e-LELANG UMUM
JASA PEMBORONGAN
PEKERJAAN PEMELIHARAAN PERIODIK SCRAPPING FILLING OVERLAY (SFO)
RUAS TOL DALAM KOTA DAN SEDYATMO
REGIONAL JABODETABEKJABAR
TAHUN 2019
Tindakan yang sangat hati-hati harus dilaksanakan bila memanaskan setiap aspal cair.
Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau pemanasan yang berulang-ulang pada
temperatur tinggi haruslah dihindari. Setiap bahan yang menurut pendapat Konsultan
Pengawas telah rusak akibat pemanasan berlebihan harus ditolak dan harus diganti atas
biaya Kontraktor.
(e) Penghamparan Material Pengering/penyerap (Blotter Material)
Untuk memperkecil kerusakan akibat hujan sebelum permukaan mengering, Konsultan
Pengawas dapat memerintahkan penghamparan material pengering untuk menutupi
material bitumen yang masih basah. Material pengering harus dihamparkan sedemikian
rupa sehingga lintasan roda kendaraan tidak akan melintasi daerah yang tidak tertutup.
S9.04 (4) Metode Pengukuran
Jumlah lapis resap pengikat yang akan dibayar merupakan jumlah liter material bitumen yang
disiramkan sesuai dengan Spesifikasi dan instruksi Konsultan Pengawas.
Tindakan yang sangat hati-hati harus dilaksanakan bila memanaskan setiap aspal cair.
Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau pemanasan yang berulang-ulang pada
temperatur tinggi haruslah dihindari. Setiap bahan yang menurut pendapat Konsultan
Pengawas telah rusak akibat pemanasan berlebihan harus ditolak dan harus diganti atas
biaya Kontraktor.
S9.05 (4) Metode Pengukuran
Jumlah Lapis Perekat yang akan dibayar merupakan jumlah liter material bitumen yang disiramkan
sesuai dengan Spesifikasi dan instruksi Konsultan Pengawas.
S9.05 (5) Dasar Pembayaran
Jumlah aspal Lapis Perekat tersebut di atas akan dibayar menurut Harga Satuan Kontrak per liter
untuk material bitumen. Harga dan pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk
pekerjaan dalam Pasal ini.
(c) Bagian-bagian yang relevan dari Pasal S9.01 (2) dan S9.01 (3) merupakan
bagian dari Pasal ini.
S9.07 (2) Material
Catatan:
I) Modifikasi Marshall lihat Lampiran
2) Rongga dalam campuran dihitung berdasarkan pengujian Berat Jenis
Maksimum Agregat (Gmm test, AASHTO T209).
3) Konsultan Pengawas dapat atau menyetujui AASHTO T283 sebagai
alternative pengujian kepekaan terhadap kadar air. Pengkondisian beku cair
(freeze thaw conditioning) tidak diperlukan.
4) Untuk menentukan kepadatan membal (refusal), disarankan
menggunakan penumbuk bergetar (vibratory hammer) agar pecahnya butiran
agregat dalam campuran dapat dihindari. Jika digunakan penumbukan
mekanis tumbukan per bidang harus 600 untuk cetakan berdiamater 6 inch
dan 400 untuk cetakan berdiamater 4 inch. Penumbukan manual (tanpa
motor penggerak) tidak diijinkan.
5) Pengujian Wheel Tracking Machine (WTM) harus dilakukan pada temperatur
60 °C. Prosedur pengujian harus mengikuti Manual untuk Rancangan
dan Pelaksanaan Perkerasan Aspal, JRA Japan Road Association (1980).
6) Aspal Beton Modifikasi (AC Mod) harus campuran bergradasi kasar.
Campuran yang dibuat oleh Kontraktor harus sesuai dengan job-mixformula tersebut,
dengan batas toleransi dan gradasi seperti pada Tabel 9.07 (1).
Agregat halus dari sumber bahan manapun, hams terdiri dari pasir atau basil
pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lobos ayakan No.4 (4,75 mm.
Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir hams ditempatkan terpisah dari
agregat kasar.
Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas yang tidak
melampaui 15% terhadap berat total campuran.
Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung,
atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari
batu yang memenuhi ketentuan mutu dalam Pasal S9.07(2).
Apabila fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama
(primary crusher), tidak memenuhi pengujian Standar Setara Pasir sebesar 60%,
maka fraksi agregat harus dipisahkan dengan scalping screen sebelum masuk
pemecah batu tahap kedua (secondary crusher) atau harus diperoleh melalui proses
pencucian secara mekanis
Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi
pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin
feeds) yang terpisah sehingga gradasi gabungan dan presentase pasir didalam
campuran dapat dikendalikan dengan baik
Angulatitas agregat halus yang diuji sesuai dengan AASHTO TP-33 or ASTM
C1252-93, for ATB tidak kurang dari 40 dan untuk AC-WC dan AC-BC tidak kurang
dari 45.
0,600 100
0,150 95 - 100
0,075 75 - 100
Tipe I
Metode A ") B C
N0 Jenis Pengujian Pengujian
Aspal Pen.
Asbuton Elastomer Elastomer
60-70
Yang Alam Sintetis
diproses (Latex)
1. SNI 06-
Penetrasi, 25°C (dmm) 60-70 Min.50 50-70 Min.40
2456-1991
2. SNI 06-
Viskositas 135 °C (cSt) 300 385-2000 ≤ 2000(4) ≤ 3000(4)
6441-2000
3. SNI 06-
Titik Lembek;°C ≥ 50 ≥ 53 - ≥ 54
2434-1991
4. Indeks Penetrasi(2) - ≥ -1,0 ≥ -0,5 ≥ 0,0 ≥ 0,4
5. SNI 06-
Daktilitas, 25 °C; cm ≥ 100 ≥ 100 ≥ 100 ≥ 100
2432-1991
6. SNI 06-
Titik Nyala ; ºC ≥ 232 ≥ 232 ≥ 232 ≥ 232
2433-1991
7. Kelarutan Dalam ASTM D
≥ 99 ≥ 90(1) ≥ 99 ≥ 99
Toluene (%) 5546
8. SNI 06-
Berat Jenis ≥ 1,0 ≥ 1,0 ≥ 1,0 ≥ 1,0
2441-1991
ASTM D
9. Stabilitas Penyimpanan
5976 Part - ≤ 2,2 ≤ 2,2 ≤ 2,2
(ºC)
6.1
Penguji Residu hasil TFOT ( SNI-06-2440-1991) atau RTFOT ( SNI-03-6835-2002 )
10. SNI 06-
Berat yang hilang (%) ≤ 0,8 ≤ 0,8 ≤ 0,8 ≤ 0,8
2441-1991
11. SNI-06-
Penetrasi pada 25ºC (%) ≥ 54 ≥ 54 ≥ 54 ≥ 54
2456-1991
12. Indeks Penetrasi (2) - ≥ -1,0 ≥ -0,5 ≥ 0,0 ≥ 0,4
13. Keelastisan setelah AASHTOT
- - ≥ 45 ≥ 60
pengembalian 301-98
SNI
14. Duktilitas pada 25ºC
062432- ≥ 100 ≥ 50 ≥ 50 -
(cm)
1991
Pertikel yang lebih halus
15 dari 150 micron (µm)) - - Min. 95(1) - -
(%)
Catatan:
1. Hasil pengujian adatah untuk bahan pengikat (bitumen) yang diekstraksi dengan
menggunakan metodeAASHTO T55-02 (SNI 2490:2008). Sedangkan untuk pengujian larutan dan
gradasi mineral dilaksanakanpada seluruh bahan pengikat termasuk kandungan mineralnya.
Bahan anti pengelupasan hanya digunakan jika stabilitas Marshall sisa campuran
beraspal sebelum ditambah bahan anti pengelupasan minimum 75%. Bahan anti
pengelupasan (anti striping agent) harus ditambahkan dalam bentuk cairan di
timbangan aspal AMP dengan menggunakan pompa penakar (dozing pump) sesaat
sebelum dilakukan proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian aditif
anti striping dalam rentang 0,2% -
0,4% terhadap berat aspal. Bahan anti pengelupasan harus digunakan untuk semua
jenis aspal tetapi tidak boleh digunakan pada aspal modifikasi yang bermuatan
positif. Bilamana stabilitas Marshall sisa setelah perendaman selama 24 jam pada
temperatur 60°C sama atau lebih besar dari 90% maka bahan anti pengelupasan
tidak perlu digunakan. Jenis bahan anti pengelupasan yang digunakan
haruslah yang disetujui Direksi Pekerjaan. Penyediaan bahan anti pengelupasan
akan dibayar terpisah dari pekerjaan campuran aspal.
Aspal yang dimodifikasi haruslah jenis Asbuton dan elastomerix latex atau sintetis
memenuhi ketentuan-ketentuan Tabel 9.07(6). Proses pembuatan aspal modifikasi di
lapangan tidak diperbolehkan kecuali ada lisensi dari pabrik pembuat aspal
modifikasi dan pabrik pembuatnya menyediakan instalasi pencampur yang setara
dengan yang digunakan di pabrik asalnya.
Aspal modifikasi harus dikirimdalam tangki yang dilengkapi dengan alat pembakar
gas atau minyak yang dikendalikan secara termostatis. Pembakaran
langsung dengan bahan bakar padat atau cair di dalam tabung tangki tidak
diperkenankan dalam kondisi apapun. Pengiriman dalam tangki harus dilengkapi
dengan sistem segel yang disetujui untuk mencegah kontaminasi yang terjadi
apakah dari pabrik pembuatnya atau dari pengirimannya. Aspal yang
dimodifikasi harus disalurkan ke tangki penampung di lapangan dengan sistem
sirkulasi yang tertutup penuh. Penyaluran secara terbuka tidak diperkenankan.
Jangka waktu penyimpan untuk aspal modifikasi dengan bahan dasar latex tidak
boleh melebihi 3 hari kecuali jika jangka waktu penyimpanan yang lebih lama
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Persetujuan tersebut hanya dapat diberikan jika
sifat-sifat akhir yang ada memenuhi nilai-nilai yang diberikan dalam Tabel 9.07(6).
Spesifikasi Umum 9 Hal 16
S9.07 (3) Pelaksanaan Pekerjaan
(a) Peralatan
Instalasi pencampur dan alat pengangkut dan penghampar campuran aspal hams
memenuhi ketentuan Pasal S9.01(2). Kontraktor harus melakukan pemeliharaan
yang tepat agar alat-alat kecil selalu bersih dari material aspal yang melekat.
Juga harus tersedia selalu penutup atau terpal, bila diperintahkan
Konsultan Pengawas, untuk keadaan darurat seperti hujan, angin dingin, atau bila
hams ada penundaan, untuk menutupi atau melindungi material yang sudah
dihamparkan tapi belum dipadatkan.
(b) Penyiapan Material Aspal
Material aspal hams dipanaskan sampai suhu yang ditentukan dan tidak boleh
ada kelebihan suhu secara lokal, dan harus menjamin pengiriman material itu
secara menerus ke mixer dalam suhu yang tetap dan merata. Suhu maksimum
semen aspal yang masuk ke mixer tidak boleh lebih dari 150°C. Semen aspal tidak
boleh digunakan kalau masih berbuih.
(f) Pemadatan
(i) Setelah campuran aspal dihamparkan, ditempa dan permukaan yang tidak
rata diperbaiki, maka harus dipadatkan secara merata dengan digilas. Specific
gravity sesuai ketentuan AASHTO T230, tidak boleh kurang dari 95% specific
gravity material contoh laboratorium yang tersusun dari material yang sama,
dengan proporsi yang sama pula.
(ii) Jumlah, berat dan jenis roller harus memadai untuk menghasilkan kepadatan
yang ditentukan, pada saat campuran dalam keadaan yang dapat dikerjakan
(workable). Urutan operasi penggilasan dan pemilihan jenis roller harus sesuai
dengan kepadatan yang dikehendaki dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
(iii) Penggilasan campuran harus terdiri dari tiga operasi pelaksanaan yang
terpisah sebagai berikut :
1. Penggilasan awal (break down)
2. Penggilasan sekunder (intermediate)
3. Penggilasan akhir (finishing) Spesifikasi Umum 9 Hal 18
(iv) Penggilasan awal dan akhir seluruhnya harus dilaksanakan dengan
mesin gilas beroda baja. Penggilasan sekunder harus dikerjakan
dengan mesin gilas yang beroda bertekanan angin. Mesin gilas untuk
penggilasan awal harus beroperasi dengan depan (drive roll) sedekat
mungkin dengan mesin penghampar (paver).
(v) Penggilasan sekunder harus dilaksanakan secepat mungkin setelah
penggilasan awal dan harus dikerjakan sementara campuran masih pada suatu
temperatur yang akan menghasilkan suatu pemadatan yang maksimum.
Penggilasan akhir hams dikerjakan sementara bahan yang bersangkutan masih
berada dalam suatu kondisi yang cukup dapat dikerjakan sehingga semua
bekas jejak roda mesin gilas dapat dihilangkan.
(vi) Permukaan harus digilas pada saat campuran dalam kondisi yang tepat,
tidak memungkinkan terjadi lapisan lepas (terkelupas), retak atau
bergeser.
Kecepatan mesin gilas tidak boleh lebih dari 4 km/jam untuk mesin gilas beroda
baja dan 6 km/jam untuk mesin yang menggunakan ban bertekanan angin.
Setiap saat mesin gilas tersebut harus cukup lambat untuk menghindari terjadinya
perpindahan (displacement) campuran panas. Jalur penggilasan tidak boleh
diubah dengan tiba-tiba begitu pula arah penggilasan tidak diputar balik dengan
tiba-tiba, cara mana dapat menimbulkan perpindahanlbergesernya campuran.
Penggilasan hams berlanjut secara terus menerus selama waktu yang diperlukan
untuk memperoleh pemadatan yang seragam sementara campuran yang
bersangkutan berada dalam kondisi dapat dikerjakan dan sampai semua bekas
jejak roda mesin gilas dan ketidakrataan lainnya dihilangkan.
(viii) Kecuali bila ditentukan lain, penggilasan hams dimulai dari pinggir
dan bergerak secara longitudinal sejajar dengan sumbu (centreline)
jalan ke arah puncak cembungan jalan. Setiap gilasan roller harus
overlapping (tumpang tindih) dengan gilasan terdahulu sebesar
setengah lebar roller. Bila penghamparan dilakukan dengan 2 paver
(finisher) yang bersamaan (berbaris) atau berbatasan dengan lajur
yang telah dikerjakan terlebih dahulu, sambungan longitudinal harus
digilas dulu lalu diikuti dengan cara penggilasan biasa. Pada lengkung
superelevasi, penggilasan hams dimulai pada sisi yang rendah dan
berlanjut ke sisi yang tinggi dengan overlapping gilasan longitudinal
yang sejajar dengan sumbu jalan (centreline).
Roller hams bergerak lambat dan dalam kecepatan tetap dengan roda penggerak
berada di depan (ke arah jalannya pekerjaan penghamparan).
Material aspal beton akan diukur dengan satuan ton sebagaimana ketentuan Pasal S9.01 (3)
(d).
Kuantitas asphalt treated base, binder course dan wearing course yang akan dibayar
merupakan berat material aspal beton yang sudah dikerjakan dikurangi kuantitas aspal
keras, yang akan dibayar tersendiri. Untuk variasi kuantitas akibat perbedaan specific gravity,
tidak ada penyesuaian Harga Satuan Kontrak.
Kuantitas aspal keras yang akan dibayar adalah berdasarkan presentase actual aspal
keras dalam campuran aspal beton sebagaimana hasil test.
Jumlah asphalt treated base, asphaltconcrete binder course, asphalt concrete wearing
course, dan aspal keras, akan dibayar menurut Harga Satuan Kontrak per ton menurut
masing-masing butir pembayaran dibawah ini, yang sudah selesai di tempat dan disetujui.
Harga dan pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk pekerjaan dalam Pasal
ini, termasuk biaya ekstra untuk penyesuaian permukaan atau pelapisan ulang perkerasan
jalan existing.
Prosedur modifikasi Marshall (ASTM D5581) pada dasarnya sama dengan cara
Marshall asli (AASHTO T245 atau ASTM D1559) kecuali beberapa perbcdaan
sehubungan dengan digunakannya ukuran benda uji yang lebih besar.
Persetujuan untuk proporsi bahan pokok campuran akan didasarkan pada hasil
percobaan campuran (trial mix) yang dibuat oleh Kontraktor sesuai ketentuan Pasal
S10.01 dari Spesifikasi ini.
Jumlah semen dalam setiap meter kubik beton padat tidak boleh kurang dari 300 kg.
Pemakaian semen yang terlalu tinggi tidak dikehendaki dan Kontraktor harus
mendasarkan disain campurannya (mix design) pada campuran yang paling hemat yang
memenuhi semua persyaratan.
Agregat kasar dan halus harus sesuai dengan ketentuan Pasal S10.01. Untuk
menentukan perbandingan agregat kasar dan agregat halus, proporsi agregat halus harus
dibuat minimum. Bila perbandingan yang tepat telah ditentukan dan disetujui, maka setiap
perubahan terhadap perbandingan itu harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
Kontraktor boleh memilih agregat kasar sampai ukuran maksimum 40 mm, asal tetap
sesuai dengan alat yang digunakan dan kerataan permukaan tetap dapat dijamin. Bila
menurut pendapatnya perlu, Konsultan Pengawas dapat meminta Kontraktor untuk
mengubah ukuran agregat kasar. Perbandingan air dan semen untuk agregat kering
didasarkan pada persyaratan kekuatan beton, tapi tidak boleh lebih dari 0,50 berat total
semen.
Plasticiser atau bahan additive pengurang air tidak boleh digunakan, kecuali ada ijin
tertulis dari Konsultan Pengawas. Bahan additive campuran untuk mempercepat proses
pengerasan dan yang mengandung kalsium klorida tidak boleh digunakan.
Kuat lentur (flexural strength) minimum tidak boleh kurang dari 45 kg/cm2 pada umur 28
hari, bila di tes dengan third point method menurut AASHTO T 97.
Kuat tekan beton minimum pada umur 7 hari disyaratkan 80 % dari kuat lentur (flexural
strength) minimum.
Percobaan campuran (trial mix) di laboratorium yang dibuat oleh Kontraktor, harus
sedemikian rupa sehingga flexural strength yang dihasilkan menunjukkan margin
dengan probabilitas nilai flexural strength hasil tes yang lebih rendah dari flexural
strength minimum yang ditentukan, tidak lebih dari 1% (satu perseratus).
Pengambilan contoh beton untuk keperluan pengujian harus sesuai dengan ketentuan
Pasal S10.01 dari Spesifikasi ini.
(a) Umum
Peralatan concrete batching plant dan alat pengangkut (agitator truck mixer) harus sesuai dengan
ketentuan Pasal S10.01 (3) dari Spesifikasi ini. Kapasitas concrete batching plant harus dapat
memasok kebutuhan alat slip form concrete paver sedemikian rupa sehingga alat terus bergerak
tanpa berhenti akibat kekurangan atau keterlambatan pemasokan. Untuk campuran beton dengan
slump rendah dapat digunakan dump truck sebagai alat pengangkut campuran beton.
(b) Mesin Pembentuk Perkerasan Beton Jenis Perancah Berjalan (Slipform Concrete Paver),
Penghampar dan Penempa (Spreading and Finishing Machines)
Mesin perkerasan beton harus merupakan satu unit mesin yang mempunyai fungsi penghampar,
meratakan, memadatkan dan membentuk perkerasan sekaligus memberi arah dan mengatur
elevasi sesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju.
Jenis mesin harus jenis perancah berjalan (slipform paver) dengan lebar minimum 4.0 m yang
bertumpu pada roda kelabang (crawler track), dilengkapi sensor arah tegak (steering sensors),
sensor elevasi (level control sensors) masing-masing depan dan belakang pada kedua sisi, dan
sensor kelandaian-kemiringan (slope sensor), yang seluruh sensor ini dikendalikan secara
computer (computerized control).
Secara umum alat ini harus dilengkapi dengan :
Auger yang dapat menyebarkan adukan beton secara merata ke seluruh bagian lebar
perkerasan;
Screed yang mengatur masukan beton ke dalam mould (cetakan);
Vibrator dengan jumlah cukup untuk menjamin keseragaman dan konsolidasi seluruh
campuran beton dan ditempatkan pada selebar mould dengan frekuensi 160 – 200 Hertz
yang kedudukannya harus lentur agar tetap berfungsi walaupun harus menyentuh tulangan;
Mould (slipform pan/finishing pan) pembentuk perkerasan harus terbuat dari baja berkualitas
sangat tinggi dan bentuknya harus menjamin agar beton yang dibentuk tidak terseret dan
menghasilkan beton yang padat;
Super smoother/float pan finisher , penempa akhir yang menghaluskan, meratakan
permukaan akhir perkerasan dan bergerak secara oskilasi;
Tie bar inserter (penyisip tulangan sambungan memanjang) secara otomatis pada jarak
tertentu, menyisipkan tie bar pada sambungan memanjang.
Alat ini dapat dilengkapi dengan dowel bar inserter (penyisip tulangan sambungan melintang)
untuk menyisipkan dowel secara otomatis ke dalam perkerasan beton yang sedang dalam proses
penyebaran pemadatan pada interval jarak yang diinginkan dan sejajar dengan arah pergerakan
mesin.
(c) Jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak memungkinkan untuk
menggunakan mesin slipform concrete paver, maka setelah disetujui Konsultan Pengawas,
dapat digunakan alat berikut ini ;
Bila ditentukan sambungan dibentuk dengan penggergajian (saw joints), Kontraktor harus
menyediakan peralatan gergaji dalam jumlah dan kapasitas yang memadai untuk membentuk
sambungan, dengan mata gergaji bermata intan dan berpendingin air atau dengan abrasive
wheel sesuai ukuran yang ditentukan. Kontraktor harus menyediakan paling sedikit 1 gergaji yang
selalu siap dioperasikan (standby). Kontraktor harus menyediakan cadangan pisau gergaji
secukupnya, fasilitas penerangan untuk pekerjaan malam.
Peralatan ini harus selalu siap kerja, baik sebelum maupun selama pekerjaan perkerasan beton.
Acuan lurus harus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan harus
disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang dari 3 m. Acuan ini
sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan perkerasan jalan tanpa
sambungan horisontal dan lebar dasar acuan tidak kurang dari kedalamannya. Acuan yang
mudah disesuaikan atau lengkung dengan radius yang memadai harus digunakan untuk tikungan
dengan radius 30,0 m atau kurang. Acuan yang mudah disesuaikan (flexible) atau lengkung harus
dibuat sedemikian dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Acuan harus dilengkapi dengan
sarana yang memadai untuk keperluan pemasangan, sehingga bila telah terpasang acuan
tersebut dapat menahan, tanpa adanya lentingan atau penurunan, segala benturan dan getaran
dari alat penghampar dan penempa. Batang flens (flange braces) harus melebihi keluar dari dasar
tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. Acuan yang permukaan atasnya miring, bengkok, terpuntir atau
patah harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Acuan bekas yang diperbaiki tidak boleh
digunakan sebelum diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Permukaan atas acuan
tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang 3 m dari suatu bidang datar sebenarnya dan
bidang tegak tidak berbeda melebihi 6 mm. Acuan ini juga harus dilengkapi pengunci pada ujung-
ujung bagian yang bersambungan.
Sambungan harus dibuat dengan tipe, ukuran dan pada lokasi seperti yang ditentukan dalam Gambar.
Semua sambungan harus dilindungi agar tidak kemasukan material yang tidak dikehendaki sebelum
ditutup dengan bahan pengisi.
(a) Umum
Sebelum memulai pekerjaan beton semua pekerjaan pondasi Agregat, ducting dan kerb yang
berdekatan harus sudah selesai dan disetujui Konsultan Pengawas.
Kecuali untuk daerah yang tercakup dan sesuai Pasal S9.08 (6) (f), semua beton harus
dihamparkan merata, dipadatkan dan diselesaikan dengan mesin.
S9.09 (3) Lapis Pondasi Bawah (Subbase) dan Lapisan Alas Pasir (Sand Bedding) Pelebaran.
Pelaksanaan wet lean concrete sebagai lapis pondasi bawah dan lapis alas pelebaran, ketebalannya
harus sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar.
Bila wet lean concrete ditentukan untuk pekerjaan pelebaran jalan, maka beton itu harus diletakkan di
atas alas yang sudah rata terdiri pasir alam setebal 4 cm. Pasir alam yang tertinggal (tidak lolos)
saringan No. 200 dan yang fraksi halusya non-plastis, dapat digunakan dengan tetap mengacu
persyaratan material filter D15/D85 < 5. Pasir dengan kadar air yang memadai dihamparkan di atas
subgrade dan diratakan. Alas yang sudah rata ini harus dapat dipadatkan dengan Mesin Pemadat
(roller) yang paling besar yang dapat dipakai. Sebelum pengerjaan wet lean concrete, alas pasir harus
dibasahi dengan air.
S9.09 (4) Material
Agregat, semen dan air harus memenuhi ketentuan Pasal S10.01(2) dalam Spesifikasi ini. Ukuran
maksimum agregat harus dipilih oleh Kontraktor dan disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian wet
lean concrete, dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
S9.09 (5) Perbandingan Campuran
Perbandingan jumlah semen dan agregat dalam kondisi kering jenuh (saturated surface dry condition)
harus memadai untuk memenuhi ketentuan kuat pecah beton menurut Pasal ini, dan untuk menjaga
konsistensi campuran. Perbandingan itu tidak boleh kurang dari 1 : 2 : 4.
S9.09 (6) Cetakan (acuan)
Wet lean concrete untuk levelling course harus dituang dalam cetakan baja atau kayu secara cut-off
screeding, dengan landai dan elevasi tertentu.
S9.09 (7) Sambungan
Sambungan longitudinal harus berjarak sekurang-kurangnya 20 cm dari sambungan longitudinal
perkerasan beton yang akan dihampar di atasnya.
Sambungan konstruksi melintang harus dibuat pada akhir setiap pekerjaan pada hari itu, dan harus
membentuk permukaan vertikal melintang yang benar.
Perlu tambahan ketentuan mengenai Tata Cara Pengukuran seperti dalam Pasal S.08 (10).
Alas pasir akan dibayar berdasarkan jumlah meter persegi lapisan alas yang sudah selesai dan
disetujui.
Untuk penambahan kandungan semen atau untuk kelebihan ketebalan lapisan dari ketebalan
minimum tidak ada tambahan pembayaran.
S9.09(17) Dasar Pembayaran
Jumlah wet lean concrete dan lapisan alas pasir, yang telah ditentukan di atas, akan dibayar menurut
Harga Kontrak untuk masing-masing butir pembayaran di bawah ini. Pembayaran ini merupakan
kompensasi penuh untuk penyediaan seluruh tenaga kerja, peralatan dan material yang diperlukan,
termasuk pembuatan lapisan alas, alas pasir, pencampuran, persiapan, pengangkutan, penghamparan,
pemadatan, finishing, pengawetan, pemeliharaan dan pekerjaan lain yang diperlukan, sesuai dengan
Gambar Rencana, Spesifikasi dan petunjuk Konsultan Pengawas.