harus meliputi,
bila perlu, pemecahan, pengayakan, pemisahan, pencampuran dan operasi
lainnya yang perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi
ketentuan dari Spesifikasi ini.
Bahan yang digunakan unutk Lapis pondasi agregat A dijelaskan dalam
ketentuan spesifikasi umum seperti agregat lolos ayakan 1 ½“ – No.200 dan
juga terdapat partikel halus lainnya.
Pada permukaan Lapis Fondasi Agregat Kelas A yang disiapkan untuk
lapisan resap pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan
yang terlepas harus dibuang dengan sikat yang keras, maka penyimpangan
maksimum pada kerataan permukaan yang diukur dengan mistar lurus
Sepanjang 3 m, diletakkan sejajar atau melintang sumbu jalan, maksimum
Satu sentimeter.
Penghamparan Lapis Fondasi Agregat dan Lapis Drainase harus dibawa
ke badan jalan sebagai campuran yang merata dan untuk Lapis Fondasi
Agregat harus dhampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan
dalam Pasal 21313). Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
Setiap lapis harus dihampar pada suatu kegiatan dengan takaran yang
merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi
yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka
lapisan. lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
Lapis Fondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu
metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel
agreaat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau
dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik. Tebal padat
maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali digunakan peralatan
khusus yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Untuk Pemadatan Segera setelah pencampuran dan pembentukan
akhir, setiap lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang
cocok dan memada dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan
paling sedikit 100% dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified)
seperti yang ditentukan oleh SNI 1743 : 2008, metode D untuk Lapis
Fondasi Agregat. Pemadatan Lapis Drainase dengan mesin gilas
berpenggetar (vibratory roller) sekitar 10 ton harus dilaksanakan sampai
seluruh permukaan telah mengalami penggilasan sebanyak enam lintasan
dengan penggetar yang diaktifkan atau sebagaimana diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan. Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan agar
digunakan mesin gilas . beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir,
bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau
degradasi berlebihan dari Lapis Fondasi Agregat. Pemadatan harus
dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3% di
bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kader air optimum, dimana
kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering
maksimum dalam SNI 1974 : 2008 metode D.

DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL


 Lapis Perekat – Aspal Cair
Pekerjaan Lapis Perekat - Aspal cair menggunakan peralatan :
Asphalt distributor / Asphalt Sprayer, Compressor dan alat bantu lain yang
dibutuhkan.
Urutan kerja:
1. Di tempat pencampuran Asphalt & kerosene dicampur dengan
perbandingan (Asphal 80 % : Kerosine 20%) atau sesuai dengan
spesifikasi dan petunjuk Direksi Teknik,
2. Hasil pencampuran dimasukkan ke dalam Asphalt
distributor/Asphalt Sprayer,
3. Pada permukaan Perkerasan aspal lama disemprotkan Lapis perekat
aspal cair dengan ketebalan/berat sesuai dengan petunjuk Spesifikasi /
Direksi Teknik.

 Lataston Lapis Aus (HRS – WC)


Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston, HRS). Lataston atau Hot Rolled
Sheets (HRS) yang bergradasi senjang ini adalah campuran aspal dengan
kadar aspal yang relatif tinggi daripada jenis Laston. Maksud dari
penggunaan kadar aspal yang tinggi adalah agar perkerasan mempunyai
fleksibilitas tinggi, awet dan tahan terhadap kelelahan. Ketiadaan ukuran
agregat antara 2,36 mm dan ukuran 0,6 mm, menyebabkan campuran aspal
yang diproduksi cenderung menjadi jenis aspal bergradasi relatif halus, serta
kadar aspal yang berlebihan. Campuran ini lebih tahan terhadap retak,
tetapi mudah mengalami deformasi plastis yang berupa timbulnya alur
(rutting) pada permukaan perkerasan, terutama akibat lalu-lintas berat.
HRS-Lapis Aus (HRS-WC) digolongkan atas 2 jenis gradasi yaitu yang
bergradasi senjang dan semi senjang. Pada dasarnya kedua gradasi agregat
dalam campuran HRS-WC ini hampir sama, namun menurut spesifikasi
Bina Marga Tahun 2010, HRS bergradasi semi senjang dapat digunakan
pada daerah dimana pasir halus yang diperlukan untuk membuat gradasi
yang benar-benar senjang tidak tersedia. Untuk HRS-WC yang benar-
benar senjang, dengan ketentuan paling sedikit 80% agregat lolos
ayakan No.8 (2,36 mm) harus lolos ayakan No.30 (0,600 mm). Campuran
HRS-WC gradasi senjang dan semi senjang akan diteliti berdasarkan
kriteria Marshall. Akan dibuat jenis campuran bergradasi senjang dan semi
senjang dari bahan dasar yang sama, yaitu batu pecah dari desa Lolan
Bolaang Mongondow, aspal curah bersetifikat dan pasir halus yang
berasal dari pasir pantai desa Ambang Bolaang Mongondow. Penelitian
dimulai dengan pemeriksaan mutu agregat dan dilanjutkan sampai
pada pengujian Marshall agar mendapatkan kriteria Marshall.
Hasil penelitian menunjukkan pada campuran HRS-WC gradasi
senjang kadar aspal terbaik 7,4% sedangkan campuran HRS-WC gradasi
semi senjang, kadar aspal terbaik 7,2%. Pada masing-masing kadar aspal
terbaik dari kedua campuran menunjukkan bahwa campuran HRS-WC
gradasi senjang relatif lebih rendah terhadap campuran HRS-WC gradasi
semi senjang ditinjau dari Stabilitas yang lebih kecil 1,86%, Marshall
Quotient yang lebih kecil 4,48% dan VIM lebih kecil dengan selisih 0,10%
(dari 5,20% ke 5,10%). Demikian juga campuran HRS-WC gradasi semi
senjang relatif lebih rendah terhadap campuran HRS-WC gradasi senjang
ditinjau dari Flow yang lebih kecil 2,52%, VMA lebih kecil dengan selisih
0,31%, dan VFB lebih kecil dengan selisih 0,96%. Jika ditinjau dari
Stabilitas dan Marshall Quotient, campuran HRS-WC gradasi semi
senjang relatif lebih sensitif terhadap perubahan kadar aspal (baik lebih
tinggi atau lebih rendah dari kadar aspal terbaik yang diperoleh),
dibandingkan dengan campuran HRS-WC gradasi senjang. Juga dapat
disimpulkan bahwa antara kedua jenis campuran tersebut, perbedaan
kriteria Marshall tidak signifikan (lebih kecil dari 10%).
Apabila kemungkinan terjadi fluktuasi kadar aspal di lapangan,
maka disarankan untuk memilih campuran HRS-WC gradasi senjang
karena jika terjadi perubahan terhadap kadar aspal baik lebih tinggi atau
lebih rendah dari kadar aspal terbaik, perubahan yang terjadi pada
kriteria Marshall relatif tidak terlalu signifikan. Tetapi jika melihat dari segi
kadar aspal terbaik yang diperoleh, maka disarankan memilih campuran
HRS-WC gradasi semi senjang karena kadar aspal terbaik yang
diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan kadar aspal terbaik pada
campuran HRS-WC gradasi senjang.
Sebelum melakukan pekerjaan, penyedia jasa terlebih dahulu
menunjukan semua usulan agregat dan campuran yang memadai
berdasarkan hasil pengujuian material dan campuran di Laboratorium dan
hasil percobaan penghamparan dan pemadatan campuran (Trial Mix) yang
dibuat diinstansi pencampuran aspal, yang tertuang secara berurutan
sesuai dalam Spesifikasi Teknik, mulai dari pengusulan DMF hingga
persetujuan JMF.
Bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah aspal semen pen
60/70 atau 80/100 (memenuhi standar AASHTO M20) yang diencerkan
dengan minyak Tanah (kerosene), dengan membandingkan pemakaian
minyak tanah pada rentang 25 - 30 bagian minyak per 100 bagian aspal
(25 pph 30 pph).
Lataston Lapis Aus (HRS-WC) dibuat dengan menggunakan AMP (Asphalt
Mixing Plant). Produk dari AMP berupa Campuran aspal panas (Hotmix)
dikirim ke lapangan dengan menggunakan Dump Truck. 
Sebelum HRS-WC dihampar, permukaan harus diberi Lapis Perekat –
Aspal Emulsi (Tack Coat). Dengan pelaksanaan pekerjaan yang baik
diharapkan dapat memberikan ikatan yang baik antar Lapisan Lataston
Lapis Aus (HRS-WC) dengan lapisan aspal lama dibawahnya. Sebelum Lapis
Perekat disemprotkan maka permukaan jalan harus dibersihkan dari
kotoran dengan menggunakan Compressor dan kalau perlu disapu.
Penyemprotan Lapis Perekat dengan menggunakan Asphalt Sprayer dengan
volume 0,15 – 0,35 liter / m2, pada suhu berkisar 100 – 120 derajad
Celcius. Kontrol volume dilakukan dengan memasang kertas karton (yang
sebelumnya telah ditimbang beratnya) pada lokasi yang akan disemprot
Lapis Perekat, kemudian ditimbang lagi setelah disemprot. Dari situ dapat
diketahui volume Lapis Perekat per meter persegi. Selain itu dapat juga
dilakukan dengan mengukur tinggi material Lapis Perekat dalam tangki
sebelum dan sesudah dilakukan penyemprotan. Dari Volume yang
disemprotkan dibagi dengan luas bidang semprot akan diketahui volume
Lapis Perekat untuk tiap meter persegi. 
Lataston Lapis Aus (HRS-WC) dihampar pada seluruh permukaan jalan
dengan tebal padat rencana 5 cm atau sesuai yang ditentukan dalam
perencanaan. Segera setelah campuran aspal dihampar dan diratakan,
permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap ketidak sempurnaan yang
terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran aspal yang terhampar dalam
keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam
rentang viskositas aspal.
Penggilasan campuran aspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah
berikut ini : 
a. Penggilasan awal atau breakdown harus dilaksanakan baik dengan alat
pemadat roda baja maupun dengan alat pemadat roda karet. Penggilasan
awal harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat
penghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima minimum dua
lintasan penggilasan awal. Penggilasan kedua atau utama harus
dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin di
belakang penggilasan awal. Penggilasan akhir atau penyelesaian harus
dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi). 
b. Pertama-tama penggilasan harus dilakukan pada sambungan melintang
yang telah terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk
menahan pergerakan campuran aspal akibat penggilasan. Bila
sambungan melintang dibuat untuk menyambung lajur yang dikerjakan
sebelumnya, maka lintasan awal harus dilakukan sepanjang sambungan
memanjang untuk suatu jarak yang pendek. 
c. Penggilasan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan
kemudian dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar
dengan sumbu jalan berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali
untuk superelevasi pada tikungan harus dimulai dari tempat yang
terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang berurutan
harus saling tumpang tindih (overlap) minimum setengah lebar roda dan
lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada titik yang kurang
dari satu meter dari lintasan sebelumnya. 
d. Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk
penggilasan awal harus terlebih dahulu menggilas lajur yang telah
dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm dari lebar roda
penggilas yang menggilas tepi sambungan yang belum dipadatkan.
Penggilasan dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan
menggeser posisi alat pemadat sedikit demi sedikit melewati sambungan,
sampai tercapainya sambungan yang dipadatkan dengan rapi. 
e. Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja
dan 10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah
sehingga tidak mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut.
Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-
tiba atau dengan cara yang menyebabkan terdorongnya campuran aspal.
Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus
untuk memperoleh pemadatan yang merata saat campuran aspal masih
dalam kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan
ketidak-rataan dapat dihilangkan. 
f. Roda alat pemadat harus dibasahi secara terus menerus untuk
mencegah pelekatan campuran aspal pada roda alat pemadat, tetapi air
yang berlebihan tidak diperkenankan. Roda karet boleh sedikit diminyaki
untuk menghindari lengketnya campuran aspal pada roda. 
g. Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas
permukaan yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan
tersebut dingin. 
h. Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan
atau perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor di atas perkerasan
yang sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya
pembongkaran dan perbaikan oleh Kontraktor atas perkerasan yang
terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan perbaikan ini
menjadi beban Kontraktor. 
i. Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng
melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan.
Setiap campuran aspal padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur
dengan kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan
diganti dengan campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya
agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari
campuran aspal terhampar dengan luas 1000 cm2 atau lebih yang
menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar
dan diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan
akibat ambles, dan segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 
j. Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor
harus memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap bahan yang
berlebihan harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan
dibuang oleh Kontraktor di luar daerah milik jalan sehingga tidak
kelihatan dari jalan yang lokasinya disetujui oleh Direksi Pekerjaan. 
k. Alat-alat yang dipergunakan untuk pekerjaan Penghamparan dilapangan
adalah sebagai berikut : 
 Tandem Roller (Untuk pemadatan pertama (Breakdown Rolling) dan
Pemadatan akhir ( Finishing Rolling) 
 Water Tank Truck (Untuk melayani kebutuhan air PTR dan Tandem
Roller) 
 Dump Truck (Untuk membawa material Hot Mix dari AMP menuju
Lapangan).
 Alat Bantu

Anda mungkin juga menyukai