Anda di halaman 1dari 19

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang
tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan
permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai
urusan “belakang”, sehingga sering termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan
peran tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran
lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu
aspek pembangunan yang harus diperhatikan.
Salah satu aspek dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan yang sehat, perlu diperhatikan
masalah drainase, persampahan dan air limbah. Masih sering dijumpai bahwa aspek-aspek
pembangunan sanitasi, yaitu air limbah, persampahan dan drainase, serta dilengkapi dengan
penyediaan air bersih, masih berjalan sendiri-sendiri. Masing-masing aspek tersebut ditangani secara
terpisah, meskipun masuk dalam satu bidang pembangunan yaitu sanitasi, sehingga masih terdapat
tumpang tindih kegiatan pembangunan bidang sanitasi oleh institusi yang berbeda-beda, yang kadang-
kadang membingungkan masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan.
Pola umum yang berkembang dalam kerangka pembangunan daerah seringkali lebih mengarah
pada bidang ekonomi berupa pencarian nilai ekonomis dalam pembangunan. Sehingga cenderung
mengabaikan perkembangan lingkungan hidupnya. Kondisi tersebut disebabkan minimnya tingkat
kesadaran pelaku pembangunan terhadap pentingnya kelestarian dan keberlanjutan lingkungan hidup.
Dampak negatif dari pembangunan yang kurang peduli terhadap lingkungan, seperti permasalahan
sampah, pencemaran, banjir dan longsor yang terjadi di banyak daerah. Belajar dari pengalaman
kegagalan berbagai daerah dalam mengelola pembangunan khususnya yang berkaitan dengan
lingkungan hidup, maka segenap pemangku kepentingan Kabupaten Magetan menganggap lebih
penting menyiapkan langkah-langkah preventif dari pada langkah-langkah kuratif, terutama dalam
pengelolaan sampah, limbah cair, dan drainase yang kemudian secara komprehensif dikenal dengan
nama Sanitasi.
Pada tahun 2013 Kabupaten Magetan ikut serta dalam program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP), yaitu suatu program yang diprakarsai oleh pemerintah pusat untuk
meningkatkan pembangunan sanitasi di Indonesia yang dilaksanakan secara sistematis, terencana,
terpadu, terintegrasi, dan berkelanjutan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik di
tingkat pusat maupun daerah. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 1


program untuk meningkatkan dan mempercepat perencanaan dan investasi sektor sanitasi yang
dilaksanakan selama periode pertama (first cycle) 2010 – 2014 dan periode kedua (second cycle) 2015-
2019. Pada tahun 2013 Kabupaten Magetan telah menyusun dokumen perencanaan sanitasi berupa
Buku Putih Sanitasi (BPS), Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) serta Memorandum Progam Sanitasi
(MPS) pada tahun 2014.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan
Sanitasi di Kabupaten Magetan. Setelah pelaksanaan program PPSP periode pertama (2010-2014),
sudah bisa dirasakan adanya percepatan pembangunan sanitasi hal ini bisa dilihat dari capaian akses
sanitasi layak sampai saat ini berdasarkan data STBM (tahun 2016) sebesar 100%. Dan Magetan meraih
Kabupaten ODF (Open Defecation Free) pada tahun 2014. SSK menjadi acuan dalam percepatan
pembangunan sanitasi agar lebih tepat sasaran. Tentunya prencanaan program dan kegiatan nantinya
akan masuk dalam alur perencanaan dan penganggaran yang berlaku.
Menyadari bahwa pembangunan sanitasi harus tetap dilaksanakan karena jumlah penduduk terus
meningkat dan kebutuhan sanitasi tidak terbatas pada peraihan Kabupaten ODF, maka dokumen strategi
sanitasi berkelanjutan sangatlah penting dalam pelaksanaan sanitasi di Kabupaten Magetan. Per 2030
dalam milestone Sustainable Development Goals, setiap negara diharapkan telah mampu mewujudkan
100% akses sanitasi untuk penduduknya (tujuan #6). Indonesia meletakkan target pencapaian lebih
awal, yaitu akhir tahun 2019 sebagaimana amanat RPJMN 2015-2019. Dengan capaian akses sanitasi
layak nasional sebesar 67,20%, capaian provinsi sebesar 67,47%, dan capaian Kabupaten Magetan
sebesar 78% pada tahun 2016. Karenanya, Kabupaten Magetan melalui program Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman tahap kedua, melakukan Pemutakhiran SSK pada tahun 2017,
dengan target capaian sebesar 98% untuk pencapaian akses snaitasi tahun 2019 dalam mengejar akses
universal.
Pemutakhiran ini perlu dilakukan mengingat beberapa kondisi di bawah ini:
 Periode pelaksanaan yang tercantum dalam dokumen SSK telah melampaui masa berlaku
atau telah kadaluarsa, yaitu lebih dari 5 tahun.
 Peningkatan kualitas dokumen dari SSK sebelumnya yang disebabkan oleh
ketidaklengkapan data maupun akibat adanya keraguan atas validitas data yang digunakan.
 Adanya kebutuhan untuk mempercepat implementasi terutama terkait dengan pencapaian
target Universal Access RPJMN di tahun 2019
 Adanya kebutuhan perencanaan sanitasi untuk masukan/input bagi perencanaan RPJMD
Kabupaten Magetan 2018-2023

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 2


Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten 2017 sangat terkait dengan Strategi Sanitasi
Kabupaten 2013. Dokumen Pemutakhiran SSK yang disusun pada tahun 2017 dengan pelaksanaan
periode 2018 – 2023 merujuk pada Dokumen SSK yang telah ada sebelumnya. Pemutakhiran SSK ini
menelaah kegiatan sanitasi yang berlangsung dengan acuan dari dokumen sanitasi sebelumnya – antara
lain Buku Putih Sanitasi, Strategi Sanitasi Kabupaten dan Memorandum Program Sanitasi –
mengevaluasi dan memutakhirkan perencanaan strategi berdasarkan data dasar yang juga
dimutakhirkan pada tahap ini agar dapat mencapai Akses Universal pada tahun 2019 sesuai target.
Penekanan pada program PPSP yang tertuang dalam SSK ini, ada pada implementasi perencanaan
untuk memenuhi target RPJMN, universal access, yaitu agar di 2019 akhir seluruh penduduk punya
akses sanitasi. Adapun target 100% akses sanitasi di tahun 2019 meliputi 85% pemenuhan Standar
Pelayanan Minimum (SPM)/akses layak dan 15% pemenuhan kebutuhan sanitasi dasar.
Tindak lanjut dari pemutakhiran SSK ini adalah untuk memastikan SSK menjadi bahan masukan
dalam penyusunan rencana pembangunan jangka mengenah program PPSP yang dirumuskan dalam
dokumen RPJMD. Perlunya untuk memastikan kesesuaian prioritas program dan kegiatan PPSP yang
dituangkan dalam SSK telah selaras dengan RPJMD. Program dan kegiatan prioritas PPSP dengan
bidang lain yang telah tersusun, merupakan masukan penyusunan RKPD sebagai bahan penyusunan
RKA-SKPD dalam penganggaran APBD.
Wilayah cakupan SSK
Cakupan wilayah Kajian Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Magetan adalah sama dengan
wilayah kajian Buku Putih Sanitasi (BPS) yang telah disusun yaitu meliputi seluruh wilayah Kabupaten
Magetan berdasarkan buku laporan Studi Environmental Health Risk Assesment (EHRA), dan hasil
penetapan prioritas dan zonasi sanitasi yang berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi yang telah
selesai disusun oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Magetan.
Posisi SSK dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain
Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen rencana strategis berjangka
menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kabupaten, yang berisi
tentang potret kondisi sanitasi kabupaten saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan
sanitasi jangka menengah.
Dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Magetan tahun 2017 periode implementasi 2018-2022
disusun dengan merujuk pada dokumen SSK yang sudah ada dan lebih difokuskan pada upaya untuk
mengimplementasikan program dan kegiatan jangka menengah dalam upaya mencapai universal
access. Untuk memastikan dokumen Pemutakhiran SSK dapat diimplementasikan maka dalam proses
penyusunannya disinkronkan dengan dokumen-dokumen perencanaan yang ada di kabupaten/kota

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 3


seperti RTRW (2012-2032), RPJMD (2013-2018), RPI2JM (2016-2019), Renstra OPD (2016-2021) dan
Renja OPD.
Keterkaitan dokumen SSK dengan RTRW dan RPJMD adalah bahwa dokumen SSK mendukung
dan mengacu pada visi dan misi pembangunan yang tertuang dalam RTRW dan RPJMD SSK
pemutakhiran menjadi dokumen yang mengacu pada dokumen perencanaan yang disusun sebelumnya
seperti RTRW, RPJMD khusus sektor sanitasi serta bisa memberi masukan umpan balik (feed-back) dan
melengkapi penyusunan RPJMD pada periode berikutnya. Dokumen SSK pemutakhiran bisa menjadi
salah satu acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan lain seperti Renstra OPD, Renja OPD dan
RPI2JM untuk sektor sanitasi.
Dokumen SSK pemutakhiran bisa menjadi salah satu acuan dalam penyusunan dokumen
perencanaan lain seperti Renstra OPD, Renja OPD dan RPI2JM untuk sektor sanitasi. Posisi dokumen
SSK :
1. SSK sebagai input untuk dokumen RPJMD, RTRW, Perda BG, RPI2-JM (jika SSK sudah ada
sebelum dokumen perencanaan lainnya)
2. SSK mengacu kepada dokumen RPJMD, RTRW, Perda BG, RPI2-JM (jika dokumen perencanaan
lainnya sudah ada sebelum SSK)
3. Perlu sinkronisasi antara SSK dengan dokumen lainnya

RPI2JM

Gambar 1.1. Kedudukan Dokumen Pemutakhiran SSK dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Sumber : SE Mendagri No. 669/4919/SJ/2012

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 4


Berdasarkan gambar 1.1. diatas dapat dilihat bahwa dokumen SSK tidak lepas dari Dokumen
rencana lain seperti RTRW, Renstra SKPD, Renja SKPD, RPJMD, RPIJM, RPJP, RKPD. Untuk
Kabupaten Magetan, acuan yang digunakan antara lain RTRW, RPIJM, RPJMD, Renja SKPD, serta
Renstra SKPD.

1.2 Metodologi Penyusunan


Dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Magetan disusun berdasarkan karakteristik daerah dan
melibatkan sebanyak mungkin pelaku dari berbagai unsur dengan tetap melibatkan peran serta
masyarakat dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan awal yang dilaksanakan dalam
tahapan penyusunan dokumen ini berupa rapat internalisasi dan penyamaan persepsi Pokja Sanitasi,
lokakarya, dialog dan pertemuan dengan lembaga yang terkait. Diharapkan dapat menghasilkan rencana
kerja, jadwal, data, dukungan politis dan pendanaan dalam penyusunan dokumen Pemutakhiran SSK
Kabupaten Magetan.
Dalam penyusunan dokumen Pemutakhiran SSK terdapat 5 (lima) proses utama yang harus
dilaksanakan. Proses kegiatan penyusunan dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Magetan dapat
dilihat pada gambar 1.2 berikut:

Gambar 1.2. Proses Penyusunan Dokumen Pemutakhiran SSK


Sumber : Pedoman Pemutakhiran SSK 2017

Proses penyusunan SSK ini, terdiri dari tahapan-tahapan berikut ini:


1. Internalisasi dan Penyamaan Persepsi. Yakni untuk mendapatkan kesepahaman dan kesamaan
persepsi di antara anggota Pokja mengenai pentingnya pembangunan sanitasi serta perlunya
penyusunan dan pemutakhiran SSK, serta menyepakati proses penyusunan, jadwal kerja,
pembagian tugas dan tanggung jawab anggota Pokja.
2. Pemetaan Konsidi dan Kemajuan Pembangunan Sanitasi. Tujuan dari proses ini adalah

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 5


memahami wilayah kajian, menyusun dan menyepakati profil wilayah dan profil sanitasi
Kabupaten, memetakan kondisi sanitasi Kabupaten/Kota terkini dan permasalahan yang
dihadapi, menyepakati area berisiko sanitasi
3. Skenario Pembangunan Sanitasi. Proses ini ditempuh untuk menyepakati Visi dan Visi Sanitasi,
menetapkan sistem dan zona sanitasi yang akan diaplikasikan, merumuskan tujuan dan sasaran
pembangunan sanitasi, menyusun strategi pengembangan sanitasi, menyepakati daftar indikasi
program dan kegiatan pengembangan sanitasi, serta menyusun indikasi program dan kegiatan
percepatan pembangunan sanitasi untuk jangka waktu lima tahun
4. Konsolidasi Penganggaran dan Pemasaran Sanitasi untuk mendapatkan kesepahaman dan
kesamaan persepsi tentang program, kegiatan dan indikasi pendanaan sanitasi kepada
stakeholder terkait di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat; serta untuk membangun
kesepahamandan dukungan terhadap program, kegiatan dan pendanaan pembangunan sanitasi
dari berbagi pemangku kepentingan baik pemerintah maupun non- pemerintah di tingkat
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat, kemudian mengalokasikan anggarannya untuk
pembangunan sanitasi di daerah.
5. Finalisasi dengan tujuan untuk menyempurnakan atau melengkapi penyusunan dokumen SSK
dan mengesahkan SSK oleh Kepala Daerah

Dari gambar 1.3 berikut ini, dokumen Pemutakhiran SSK pada dasarnya adalah dokumen 3 in 1
yang terdiri atas pemutakhiran dokumen BPS, SSK dan MPS terdahulu (telah disusun sebelumnya)
dengan bantuan Instrumen (MS Excel) untuk dapat mempercepat proses, baik dalam analisa penentuan
zona dan sistem sanitasi sampai perencanaan sanitasi.

Gambar 1.3. Proses Percepatan Implementasi Dokumen Pemutakhiran SSK


Sumber : Petunjuk Teknik Pemutakhiran SSK 2017

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 6


Proses pemutakhiran SSK (dokumen 3 in 1) yang dimaksud terdiri dari langkah langkah yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
I. Pada Proses Pemutakhiran Buku Putih Sanitasi (Kondisi sanitasi kabupaten/kota saat ini)
 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data yang dilakukan yaitu menggunakan berbagai teknik antara lain :
a. Desk Study (kajian literatur, data sekunder)
Data-data yang yang dibutuhkan adalah: literatur terdahulu (Laporan studi EHRA 2013, BPS,
SSK 2013 dan MPS 2014), dokumen perencananan Kabupaten (RTRW, RPJMD, RPI2JM, data
air limbah, data persampahan dan data drainase, renstra OPD terkait, renja OPD terkait,
Kabupaten Magetan Dalam Angka 5 tahun terakhir, Kecamatan Dalam Angka dan (KDA) 5 tahun
terakhir, laporan realisasi APBD Kabupaten Magetan 5 tahun terakhir, data RISPAM dan lain-
lain.
b. Field Research (observasi dan wawancara responden), FGD (Focus Group Discussion)
untuk data primer (kegiatan studi EHRA dan kajian-kajian)
Kajian-kajian yang dilakukan adalah:
 Kajian peran swasta dalam penyediaan layanan sanitasi
Kajian peran swasta dalam penyediaan layanan sanitasi (Sanitation Supply Assessment)
merupakan sebuah studi yang digunakan untuk mengetahui dengan jelas peta dan potensi
penyedia layanan sanitasi yang ada di Kabupaten/kota.
 Konsolidasi data kelembagaan terkait sanitasi
Langkah ini digunakan untuk mendapatkan gambaran atau peta kondisi kelembagaan
sanitasi di Kabupaten/kota. Pemetaan ini membantu Kabupaten/Kota menilai kekuatan,
kelemahan, potensi pengembangan,dan kebutuhan penguatan kelembagaan dan kebijakan
guna menghasilkan suatu kerangka layanan sanitasi yang memihak masyarakat miskin,
efektif, terkoordinasi dan berkelanjutan
 Pemetaan keuangan dan perekonomian daerah
Peta keuangan dan perekonomian daerah menggambarkan kekuatan keuangan dan
perekonomian daerah dalam mendukung pendanaan pembangunan sanitasi di masa depan,
kecenderungan dalam pembiayaan pembangunan, dan prioritas anggaran selama 5
tahun.Informasi ini diperlukan sebagai salah satu dasar utama penyusunan strategi terkait
aspek keuangan.
 Kajian komunikasi dan media

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 7


Kajian komunikasi dan media diperlukan untuk menyusun strategi kampanye dan komunikasi
Kabupaten/Kota. Kegiatan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana advokasi program
pembangunan sanitasi di Kabupaten/Kota untuk pemangku kepentingan (stakeholder) kunci.
 Kajian peran swasta masyarakat
Kajian ini adalah sebuah penilaian kebutuhan masyarakat tentang sanitasi yang dilakukan
secara partisipatif. Selain dapat memberikan input kepada Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota,
kajian untuk juga bermanfaat untuk, (i) meningkatkan kesadaran masyarakat, laki-laki dan
perempuan, serta pemerintah tentang kondisi dan permasalahan sanitasi, (ii)
mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, yang
disertai dengan kemauan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program sanitasi, dan (iii)
mengidentifikasi kelurahan
 Kajian sanitasi sekolah
Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi sarana sanitasi dan perilaku hidup bersih
dan sehat siswa sekolah pada fasilitas pendidikan dasar (SD/MI).
 Analisis Data
Analisa data dilakukan setelah data-data baik data sekunder maupun data primer terkumpul
dimana data primer disusun dalam bentuk resume ringkasan eksekutif masing-masing baik hasil
studi EHRA dan kajian-kajian. Melakukan Analisa data dengan menggunanakn instrument SSK
sanitasi dengan terlebih dahulu memasukan data umum dan selanjutnya data-data sekunder
meliputi:
 Nama desa/kel dan kecamatan se-Kabupaten Magetan
 Informasi umum kabupaten
 Data air bersih, air limbah, persampahan, drainase
Kemudian memasukan data analisa hasil studi EHRA untuk Index Resiko Sanitasinya (IRS) dan
mengisikan Skor Persepsi SKPD dari pokja sanitasi terkait. Dan selanjutnya melakukan
pembobotan EXPOSURE (%) yaitu pembobotan baik untuk data sekunder, primer (IRS EHRA)
dan persepsi SKPD di sector air limbah, persampahan dan drainse, dan pembobotan IMPACT
(%) yaitu pembobotan untuk jumlah penduduk, kepadatan penduduk, angka kemiskinan dan
fungsi urban rural dari hasil kesepakat pokja maka diperoleh skor resiko sanitasi dan akan
dilakukan penyesuaian oleh pokja jika diperlukan. Hasil akhir instrument SSK adalah zona dan
sistem sanitasi baik sektor air limbah, persampahan dan drainase, volume dan biaya kebutuhan
per sektor, serta tahapan pengembangan air limbah dan persampahan dalam jangka pendek,
menengah dan panjang.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 8


I. Pada Proses Pemutakhiran SSK (Strategi Sanitasi Kabupaten)
 Menuliskan dan menggambarkan diagram alir sistem sanitasi Kabupaten Magetan dalam DSS
(Diagram Sistem Sanitasi) baik air limbah, persampahan dan drainse berdasarkan alirannya
(mulai dari sarana pengguna sampai pada lingkungan), yang selanjutnya membandingkan
dengan sistem ideal seharusnya yang layak untuk lingkungan dimanakah ada permasalahan
sanitasi berdasarakan DSS tersebut.
 Menggunakan Instrumen SSK, ini merupakan alat bantu untuk menganalisis:
(i) Area berisiko berdasarkan tingkat risiko sanitasi ;
(ii) Tipikal sistem sanitasi (air limbah, persampahan, drainase) per kelurahan/desa
berdasarkan input data umum maupun data khusus layanan sanitasi per komponen di
Kabupaten/Kota;
(iii) Volume dan biaya dari tipikal sistem sanitasi yang diusulkan.
Selain instrumen SSK, terdapat instrumen lain yang dapat digunakan untuk menghitung indikasi
volume dan biaya dari tipikal sistem yang dihasilkan yaitu Instrumen Perencanaan. Instrumen
SSK ini akan menjadi “jembatan” untuk mengerjakan Instrumen Perencanaan Sanitasi yang
dapat digunakan untuk menghitung volume dan biaya dari kegiatan infrastruktur sanitasi apabila
pokja Kabupaten/Kota akan menggunakan instrumen tersebut.

Penentuan area berisiko untuk 3 komponen sanitasi (air limbah domestik, persampahan, dan
drainase) pada Instrumen SSK dilakukan menggunakan data sekunder dan data primer
berdasarkan hasil kompilasi dan penilaian oleh OPD dan hasil kajian EHRA. Penentuan area
berisiko berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat risiko
sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan data yang telah tersedia di OPD mengenai
ketersediaan layanan sanitasi dan data umum wilayah, meliputi jumlah populasi, luas area
terbangun, jumlah KK miskin, fungsi urban/rural, cakupan akses ke jamban layak (SPALD
Setempat, SPALD Terpusat), perkiraan cakupan sampah yang terangkut; serta luas area
genangan. Penentuan area berisiko berdasarkan penilaian anggota Pokja (OPD) diberikan
berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu
anggota Pokja Kota/Kabupaten. Adapun penentuan area berisiko berdasarkan hasil kajian
EHRA adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat risiko berdasarkan: kondisi sumber air ;
pencemaran karena air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat rumah tangga;
kondisi drainase; aspek perilaku (cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penanganan air

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 9


minum, buang air besar sembarangan). Hasil penentuan area berisiko akan disajikan dalam
bentuk tabel dan peta.

 Menyusun Kerangka Kerja Logis (KKL) sanitasi baik air limbah, persampahan dan drainase,
dimana KKL terdiri atas 8 kolom diantaranya: permasalahan mendesak sanitasi, Isu-isu strategis
sanitasi, tujuan yang ingin dicapai yang dikaitkan dengan visi, misi sanitasi (dimana visi misi
tersebut harus sejalan dengan visi misi kabupaten yang tercantum dalam RPJMD kabupaten),
sasaran (hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang SMART) , indikator (capaian Sasaran
pembangunan sanitasi yang telah disepakati), Strategi (dari hasil dari SWOT berdasarkan isu-
isu strategis), dan terakhir adalah Indikasi program dan kegiatan. Dimana prosesnya dapat
disampaikan dengan langkah-langkah berikut :
o Dari hasil permasalahan yang ditemukan dalam DDS masukan dalam kolom permasalahan
mendesak di KKL
o Mengumpulkan isu-isu strategis sanitasi yang ada saat ini membuat scoring berdasarkan
analisa SWOT, dari kesepakatan pokja hasil skor tertinggi dalam analisa swot masukan isu-
isu stratengis dalam kolom KKL
o Menyusun visi misi sanitasi yang sejalan dengan visi-misi kabupaten yang tercantum pada
dokumen RPJMD, kemudian menyepakati tujuan sanitasi yang diharapkan baik air limbah,
persampahan dan drainase, yang mana tujuan berdasarkan target RPJMN 2015-2019
(universal acces), selanjutnya memasukkan tujuan sanitasi dalam kolom KKL.
o Pada Kolom sasaran menuliskan hasil yang diharapkan dari suatu tujuan. Dengan
memformulasikan sasaran secara spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan dan berjangka
waktu (SMART).
o Selanjutnya menuliskan indikator capaian sasaran pembangunan sanitasi yang telah
disepakati pokja sanitasi.
o Selanjutnya pada kolom strategi berdasarkan analisa SWOT hasil scoring pembobotan pada
hasil nilai pengurangan kekuatan kelemahan pada kemampuan internal kabupaten (Sumbu
X) serta hasil nilai pengurangan peluang dan ancaman pada eksternal (sumbu Y) maka akan
dihasilkan posisi sanitasi yang bergunaa untuk menentukan strategi sanitasi.
o Dan terakhir menuliskan indikasi program dan kegiatan utama sanitasi yang diharapkan
dapat mengatasi permasalahan sanitasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dimana
program kegiatan yang disusun ini harus selaras dengan hasil dari Instrumen SSK baik air
limbah, persampahan dan drainase. (Instrumen SSK sebagai kontrol program kegiatan yang
dihasilkan dalam KKL)

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 10


 Memasukan hasil indikasi program dan kegiatan dari hasil KKL dan yang sudah selaras dengan
hasil dalam Instrumen SSK baik air limbah, persampahan dan drainase ke dalam tabel program
kegiatan dan pendanaan.

II. Pada Proses Pemutakhiran MPS (Memorandum Program Sanitasi)

Setelah proses pada pemutakhiran BPS (gambaran kondisi sanitasi saat ini) dan SSK, tahapan
selanjutnya adalah pada pemutakhiran MPS (dokumen yang telah tersusun sebelumnya). Dimana
dokumen Memorandum Program Sanitasi merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai
dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik
sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat kabupaten/kota, Provinsi maupun Kementerian / Lembaga
untuk periode Jangka Menengah. Dari sisi penganggaran, dokumen ini juga memuat rancangan dan
komitmen pendanaan untuk implementasinya, baik komitmen alokasi penganggaran pada tingkat
kabupaten/kota, Provinsi, Pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya. Untuk sumber
penganggaran dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen dalam dokumen ini akan menjadi
acuan dalam tindak lanjut melalui proses penganggaran formal tahunan. Beberapa pokok utama yang
telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain :
 Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan APBD Pemda
dan pendanaan Pemerintah Pusat maupun partisipasi dari sektor pendana lain yang peduli
sanitasi.
 Program dan Anggaran untuk 5 tahun ke depan sudah diketahui, sehingga perencanaan lebih
optimal dan matang.
 Memorandum program investasi kabupaten/kota merupakan rekapitulasi dari semua dokumen
perencanaan sanitasi dan telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan kabupaten/kota
dari aspek teknis, biaya dan waktu.
 Memorandum program investasi dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang diwujudkan
melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati/Walikota/ Gubernur selaku kepala daerah.
 Program investasi sektor Sanitasi telah disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan
kabupaten/kota untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan kabupaten/kota.
 Proses penyusunan rencana program investasi telah ditekankan aspek keterpaduan antara
pengembangan wilayah/ kawasan dengan pengembangan sektor bidang yang terkait
kesanitasian, yang mencakup: Koordinasi Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan Sinkronisasi
Program berdasarkan Skala Prioritas tertentu atau yang ditetapkan yang paling sesuai dalam
rangka menjawab tantangan pembangunan.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 11


Begitupun untuk Proses pemutakhiran MPS adalah sama dengan MPS sebelumnya, yang mana hasil
akhir dalam kegiatannya adalah kesepakatan pendanaan program kegiatan sanitasi baik pendanaan
indikasi dari pemerintah, Swasta (sumber-sumber pendanaan potensial) dan masyarakat. Pada
indikasi pendanaan pemerintah melakukan pembahasan pada SKPD Terkait, dengan berbekal dari
program kegiatan yang telah tersusun dari hasil KKL yang sudah selaras dengan instrumen
perencanaa dan dimasukkan dalam tabel program kegiatan dan pendanaan sanitasi, selanjutnya
pokja melakukan kegiatan sinkronisasi konsolidasi pendanaan dengan melakukan kegiatan antara
lain:
1. Internalisasi adalah kegiatan konsolidasi dan sinkronisasi program kegiatan dan pendanaan di
tingkat kabupaten/kota.
2. Eksternalisasi adalah kegiatan konsolidasi dan sinkronisasi program kegiatan dan pendanaan di
tingkat provinsi dan pusat melalui kegiatan Lokakarya.
Untuk proses kegiatan konsolidasi dan sinkronisasi program kegiatan dan pendanaan dalam
pemutakhiran SSK dapat dilihat dalam gambar 1.4.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 12


Gambar 1.4. Proses Konsolidasi dan Sinkronisasi Program Kegiatan dan Pendanaan Dalam
Dokumen Pemutakhiran SSK
Sumber : Buku Pedoman Pemutakhiran SSK 2017

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 13


1.3 Dasar Hukum
Strategi Sanitasi Kabupaten Magetan ini berpijakan pada beberapa peraturan perundang-
undangan dan produk hukum di tingkat nasional atau pusat, propinsi maupun daerah yang berlaku antara
lain:
A. Undang - Undang
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 33 ayat (3);
2. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten
dalam Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagaimana telah diubah dengan
Undang–Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan atas Undang–Undang Nomor 2
Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1950 Nomor 32);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3299);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025;
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 14


2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657);
B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau
Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 184, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5570);
C. Peraturan Presiden Republik Indonesia
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 185 Tahun 2014 tentang Percepatan
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 389);
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
D. Keputusan Presiden Republik Indonesia
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi
Penataan Ruang.
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 123 tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi
Pengelolaan Sumber Daya Air.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 83 tahun 2002 Tentang Perubahan atas
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi
Pengelolaan Sumber Daya Air.
E. Peraturan Menteri

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 15


1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.16/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Penanganan Drainase
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan;
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3/PRT/M/2103 tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4/PRT/M/2017 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

F. Surat Edaran Menteri


1. Surat Edaran (SE) Menteri Dalam Negeri Nomor 660/4919/SJ tahun 2012 tentang Pedoman
Pengelolaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman di Daerah;
2. Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 660-527/Kep/Bangda/2017 tentang
Perubahan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 660-199/Kep/Bangda/2017 tentang
PenetapanKabupaten/Kota Sebagai Pelaksana Program PPSP Tahun 2017

G. Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur Jawa Timur


1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan
Daerah Provinsi Jawa Timur;
2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur;
3. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-2025;
4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah
Regional Jawa Timur;
5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2011 tentang Tanggungjawab Sosial
Perusahaan;

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 16


6. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Tata Ruang Wilayah
Provinsi Jawa Timur 2011-2031;
7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019.

H. Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati Kabupaten Magetan


1. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kabupaten 2005 - 2025
2. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten 2013-2018
3. Instruksi Bupati Magetan Nomor : 1 Tahun 2011 tentang Magetan Terbebas Dari BAB tidak
Sehat (ODF) tahun 2014.
4. Instruksi Bupati Magetan Nomor : 4 Tahun 2011 tentang Gerakan Menuju Magetan yang
Bersih Sehat Ramah Lingkungan dan Indah (Magetan Berseri)
5. Peraturan Daerah Nomor: 15 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Magetan Tahun 2012-
2032.
6. Lampiran IV Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor : 1 Tahun 2012 Tentang Retribusi
Jasa Umum Pelayanan Persampahan
7. Perda no 6 tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah
8. Perbup no 60 tahun 2011 tentang persyaratan dan Tata Cara Perijinan Lingkungan yang
Berkaitan dengan Pembauangan Air Limbah ke Sumber Air di Kabupaten
9. Perda No 1 tahun 2016 tentang Pengolahan Sampah Organik dengan Sistem Pengomposan
10. Peraturan Daerah No. 15 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Magetan
11. Perbup No 15 tahun 2016 tentang Kebijakan dan strategy Pengelolaan Sampah
12. Pedoman Penyusunan dan Pemutakhiran SSK, 2017
13. SK Bupati Magetan Nomor 188/203/Kept./403.013/2017 tentang Pembentukan Kelompok
Kerja Sanitasi Kabupaten Magetan Tahun 2017

1.4. Sistematika Penulisan


Penulisan Dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Magetan terdiri dari 7 Bab yang masing-masing
bab terdiri atas beberapa sub bab, dokumen Pemutakhiran SSK dilengkapi dengan 7 lampiran pokok
dan beberapa sub pokok lampiran pada lampiran 1, untuk sistematika penyusunan dokumen
Pemutakhiran SSK diuraikan sebagai berikut:

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 17


1. Untuk bab 1- bab 7 berikut sub babnya adalah:
 Bab pertama berisi pendahuluan yang menggambarkan tentang latar belakang,
metodologi penyusunan, dasar hukum dan sistematika penulisan.
 Bab kedua menyajikan profil sanitasi saat ini yang berisi gambaran wilayah, kemajuan
pelaksanaan SSK, profil sanitasi saat ini, area beresiko danpermasalahan mendesak
sanitasi.
 Bab ketiga berisi tentang kerangka pengembangan sanitasi yang meliputi visi dan misi
sanitasi, pentahapan pengembangan sanitasi (terdri atas: tahapan pengembangan
sanitasi, tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi dan skenario pencapaian sasaran)
dan kemampuan pendanaan sanitasi daerah.
 Bab keempat berisi tentang strategi pengembangan sanitasi meliputi air limbah
domestik, pengelolaan persampahan dan drainase perkotaan.
 Bab kelima berisi Kerangka Kerja Logis yang meliputi Kerangka Kerja Logis
Pengelolaan Air Limbah Domestik, Kerangka Kerja Logis Pengelolaan Persampahan
dan Kerangka Kerja Logis Pengelolaan Drainase
 Bab Keenam berisi tentang program, kegiatan dan indikasi pendanaan sanitasi yang
meliputi ringkasan, kebutuhan biaya pengembangan sanitasi dengan sumber
pendanaan pemerintah, kebutuhan biaya pengembangan sanitasi dengan sumber
pendanaan non pemerintah, antisipasi funding gap.
 Bab ketujuh berisi monitoring dan evaluasi capaian SSK.

2. Untuk lampirannya adalah :


 Lampiran 1 adalah hasil kajian aspek non teknis dan lembar kerja area beresiko yang terbagi
atas:
 Lampiran struktur organisai daerah dan keuangan daerah
 Lembar kerja analisa area beresiko menggunakan instrument profil sanitasi
 Ringkaan eksekutif hasil studi EHRA dan Kajian-kajian lainnya yaitu:
- Ringkasan eksekutif Studi EHRA
- Ringkasan eksekutif kajian peran swasta dalam penyedia layanan sanitasi
- Ringkasan eksekutif kajian kelembagaandan kebijakan
- Ringkasan eksekutif kajian komunikasi dan media
- Ringkasan eksekutif kajian peran serta masyarakat
- Ringkasan eksekutif kajian sanitasi sekolah

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 18


 Lampiram peta rencana pengembangan berdasarkan masterplan sanitasiyang ada di
kabupaten/kota.
 Lampiran 2 adalah Hasil analisa SWOT.
 Lampiran 3 adalah Tabel hasil pembahasan program kegiatan dan indikasi pendanaan.
 Lampiran 5 yaitu Deskripsi program/kegiatan.
 Lampiran 6 yaitu daftar perusahaan penyelenggara CSR yang potensial
 Lampiran 7 adalah Kesiapan Implementasi dan terakhir.
 Lampiran 8 adalah Rencana kerja Tahunan.

STRATEGI SANITASI KABUPATEN MAGETAN 19

Anda mungkin juga menyukai