KAK
(KERANGKA ACUAN KERJA)
SUB KEGIATAN :
PENYUSUNAN OUTLINE PLAN PADA KAWASAN GENANGAN
PEKERJAAN :
Tindak Lanjut Identifikasi Kawasan Genangan Sleman Barat
I. LATAR BELAKANG
Tingkat Persentase Urbanisasi di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun ke
tahun terus meningkat, yang mendudukkan DIY sebagai tujuan migrasi yang cukup
besar di Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena Yogyakarta selain sebagai kota
pelajar juga kota tujuan wisata nomor dua setelah propinsi Bali. Dari jumlah migrasi
yang ada hampir 70% masuk ke wilayah kabupaten Sleman. Karena kabupaten
Sleman selain punya wilayah yang masih relatif luas untuk permukiman juga banyak
berdiri Perguruan Tinggi Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta serta fasilitas
belajar lainnya. Pertambahan jumlah penduduk tersebut mengakibatkan
peningkatan jumlah permukiman serta sarana prasarana lainnya yang secara
langsung berpengaruh terhadap perubahan tata guna lahan dan berdampak pada
semakin meluasnya bangunan kedap air sehingga akan meningkatkan koefisien
limpasaan air permukaan (surface run off) pada kawasan yang bersangkutan.
Pertumbuhan permukiman warga juga sering menimbulkan gangguan terhadap
alur/beban aliran air yaitu karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam
memelihara saluran drainase yang ada pada lingkungan permukimannya masing-
masing serta adanya pelanggaran terhadap garis sempadan sungai atau sepadan
irigasi. Kondisi tersebut menyebabkan permasalahan drainase di Kabupaten Sleman
meningkat, seperti misalnya pembangunan permukiman yang mengurangi dimensi
saluran atau menutup saluran irigasi atau drainase. Sehingga pada saat hujan banyak
saluran irigasi atau drainase yang meluap. Selain adanya kondisi fisik saluran yang
kurang ideal meluapnya air hujan dari saluran disebabkan juga oleh faktor perilaku
manusia yang kurang tepat seperti membuang sampah pada saluran irigasi atau
drainase.
Penanganan drainase di kabupaten Sleman yang selama ini sifatnya masih
parsial berdasarkan Pagu Usulan Partisipasi Masyarakat (PUPM), belum dapat
menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas. Disamping itu
penanganan sistem drainase kebanyakan masih menganut sistem konvensional,
yaitu drainase pengatusan kawasan yang berupa upaya membuang atau
mengalirkan air kelebihan secepat-cepatnya ke sungai terdekat. Hal tersebut akan
memunculkan berbagai permasalahan baru, diantaranya terjadinya banjir atau
genangan di daerah hilir, tanah longsor pada daerah berkontur curam dengan
vegetasi yang jarang dan penurunan muka air tanah. Oleh karena itu pengelolaan
drainase ke depan harus mengedepankan prinsip zero surface run off, berwawasan
lingkungan dan dilaksanakan secara menyeluruh, mulai tahap perencanaan,
konstruksi, operasi dan pemeliharaan serta ditunjang dengan peningkatan
kelembagaan, pembiayaan dan partisipasi masyarakat. Peningkatan pemahaman
mengenai drainase kepada pihak yang terlibat baik bagi pelaksana maupun
masyarakat perlu dilakukan secara berkesinambungan agar penanganan dapat
dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Dalam rangka mengatasi, mengantisipasi dan menyelesaikan permasalahan
genangan di kabupaten Sleman, maka Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan
Kawasan Permukiman Kabupaten Sleman melakukan Identifikasi Kawasan Genangan
Sleman bagian Barat pada daerah rawan genangan/banjir yang akan diselaraskan
dengan Rencana Pembangunan Kabupaten Sleman. Kegiatan ini merupakan wujud
dari perhatian Pemerintah terhadap upaya peningkatan kualitas perumahan dan
permukiman bagi masyarakat yang secara tidak langsung bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Identifikasi Kawasan Genangan
tersebut disusun berdasarkan survey lapangan dengan melihat kondisi existing
drainase yang berada di wilayah Sleman bagian Barat, keadaan kontur tanah,
rencana tata ruang wilayah, melihat atau mendengar isu-isu dari kapanewon,
kalurahan dan masyarakat terkait dengan kawasan/lingkungan rawan banjir di
wilayahnya serta rencana pengembangan kota dan daerah.
Tahapan Pembuatan Identifikasi Kawasan Genangan Kabupaten Sleman
bagian Barat pada daerah rawan genangan/banjir dalam pelaksanaannya
diserahkan/ditugaskan kepada pihak ketiga, yakni Konsultan Perencana. Secara
kontraktual, Konsultan Perencana bertanggung jawab kepada Dinas Pekerjaan
Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Sleman yang dalam
kegiatan operasionalnya Konsultan Perencana mendapatkan bantuan/bimbingan
dalam menentukan arah pekerjaan perencanaan dari pihak Satuan Kerja Perangkat
Daerah maupun unsur terkait dan bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah.
III. SASARAN
Sasaran dari Identifikasi Kawasan Genangan Kabupaten Sleman bagian Barat adalah
sebagai berikut :
1. Tersedianya out plan drainase pada daerah rawan genangan/banjir kriteria
sedang di Kabupaten Sleman bagian Barat, antara lain meliputi panjang, lebar dan
kondisi saluran eksisting, arah aliran, hirarki jaringan, koneksi antar jaringan dan
koneksi antara jaringan serta koneksi antara jaringan drainase jalan dengan
saluran irigasi/sungai.
2. Tersedianya kajian/telaah rencana operasional sistem drainase yang akan
dijadikan Standard Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan Drainase.
3. Tersedianya kajian/telaah prakiraan biaya investasi dan biaya operasional sistem
drainase pada daerah genangan di Kabupaten Sleman bagian Barat yang dibuat
dalam program tahunan dari tahun 2023-2028.
4. Tersedianya rencana tahapan kegiatan penangan genangan pada daerah rawan
genangan/banjir di Kabupaten Sleman bagian Barat.
5. Tersedianya gambar dan acuan biaya pelaksanaan sistem drainase untuk
penanganan permasalahan banjir dan genangan yang menjadi skala prioritas di
wilayah kabupaten Sleman bagian Barat.
C. Rapat Evaluasi/Pembahasan
Penyedia Jasa wajib melakukan rapat rutin/rapat koordinasi dengan tim
pelakasana teknis kegiatan yang diselenggarakan minimal 10 kali selama
pelaksanaan. Dalam rapat ini penyedia jasa menyampaikan progres kegiatan yang
sudah dilaksanakan, kendala-kendala yang mungkin dihadapi baik dalam
pengumpulan data lapangan maupun penyusunan laporan serta menyusun
progres rencana ke depan.
D. Penyusunan Dokumen
1. Membuat Laporan Pendahuluan, Laporan Antara dan Laporan Akhir,
2. Membuat dokumen gambar lengkap yang disetujui oleh pemberi tugas atau
Tim Teknis,
3. Membuat Laporan pendataan identifiaksi,
4. Membuat peta-peta sistem jaringan drainase eksisting, hidrologi, dll.
X. KEBUTUHAN PERSONIL
Dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, konsultan harus menyediakan tenaga
berpengalaman dalam bidangnya antara lain:
B. Ahli Perencanaan Wilayah Kota, yaitu tenaga ahli dengan latar belakang
pendidikan formal minimal S1-Wilayah dan Perkotaan atau S1-Arsitek atau S1-
Planologi yang memiliki pengalaman kerja di bidangnya minimal 2 Tahun,
berpengalaman dalam perencanaan wilayah perkotaan. Tugas dan tanggung
jawab Ahli Perencanaan Wilayah Kota adalah: membantu ketua tim dalam
mengumpulkan data RTRW dan rencana pengembangan wilayah, melakukan
analisis rencana teknis yang ada untuk disesuaikan dengan karakteristik daerah
setempat, menganalisis ketersediaan prasarana wilayah yang dapat
dimanfaatkan dalam pengembangan sistem drainase, mengkaji potensi dan
kendala pengembangan sistem drainase berdasarkan aspek-aspek yang terkait,
merumuskan skenario pengembangan sistem drainase berdasarkan aspek
struktur dan pola ruang serta membantu penyusunan substansi pelaporan sesuai
dengan bidang keahlianya dan mampu mempresentasikan hasil pekerjaan yang
menjadi ketugasannya
XII. PELAPORAN
Jenis laporan yang harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Menjabarkan latar belakang kegiatan, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
kegiatan konsultan, keluaran, dan sistematika laporan pendahuluan.
BAB I PENDAHULUAN
Menjabarkan latar belakang kegiatan, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
kegiatan konsultan, keluaran, dan sistematika laporan akhir.
E. Bahan Tayang
Konsultan harus mempersiapkan bahan-bahan presentasi untuk setiap kali Rapat
Pembahasan Laporan, yang berisi ringkasan hasil pekerjaan yang telah dilakukan,
baik dalam bentuk file komputer untuk ditayangkan dalam format Power Point
juga dalam bentuk tulisan/risalah. Adapun jumlahnya seperti yang tertuang
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Laporan Akhir dibuat dalam format kertas A4 dan diserahkan paling lambat 120
hari kalender setelah penandatangan kontrak dengan didahului paparan,
Gambar-gambar peta dalam format A3.
G. Sarana dan Prasarana yang harus diserahkan kepada Dinas Pekerjaan Umum,
Perumahan dan Kawasan Permukiman :
1 Unit eksternal disk kapasitas 2 terabyte yang berisi semua data hasil
pelaksanaan kegiatan.
B. Alih Pengetahuan
Apabila dipandang perlu oleh pengguna jasa, maka penyedia jasa harus
mengadakan pelatihan, kursus singkat, diskusi dan seminar terkait dengan
substansial pelaksanaan pekerjaan dalam rangka alih pengetahuan kepada staf
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman yang ditunjuk.
XVII. PENUTUP
1. Setelah Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini diterima, maka konsultan hendaknya
memeriksa semua bahan d a n masukan yang diterima dan mencari bahan
masukan lain yang dibutuhkan dalam pendataan.
2. Berdasarkan bahan-bahan tersebut konsultan agar segera menyusun
program kerja untuk dibahas dengan PPK.
3. Kerangka Acuan Kerja ini merupakan acuan dasar yang masih dapat
dikembangkan lebih lanjut sejauh tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan
yang hendak dicapai serta sesuai dengan alokasi dana yang tersedia.
Ditetapkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen
TUKIR, ST, MT
NIP.19660413 199303 1006